5636 13805 1 PB
5636 13805 1 PB
lmi a
lI a
Jurnal IlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah
sis
a
Jurn
wa
Volume 3, Nomor 1 :Februari 2018
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Email: hikmahmuliady@gmail.com
ABSTRAK
“Analisis Semiotik Nilai Moral Anak Tokoh Delisa dalam film Hafalan Shalat
Delisa”. Latar belakang dari penelitian ini adalah adanya asumsi bahwa karya
film tidak hanya menjadi sebuah karya seni yang dapat menghibur saja, namun
dapat menjadi salah satu sarana untuk mendidik. Perkembangan dunia
mengarah kepada perkembangan dunia pendidikan untuk dapat lebih kreatif
dalam menggunakan dan memanfaatkan media pembelajaran. Permasalahan
nilai moral merupakan hal yang sangat penting untuk dibahas. Oleh karena itu,
film hafalan Shalat Delisa menjadi objek dalam penelitian ini. Hafalan Shalat
Delisa merupakan film drama Indonesia yang disutradarai oleh Sony
Gaokasak. Film ini menceritakan tentang seseorang anak kecil bernama Delisa
berusia 6 tahun yang ingin sekali menghafal bacaan shalat. Bencana Tsunami
datang dan membuat delisa harus kehilangan hafalannya. Selang beberapa saat
setelah bencana itu, Delisa bangkit dan kembali menghafalkan bacaan shalat.
Hal ini membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini. Penelitian ini
menganalisis tentang nilai moral anak yang ada dalam film Hafalan Shalat
Delisa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui moral anak yang
terkandung dalam film Hafalan Shalat Delisa. Penelitian ini menggunakan
metode dokumentasi dan teknik analisis model Roland Barthes, langkah-
langkahnya menemukan makna Denotasi dan Konotasi. Penelitian ini
menggunakan teori moral dasar bagi anak dari Pam Schiller dan Tamera
Bryant. Hasil dari penelitian ini adalah menemukan pesan moral anak yang
terdapat pada Delisa dalam film Hafalan Shalat Delisa ada 11, yaitu:
kepedulian dan empati, kerja sama, berani, keteguhan hati dan komitmen, suka
menolong, kejujuran dan integritas, mandiri dan percaya diri, loyalitas, rasa
bangga, banyak akal, dan sikap respek.
Kata Kunci: Analisis Semiotik, Nilai Moral, Roland Barthes, Pam Schiller dan
Tamera Bryant
sis
a
Jurn
wa
Volume 3, Nomor 1 :Februari 2018
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
ABSTRACT
"Semiotic Analysis of Moral Values of Children of Delisa in the film Hafalan
Salat Delisa". The background of this research is the assumption that the work
of the film is not only a work of art that can entertain only, but can be one
means to educate. The development of the world leads to the development of
the world of education to be more creative in using and utilizing learning
media. The issue of moral values is very important to discuss. Therefore, the
recitation film of Delilah Prayer became the object in this study. Hafalan Surat
Delisa is an Indonesian drama film directed by Sony Gaokasak. This film tells
about a little boy named Delisa 6 years old who wanted to memorize the
reading of prayer. Tsunami disaster came and made delisa had to lose her
memorization. After a few moments after the disaster, Delisa got up and went
back to memorizing the prayer readings. This makes the authors interested in
doing this research. This study analyzes the moral values of children in the film
Hafalan Shalat Delisa. The purpose of this study is to determine the moral of
children contained in the film Hafalan Shalat Delisa. This study uses the
method of documentation and analysis techniques of Roland Barthes model, the
steps to find the meaning Denotasi and Konotasi. This research uses the basic
moral theory for children from Pam Schiller and Tamera Bryant. The result of
this research is to find the moral message of children found in Delisa in Hafalan
Shalat Delisa movie, and there are 11 values, namely: caring and empathy,
cooperation, courage, courage and commitment, helpfulness, honesty and
integrity, self-reliance and self-confidence, loyalty, pride, resourcefulness, and
respect.
Keywords: Semiotic Analysis, Moral Value, Roland Barthes, Pam Schiller and
Tamera Bryant
PENDAHULUAN
Film merupakan salah satu media komunikasi massa dalam bentuk
audio visual yang sifatnya sangat kompleks. Film digunakan sebagai sarana
hiburan dan pendidikan dalam penyampaian suatu pesan. Film adalah karya
seni yang dihasilkan oleh kerjasama tim. Untuk membuat sebuah film
memerlukan skenario yang dibuat oleh penulis, para pemain berakting sesuai
dengan skenario, sutradara yang mengarahkan para pemain untuk berakting,
dan orang-orang lain yang membantu teknis pembuatan film yang disebut
“Kru Film”. Menurut peransi yang dikutip dari buku Seandainya Saya Kritikus
Film, kru film terdiri dari juru kamera, penata suara, penata artistik, penata
sis
a
Jurn
wa
Volume 3, Nomor 1 :Februari 2018
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
cahaya, editor, pengatur musik hingga pencatat skrip (Ade Irwansyah, 2009:
16).
Film menjadi sebuah karya estetika sekaligus sebagai alat informasi
yang bisa menjadi alat penghibur, alat propaganda, juga alat politik. Ia dapat
menjadi sarana rekreasi dan edukasi. Di sisi lain dapat pula berperan sebagai
penyebarluasan nilai-nilai budaya baru (Akhlis Suryapati, 2010: 26).
Sebelumnya film merupakan salah satu bentuk media massa yang dipandang
mampu memenuhi permintaan dan selera masyarakat akan hiburan dikala
penat menghadapi aktifitas hidup sehari-hari (Denis McQuail, 2005: 13). Sejak
itu pertunjukan film telah menjadi saluran pelarian alias “eskapisme” dari
masyarakat yang lelah bekerja, terutama daerah perkotaan. Pada
perkembangan selanjutnya, film mulai beralih fungsi tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan akan hiburan masyarakat tetapi juga menjadi wahana
penerangan, edukasi dan transformasi (Aep Kusmawan, 2004: 94).
Pada era 1980-an perfilman Indonesia sempat menguasai bioskop-
bioskop lokal. Pada saat itu Festival Film Indonesia atau yang disingkat FFI
diadakan khusus untuk memberikan penghargaan untuk insane film Indonesia.
Namun karena suatu hal, perfilman Indonesia mengalami kemerosotan pada
tahun 1990-an. Perfilman Indonesia sudah tidak mampu menguasai lagi negeri
sendiri, melainkan film-film Hollywood yang merebut posisi tersebut. Hal
tersebut berlangsung hingga 2000-an. Munculnya film Pertualangan Sherina
merupakan awal dari bangkitnya kembali perfilman Indonesia. Semenjak itu,
perfilman Indonesia telah bangun dari tidurnya, film-film lain dengan segmen
yang berbeda-beda juga sukses secara komersil. Perkembangan film Indonesia
saat ini telah banyak mengalami kemanjuan dalam segala bidang. Baik dari segi
cerita, karakteristik pemain, teknik pengambilan gambar bahkan sampai
penggunaan efek dan sarana pendukung lainnya.
Berdasarkan pada pencapaiannya yang menggambarkan realitas, film
dapat memberikan imbas secara emosional dan popularitas. Film mempunyai
pengaruh besar terhadap jiwa penikmatnya, sehubungan dengan ilmu jiwa
sosial terdapat gejala apa yang disebut identifikasi psikologis. Kekuatan dan
kemampuan sebuah film menjangkau banyak segmen sosial membuat film
memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayak. Film merupakan dokumen
kehidupan sosial sebuah komunitas yang mewakili realitas kelompok
masyarakat. Baik realitas bentuk imajinasi ataupun realitas dalam arti
sebenarnya. Perkembangan film begitu cepat dan tidak terprediksi, membuat
film kini disadari sebagai fenomena budaya yang progresif.
NILAI MORAL TOKOH ANAK DALAM FILM HAFALAN SHALAT DELISA
(Hikmah Muliadi, Dr. Hamdani M Syam, M.A., Nur Anisah, M. Si.)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,
Vol. 3. №. 1. Februari 2018 : 159 – 170
h M ah
lmi a
lI a
Jurnal IlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah
sis
a
Jurn
wa
Volume 3, Nomor 1 :Februari 2018
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
sis
a
Jurn
wa
Volume 3, Nomor 1 :Februari 2018
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
sis
a
Jurn
wa
Volume 3, Nomor 1 :Februari 2018
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
sis
a
Jurn
wa
Volume 3, Nomor 1 :Februari 2018
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
sis
a
Jurn
wa
Volume 3, Nomor 1 :Februari 2018
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
yang menjadi objek penelitian adalah film Hafalan Shalat Delisa karya Sony
Gaokasak yang diproduksi oleh PT Kharisma Starvision Plus.
Unit analisis menurut Sujoko S Efferin (2004: 55) yaitu merupakan satuan
terkecil dari objek penelitian yang diinginkan oleh peneliti sebagai klasifikasi
pengumpulan data. Unit analisis penelitian moral anak tokoh Delisa dalam film
Hafalan Shalat Delisa adalah unit produksi dari setiap plot atau scene dari film
ini yang menyampaikan pesan moral anak tokoh Delisa, konteks unit analisis
tetap berkaitan dengan rumusan masalah yang diteliti.
Dalam penelitian ini melakukan teknik pengumpulan data dengan cara
observasi. Observasi adalah melakukan pengamatan langsung untuk
memperoleh informasi (Ardial, 2014: 367). Peneliti mengadakan pengamatan
langsung melalui media yang bersangkutan. Dalam hal ini, melakukan
pengamatan langsung dengan cara menonton film Hafalan Shalat Delisa dan
memperdalam setiap scene yang mengandung nilai moral dasar anak.
Analisis data merupakan upaya mencari data dan menata secara
sistematis catatan hasil pengumpulan data untuk meningkatkan pemahaman
terhadap objek yang sedang diteliti. Dalam menganalisis data yang telah
dikumpulkan, penulis menggunakan jenis pendekatan kualitatif dengan
analisis semiotik. Teknik analisis yang digunakan adalah semiotik Roland
Barthes. Studi semiotik mengambil fokus penelitian pada seputar tanda. Tanda
atau lambang yang diteliti dalam penelitian ini adalah kalimat (ucapan lisan),
gesture, dan ekspresi wajah.
Peneliti akan melakukan analisis data dengan cara menonton film
Hafalan Shalat Delisa. Sebelum diolah, data yang terkumpul perlu diseleksi dan
diklarifikasi terlebih dahulu atas dasar realibilitasnya (Alamsyah Taher, 2009:
74). Data yang rendah realibilitasnya akan digugurkan atau dilengkapi dengan
substitusi. Setelah terklarifikasi, dilakukan pengolahan data atau analisis data
dengan menggunakan teknik analisis semiotika Roland Barthes, sehingga
merupakan suatu informasi yang siap untuk dievaluasi dan diinterpretasi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Setelah melihat analisis yang peneliti lakukan tentang moral dasar anak
tokoh Delisa dalam film Hafalan Shalat Delisa. Jelas bagaimana film ini
menyiratkan nilai pendidikan dalam film, banyak hal yang terkait pesan film
dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Kehidupan yang digambarkan dalam
film dari tokoh Delisa anak korban bencana alam tsunami yang sangat gigih
dalam berjuang untuk mendapatkan sesuatu yang ia inginkan. Kegigihan
sis
a
Jurn
wa
Volume 3, Nomor 1 :Februari 2018
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
seorang tokoh Delisa tidak terlepas dari dukungan seorang ummi, abi, saudara
kandungnya dan semua yang ada disekitarnya. Delisa tetap semangat dalam
menjalani kehidupan sehari-hari meski hanya berdua dengan abinya.
Abi adalah sosok ayah yang sangat menjaga Delisa dan mendidik Delisa
agar dapat mengikhlaskan segala sesuatu yang pernah terjadi kepada dirinya.
Delisa terus dapat dukungan dari abinya dan ustadz Rahman. Ustadz Rahman
adalah guru Delisa yang sangat sayang kepadanya. Sampai suatu hari ketika
bencana tsunami melanda Aceh, ustadz Rahman mencari Delisa diantara
puing-puing reruntuhan dan di berbagai rumah sakit yang menampung
korban bencana tsunami. Pada akhirnya ustadz Rahman berjumpa dengan
Delisa, namun kondisi Delisa tidak seperti dulu, Delisa harus kehilangan satu
kakinya karena terkena reruntuhan saat tsunami.
Dengan menggunakan teori Roland Barthes dan konsep 16 nilai moral
dasar anak menurut Paschiller dan Tamera Bryant peneliti menemukan 11
(sebelas) nilai moral dasar anak tokoh Delisa dalam film Hafalan Shalat Delisa,
antara lain; Pertama, Kepedulian dan Empati, Delisa menghibur Tiur dengan
cara membagikan kebahagiannya agar Tiur juga merasakan punya ayah seperti
dirinya. Kedua, Kerja Sama, teman-teman Delisa kehilangan sandal saat pulang
pengajian, kemudian Delisa bekerjasama untuk mencari sandal-sandal yang
hilang. Ketiga, Berani, yaitu berani dalam mengutarakan ketidakpahamannya
kepada apa yang disampaikan oleh ustad Rahman. Keempat, Keteguhan Hati
dan Komitmen, delisa selektif memilih pekerjaan mana yang harus ia lakukan
terlebih dahulu dan tetap menyelesaikan sampai selesai. Kelima, Suka
Menolong, Delisa membantu teman-temannya yang sedang kesusahan dalam
menyelesaikan masalahnya. Keenam, Kejujuran dan Integritas, Delisa
menumbuhkan inspirasi bagi Umam untuk melakukan hal yang sama. Ketujuh,
Mandiri dan Percaya Diri, Delisa memilih belajar sepeda sendiri bersama Tiur,
tidak harus menunggu abinya yang mengajarkan. Kedelapan, Loyalitas, Delisa
telah menepati janjinya kepada ummi untuk bisa menghafal bacaan shalat
sampai benar. Kesembilan, Rasa Bangga, Delisa bangga dapat menyelesaikan
tugasnya dengan baik dan sesuai dengan harapan. Kesepuluh, Banyak Akal,
Delisa tetap membaca doa sebelum tidur walaupun menggunakan bahasa
Indonesia. Kesebelas, Respek, Delisa telah bersikap sopan kepada gurunya
dengan menjabat dan mencium tangan gurunya. Kesebelas hasil penelitian ini
kemudian peneliti rangkum dalam sebuah karya ilmiah. Penelitian ini dapat
menjadi pedoman kepada orang tua untuk memilih film yang baik untuk
ditonton agar terbentuk moral yang baik bagi anak. Mengingat sangat banyak
NILAI MORAL TOKOH ANAK DALAM FILM HAFALAN SHALAT DELISA
(Hikmah Muliadi, Dr. Hamdani M Syam, M.A., Nur Anisah, M. Si.)
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,
Vol. 3. №. 1. Februari 2018 : 159 – 170
h M ah
lmi a
lI a
Jurnal IlmiahMahasiswa FISIP Unsyiah
sis
a
Jurn
wa
Volume 3, Nomor 1 :Februari 2018
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
sis
a
Jurn
wa
Volume 3, Nomor 1 :Februari 2018
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP