Anda di halaman 1dari 251

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny.

G
DI UPT PUSKESMAS BANYUANYAR
SURAKARTA

LAPORAN TUGAS AKHIR


Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma 3 Kebidanan

Disusun Oleh
Dasa Muhtiah Kusumawardhani
NIM B15016

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
TAHUN 2018
CURRICULUM VITAE

Nama : Dasa Muhtiah Kusumawardhani

Tempat / tanggal lahir : Sukoharjo/ 10 september 1996

Agama : Islam

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Perum Palem Asri B.20 RT 02 / RW 07 Gentan,

Baki, Sukoharjo

Riwayat pendidikan

1. SD N 1 PAJANG LULUS

TAHUN 2009

2. SMP N 9 SURAKARTA LULUS

TAHUN 2012

3. SMA N 1 KARTASURA LULUS

TAHUN 2015

4. Prodi D3 Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta ANGKATAN

2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Laporan Asuhan
Komperhensif pada Ny.G di UPT Puskesmas Banyuanyar, Surakarta” dengan
baik dan tepat waktu
Laporan tugas akhir penulis disusun untuk memenuhi salah satu
pesyaratan memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan di Prodi D 3 Kebidanan
STIKes Kusuma Husada Surakrta

Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis telah mendapatkan


banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Wahyu Rima Agustin S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku ketua STIKes Kusuma


Husada Surakarta
2. Ibu Siti Nurjanah, SST.,M.Keb selaku Ketua Program Studi D 3
Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
3. Ibu Harwati Amd.keb selaku pembimbing lahan di Puskesmas Banyunyar
yang telah membantu dalam proses pengambilan kasus
4. Ibu Ernawati, SST.,M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis, sehingga Laporan Tugas
Akhir ini dapat terwujud.
5. Ny. G yang telah bersedia menjadi subyek dalam penulisan Laporan Tugas
Akhir
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang ikut
ambil andil dalam terwujudnya Laporan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam Usulan Laporan Tugas Akhir masih jauh
dari kesempurnaan, hal ini karna adanya kekurangan dan keterbatasan
kemampuan penulis. Oleh karna itu, segala kritik dan saran ang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demih kesempurnaan Usulan
Laporan tugas akhir

Penulis,
MOTTO

Beri satu kunci untuk mengenal hidup, jadikan setiap langkah kita sebagai
ibadah Insya Allah kita akan tahu tujuan hidup yang sesungguhnya

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerndahan hati, Laporan Tugas Akir ini penulis


persembahkan:

1. Ibu (Tatik Narindahyani SE) dan Bapak (Sriyana S.SOS) tercinta yang
telah memberikan semuanya, doa, kasih sayang, cinta, pengorbanan,
dukungan dan kebahagiaan yang begitu indah dalam hidupku. Semoga
allah selalu melimpahkan berjuta kenikmatan yang tiada henti kepada
bapak dan ibu. Aku cinta kalian
2. Pembimbing Akademik ku tersayang ibu Ika Budi
Wijayanti,SST.,M.Sc yang dengan sabar membimbing ku selama
3tahun ini
3. Teman seperjuanganku Nita, Ika, Hesti, May, Afta, Sekar otw
Amd.keb dan semua teman sekelasku yang selalu ada, terimakasih
4. Almamaterku tersayang STIKES KUSUMA HUSADA Surakarta
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.....................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN.....................................................................iv
CURRICULUM VITAE..............................................................................v
KATA PENGANTAR.................................................................................vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................viii
DAFTAR ISI................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR...................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..........................................................1
B. Perumusan Masalah................................................................4
C. Tujuan Laporan Khusus..........................................................4
D. Manfaat Penelitian..................................................................5
E. Keaslian Penelitian..................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................9
A. Konsep dasar kasus dan standar asuhan kebidanan................9
B. Kerangka Pikir....................................................................159
C. Landasan Hukum................................................................160
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................168
A. Jenis Laporan Khusus.........................................................168
B. Lokasi Laporan Khusus.......................................................168
C. Subjek Laporan Khusus......................................................168
D. Waktu Laporan Khusus.......................................................169
E. Instrument LaporanKhusus.................................................169
F. Tehnik Pengumpulan Data..................................................170

BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN............................176


A. Gambaran Lokasi Penelitian...........................................................177
B. Tinjauan Kasus...............................................................................115
C. Pembahasan....................................................................................210
BAB V PENUTUP..................................................................................236
A. Simpulan.............................................................................236
B. Saran....................................................................................238
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar Patograf......................................................................68

Gambar 2.2 Kerangka Pikir....................................................................... 159


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan Ijin Pengambilan Kasus

Lampiran 2. Surat Balasan Ijin Pengambilan Kasus

Lampiran 3. Surat Permohonan Menjadi Pasien

Lampiran 4. Surat persetujuan pasien (Informed Consent)

Lampiran 5. Surat Ijin Peminjaman Buku

Lampiran 6. SOAP Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin

Lampiran 7. SOAP AsuhanKebidananPadaBayiBaruLahir

Lampiran 8. SOAP Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

Lampiran 9. SOAP Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana

Lampiran 10. Lembar Konsultasi Proposal dan LTA

Lampiran 11. Lembar Kunjungan Hamil

Lampiran 12. Lembar Kunjungan Bayi dan Neonatus

Lampiran 13. Lembar Kunjungan Nifas

Lampiran 14. Partograf

Lampiran 15. Satuan Acara Penyuluhandan Leaflet

Lampiran 16. Dokumentasi Pengambilan Kasus (Foto, Fotocopy buku KIA dll)

Lampiran 17. Satuan Acara Penyuluhan dan Leaflet


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asuhan kebidanan berkesinambungan atau continuity of care yaitu

asuhan kebidanan secara berkelanjutan dan berkesinambungan oleh seorang

bidan terhadap klien/ pasien mulai dari masa pra konsepsi, masa kehamilan,

persalinan, nifas, dan KB berdasarkan standar asuhan kebidanan yang

diberikan (Kemenkes, 2015).

Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia terjadi sejak

tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu dari 390 menjadi 228. Namun

demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan Angka Kematian

Ibu (AKI) yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000

kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) kembali menujukkan

penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Angka

Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran

hidup, yang artinya sudah mencapai target MDG 2015 sebesar 23 per

1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia,2016).

Angka Kematian Ibu (AKI) Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015

berdasarkan profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah sebesar 111,16 kasus

per 100.000 kelahiran hidup mengalami penurunan yang signifikan

dibandingkan pada tahun 2014 yang mencapai 126,55 kasus per 100.000

kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Jawa Tengah


tahun 2015 sebesar 10 per 1000 kelahiran hidup mengalami penurunan

dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 10,8 per 1000 kelahiran hidup.

Angka Kematian Ibu (AKI) di Surakarta sebesar 5 kasus pada tahun

2015. Untuk jumlah Angka Kematian Bayi (AKB) di kabupaten Surakarta

pada tahun 2015 sebesar 7.75 kasus per 1000 kelahiran hidup (profil

kesehatan jawa tengah, 2015)

Di UPT Puskesmas Banyuanyar tidak terdapat kematian ibu namun

masih terdapat 3 kasus kematian bayi pada tahun 2017. Penyebab dari

kematian tersebut diantaranya Penyakit Jantung Bawaan (PJB) dengan

hiperbilirubin, riwayat phenomonia dan BBLR (puskesmas banyuanyar,

2018).

Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program

pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan

diberi izin untuk menjalankan praktik kebidanan di negeri itu. Dia harus

mampu memberikan supervisi, asuhan, dan memberikan nasehat yang

dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalin dan masa pasca-

persalinan, memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta

asuhan pada bayi baru lahir dan anak (Barus, 2018). Setiap ibu hamil harus

mendapatkan pelayanan kehamilan yang bermutu sesuai dengan standar

agar dapat melewati masa kehamilan dengan sehat, asuhan persalinan

mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang

tinggi pada ibu dan bayi, sedangkan asuhan bayi baru lahir diberikan pada

bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran dengan menjaga bayi
tetap kering dan hangat serta menilai pernafasannya, kemudian asuhan pada

ibu nifas dipergunakan untuk memulihkan kesehatan ibu kembali, yang

memerlukan waktu 6 sampai 12 minggu, dan asuhan Keluarga Berencana

adalah upaya untuk merencanakan jarak kehamilan yang bersifat sementara

maupun permanen. Asuhan antenatal harus dilakukan secara komprehensif,

terpadu dan berkualitas agar apabila terdapat masalah atau penyakit yang

mempengaruhi kehamilan dapat segera terdeteksi (Suryaningsih, 2018).

Mahasiswa kebidanan diharapkan memiliki ketrampilan yang kompeten

sesuai dengan standar kebidanan. Oleh karena itu, mahasiswa diharuskan

melakukan asuhan kebidanan yang komprehensif untuk mencapai

kompetensi yang diharapkan.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan

“Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. G Di UPT Puskesmas

Banyuanyar”. Asuhan Kebidanan Komprehensif mencakup empat kegiatan

pemeriksaan berkesinambungan diantaranya adalah asuhan kebidanan

kehamilan (antenatal care), asuhan kebidanan persalinan (intranatal care),

asuhan kebidanan masa nifas (postnatal care), dan asuhan kebidanan bayi

baru lahir (neonatal care) bertujuan untuk melaksanakan pendekatan

manajemen kebidanan pada kasus kehamilan dan persalinan sehingga dapat

menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis membuat rumusan masalah

dalam Laporan Tugas Akhir ini yaitu “Bagaimanakah asuhan Kebidanan

Komprehensif pada  Ny.G di UPT Puskesmas Banyuanyar Surakarta?”.

C. Tujuan Laporan Kasus

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil,

bersalin, nifas, neonatus dan KB dengan menerapkan pendekatan

manajemen kebidanan.

Untuk menerapkan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. G di UPT

Puskesmas Banyuanyar, dengan pendekatan manajemen kebidanan.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu :

1) Melakukan pengkajian pada Ny. G di UPT Puskesmas

Banyuanyar Surakarta secara komprehensif dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

2) Interpretasi data dasar pada Ny. G UPT Puskesmas Banyuanyar

Surakarta secara komprehensif dengan menggunakan

pendekatan manajemen kebidanan.

3) Menyusun diagnosa kebidanan pada Ny. G UPT Puskesmas

Banyuanyar Surakarta secara komprehensif dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.


4) Menyusun diagnosa potensial/tindakan segera pada Ny.G UPT

Puskesmas Banyuanyar Surakarta secara komprehensif dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

5) Merencanakan asuhan kebidanan pada Ny. G UPT Puskesmas

Banyuanyar Surakarta secara komprehensif dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

6) Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. G UPT Puskesmas

Banyuanyar Surakarta secara komprehensif dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

7) Melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada Ny. G UPT

Puskesmas Banyuanyar Surakarta secara komprehensif dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

8) Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada Ny. G UPT

Puskesmas Banyuanyar Surakarta secara komprehensif dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

b. Mahasiswa mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus

nyata dilapangan serta alternatif pemecahan masalah.

D. Manfaat Laporan Kasus

1. Manfaat Teoritis

Hasil studi kasus ini dapat sebagai pertimbangan masukan untuk

menambah wawasan tentang kasus asuhan kebidanan komprehensif pada

Ny. G
2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil studi kasus ini dapat dimafaatkan sebagai masukan dalam

memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil,

bersalin, bayi baru lahir, nifas, dan keluarga berencana di UPT

Puskesmas Banyuanyar.

b. Bagi Profesi

Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi bidan

dalam asuhan komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas dan

keluarga berencana.

3. Bagi Klien dan masyarakat : Agar klien maupun masyarakat bisa

melakukan deteksi yang mungkin timbul pada masa kehamilan, persalinan

maupun pada masa nifas sehingga memungkinkan segera mencari

pertolongan.

E. Keaslian Laporan Kasus

Laporan kasus tentang asuhan komprehensif pada Ny G di UPT

Puskesmas Banyuanyar pernah dilakukan sebelumnya oleh:

1. Aditya Febri Ningsih (2017) dengan judul “Asuhan Kebdianan

Komprehensif pada Ny. K di Bidan Praktik Mandiri Sri Lumintu”

study kasus ini bertujuan untuk melaksanakan asuhan kebidanan

komprehensif pada Ny. K G2P1A0 umur 31 tahun umur kehamilan 34

minggu sesuai dengan teori manajemen kebidanan menurut 7 langkah


varney sehingga dapat memberikan pemecahan masalah yang terjadi.

Cara pengambilan data melalui wawancara, observasi langsung, dan

study dokumentasi rekam medik.

2. Dina Febrianingtyas (2017) dengan judul “asuhan kebidanan

komperhensif pada ny.a di PKD Pungsari Plupuh Sragen” study kasus

ini bertujuan untuk melaksanakan asuhan kebidanan komperhensif

pada ny. A G2P1A0 umur 27 tahun umur kehamilan 35 minggu sesuai

dengan teori menejemen kebidanan menurut 7 langkah varney

sehingga dapat memberikan pemecahan masalah yang terjadi. Cara

pengambilan data melalui wawancara, observasi langsung, dan study

dokumentasi rekam medik. Asuhan kehamilan yang di berikan

menganjurkan ibu untuk tetap minum tablet tambah darah (FE),

Memberikan penkes tanda bahaya TM III, Menjelaskan tentang

persiapan persalinan (BAKSOKUDA)

3. Asri Nur Fitriani Hidayat (2016) dengan judul “Asuhan Kebidanan

Komprehensif pada Ny. Y G4P3A0 di Bidan Praktik Mandiri Bidan Hj.

Imas R Yusfar Amd. Keb Bandung”. Tujuan umum studi kasus dari

Asri Nur Fitriani Hidayat adalah untuk mengetahui gambaran

pemberian asuhan kebidanan komprehensif yang sesuai dengan standar

pelayanan kebidanan dengan menggunakan kerangka pikir Manajemen

Kebidanan. Metode yang digunakan dari Asri Nur Fitriani Hidayat

adalah metode kualitatif yang dilaksanakan melalui pendekatan studi


kasus. Kesimpulan dari studi kasus Asri Nur Fitriani Hidayat adalah

pengumpulan data subyektif pada Ny. Y telah sesuai dengan teori.

Persamaan dengan keasliaan diatas yaitu pada tema dengan asuhan

kebidanan komprehensif dengan teori menejemen kebidanan menurut

7 langkah varney

Perbedaan dengan keaslian kasus diatas yaitu waktu untuk

pengambilan kasus, subyek studi kasus serta lamanya asuhan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KEHAMILAN

1. Konsep Dasar

a. Pengertian

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi

(Saifuddin, 2009).

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya bayi dengan

lama 280 hari atau 40 minggu yang dihitung dari hari pertama haid

terakhir (Oktaviani, 2018).

b. Tanda – tanda Kehamilan Trimester III

1) Gerakan janin dalam rahim

Gerakan janin dapat dirasakan dengan jelas setelah minggu 24.

Bagian-bagian janin dapat teraba dengan cara pemeriksaan palpasi

Leopold (Pantiawati dan Saryono, 2010).

2) Denyut Jantung Janin (DJJ)

Dilakukan di akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali

kunjungan antenatal. DJJ normal 140-160 x/menit (Oktaviani,

2018).

c. Perubahan Fisiologi dan Psikologi Pada Ibu Hamil Trimester III

1) Perubahan fisiologi pada ibu hamil trimester III


Menurut Dewi dan Sunarti (2011), perubahan fisiologi pada ibu

hamil trimester III adalah sebagai berikut :

a) Minggu ke 28/bulan ke 7

Fundus berada di pertengahan antara pusat dan prosessus

xyfoideus. Hemoroid mungkin terjadi. Pernafasan dada

menggantikan pernafasan perut. Garis bentuk janin dapat di

palpasi. Rasa panas dalam perut mungkin terasa.

b) Minggu ke 32/bulan ke 8

Fundus mencapai prosessus xyfoideus, payudara penuh dan

nyeri tekan.

c) Minggu ke 38/bulan ke 9

Penurunan bayi ke dalam pelvis/panggul ibu (lightenin).

Plasenta setebal hampir 4 kali waktu usia kehamilan 18 minggu

dan beratnya 0,5-0,6 kg. Sakit punggung dan sering BAK.

Braxton Hicks meningkat karena serviks dan sekmen bawah

rahim di siapkan untuk persalinan (Dewi dan Sunarsih, 2011).

2) Perubahan psikologi pada ibu hamil trimester III

a) Perasaan khawatir dan cemas

Menurut Walyani (2015), wanita mungkin sering merasa

cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri,

seperti : apakah bayi akan lahir normal atau abnormal.


b) Merasa kehilangan perhatian

Sering bermimpi dan berkhayal tentang bayinya, adapula

ibu yang sedih karena akan berpisah dengan bayinya dalam

kandungan sehingga khawatir akan kehilangan perhatian

khusus yang diterimanya saat hamil (Oktaviani, 2018).

c) Libido menurun

Pada trimester III ini hasrat seksual ibu menurun lagi, hal ini

karena abdomennya yang semakin membesar dan perasaan

tidak nyaman lainnya seperti mudah lelah, kram, nyeri pada

punggung dan keluhan muskuloskeletal (Oktaviani, 2018).

d) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir sewaktu-

waktu

Trimester III seringkali disebut periode menunggu dan

waspada sebab pada periode ini ibu merasa tidak sabar

menunggu kelahiran bayinya dan terkadang ibu merasa

khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu (Oktaviani,

2018).

d. Tanda Bahaya Dalam Kehamilan Trimester III

1) Perdarahan pervaginam

Perdarahan pada kehamilan lanjut adalah pada trimester

terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan (Asrinah dkk,

2010).
Menurut Pantiawati dan Saryono (2010) ada beberapa jenis

perdarahan antepartum :

a) Plasenta Previa

Plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi

sebagaian/seluruh ostinum uteri internum (implantasi plasenta

yang normal adalah pada depan dinding rahim atau didaerah

fundus uteri).

b) Solusio plasenta

Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta sebelum

waktunya, secara normal plasenta terlepas setelah bayi lahir.

c) Gangguan pembekuan darah

Gangguan koagulopati dapat menjadi penyebab dan akibat

perdarahan yang hebat.

2) Sakit kepala yang hebat

Keadaan Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius

adalah sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan

beristirahat, sakit kepala yang hebat sampai penglihatannya

menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam

kehamilan adalah gejala dari pre-eklamsi.

3) Penglihatan kabur

Batasan masalah wanita hamil mengeluh penglihatan yang

kabur karena pengaruh hormon, ketajaman penglihatan ibu dapat


berubah dalam kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah

normal.

4) Bengkak di wajah dan jari-jari tangan

Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul

pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan

disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini merupakan pertanda

anemia, gagal jantung dan pre-eklampsi.

5) Keluar cairan pervaginam

Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester III,

ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses

persalinan berlangsung, pecahnya selaput ketuban dapat terjadi

pada kehamilan preterm (sebelum kehamilan 37 minggu) maupun

pada kehamilan aterm.

6) Gerakan janin tidak terasa

Masalah ibu tidak merasakan gerakan janin saat kehamilan

trimester III.

7) Nyeri abdomen yang hebat

Ibu mengeluh nyeri perut pada kehamilan Trimester III nyeri

abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam

keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang

setelah beristirahat (Pantiawati dan Saryono, 2010).

e. Ketidaknyamanan Dalam Kehamilan Pada Trimester III


Beberapa ketidaknyamanan pada trimester III menurut Yanti (2017)

adalah sebagai berikut :

1) Sering buang air kecil

Penyebab dari sering buang air kecil yaitu Penekanan uterus/rahim

juga kepala bayi.

Cara mengatasi sering buang air kecil yaitu batasi minum sebelum

tidur, latihan senam kegel, jika buang air kecil terasa sakit segera

periksalah ke dokter.

2) Sesak nafas

Penyebab dari sesak nafas yaitu ekspansi dan batas diagfragma

dengan pembesaran uterus /rahim.

Cara mengatasi sesak nafas yaitu sikap tubuh yang benar, jangan

makan terlalu kenyang, jangan merokok, jika sesak berlebihan

maka hubungi dokter.

3) Insomnia

Penyebab dari insomnia yaitu gerakan bayi, sering BAK, sesak

nafas.

Cara mengatasi insomnia yaitu istirahat usap-usap punggung,

topang bagian tubuh dengan bantal.

4) Kontraksi Braxton hicks

Penyebab dari kontraksi Braxton hicks yaitu kontraksi dalam

persiapan persalinan
Cara mengatasi Braxton hicks yaitu istirahat, atur posisi, cara

bernafas, usap-usap punggung.

5) Oedema

Penyebab dari oedema yaitu berdiri terlalu lama, duduk kaki

tergantung, pakaian ketat, dan kaki ditinggikan, kurang olahraga.

Cara mengatasi oedema yaitu dengan Minum yang cukup,

istirahat, jika cara tersebut tidak hilang segera periksa ke dokter.

6) Kram kaki

Penyebab dari kram pada kaki yaitu penekanan saraf yang

mensuplai ekstermitas bagian bawah yang disebabkan pembesaran

perut ibu, terlalu lelah, lama berdiri.

Cara mengatasi kram kaki yaitu dengan Istirahat, pengurutan

daerah betis, selama kram kaki harus defleksi.

7) Haemoroid

Penyebab dari haemoroid yaitu varices pada anus.

Cara mengatasi haemoroid yaitu dengan Pencegahan agar feses

tidak keras, konsumsi sayuran dan buah yang berserat, seperti

pepaya, duduk jangan terlalu lama, posisi tidur miring, kompres

dengan air hangat/dingin, gunakan obat suppositoria atas indikasi

dokter.

f. Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil Trimester III

Menurut Pantiawati dan Saryono (2010), ada beberapa kebutuhan

psikologis ibu hamil terimester III :


1) Support keluarga

Keluarga dan suami dapat memberikan dukungan dengan

memberikan keterangan tentang persalinan, tetap memberikan

perhatian dan semangat pada ibu tentang persalinan, bersama-sama

mematangkan persiapan persalinan dengan tetap mewaspadai

komplikasi yang mungkin terjadi.

2) Support dari tenaga kesehatan

Memberikan penjelasan bahwa yang dirasakan oleh ibu adalah

normal, menenangkan ibu, meyakinkan bahwa anda akan selalu

berada bersama ibu untuk membantu melahirkan bayinya.

3) Rasa aman dan nyaman selama kehamilan

Untuk menciptakan rasa nyaman dapat ditempuh dengan

senam untuk memperkuat otot-otot, mengatur posisi duduk untuk

mengatasi nyeri punggung akibat janin, mengatur berbagai sikap

tubuh untuk meredakan nyeri dan pegal.

4) Persiapan menjadi orang tua

Bersama-sama dengan pasangan selama kehamilan dan saat

melahirkan untuk saling berbagi pengalaman ysng unik tentang

setiap kejadian yang dialami oleh masig-masing

g. Kebutuhan Fisiologis Ibu Hamil Trimester III

Menurut Pantiawati dan Saryono (2010) ada beberapa kebutuhan

fisik pada ibu hamil Trimester III, yaitu :

1) Oksigen
Pada dasarnya kebutuhan oksigen semua manusia sama yaitu

udara yang bersih, tidak kotor, tidak berbau dan sebagainya, pada

prinsipnya hindari ruangan/tempat yang dipenuhi polusi udara

(terminal, ruangan yang sering dipergunakan untuk merokok).

2) Nutrisi

Kebutuhan gizi ibu hamil pada kehamilan trimester III (minggu

27-lahir) kalori sama dengan trimester II tetapi protein naik

menjadi 2g/kg BB. Ibu yang cukup makanannya mendapatkan

kenaikan BB yang cukup baik. Kenaikan BB selama hamil : 9-13,5

kg. Kenaikan BB selama TM III : 9,5 kg.

Makanan diperlukan untuk pertumbuhan janin plasenta, uterus,

buah dada dan kenaikan metabolisme. Anak aterm membutuhkan :

400 g protein, 220 g lemak, 80 g karbohidrat, 40 g mineral

Uterus dan plasenta membutuhkan 550 g dan 50 g protein.

Kebutuhan total protein 950 g, Fe 0,58 g, dan asam folik 300 μg

perhari (Pantiawati dan Saryono, 2010).

3) Personal hygine

a) Mandi

Mandi diperlukan untuk kebersihan kulit terutama untuk

perawatan kulit karena pada ibu hamil fungsi eksresi keringat

bertambah. Dan menggunakan sabun yang ringan dan lembut

agar kulit tidak teriritasi.


b) Perawatan gigi

Pemeriksaan gigi minimal dilakukan satu kali selama hamil.

Pada ibu hamil gusi menjadi lebih peka dan mudah berdarah

karena di pengaruhi oleh hormon kehamilan yang

menyebabkan hipertropi, bersihkan gusi dan gigi dengan

benang gigi atau sikat gigi dan boleh memakai obat kumur.

c) Perawatan rambut

Rambut harus bersih, kramas 1 minggu 2-3 kali.

d) Payudara

Persiapan menyusui dengan perawatan puting dan kebersihan

payudara.

e) Perawatan kuku

Kuku bersih dan pendek

f) Kebersihan kulit

Apabila terjadi infeksi kulit segera di obati, dan dalam

pengobatan dengan resep dokter.

g) Pakaian

Pakaian harus longgar, bersih dan tidak ada ikatan yang ketat

pada daerah perut dan leher.

4) Eliminasi

Masalah eliminasi tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup

lancar. Dengan kehamilan terjadi perubahan hormonal, sehingga

daerah kelamin menjadi basah. Situasi basah ini menyebabkan


jamur (trokomonas) sehingga wanita mengeluh gatal dan

mengeluarkan keputihan. Rasa gatal sangat mengganggu sehingga

sering digaruk dan menyebabkan saat berkemih terdapat sisa yang

memudahkan infeksi kandung kemih. Untuk memperlancar dan

mengurangi infeksi kandung kemih yaitu dengan minum air putih

dan menjaga kebersihan disekitar alat kelamin (Pantiawati dan

Saryono, 2010).

5) Seksual

Aktifitas seksualitas dalam masa kehamilan pada terimester I

tidak ada kontraindikasi kecuali ada riwayat abortus berulang, pada

trimester II dan III tidak ada kontraindikasi tetapi untuk melakukan

hubungan seksual harus dengan hati-hati (Pantiawati dan

Saryono,2010).

6) Istirahat atau tidur

Istirahat ibu hamil sering terganggu karena ketidaknyamanan

posisi tidur, berbaring dan tengkurap tidak disarankan pada ibu

hamil karena tidur berbaring terlentang akan menyebabkan

kesulitan bernafas pada ibu dan dapat menggangu asupan oksigen

bagi bayi. Posisi tidur miring atau menyamping disarankan untuk

ibu karena tidak mengganggu pernafasan dan asupan oksigen

untuk bayi, mengganjal beberapa bantal yang diletakkan

dibelakang untuk menjaga agar ibu tidak berbaring datar.

(Pantiawati dan Saryono, 2010).


h. Asuhan Antenatal

a. Pengertian

Asuhan antenatal adalah asuhan yang diberikan kepada ibu hamil

sejak bertemunya konsepsi hingga awal persalinan. Bidan akan

menggunakan pendekatan yang berpusat pada ibu dalam

memberikan asuhan kepada ibu dalam memberikan asuhan kepada

ibu dan keluarganya dengan berbagai informasi untuk

memudahkannya membuat pilihan tentang asuhan yang ia terima

(Marmi, 2014).

Tujuan utama antenatal care (ANC) adalah

menurunkan/mencegah kesakitan dan kematian maternal dan

perinatal (Oktaviani, 2018).

Menurut Oktaviani (2018) tujuan khususnya adalah :

1) Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan

ibu dan pertumbuhan perkembangan bayi.

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan

sosial ibu dan janin.

3) Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan

memberikan penatalaksanaan yang diperlukan.

4) Menyiapkan persalinan cukup bulan, meminimalkan trauma

saat persalinan sehingga ibu dan bayi lahir selamat dan sehat.

5) Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam

rangka mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik,


emosional, dan logis untuk menghadapi kelahiran serta

kemungkinan adanya komplikasi.

6) Menyiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan berhasil

memberikan ASI eksklusif.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 97 Tahun 2014,

Pemeriksaan Antenatal berkualitas apabila telah memenuhi standar

pelayanan antenatal (10T) :

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Penimbangan berat badan dilakukan setiap kali kunjungan

antenatal. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan

pertumbuhan janin. Penambahan berat badan selama kehamilan

didasarkan pada BMI atau IMT ibu hamil. Pengukuran tinggi

badan dilakukan saat kunjungan yang pertama jika tingi badan

kurang dari 145 cm maka ibu termasuk kategori faktor resiko

tinggi

2) Ukur lingkar lengan atas/nilai status gizi

Pengukuran lingkar lengan atas hanya dilakukakn pada

kontak pertama antenatal. Hal ini dilakukan untuk skrining ibu

hamil beresiko kurang energi kronik (KEK) seorang ibu

dikatakan KEK apabila lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm

yang menunjukkan terjadinya kekurangan gizi yang telah

berlangsung lama. Keadaan ini dapat beresiko lahirnya bayi

dengan berat badan rendah (BBLR).


3) Ukur tekanan darah

Pengukuran tekanan darah dilakukan setiap kali kunjungan

antenatal. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi

pada kehamilan dan preeklampsia. Jika ditemukan tekanan

darah tinggi (>140/90 mmHg) pada ibu hamil maka dilanjutkan

pemeriksaan kadar protein urine dengan tes celup atau protein

urine 24 jam untuk menentukan diagnosis.

4) Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) harus dilakukan

setiap kali kunjungan antenatal. Hal ini dilakukan untuk

memantau pertumbuhan janin dibandingkan dengan usia

kehamilan. Selain itu pengukuran tinggi fundus uteri juga

digunakan untuk menetukan usia kehamilan. Pengukuran tinggi

fundus uteri dilakukan setelah usia 24 minggu dan secara

berkelanjutan setiap kunjungan.

5) Tentukan presentasi janin dan hitung denyut jantung janin (DJJ)

Presentasi janin merupakan bagian terendah janin atau

bagian janin yang terdapat dibagian bawah uterus. Pemeriksaan

ini dilakukan pada trimester II kehamilan,dan dilanjutkan setiap

kali kunjungan. Pemeriksaan DJJ dilakukan di punctum

maksimum, yaitu tempat denyut jantung janin yang terdengar

paling keras, biasanya pada bagian punggung janin. DJJ normal

bayi adalah 120-160 kali per menit. Apabila DJJ kurang atau
lebih dari nilai tersebut maka dilakukan pemantauan lebih

lanjut terhadap kesejahteraan janin.

6) Skrining status imunisasi TT dan pemberian imunisasi TT

Pemberian imunisai TT (tetanus toksoid) dilakukan untuk

memberikan kekebalan terhadap tetanus baik ibu maupun bayi

(tetanus neonatorum). Vaksin TT merupakan suspensi koloid

homogen berwarna putih susu dalam vial gelas, mengandung

toksoid murni, teradsorbsi ke dalam aluminium fosfat. Skrining

imunisasi TT dilakukan dengan melihat tahun kelahiran WUS,

yaitu WUS dengan tahun kelhiran 1979 sampai dengan 1993

dan WUS dengan kelhiran setelah tahun 1993 merupakan tahun

dimulainya program imunisasi dasar lengkap dan tahun 1993

merupakan tahun dimulainya bulan imunisasi anak sekolah.

7) Beri tablet tambah darah (zat besi)

Pemberian tablet tambah darah merupakan asuhan rutin

yang harus dilakukan dalam asuhan antenatal. Suplementasi ini

berisi senyawa zat besi yang setara dengan 60 mg zat besi

elemental dan 400 mcg asam folat. Hal ini dilakukan untuk

pencegahan terjadinya anemia dalam kehamilan, serta

pengobatan anemia dalam kehamilan. Dosis yang digunakan

pada terapi pencegahan adalah 1 tablet tambah darah selama

kehamilan minimal 90 tablet dimulai sedini mungkin dan

dilanjutkan sampai masa nifas.


8) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium pada kehamilan dilakukan

sebagai pemeriksaan rutin dan oemeriksaan atas indikasi.

Pemeriksaan laboratorium rutin meliputi pemeriksaan golongan

darah dan pemeriksaan hemoglobin. Pemeriksaan kadar

hemoglobin dilakukan pada trimester I dan III. Hal ini

dilalkukan untuk mengetahui status anemia pada ibu hamil

sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan lebih lanjut.

9) Tata laksana/penanganan khusus

Penetepan diagnosis dilakukan setelah seluruh pengkajian

maupun pemeriksaan dilakukan secara lengkap. Setiap kelainan

yang ditemukan dari hasil pemeriksaan harus ditata laksana

sesuai standar dan kewenangan bidan. Apabila terdapat kasus

kegawatdaruratan atau kasus patologis harus dilakukan rujukan

ke fasilitas yang lebih lengkap sesuai alur rujukan.

10) Temu wicara/konseling

Setiap kunjungan antenatal bidan harus memberikan temu

wicara/konseling sesuai dengan diagnosis dan masalah yang

ditemui.

b. Kunjungan pemeriksaan antenatal

Menghindari resiko komplikasi pada kehamilan dan

persalinan, anjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan

antenatal komperhensif yang berkualitas minimal 4 kali, termasuk


minimal 1 kali kunjungan diantar suami/ pasangan atau anggota

keluarga (KEMENKES, 2013). Trimester III jumlah kunjungan

minimal 2 kali antara minggu 28-36 dan setelah 36 minggu.

Informasi penting yang harus di sampaikan pada minggu

28-36 minggu menurut Marmi (2014) sebagai berikut :

1) Membangun hubungan saling percaya anatara petugas

kesehatan dan ibu hamil

2) Mendeteksi masalah dan menanganinya.

3) Melakukan tindakan pencegahan antara tetanus neonatorum,

anemia kekerangan zat besi, penggunaan praktek tradisional

yang merugikan.

4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk

menghadapi komplikasi.

5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latiahan dan kebersihan,

istirahat dan sebagainya).

6) Kewaspadaan khusus terhadap pre-eklamsi (tanya ibu tentang

gejala-gejala preeklamsi, pantau tekanan darah, evaluasi

oedema, priksa untuk mengetahui proteinurea).

7) Palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan

ganda.
a. Anemia dalam kehamilan

1) Pengertian

Anemia merupakan suatu kondisi kadar hemoglobin dalam

darah kurang dari normal yang berbeda menurut kelompok

umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis (Yosefni dan Yulia,

2017).

2) Klasifikasi anemia pada ibu hamil

Menurut Manuaba dalam Yuni (2015), kadar hemoglobin pada

ibu hamil dapat dibagi menjadi 4 yaitu:

a) Normal : Hb 11g/dl

b) Anemia ringan : Hb 9-10g/dl

c) Anemia sedang : Hb 7-8g/dl

d) Anemia berat : Hb <7g/dl

3) Penyebab anemia dalam kehamilan

Menurut Proverawati (2011), penyebab anemia dalam

kehamilan adalah :

a) Penghancuran sel darah merah yang berlebihan

b) Kehilangan darah

c) Penurunan produksi sel darah merah

4) Faktor risiko dalam kehamilan

Menurut Proverawati (2011), tubuh berada pada risiko tinggi

untuk menjadi anemia selama kehamilan jika :

a) Mengalami dua kehamilan yang berdekatan


b) Hamil dengan lebih dari satu anak

c) Sering mual dan muntah karena sakit pagi hari

d) Tidak mengkonsumsi cukup zat besi

e) Mengalami menstruasi berat sebelum kehamilan

f) Hamil saat masih remaja

g) Kehilangan banyak darah (misalnya, dari cedera atau

selama operasi)

5) Gejala Anemia Ringan

Menurut Proverawati (2011), keluhan anemia ringan biasanya

seperti:

a) Cepat lelah

b) Pusing

c) Sesak napas

d) Tampak pucat

e) Badan lemas

f) Penurunan energi

6) Komplikasi dan pronognis anemia

Hemoglobin memiliki peran penting dalam mengantar oksigen

keseluruh bagian tubuh untuk konsumsi dan membawa kembali

karbondioksidakembali ke paru menghembuskan nafas keluar

dari tubuh. Jika kadar hemoglobin terlalu rendah, proses ini

dapat terganggu, sehingga tubuh memiliki tingkat oksigen yang

rendah (hipoksia). Anemia yang parah dapat menyebabkan


rendahnya kadar oksigen pada organ-organ vital seperti

jantung, dan menyebabkan serangan jantung (Proverawati,

2011).

7) Penanganan pada anemia

Menururt Yuni (2015), Penanganan pada anemia sebagai

berikut:

a) Anemia ringan

Pada kehamilan dengan kadar Hb 9 g/dl-10 g/dl masih

dianggap ringan sehingga hanya perlu diberikan kombinasi

60 ml/ hari zat besi dan 500 mg asam folat peroral sekali

sehari.

b) Anemia sedang

Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi per ons 600

mg/hari – 1000 mg/hari seperti sulfat ferosus atau glukosa

ferosus.

c) Anemia berat

Pemberian preparat besi 60 mg dan asam folat 400 ug, 6

bulan selama hamil, dilanjutkan sampai 3 bulan setelah

melahirkan.

2. Teori Menejemen Kebidanan

a. Pengertian

Menurut Varney, manajemen kebidanan adalah proses pemecahan

masalah kebidanan yang digunakan sebagai metode untuk


mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,

temuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk

mengambil suatu keputusan yang terfokus pada pasien (Sulistyawati,

2013).

b. Tujuh langkah Menejemen Kebidanan yaitu :

1) Langkah 1 Pengkajian

Pengkajian yaitu pengumpulan data dasar. Pada langkah ini

dilakukan pengumpulan informasi yang akurat dan lengkap dari

semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien (Barus, 2018).

Menanyakan identitas menurut Walyani, 2015 yang meliputi:

a) Nama istri/suami

Mengetahui nama klien dan suami berguna untuk

memperlancar komunikasi dalam asuhan sehingga tidak terlihat

kaku dan lebih akrab.

b) Umur

Umur perlu diketahui guna mengetahui apakah klien dalam

kehamilan yang berisiko atau tidak. Usia dibawah 16 tahun dan

diatas 35 tahun merupakan umur-umur yang berisiko tinggi

untuk hamil.umur yang baik untuk kehamilan maupun

persalinan adalah 19-25 tahun.

c) Suku/bangsa/etnis/keturunan

Ras, etnis, dan keturunan harus diidentifikasi dalam rangka

memberikan perawatan yang peka budaya kepada klien dan


mengidentifikasi wanita atau keluarga yang memiliki kondisi

resesif otosom dengan insiden yang tinggi populasi tertentu.

Jika kondisi yang demikian diidentifikasi, wanita tersebut

diwajibkan menjalani skrining genetik.

d) Agama

Tanyakan pilihan agama klien dan berbagai praktek terkait

agama yang harus diobsevasi. Informasi ini dapat menuntun

sesuatu diskusi tentang pentingnya agama dalam kehidupan

klien, tradisi keagamaan dalm kehamilan dan kelahiran,

perasaan tentang jenis kelamin tenaga kesehatan pada beberapa

kasus, penggunaan produk darah.

e) Pendidikan

Tanyakan pendidikan tertinggi yang klien tamatkan juga

minat, hobi, dan tujuan jangka panjang. Informasi membantu

klinisi memahami klien sebagai individu dan memberi

gambaran kemampuan baca tulisnya.

f) Pekerjaan

Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk

mengetahui apakah klien berada dalam keadaan utuh dan untuk

mengkaji potensi kelahiran, prematur dan terhadap bahaya

lingkungan kerja, yang dapat merusak janin.


g) Alamat

Alamat rumah klien perlu diketahui bidan untuk lebih

memudahakan saat pertolongsn persalinan dan untuk

mengetahui jarak rumah dengan tempat rujukan.

h) No. RMK( Nomor Rekam Medik)

Nomer rekam medik biasanya dgunakan dirumah sakit,

puskesmas, atau klinik.

2) Menganamnesa pasien (data subyektif)

Data subyektif adala dta yang di dapatkan dari kien sebagai suatu

pendapat terhadap suatu kejadin (Yuliani dkk, 2017)

a) Keluhan utama

Ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang

kefasilitas pelayanan kesehatan. Misalnya keluhan utamanya

adalah karena ia ingin memeriksakan kembali kesehatannya

setelah persalinan (Sulistyawati, 2009).

b) Riwayat menstruasi

Data ini memang tidak secara langsung berhubungan dengan

masa nifas, namun dari data yang kita peroleh kita akan

mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ

reproduksinya. Beberapa data yang harus kita peroleh dari

riwayat menstruasi antara lain sebagai berikut:


(1) Menarche

Menarche adalah usia pertama kali mengalami

menstruasi. Wanita indonesia pada umumnya mengalami

menarche sekitar 12 sampai 16 tahun (Sulistyawati, 2009).

(2) Siklus

Siklus adalah jarak antara menstruasi yang dialami

dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari.

Biasanya sekitar 23 sampai 32 hari (Sulistyawati, 2009).

(3) Volume

Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi

yang dikeluarkan. Kadang kita akan kesuliatan untuk

mendapatkan data yang falid. Sebagai acuan biasanya kita

gunakan kriteria banyak, sedang, dan sedikit. Namun kita

dapat kaji lebih dalam lagi dengan beberpa pertanyaan

pendukung, misalnya sampai beberapa kali mengganti

pembalut dalam sehari

(Sulistyawati, 2009).

(4) Lamanya

Lamanya haid yang normal adalah kurang lebih 7 hari.

Apabila sudah mencapai 15 hari berrti sudah abnormal dan

kemungkinan adanya gangguan ataupun penyakit yang

mempengaruhinya (Walyani, 2015).


(5) Disminore

Nyeri haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah

klien menderitanya atau tidak ditiap haidnya. Nyeri haid

juga menjadi tanda bahwa kontraksi uterus klien begitu

hebat sehingga menimbulkan nyeri haid (Walyani, 2015).

c) Riwayat hamil sekarang menurut Walyani, (2015) adalah :

(1) HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)

Bidan ingin mengetahui tanggal hari pertama dari

menstruasi terakhir klien untuk memperkirakan kapan kira-

kira sang bayi akan dilahirkan.

(2) HPL (Hari Perkiraan Lahir)

EDD (Estimated Date of delivery) ditentukan dengan

perhitungan internasional menurut hukum Naegele.

Perhitungan dilakukan dengan menambahkan 9 bulan dan 7

hari pada hari pertama haid terakhir (HPHT) atau dengan

mengurangi bulan dengan 3, kemudian menambahkan 7

hari dan 1 tahun.

(3) Kehamilan yang ke-

Jumlah kehamiln ibu perlu ditanyakan karena

terdapatnya perbedaan perawatan antara ibu yang baru

pertam hamil dengan ibu yang sudah beberapa kali hamil,

apabila ibu tersebu baru pertama kali hamil otomatis perlu

perhatian ekstra pada kehamilannya.


(4) Keluhan - keluhan menurut Walyani, (2015) adalah:

(a) Trimester I

Tanyakan kepada klien apakah ada masalah pada

kehamilan trimester I, masalah - masalah tersebut

misalnya hipremesis gravidarum, anemia, dan lain lain.

(b) Trimester II

Tanyakan kepada klien masalah apa yang pernah ia

rasakan pada trimester II kehamilan pada kehamilan

sebelumnya. Hal ini untuk sebagai faktor persiapan

apabila kehamilan yang sekarang akan terjadi hal seperti

lagi.

(c) Trimester III

Tanyakan kepada klien masalah apa yang pernah ia

rasakan pada trimeseter III kehamilan pada kehamilan

sebelumnya. Hal ini untuk sebagai faktor persiapan

apabila kehamilan yang sekarng akan terjadi hal seperti

itu lagi.

(5) ANC (Antenatal Care)

(a) Trimeseter I

Tanyakan kepada klien asuhan kehamilan apa saja

yang pernah ia dapatkan selama kehamilan trimester I.


(b) Trimester II

Tanyakan kepada klien asuhan apa yang pernah ia

dapatkan pada trimeseter II kehamilan sebelumnya dan

tanyakan bagaimana pengaruhnya terhadap kehamilan.

Apabila baik, bidan bisa memberikan lagi asuhan

kehamilan tersebut pada kehamilan sekarang.

(c) Trimester III

Tanyakan kepada klien asuhan apa yang pernah ia

dapatkan pada trimeseter III kehamilan sebelumnya

dan tanyakan bagaimana pengaruhnya terhadap

kehamilan. Apabila baik bidan bisa memberikan lagi

asuhan kehamilan tersebut pada kehamilan sekarang.

(6) Penyuluhan yang didapat

Penyuluhan apa yang pernah didapat klien perlu

ditanyakan untuk mengetahui pengetahuan apa saja yang

kira-kira telah didapat klien dan berguna bagi kehamilan.

(7) Imunisasi TT (Tetanus Toxoid)

Tanyakan kepada klien apakah sudah pernah

mendapatkan imunisasi TT. Apabila belum, bidan bisa

memberikannya. Imunisasi tetanus toxoid diperlukan untuk

melindungi bayi terhadap penyakit tetanus neonatorum,

imunisasi dapat dilakukan pada trimester I atau II pada

kehamilan 3-5 bulan dengan interval minimal 4 minggu.


Lakukan penyuntikan secara IM (Intramuscular) dengan

dosis 0,5 ml (Walyani, 2015)

d) Riwayat penyakit

(1) Penyakit yang diderita sekarang

Tanyakan kepada klien penyakit apa yang sedang

diderita sekarang. Tanyakan bagaimana urutan kronologis

dari tanda-tanda dan klasifikasi dari setiap tanda penyakit

tersebut. Hal ini di[erlukan untuk menentukan bagaimana

asuhan berikutnya (Walyani, 2015).

(2) Riwayat penyakit sistemik

Data dari riwayat kesehatan ini dapat kita gunakan

sebagai penandan (warning) akan adanya penyukit masa

hamil. Adanya perubahan fisik dan fisiologis pada masa

hamil yang melibatkan seluruh sistem dalam tubuh akan

mempengaruhi organ yang mengalami gangguan. Beberapa

data penting tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu

kita ketahui adalah apakah pasien pernah atau sedang

menderita penyakit seperti jantung, diabetes militus (DM),

ginjal, hipertensi (hipotensi) (Sulistyawati, 2009).

(3) Riwayat kesehatan keluarga

(a) Penyakit menular

Tanyakan kepada klien apakah mempunyai keluarga

yang saat ini sedang menderita penyakit menular.


Apabila klien mempunyai penyakit keluarga yang

sedang menderita penyakit menular, sebaiknya bidan

menyarankan kepada kliennya untuk hindari secara

langsung atau tidak langsung bersentuhan fisik atau

mendekati keluarga tersebut untuk sementara waktu

agar tidak menular pada ibu hamil dan janinnya.

Berikan pengertian kepada keluarga yang sedang sakit

tersebut agar tidak terjadi kesalahpahaman (Walyani,

2015).

(b) Penyakit keturunan/genetic

Tanyakan kepada klien apakah mempunyai penyakit

keturunan. Hal ini diperlukan apakah isi janin

kemungkinan akan menderita penyakit tersebut atau

tidak, hal ini bisa dilakukan dengan cara membut daftar

penyakit apa saja yang pernah diderita oleh keluarga

klien yang dapat diturunkan (penyakit genetik, misalnya

hemofili, TD dan sebagainya). Biasanya dibuat dalam

silsilah keluarga atau pohon keluarga (Walyani, 2015).

(4) Riwayat operasi

Riwayat penyakit atau kelainan ginekologi serta

pengobatannya dapat memberi keterangan penting, terutama

operasi yang pernah di alami (Marni, 2014).


e) Riwayat perkawinan

(1) Menikah

Tanyakan status klien, apakah sekarang sudah menikah atau

belum menikah. Hal ini penting untuk mengetahui status

kehamilan tersebut apakah dari hasil pernikahan yang resmi

atau hasil dari kehamilan yang tidak diinginkan. Status

pernikahan bisa berpengaruh bisa berpengaruh pada

psikologis ibunya pada saat hamil.

(2) Usia saat menikah

Tanyakan kepada klien pada usia berapa menikah. Hal

ini diperlukan karena apabila mengatakan bahwa ia

menikah diusia muda sedangkan klien pada saat kunjungan

awal ketempat bidan tersebut sudah tak lagi muda dan

kehamilannya adalah yang pertama, pada kemunginan

bahwa kehamilan saat ini adalah kehamilan yang sangat

diharapkan. Hal ini akan berpengaruh bagaimana asuhan

kehamilannya.

(3) Lama pernikahannya

Tanyakan kepada klien sudah berapa lama menikah.

Apabila klien mengatakan bahwa telah lama menikah dan

baru saja bisa mempunyai keturunan, kemungkinan

kehamilannya saat ini adalah kehamilan yang sangat

diharapkan (Walyani, 2015).


f) Riwayat keluarga berencana

(1) Metode

Tanyakan pada klien metode KB apa yang selama ini

yang digunakan. Riwayat kontrasepsi diperlukan karena

kontrasepsi hormonal dapat mempengaruhi EDD, dan

karena penggunaan metode lain dapat membantu

menanggali kehamilan.

(2) Lama

Tanyakan kepada klien berapa lama yang telah

menggunakan alat kontrasepsi tersebut.

(3) Masalah

Tanyakan kepada klien ia mempunyai masalah saat

menggunakan alat kontrasepsi tersebut. Apabila klien

mengatakan bahwa kehamilannya saat ini dikarenakan

kegagalan kerja alat kontrasepsi, berikan pandangan-

pandangan klien terhadap alat kontrasepsi lain (Walyani,

2015).

g) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

(1) Jumlah kehamilan (Gravida/G)

Jumlah kehamilan ditanyakan untuk mengetahui

seberapa besar pengalaman klien tentang kehamilan.

Apabila klien mengatakan bahwa saat ini adalah kehamilan


yang pertama, maka bidan harus secara maksimal

memberikan pengetahuan kpada klien tentang bagaimana

merawat kehamilannya dengan maksimal.

(2) Jumlah anak yang hidup (L)

Untuk mengetahui pernah tidaknya klien mengalami

keguguran, apabila pernah maka pada kehamilan

berikutnya akan berisiko mengalami keguguran kembali.

Serta apabila jumlah anak yang hidup hanya sedikit dari

kehamilan yang banyak, berarti kehamilannya saat ini

adalah kehamilan yang sangat diinginkan.

(3) Jumlah kehamilan premature (P)

Untuk mengidentifikasi apabila pernah mengalami

kelahiran premature sebelumnya maka dapat menimbulkan

resiko persalinan premature berikutnya.

(4) Jumlah keguguran (A)

Tanyakan kepada klien apakah dia pernah keguguran

atau tidak. Sebab apabila pernah mengalami keguguran

dalam riwayat persalinan sebelumnya akan berisiko untuk

mengalami keguguran pada kehamilan berikutnya

(keguguran berulang).

(5) Persalinan dengan tindakan (SC/Vakum/Forsep)

Catat kelahiran terdahulu, apakah pervaginam, melalui

bedah sesar, dibantu forsep atau vakum. Jika wanita pada


kelahiran terdahulu menjalani bedah sesar, untuk

kehamilan saat ini mungkin dia melahirkan pervaginam.

Keputusan ini biasanya bergantung kepada lokasi insisi di

uterus, kemampuan unit persalinan dirumah sakit untuk

berespon segera ruptur uterus terjadi, dan keinginan calon

ibu.

(6) Riwayat perdarahan pada persalinan atau pasca persalinan

Tanyakan kepada klien apakah pernah mengalami

perdarahan pasca persalinan sebelumnya. Perdarahan

antepartum atai intrapartum misalnya placenta previa,

solisio placenta, retensio placenta, atonia uteri, ruptu uteri,

dan lain-lain cenderung dapat berulang pada kehamilan

berikutnya.

(7) Kehamilan dengan tekanan darah tinggi

Pertanyaan ini perlu ditanyakan untuk mendiagnosis

apakah klien berisiko mengalami preeklamsia/eklamsia

yang tanda dan gejalanya merupakan tingginya tekanan

tensi darah klien saat hamil. Kehamilan dengan eklampsia

perlu mendapatkan perawatan yang intensif.

(8) Berat bayi <2,5 atau 4 kg

Berat lahir sangat penting untuk mengidentifikasi

apakah bayi kecil untuk masa kehamilan (BBMK), suatu

kondisi yang biasanya berulang. Apanila persalinan


pervaginam, berat lahir mencerminkan bahwa bayi dengan

ukuran terterntu berhasil memotong pelvis maternal.

(9) Masalah lain

Setiap komplikasi yang terkait dengan kehamilan

harus diketahui sehingga dapat dilakukan antisipasi

terhadap komplikasi berulang. Sebagai contoh, kehamilan

ektopik cenderung berulang. Kondisi lain yang cenderung

berulang adakah anomali kongenital, diabetes gestasional,

dan lainnya. Apabila kondisi-kondisi ini dilaporkan,

sedapat mungkin dapatkan salinan catatan medis (Walyani,

2015).

h) Pola kebiasaan sehari-hari

(1) Nutrisi

Tanyakan kepada klien, apa jenis makanan yang biasa ia

makan. Anjurkan klien mengkonsumsi makan yang

mengandung zat bezi (150mb besi sulfat, 300mg besi

glukonat), asam folat (0,4-0,8 mg/hari), kalori (ibu hamil

umur 23-50 tahun perlu kalori sekitar 2300kkal), protein

(74gr/hari), vitamin, dan garam mineral (kalsium, fosfor,

magnesium, seng, yodium)

(Walyani, 2015).

(2) Eliminasi

(a) BAB (Buang Air Besar)


Tanyakan kepada klien, apakah BABnya teratur.

Apabila klien mengatakan terlalu sering, bisa dicurigai

klien mengalami diare sebaliknya apabila klien

mengatakan terlalu jarang BAB, bisa dicurigai

mengalami konstipasi. Normalnya feses bewarna

kuning, kecoklatan, coklat muda.

(b) BAK (Buang Air Kecil)

Tanyakan kepada klien seberapa sering ia berkemih

dalam sehari. Apabila klien mengalami kesulitan

berkemih maka bidan harus dapat mengambil tindakan,

misalnya memasang kateter. warna urine klien

normalnya urine bewarna bening. Apabila klien

mengatakan bahwa warna urinenya keruh bisa dicurigai

klien menderita DM.(Walyani, 2015).

(3) Aktivitas

Tanyakan bagaimana pola aktivitas klien, beri anjuran

kepada klien untuk menghindari mengangkat beban berat,

kelelahan, latian yang berlebihan dan olahraga berat.

Anjurkan klien untuk melakukan senam hamil. Aktivitas

harus dibatasi didapatkan penyukit karena dapat

mengakibatkan persalinan prematur, KPD, dan sebagainya

(Walyani, 2015).

(4) Istirahat
(a) Tidur siang

Kebiasaan tidur siang perlu ditanyakan, tidur siang

menguntungkan yang baik untuk kesehatan. Apabila

ternyata klien tidak terbiasa tidur siang, anjurkan klien

untuk mencoba dan membiasakannya.

(b) Tidur malam

Pola tidur malam perlu ditanyakan wanita hamil

tidak boleh kurang tidur, apabila tidur malam jangan

kurang dari 8 jam (Walyani, 2015).

(5) Seksualitas

Masalah hubungan seksual merupakan kebutuhan

biologis yang tidak dapat, tawar, tetapi perlu

diperhitungkan bagi mereka yang hamil, kehamilan bukan

merupakan halangan untuk melakukan hubungan seksual.

Pada kehamilan tua sekitar 14 hari menjelang persalinan

perlu dihindari hubungan seksual karena dapat

membahayakan yaitu kurang higienis, ketuban pecah dini

dan persalinan bisa terangsang karena sperma mengandung

prostaglandin (Walyani, 2015).

(6) Personal hygiene

Tanyakan kepada klien seberapa sering ia mandi.

Mandi diperlukan untuk menjaga kebersihan atau hygine


terutama perawatan kulit, karena fungsi ekskresi dan

keringat bertambah.

Tanyakan kepada klien, seberapa sering ia mengganti

pakaiannya. Pakaian yang digunakan harus longgar, bersih,

dan tidak ada ikatan yang ketat pada daerah perut (Walyani,

2015).

(7) Psikologi budaya

Tradisi yang mempengaruhi kehamilan, hal ini perlu

ditanyakan karena bangsa indonesia mempunyai

beranekaragam suku bangsa yang tentunya dari tiap suku

bangsa tersebut mempunyai tradisi yang dikhususkan bagi

wanita saat hamil. Kebiasaan yang merugikan, hal ini

mempunyai kebiasaan yang berbeda beda dari berbagai

macam-macam kebiasaan yang dimiliki manusia, tentunya

ada yang mempunyai dampak yang positif dan negative

(Walyani, 2015).

(8) Penggunaan obat-obatan

Hal ini perlu ditanyakan karena minuman keras/obat

terlarang tersebut langsung dapat memengaruhi

pertumbuhan, perkembangan janin, dan menimbulkan

kelahiran dengan berat badan lahir rendah bahkan dapat

menimbulkan cacat bawaan atau kelainan pertumbuhan dan

perkembangan mental. Sehingga, apabila ternyata klien


melakukan hal-hal tersebut, bidan harus secara tegas

mengingatkan klien harus menghentikan kebiasaan buruk

tersebut (Walyani, 2015).

3) Pemeriksaan fisik (Data Objektif)

Untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnosa, bidan

harus melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan

inspeksi,palpasi, auskultasi, dan perkusi yang bidan lakukan secara

berurutan (Walyani, 2015)

Langkah –langkah pemeiksannya adalah sebagai berikut :

a) Status generalis

(1) Keadaan umum

Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan

pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan

laporkan dengan kriteria :

(2) Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,

bidan dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien

dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai

dengan coma (pasien tidak dalam keadaan sadar).

(Walyani,2015).

(3) Tanda vital

(a) Tekanan darah


Tekanan darah normalnya 100-120/60-80 mmHg,

tekanan darah memiliki 2 komponen yaitu sistolik dan

diastolik. Pada waktu ventrikel berkontraksi, darah akan

dipompakan keseluruh tubuh. Keadaan ini ini disebut

sistolik, dan tekanan aliran darah pada saat itu disebut

tekanan sistolik. Pada saat ventrikel rileks, darah dari

atrium masuk ke ventrikel, tekanan aliran darah pada

waktu ventrikel sedang rileks disebut tekanan darah

diastolik. (Sulistyawati, 2009)

(b) Nadi

Frekuensi denyut nadi dihitung dalam 1 menit, normalnya

60-100x/menit (Walyani, 2015)

(c) Pernapasan

Yang dinilai pada pemeriksaan pernafasan adalah : tipe

pernafasan, frekuensi, kedalaman, dan suara nafas. Respirasi

normal disebut eupnea (laki-laki : 12-20x/menit, perempuan

: 16-20x/menit) (Walyani, 2015)

(d) Suhu

Suhu normal adalah 36,5-37,5ºC, biasanya pemeriksaan

suhu tubuh pada mulut, aksila, dan rectal (Walyani, 2015)

b) Pemeriksaan sistematis

(1) Kepala

(a) Rambut : warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak


(b) Telinga : kebersihan, gangguan pendengaran

(c) Mata : konjungtiva, sklera, kebersihan, kelainan,

gangguan penglihatan (rabun jauh/dekat).

(d) Hidung : kebersihan, polip, alergi debu.

(e) Mulut

Bibir : warna, integritas jaringan ( lembab, kering, atau

pecah-pecah). lidah : warna, kebersihan. Gigi :

kebersihan, karies. Gangguan pada mulut.

(f) Leher

Pembesaran kelenjar limfe dan Parotitis.

(g) Dada : Bentuk, Simestris/tidak

Payudara : Bentuk, Gangguan, ASI, Keadaan putting,

Kebersihan, Bentuk BH. Gangguan pernapasan

(auskultasi).

(h) Perut : Bentuk, Striae, Linea, Kontraksi uterus, TFU

(i) Ekstremitas

Atas : Gangguan/kelainan, Bentuk. Bawah : Bentuk,

Odema, Varises

(j) Genital : Kebersihan, Pengeluaran pervaginam, Keadaan

luka jahitan, Tanda-tanda infeksi vagina

(k) Anus : Haemoroid, Kebersihan

c) Data penunjang
Laboratorium : Kadar Hb, Hmt (Haematorkit), Kadar Leukosit,

Golongan darah (Sulistyawati, 2009)

2) Langkah II Interpretasi Data

Langkah dua yaitu interpretasi data dasar. Pada langkah ini

dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan

interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang

telah dikumpulkan diinterpretasikan seingga dapat merumuskan

diagnosis dan masalah yang spesifik (Barus, 2018).

a) Diagnose Kebidanan

Diagnose kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan oleh

profesi bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenui

standar nomenklatur (tata nama) diagnose kebidanan (Yuliani dkk,

2017).

Diagnosa: Ny.X G2P1A0 Umur 28 Tahun Hamil 32 Minggu,

janin tunggal, hidup intra uteri, letak memanjang, punggung

kanan, presentasi kepala, bagian terbawah janin belum masuk

panggul.

Data dasar:

Data subyektif:

(1) Ibu mengatakan bernama Ny.X umur 28 tahun.

(2) Ibu mengatakan pernah melahirkan x kali dan belum pernah

keguguran.
(3) Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 1 januari

2017.

Data obyektif:

Tanda-tanda vital:

(1) Tekanan darah: antara 110/70 mmHg sampai 140/90 mmHg.

(2) Pengukuran suhu: suhu 36,5oC sampai 37,5oC.

(3) Nadi: nadi normal 80 smpai 100 x/menit.

(4) Hasil pemeriksaan laboratorium b 9 g/dl – 10 g/dl pada anemia

ringan (Yuni,2015).

(5) Hasil pemeriksaan Laboratorium Hb 9 g/dl – 10 g/dl pada

anemia ringan (Yuni,2015)

b) Masalah

Dalam asuhan kebidanan digunkan istilah “masalah” dan

“diagnosis”. Kedua istilah tersebut dipakai karena beberapa

masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi tetap

perlu dipertimbangkan untuk membuat rencana yang menyeluruh.

Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu

mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya (Barus, 2018).

3) Langkah III Diagnosa Potensial

Langkah III yaitu identifikasi diagnosis atau masalah potensial.

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang

sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila


memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan

diharapkan dapat bersiap bila diagnosis/masalah potensial ini

terjadi.pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman

(Barus, 2018).

4) Langkah IV Tindakan Segera

Langkah IV yaitu mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan

yang memerlukan penanganan segera. Pada langkah ini

mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter

dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditanganai bersama dengan

anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses

manajemen kebidanan. Beberapa data mungkin mengindikasikan

situasi yang gawat ketika bidan harus bertindak segera untuk

kepentingan keselamatan jiwa ibu dan anak. Dalam hal ini bidan

harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan

kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam

majemen asuhan klien (Barus, 2018).

5) Langkah V Rencana Tindakan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh

berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat

harus berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan,

teori yang up to date, perawatan berdasarkan bukti (evidence based

care), serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang


diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien. Dalam menyusun

perencanaan sebaiknya pasien dilibatkan, karena pada akhirnya

pengambilan keputusan dalam melaksanakan rencana asuhan yang

harus disetujui oleh pasien (Barus, 2018)

Untuk menhindari perencanaan asuhan yang tidak terarah,

maka dibuat terlebih dahulu pola piker sebagai berikut.

a) Tentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan, meliputi sasaran

dan target hasil yang akan dicapai.

b) Tentukan rencana tindakan sesuai dengan masalah dan tujuan

yang akan dicapai.

Berikut adalah beberapa contoh perencanaan yang dapat

ditentukan sesuai dengan kondisi pasien.

a) Evaluasi rencana terus menerus

(1) Waspada adanya tanda bahaya kehamilan.

(2) Pengukuran tanda vital.

(3) Pengeluaran per vagina (waspada perdarahan).

(4) Proses adaptasi psikologis pasien dan suami.

(5) Asupan cairan dan makanan.

(6) Kemampuan dan kemauan pasien untuk berperan dalam

perawatan kehamilannya.

b) Gangguan rasa ketidaknyamanan selama hamil

(1) Sering buang air kecil.

(2) Nyeri di punggung.


(3) Kaki varises dan pegel.

(4) Keputihan.

(5) Sesak nafas.

(6) Mual mual sampai muntah.

(7) Sering bersendawa.

(8) Panas perut (heartburn).

(9) Jantung berdebar debar.

(10) Susah buang air besar.

c) Mengatasi cemas

(1) Kaji penyebab cemas.

(2) Libatkan keluarga dalam mengkaji penyebab cemas dan

alternatif penanganannya.

(3) Berikan dukungan mental dan spiritual kepada pasien dan

keluarga.

(4) Fasilitasi kebutuhan pasien yang berkaitan dengan penyebab

cemas dengan menjadi teman sekaligus pendengar yang baik,

menjadi konselor, dan lakukan pendekatan yang bersifat

spiritual.

(5) Memberikan pendidikan kesehatan.

(6) Memfasilitasi menjadi orang tua dengan melakukan beberapa

hal berikut.: Berikan dukungan dan keyakinan pada pasangan

akan kemampuan mereka sebagai orangtua, Upaya untuk

belajar merawat bayi yang selama ini telah dilakukan sudah


cukup bagus, Perlu persiapan mental dan material karena

anak adalah suatu anugrah sekaligus amanah yang harus

dirawat sebaik baiknya, Dengan adanya anak akan merubah

beberapa pola dan kebiasaan sehari hari, misalnya waktu

istirahat, perhatian terhadap pasangan, komunikasi, tuntutan

dan tanggung jawab sebagai orangtua sebagai pendidik bagi

anak (Sulistyawati, 2009).

6) Langkah VI Implementasi

Langkah VI yaitu melaksakan perencanaan (implementasi). Pada

langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.

Dalam situasi ketika bidan kolaborasi dengan dokter untuk

menangani klien yang mengalami komplikasi, keterlibatan dan dalam

manajemen asuhan bagi klien adlah bertanggungjawab terhadap

terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.

Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta

meningkatan mutu dari asuhan klien (Barus, 2018).

7) Langkah VII Evaluasi

Langkah VII yaitu evaluasi. Pada lengkah ketujuh ini dilakukan

evaluasi keefektivan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi

pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah

terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi

di dalam masalah dan diagnosis. Rencana dianggap efektif jika


memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan

bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum

efektif. Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan

tersebut efektif (Barus, 2018).

c. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Kehamilan (SOAP)

1) S (Subjective) : Pernyataan atau keluhan pasien

Data subjektif merupakan data yang berhubungan salah dari

sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekuatiran dan

keluhan yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan

yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Pada orang

yang bisu, di bagian data di belakang “S” diberi tanda “O” atau

“X” ini menandakan orang itu bisu. Data subjektif menguatkan

diagnosa yang akan dibuat.

Contoh : ibu mengatakan bernama Ny X berusia X

2) O (Objective) : Data hasil observasi

Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi

yang jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan

laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain. Catatan medik dan

informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dlam

data objektif ini sebagai data penunjang. Data ini akan

memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang

berhubungan dengan diagnosis. Data fisiologis, hasil observasi

yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar


X, rekaman CTG, USG dan lain-lain) dan informasi dari

keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam kategori ini.

Apa yang dapat di observasi oleh bidan akan menjadi komponen

yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan.

Contoh : permeriksaan fisik pada ibu hamil ( TTV, pemeriksaan

lengkap dari kepala samapi kaki)

3) A (Assessment) : Diagnosa kebidanan

Assessment merupakan pendokumentasian hasil analisis dan

interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena

keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan dan

akan ditemukan informasi baru dalam datab subjektif maupun

objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat

dinamis. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti

perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya

perubahan pada pasien, dapat terus diikuti dan diambil

keputusan/tindakan yang tepat

Contoh : Ny X P1A0 hamil normal

4) P (Planning) : Apa yang dilakukan terhadap masalah

Planning adalah membuat rencana asuhan saat ini dan akan

datang untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang

sebaik mungkin atau menjaga/mempertahankan kesehatan

kesejahteraan nya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu

dari kebutuhan pasien yang harus dicapai di dalam batas waktu


tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien

mencapaikemajuan dalam kesehatan dan harus mendukung

rencana dokter jika melakukan kolaborasi.

Contoh : Memberikan KIE mengenai gizi pada ibu hamil

B. PERSALINAN

1. Konsep Dasar

a. Pengertian

Persalinan adalah proses alamiah yang dialami seorang wanita pada

akhir proses kehamilannya. Fisiologi ibu dalam persalinan akan terjadi

perubahan dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Asuhan kebidanan

pada kala I sangat diperlukan bagi ibu dalam melalui proses awal

persalinan.

(Suhartika, 2018).

Persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara spontan

beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama

proses persalinan, bayi dilahirkan spontan dengan presentasi belakang

kepala pada usia kehamilan antara 37-42 minggu lengkap.

(Walyani dan Purwoastuti, 2015).

b. Tanda- Tanda Persalinan

1) Adanya kontraksi rahim

Secara umum, tanda awal bahwa ibu hamil untuk melahirkan

adalah mengejangnya rahim atau dikenal dengan istilah kontraksi.


Kontraksi tersebut berirama, teratur, dan involuter, umumnya

kontraksi bertujuan untuk menyiapkan mulut rahim untuk

membesar dan meningkakan aliran darah di dalam plasenta. Setiap

kontraksi uterus memiliki tiga fase yaitu :

a) Increment : ketika intensitas terbentuk.

b) Acme : puncak atau maximum.

c) Decement : ketika otot relaksasi

Kontraksi yang sesungguhnya akan muncul dan hilang secara

teratur dengan intensitas makin lama makin meningkat. Perut akan

mengalami kontraksi dan relaksasi, di akhir kehamilan proses

kontraksi akan lebih sering terjadi (Walyani dan Purwoastuti,

2015). Mulanya kontraksi terasa seperti sakit pada punggung

bawah berangsur-angsur bergeser ke bagian bawah perut mirip

dengan mules saat haid.

2) Keluarnya lendir bercampur darah

Lendir di sekresi sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir servik

pada awal kehamilan. Lendir mulanya menyumbat leher rahim,

sumbatan yang tebal pada mulut rahim terlepas, sehingga

menyebabkan keluarnya lendir yang berwarna kemerahan

bercampur darah dan terdorong keluar oleh kontraksi yang

membuka mulut rahim yang menandakan bahwa mulut rahim

menjadi lunak dan membuka. Lendir inilah yang dimaksud sebagai

Blood slim (Walyani dan Purwoastuti, 2015).


Blood slim (Lendir darah) paling sering terlihat sebagai rabas

lendir bercampur darah yang lengket dan harus di bedakan dengan

cermat.

3) Keluarnya Air Ketuban

Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015), proses penting

menjelang persalinan adalah pecahnya air ketuban. Selama

sembilan bulan masa gestasi dalam cairan amnion. Keluarnya air

dan jumlahnya cukup banyak, berasal dari ketuban yang pecah

akibat kontraksi yang makin sering terjadi.

Jika ketuban yang terjadi tempat perlindungan bayi sudah

pecah, maka sudah saatnya bayi harus keluar. Bila ibu hamil

merasakan ada cairan yang merembes keluar dari vagina dan

keluarnya tidak dapat di tahan lagi, tetapi tidak disertai mulas atau

tanpa sakit, merupakan tanda ketuban pecah dini, yakni ketuban

pecah sebelum terdapat tanda-tanda persalinan, sesudah itu akan

terasa sakit karena ada kemungkinan kontraksi. Bila ketuban pecah

dini terjadi, terdapat bahaya infeksi terhadap bayi. Normalnya air

ketuban ialah air yang bersih, jernih dan tidak berbau (Walyani dan

Purwoastuti, 2015)

4) Pembukaan Serviks

Penipisan mendahului dilatasi serviks, pertama-tama aktifitas

uterus dimulai untuk mencapai penipisan, setelah penipisan

kemudian aktifitas uterus yang menghasilkan dilatasi serviks yang


cepat. Membukanya leher rahim sebagai respon terhadap kontraksi

yang berkembang.Tanda ini tidak dirasakan oleh pasien tetapi

dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam.

Petugas akan melakukan pemeriksaan untuk menentukan

pematangan, penipisan, dan pembukaan leher rahim. Serviks

menjadi matang selama periode sebelum persalinan, pematangan

serviks mengindikasikan persiapan untuk persalinan (Walyani dan

Purwoastuti, 2015).

c. Penyebab Mulainya Persalinan

Menurut Rukiyah,dkk (2015), ada beberapa penyebab

mulainya persalinan :

1) Penurunan kadar progesterone

Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim,

sebaiknya esterogen meningkatkan kontraksi otot rahim.

Selama kehamilan, terdapat keseimbangan antara kadar

progesteron dan esterogen di dalam darah tetapi pada akhir

kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his.

2) Teori oksitosin

Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah. Oleh karena

itu timbul kontraksi otot-otot rahim.

3) Peregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan, maka makin teranglah otot-

otot rahim sehingga timbulah kontraksi untuk mengeluarkan

janin.

4) Pengaruh janin

Hipofise dan kadar suprarenal janin rupanya memegang

peranan penting oleh karena itu pada ansephalus kelahiran

sering lebih lama

5) Teori prostaglandin

Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke 15

hingga aterm terutama saat persalinan yang menyebabkan

kontraksi miometrium.

d. Faktor Yang Mempengaruhi Mulainya Persalinan

Menurut Suhartika (2018), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi mulainya persalinan :

1) Passage

Passage adalah jalan lahir. Jalan lahir di bagi atas bagian

keras dan bagian lunak. Bagian keras meliputi tulang-tulang

panggul dan bagian lunak meliputi uterus, otot dasar panggul, dan

perinium.Janin harus mampu menyesuaikan dirinya terhadap jalan

lahir yang relatif kaku, oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul

harus di tentukan sebelum persalinan di mulai

2) Power
Power atau kekuatan yang mendorong janin pada saat

persalinan adalah his, kontraksi otot perut, kontraksi diafragma

dan aksi dari ligamen. Kekuatan primer yang di perlukan dalam

persalinan adalah his sedangkan sebagi kekuatan sekundernya

adalah tenaga mengedan ibu.

His adalah kontraksi otot-otot rahim. His di bedakan

menjadi his pendahuluan dan his persalinan. His pendahuluan

atau his palsu, yang sebenarnya merupakan peningkatan dari

kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan bersifat tidak teratur

dan menyebabkan nyeri di perut bagian bawah dan lipat paha,

tidak menyebakan nyeri yang memencar dari pinggang ke perut

bagian bawah seperti his persalinan.

Perasaan nyeri bergantung pada ambang nyeri dari

seseorang yang di tentukan oleh kondisi jiwanya. Kontraksi rahim

bersifat otonom, artinya tidak di pengaruhi oleh kemauan, tetapi

dapat di pengaruhi dari luar, misalnya rangsangan oleh jari-jari

tangan.

Sifat his yang normal adalah :

a) Kontraksi rahim di mulai dari kornu.

b) Undal daminan, yaitu kekuatan paling tinggi di fundus uteri.

c) Otot rahim yang tidak berkontraksi tidak kembali ke panjang

semulan sehingga terjadi retraksi dan pembentukan sekmen

bawah rahim.
d) Pada his terjadi perubahan pada servik yaitu menipis dan

membuka.

3) Passanger

Passanger dari janin dan plasenta. Janin bergerak di sepanjang

jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yaitu

ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Janin

dapat mempengaruhi persalinan karena presentasi dan ukuranya.

Pada presentasi kepala, tulang - tulang masih di batasi fontanel

dan sutura yang belum keras, tepi tulang dapat menyisip di antara

tulang yang satu dengan tulang yang lainnya (disebut moulage atau

molase) sehingga ukuran kepala bayi menjadi lebih kecil.

e. Mekanisme Persalinan

1) Turunnya kepala di bagi menjadi 2 yaitu masuknya kepala dalam

pintu atas panggul dan majunya kepala

2) Pembagian ini terutama berlaku pada primigravida. Masuknya

kedalam pintu atas panggul pada primigravida sudah terjadi pada

bulan terakhir kehamilan tetapi pada multigravida biasanya baru

terjadi pada permulaan persalinan.

3) Masuknya kepala kedalam pintu atas panggul biasanya dengan

sutura sagitalis, melintang dengan fleksi yang ringan.

4) Masuknya sutura sagitalis terdapat di tengah tengah jalan lahir

ialah tepat diantara simpisis dan promontorium, maka kepala


dikatakan dalam synclitismus dan syclitismus os parietal depan

dan belakang sama tingginya

5) Jika sutura sagitalis agak kedepan mendekati simpisis atau agak ke

belakang mendekati promontorium maka posisi ini disebut

asynclitismus. Pada pintu atas panggul biasanya kepala dalam

asynclitismus posterior yang ringan. Ansyclitismus posterior ialah

jika sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang

lebih rendah dari os parietal depan. Ansyclitismus anterior ialah

jika sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal

depan lebih rendah dari os parietal belakang.

6) Majunya kepala pada primigravida terjadi setelah kepala masuk

kedalam rongga panggul dan biasanya baru dimulai pada 2. Pada

multigravida sebaiknya majunya kepala dan masuknya kepala di

rongga panggul terjadi bersamaan. Yang menyebabkan masuknya

kepala :Tekanan cairan intrauteri, tekanan langsung oleh fundus

pada bokong, kekuatan meneran, meluruhnya badan janin oleh

perubahan bentuk rahim

7) Penurunan terjadi selama persalinan oleh karena daya dorong dari

kontraksi dan posisi,serta peneranan selama kala II oleh ibu

8) Fiksasi (engagement) merupakan tahap penurunan pada waktu

diameter biparietal dari kepala janin telah masuk panggul ibu.


9) Desensus merupakan syarat utama kepala, terjadi karena adanya

tekanan cairan amnion, tekanan langsung pada bokong saat

kontraksi, usaha meneran, ekstensi dan pelurusan badan janin.

10) Fleksi, sangat penting bagi penurunan kepala selama kala II agar

bagian kecil masuk panggul dan terus turun. Dengan majunya

kepala, fleksi bertambah hingga ubun-ubun besar. Keuntungan

dari bertambahnya fleksi ialah ukuran kepala yang lebih kecil

melalui jalan lahir yaitu diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm)

mengganti diameter suboccipito frontalis (11,5 cm) fleksi

disebabkan karena janin didorong maju dan sebaiknya mendapat

tekanan dari pinggir pintu atas panggul atau dasar panggul akibat

dari kekuatan dorongan dan tahanan ini terjadi fleksi, karena

moment yang menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang

menimbulkan defleksi.

11) Putaran paksi dalam atau rotasi internal, pemutaran dari bagian

sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan

memutar kebawah simpisis. Pada presentasi belakang kepala

bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian

inilah yang akan memutar kedepan bawah simpisis putaran paksi

dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putaran paksi

merupakan suatu usaha untuk menyesuiakan posisi kepala dengan

bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu

bawah panggul. Putaran paksi dalam tidak terjadi tersendiri, tetapi


selalu kepala sampai Hodge III, kadang-kadang baru setelah

kepala sampai didasar panggul. Sebab-sebab putaran paksi dalam :

pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian

terendah dari kepala. pada bagian rendah dari kepala ini mencari

tahanan yang paling sedikit yaitu pada sebelah depan atas dimana

terdapat hiastus genetalis antara M. Pada ukuran terbesar dari

bidang tengah panggul ialah diameter ateroposterior.

12) Rotasi internal dari kepala janin akan membuat diameter

enteroposterior (yang lebih panjang) dari kepala akan

menyesuaikan diri dengan diameter anteroposterior dari panggul.

13) Ekstensi, setelah putaran paksi selesai dan kepala di dasar

panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini

terjadi pada saat lahir kepala, terjadi karena gaya tahanan dari

dasar panggul dimana gaya tersebut membentuk carrus, yang

mengarahkan kepala keatas menuju lubang vulva sehingga kepala

harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya bagian leher

dibawah occipeutnya akan bergeser dibawah simpisis pubis dan

bekerja sebagai titik poros uterus yang berkontraksi kemudian

memberi tekanan tambahan atas kepala yang menyebabkan

ekstensi kepala lebih lanjut saat lubang vulva vagina membuka

lebar. Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesaknya

ke bawah dan satunya karena disebabkan tahanan dasar panggul


yang menolaknya keatas. Resultantenya ialah kekuatan kearah

depan atas.

14) Setelah suboccipute tertahan pada dinding bawah simpisis maka

yang dapat maju karena kekuatan tersebut di atas adalah bagian

yang berhadapan dengan subocciput, maka lahirlah berturut-turut

pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi hidung, dan

mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Subocciput

yang menjadi pusat pemutaran disebut hypomoclion.

15) Rotasi eksternal atau putaran paksi luar, terjadi bersamaan dengan

perputaran interior bahu. Setelah kepala lahir, maka kepala anak

memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan

torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.Gerakan

ini disebut putaran restitusi. Restitusi adalah perputaran sejauh 45º

baik ke arah kiri atau kanan bergantung pada arah dimana ia

mengikuti perputaran dilanjutkan hingga belakang kepala

berhadapan dengan tuber ischidicum. Gerakan yang terakhir ini

adalah gerakan paksi luar sebenarnya dan di sebabkan karena

ukuran bahu, menempatkan diri dalam diameter anteroposterior

dari pintu bawah panggul.

16) Ekspulsi, setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah

sympisis dan menjadi hyponoclion untuk kelahiran bahu belakang.

Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan


anak lahir searah dengan paksi jalan lahir mengikuti lengkung

carrus (kurva jalan lahir) Walyani dan Purwoastuti, 2015)

a. Partograf

Gambar 1.1 Partograf

(Sumber

:https://oshigita.wordpress.com/2014/01/10/temuan-

keadaan-normal-dan-abnormal-dari-partograf/)

1) Pengertian

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif

persalinan. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah

mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam mendeteksi apakah

proses persalinan berjalan secara normal dan dapat melakukan

deteksi dini setiap kemngkinan terjadinya partus lama (Rukiyah

dkk, 2009).

2) Tujuan
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan

menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam dan

mendeteksi apakah proses bejalan secara normal. Dengan

demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap

kemungkinan terjadinya partus lama. Partograf juga akan

membantu penolong persalinan jika dilakukan dengan tepat dan

konsisten (Rukiyah dkk, 2009)

3) Penggunaan Partograf

Menurut Rukiyah dkk, (2009) semua ibu dalam kala I

persalinan, baik yang kemajuan persalinan berjalan normal

maupun abnormal, persalinan di institusi pelayanan kesehatan

ataupun dirumah, persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan

(siswa, mahasiswa, bidan, perawat terlatih ataupun dokter).

Kondisi yang harus dicatat dalam partograf :

a) Selama kala I fase laten :

Kondisi ibu dan bayi yang harus dicatat antara lain :

Denyut Jantung Janin (DJJ) setiap ½ jam, frekuensi dan

lamanya kontraksi uterus setian ½ jam, nadi ibu setiap ½

jam,pembukaan serviks setiap 4 jam, tekanan darah dan

temperatur suhu setiap 4 jam, produksi urin, aseton dan

protein setiap 2 sampai 4 jam.


b) Selama Kala I Fase Aktif

Mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif

persalinan antara lain :

(1) Informasi tentang ibu

Nama, umur, Gravida, Para, Abortus (Keguguran), nomor

catatan medik/ nomor puskesmas, tanggal dan waktu

dimulai dirawat (atau jika dirumah ,tanggal dan waktu

penolong persalinan mulai merawat ibu), waktu pecahnya

selaput ketuban.

(2) Kondisi janin

Denyut Jantung Janin (DJJ), warna dan adanya air

ketuban, penyusupan (molase) kepala janin, kemajuan

persalinan : pembukaan serviks, penurunan bagian

terbawah atau presentasi janin, garis waspada dan garis

bertindak, jam dan waktu : waktu mulainya fase aktif

persalinan, waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian,

kontraksi uterus frekuensi kontraksi dalam 10 menit, lama

kontraksi (dalam detik), obat-obatan dan cairan intra vena

yang diberikan kondisi ibu : nadi, tekanan darah dan

temperatur suhu, urine (volume, dan protein).

Beri tanda (U) jika selaput amnion masih utuh, beri

tanda (J) jika selaput amnion sudah pecah dan warna air
ketuban jernih, beri tanda (D) jika air ketuban bercampur

darah, beri tanda (K) jika tidak ada cairan ketuban/kering.

Molding atau molage : tanda nol (0) jika teraba

sutura terpisah dan mudah dipalpasi, tanda satu (1) jika

terba sutura hanya saling bersentuhan, tanda dua (2) jika

teraba sutura saling tumpang tindih, tapi masih bisa

dipisahkan, tnada tiga (3) jika sutura tumpang tindih tidak

bisa dipisahkan.

(3) Kemajuan Persalinan

Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk

mencatat kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera

dikolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Nilai

setiap angka sesuai dengan besarnya dilatasi serviks dalam

satuan centimeter dan menempati lajur dan kotak tersendiri.

Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang

lain menunjukkan penambahan dilatasi serviks sebesar 1

cm.

Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan

bagian terbawah janin cantumkan angka 1-5 yang sesuai

dengan metode perlimaan, setiap kotak segi empat atau

kubus menunjukkan waktu 30 menit untuk pencatatan

waktu pemeriksaan, denyut jantung janin, kontraksi uterus,

dan frekuensi nadi ibu. Pembukaan serviks nilai dan catat


pembukaan serviks tiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika

ada tanda-tanda penyulit).

Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat

dalam partograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan.

Tanda “X” harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai

dengan lajur besarnya pembukaan serviks, pada

pemeriksaan pertama tanda “X” di tempatkan di garis

waspada selanjutnya tergantung besarnya pembukaan.

Penurunan bagian terbawah janin setiap kali

melakukan pemeriksaan dalam atau lebih sering jika di

temukan tanda-tanda penyulit, cantumkan hasil

pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan). Beri tanda “O”

yang ditulis pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh ,

jika hasil pemeriksaan palpasi kepala diatas simpisis pubis

adalah 4/5 maka tuliskan tanda “O” di garis angka.

Hubungkan tanda “O” dari setiap pemeriksaan dengan garis

tidak terputus.

Garis waspada dan garis bertindak dimulai pada

pembukaan 4 cm dan berakhir pada titik dimana

pembukaan lengkap diharapkan terjadi laju pembukaan

adalah 1 cm perjam. Pencatatan selama fase aktif persalinan

harus dimulai di garis waspada.Jika pembukaan serviks

mengarah kesebelah kanan garis waspada, maka harus


dipertimbangkan adanya penyulit. Garis bertindak sejajar

dan disebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika

pembukaan serviks telah melampaui dan berada disebelah

kanan garis bertindak maka hal ini menunjukkan perlu

dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan.

(Rukiyah dkk, 2009).

b. Tahapan Persalinan

Menurut Rukiyah dkk (2009) terdapat 4 tahapan persalinan yaitu:

1) Kala I

Pada kala I persalinan dimulainya proses persalinan yang

ditandai dengan adanya kontraksi yang teratur, adekuat, dan

menyebabkan perubahan pada serviks hingga mencapai

pembukaan lengkap.

Fase pembukaan dibagi 2 fase, yaitu fase laten : berlangsung 8 jam,

pembukaan terjadi sangat lambat sampai menjadi pembukaan. Fase

aktif : dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam

pembukaan 3 menjadi 4 menjadi 9, fase deselerasi pembukaan

menjadi lambat kembali dalam 2 jam pembukaan dari 9 menjadi

lengkap. Lama kala I untuk primigravida berlangsung 2 jam dan

pembukaan 1 cm perjam, pada multigravida berlangsung 8 jam

dengan pembukaan 2 cm perjam.


2) Kala II

Gejala dan tanda kala II, telah terjadi pembukaan lengkap,

tampak bagian kepala janin melalui bukaan introitus vagina,

perineum terlihat menonjol, vulva dan springter ani membuka,

peningkatan pengeluaran lender dan darah. Dimulai dari

pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya

berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.

Pada kala pengeluaran janin telah turun masuk ruang panggul

sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara

reflektoris menimbulkan rasa mengedan, karena tekanan pada

rectum ibu merasa seperti mau buang air besar dengan tanda anus

membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva

membuka, perineum membuka, perineum menegang. Dengan

adanya his ibu dipimpin untuk mengedan, maka lahir kepala di

ikuti oleh seluruh badan janin.

3) Kala III

Batasan kala III, masa setelah lahirnya bayi dan

berlangsungnya proses pengeluaran plasenta tanda-tanda lepasnya

plasenta: terjadi perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri,

tali pusat memanjang atau terjulur keluar melalui vagina/ vulva,

adanya semburan darah secara tib-tiba kala III, berlangsung tidak

lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uerus teraba keras dengan

fundus uteri agak diatas pusat beberapa menit kemudian uterus


berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.

Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit-15 menit setelah bayi lahir

dank keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus

uteri.Perngeluaran plasenta, disertai dengan pengeluaran darah.

4) Kala IV

Dimulainya dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama

postpartum.

c. Perubahan Fisiologis Pada Masa Persalinan

1) Perubahan Fisiologi pada Kala I

a) Perubahan tekanan darah

Perubahan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan

kenaikan sistolik rata-rata sebesar 10-20 mmHg dan kenaikan

diastolik rata-rata 5-10 mmHg diantara kontraksi-kontraksi

uterus, tekanan darah menurun seperti sebelum masuk

persalinan dan akan naik lagi bila ada kontraksi (Suhartika,

2018).

b) Perubahan metabolisme

Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobik

maupun anaerobik akan naik secara perlahan. Kenaikan ini

sebagian besar diakibatkan karena kecemasan serta kegiatan

otot rangka tubuh, kegiatan metabolisme yang meningkat

tercermin dengan kenaikan suhu badan denyut nadi, pernafasan

kardiakoutput dan kehilangan cairan (Suhartika, 2018)


c) Perubahan suhu badan

Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu

mencapai tertinggi selama persalinan dan segera setelah

persalinan. Kenaikan ini di anggap normal asal tidak melibihi

0,5 - 1ºC. Suhu badan yang naik sedikit merupakan hal yang

wajar namun bila keadaan ini berlangsung lama

mengindikasikan bahwa adanya dehidrasi (Walyani dan

Purwoastuti, 2015).

d) Denyut nadi

Penurunan menyolok selama acme kontraksi uterus tidak

terjadi jika ibu berada dalam posisi miring bukan posisi

terlentang. Denyut jantung diantra kontraksi sedikit lebih

tinggi dibanding selama periode persalinan yang belum masuk

persalinan

(Walyani dan Purwoastutu, 2015).

e) Pernafasan

Kenaikan pernafasan dapat disebabkan karena adanya rasa

nyeri kekhawatiran serta penggunaan tehnik pernafasan yang

tidak benar (Suhartika, 2018)

f) Perubahan gastrointestinal

Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan

padat berkurang akan menyebabkan pencernaan hampir


terhenti selama persalinan dan akan menyebabkan konstipasi

(Suhartika, 2018).

g) Perubahan hematologis

Hemoglobin akan meningkat 1,2 gr/100 mL selama persalinan

dan kembali ke tingkat pra persalinan di hari pertama jumlah

sel-sel darah putih meningkat secara progresif selama kala I

persalinan sebesar 5000 s/d 15.000 WBC sampai dengan akhir

pembukaan lengkap hal ini tidak berindikasi adanya infeksi.

Gula darah akan turun selama dan akan turun secara mencolok

pada persalinan yang mengalami penyulit atau persalinan lama

(Suhartika, 2018).

h) Kontraksi uterus

Dimana kontraksi ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh

anoxia dari sel-sel otot tekanan pada ganglia dalam serviks dan

sekmen dalam rahim (SBR), rengangan dari serviks rengangan

dan tarikan pada peritonium, itu semua terjadi pada saat

kontraksi

(Walyani dan Purwoastutu, 2015).

i) Show

Pengeluaran dari vagina yang terdiri dari sedikit lendir yang

bercampur darah, lendir ini berasal dari ekstruksi lendir yang

menyumbat canalis servikalis sepanjang kehamilan sedangkan

darah bearasal dari desidua vena yang terlepas


(Walyani dan Purwoastutu, 2015).

j) Pemecahan kantong ketuban

Pada ahir kala satu bila pembukaan sudah lengkap dan tidak

ada tahanan lagi, di tambah dengan kontraksi yang kuat serta

desakan janin yang menyebabkan kantong ketuban pecah,

diikuti dengan proses kelahiran bayi (Walyani dan

Purwoastutu, 2015).

2) Perubahan Fisiologi Kala II Persalianan

a) Kontraksi uterus

Dimana kontraksi ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh

anoxia dari sel-sel otot tekanan pada ganglia dalam serviks dan

segmen bawah rahim regangan dari serviks, regangan dan

tarikan pada perinium, itu semua terjadi pada saat kontraksi

(Walyani dan Purwoastutu, 2015).

b) Perubahan- perubahan uterus

Keadaan sekmen atas rahim dan sekmen bawah rahim. Dalam

persalina perbedaan SAR dan SBR akan tampak lebih jelas,

dimana SAR di bentik oleh korpus uteri dan bersifat

memegang peranan aktif (berkontraksi) dan di dindingnya

bertambah tebal dengan majunya persalianan, dengan kata lain

SAR mengadakan suatu kontraksi menjadi tebal dan

mendorong anak keluar. Sedangkan SBR di bentuk oleh

sthimus uteri yang sifatnya memegang peranan pasif dan


makin tipis dengan majunya persalianan (di sebab kan karena

regangan), dengan kata lain SBR dan serviks mengadakan

rleksaia dan dilatasi (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

c) Perubahan pada serviks

Perubahan pada serviks pada kala dua di tandai dengan

pembukaan lengkap, pada pemeriksaan dalam tidak teraba lagi

bibir portio, Segmen Bawah Rahim (SBR) dan serviks

(Walyani dan Purwoastuti, 2015).

d) Perubahan pada vagina dan dasar panggul

Setelah pembukaan lengkap dan ketuban telah pecah terjadi

perubahan, terutama pada dasar panggul yang diregangkan

oleh bagian depan janin sehingga menjadi saluran yang

dinding-dindingnya tipis karena suatu regangkan dan kepala

sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan atas dan

anus, menjadi terbuka, perineum menonjol dan tidak lama

kemudian kepala janin tampak pada vulva (Walyani dan

Purwoastutu, 2015).

a. Kebutuhan dasar ibu bersalin menurut Walyani dan Purwoastutu,

(2015):

1) Dukungan fisik dan psikologis

Bidan harus mampu memberikan perasaan kehadiran :

a) Selama bersama pasien, bidan harus konsentrasi penuh untuk

mendengarkan dan melakukan observasi


b) Membuat kontak fisik : mencuci muka pasien, mengusaap

punggung dan memegang tangan pasien dan lain-lain.

c) Menempatkan pasien dalam keadaan yakin(bidan bersikap

tenang dan bisa menenangkan pasien)

Menurut Walyani dan Purwoastuti, (2015) ada lima

kebutuhan dasar bagi wanita dalam persalinan ialah :

a) Asuhan fisik dan psikologis

b) Kehadiran seorang pendamping secara terus menerus

c) Pengurangan rasa sakit

d) Penerimaan atas sikap dan perilakunya

e) Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman

Hasil penelitian Randomized clinical trial (RCT) telah

memperlihatkan efektifnya dukungan fisik, emosional dan

psikologi selama persalinan dan kelahiran. Dalam Cochrane

Database, suatu kajian ulang sistematik dari 14 percobaan-

percobaan yang melibatkan 5000 wanita memperlihatkan

bahawa kehadiran seorang pendamping secara terus menerus

selama persalinan dan kelahiran akan menghasilkan :

a) Kelahiran dengan tindakan (forceps, vacum maupun secsio

sesaria) menjadi berkurang

b) APGAR Score <7 lebih sedikit hasil kelahiran bertambah

baik

c) Bersifat sayang ibu


d) Lamanya persalinan menjadi semakin pendek

e) Kepuasan ibu yang semakin besar dalam pengalaman

melahirkan mereka

2) Kebutuhan Makanan dan Cairan

Makanan padat tidak boleh diberikan selama persalinan aktif, oleh

karena makan padat lebih lama tinggal dalam lambung dari pada

makanan cair, sehingga proses pencernaan lebih lambat selama

persalinan. Bila ada pemberian obat, dapat juga merangsang

terjadi mual/muntah yang dapat mengakibatkan terjadinya aspirasi

ke dalam paru-paru, untuk mencegah dehidrasi, pasien dapat

diberikan banyak minum segar (jus, buah, sup) selama proses

persalinan, namun bila mual/muntah dapat diberikan cairan IV.

(Walyani dan Purwoastuti, 2015)

3) Kebutuhan Eliminasi

Kandung kemih harus dikosongkan setiap 2 jam selama proses

persalinan. Bila pasien tidak dapat berkemih sendiri dapat

dilakukan kateterisasi oleh karena kandung kemih yang penuh

akan menghambat penurunan bagian terbawah janin, selain itu

juga akan meningkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali

pasien karena bersama dengan munculnya kontraksi uterus.

Rektum yang penuh akan mengganggu penurunan bagian

terbawah janin, namun bila pasien mengatakan ingin BAB, bidan

harus memastikan kemungkinan adanya tanda dan gejala masuk


pada kala II. Bila diperlukan sesuai indikasi dapat dilakukan

lavement. (Walyani dan Purwoastuti, 2015).

2. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Persalinan

Metode pendokumentasian SOAP disarikan dari proses pemikiran

penata laksanaan kebidanan dan dipakai untuk mendokumentasikan

asuhan kebidnan dalam rekam medis klien sebagai catatan kemajuan

(Asrinah, 2010).

Menurut Wildan dan Hidayat (2008), laporan asuhan kebidanan

persalinan didokumentasikan dalam bentuk SOAP :

a. Manajemen Kebidanan Kala I

Manajemen kebidanan atau alur pikir seorang bidan dikenal dengan

tujuh langkah varney yang didokumentasikan dalam bentuk SOAP

(Suhartika, 2018) yang meliputi :

1) Subjektif

Pengumpulan data berdasarkan anamnesis baik langsung

maupun tidak langsung dengan ibu bersalin. Data ini berisikan

identitas ibu dan suami, keluhan utama, riwayat kehamilan

sekarang, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu,

riwayat kesehatan ibu dan keluarga.

Ny. A berumur 24 tahun mengaku hamil pertama kali dan

belum pernah keguguran. Usia kehamilan 40 minggu. Datang

kebidan sudah merasa mules dan keluar lendir sejak tadi pagi.
2) Objektif

Data yang berdasarkan hasil pemeriksaan saat itu, meliputi

keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan fisik secara umum,

pemeriksaan obstetri (palpasi leopold, dan DJJ), pemeriksaan

dalam dan pemeriksaan penunjang.

Keadaan umum baik, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80

x/menit, suhu 37°C, pernapasan 20 x/menit, wajah tidak edema,

konjungtiva merah muda, sklera putih, payudara simetris, leopold

tinggi fundus uteri (TFU) 3 jari di bawah pusat teraba bokong,

sebelah kanan punggung, sebelah kiri ekstremitas, bagian bawah

kepala, DJJ 140 x/menit, vulva vagina tidak ada keluhan.

3) Analisis

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap masalah

atau diagnosa berdasarkan interpretasi yang benar atas data – data

yang telah dikumpulkan (Marmi, 2012).

G1P0A0 hamil 40 minggu inpartu kala I fase aktif, janin

tunggal hidup intra uterin, presentasi kepala (Suhartika, 2018).

4) Penatalaksanaan

Melaksanakan asuhan menyeluruh yang telah direncanakan

secara efektif dan aman (Marmi, 2012).

a) Informasikan hasil yang didapat dari pengkajian

b) Jelaskan semua asuhan yang diberikan

c) Mengobservasi kandung kemih


d) Menyiapkan perlengkapan persalinan

(Suhartika, 2018).

b. Manajemen kebidanan kala II

1) Subyektif

Data subyektif yang mendukung bahwa pasien dalam persalinan

kala II adalah pasien mengatakan ingin meneran (Sulistyawati dan

Esti, 2013)

a) Ibu mengatakan bernama Ny.X berumur X

b) Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke X dan belum pernah

keguguran

c) Ibu mengatakan HPL tanggal...

d) Ibu mengatakan seperti ingin BAB

2) Obyektif

Ekspresi wajah pasien serta bahasa tubuh (Body languge)

yang menggambarkan suasana disik dan psikologis menghadapi

kala II, Vulva dan anus membuka perinium menonjol, Hasil

pemantauan kontraksidurasi lebih dari 40 detik, frekuensi lebih

dari 3 kali dalam 10 menit, intensitas kuat, hasil pemeriksaan

dalam menunjukkan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap

(Sulistyawati dan Esti, 2013)

3) Assesment

Meskipun penetuan apakah pasien benar-benar dalam kala

II adalah yang paling dalam tahap ini, namun bidan tetap tidak
boleh melupakanuntuk menginterpretasikan masalah dan

kebutuhan yang mungkin timbul pada pasien.

Diagnosa Kebidanan

Ny.X GxPxAx dalam persalianan kala II normal

a) Data dasar subyektif

Ibu mengatakan perutnya semakin sakit dan ingin meneran

b) Data dasar Obyektif

Perinium menonjol, vulva dan anus membuka, frekuensi his

semakin sering(>3x/menit), intensitas semakin kuat, durasi

his >40 detik. ( Sulistyawati dan Esti, 2013)

Ny.X GxPxAx umur X tahun usia kehamilan X minggu janin

tunggal, hidup intrauteri, letak memanjang, presentasi belakang

kepala, punggung kanan, sudah masuk PAP 0/5 bagian inpartu kala

II normal.

4) Planning

a) Merencanakan Asuhan

Pada tahap ini bidan melakukan perencanaan terstruktur

berdasarkan tahapan persalinan. Dasar persalinan dan obat yang

harus tersedia. Perencanaan pada persalinan kala II.

b) Melakukan Asuhan

Pada tahap ini bidan melaksanakan perencanaan yang telah

dibuat.
5) Evaluasi

Pada akhir kala II, bidan melakukan evaluasi antara lain : keadaan

umum bayi, jenis kelamin, spontanitas menangis segera setelah

lahir, dan warna kulit, keadaan umum pasien, kontraksi perdarahan,

dan kesadaran, tidak teraba janin kedua. Hasil evaluasi ini

merupakan data dasar untuk kala III

b. Manajemen kala III

Menurut Wildan dan Hidayat, (2008). Pengkajian dari kala III ini

merupakan hasil dari evaluasi kala II.

1) Subyektif

a) Ibu mengatakan bahwa bayinya telah lahir melalui vagina

b) Ibu mengatakan bahwa ari-arinya belum keluar

c) Paisen mengatakan perut bagian bawahnya terasa mules

2) Objektif

Pada pukul ... bayi lahir berjenis kelamin ... menagis kuat

bergerak aktif dan kulit kemerahan, terlihat klem terpasang

didepan vulva, tidak teraba janin kedua

3) Assesment

Berdasarkan data dasr yang diperoleh melalui pengkajian diatas

bidan menginterpretasikan bahwa pasien benar-benar sudah

dalam persalinan kala III.

Ny.X umur X tahun P1A0 inpartu kala III

4) Planning
Merencanakan dan melaksanakan Asuhan kala III : menyuntikkan

oksitosin 10 IU, melakukan penegangan tali pusat terkendali,

melahirkan plasenta, massase fundus.

c. Manajemen kala IV

Pengkajian pada kala IV bidan harus melakukan pengkajian

lengkap terutama mengenai data yang berhubungan

dengankemungkianan penyebab perdarahan, karena pada kala IV

inilah kematian pasien paling banyak terjadi. Penyebab kematian

pasien pasca melahirkan adalah perdarahan dan ini terjadi pada kala

IV.

1) Subyektif

c) Ibu mengatakan perutnya terasa mulas

d) Ibu mengatakan merasa lelah tapi bahagia

2) Obyektif

Pada tanggal... pukul... plasenta lahir lengkap, TFU 2 jari dibawah

pusat, kontraksi keras, kandung kemih kosong.

3) Assesment

Ny.X umur X tahun P1A0 inpartu kala IV

4) Planning

Merencanakan Asuhan : lakukan pemantauan intensif pada pasien,

lakukan jahitan luka perinium, pantau jumlah perdarahan, penuhi

kebutuhan pasien pada kala IV


Melaksanakan Asuhan : melakukan pemantauan intensif pada

pasien, melakukan jahitan luka perinium, memantau jumlah

perdarahan, memenuhi kebutuhan pasien pada kala IV

5) Evaluasi

Hasil akhir asuhan persalinan kala IV normal adalah pasien dan

bayi dalam keadaan baik, ditunjukkan dangan stabilitas fisim dan

psikologis pasien.

C. BAYI BARU LAHIR

1. Konsep Dasar

a. Pengertian

Bayi baru lahir atau disebut juga neonatus merupakan individu

yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran

serta harus dapat melakukan penyesuaikan diri dari kehidupan

intrauterin ke kehidupan ekstra uterin (Dewi,2010). Bayi baru lahir

normal adalah bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan 37-42

minggu dengan berat badan 2500-4000 g (Ekayanthi, 2018).

b. Perubahan Fisiologis Bayi Segera Setelah Lahir

1) Termoregulasi

Menurut Dewi (2010), ada empat kemungkinan mekanisme

yang dapat menyebabkan bayi baru lahir kehilangan panas :

a) Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya

yang kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas

dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung).

Sebagai contoh, konduksi bisa terjadi ketika menimbang

bayi tanpa alas timbangan, memegang bayi saat tangan

dingin, dan menggunakan stetoskop dingin untuk

pemeriksaan BBL.

b) Konveksi

Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang

segera bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung pada

kecepatan dan suhu udara). Sebagai contoh, konveksi dapat

terjadi ketika membiarkan atau menempatkan BBL dekat

jendela atau membiarkan BBL di ruangan yang terpasang

kipas angin.

c) Radiasi

Panas di pancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke

lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antara dua

objek yang mempunyai suhu berbeda). Sebagai contoh,

membiarkan BBL dalam ruangan AC tanpa di berikan

pemanas (radiant warmer), membiarkan BBL dalam

keadaan telanjang, atau menidurkan BBL berdekatan dengan

ruangan yang dingin (dekat tembok).


d) Evaporasi

Panas hilang melali proses penguapan yang bergantung

pada kecepatan dan kelembaban udara (perpindahan panas

dengan cra mengubah cairan menjadi uap). Evaporasi ini di

pengaruhi oleh jumlah panas yang di pakai, tingkat

kelembaba udara, dan aliran udara yang melewati. Apabila

BBL di biarkan dalam suhu kamar 250C, maka bayi akan

kehilangan panas melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi

yang besarnya 200 kg/ BB, sedangkan yang di bentuk hanya

sepersepuluhnya saja. Agar dapat mencegah terjadinya

kehilangan panas pada bayi, maka lakukan hal berikut :

a) Keringkan bayi secara seksama

b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang kering

dan hangat.

c) Tutup bagian kepala bayi.

d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.

e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.

f) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.

2) Sistem Pernafasan

Ketika struktur matang, ranting paru-paru sudah bisa

mengembangkan sistem alveoli. Selama dalam uterus, janin

mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta dan setelah


bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi (Ekayanthi,

2018)

3) Sistem Pencernaan

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan

menelan. Reflek muntah dan reflek batuk yang matang sudah

terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir

cukup bulan untuk menelan dan mencerrna makanan (selain usus)

masih terbatas. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas yaitu

kurang dari 30 cc untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan, dan

kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersama

dengan pertumbuhanya (Walyani dan Purwoastuti, 2015)

4) Sistem Kardiovaskuler dan Darah

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk

mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna

menghantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang

baik guna mendukung kehidupan di luar rahim, harus menjadi 2

perubahan besar berikut ini :

a) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung.

b) Penutupan duktus arteriosus antara anteri paru dan aorta.

Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh

darah adalah pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh

sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan

atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium


kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan

tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu

darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru untuk

menjalini proses oksigenasi ulang.

Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru

dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernapasan

pertamanya ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem

pembuluh darah paru (menurunkan resistensi pembuluh darah paru).

Peningkatan sirkulasi ke paru mengakibatkan peningkatan volume

darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan

atrium kanan ini dan penurunan tekanan pada atrium kiri, foramen

ovale secara fungsional akan menutup (Ekayanthi, 2018).

5) Metabolism Glukosa

Dalam menajalankan fungsinya, otak memerlukan glukosa

dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan

klem pada saat lahir, seorang bayi harus mulai mempertahankan

kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi lahir, glukasadarah

akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam).

Menurut Ekayanthi (2018), koreksi penurunan glukosa dapat

dilakukan dengan 3 cara :

a) Melalui pengunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong

untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir).

b) Melalui penggunaan cadangan glikogen.


c) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak

(glukoneogenesis).

6) Sistem Ginjal

Tubuh BBL mengandung relatif banyak air. Kadar natrium juga

relatif lebih besar dibandingkan dengan kalium karena ruangan

ekstraseluler yang luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena :

a) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa.

b) Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume

tubulus proksimal.

c) Renal blood flow relatif kurang bila dibandingkan dengan orang

dewasa (Walyani dan prurwoastuti, 2015).

c. Asuhan bayi baru lahir dalam 2 jam pertama

1) Penilaian awal pada bayi segera setelah lahir

Segera setelah bayi lahir sambil meletakkan bayi diatas kain

bersih dan kering (yang telah disiapkan pada perut bawah ibu)

a) Apakah bayi menangis atau bernafas/tidak megap-megap ?

b) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif ?

Dalam alur manajemen BBL alur penatalaksanaan BBL mulai

dari persiapan, penilaian dan keputusan keadaan BBL. Untuk BBL

cukup bulan dengan air ketuban bersih dan langsung menangis atau

bernafas spontan dan bergerak aktif dilakukan manajemen BBL

normal (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

2) Pemotongan Tali Pusat


a) Menyepit tali dengan klem dengan jarak 3cm dari pusat dengan

jarak 3cm dari pusat, lalu mengurut tali pusat ke arah ibu dan

memasang klem ke-2 dengan jarak 2cm dari kelm pertama.

b) Menegangkan tali pusat di atara 2 kelm dengan menggunakan

tangan kiri (jari tengan melindungi tubuh bayi) lalu memotong

tali pusat di antara 2 klem.

c) Mengikat tali pusat dengan jarak ±1 cm dari umbilikus dengan

simpul mati lalu mengikat balik tali pusat dengan simpul mati.

Untuk kedua kalinya bungkus dengan kasa steril, lepaskan klem

pada tali pusat, lalu memasukkannya dalam wadah yang berisi

larutan klorin 0,5%.

d) Membungkus bayi dengan kain bersih dan memberikannya

kepada ibu (Dewi, 2010)

3) Resusitasi (Bila Perlu)

Hal yang mendasari dilaksanakannya resusitasi pada bayi adalah

terjadinya asfiksia. Tiga kondisi patologis yang menyebabkan

asfiksia yaitu kurangnya oksigenasi, retensi karbon dioksida yang

berlebih, dan asidosis metabolic (Walyani dan Purwastuti, 2015).

Tujuan resusitasi adalah intervensi tepat waktu untuk

mengembalikan efek-efek biokimia asfiksia sehingga mencegah

kerusakan otak dan organ yang akibatnya akan ditanggung sepanjang

hidupnya (Walyani dan Purwastuti, 2015).


a) Sebelum memutuskan untuk melakukan resusitasi perlu adanya

identifikasi dari kondisi bayi yang didasarkan pada beberapa hal

berikut :

T : Trauuma

U : Asfiksia janin

M : Medikasi internal

M : Malformasi

S : Sepsis

S : Syok

b) Teknik resusitasi bayi baru lahir yang efektif menurut Dewi,

(2010) antara lain :

(1) Penghisapan lender

Beberapa BBL tidak segera melakukan

pernapasan secara spontan karena tidak dapat mengeluarkan

lendir sendiri maka bidan harus melakukan penghisapan

lendir.Penghisapan lendir dimulai dari mulut kemudian

dilanjutkan ke hidung. Alat penghisap lendir yang digunakan

adalah suction dengan selang yang lembut. (Walyani dan

Purwastuti, 2015).

(2) Posisi yang benar

Setiap bayi dengan gangguan pernapasan spontan

sebaiknya ditempatkan dalam posisi tidur terlentang

dengan posisi leher sedikit ekstensi. Tindakan ini


membantu meminimalkan penyempitan trakea dan

memaksimalkan aliran udara. Apabila oksiput bayi sangat

bengkak, letakkan gulungan kain setinggi 1-2 cm dibawah

bahu bayi untuk mempertahankan jalan nafas agar sedikit

hiperekstensi (Walyani dan Purwastuti, 2015).

(3) Stimulasi taktil

Sambil melakukan evaluasi usaha nafas bayi, bidan

melakukan stimulasi taktil untuk merangsang nafas bayi.

Apabila bayi abnea memberikan respons terhadap stimulasi

taktil, berarti bayi berada dalam periode abnea primer

(Walyani dan Purwastuti, 2015).

(4) Pemberian oksigen

Apabila setelah stimulasi taktil bayi dapat bernafas

dengan teratur dan spontan namun warna kulit bayi masih

kehitaman maka dapat diberikan oksigen 100% yang

mengalir dengan bebas. Untuk memberikan oksigen dalam

aliran bebas ini bidan dapat menggunakan selang oksigen

yang dihubungkan dengan masker wajah atau bag anastesi

yang ditempatkan didekat wajah bayi. Warna kulit bayi

yang kemerahan mengindikasikan adanya peningkatan

kondisi bayi dan pemberian oksigen dapat dikurangi secara

bertahap (Walyani dan Purwastuti, 2015).


4) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi Menyusu Dini adalah proses membiarkan bayi menyusu

sendiri segera setelah lahir. Hal ini merupakan kodrat dan anugrah

darri tuhan yang sudah disusun untuk kita, melakukannya juga tidak

sulit, hanya memerlukan waktu sekitar satu hingga dua

jam(Nuraisiah dkk, 2014)

Langkah Inisiasi Menyusu Dini dalam asuhan bayi baru lahir

menurut Kementerian Kesehatan RI, 2010) antara lain :

a) Langkah 1

Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan dan letakkan

diatas perut bawah ibu.

b) Langkah 2

Lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling sedikit

1 jam.

c) Langkah 3

Biarkan bayi mencari dan menemukan puting susu dan anjurkan

ibu dan keluarga untuk tidak mengintruksi menyusu, misalnya

memindahkan payudara satu ke payudara yang lain. Bila bayi

harus dipindah sebelum 1 jam usahakan ibu dan bayi

dipindahkan bersamaan dengan mempertahankan kontak kulit

ibu dan bayi. Jika bayi belum menemukan puting dalam 1 jam

posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu. Biarkan kontak

kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya. Jika bayi


belum menemukan puting dalam waktu 2 jam pindahkan ibu

keruang pemulihan dengan bayi tetap didada ibu, lanjutkan

perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, memberi

vitamin K, dan salep mata) dan kemudian kembalikan bayi pada

ibu untuk menyusu.

2. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Menurut Wildan dan Hidayat (2008), laporan asuhan kebidanan

didokumentasikan dalam bentuk SOAP :

a. S (Subjective)

Berisi tentang data dari pasien melalui anamnesa (wawancara) yang

merupakan ungkapan langsung

1) Ibu mengatakan anaknya berjenis kelamin...dan saat lahir

menangis kuat

Ibu mengatakan senang atas kelahiran anaknya

(Wildan dan Hidayat, 2008).

b. O (Objective)

Data ini didapatkan dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik.

Keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis, HR :

124x/menit, respirasi : 48x/menit, suhu : 37ºC, berat badan : 3100

g, panjang badan : 29cm, lingkar kepala : 30 cm,lingkar dada :

30cm

(Wildan dan Hidayat, 2008).


c. A (Assessment)

Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan

meliputi diagnosis, antisipasi diagnosa atau masalah potensial perlu

ada tidaknya tindakan segera

By.Ny.X umur X jam berjenis kelamin x normal (Wildan dan

Hidayat, 2008).

d. P (Planning)

Merupakan rencana dari tindakan yang aan diberikan termasuk

asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnosis atau laboratorium serta

konseling untuk tindak lanjut

1) Memberitahu ibu keadaan bayinya sehat dan normal

2) Memberikan salep mata pada bayi

3) Memberikan vit K pada paha kiri secara IM segera setelah lahir

4) Membungkus tali pusat dengan kassa steril

5) Menjaga kehangatan bayi dengan dibedong dan dihangatkan

dibawah lampu penghangat

6) Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan bayi dengan cara

mengganti popok dan pakaian bayi jika bayi basah

Menjelaskan kepada ibu tentang ASI eksklusif yaitu bayi yang

hanya diberikan ASI selama 6 bulan tanpa tambahan makanan atau

minuman apapun (Wildan dan Hidayat, 2008).


D. NIFAS

1. Konsep Dasar

a. Pengertian

1) Masa nifas (puerperium) dimaknai sebagai periode pemulihan

segera setelah lahirnya bayi dan plasenta serta mencerminkan

keadaan fisiologi ibu, terutama sistem reproduksi kembali

mendekati keadaan sebelum hamil. Periode ini berlangsung 6

minggu atau berakhir saat kembalinya kesuburan (Marliandiani

dan Ningrum, 2015).

2) Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai dari

beberapa jam setelah plasenta lahir dan selesai selama kira-kira 6

minggu saat alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil

(Sumiaty, 2018)

b. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

1) Perubahan sistem reproduksi

Selama masa nifas alat-alat reproduksi internal maupun

eksternal berangsur-angsur kembali ke keadaan sebelum hamil.

Perubahan keseluruhan alat genetalia ini disebut involusi. Pada

masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya, perubahan-

perubahan yang terjadi antara lain sebagai berikut :


a) Uterus

Segera setelah plasenta dan selaput ketuban keluar dari

uterus maka dimulailah masa nifas. Oksitosin yang

dilepaskan dari kelenjar hipofisis posterior menginduksi

kontraksi miometrium yang saling berkaitan dan kuat.

Rongga uterus telah kosong, maka uterus secara keseluruhan

berkontraksi ke arah bawah dan dinding uterus kembali

menyatu satu sama lain, dan ukuran uterus secara bertahap

kembali seperti sebelum hamil (Marliandiani dan Ningrum,

2015)

Menurut Marliandiani dan Ningrum, (2015) proses

involusi uterus adalah sebagai berikut :

(1) Iskemia miometrium

Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi uterus

yang terus-menerus setelah pengeluaran plasenta

sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan

menyebabkan serat otot atrofi.

(2) Atrofi jaringan

Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian

hormon estrogen saat pelepasan plasenta.

(3) Autolisis

Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri

yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan


memendekkan jaringan otot yang telah mengendur

hingga panjangnya sepuluk kali panjang sebelum hamil

dan lebarnya lima kali lebar sebelum hamil yang terjadi

selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan

hormon estrogen dan progesteron.

(4) Efek oksitosin

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan

retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh

darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah

ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi

perdarahan.

b) Lokhea

Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa

nifas. Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua

yang nekrotik dari dalam uterus.Lokhea mempunyai reaksi

basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang

lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina

normal. Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume

yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau

tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea

mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya

proses involusi

(Sulistyawati, 2015).
Menurut Sulistyawati, 2015 lokhea dibedakan menjadi

3 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya :

(1) Lokhea rubra / merah

Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari

ke-4 masa post partum. Cairan yang keluar berwarna

merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa

plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut

bayi), dan mekonium.

(2) Lokhea sanguinolenta

Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan

berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari

ke-7 post partum.

(3) Lokhea serosa

Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena

mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi

plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14

(4) Lokhea alba / putih

Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel

epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang

mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6

minggu post partum.


2) Perubahan pada serviks

Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak

menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir.Bentuk ini

disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,

sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada

perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.

Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh

dengan pembuluh darah.Konsistensinya lunak, kadang-kadang

terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang

terjadi selama berdilatasi maka serviks tidak akan pernah kembali

lagi ke keadaan seperti sebelum hamil.

Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu

persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah

bayi lahir, tangan dapat masuk kedalam rongga rahim. Setelah 2

jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke-6 post

partum, serviks sudah menutup kembali (Sulistyawati, 2015).

3) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan

yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam

beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini

tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina

kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina


secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia

menjadi lebih menonjol.

Pada masa nifas, biasanya terdapat luka-luka jalan lahir. Luka

pada vagina umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh

secara perpriman (sembuh dengan sendirinya), kecuali apabila

terdapat infeksi. Infeksi mungkin menyebabkan sellulitis yang

dapat menjalar sampai terjadi sepsis (Sulistyawati, 2015).

4) Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena

sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada

post natal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali

sebagian tonus-nya, sekalipun tetap kendur daripada keadaan

sebelum hamil (Sulistyawati, 2015).

5) Perubahan sistem pencernaan

Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh

beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat

mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan

kolesterol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos.

Pasca melahirkan, kadar progesteron mulai menurun. Namun faal

usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal

(Sulistyawati, 2015).
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem

pencernaan menurut Marliandiani dan Ningrum, (2015) antara

lain sebagai berikut :

a) Nafsu makan

Rasa lelah yang amat berat setelah proses persalinan

dapat mempengaruhi nafsu makan ibu. Sebagian ibu tidak

merasakan lapar sampai rasa lelah itu hilang. Ada juga yang

merasakan lapar segera setelah persalinan. Sebaikanya setelah

persalinan segera mungkin berikan ibu minuman hangat dan

manis untuk mengembalikan tenaga yang hilang secara

bertahap berikan makanan yang sifatnya ringan karena alat

pencernaan juga perlu waktu untuk memulihkan keadannya.

b) Motilitas

Secara khas, penurunan tonus.Pada persalinan bedah

sesar kelebihan analgesik dan anestesi bisa memperlambat

pengambilan tonus dan motilitas ke keadaan normal.

c) Pengosongan usus

Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal

ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses

persalinan dan awal nifas, diare sebelum persalinan, enema

sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid,

ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa

nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.


6) Perubahan sistem perkemihan

Pada saat persalinan bagian terdepan janin akan menekan

otot-otot pada kandung kemih dan uretra yang mengakibatkan

timbulnya gangguan pada sistem perkemihan (Barus, 2018).

Saluran kemih kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu

(Marliandiani dan Ningrum, 2015). Segera setelah persalinan,

kandung kemih akan mengalami overdistensi pengosongan yang

tidak sempurna dan residu urin yang berlebihan akibat adanya

pembengkakan, kongesti dan hipotonik pada kandung kemih.

Efek ini akan hilang pada 24 jam pertama post partum, apabila

tidak hilang maka dicurigai terjadi infeksi saluran kemih. Diuresis

akan terjadi pada hari pertama hingga hari ke lima post partum

(Sumiaty, 2018).

7) Perubahan sistem musculoskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah persalinan.

Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-

otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan

setelah plasenta dilahirkan (Marliandiani dan Ningrum, 2015).

Perubahan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal yaitu

perubahan pada ligamen, diafragma panggul, fasia dan dinding

abdomen. Ligamentum latum dan ligamentum rotundum

memerlukan waktu yang cukup lama untuk kembali pulih karena

pada saat kehamilan, kedua ligamentum ini mengalami


perenggangan dan penenduran yang cukup lama sehingga kondisi

ligamen tersebut pada saat nifas lebih kendur dibanding kondisi

saat tidak hamil. Hal ini akan berangsur-angsur pulih pada 6-8

minggu post partum (Sumiaty, 2018).

Sebagai akibat putusnya serat-serat plastik kulit dan distensi

yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil,

dinding abdomen masih agak lunak dan kendur untuk sementara

waktu. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang

alat genetalia, serat otot-otot dinding perut dan dasar panggul,

dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu atau senam

nifas

(Marliandiani dan Ningrum, 2015).

8) Perubahan tanda-tanda vital

a) Suhu badan

Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik

sedikit ( 37,50 – 380C) sebagai akibat kerja keras sewaktu

melahirkan dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu

badan menjadi biasa. Biasanya, pada hari ketiga suhu badan

naik lagi karena adanya pembentukan ASI. Payudara menjadi

bengkak dan bewarna merah karena adanya banyaknya ASI.

Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada

endometrium (mastitis, tractus genetalis, atau sistem lain.

(Sulistyawati, 2015)
b) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60 – 80 x/menit.

Pada saat persalinan denyut nadi akan mengalami

penngkatan. Denyut nadi yang melebihi 100 x/menit, harus

waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum.

(Merliandiani dan ningrum, 2015)

c) Tekanan darah

Tekanan darah normal untuk sistole berkisar 110 – 140

mmHg dan untuk diastole 60 – 80 mmHg. Setelah persalinan,

tekanan darah dapat sedikit lebih rendah dibandingkan pada

saat hamil karena terjadinya perdarahan pada proses

persalinan. Bila tekanan darah mengalami peningkatan lebih

dari 30 mmHg pada sistole atau lebih dari 15 mmHg pada

diastole perlu dicurigai timbulnya hipertensi atau pre

eklamsia post partum.

(Merliandiani dan Ningrum, 2015).

d) Pernapasan

Bila nadi, suhu tidak normal, pernapasan juga akan

mengikutinya kecuali apabila ada gangguan khusus pada

saluran pernapasan. Bila pada masa nifas pernapasan menjadi

cepat kemungkinan ada tanda-tanda syok.

(Merliandiani dan Ningrum 2015)


9) Perubahan sistem kardiovaskuler

Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk

menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh

plasenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan kembali estrogen

menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat sehingga

mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran

ini terjadi dalam 2 – 4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama

masa ini, ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine.

Hilangnya pengesteran membantu mengurangi retensi cairan yang

melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut

selama kehamilan bersama-sama dengan trauma masa persalinan.

Pada persalinan, vagina kehilangan darah sekitar 200- 500 ml,

sedangkan persalinan dengan SC, pengeluaran dua kali lipatnya.

Perubahan terdiri dari volume darah dan kadar Hmt

(haematokrit).

Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba – tiba.

Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan

menyababkan beban pada jantung dan akan menimbulkan

dekompensatio cordis pada pasien dengan vitum cardio. Keadaan

ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan

tumbuhnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali

seperti sediakala.Umumnya, ini terjadi pada 3 – 5 hari post

partum (Sulistyawati, 2015).


10) Perubahan sistem hematologi

Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen

dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada

hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan

sedikit menurun tetapi darah akan sedikit menurun tetapi darah

lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga

meningkatkan faktor pembekuan darah.

Leukositosis adalah meningkatnya jumah sel-sel darah, putih

sebanyak 15.000 selama persalinan. Jumlah leukosit akan tetap

tinggi selama beberapa hari pertama masa post partum. Jumlah

sel darah putih akan tetap bisa naik lagi sampai 25.000 – 30.000

tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami

persalinan lama.

Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan

diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemaglobin

pada hari ke 3-7 post partum dan akan normal dalam 4-5 minggu

post partum. Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan

kurang lebih 200-500 ml, minggu pertama post partum berkisar

500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml

(Marliandiani dan Ningrum, 2015).

11) Perubahan sistem endokrin

Perubahan sistem endokrin menurut Marliandiani dan

Ningrum, (2015) antara lain :


a) Hormon plasenta

Hormon plasenta HCG (Human Chorionic

Gonadotropin) menurun dengan cepat setelah persalinan dan

menetap sampai 10% dalam tiga jam hingga hari ketujuh

post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari

ketiga post partum.

b) Hormon pituitary

Menurunnya kadar estrogen merangsang kelenjar

pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin.

Hormon ini berperan dalam pembesaran payudara dan

merangsang produksi ASI.

c) Hormon hipofisis dan fungsi ovarium

Kadar prolaktin meningkat secara progresif sepanjang

masa hamil. Pada wanita menyusui kadar prolaktin tetap

meningkat sampai minggu keenam setelah melahirkan.

Kadar prolaktin serum dipengaruhi oleh kekerapan

menyusui, lama tiap kali menyusui, dan banyak makanan

tambahan yang diberikan. Untuk ibu yang menyusui dan

tidak menyusui akan memengaruhi lamanya ibu

mendapatkan menstruasi kembali.

d) Hormon estrogen dan progesterone

Setelah persalinan, kadar estrogen menurun 10%

dalam kurun waktu sekitar tiga jam. Progesteron turun pada


hari ketiga post partum kemudian digantikan dengan

peningkatan hormon prolaktin daan prostaglandin yang

berfungsi sebagai pembentukan ASI dan meningkatkan

kontraksi uterus sehingga mencegah terjadinya perdarahan.

c. Kebutuhan Pada Masa Nifas

a) Kebutuhan gizi

Menurut Marliandiani dan Ningrum, (2015) zat-zat yang

dibutuhkan diet ibu pasca bersalin adalah :

a) Mengkonsumsi tambahan kalori sesuai kebutuhan. Jika masih

menyusui tambah kalori tiap hari sebanyak 500-700 kalori.

b) Penuhi diet berimbang terdiri atas protein, kalsium, mineral,

vitamin, sayuran hijau, dan buah.

c) Kebutuhan cairan sedikitnya 3 liter perhari yang dapat

diperoleh dari air putih, sari buah, susu, atau sup.

d) Untuk mencegah anemia konsumsi tablet zat besi selama

masa nifas.

e) Vitamin A (200.000 IU) selain untuk ibu, vitamin A dapat

diberikan kepada bayi melalui ASI.

b) Ambulasi dini

Menurut Marliandiani dan Ningrum, (2015). Adapun

keuntungan dari ambulasi dini antara lain :

a) Ibu merasa lebih sehat dan lebih kuat.

b) Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.


c) Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan maupun

pendidikan kepada ibu mencapai cara perawatan bayi sehari-

hari.

d) Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (ekonomis)

Menurut Marliandiani dan Ningrum, (2015). Langkah-

langkah mobilisasi dini yang dapat dilakukan ibu untuk turun

dari tempat tidur adalah sebagai berikut :

a) Awali dengan mengatur nafas, miring kiri, miring kanan, dan

duduk.

b) Duduk dengan tubuh ditahan dengan tangan, geserkan kaki

ke sisi ranjang dan biarkan kaki menggantung sebentar.

c) Dengan bantuan orang lain, perlahan-lahan ibu berdiri dan

masih berpegangan pada tempat tidur.

d) Jika terasa pening, duduklah kembali. Stabilkan diri beberapa

menit sebelum melangkah

c) Eliminasi (buang air kecil dan besar)

Segera setelah persalinan, ibu nifas dianjurkan untuk buang

air kecil karena kandung kemih yang penuh dapat mengganggu

kontraksi uterus, dan menimbulkan komplikasi yang lain

misalnya infeksi. Pasien dengan pasca jahitan perineum

cenderung takut untuk buang air kecil karena merasa nyeri pada

luka perineumnya. Bidan harus dapat mengidentifikasi dengan

baik penyebab yang terjadi apabila dalam waktu >4 jam, ibu
nifas belum buang air kecil. Beri motivasi ibu untuk buang air

kecil meski terasa sedikit nyeri pada daerah luka perineumnya

(Sumiaty, 2018).

Ibu nifas dianjurkan buang air besar pada 24 jam pertama

post partum. Bidan dapat menganjurkan ibu untuk mengonsumsi

bahan makanan yang banyak mengandung serat seperti buah dan

sayur serta memperbanyak minum air agar dapat memperlancar

proses eliminasi (Sumiaty, 2018).

d) Kebersihan diri

Menjaga kebersihan diri selama masa nifas merupakan upaya

untuk memelihara kebersihan tubuh mulai dari pakaian,

kebersihan dari ujung rambut sampai kaki.Terutama pada daerah

genetalia perlu mendapatkan perhatian yang lebih karena

terdapat pengeluaran cairan/darah lokhea. Letak vagina yang

berdekatan dengan meatus eksternus uretrae dan anus, yakni

daerah tersebut banyak mengandung mikroorganisme patogen.

Menurut Marliandiani dan Ningrum, (2015). Tujuan

melakukan personal higiene antara lain :

a) Meningkatkan derajat kesehatan

b) Mengurangi risiko infeksi

c) Memberikan rasa nyaman

d) Pemperbaiki personal higiene yang kurang


e) Istirahat

Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang

berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya.

Keluarga disarankan untuk memberikan kesempatan kepada ibu

untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk energi

menyusui bayinya nanti (Sulistyawati, 2015).

Menurut Sulistyawati, (2015) kurang istirahat pada ibu post

partum akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya :

a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.

b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

perdarahan.

c) Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat

bayi dan dirinya sendiri.

f) Seksual

Masa nifas yang berlangsung selama enam minggu atau 40

hari merupakan masa pembersihan rahim. Setelah enam minggu

diperkirakan pengeluaran lokhea telah bersih, semua luka akibat

persalinan, termasuk luka episiotomi dan luka bekas SC biasanya

telah sembuh dengan baik, sehingga ibu dapat memulai kembali

hubungan seksual. Hubungan seksual yang memuaskan

memerlukan suasana hati yang tenang.

Pada prinsipnya tidak ada masalah untuk memulai melakukan

hubungan seksual apabila ibu siap secara fisik maupun psikis.


Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan

(Marliandiani dan ningrum, 2015).

g) Latihan/senam nifas

Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal,

sebaiknya latihan masa nifas dilakukan seawal mungkin dengan

catatan ibu menjalani persalinan normal dan tidak ada penyulit

post partum (Sulistyawati, 2015).

Tujuan senam nifas menurut Merliandiani dan Ningrum,

(2015) antara lain :

a) Membantu mempercepat pemulihan kondisi ibu.

b) Mempercepat proses involusi uteri.

c) Membantu pemulihan dan mengencangkan otot panggul,

perut, dan perineum.

d) Memperlancar pengeluaran lokhea.

e) Membantu mengurangi rasa sakit.

f) Mengurangi risiko komplikasi.

d. Tahapan masa nifas

Menurut Marliandiani dan Ningrum, (2015). Kembalinya

sistem reproduksi pada masa nifas dibagi menjadi tiga tahap, yaitu

sebagai berikut :

1) Puerperium dini

Beberapa jam setelah persalinan, ibu dianjurkan segera

bergerak dan turun dari tempat tidur. Hal ini bermanfaat


mengurangi komplikasi kandung kemih dan konstipasi,

menurunnya frekuensi trombosis dan emboli paru pada masa

nifas

2) Puerperium intermedial

Suatu masa yakni kepulihan menyeluruh dari organ-organ

reproduksi internal maupun eksternal selama kurang lebih 6-8

minggu.

3) Remote puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam

keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu

persalinan mengalami komplikasi. Rentang waktu remote

puerperium setiap ibu akan berbeda, bergantung pada berat

ringannya komplikasi yang dialami selama hamil dan persalinan.

Waktu sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-

minggu, bulanan, bahkan tahunan

e. Kunjungan

menurut KIA, (2018) Frekuensi kunjungan, waktu dan tujuan

kunjungan tersebut dipaparkan sebagai berikut :

a) Tujuan Kunjungan pertama 6 jam – 3 hari setelah persalinan

yaitu :

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b) Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta

melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.


c) Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara

mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.

d) Konseling tentang pemberian ASI awal.

e) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi

baru lahir (bounding attachment).

f) Menjaga bayi tetap sehat melalui mencegahan hipotermi.

g) Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan

harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah

kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam

keadaan baik.

b) Tujuan kunjungan kedua, 4 - 28 hari setelah persalinan, yaitu :

a) Memastikan proses involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri (TFU) di bawah

umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, tanda-tanda infeksi, atau

perdarahan abnormal.

c) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.

d) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup

cairan.

e) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak

ada tanda-tanda adanya penyulit.

f) Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.

c) Tujuan kunjungan ketiga, 29 – 42 hari setelah persalinan yaitu :


a) Persepsinya tentang persalinan dan kelahiran, kemampuan

kopingnya yang sekarang, dan bagaimana ia merespon

terhadap bayi barunya.

b) Kondisi payudara meliputi congesti, apakah ibu menyusui

atau tidak, tindakan kenyamanan apa yang ia gunakan untuk

mengurangi ketidaknyamanan. Selain itu, apakah ibu

mengalami nyeri payudara (lecet, pembengkakan payudara,

merah, padas, dan lain-lain).

c) Asupan makanannya, baik kualitas maupun kuantitasnya.

d) Nyeri, kram abdomen, fungsi bowel.

e) Adanya kesulitan atau ketidaknyamanan dengan urinasi.

f) Jumlah, warna, dan bau perdarahan lokea.

g) Nyeri, pembengkakan perineum, dan jika ada jahitan, lihat

kerapatan jahitan. Ibu mungkin perlu cermin dan

memeriksanya sendiri atau meminta pasangannya untuk

memeriksanya jika ia melaporkan adanya gejala-gejala

tersebut.

h) Adanya hemoroid dan tindakan kenyamanan yang digunakan.

i) Adanya nyeri, edema, dan kemerahan pada ekstremitas

bawah.

j) Apakah ibu pendapatkan istirahat yang cukup, baik pada

siang maupun malam hari.


k) Bagaimana keluarga menyesuaikan diri dengan adanya bayi

baru di rumah.

l) Tingkat kepercayaan diri ibu saat ini dalam kemampuannya

merawat bayi.

m) Respon ibu terhadap bayi.

d) Tujuan Kunjungan Masa Nifas

Menurut Sulistyawati, (2015) asuhan yang diberikan kepada

ibu nifas bertujuan untuk :

a) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu

dan bayi

Dengan diberikannya asuhan, ibu akan mendapatkan

fasilitas dandukungan dalam upayanya untuk

menyesuaikan peran barunya sebagai ibu (pada kasus ibu

dengan kelahiran anak pertama) dan pendampingan

keluarga dalam membuat bentuk dan pola baru dengan

kelahiran anak berikutnya. Jika ibu dapat melewati masa

ini dengan baik maka kesejahteraan fisik dan psikologis

bayi pun akan meningkat.

b) Pencegahan, diagnosa dini, dan pengobatan komplikasi

pada ibu

Dengan diberikannya asuhan pada ibu nifas,

kemungkinan munculnyapermasalahan dan komplikasi


akan lebih cepat terdeteksi sehingga penanganannya pun

dapat lebih maksimal.

c) Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu

Meskipun ibu dan keluarga mengetahui permasalahn

kesehatan pada ibu nifas yang memerlukan rujukan, namun

tidak semua keputusan yang diambil tepat, misalnya

mereka lebih memilih untuk tidak datang ke fasilitas

pelayanan kesehatan karena pertimbangan tertentu.Jika

bidan senantiasa mendampingi pasien dan keluarga maka

keputusan tepat dapat diambil sesuai dengan kondisi pasien

sehingga kejadian mortalitas dapat dicegah.

d) Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta

memungkinkan ibu untuk mampu melaksanakan perannya

dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus.

Pada saat memberikan asuhan nifas, ketrampilan

seorang bidan sangat dituntut dalam memberikan

pendidikan kesehatan terhadap ibu dan keluarga.

Ketrampilan yang harus dikuasai oleh bidan, antara lain

berupa materi pendidikan yang sesuai dengan kondisi

pasien, teknik penyimpanan, media yang digunakan, dan

pendekatan psikologis yang efektif sesuai dengan budaya

setempat. Hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan

karena banyak pihak yang beranggapan bahwa jika bayi


telah lahir dengan selamat, serta secara fisik ibu dan bayi

tidak ada masalah maka tidak perlu lagi dilakukan

pendampingan bagi ibu. Padahal bagi para ibu (terutama

ibu baru), beradaptasi dengan peran barunya sangatlah

berat dan membutuhkan suatu kondisi mental yang

maksimal.

e) Imunisasi ibu terhadap tetanus

Dengan pemberian asuhan yang maksimal pada ibu

nifas, kejadian tetanus dapat dihindari, meskipun untuk

saat ini angka kejadian tetanus sudah banyak mengalami

penurunan.

f) Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang

pemberian makan anak, serta peningkatan pengembangan

hubungan yang baik antara ibu dan anak.

Saat bidan memberikan asuhan pada masa nifas,

materi dan pemantauaan yang diberikan tidak hanya

sebatas pada lingkup permasalahan ibu, tetapi bersifat

menyeluruh terhadap ibu dan anak. Kesempatan untuk

berkonsultasi tentang kesehatan, termasuk kesehatan anak

dan keluarga akan sangat terbuka. Bidan akan mengkaji

pengetahuan ibu dan keluarga mengenai upaya mereka

dalam rangka peningkatan kesehatan keluarga. Upaya

mengembangan pola hubungan psikologis yang baik antara


ibu, anak, dan keluarga, juga dapat ditingkatkan melalui

prlaksanaan asuhan ini.

2. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Nifas

Menurut Nuraisah dkk (2012), laporan suhan kebidanan ibu nifas

didokumentasikan dalam bentuk SOAP :

S (Subjective)

Merupakan informasi yang diperoleh lansung dari klien tersebut

dicatat sebagai kutipan langsuung atau ringkasan yang berhubungan

dengan diagnosa.

Ibu mengatakan perutnya masih teras mulas (Wildan dan Hidayat, 2008).

O (Objective)

Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan

waktu pemeriksaan termasuk juga hasil pemeriksaan laboratorium

USG, dll. Apa yang dapat diobservasi oleh bidan akan menjadi

komponen yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan. Keadaan

umum biak, kesadaran composmentis, tekanan darah 110/70 mmHg,

respirasi 20x/menit, suhu 36,5ºC, nadi 82x/menit, kandung kemih

kosong, PPV ±80cc, kontraksi keras , TFU 3 jari dibawah pusat

(Wildan dan Hidayat, 2008).

A (Assesment)

Merupakan kesimpulan yang dibuat berdasarkan data subyektif dan

obyektif yang didapatkan Ny.X PxAx 6 jam post partum normal

(Wildan dan Hidayat, 2008).


P (Planning)

Merupakan perencanaan pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan

kesimpulan yang dibuat.

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa semua dalam batas normal

b. Memberitahu ibu tentang gizi seimbang agar kebutuhan babyi dan

masa laktasi bisa terpenuhi

c. Memberitahu ibu tentang tehnik menyusui yang benar secara on

demand

d. Memberitahu tentang kebersihan personal hygiene

e. Memberitahu tentang ASI Eksklusif

(Wildan dan Hidayat, 2008).

E. KELUARGA BERENCANA (KB)

1. Konsep Dasar

a. Pengertian

Keluarga berencana (KB) merupakan program yang bertujuan

untuk mengontrol jumlah penduduk dengan mengurangi jumlah anak

yang dilahirkan oleh perempuan usia 15 – 49 tahun, yang kemudian

disebut angka kelahiran total /Total Vertility Rate (TVR). Dengan

pengaturan jumlah anak tersebut diharapkan keluarga yang mengikuti

program KB dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas

kehidupan (Tando, 2018)


Tindakan yang memantu pasangan suami istri untuik menghindari

kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang

memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,

mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami

istri serta menentukan jumlah anak pada keluarga (Tando, 2018).

b. Macam-Macam KB

1) Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang

mengandalkan pemerian air susu ibu (ASI) secara eksklusif, artinya

hanya diberikan asi tanpa tambahan atau minuman apapun lainnya

(Affandi, 2014).

Metode Amenorea Laktasi (MAL) mengandalkan pemerian

air susu ibu (ASI eksklusif) untuk menekan ovulasi. Metode ini

memiliki tiga syarat yang harus dipenuhi yaitu ibu belum

mengalami haid lagi, Bayi disusui secara eksklusif dan sering,

sepanjang siang dan malam, bayi berusia kurang dari enam bulan

(KEMENKES, 2013).

a) Cara kerja

Penundaan atau penekanan ovulasi (Affandi, 2014).

b) Keuntungan kontrasepsi menurut Affandi, (2014) adalah :

Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan

pasca persalinan), Segera efektif, Tidak mengganggu


senggama, Tidak efek samping secara sistemik, Tidak perlu

pengawasan medic, Tidak perlu obat atau alat, Tanpa biaya

c) Kerugian terbatasan menurut Affandi, (2014) adalah :

Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera

menyusui dalam 30 menit pascapersalinan, mungkin sulit

dilaksanakan karena kondisi social, efektifitas tinggi hanya

sampai kembalinya haid atau sampai dengan umur 6 bulan,

tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis

B/HBV dan HIV/AIDS.

d) Indikasi

Ibu yang menyusui secara eksklusif bayinya berumur

kurang dari 6 bulan dan belum mendapatkan haid setelah

melahirkan

(Affandi, 2014).

e) Kontraindikasi

Sudah mendapat haid setelah bersalin, tidak menyusui

secara eksklusif, bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan,

bekerja dan terpisah dari bayi lebih dari 6 jam.

2) Metode keluarga berencana (KBA)

Metode kontrasepsi alamiah merupakan metode kontrasepsi

KB yang tidak menggunakan alat-alat teknologi karena

penggunaannya sangat alami yaitu dengan memanfaatkan perilaku


pasangan dalam ketaatannya untuk mencegah terjadinya kehamilan

(Tando, 2018).

a) Keuntungan kontrasepsi menurut Affandi, (2014) adalah :

Dapat digunakan untuk mengindari atau mencapai

kehamilan, tidak ada resiko kesehatan serupa dengan

kontrasepsi, tidak ada efek samping sistemik, murah atau tanpa

biaya.

b) Keterbatasan menurut Affandi, (2014) adalah :

(1) Sebagai kontrasepsi sedang (9 – 20 kehamilan per 100

perempuan selama taun pertama pemakaian).

(2) Keefektifan tergantung dari kemauan dan disiplin pasangan

untuk mengikuti intrusi.

(3) Perlu ada pelatihan sebagai persyaratan untuk menggunakan

jenis KBA yang paling efektiv secara benar.

(4) Perlu pencatatan setiap hari.

(5) Infeksi vagina membuat lendir servik sulit dinilai.

(6) Termometer basal diperlukan untuk metode tertentu.

(7) Tidak melindungi dari IMS termasuk HBV (virus hepatitis

B/HIV AIDS.

c) Indikasi

(1) Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid

teratur maupun tidak teratur, tidak haid baik karena saat

menyusui maupun pre menoupuse.


(2) Semua perempuan dengan paritas berapapun termasuk

nulipara.

(3) Perempuan kurus maupun gemuk.

(4) Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu, hipertensi

sedang, varises, disminore, sakit kepala sedang mapun

hebat, mioma uteri, endometritis, kista ovari, anemia

difisiensi besi, hepatitis virus, malaria, tromosis vena dalam

atau emboli paru.

(5) Pasangan dengan alasan agama dan filosofi untuk tidak

menggunakan metode lain.

(6) Perempuan yang tidak dapat menggunakan metode lain.

(7) Pasangan yang ingin pantang senggama lebih dari seminggu

pada seriap siklus haid.

(8) Pasangan haid ingin dan bermotivasi untuk mengobservasi,

mencatat, dan menilai tanda dan gejala kesuburan

(Affandy, 2014).

d) Kontraindikasi

(1) Perempuan dari segi umur, paritas atau masalah

kesehatannya membuat kehamilan menjadi kondisi resiko

tinggi.

(2) Perempuan sebelum mendapat haid menyusui, segera

setelah abortus, kecuali MOB.


(3) Perempuan dengan siklus haid dengan perubahan yang

tidak teratur kecuali MOB.

(4) Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerja sama

(berpantang) selama waktu tertentu dalam siklus haid.

(5) Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genetalianya

(Affandy, 2014).

3) Senggama terputus

Senggama terputus adalah metode keluarga tradisional dimana

pria mengeluarkan alat kelaminnya atau penis dari vagina sebelum

pria mencapai ejakulasi (Affandi, 2014)

a) Cara kerja

Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi

sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina sehingga tidak

ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat

dicegah

(Affandi, 2014)

b) Keuntungan

Efektif bila dilaksanakan dengan benar, Tidak

mengganggu produksi ASI, Dapat digunakan sebagai

pendukungmetode KB lainnya, tidak ada efek samping, dapat

digunakan setiap waktu, tidak membutuhkan biaya (Affandi,

2014).

c) Efektivitas
Sangat bergantung pada kesediaan pasangan untuk

melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya (angka

kegagalan 4 – 27 kehamilan per 100 perempuan per tahun).

d) Kerugian

Efektivitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24

jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis, memutus

kenikmatan dalam berhubungan seksual.

e) Indikasi

Suami yang ingin berpaartisipasi aktif dalam keluarga

berencana, pasangan yang taat beragama atau mempunyai

alasan filosofi untuk tidak memakai metode – metode lain,

pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera,

pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil

menunggu metode yang lain, pasangan yang membutuhkan

metode pendukung, pasangan yang melakukan hubungan

seksual tidak teratur (Affandi, 2014)

f) Kontraindikasi

(1) Suami dengan pengalaman ejakulasi dini.

(2) Suami yang sulit melakukan senggama terputus

(3) Suami yang memiliki kelainan fisik atau psikologis.

(4) Istri yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama.

(5) Pasangan yang kurang dapat sal;inmg berkomunikasi.


(6) Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus

(Affandi, 2014).

4) Metode barier

a) Kondom

Merupakan selubung atau karet yang dapat terbuat dari

berbagai bahan diantarnya lateks (karet), plastik (vinil), atau

bahan alami (produksi hewan) yang terpasang pada penis saat

berhubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintesis yang

tipis berbentuk silinder, dengan muara berpinggir tebal, yang

bilang digulung berbentu rata atau mempunyai bentuk seperti

puting susu

(Affandi, 2014)

(1) Cara kerja

Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan

sel telur dengan cara mengemas sperma diujung selubung

karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut

tidak tercurah kedalam saluran reproduksi perempuan.

Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV

dan HIV/AIDS) dari satu pasangan ke pasangan yang lain

(khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil).

(2) Efektifitas

Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada

setiap kali berhubungan seksual.Pada beberapa pasangan,


pemakaian tidak efektif karena tidak dipakai secara

konsisten. Secara ilmiah didapatkan angka kegagalan

kondom yaitu 2 – 12 kehamilan per 100 perempuan

pertahun. (Affandi,2014)

(3) Keuntungan

Efektif bila digunakan dengan benar, tidak menggangu

produksi ASI, tidak menggangu kesehatan klien, tidak

mempunyai pengaruh sistemik, murah dan dapat dibeli

secara umum, tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan

khusus, metode kontrasepsi sementara bila metode

kontrasepsi lainnya harus ditunda.

(4) Kerugian

Efektifitas tidak terlalu tinggi, cara penggunaan

mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi, agak mengganggu

hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung), pada

beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk

mempertahankan ereksi, Harus selalu tersedia saat

berhubungan seksual, beberapa klien malu meberi kondom

ditempat umum, pembuangan kondom bekas mungkin

menimbulkan masalah dalam hal limbah

(5) Kontraindikasi

Tidak sesuai untuk pria yang mempunyai pasangan yang

berisiko tinggi apabila terjadi kehamilan, Alergi terhadap


bahan dasar kondom, Menginginkan kontrasepsi jangak

panjang, Tidak mau terganggu dengan berbagai persiapan

untuk melakukan hubungan seksual, Tidak peduli berbagai

persyaratan kontrasepsi (Affandy, 2014).

b) Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat

dari lateks (karet) yang diinsersikan kedalam vagina sebelum

berhubungan seksual dan menutup serviks (Affandi, 2014).

(1) Cara kerja

Menahan sperma agar tidak mendapat akses mencapai

saluran reproduksi bagian atas (uterus dan tuba fallopi) dan

sebagai alat tempat spermisida.

(2) Keuntungan

Efektif bila digunakan dengan benar, Tidak

menggangu produksi ASI, Tidak menggangu hubungan

seksual karena telah terpasang sampai 6 jam sebelumnya,

Tidak menggangu kesehatan klien, Tidak mempunyai

pengarus sistemik, Salah satu perlindungan terhadap

IMS/HIV/AIDS, khususnya apabila digunakan dengan

spermisida, Bila digunakan pada saat haid menampung

darah menstruasi (Affandi,2014)

(3) Kerugian
Efektifitas sedang (bila digunakan dengan spermisida

angka kegagalan 6 – 16 kehamilan per 100 perempuan

pertahun), Keberhasilan sebagai kontrasepsi bergantung

pada kepatuhan mengikuti cara penggunaan, Motivasi

diperlukan berkesinambungan dengan menggunakannya

setiap berhubungan seksual, Pemeriksaan pelvik oleh

petugas kesehatan terlatih diperelukan untuk memastikan

ketepatan pemasangan, Pada beberapa penggunaan menjadi

infeksi saluran uretra, Pada 6 jam pasca berhubungan

seksual, alat masih harus pada diposisinya. (Affandi,2014)

(4) Indikasi

Sesuai untuk klien yang tidak menyukai metode

kontrasepsi hormonal, seperti perokok, atau di atas usia 35

tahun, Tidak menyukai penggunaan AKDR, Menyusui dan

perlu kontrasepsi, Memerlukan proteksi terhadap IMS,

Memerlukan metode sederhana sambil menunggu metode

yang lain.

(5) Kontraindikasi

Tidak sesuai untuk klien yang berdasarkan umur dan

paritas serta masalah kesehatan menyebabkan kehamilan

menjadi resiko tinggi, Terinfeksi saluran uretra, Tidak

stabil secara psikis atau tidak suka menyentuh alat

kelaminnya ( vulva dan vagina), Mempunyai riwayat


sindrom syok karena keracunan, Ingin metode efektif

(Affandy, 2014).

c) Spermisida

Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9)

digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma.

Dikemas dalam bentuk : Aerosol (busa), Tablet vagina,

suppositoria, atau dissolvable film, Krim (Affandi,2014)

(1) Cara kerja

Menyebabkan sel membran sperma terpecah,

memperlambat pergerakan sperma, dan menurunkan

kemampuan pembuahan sel telur.

(2) Keuntungan

(a) Efektif seketika (busa dan krim)

(b) Tidak mengganggu produksi ASI

(c) Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain

(d) Tidak menggangu kesehatan klien

(e) Tidak mempunyai pengaruh sistemik

(f) Mudah digunakan

(g) Meningkatkan lubrikasi selama berhubungan seksual

(h) Tidak perlu resep dokter atay pemeriksaan kesehatan

khusus

(i) Merupakan salah satu perlindungan terhadap IMS

termasuk HBV dan HIV/AIDS.


(3) Kerugian

(a) Efektivitas kurang (18-29 kehamilan per 100

perempuan per tahun pertama).

(b) Efektivitas sebagai kontrasepsi bergantung pada

kepatuhan mengikuti cara penggunaan.

(c) Ketergantungaan pengguna dari motivasi berkelanjutan

dengan memakai setiap melakukan hubungan seksual.

(d) Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi

sebelum melakukan hubungan seksual (tablet busa

vagina, supositoria, dan film).

(e) Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam,

(4) Indikasi

(a) Tidak menyukai penggunaan AKDR.

(b) Menyusui dan perlu kontrasepsi.

(c) Memerlukan proteksi terhadap IMS

(d) Memerlukan metode sederhana sambil menunggu

metode yang lain.

(5) Kontraindikasi

(a) Terinfeksi saluran uretra.

(b) Mempunyai sindrom syok karena keracunan.

(c) Tidak stabil secara psikis atau tidak suka menyentuh

alat kelaminnya
(6) Efek samping

(a) Iritasi vagina.

(b) Iritasi penis dan tidak nyaman.

(c) Gangguan rasa panas di vagina.

(d) Kegagalan tablet tidak larut.

(7) Cara penggunaan

(a) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum

mengisi dengan aplikator (busa atau krim) dan insersi

spermisida.

(b) Pentingnya untuk menggunakan spermisida setiap

melakukan aktifitas hubungan seksual.

(c) Jarak tunggu sesudah menggunakan tablet vagina atau

suppositoria adalah 10-15 menit

(d) Tidak ada jarak tunggu setelah memasukan busa.

(e) Pentingnya untuk mengikuti anjuran dari pabrik

tentanga cara penggunaan dan penyimpanan dari setiap

produk (misalnya kocok aerosol sebelum diisikan

kedalam aplikator)

(f) Spermisida di tempatkan jauh di dalam vagina sehingga

servik terlindungi dengan baik (Affandi, 2014).

5) Kontrasepsi kombinasi (hormon esterogen dan progesteron)

a) Pil kombinasi
Pil yang mengandung kombinasi antara hormon estrogen dan

progesteron. (Tando,2018).

(1) Cara kerja

Menekan ovulasi, Mencegah implantasi, Lendir servik

mengental sehingga sulit dilalui sperma, Pergerakan tuba

terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya

akan terganggu pula.(Affandi,2014).

(2) Manfaat

(a) Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai

efektivitas tubektomi), bila digunakan setiap setiap hari (

1 kelahiran per 1000 perempuan dalam tahun pertama

penggunaan).

(b) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil.

(c) Tidak mengganggu hubungan seksual.

(d) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid

berkurang (mencegah anemia) tidak terjadi nyeri haid.

(e) Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan

masih ingin menggunakannya untuk mencegah

kehamilan.

(f) Dapat digunakan sejak usia remaja.

(g) Mudah dihentikan setiap saat.

(h) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil

dihentikan.
(i) Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker

ovarium, kanker endometrium, kista ovarium, penyakit

radang panggul, kelainan jinak pada payudara dan

disminore.

(3) Keterbatasan

(a) Mahal dan membosankan karena menggunakannnya

setiap hari.

(b) Mual terutama pada 3 bulan pertama.

(c) Pendarahan bercak atau pendarahan sela, terutama pada

3 bulan pertama.

(d) Pusing.

(e) Nyeri payudara.

(f) Berat badan naik sedikit, tetapi pada perempuan

tertentu kenaikan berat badan justru memili dampak

positif.

(g) Berhenti haid (amenorea), jarang pada pil kombinasi.

(h) Tidak boleh diberikan pada perempuan yang menyusui

( mengurangi ASI )

(i) Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan

depresi dan perubahan suasana hati, sehingga keinginan

untuk melakukan hubungan seksual berkurang.

(j) Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan

sehingga resiko stroke, dan gangguan pembekuan darah


pada vena dalam sedikit meningkat. Pada perempuan

usia>35 tahun dan merokok perlu hati-hati.

(k) Tidak mencegah IMS (infeksi menular seksual), HBV,

HIV/AIDS.

(4) Indikasi

(a) Usia reproduksi yang telah memiliki anak ataupun yang

belum memiliki anak.

(b) Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas

tinggi.

(c) Setelah melahirkan ataupun menyusui.

(d) Anemia karena berlebihan.

(e) Nyeri haid hebat.

(f) Siklus haid tidak teratur.

(g) Riwayat kehamilan ektopik.

(h) Kelainan payudara jinak.

(i) Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh

darah, mata dan syaraf.

(j) Penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis

atau tumor ovarium jinak.

(k) Varises vena.

(5) Kontraindikasi

(a) Hamil atau diduga hamil.

(b) Menyusui eksklusif.


(c) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui

penyebabnya.

(d) Penyakit hati akut atau hepatitis.

(e) Merokok dengan usia>35 tahun.

(f) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah

>180/mmHg.

(g) Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing

manis >20 tahun.

(h) Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara.

(i) Migran dan gejala neurologik fokal ( epilepsi atau

riwayat epilepsi ).

(j) Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari

(Affandi, 2014).

b) Suntikan kombinasi

Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo

Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang

diberikan injeksi IM sebulan sekali (cyclofem), dan 50 mg

Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan

injeksi IM sebulan sekali(Affandi,2014)

(1) Cara kerja

Menekan ovulasi, Membuat lendir servik menjadi

kental sehingga penetrasi sperma terganggu, Perubahan


pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu,

Menghambat transportasi gamet oleh tuba. (Affandi,2014)

(2) Efektivitas

Sangat efektif ( 0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan)

selama tahun pertama penggunaan.

(3) Keuntungan

Resiko terhadap kesehatan kecil, Tidak berpengaruh

pada hubungan suami istri, Tidak diperlukan pemeriksaan

dalam, Jangka panjang., Efek samping sangat kecil, Klien

tidak perlu menyimpan obat suntik, Mengurangi jumlah

perdarahan, Mengurangi nyeri saat haid. (Affandi,2014)

(4) Kerugian

Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur,

perdarahan bercak atau spotting, atau perdarahan sampai 10

hari. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan

seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga,

Ketergantungan klien terhadap pelayaanan kesehatan. Klien

harus kembali 30 hari untuk mendapatkan suntikan,

Efektivitasnya berkurang bila digunakan bersamaan dengan

obat-obat epilepsi (venitoin dan barbiturat) atau obat

tuberkulosis (rivampisin), Dapat terjadi efek samping yang

serius seperti serangan jantung, stroke, bekuan darah pada

paru atau otak, dan kemungkinan timbulnya tumor hati,


Penambahan berat badan, Tidak menjamin terhadap

penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus atau

infeksi virus HIV, Kemungkinan terlambatnya pemulihan

kesuburan setelah penghentian pemakaian. (Affandi, 2014)

(5) Indikasi

(a) Usia reproduksi.

(b) Telah memiliki anak ataupun yang belum memiliki

anak.

(c) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang

tinggi.

(d) Menyusui ASI pasca persalinan lebih dari 6 bulan.

(e) Pasca persalinan atau tidak menyusui.

(f) Haid teratur.

(g) Riwayat kehamilan ektopik.

(h) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

(6) Kontraindikasi

(a) Hamil atau diduga hamil.

(b) Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan.

(c) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

(d) Penyakit hati akut (virus hepatitis)

(e) Usia lebih dari 35 tahun yang merokok.

(f) Riwayat penyakit jantung, stroke atau dengan tekanan

darah tinggi (>180/110mmHg).


(g) Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing

manis lebih dari 20 tahun.

(h) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit

kepala atau migran.

(i) Keganasan pada payudara (Affandy, 2014).

6) Kontrasepsi progestin

a) Kontrasepsi suntikan progestin

Untuk suntikan 3 bulanan (depoprovera) dapat dilakukan

penyuntikan tiap 12 minggu dengan progesteron dengan angka

kegagalan sebesar 3%. (Affandi, 2014)

(1) Cara kerja

Mencegah ovulasi, Mengentalkan lendir serviks

sehingga menurunkan penetrasi sperma, Menjadikan selaput

lendir rahim tipis dan atrofi, Menghambat penetrasi gamet

oleh tuba

(Affandi, 2014)

(2) Efektivitas

Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas

yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan-

tahun, asal penyuntikannya dilakukian secara teratur sesuai

jadwal yang telah ditentukan (Affandi, 2014).

(3) Keuntungan
Sangat efektivitas, Pencegahan kehamilan jangka

panjang, Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri,

Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak

serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan

darah, Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI, Dapat

digunakan oleh perempuan usia> 35 tahun sampai

perimenoupuse, Mencegah kanker endometrium dan

kehamilan ektopik.

(4) Keterbatasan

Sering ditemukan gangguan haid,seperti : Siklus haid

yang memendek atau memanjang, Perdarahan yang banyak

atau sedikit, Perdarahan tidsk teratur atau perdarahan

bercak (spotting), Tidak haid sama sekali, Klien sangat

bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus

kembali untuk suntikan, Tidak dapat dihentikan sewaktu-

waktu sebelum suntikan berikut, Permasalahan berat badan

merupakan efek samping tersering, Tidak menjamin

perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,

hepatitis B virus, atau infeksi HIV, Terlambatnya kembali

kesuburan setelah penghentian pemakaian. (Affandi, 2014)

(5) Indikasi

(a) Usia reproduksi.

(b) Nulipara dan yang telah memiliki anak.


(c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang

memiliki efektivitas tinggi.

(d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

(e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

(f) Setelah abortus atau keguguran.

(g) Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah

gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit.

(6) Kontraindikasi

(a)Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin

7/100.000 kelahiran).

(b)Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

(c)Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid,

terutama amenorea.

(d)Menderita kanker payudara atau riwayat kanker

payudara.

(e)Diabetes militus disertai komplikasi (Affandi, 2014).

b) Kontrasepsi pil progestin (minipil)

Pil yang mengandung Progestin (Tando, 2018)

(1) Cara kerja

Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks

di ovarium (tidak begitu kuat), Endometrium mengalami

transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit,

Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat


penetrasi sperma, Mengubah motilitas tuba sehingga

transportasi sperma terganggu. (Affandi, 2014)

(2) Efektivitas

Sangat efektif (98,5%). Pada penggunaan minipil

sampai terlupa 1-2 tablet atau jangan sampai ada terjadi

gangguan gastrointestinal (muntah, diare), karena akibatnya

kemungkinan terjadi kehamilan sangat besar.Penggunaan

obat-obat mukolitik asetilsistein bersamaan dengan minipil

perlu dihindari karena mukolitik jenis ini dapat

mengingkatkan penetrasi sperma sehingga kemampuan

kontrasektif dari minipil dapat terganggu. (Affandi, 2014)

(3) Keuntungan

Sangat efektif bila digunakan secara benar, Tidak

menggangu hubungan seksual, Tidak mempengaruhi ASI,

Kesuburan cepat kembali, Nyaman dan mudah digunakan,

Sedikit efek samping, Dapat dihentikan setiap saat, Tidak

mengandung esterogen.

(4) Keterbatasan

(a) Hampir 30-60% mengalami gangguan haid (perdarahan

sela, spotting, amenorea).

(b) Peningkatan / penurunan berat badan.

(c) Harus digunakan setiap hari pada waktu yang sama.


(d) Bila lupa satu pil saja, kegagalan akan menjadi lebih

besar.

(e) Payudara menjadi tegang, mual, pusing,

dermatitis/jerawat.

(f) Resiko kehamilan ektopik cujkup tinggi (4 dari 100

kehamilan), tetapi resiko ini lebih rendah jika

dibandingkan perempuan yang tidak menggunakan

minipil.

(5) Kontraindikasi

(a) Hamil atau diduga hamil.

(b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

(c) Tidak dapat menerima gangguan haid.

(d) Menggunakan obat tuberkulosis (rifampisin), atau obat

untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat).

(e) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

(f) Sering lupa menggunakan pil.

(g) Miom uterus. Progestin memicu miom uterus.

(h) Riwayat stroke. Progestrin menyebabkan spasme

pembuluh darah (Affandi, 2014).

7) Kontrasepsi implant

Implan adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak

permanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga

hingga lima tahun. Metode ini dikembangkan oleh the population


countil, yaitu organisasi international yang didirikan taun 1952

untuk mengembangkan teknologi kontrasepsi (Affandi, 2014).

a) Cara kerjas

Kontrasepsi implan menekan ovulasi, mengentalkan lendir

servik, menjadikan selaput rahim tipis dan atrofi, dan

mengurangi transportasi sperma.Implan dimasukikan dibawah

kulit dan bertahan hingga 3 – 7 tahun tergantung jenisnya

(Kemenkes, 2013).

b) Efektivitas

Pada umumnya, resiko kehamilan kurang dari 1 diantara

100 ibu dalam 1 tahun (Kemenkes, 2013).

c) Keuntungan

(1) Tidak mengganggu ASI

(2) Mengurangi resiko radang panggul

(3) Dapat mengurangi resiko anemia defisiensi besi

(4) Tidak menggangu senggama

(5) Perlindungan jangka panjang (Kemenkes, 2013).

d) Kerugian

(1) Harus dipasang dan dilepas oleh petugas kesehatan yang

terlatih

(2) Perubahan pola haid (spooting)

(3) Membutuhkan tehnik pembedahan minor untuk insersi dan

pencabutan
(4) Tidak ada efek protektif terhadap infeksi menular seksual

atau HIV/AIDS (Tando, 2018)

e) Indikasi

(1) Usia produktif atau telah memiliki anak

(2) Menghendaki kontrasepsi efektis dan mencegah kehamilan

jangka panjang

(3) Pasca keguguran/pasca persalinan dan tidak menyusui

(4) Riwayat kehamilan ektopik

(5) Tekanan darah >180/110 mmHg dengan masalah

pembekuan darah

f) Kontra Indikasi

(1) Hamil atau diduga hamil

(2) Perdarahan pervaginam yang tidak jelas penyebabnya

(3) Tidak bisa menerima perubahan pola haid yang terjadi

(4) Riwayat kanker payudara

8) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Jenis AKDR yang mengandung hormon steroit adalah

prigestase yang mengandung progesteron dari mirena yang

mengandung levonogestrel. (Tando, 2018).

a) Cara kerja

Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba

fallopi, Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai

kavum uteri, AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan


ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk

kedalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi

kemampuan sperma untuk fertilisasi, Memungkinkan untuk

mencegah implantasi telur dalam uterus. (Tando, 2018).

b) Keuntungan

Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi, Sangat efektif

0,6 – 0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama

(1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan), AKDR dapat efektif

segera setalah pemasangan, Metode jangka panjang (10 tahun

proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti), Sangat efektif

karena tidak perlu mengingat ingat, Tidak mempengaruhi

hubungan seksual, Meningkatkan kenyamanan seksual karena

tidak perlu takut untuk hamil, Tidak ada efek samping

hormonal Cu AKDR (CuT-380A), Tidak mempengaruhi

kualitas dan volume ASI, Dapat dipasang segera setalah

melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi),

Dapat digunakan sampai menopouse (1 tahun atau lebih setelah

haid terakhir), Tidak ada interaksi dengan obat-obat,

Membantu mencegah kehamilan ektopik. (Affandi, 2014).

c) Keterbatasan

Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama

dan akan berkurang setelah 3 bulan), Haid lebih lama dan


banyak, Perdarahan (spotting), Saat haid lebih sakit, Tidak

mencegah IMS termasuk HIV/AIDS. (Affandi, 2014).

d) Indikasi

(1) Usia reproduksi.

(2) Keadaan nulipara.

(3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.

(4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.

(5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.

(6) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya

infeksi.

(7) Risiko rendah dari IMS.

(8) Tidak menghendaki metode hormonal.

(9) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap

hari.

(10) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama

(lihat kontrasepsi darurat).

e) Kontra indikasi

(1) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)

(2) Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat

dievaluasi).

(3) Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis).

(4) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering

menderita PRP atau abortus septik.


(5) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak

rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.

(6) Penyakit trofoblas TBC pelvik.

(7) Kanker alat genital.

(8) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.

f) Efektifitas

(1) AKDR post-plasma telah dibuktikan tidak menambah risiko

infeksi, perforasi dan perdarahan.

(2) Diakui bahwa ekspulsi lebih tinggi (6-10%) dan ini harus

disadari oleh pasien , bila mau akan dapat dipasang lagi.

(3) Kemampuan penolong meletakkan di fundus amat

memperkecil resiko ekspulsi. Oleh karena itu diperlukan

pelatihan.

g) Waktu penggunaan

Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan

klien tidak hamil, Hari pertama sampai ke-7 siklus haid,Segera

setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4

minggu pascapersalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan

metode amenorea laktasi (MAL). Perlu diingat, angka ekspulsi

tinggi pada pemasangan segera atau selama 48 jam

pascapersalinan, Setelah menderita abortus (segera atau dalam

waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi, Selama 1 sampai

5 hari setelah enggama yang tidak dilindungi (Affandi, 2014).


9) Kontrasepsi Mantap

a) Tubektomi

Tubektomi adalah metode kontrasepsi untuk perempuan

yang tidak ingin anak lagi perlu prosedur bedah untuk

melakukan tubektomi sehingga diperlukan pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakah

seorang klien sesuai untuk menggunakan metode ini. (Affandi,

2014).

(1) Efektifitas

Kuranng dari 1 kehamilan per 100 (5 per 1000)

perempuan pada tahun pertama penggunaan, Pada 10 tahun

penggunaan, terjadi sekitar 2kehamilan per 100 perempuan

(18-19 per 1000 perempuan). (Affandi, 2014).

(2) Keuntungan

Tidak mempengaruhi proses menyusui, Tidak

bergantung pada faktor senggama, Tidak ada efek samping

dalam jangka panjang, Tidak ada perubahan dalam fungsi

seksual. (Affandi, 2014)

(3) Kerugian

Bersifat permanen (tidak dapat dipulihkan kembali),

kecuali dengan operasi renkanalisasi, Klien dapat menyesal

dikemudian hari, Risiko komplikasi keccil (meningkat

apabila digunakan anestesi umum), Rasa


sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah

tindakan, Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan

dokter spesial ginekologi atau dokter spesialis bedah untuk

proses laparoskopi), Tidak melindungi diri dari IMS

termasuk HBV dan HIV/AIDS (Affandi, 2014).

b) Vasektomi

Vasektomi adalah metode kontrasepsi untuk lelaki yang

tidak ingin anak lagi. Perlu prosedur bedah untuk melakukan

vasektomi sehingga diperlukan pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakah

seorang klien sesuai untuk menggunakan metode ini. (Affandi,

2014).

(1) Cara kerja

Dengan cara mengoklusi deferensia sehingga alur

transportasi sperma terhambat sehinga proses fertilisasi

(penyatuan dengan ovum). (Affandi, 2014).

(2) Keuntungan

Sangat aman, tidak ditemukan efek samping jangka

panjang, Mordibitas dan mortalitas jarang, Hanya sekali

aplikasi dan efektif dalam jangka panjang, Tinggi tingkat

rasio efisiensi biaya dan lamanya penggunaan kontrasepsi.

(Affandi, 2014).

(3) Keterbatasan
Permanen (non-reversible) dan timbul masalah bila

nklien menikah lagi, Bila tak siap ada kemungkinan

penyesalan dikemudian hari, Perlu pengosongan depot

sperma divesikula seminalis hingga perlu 20 kali ejakulasi,

Resiko dan efek samping pembedahan kecil, Ada nyeri/rasa

tak nyaman pasca bedah, Perlu tenaga terlatih, Tidak

melindungi klien terhadap PMS (misalnya : HBV,

HIV/AIDS). (Affandi, 2014).

(4) Indikasi

Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan

vertilitas dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman

atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya

serta melemahkan ketahan dan kualitas keluarga. (Affandi,

2014).

(5) Kontraindikasi

Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan

kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi

vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat

dan proses vertilitas atau (penyatuan dengan ovum tidak

terjadi) (Affandi, 2014).

2. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana

Dokumentasi asuhan kebidanan Keluarga berencana menurut Sudarti,

dan Fauziah, (2011) :


a. Data Subyektif

Berisi tentang data dari pasien melalui anamnesis (wawancara)

yang merupakan ungkapan langsung tentang keluhan atau masalah

KB.

Ibu mengatakan ingin menggunakan KB ....... untuk menunda

kehamilannya (Wildan dan Hidayat, 2008).

b. Data Obyektif

Data yang didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan

fisik sebelum atau selama pemakaian KB.

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah

120/80 mmHg, nadi 82 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36,7°C,

berat badan 52 kg (Wildan dan Hidayat, 2008).

c. Analisis dan interpretasi

Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan

meliputi diagnosis, antipasti diagnosis atau masalah potensial,

antipasti diagnosis atau masalah potensial, serta perlu tidaknya

tindakan segera.

Ny. X umur X tahun dengan calon akseptor KB .......... (Wildan

dan Hidayat, 2008).

d. Perencanaan

Merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan

termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnosis atau

laboratorium, serta konseling untuk tindak lanjut.


1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dalam batas normal

2. Memberitahu ibu KB yang cocok

3. Memberikan ibu inform consent untuk ditandatangani

(Wildan dan Hidayat, 2008)


F. KERANGKA PIKIR

Bedasarkan tinjauan teori tentang masa hamil, nifas, dan kunjungan

ulang masa nifas maupun bayi baru lahir maka peneliti dapat menyusun

kerangka pikir:
Ibu Hamil UK. 28-40 minggu

Fisiologis Patologis

Penerapan Asuhan Kebidanan Rujuk


pada Kehamilan Fisiologis :
Kunjungan I (UK. 28-32 mgg)
Kunjungan II (UK. 33-36 mgg)
Kunjungan III (UK. 37-40 mgg)

Bersalin

Fisiologis Patologis

Pemantauan kemajuan Rujuk


persalinan kala I-IV
dengan partograf

Bayi Baru Lahir Nifas

Fisiologis Patologis Fisiologis Patologis

Rujuk
Penerapan Asuhan Kebidanan Rujuk Penerapan Asuhan
pada BBL – Neotanus Fisiologis Kebidanan pada Ibu Nifas
: Fisiologis : KB
Kunjungan I (umur 6 jam – 3 Kunjungan I (6 jam – 3
hari) hari)
Kunjungan II (umur 4 jam – 7 Kunjungan II (4 – 28 Kunjungan I (4– 9 hari PP) :
hari) hari) konseling pelayanan KB)
Kunjungan III (umur 8 jam – Kunjungan III (28– 42 Kunjungan II (8 – 14 hari PP :
14 hari) hari) Evaluasi Konseling Pelayanan
Kunjungan IV (umur >15 KB)
hari)

Kementerian RI 2015.Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta, Gavi


G. LANDASAN HUKUM

1. Permenkes RI Nomer 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan Penyelengaraan

Praktik Bidan

a. Kewenangan Bidan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Republik

Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan

Praktik Bidan. Kewenangan yang dimiliki antara lain meliputi :

1) Pasal 18

Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki

kewenangan untuk memberikan :

a) Pelayanan kesehatan ibu;

b) Pelayanan kesehatan anak; dan

c) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana.

2) Pasal 19

a) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 18

huruf a diberikan pada masa sebelum hamil, masa persalinan,

masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan.

b) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud ayat 1)

meliputi pelayanan :

(1) Konseling pada masa sebelum hamil;

(2) Antenatal pada kehamilan normal;

(3) Persalinan normal;


(4) Ibu nifas normal;

(5) Ibu menyusui; dan

(6) Konseling pada masa antara dua kehamilan.

c) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana

dimaksud pada ayat 2, Bidan berwenang melakukan :

(1) Episiotomi;

(2) Pertolongan persalinan normal;

(3) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;

(4) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan

perujukan;

(5) Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil;

(6) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;

(7) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi

air susu ibu eksklusif;

(8) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga

dan postpartum;

(9) Penyuluhan dan konseling;

(10) Bimbingan pada kelompok ibu hamil; dan

(11) Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.

3) Pasal 20

a) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam pasal

918 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita,

dan anak pra sekolah.


b) Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana

dimaksud pada ayat 1), bidan berwenang melakukan :

(1) Pelayanan neonatal esensial;

(2) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan

perujukan;

(3) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak

prasekolah;

c) Konseling dan penyuluhan.

d) Pelayanan neonatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat

2) huruf a meliputi inisiasi menyusui dini, pemotongan dan

perawatan tali pusat, pemberian suntikan Vit K1, pemberian

imunisasi Hb0, pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemantauan

tanda bahay, pemberian tanda identitas diri, dan merujuk kasus

yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu

ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

e) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

sebagaimana dimaksud pada ayat 2) huruf b meliputi :

(1) Penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui

pembersihan jalan nafas, ventilasi tekanan positif, dan/atau

kompresi jantung;

(2) Penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan

BBLR melalui penggunaan selimut atau fasilitas dengan

cara menghangatkan tubuh bayi dengan metode kangguru;


(3) Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan

alkohol atau povidon iodine serta menjaga luka tali pusat

tetap bersih dan kering; dan

(4) Membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru

lahir dengan infeksi gonore (GO).

f) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak

prasekolah sebagaimana dimaksud pada ayat 2) huruf c

meliputi kegiatan penimbangan berat badan, pengukuran

lingkar kepala, pengukuran tinggi badan, stimulasi deteksi dini,

dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita

dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan

(KPSP).

g) Konseling dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada pada

ayat 2) huruf d meliputi pemberian komunikasi, informasi,

edukasi (KIE), kepada ibu dan keluarga tentang perawatan bayi

baru lahir, ASI eksklusif, tanda bahaya pada bayi baru lahir,

pelayanan kesehatan, imunisasi, gizi seimbang, PHBS, dan

tumbuh kembang.

b. Pasal 21

Dalam meberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c,

Bidan berwenang memberikan :


1) Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana; dan

2) Pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.

2. Kemenkes No.369/Menkes/SK/2007 Tentang Standar Profesi Bidan

a. STANDAR I : Pengkajian

1) Pernyataan standar

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan, dan

lengkap dari semua yang berkaitan kondisi klien.

2) Kriteria pengkajian

a) Data tepat, akurat, dan lengkap.

b) Terdiri dari data subyektif (hasil anamnesa, keluhan utama,

riwayat obstetrik, riwayat kesehatan dan, latar belakang sosial

budaya).

c) Data obyektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis, dan

pemeriksaan penunjang)

b. STANDAR II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Potensial

1) Pernyataan standar

Bidan menganalisa yang diperoleh pada pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan

diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.

2) Kriteria pengkajian

a) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan.

b) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien.


c) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri,

kolaborasi, dan rujukan.

c. STANDAR III : Perencanaan

1) Pernyataan standar

Bidan menentukan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan

masalah yang ditegakkan.

2) Kriteria perencanaan

a) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan

kondisi klien, tindakan seger, tindakan antisipasi, dan asuhan

komprehensif.

b) Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga.

c) Mempertimbangkan kondisi psikologis, sosial budaya

klien/keluarga.

d) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan

klien berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa

asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien.

e) Mempertimbangkan kebijakan dan pertauran yang berlaku,

sumberdaya serta fasilitas yang ada.

d. STANDAR IV : Implementasi

1) Pernyataan standar

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara

komprehensif, efektif, efisien, dan aman berdasarkan evidence

based kepada klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif,


preventif, kuratif, dan rehabilitatif.. dilaksanakan secara mandiri,

kolaborasi, dan rujukan.

2) Kriteria

a) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-

sosial-spiritual-kultural.

b) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari

klien dan atau keluarganya (inform concent).

c) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based.

d) Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan.

e) Menjaga privacy klien/pasien.

f) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.

g) Mengikuti perkembangan pasien secara berkesinambungan.

h) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan

sesuai.

i) Melakukan tindakan sesuai standar.

j) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.

e. STANDAR V : Evaluasi

1) Pernyataan standar

Bidan melakukan evaluasi secara sistemastis dan

berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi

klien.

2) Kriteria evaluasi
a) Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan

asuhan sesuai kondisi klien.

b) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien

dan keluarga.

c) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.

d) Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi

klien/pasien.

f. STANDAR VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

1) Pernyataan standar

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat,

dan jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan

dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan.

2) Kriteria pencatatan asuhan kebidanan

a) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan

pada formulir yang tersedia (rekam medis/ KMS/ Status

pasien/ buku KIA).

b) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP.

S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa, O adalah

data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan, A adalah analisis,

mencatat diagnosa dan masalah kebidanan, P adalah

penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan, dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan

antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif,

penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/ follow up dan

rujukan.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Studi

Laporan studi kasus ini dengan metode survey deskripsi. Deskripsi

adalah metode yang memiliki tujuan utama memberi gambaran situasi atau

fenomena secara jelas dan rinci tentang apa yang terjadi. Studi kasus

adalah salah satu pendekatan kualitatif yang mempelajari fenomena

khusus yang terjadi saat ini dalam suatu sistem yang terbatasi oleh waktu

dan tempat, meski batas-batas antara fenomena dan sistem tersebut tidak

sepenuhnya jelas, kekhususan pada studi kasus, peneliti mempelajari kasus

yang terkini, kasus-kasus kehidupan nyata yang sedang berlangsung.

(Afiyati dan Rachmawati, 2014)

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi merupakan tempat/lokasi pengambilan studi kasus

(notoadmodjo, 2012). Lokasi dalam studi kasus ini dilaksanakan di UPT

Puskesmas Banyuanyar Surakarta Jl. Bone Utama No. 38, Kec. Banjarsari.

C. Subjek Studi Kasus

Subyek yang digunakan dalam Studi Kasus dengan Manajemen

Asuhan Kebidanan ini adalah ibu hamil normal pada Ny. G

D. Waktu Studi Kasus

Merupakan pendeskripsian secara singkat waktu dari pengambilan

data dari studi pendahuluan, pengambilan data subyek studi kasus meliputi
pengkajian sampai dengan evaluasi termasuk data perkembangan.

Pengambilan kasus dilakukan pada bulan 24 Januari – 4 mei 2018.

E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen studi kasus adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data, instrumen studi kasus ini dapat berupa kuesioner (daftar

pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan

dengan pencatatan data dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012). Instrumen

yang digunakan adalah pedoman observasi, wawancara dan studi

dokumentasi dalam bentuk format asuhan kebidanan pada ibu hamil,

bersalin, nifas dan bayi baru lahir sesuai dengan KEPMENKES Nomer

938/Menkes/SK/VIII/2007 meliputi :

1. ASUHAN DAN KONSELING SELAMA KEHAMILAN

Kompetensi ke-1 : Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi

untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi :

deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.

2. ASUHAN PERSALINAN DAN KELAHIRAN

Kompetensi ke-2 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,

tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin

selama persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi

kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan

bayinya yang baru lahir.


3. ASUHAN PADA IBU NIFAS DAN MENYUSUI

Kompetensi ke-3 : Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan

menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.

4. ASUHAN PADA BAYI BARU LAHIR

Kompetensi ke-4 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,

komperhensif pada bayi baru lahir srhat sampai dengan satu bulan.

5. ASUHAN PRA KONSEPSI KB DAN GINEKOLOGI

Kompetensi ke-5 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,

pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan

menyuluruh dimasyarakat dalam rangka untuk meningkatkan

kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan

menjadi orang tua.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh terbagi atas dua jenis data, yaitu:

1. Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh

peneliti dengan wawancara mendalam, fokus group discussion (diskusi

kelompok terarah), dan observasi (Saryono dan Anggraeni, 2010).

Data primer dengan cara :

a. Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi

Inspeksi merupakan proses observasi yang dilaksanakan

secara sistematik dan dilakukan dengan menggunakan indra

penglihatan, pendengaran, dan penciuman sebagai alat untuk


mengumpulkan data pada ibu (Nursalam, 2008). Inspeksi yang

dilakukan adalah pada bagian kepala, rambut, muka, mata,

hidung, telinga, gigi/mulut, leher, dada/axilla, perut,

ekstermitas, vulva, vagina.

2) Palpasi

Palpasi adalah teknik pemeriksaan menggunakan indera

peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrument yang sensitif

dan digunakan untuk mengumpulkan data tentang suhu,

turgor, bentuk, kelembapan, vibrasi, dan ukuran

(Nursalam, 2008). Palpasi yang dilakukan adalah leopold,

kontraksi.

3) Perkusi

Perkusi adalah teknik pemeriksaan dengan mengetuk-

ngetukkan jari ke bagian tubuh klien yang akan dikaji untuk

membandingkan bagian kiri dengan kanan (Nursalam, 2008).

Perkusi yang dilakukan adalah pemeriksaan reflek patella

untuk mengetahui kepekaan saraf tendon (lutut) ligamentum

patella.

4) Auskultasi

Auskutasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan

stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh

tubuh (Nursalam, 2008). Auskultasi yang dilakukan adalah

memeriksa denyut jantung janin, mengukur tekanan darah.


b. Wawancara

Wawancara adalah cara pengumpulan data menggunakan

pedoman wawancara yang berisi pertanyaan terbuka, dan ada

interaksi antara pewawancara dengan responden (Saryono dan

Anggraeni, 2010). Wawancara pada laporan kasus ini dilakukan

secara langsung kepada ibu hamil untuk memperoleh informasi

atau data kondisi pasien. Selain itu, wawancara dilakukan pada

suami atau keluarga, serta petugas kesehatan untuk mendapatkan

data yang valid.

c. Observasi

Observasi merupakan cara pengumpulan data berupa ruang

(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, peristiwa, waktu dan

perasaan (Saryono dan Anggraeni, 2010). Observasi pada kasus ini

dilakukan dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi),

mendengar (aukmentasi), mengetuk (perkusi), mengukur tanda-

tanda vital (vital sign) serta pemeriksaan fisik pada ibu.

1) Pada Ibu Hamil

a) Tekanan darah

b) TFU

c) HB

d) LILA

e) Berat badan
2) Pada ibu bersalin

a) Pemeriksaan TTV

b) Kontraksi

c) DJJ

d) Pemeriksaan dalam

e) Patograf

3) Pada bayi baru lahir

a) Pemeriksaan fisik

b) Antropometri

4) Pada ibu nifas

a) Tekanan darah

b) TFU

c) Kontraksi

d) Pemantauan perdarahan

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari gambar dan

dokumen untuk mendukung data primer (Saryono dan Anggraeni,

2010). Untuk melengkapi data yang sudah ada hubungannya dengan

masalah yang ditentukan maka peneliti mengambil data dengan studi

dokumentasi yaitu mendapatkan data dari dokumentasi bidan, dan buku

KIA responden.
a. Studi dokumentasi

Kegiatan mencari data mengenai hal-hal atau variable yang

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, catatan harian dan sebagainya ( Arikunto, 2010).

Dalam kasus ini dokumentasi dilakukan dengan

mengumpulkan data yang diambil dari catatan rekam medik

klien di UPT Puskesmas Banyuanyar.

b. Studi kepustakaan

Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam

rangka mencari landasan teoritis dari permasalahan

(Hidayat, 2014). Studi kasus pada Ny.G mengambil dari

buku-buku kepustakaan tahun 2008-2018.

3. Alat dan bahan yang dibutuhkan

a. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan observasi dan

pemeriksaan fisik

1) Pada ibu hamil

Tensimeter, stetoskop, dopler, timbangan berat badan, reflek

hammer, thermometer, jam, handscoon.

2) Pada ibu bersalin

Tensimeter, stetoskop, dopler,partus set, perlengkapan ibu dan

bayi, perlengkapan resusitasi

3) Pada bayi baru lahir

Timbangan, metlin.
4) Pada ibu nifas

Tensimeter, stetoskop, handscoon, kassa

b. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan wawancara yaitu

Format Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil, bersalin dan nifas,

serta bayi baru lahir.

c. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan studi

dokumentasi yaitu catatan medik atau status pasien, buku KIA.

4. Jadwal

Jadwal berisi definisi tentang jadwal yang dilengkapi dalam bentuk

tabel yang masuk ke dalam lampiran ( Setiawan dan Saryono, 2011).

(jadwal terlampir)
BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Banyuanyar terletak di Kecamatan Banjarsari, mempunyai wilayah

kerja dua kalurahan yaitu kalurahan Banyuanyar dan kalurahan Sumber yang

berada disisi barat laut wilayah kota Surakarta, dengan batas:

Sebelah utara : wilayah kerja Kabupaten Boyolali

Sebelah selatan : wilayah Puskesmas Manahan

Sebelah timur : wilayah Puskesmas Gambirsari

Sebelah barat : wilayah Kabupaten Karanganyar

Wilayah kerja UPT Puskesmas Banyuanyar seluas 255 Ha, 2,55 km2 terdiri dari

2 (dua) kalurahan yaitu kalurahan Sumber dan kalurahan Banyuanyar. Merupakan

dataran rendah dengan akses transportasi kesemua wilayah mudah dijangkau

dengan adanya transportasi umum maupun kendaraan pribadi, didukung dengan

sarana jalan yang beraspal baik. UPT Puskesmas Banyuanyar memiliki 1

puskesmas pembantu yaitu Pustu Sumber. Untuk jadwal periksa hamil di UPT

Puskesmas Banyuanyar dan Puskemas Pembantu Sumber pada hari kamis. UPT

Puskesmas Banyuanyar ada Pelayanan Rawat Inap yaitu Pelayanan Rawat Inap

umum dan Pelayanan Persalinan mampu PONED (Puskesmas Banyuanyar, 2018).


B. Tinjauan Kasus

FORMAT ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

Ruang : Poli KIA

Tanggal masuk : 23 Februari 2018

No Register :-

I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS PASIEN IDENTITAS SUMI

1. Nama : Ny. G Nama : Tn. I

2. Umur : 25 Tahun Umur : 29 Tahun

3. Agama : Islam Agama : Islam

4. Suku Bangsa : Jawa Indonesia Suku Bangsa : Jawa

5. Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP

6. Pekerjaan : IRT Pekerjaan :Karyawan

swasta

7. Alamat : Banyaruanyar RT 02 / RW 05 Banjarsari,

Surakarta

B. ANAMNESIA (DATA SUBYEKTIF)

Tanggal : 23 Febuari 2018 Pukul : 09.15 WIB

1. Keluhan utama pada waktu masuk

Ibu mengatakan tidak ada keluhan


2. Riwayat menstruasi

a. Menarche : Ibu mengatakan menstruasi pertama umur 12

tahun.

b. Siklus : Ibu mengatakan jarak menstruasinya 4< 30hari.

c. Lama : Ibu mengatakan lama menstruasinya ± 7 hari.

d. Banyaknya : Ibu mengatakan sehari ganti pembalut ± 3-4kali

e. Teratur/tidak : Ibu mengatakan menstruasinya teratur

f. Sifat darah : Ibu mengatakan sifat darahnya encer dan berwarna

merah.

g. Dismenorhoe : Ibu mengatakan pada waktu menstruasi tidak

merasakan sakit sampai menggangu aktivitasnya.

3. Riwayat hamil ini

a. HPHT : 28 Juli 2017

b. HPL : 04 Mei 2018

c. Gerakan janin

Ibu mengatakan mulai merasakan gerakan janin sejak umur

kehamilan 17 minggu.

d. Vitamin/jamu yang dikonsumsi

Ibu mengatakan tidak mengonsumsi vitamin/jamu selain dari

bidan.

e. Keluhan keluhan pada

Trimester I : Ibu mengatakan mual dan muntah

Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.


Trimester III : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

f. Riwayat ANC

Ibu mengatakan 7 kali teratur melakukan pemeriksaan kehamilan di

bidan, dokter dan puskesmas:

Trimester I : Pada umur kehamilan 9 minggu, dan 12

minggu .

Trimester II : Pada umur kehamilan 16+2 minggu, 21+4

minggu, dan 25+4 minggu.

Trimester III : Pada umur kehamilan 29+1 minggu, dan 30

minggu.

g. Penyuluhan yang pernah didapat

Ibu mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang gizi ibu

hamil, persiapan persalinan.

h. Imunisasi TT

Ibu mengatakantelah melakukan imunisasi TT sebanyak 5 kali.

i. Kekhawatiran khusus

Ibu mengatakan tidak ada kekhawatiran khusus.

4. Riwayat penyakit

a. Riwayat penyakit sekarang

Ibu mengatakan tidak sedang sakit apapun baik batuk, pilek

ataupun demam.
b. Riwayat penyakit sistemik

1) Jantung

Ibu mengatakan tidak pernah merasa berdebar-debar saat

beraktivitas ringan dan tidak berkeringat dingin ditelapak

tangan.

2) Ginjal

Ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri pada pinggang

bagian bawah dan sakit saat buang air kecil.

3) Asma/TBC

Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas dan batuk yang

berkepanjangan lebih dari 2 minggu.

4) Hepatitis

Ibu mengatakan tidak pernah terlihat kuning pada mata, kuku,

dan kulit.

5) DM

Ibu mengatakan tidak pernah merasa haus, lapar, dan sering

kencing dimalam hari lebih dari 6 kali

6) Hipertensi

Ibu mengatakan sebelum hamil tekanan darah tidak pernah

lebih dari 140/90 mmHg.


7) Epilepsi

Ibu mengatakan tidak pernah mengalami kejang sampai

mengeluarkan busa dari mulut.

8) Lain-lain

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit lainnya

seperti HIV/AIDS.

c. Riwayat penyakit keluarga

Ibu mengatakan dari keluarganya maupun keluarga suaminya tidak

ada riwayat penyakit.

d. Riwayat keturunan kembar

Ibu mengatakan tidak ada riwayat keturunan kembar.

e. Riwayat operasi

Ibu mengatakan belum pernah melakukan operasi papaun.

5. Riwayat perkawinan

a. Status perkawinan

Ibu mengatakan perkawinannya sah, kawin 2 kali.

Kawin I : umur 16 tahun, dengan suami umur 23tahun

Lamanya : 6 tahun.

Kawin II : umur 24 tahun, dengan suami umur 28 tahun

Lamanya : 1 tahun.

6. Riwayat keluarga berencana


Ibu mengatakan pernah menggunakan KB suntik 3 bulan, lamanya 1

tahun, selama penggunaan keluhannya menstruasi tidak teratur dan

alasan berhenti karena tidak menstruasi.

7. Riwayat kehamilan,persalinan,dan nifas yang lalu

Anak Nifas Keadaan


Tgl/Thn Tempat UK Jenis
No Penolong BB Anak
Partus Partus Partus JK PB Keadaan Laktasi
(bln)
(Gr)
1 2011 BPM 9 Spontan Bidan P 3100 50 Baik Lancar Sehat

2 Hamil Sekarang

8. Pola lebiasaan sehari-hari

a. Nutrisi

Sebelum hamil : Ibu mengatakan makan 3 kali sehari porsi

1 piring dengan menu makanan nasi, sayur,

dan lauk. Minum dalam sehari 7-8 gelas,

air putih.

Selama hamil : Ibu mengatakan makan 4 kali sehari porsi

1 piring dengan menu makanan nasi,

sayur, lauk, dan kadang buah. Minum

dalam sehari 8-9 gelas, air putih.

Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.


b. Eliminasi

Sebelum hamil : Ibu mengatakan BAB 1x sehari konsistensi

lunak, warna kuning kecoklatan dan bau

khas feses, BAK 5-6 kali sehari, warna

kuning dan bau khas urine.

Selama hamil : Ibu mengatakan BAB 1x sehari konsistensi

lunak, warna kuning kecoklatan dan bau

khas feses, BAK meningkat menjadi 8-9

kali sehari, warna kuning dan bau khas

urine.

Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

c. Aktivitas

Sebelum hamil : Ibu mengatakan setiap hari melakukan

pekerjaan rumah dan bekerja di pabrik.

Selama hamil : Ibu mengatakan hanya melakukan

pekerjaan rumah.

Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

d. Istirahat /tidur

Sebelum hamil : Ibu mengatakan tidur malam ± 7 jam, dan

tidak pernah tidur siang.


Selama hamil : Ibu mengatakan tidur malam ± 7 jam dan

tidur siang ± 2jam.

Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

e. Seksualitas

Sebelum hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan

seksual 3 kali dalam seminggu.

Selama hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan

seksual 3 kali dalam seminggu.

Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

f. Personal Hygiene

Sebelum hamil : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok

gigi 2 kali sehari, ganti pakaian 2 kali sehari

dan keramas 2 hari sekali.

Selama hamil : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok

gigi 2 kali sehari, ganti pakaian 2 kali sehari

dan keramas 2 hari sekali.

Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

g. Psikososial budaya :

1) Perasaan tentang kehamilan ini

Ibu mengatakan senang terhadap kehamilan ini.


2) Kehamilan ini direncanakan /tidak

Ibu mengatakan mengatakan kehamilan ini direncanakan.

3) Jenis kelamin yang diharapkan

Ibu mengatakan laki-laki atau perempuan sama saja.

4) Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini

Ibu mengatakan baik dari keluarganya maupun keluarga

suaminya sangat mendukung kehamilan ini.

5) Keluarga lain yang tinggal serumah

Ibu mengatakan tinggal bersama suami beserta kedua

orangtuanya.

6) Pantangan makanan

Ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan apapun.

7) Kehamilan adat istirahat dalam kehamilan

Ibu mengatakan ada adat istiadat mitoni.

h. Penggunaan obat-obatan/rokok

Ibu mengatakan tidak menggunakan obat apapun dan hanya

mengkonsumsi obat yang diberikan oleh bidan, dan ibu tidak

merokok tetapi suami merokok.

C. PEMERIKSAAN FISIK ( DATA OBYEKTIF)

1. Status generalis

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD : 110/70 mmHg S : 36,5 °C

N : 86 x/menit R : 20 x/menit

d. TB : 155,5 cm

e. BB sebelum hamil :40 kg

f. BB sekarang :46 kg

g. LLA :23,5 cm

2. Pemeriksaan Sistematis

a. Kepala

1) Rambut : Bersih, warna hitam, tidak rontok,tidak

berketombe.

2) Muka : Bersih, tidak oedema, tidak adacloasma

gravidarum.

b. Mata

1) Oedema : Tidak oedema.

2) Conjungtiva :Pucat.

3) Sklera : Putih.

c. Hidung : Bersih, tidak ada benjolan

d. Telinga : Bersih, simetris kanan dan kiri, tidak ada

serumen.

e. Mulut/gigi/gusi : Bersih tidak ada stomatitis, gigitidak ada

caries, gusi tidak berdarah dan tidak

bengkak.
f. Leher

1) Kelenjar Gondok : Tidak ada pembesaran

2) Tumor : Tidak ada benjolan

3) Pembesaran Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran

g. Dada dan Axilla :

1) Mammae

a) Membesar : Normal

b) Tumor : Tidak ada benjolan

c) Simetris : Simetris kanan dan kiri

d) Areola : Hyperpigmentasi

e) Puting susu : Menonjol

f) Kolostrum : Sudah keluar kanan dan kiri

2) Axilla

a) Benjolan : Tidak ada benjolan

b) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan

h. Ekstermitas

1) Atas : Simetris, jari-jari lengkap, kuku

tidak pucat.

2) Bawah

a) Varices : Tidak ada varices

b) Oedema : Tidak oedema

c) Reflek patella : Positif (+) kanan/kiri

d) Kuku : Tidak pucat


3. Pemeriksaan Khusus Obstetri (lokalis)

a. Abdomen

1) Inspeksi

a) Pembesaran Perut : Sesuai dengan umur kehamilan

b) Bentuk perut : Memanjang

c) Linea alba/Nigra : Linea nigra

d) Strie Albican /Livide: Tidak ada

e) Kelainan : Tidak ada kelainan

f) Pergerakan anak : Terlihat, sebanyak 2 kali

2) Palpasi

a) Pergerakan janin : Terlihat, sebanyak 2 kali

b) Leopold I : TFU 3 jari di atas pusat. Bagian

teratas janin teraba lunak,

bulat,tidak

melenting (bokong).

c) Leoplod II : Kanan : Bagian kanan ibu teraba

Seperti papan, panjang, keras

(punggung).

Kiri : Bagian kiri ibu teraba bagian

terkecil janin (ekstremitas).

d) Leoplod III : Bagian terbawah janin teraba bulat,

melenting, keras (kepala).


e) Leoplod IV : Kedua ujung tangan masih dapat

menyatu/ konvergen .

f) TFU Mc Donald : 26 cm

g) TBJ : (28-12)x155 : 2170 gram

3) Auskultasi

DJJ : Punctum maximum : Punctum maximum di kanan

bawah perut ibu

Frekuensi : 134 x/menit

Teratur /Tidak : Teratur

b. Pemeriksaan Pnggul

1) Kesan panggul :Gynecoid

2) Distantia Spinarum : 23 cm

3) Distansia Kristarum : 26 cm

4) Konjugata Eksterna (Boudeloque) : 19 cm

5) Lingkar Panggul : 81 cm

c. Anogenital

1) Vulva Vagina

a) Varices : Tidak ada varices

b) Luka : Tidak ada luka

c) Kemerahan : Tidak ada kemerahan

d) Nyeri : Tidak nyeri

e) Kelenjar Bartolini : Tidak ada kelenjar bartolini


f) Pengeluaran pervaginam : Tidak ada pengeluaran

pervaginam

2) Perinium

a) Bekas Luka : Tidak ada bekas luka

b) Lain-lain : Tidak ada

3) Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan Laboratorium : 19 Februari 2018

Hb : 10 g/dl

Protein : Negatif (-)

GDS : 112

HbsAg : (-)

HIV : NR

b) Pemeriksaan penunjang lain:Tidak dilakukan

II. INTERPRETASI DATA

Tanggal : 23 Februari 2018 Pukul : 09.25 WIB

A. Diagnosa Kebidanan

Ny.G G2P1A0 umur ibu 24 tahun umur kehamilan 30 minggu,janin

tunggal, hidup intra uteri,letak memanjang,punggung kanan,presentasi

kepala,bagian terbawah janin belum masuk PAP dengan anemia ringan.

Data Dasar :

DS :

1. Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya


2. Ibu mengatakan bernama Ny. G dan berumur 24 tahun.

3. Ibu mengatakan Hari Petama Haid Terakhir 28 Juli 2017.

4. Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua.

5. Ibu mengatakan belum pernah keguguran.

6. Ibu mengatakan tidak ada keluhan

DO :

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : TD :110/70 mmHg N: 86x/menit

R : 20x/ menit S : 36,5 ºC

4. TB : 155 cm

5. BB sebelum hamil : 40 kg

6. BB sekarang : 46 kg

7. Muka : Bersih, tidak oedema, tidak ada cloasma

gravidarum

8. Ekstermitas : Tidak ada varices, dan tidak ada

pembengkakan

9. Palpasi

a. Pergerakan janin : Ada, sebanyak 2 kali

b. Leopold I : TFU 3 jari di atas pusat. Bagian teratas

janin teraba lunak, bulat,tidak melenting

(bokong).
c. Leoplod II : Kanan : Bagian kanan ibu teraba

Seperti papan, panjang, keras (punggung).

Kiri : Bagian kiri ibu teraba bagian

Terkecil janin (ekstremitas).

d. Leoplod III : Bagian terbawah janin teraba bulat,

melenting, keras (kepala).

e. Leoplod IV : Kedua ujung tangan masih dapat

menyatu/ konvergen (belum masuk PAP).

f. TFU Mc Donald : 26 cm

g. TBJ : (26-12)x155 : 2170 gram

h. HB : 10 g/dl

10. Auskultasi

DJJ : Punctum maximum : Punctum maximum di kanan

bawah perut ibu

Frekuensi : 134 x/menit

Teratur /Tidak : Teratur

B. Masalah

Ibu merasa cemas dengan keadaannya karena hbnya turun

C. Kebutuhan

Memberikan konseling tablet fe dan memotivasi ibu agar tidak perlu

khawatir.
III. DIAGNOSA POTENSIAL

Anemia sedang

IV. TINDAKAN SEGERA

Konseling tablet fe

V. RENCANA TINDAKAN

Tanggal : 23Febuari 2018 Pukul : 09.35 WIB

1. Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu.

2. Memotivasi ibu untuk rutin minum obat :

a. Tablet Fe 1x1

b. B12 1x1

c. KALK 1x1

d. VIT C 1x1

3. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung

zat besi.

4. Lakukan kunjungan rumah pada tanggal 03 Maret 2018.

VI. IMPLEMENTASI / PELAKSANAAN

Tanggal : 23 Febuari 2018 Pukul : 09.40 WIB

1. Memberitahu kepada ibu bahwa ibu dan janin dalam keadaan sehat.

2. Menganjurkan ibu untuk minum tablet Fe, B12, kal dam vit c secara

teratur.

3. Menganjurkan ibu untuk mengomsumsi makanan yang mengandung

zat besi seperti daging sapi, hati ayam, buah-bauahan (jeruk, jambu,

alpukat, pisang), sayur-sayuran yang berwarna hijau (bayam,sawi,


kangkung), dan kacang-kacangan (kacang tanah dan kacang merah)

untuk menaikkan hb.

4. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah pada

tanggal 03 Maret 2018.

VII. EVALUASI

Tanggal : 23 Febuari 2018 Pukul : 09.45 WIB

1. Ibu sudah mengetahui keadaannya.

2. Ibu bersedia untuk minum tablet Fe secara rutin

3. Ibu sudah mengetahui makanan yang mengandung zat besi dan

bersedia mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi.

4. Ibu bersedia untuk dilakukan kunjungan rumah pada tanggal 03Maret

2018.
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

KUNJUNGAN KE 1

Tanggal : 06 Maret 2018

Jam : 13.00 WIB

S:

1. Ibu mengatakan keadaannya baik baik saja tidak ada keluhan

2. Ibu mengatakan nafsu makannya meningkat

3. Ibu mengatakan mengkonsumsi obat tambah darah 1 kali sehari yaitu

malam hari.

4. Ibu mengatakan gerakan janinnya sangat aktif

O:

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. Tanda vital :TD : 100/70 Mmhg S : 36,60C

N : 82 x/menit P: 20 x/menit

4. Umur kehamilan : 32+2 minggu

5. DJJ : 145 x/menit

6. TFU mc. Donald : 27 cm

7. BB : 47,5 kg

8. TBJ : (27-12) x 155=2325 gram


9. Pemeriksaan fisik

a. Muka : Bersih, tidak odema, tidak pucat.

b. Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih.

c. Payudara :

1) Aerola : Hyperpigmentasi

2) Puting susu : Menonjol

3) Pengeluaran : Belum ada pengeluaran

d. Ekstremitas :

1) Atas : semetris, jari-jari lengkap, kuku tidak pucat.

2) Bawah : tidak ada varices, tidak odema, kuku tidak pucat.

e. Palpasi :

1) Leopold I : TFU 2 jari dibawah px, bagian teratas janin teraba

lunsk, bulat, tidak melenting (bokong).

2) Leopold II : Kanan : Bagian kanan ibu teraba seperti papan,

panjang, keras (punggung)

Kiri : Bagian kiri ibu teraba bagian terkecil janin

(ekstremitas)

3) Leopold III : Bagian terbawah janin teraba bulat, melenting,

keras (kepala)

4) Leopold IV : Kedua ujung tangan masih dapat

menyatu/konvergen (belum masuk PAP)


A:

Ny. G G2P1A0 umur ibu 24 tahun umur kehamilan 32+1minggu, janin

tunggal, hidup intra uteri, letak memanjang, punggung kanan, presentasi

kepala, bagian terbawah janin belum masuk PAP.

P:

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam keadaan

sehat dan semua dalam batas normal.

2. Memberikan KIE mengenai gizi ibu hamil yaitu dengan gizi seimbang.

3. Menjelaskan tentang tablet FE.

4. Memberitahu ibu bahwa akan melakukan kunjungan ulang tanggal 14

Maret 2018 dan akan dilakukan pemeriksaan HB.

Evaluasi

Tanggal : 06 Maret 2018 Pukul : 13.10 WIB

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Ibu sudah mengetahui mengenai gizi ibu hamil

3. Ibu sudah mengetahui tentang tablet FE

4. Ibu bersedia akan dilakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi dan dilakukan

pemeriksaan HB
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

KUNJUNGAN KE 2

Tanggal : 14 Maret 2018

Jam : 13.00 WIB

S:

1. Ibu mengatakan keadaannya baik baik saja tidak ada keluhan

2. Ibu mengatakan nafsu makannya meningkat

3. Ibu mengatakan mendapatkan informasi mengenai gizi ibu hamil dan

tablet penambah darah

4. Ibu mengatakan mengkonsumsi obat tambah darah 1 kali sehari yaitu pada

malam hari.

5. Ibu mengatakan gerakan janinnya sangat aktif

O:

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. Tanda vital :TD : 110/70 Mmhg S : 36,80C

N : 80 x/menit P: 20 x/menit

4. Umur kehamilan : 33+3 minggu

5. DJJ : 140 x/menit

6. TFU mc. Donald : 28 cm


7. BB : 48 kg

8. TBJ : (28-12) x 155= 2480 gram

9. Pemeriksaan fisik

a. Muka : Bersih, tidak odema, tidak pucat.

b. Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih.

c. Payudara :

1) Aerola : Hyperpigmentasi

2) Puting susu : Menonjol

3) Pengeluaran : Belum ada pengeluaran

d. Ekstremitas :

1) Atas : semetris, jari-jari lengkap, kuku tidak pucat.

2) Bawah : tidak ada varices, tidak odema, kuku tidak pucat.

e. Palpasi :

1) Leopold I : TFU 2 jari dibawah px, bagian teratas janin teraba

lunak, bulat, tidak melenting (bokong).

2) Leopold II : Kanan : Bagian kanan ibu teraba seperti papan,

panjang, keras (punggung)

Kiri : Bagian kiri ibu teraba bagian terkecil janin

(ekstremitas)

3) Leopold III : Bagian terbawah janin teraba bulat, melenting,

keras (kepala)

4) Leopold IV : Kedua ujung tangan masih dapat

menyatu/konvergen (belum masuk PAP)


A:

Ny. G G2P1A0 umur ibu 24 tahun umur kehamilan 33+3 minggu, janin

tunggal, hidup intra uteri, letak memanjang, punggung kanan, presentasi

kepala, bagian terbawah janin belum masuk PAP, normal.

P:

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam keadaan

sehat dan semua dalam batas normal.

2. Menjelaskan tentang persiapan persalinan yaitu tanda-tanda persalinan

3. Melakukan pemeriksaan hb

4. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup

5. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan di pagi hari yang berguna untuk

melatih otot panggul dan membantu penurunan kapala

6. Menganjurkan ibu untuk periksa ke puskesmas 2 minggu lagi atau bila ada

keluhan.

Evaluasi

Tanggal 14 Maret 2018 Pukul : 13.10 WIB

1. Ibu sudah mengetehui hasil pemeriksaan

2. Ibu sudah mengetehui tentang persiapan persiapan

3. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dengan hb 11,2 gr/dl

4. Ibu bersedia untuk istirahat cukup


5. Ibu bersedia berjalan – jalan di pagi hari

6. Ibu bersedia periksa ke puskesmas 2 minggu lagi atau jika ada keluhan
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF IBU BERSALIN NORMAL

PADA NY.G DI UPT PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

Ruang : Bersalin

Tanggal : 19 april 2018 Pukul : 12.00 WIB

A. Persalinan

Persalinan pada Ny.G umur 24 tahun G2P1A0 umur kehamilan 37+5 ibu

mengatakan kenceng-kenceng yang dirasakannya semakin sering, serta keluar

lender darah sejak tanggal 19 April 2018 pukul 04.00 WIB. Datang ke

Puksesmas Banyuanyar Surakarta pukul 12.00 WIB saat diperiksa dalam

hasil pembukaan 1 cm, pukul 17.00 WIB bidan melakukan pemeriksaan

dalam dan hasilnya pembukaan bertambah menjadi 3cm, pukul 22.00 WIB

ibu merasakan kenceng-kenceng yang begitu hebat dan sudah tidak bisa

ditahan dan merasakan ingin mengejan seperti ingin BAB ibu mengatakan

setelah dilakukan pemeriksaan dalam oleh bidan hasilnya pembukaan lengkap

10 cm. Ibu mengatakan bidan mulai memimpin persalinan.

Pukul 22.15 WIB ibu mengatakan telah melahirkan bayinya, bayi

menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit kemerahan dan tidak ada kelainan,

ibu mengatakan setelah bayi lahir dilakukan IMD selama 1 jam, pukul 22.20

WIB ibu mengatakan ari-ari telah lahir lengkap, dan ibu mengatakan tidak

mengalami perdarahan. Keadaan ibu dan bayi baik, pemeriksaan ibu

diperoleh hasil tekanan darah 110/70 mmhg, nadi 80 x/menit, respirasi 20


x/menit, suhu36,6℃, perdarahan dalam batas normal, ada luka pada jalan

lahirnya dan dijahit, ari-ari lahir lengkap. Hasil pemeriksaan bayi baik dan

dalam keadaan normal.


ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF BAYI BARU LAHIR PADA

NY.G DI UPT PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

Ruang : Bersalin

Tanggal : 19 april 2018 Pukul : 22.15 WIB

Hasil pemeriksaan pada tanggal 19 April 2018 pukul 23.15 WIB bayi

Ny.G berjenis kelamin laki-laki, berat badan 3700 gram, Panjang badan

50cm, Lingkar kepala 35 cm, Lingkar dada 34 cm, tidak ada kelainan

kongenital. Nadi, suhu, respirasi dalam batas normal. Hasil pemeriksaan

sistematis dari kepala hingga ujung kaki dalam keadaan normal. Hasil

pemeriksaan reflek sucking baik. Urine dan mekonium sudah keluar, urine

berwarna jernih dan mekonium sudah keluar berwarna hijau kehitaman.

Diagnosa kebidanan yang didapatkan dari data subyektif dan obyektif adalah

bayi Ny. G bayi baru lahir normal. Pada pukul 23.20 WIB dilakukan injeksi

Vitamin K pada paha kiri, setelah 1 jam pada pukul 00.20 WIB di lakukan

imunisasi hepatitis B pada paha kanan. Pada pukul 06.00 WIB memberikan

KIE tentang ASI Ekslusif dan Cara menyusui yang benar.


KUNJUNGAN NIFAS I

PEMERIKSAAN FISIK

Ruang : Poli KIA

Tangaal masuk : 27 April

2018

No. Register : -

A. Data Subyektif

Tanggal : 27 April 2018 Pukul : 10.00 WIB

1. Ibu mengatakan ingin memeriksakan keadaannya karena habis

melahirkan pada tanggal 19 April 2018 pukul 09.45 WIB

2. Ibu mengatakan bekas jahitannya sudah kering

3. Ibu mengatakan tidak ada keluhan

B. Obyektif

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : TD : 110/70 mmHg R : 22 x/menit

N : 82 x/menit S : 36,6 0C

4. TB : 153,5 cm

5. BB sekarang : 50 kg

6. Kontraksi : Tidak ada kontraksi


7. TFU : Tidak teraba

8. Kandung kemih : Kosong

9. Lochea : serosa

10. Perineum

a. Keadaan luka : Baik, kering

b. Bengkak/Kemerahan : Tidak bengkak dan tidak kemerahan

C. Assesment

Ny. G P2A0 umur 24 tahun post partum hari ke-8 normal

D. Planning

Tanggal : 27 April 2018 Pukul : 10.15 WIB

1. Memberitahu ibu bahwa hasil pemeriksaan baik

TD : 110/70 mmHg R : 20 x/menit

N : 82 x/menit S : 36,5ºC

2. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup, tidur siang minimal 2 jam dan

tidur malam minimal 8 jam atau menyesuaikan dengan tidur bayi

3. Menganjurkan ibu untuk memenuhi nutrisinya dengan gizi seimbang yang

mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral

4. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan berikutnya pada

tanggal 04 Mei 2017


E. Evaluasi

Tanggal : 27 April 2018 Pukul : 10.20 WIB

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya dalam keadaan baik

2. Ibu bersedia untuk istirahat cukup

3. Ibu bersedia memenuhi nutrisinya dengan gizi seimbang

4. Ibu bersedia dilakukan kunjungan berikutnya


KUNJUNGAN NIFAS II

A. Data Subyektif

Tanggal : 04 Mei 2018 Pukul : 12.30 WIB

1. Ibu mengatakan dirinya sehat.

2. Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

3. Ibu mengatakan ASI keluar lancar dan tidak ada bendungan

dipayudaranya.

4. Ibu mengatakan rencana akan menggunakan KB suntik 3 bulan.

5. Ibu mengatakan bayinya sudah menyusu dengan baik dan kuat.

B. Obyektif

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : TD : 110/80 mmHg N : 82x/menit

S : 36,5oC R : 20x/menit

4. Perineum : Terdapat luka jahitan derajat II dan luka sudah

kering

5. Laktasi : Lancar

6. Lochea : Alba

7. TFU : Tidak teraba


C. Assesment

Ny. G P2A0 umur 24 tahun post partum hari ke- 15 normal.

D. Planning

Tanggal : 04 Mei 2018 Pukul : 12.40 WIB

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan sehat.

2. Memberikan konseling tentang pemilihan alat kontrasepsi yaitu Metode

Amenore Laktasi (MAL), Keluarga Berencana Alamiah (KBA),

Senggama Terputus (Coitus Interuptus), Metode Barrier (kondom,

diafragma, spermisida), Kontrasepsi Kombinasi (hormon esterogen dan

progesteron), Kontrasepsi Progestin (suntikan dan minipil), Metode

AKBK, Metode AKDR, Kontrasepsi Mantap (tubektomi dan vasektomi).

3. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand (setiap

saat).

E. Evaluasi

Tanggal : 04 Mei 2018 Pukul : 13.50 WIB

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Ibu sudah mengetahui tentang jenis-jenis alat kontrasepsi dan ibu

memilih untuk KB suntik 3 bulan.

3. Ibu bersedia untuk menyusui bayinya setiap saat


C. PEMBAHASAN

Pembahasan studi kasus ini penulis akan menyajikan pembahasan yang

membandingkan antara teori dengan Asuhan Kebidanan Berkesinambungan

yang diterapkan pada Ny.G umur 24 tahun G2P1A0 sebagai berikut :

1. Pembahasan Asuhan Kebidanan Kehamilan

a. Pengkajian

Pengkajian dan pengumpulan data dasar yang merupakan tahap

awal dari manajemen kebidanan dengan cara pengkajian data

subyektif, data obyektif dan data penunjang. Pengkajian yaitu

pengumpulan data dasar. Pada langkah ini dilakukan pengumpulan

informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang

berkaitan dengan kondisi klien (Barus, 2018).

Data subyektif adala dta yang di dapatkan dari kien sebagai

suatu pendapat terhadap suatu kejadin (Yuliani dkk, 2017).

Data subyektif dari kunjungan I Ny.G umur kehamilan 30

minggu pada tanggal 23 Februari 2018 pukul 09.15 WIB yaitu ibu

mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya, bernama Ny.G dan

berumur 24 tahun, ini kemilan yang kedua, belum pernah kegugurn,

HPHT 28 Juli 2018, tidak ada keluhan.

Menurut Manuaba dalam Yuni (2015), kadar hemoglobin pada ibu

hamil dapat dibagi menjadi 4 yaitu:

e) Normal : Hb 11g/dl

f) Anemia ringan : Hb 9-10g/dl


g) Anemia sedang : Hb 7-8g/dl

h) Anemia berat : Hb <7g/dl

Untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnosa, bidan

harus melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan

inspeksi,palpasi, auskultasi, dan perkusi yang bidan lakukan secara

berurutan (Walyani, 2015)

1) Data obyektif kunjungan I Ny.G umur kehamilan 30 minggu

pada tanggal 23 Februari 2018 pukul 09.18 WIB yaitu keadaan

umum baik, kesadaran composmentis, vital sign TD : 110/70

mmHg, N : 86 x/menit, R : 20 x/menit, S : 36,5 oC, TB :155 cm,

BB sebelum hamil : 40 kg, Bbsekarang :46 kg, LILA : 23,5cm,

TBJ : 2170gram, HB : 10g/dl.

Pada langkah ini ditemukan sedikit masalah yaitu ibu

mengaami anemia ringan dan tidak ada kesenjangan antara teori

dan kasus.

b. Interpretasi data

Menurut Barus (2018) langkah ini dilakukan identifikasi terhadap

diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi data-data yang telah

dikumpulkan.

Diagnosa kebidanan kunjungan pada tanggal 23 Februari 2018

pukul 09.25 WIB adalah Ny.G G2P1A0 umur 24 tahun umur kehamilan

30 minggu dengan anemia ringan.


Masalah yang dialami Ny.G merasa kawatir dengan keadannya.

Kebutuham yang diberikan pada Ny.G konseling tablet fe dan

memotivasi ibu agar tidak khawatir dengan keadaannya.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antr teori

dengan kasus yang ada dilahan praktik.

c. Diagnosa potensial

Identifikasi diagnosis atau masalah potensial. Pada langkah ini kita

mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan

rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah ini

membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil

mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap bila diagnosis/masalah

potensial ini terjadi.pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang

aman (Barus, 2018).

Diagnosa potensil pada kasus ini adalah anemia sedang tidak

terjadi, karena diagnosa sudah ditegakkan dan tealah dilakukan penanganan

yang tepat dan cepat.

Pada langka ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori

dengan kasus yang ada dilahan praktek.

d. Tindakan segera

Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan

penanganan segera. Pada langkah ini mengidentifikasi perlunya tindakan

segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau

ditanganai bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses

manajemen kebidanan. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi

yang gawat ketika bidan harus bertindak segera untuk kepentingan

keselamatan jiwa ibu dan anak. Dalam hal ini bidan harus mampu

mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa

konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam majemen asuhan klien

(Barus, 2018).

Antisipasi yang harus dilakuan pada kasus ibu hamil dengan

anemia ringan adalah pemberian 60 mg/hari zat besi dan 500 mg asam folat

peroral sekali sehari (Yuni, 2015). Pada Ny.G dilakukan tindakan segeran

berupa pemberian tablet besi 2 kali sehari dengan dosis 60 mg dan kalk 1

kali sehari. Pada langkah ini tidak ada kesenjangan antara teori dengan lahan

praktik.

e. perencanaan

Direncakanan asuhan yang menyeluruh berdasarkan langkah

sebelumnya, semua perencanaan yang dibuat harus dibuat dengan

pertimbangan yang tepat meliputi pengetahuan, teori yang uptodate,

perawatan berdasarkan bukti, serta divalidasikan dengan asumsi mengenai

apa yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien (Sulistyowati, 2009)

Pada Kasus Ny. G telah dilakukan perencanaan diantaranya :

1) Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu.

2) Memotivasi ibu untuk rutin minum tablet Fe dan mengkonsumsi

makanan yang mengandung zat besi.


3) Lakukan kunjungan rumah pada tanggal 03 Maret 2018.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara

teori dengan praktik.

f. Pelaksanaan

Melaksakan perencanaan (implementasi). Pada langkah keenam ini

rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah

kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Dalam situasi ketika bidan

kolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami

komplikasi, keterlibatan dan dalam manajemen asuhan bagi klien adlah

bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang

menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan

biaya serta meningkatan mutu dari asuhan klien (Barus, 2018).

Pelaksanaan kunjungan pada tanggal 23 Februari 2018 pada Ny.G

umur kehamilan 30 minggu yaitu :

1) Memberitahu kepada ibu bahwa ibu dan janin dalam keadaan sehat.

Menganjurkan ibu untuk minum tablet Fe 1 X 1 secara teratur dan

mengomsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti daging sapi,

hati ayam, buah-bauahan (jeruk, jambu, alpukat, pisang), sayur-sayuran

yang berwarna hijau (bayam,sawi, kangkung), dan kacang-kacangan

(kacang tanah dan kacang merah)..

2) Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah pada tanggal

03 Maret 2018.

Pada kasus ini tidak ditemukn kesenjngan antara teori dengan praktik.
g. Evaluasi

Pada lengkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektivan dari

asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan

apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana

telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis. Rencana dianggap

efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan

bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum

efektif. Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut

efektif (Barus, 2018).

Evaluasi pada tanggal 23 Februari 2018 pada Ny.G umur

kehamilan 30 minggu :

1) Ibu sudah mengetahui keadaannya.

2) Ibu bersedia untuk minum tablet Fe secara rutin

3) Ibu sudah mengetahui makanan yang mengandung zat besi dan

bersedia mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi.

4) Ibu bersedia untuk dilakukan kunjungan rumah pada tanggal 03Maret

2018.

Pada kasus ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan

praktik.

a. SOAP Kunjungan I

1) Subyektif
Data yang diperoleh melalui anamnesis. Data subjektif

ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien

(Muslihatun dkk, 2009).

Data subyektif pada kasus ini yaitu Ny.G mengatakan

usia kehamilannya 32+4 minggu, mengkonsumsi tablet tambah

darah sesuai yang disarankan yaitu sehari 1 kali dan minum Kalk

sehari 1 kali, bayinya bergerak aktif.

Menurut Sudarti (2011), data Subyektif yang dikaji pada

ibu hamil adalah menanyakan keadaan ibu, menanyakan

pengetahuan ibu tentang seberapa jauh ibu memahami keadaanya.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

2) Obyektif

Pengumpulan data yang diperoleh melalui hasil

observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan

laboratorium atau pemeriksaan diagnostic lainnya (Muslihatun

dkk, 2009).

Data obyektif pada Ny.G yaitu keadaan umum baik,

kesadaran composmentis, vital sign TD :110/80 mmHg, N :

82x/menit, R : 22x/menit, S :36,60C, BB : 47,5 kg, TFU : 27 cm,

TBJ : 2325 gram.


Menurut Sudarti (2011), data obyektif yang dikaji pada

ibu hamil adalah memeriksa TTV, inspeksi, palpasi, auskultasi,

perkusi, laboratorium dan USG (bila diperlukan).

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

3) Assesment

Pengumpulan hasil analisis dan interpretasi

(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif (Muslihatun dkk,

2009).

Assesment pada kasus ini adalah Ny.G G2P1A0 umur

24 tahun umur kehamilan 33+3 minggu, janin tunggal, hidup intra

uteri, letak memanjang, punggung kanan, presentasi kepala,

belum masuk panggul dengan anemia ringan.

Menurut Sudarti (2011), Contoh penulisan assessment

yaitu Ny. X GxPxAx umur x tahun UK x minggu, janin hidup

intrauteri teraba punggung kanan, presentasi kepala, hamil

belum masuk panggul, normal.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

4) Planning

Pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang telah disusun

sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah

pasien (Wafi dkk, 2009).


Pada kasus ini pelaksanaan pada Ny.G yaitu:

a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin

dalam keadaan sehat dan semua dalam batas normal.

(b) Memberikan KIE mengenai gizi ibu hamil yaitu dengan gizi

seimbang.

(c) Menjelaskan tentang tablet FE.

(d) Memberitahu ibu bahwa akan melakukan kunjungan ulang

tanggal 14 Maret 2018 dan akan dilakukan pemeriksaan HB.

Menurut Muslihatun (2009), perencanaan pada ibu hamil

adalah sebagai berikut :

a) Jelaskan kondisi kehamilan dan rencana asuhan yang akan

dilaksanakan

b) Diskusikan jadwal pemeriksaan dan hasil yang diharapkan.

c) Jelaskan pada ibu, bila diperlukan pemeriksaan khusus/

konsultasi ke disiplin ilmu lain, Bila perlu, ibu dapat dirujuk

ke tenaga ahli/fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

5) Evaluasi

a) Evaluasi merupakan hal penting untuk menilai ketepatan

tindakan dan keefektifan asuhan yang telah diberikan bidan.

Jika tujuan tindakan tercapai maka proses evaluasi

digunakan sebagai dasar tindakan alternatif lain guna


mencapai tujuan (Subiyatin, 2017). Evaluasi pada kasus ini

Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan

(1) Ibu sudah mengetahui mengenai gizi ibu hamil

(2) Ibu sudah mengetahui tentang tablet FE

(3) Ibu bersedia akan dilakukan kunjungan ulang 1 minggu

lagi dan dilakukan pemeriksaan HB

Hasil yang diharapkan dari asuhan kebidanan ibu hamil

dengan anemia ringan. Setelah dilakukan asuhan kebidanan

diharapkan tanda-tanda vital ibu baik, ibu bersedia minum

tablet Fe dan asam folat, dan tata caranya, ibu bersedia makan-

makanan yang mengadung zat besi, hemoglobin naik, tidak terjadi

anemia sedang (Yuni, 2015).

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

b. SOAP Kunjungan II

1) Subyektif

Data yang diperoleh melalui anamnesis. Data subjektif

ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien

(Muslihatun dkk, 2009).

Data subyektif pada kasus ini yaitu Ny. G mengatakan

HPL tanggal 04 Mei 2018, sering berkemih, tidak ada keluhan

tentang asupan gizi.


Menurut Sudarti (2011), data Subyektif yang dikaji pada

ibu hamil adalah menanyakan keadaan ibu, menanyakan

pengetahuan ibu tentang seberapa jauh ibu memahami keadaanya.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

2) Obyektif

Pengumpulan data yang diperoleh melalui hasil

observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan

laboratorium atau pemeriksaan diagnostic lainnya (Muslihatun

dkk, 2009).

Data obyektif pada Ny.G yaitu keadaan umum baik,

kesadaran composmentis, vital sign TD :110/80 mmHg, N :

80x/menit, R : 20x/menit, S :36,80C, BB : 48 kg, TFU : 28 cm,

TBJ : 2480 gram, Hb : 11,2 g/dl.

Menurut Sudarti (2011), data obyektif yang dikaji pada

ibu hamil adalah memeriksa TTV, inspeksi, palpasi, auskultasi,

perkusi, laboratorium dan USG (bila diperlukan).

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

3) Assesment

Pengumpulan hasil analisis dan interpretasi

(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif (Wafi dkk, 2009).


Assesment pada kasus ini adalah Ny.G G2P1A0 umur

24 tahun umur kehamilan 32+5 minggu, janin tunggal, hidup intra

uteri, letak memanjang, punggung kiri, presentasi kepala, bagian

terbawah janin belum masuk panggil.

Menurut Sudarti (2011), Contoh penulisan assessment

yaitu Ny. X GxPxAx umur x tahun UK x minggu, janin hidup

intrauteri teraba punggung kanan, presentasi kepala, hamil

belum masuk panggul, normal.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

4) Planning

Pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang telah disusun

sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah

pasien (wafi dkk, 2009).

Pada kasus ini pelaksanaan pada Ny.R yaitu:

a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin

dalam keadaan sehat dan semua dalam batas normal.

b) Menjelaskan tentang persiapan persalinan yaitu tanda-tanda

persalinan

c) Melakukan pemeriksaan hb

d) Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup


e) Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan di pagi hari yang

berguna untuk melatih otot panggul dan membantu

penurunan kapala

f) Menganjurkan ibu untuk periksa ke puskesmas 2 minggu lagi

atau bila ada keluhan.

Menurut Muslihatun (2009), perencanaan pada ibu hamil

adalah sebagai berikut :

a) Jelaskan kondisi kehamilan dan rencana asuhan yang akan

dilaksanakan

b) Diskusikan jadwal pemeriksaan dan hasil yang diharapkan.

c) Jelaskan pada ibu, bila diperlukan pemeriksaan khusus/

konsultasi ke disiplin ilmu lain, Bila perlu, ibu dapat dirujuk

ke tenaga ahli/fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

5) Evaluasi

Evaluasi merupakan hal penting untuk menilai ketepatan

tindakan dan keefektifan asuhan yang telah diberikan bidan.

Jika tujuan tindakan tercapai maka proses evaluasi digunakan

sebagai dasar tindakan alternatif lain guna mencapai tujuan

(Subiyatin, 2017). Evaluasi pada kasus ini adalah sebagai

berikut:

a) Ibu sudah mengetehui hasil pemeriksaan


b) Ibu sudah mengetehui tentang persiapan persiapan

c) Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dengan hb 11,2 gr/dl

d) Ibu bersedia untuk istirahat cukup

e) Ibu bersedia berjalan – jalan di pagi hari

f) Ibu bersedia periksa ke puskesmas 2 minggu lagi atau jika

ada keluhan

Hasil yang diharapkan dari asuhan kebidanan ibu hamil

dengan anemia ringan. Setelah dilakukan asuhan kebidanan

diharapkan tanda-tanda vital ibu baik, ibu bersedia minum

tablet Fe dan asam folat, dan tata caranya, ibu bersedia makan-

makanan yang mengadung zat besi, hemoglobin naik, tidak terjadi

anemia sedang (Yuni, 2015).

2. Pembahasan Asuhan Kebidanan Nifas

a. Kunjungan Nifas I

1) Subjektif

Merupakan informasi yang diperoleh lansung dari klien

tersebut dicatat sebagai kutipan langsuung atau ringkasan yang

berhubungan dengan diagnosa. Ibu mengatakan perutnya masih

teras mulas (Wildan dan Hidayat, 2008).

Data subjektif pada Ny.G yaitu Ibu mengatakan habis

melahirkan pada tanggal 19 April 2018 pukul 22.10 WIB,

jahitannya sudah kering dan ASI nya sudah lancar.


Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

2) Objektif

Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan

oleh bidan waktu pemeriksaan termasuk juga hasil pemeriksaan

laboratorium USG, dll. Apa yang dapat diobservasi oleh bidan

akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang akan

ditegakkan. Keadaan umum biak, kesadaran composmentis,

tekanan darah 110/70 mmHg, respirasi 20x/menit, suhu 36,5ºC,

nadi 82x/menit, kandung kemih kosong, PPV ±80cc, kontraksi

keras , TFU 3 jari dibawah pusat (Wildan dan Hidayat, 2008).

Data objektif pada Ny.G yaitu keadaan umum : baik,

kesadaran : composmentis, TTV: TD : 110/80 mmHg, R :

20x/menit, N : 84x/menit, S : 36,6 oC, TFU : tidak teraba,

kontraksi : tidak teraba, Lochea : Sudah tidak keluar, Keadaan

luka : Baik, kering.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus dengan praktik

3) Assessment

Merupakan kesimpulan yang dibuat berdasarkan data

subyektif dan obyektif yang didapatkan Ny.X PxAx 6 jam post

partum normal (Wildan dan Hidayat, 2008).


Assesment data pada kasus diatas yaitu Ny. G P2A0 umur

26 tahun post partum hari ke- 8 hari normal.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

4) Planning

Merupakan perencanaan pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan

kesimpulan yang dibuat.

f. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa semua dalam batas

normal

g. Memberitahu ibu tentang gizi seimbang agar kebutuhan babyi

dan masa laktasi bisa terpenuhi

h. Memberitahu ibu tentang tehnik menyusui yang benar secara

on demand

i. Memberitahu tentang kebersihan personal hygiene

j. Memberitahu tentang ASI Eksklusif

(Wildan dan Hidayat, 2008).

Pada Ny.G pelaksanaan asuhan ibu nifas yaitu:

a) Memberitahu ibu bahwa hasil pemeriksaan baik

TD : 110/70 mmHg R : 20 x/menit

N : 82 x/menit S : 36,5ºC

b) Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup, tidur siang minimal 2

jam dan tidur malam minimal 8 jam atau menyesuaikan

dengan tidur bayi


c) Menganjurkan ibu untuk memenuhi nutrisinya dengan gizi

seimbang yang mengandung karbohidrat, protein, lemak,

vitamin dan mineral

d) Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan berikutnya

pada tanggal 04 Mei 2017

b. Kunjungan nifas II

1) Subjektif

Merupakan informasi yang diperoleh lansung dari klien

tersebut dicatat sebagai kutipan langsuung atau ringkasan yang

berhubungan dengan diagnosa. Ibu mengatakan perutnya masih

teras mulas (Wildan dan Hidayat, 2008).

Data subjektif pada Ny.G yaitu Ibu mengatakan dirinya

sehat, tidak ada keluhan, ASI keluar lancar dan rencana akan

menggunakan KB suntik 3 bulan dan bayinya sudah menyusu

dengan baik dan kuat.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

2) Objektif

Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan

oleh bidan waktu pemeriksaan termasuk juga hasil pemeriksaan

laboratorium USG, dll. Apa yang dapat diobservasi oleh bidan

akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang akan

ditegakkan. Keadaan umum biak, kesadaran composmentis,


tekanan darah 110/70 mmHg, respirasi 20x/menit, suhu 36,5ºC,

nadi 82x/menit, kandung kemih kosong, PPV ±80cc, kontraksi

keras , TFU 3 jari dibawah pusat (Wildan dan Hidayat, 2008).

Data objektif pada Ny.G yaitu keadaan umum : baik,

kesadaran : composmentis, TTV: TD : 110/80 mmHg, R :

20x/menit, N : 82x/menit, S : 36,5 oC, TFU : tidak teraba,

kontraksi : tidak teraba, Lochea :sudah tidak keluar, Keadaan

luka : Baik, kering.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

3) Assessment

Merupakan kesimpulan yang dibuat berdasarkan data

subyektif dan obyektif yang didapatkan Ny.X PxAx 6 jam post

partum normal (Wildan dan Hidayat, 2008).

Assesment pada kasus diatas yaitu Ny. G P2A0 umur 24

ttahun post partum hari ke- 15 normal.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

4) Planning

Merupakan perencanaan pelaksanaan dan evaluasi sesuai

dengan kesimpulan yang dibuat.

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa semua dalam batas

normal
a) Memberitahu ibu tentang gizi seimbang agar kebutuhan babyi

dan masa laktasi bisa terpenuhi

b) Memberitahu ibu tentang tehnik menyusui yang benar secara

on demand

c) Memberitahu tentang kebersihan personal hygiene

d) Memberitahu tentang ASI Eksklusif

(Wildan dan Hidayat, 2008).

Pelaksanaan asuhan pada Ny.G yaitu:

a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan

sehat.

b) Memberikan konseling tentang pemilihan alat kontrasepsi

yaitu

c) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand

(setiap saat).

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

5) Evaluasi

Evaluasi merupakan hal penting untuk menilai

ketepatan tindakan dan keefektifan asuhan yang telah diberikan

bidan. Jika tujuan tindakan tercapai maka proses evaluasi

digunakan sbagai dasar tindakan alternatif lain guna mencapai

tujuan (Subiyatin, 2017).


Evaluasi pada kasus ini adalah Ibu sudah mengetahui

hasil pemeriksaan, Ibu sudah mengetahui tentang jenis-jenis alat

kontrasepsi dan ibu memilih untuk KB suntik 3 bulan..

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

3. Pembahasan Asuhan Kebidanan Nifas

a. Kunjungan Nifas I

1) Subjektif

Merupakan informasi yang diperoleh lansung dari klien

tersebut dicatat sebagai kutipan langsuung atau ringkasan yang

berhubungan dengan diagnosa. Ibu mengatakan perutnya masih

teras mulas (Wildan dan Hidayat, 2008).

Data subjektif pada Ny.G yaitu Ibu mengatakan habis

melahirkan pada tanggal 19 April 2018 pukul 22.10 WIB,

jahitannya sudah kering dan ASI nya sudah lancar.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

2) Objektif

Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan

oleh bidan waktu pemeriksaan termasuk juga hasil pemeriksaan

laboratorium USG, dll. Apa yang dapat diobservasi oleh bidan

akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang akan

ditegakkan. Keadaan umum biak, kesadaran composmentis,


tekanan darah 110/70 mmHg, respirasi 20x/menit, suhu 36,5ºC,

nadi 82x/menit, kandung kemih kosong, PPV ±80cc, kontraksi

keras , TFU 3 jari dibawah pusat (Wildan dan Hidayat, 2008).

Data objektif pada Ny.G yaitu keadaan umum : baik,

kesadaran : composmentis, TTV: TD : 110/80 mmHg, R :

20x/menit, N : 84x/menit, S : 36,6 oC, TFU : tidak teraba,

kontraksi : tidak teraba, Lochea : Sudah tidak keluar, Keadaan

luka : Baik, kering.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus dengan praktik

3) Assessment

Merupakan kesimpulan yang dibuat berdasarkan data

subyektif dan obyektif yang didapatkan Ny.X PxAx 6 jam post

partum normal (Wildan dan Hidayat, 2008).

Assesment data pada kasus diatas yaitu Ny. G P2A0 umur

26 tahun post partum hari ke- 8 hari normal.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

4) Planning

Merupakan perencanaan pelaksanaan dan evaluasi sesuai

dengan kesimpulan yang dibuat.

a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa semua dalam batas

normal
b) Memberitahu ibu tentang gizi seimbang agar kebutuhan babyi

dan masa laktasi bisa terpenuhi

c) Memberitahu ibu tentang tehnik menyusui yang benar secara

on demand

d) Memberitahu tentang kebersihan personal hygiene

e) Memberitahu tentang ASI Eksklusif

(Wildan dan Hidayat, 2008).

Pada Ny.G pelaksanaan asuhan ibu nifas yaitu:

a) Memberitahu ibu bahwa hasil pemeriksaan baik

TD : 110/70 mmHg R : 20 x/menit

N : 82 x/menit S : 36,5ºC

b) Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup, tidur siang minimal 2

jam dan tidur malam minimal 8 jam atau menyesuaikan

dengan tidur bayi

c) Menganjurkan ibu untuk memenuhi nutrisinya dengan gizi

seimbang yang mengandung karbohidrat, protein, lemak,

vitamin dan mineral

d) Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan berikutnya

pada tanggal 04 Mei 2017

a. Kunjungan nifas II

1) Subjektif

Merupakan informasi yang diperoleh lansung dari klien

tersebut dicatat sebagai kutipan langsuung atau ringkasan yang


berhubungan dengan diagnosa. Ibu mengatakan perutnya masih

teras mulas (Wildan dan Hidayat, 2008).

Data subjektif pada Ny.G yaitu Ibu mengatakan dirinya

sehat, tidak ada keluhan, ASI keluar lancar dan rencana akan

menggunakan KB suntik 3 bulan dan bayinya sudah menyusu

dengan baik dan kuat.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

5) Objektif

Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan

oleh bidan waktu pemeriksaan termasuk juga hasil pemeriksaan

laboratorium USG, dll. Apa yang dapat diobservasi oleh bidan

akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang akan

ditegakkan. Keadaan umum biak, kesadaran composmentis,

tekanan darah 110/70 mmHg, respirasi 20x/menit, suhu 36,5ºC,

nadi 82x/menit, kandung kemih kosong, PPV ±80cc, kontraksi

keras , TFU 3 jari dibawah pusat (Wildan dan Hidayat, 2008).

Data objektif pada Ny.G yaitu keadaan umum : baik,

kesadaran : composmentis, TTV: TD : 110/80 mmHg, R :

20x/menit, N : 82x/menit, S : 36,5 oC, TFU : tidak teraba,

kontraksi : tidak teraba, Lochea :sudah tidak keluar, Keadaan

luka : Baik, kering.


Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

6) Assessment

Merupakan kesimpulan yang dibuat berdasarkan data

subyektif dan obyektif yang didapatkan Ny.X PxAx 6 jam post

partum normal (Wildan dan Hidayat, 2008).

Assesment pada kasus diatas yaitu Ny. G P2A0 umur 24

ttahun post partum hari ke- 15 normal.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

7) Planning

Merupakan perencanaan pelaksanaan dan evaluasi sesuai

dengan kesimpulan yang dibuat.

a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa semua dalam

batas normal

b) Memberitahu ibu tentang gizi seimbang agar kebutuhan babyi

dan masa laktasi bisa terpenuhi

c) Memberitahu ibu tentang tehnik menyusui yang benar secara

on demand

d) Memberitahu tentang kebersihan personal hygiene

e) Memberitahu tentang ASI Eksklusif

(Wildan dan Hidayat, 2008).

Pelaksanaan asuhan pada Ny.G yaitu:


a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam

keadaan sehat.

b) Memberikan konseling tentang pemilihan alat kontrasepsi

yaitu

c) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on

demand (setiap saat).

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

8) Evaluasi

Evaluasi merupakan hal penting untuk menilai

ketepatan tindakan dan keefektifan asuhan yang telah diberikan

bidan. Jika tujuan tindakan tercapai maka proses evaluasi

digunakan sbagai dasar tindakan alternatif lain guna mencapai

tujuan (Subiyatin, 2017).

Evaluasi pada kasus ini adalah Ibu sudah mengetahui

hasil pemeriksaan, Ibu sudah mengetahui tentang jenis-jenis alat

kontrasepsi dan ibu memilih untuk KB suntik 3 bulan..

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.G G2P1A0 umur 24 tahun

dimulai dari usia kehamilan 30 minggu , persalinan, nifas, bayi baru lahir dan

keluarga berencana di Puskesmas Banyuanyar Surakarta. Pendokumentasian

didasarkan pada standar asuhan kebidanan menurut Kepmenkes

No.369/Menkes/SK/III/2007. Kesimpulan dari hasil asuhan kebidanan adalah

sebagai berikut:

1. Pengkajian

Pengkajian pada klien diperoleh data subyektif dan obyektif.

Penulis melakukan pengkajian dimulai dari umur kehamilan 30 minggu,

persalinan, bayi baru lahir, nifas dan keluarga berencana. Pada data

subyektif tidak terdapat keluhan. Pada saat persalinan didapatkan keluhan

kontraksi yang semakin kuat dan sering. Pada saat masa nifas tidak

didapatkan keluhan. Untuk keluarga berencana ibu memilih menggunakan

alat kontrasepsi suntik 3 bulan. Sedangkan data obyektif pada saat hamil

semua hasil pemeriksaan normal, gerakan janin aktif serta hamil

pemeriksaan laboratorium dalam keadaan normal dan baik. Data obyektif

pada saat nifas dalam keadaan normal meliputi: kontraksi keras, luka

jahitan baik tidak infeksi, asi keluar lancar. Dari data yang diperoleh tidak

didapatkan kesenjangan antara teori dan pengkajian.


2. Interpretasi data (diagnosa kebidanan, masalah, dan kebutuhan)

Diagnosa, masalah, dan kebutuhan ditegakkan berdasarkan dari

pengkajian dalam masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan

keluarga berencana berdasarkan nomen klatur kebidanan. Kehamilan yaitu

Ny.G G2P1A0 umur 24 tahun hamil 30 minggu dengan kehamilan normal.

Persalinan yaitu Ny.G G2P1A0 umur 24 tahun hamil 37+5 minggu

persalinan normal. Bayi baru lahir yaitu By.Ny. G umur 0 hari berjenis

kelamin perempuan normal. Nifas yaitu Ny.G P2A0 umur 24 tahun 15 hari

post partum normal. KB yang di pilih oleh pasien yaitu metode kbsuntik 3

bulan.

3. Diagnosa potensial

Ditemukan diagnosa potensial pada Ny. G selama masa kehamilan dengan

anemia ringan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas karena tidak

ditemukan masalah pada Ny. G dari data yang diperoleh tidak didapatkan

kesenjangan antara teori dan pengkajian.

4. Tindakan segera

Tindakan segera yang dilakukan pada asuhan komprehensif pada Ny. G

yaitu pemberian tablet fe. Dari data yang diperoleh tidak didapatkan

kesenjangan antara teori dan pengkajian.

5. Perencanaan

Perencanaan asuhan yang menyuluruh dan berkesinambungan diberikan

pada Ny. G mulai dari ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas dan

kelaurga berencana melalui pendekatan manjemen kebidanan sesuai


dengan diagnosa, masalah, dan kebutuhan yang muncul. Dari data yang

diperoleh tidak didapatkan kesenjangan antara teori dan pengkajian.

6. Pelaksanaan

Penatalaksanaan asuhan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang

sudah direncanakan, kebutuhan dan masalah yang dialami oleh ibu pada

saat hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas dan keluarga berencana. Dari

data yang diperoleh tidak didapatkan kesenjangan antara teori dan

pengkajian.

7. Evaluasi

Dari asuhan kebidanan telah diberikan pada Ny. G dimulai dari ibu hamil,

bersalin, bayi baru lahir, nifas, dan keluarga berencana adalah ibu hamil

normal, bersalin normal, bayi baru lahir normal, nifas normal dan

Keluarga Berencana yang dipilih adalah suntik 3 bulan Dari data yang

diperoleh tidak didapatkan kesenjangan antara teori dan pengkajian.

8. Kesenjangan

Dari data yang diperoleh didapatkan kesenjangan antara teori dan praktik

pada kunjungan nifas yang hanya dilakukan 2 kali.

B. SARAN

1. Kepada Puskesmas

Diharpakan fasilitas kesehatan dapat meningkatkan kualitas asuhan

kebidanan khususnya dalam mencegah anemia pada ibu hamil.


2. Kepada Klien

Dengan dilaksanakannya asuhan ini klien tetap memperhatikan asupan

tablet Fe minimal 90 butir selama hamil untuk mencegah terjadinya

anemia pada ibu hamil dan memperhatikan nutrisi selama hamil sampai

dengan nifas.

3. Kepada Institusi

Diharapkan kepada institusi dengan penulisan Laporan Tugas Akhir yang

bersifat continuity of care dapat mempersiapkan mahasiswa lebih dini

dimulai dari kehamilan trimester II


DAFTAR PUSTAKA

Affandi, B. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : PT


Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Arikunto, dkk. 2015. Metologi Penelitian Kesehatan. Padangsidiapuan Utara :


Darmais Press.

Asrinah, Dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta : Graha


Ilmu

Astuti, S, Dkk. 2017. Asuhan Ibu Dalam Kehamilan. Jakarta : Penerbit Erlangga

Barus, Dkk. 2018. Kebidanan Teori dan Asuhan Volume 1. Jakarta:ECG

_________. 2018. Kebidanan Teori dan Asuhan Volume 2. Jakarta:ECG

Dewi, V.N.L. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba
Medika

DINKES Provinsi Jawa Tengah. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2015. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Hidayat, A.A, Wildan. 2008. Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis
data. Jakarta : Salemba Medika

Kemenkes RI. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Jakarta: Kemenkes RI

__________. 2010. Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta : Kementria


Kesehatan RI

___________. 2007. Standar Profesi Bidan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

___________. 2017. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI

Kunjojo. 2009. Metode Penelitian Kebidanan. Jakarta : Media Pustaka

Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar
Ningrum, N.P, Marliandiani, Y. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Masa
Nifas dan Menyusui. Jakarta : Salemba Medika

Purwoastuti, T.E, Walyani, E.S. 2015. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta : Pustaka Baru

Rukiyah, A. Y, Yuliyanti, L dkk 2009. Asuhan Kebidanan II ( Persalinan).


Jakarta: Trans Info Media.

Saifuddin, A.B. 2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : PT


Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo

Saryono, Pantiawati, I. 2010. Asuhan Kebdanan I (Kehamilan). Yogyakarta :


Nulia Medika

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :


Salemba Medika

Sulistyawati, Ari. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba
Medika

Sunarsih, T, Dewi,Y.N.L. 2011. Asuhan Kebidanan Untuk Kehamilan. Jakarta :


Salemba Medika

Walyani, E.S. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka


Baru Press

Anda mungkin juga menyukai