Anda di halaman 1dari 50

Makalah Pembinaan Teori Instalasi Listrik

PENGHANTAR LISTRIK

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pembinaan Teori Instalasi


Listrik

Dosen Pengampu Djoko Laras BT, M.Pd

Disusun oleh :

Koko Prayaka (08506131012)

Aditia Putra Kurniawan (08506131029)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2011
ABSTRAK

Listrik termasuk salah satu sumber energi yang terbarukan dan merupakan
energy yang paling mudah untuk dikonversikan. Tidak seperti energy lainnya
karena harus mengunakan piranti yang sangat kompleks. Selain itu, listrik sangat
bermanfaat bagi umat manusia. Terutama disaat malam hari yang gelap gulita.
Denga adanya listrik, energy cahaya dapat dimunculkan.

Seiring dengan perkembangan zaman, listrik semakin dibutuhkan oleh


manusia dimanapun berada. Tidak hanya di kota besar saja, di desa-desa dan
pelosok negeri ini juga sangat membutuhkan energy listrik. Namun demikian,
permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana mendistribusikan listrik dari suatu
pembangkit atau generator sampai ke pelosok negeri ini yang jaraknya bisa
dibilang sangat jauh, bahkan sampai antar pulau.

Pada tahun 1900-an telah di kembangkan penghantar yang bagus sehingga


dapat digunakan untuk mendistribusikan energy listrik dari pembangkit sapai ke
kota besar namun belum sampai ke pelosok negeri. Dan pada era-era sekarang
inilah listrik sudah bisa dinikmati oleh penduduk desa. Ini semua berkat
penghantar listrik yang digunakan sangat baik dan andal. Sehingga dapat
digunakan untuk mendistribusikan energy listrik tanpa hentinya.

Penghantar disini sangat berperan penting untuk mendistribusikan energy


listik karena energy listrik hanya bisa di salurkan melalui sebuah penghantar atau
yang sering disebut kabel. Kabel yang baik adalah yang memiliki daya tahan
terhadap suhu tinggi, tekannan, dan tentu saja hambatan yang rendah. Karena
semakin besar hambatannya, maka pembangkit harus membangkitkan energy
listrik yang sangat besar.

kata kunci : listrik, penghantar, distribusi.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan lancar dan baik.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Instalasi Listrik
Makalah ini berisi mengenai hantaran dan sambungannya pada instalasi listrik.
Dalam penggunaanya, makalah ini diharapkan dapat membantu proses
pembelajaran yang berlangsung, guna merealisasikan pembelajaran di universitas.

Demikian, “tiada gading yang tak pernah retak” begitu pepatah


mengatakannya. Segala bentuk kritik dan saran, penyusun terima guna
kesempurnaan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dalam
mendukung pengembangan pendidikan, khususnya mahasiswa Teknik Elektro
Universitas Negeri Yogyakarta.

Yogyakarta, 22 Maret 2011

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

ABSTRAK...............................................................................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii

DAFTAR TABEL.................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG...................................................................................1
B. IDENTIFIKASI MASALAH........................................................................2
C. TUJUAN PEMBAHASAN………………………………………………...2
D. BATASAN MASALAH………………………………………………..…...2
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA………………….………………..……2
F. SISTEMATIKA PENULISAN………………………….……………..……3

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN..............................................................................................4
B. JENIS-JENIS KABEL.................................................................................13
C. KABEL PADA INSTALASI RESIDENSIAL..........................................17
D. NOMENKLATUR KABEL.......................................................................22
E. SPESIFIKASI KABEL..............................................................................24
F. RUGI TEGANGAN / DROP VOLTAGE.................................................24
G. KHA (KEMAMPUAN HANTAR ARUS)................................................25
H. MACAM-MACAM SAMBUNGAN KABEL..........................................27
I. PENGGUNAAN WARNA KABEL..........................................................29

iii
J. APLIKASI PENGHANTAR PADA DISTRIBUSI LISTRIK..................31

BAB III KESIMPULAN

A. KESIMPULAN.................................................................................37
.

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................ix

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambar kabel NYA………………………………………………….18

Gambar 2. Bentuk kabel NYM…………………………………………………..18

Gambar 3. Penampang melintang dan membujur kabel NYAF…………………19

Gambar 4. Penampang melintang dan membujur kabel NYY………………….19

Gambar 5. Gambar kabel NYAFGbY…………………………………………...20

Gambar 6. Kabel ACSR………………………………………………………….20

Gambar 7. Kabel AAAC…………………………………………………………21

Gambar 8. Penampang kabel BC………………………………………………...21

v
DAFTAR TABEL

Tabel. 1. Hambatan Logam Jenis…………………………………………………8

Tabel 2. Hambatan Logam Jenis dalam Ohm-mm2………………………………9

Tabel 3. Nomenklatur Kabel.................................................................................22

Tabel 4. Kemampuan Hantar Arus Kabel Instalasi Pada Suhu Keliling 30°C
dengan Kondisi Suhu Kabel Maksimum 70°C………………………….……….26

Table 5. table KHA. berdasarkan jumlah penghantar……………………..…….27

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada era modern sekarang ini, telah banyak masyarakat mengunakan
peralatan listrik. Seiring dengan perkembangan jaman, banyak bermunculan
peralatan listrik dengan berbagai varian dan fungsi. Masyarakat setiap hari telah
menggunakan alat - alat tersebut, maka secara tidak langsung mereka telah
memanfaatkan energi listrik, yang mana semakin banyak peralatan listrik yang
digunakan maka banyak pula energi listrik yang dibutuhkan. Dengan banyaknya
energi listrik yang digunakan tersebut, tentunya akan banyak dampak yang
diakibatkan. Selain biaya rekening listrik yang melonjak tentunya ada juga
dampak kebakaran karena kegagalan ataupun kurangnya sistem proteksi pada
hantaran instalasi.

Perkembangan listrik sekarang sangat pesat, karena kebutuhan konsumtif


masyarakat yang berangsur-angsur bertambah. Sehingga hal tersebut harus
diimbangi dengan tingkat keamanan pada jenis panghantar sesuai dengan
kemampuan daya hantar dan kebutuhan instalasi listrik. Keamanan listrik sangat
penting karena semakin besar arus listrik yang digunakan maka semakin besar
pula resiko yang dapat ditimbulkan. Dengan demikian kawat penghantar harus
dapat menghantarkan arus listrik dengan tingkat keamanan yang terjaga agar tidak
menimbulkan kerugian baik materi maupun non materi.

Dengan demikian perlu adanya suatu penegasan atau pendidikan tentang


peraturan paraturan standardisasi keamanan pada penghantar listrik sesuai dengan
peraturan-peraturan yang sah. Agar masyarakat dapat lebih banyak pengetahuan
tentang kemungkinan resiko yang dapat ditimbulkan dari arus listrik itu sendiri.
Serta solusi yang akan sangat bermanfaat untuk mencegah bahaya dari kurangnya
pengetahuan masyarakat terutama pada hantaran listik. Maka di sini kita akan

1
2

mengulas lebih banyak tentang hantaran, dan sambungan kabel serta drop
voltage, dll.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan pada latar belakang di atas, maka
rumusan masalah dalam makalah ini meliputi :

1. Apakah yang dimaksud dengan hantaran ?


2. Sambungan apa saja yang digunakan?
3. Penyebab dropvoltage ?
4. Kehandalan dari kriteria atau jenis kabel?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan yang dilakukan secara
berkelompok ini adalah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui pemanfaatan hantaran listrik.
2. Mahasiswa dapat mengetahui apa sajakah jenis dan macam-macam
sambungan kabel.
3. Mahasiswa dapat mengetahui penyebab dropvoltage serta kehandalan dari
kriteria atau jenis kabel.

D. BATASAN MASALAH
Mengingat materi hantaran listrik sangat luas maka penulisan makalah ini
akan dibatasi pada pemanfaatan hantaran listrik, jenis dan macam-macam
sambungan kabel, dan penyebab dropvoltage serta kehandalan dari kriteria atau
jenis kabel.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Dalam penyusunan makalah yang dilakukan secara berkelompok ini kami
mengambil materi dari internet dan buku.
3

F. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun dalam sistematika penulisan ini dibuat dalam beberapa bab yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam pendahuluan berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah,
tujuan pembahasan,ruang lingkup kajian,teknik pengumpula data dan
sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Dalam pembahasan berisi tentang definisi paenghantar listrik, jenis
dan macam-macam sambungan kabel, dan penyebab dropvoltage serta
kehandalan dari kriteria atau jenis kabel.
BAB III PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran yang disampaikan guna
menyempurnakan penulisan tugas kelompok yang telah dibuat.
BAB II

PENGHANTAR LISTRIK

A. PENGERTIAN
Penghantar listrik atau kabel menurut KBBI tahun 1997 adalah Penghantar
listrik atau kabel adalah kawat penghantar arus listrik berbungkus karet atau
plastik. Menurut wikipedia Kabel listrik adalah media untuk menyalurkan energi
listrik. Isolator disini adalah bahan pembungkus kabel yang biasanya terbuat dari
karet atau plastik, sedangkan konduktornya terbuat dari serabut tembaga ataupun
tembaga pejal. Menurut http://www.total.or.id/info dalam situsnya, kabel adalah
media untuk mengantarkan arus listrik atau informasi. Secara umum pengertian
Kabel adalah media penghantar tenaga listrik dari sumber tegangan listrik ke
peralatan yang menggunakan tenaga listrik atau menghubungkan suatu peralatan
listrik ke peralatan listrik lainnya.

Bahan dari kabel ini beraneka ragam, khusus sebagai pengantar arus
listrik, umumnya terbuat dari tembaga dan umumnya dilapisi dengan pelindung.
Selain tembaga, ada juga kabel yang terbuat dari serat optik, yang disebut dengan
fiber optic cable. Namun dalam hal ini yang akan kita bahas adalah kabel yang
berfungsi untuk menghantarkan energi listrik. Dalam penyaluran tenaga listrik,
ada banyak faktor yang mempengaruhi baik atau tidaknya penyaluran tersebut.
Bahan hantaran listrik dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :

1. Konduktor
Penghantar dalam teknik elektro adalah zat yang dapat menghantarkan
arus listrik, baik berupa zat padat, cair atau gas. Karena sifatnya yang konduktif
maka disebut konduktor. Konduktor yang baik adalah yang memiliki tahanan
jenis yang kecil. Pada umumnya logam bersifat konduktif. Emas, perak, tembaga,

4
5

alumunium, zink, besi berturut-turut memiliki tahanan jenis semakin


besar. Jadi sebagai penghantar emas adalah sangat baik, tetapi karena sangat
mahal harganya, maka secara ekonomis tembaga dan alumunium paling banyak
digunakan.

a. Karakteristik Konduktor
Ada 2 (dua) jenis karakteristik konduktor, yaitu:
· karakteristik mekanik, yang menunjukkan keadaan fisik dari
konduktor yang menyatakan kekuatan tarik dari pada konduktor
(dari SPLN 41-8:1981, untuk konduktor 70 mm berselubung
AAAC-S pada suhu sekitar 30 C, maka kemampuan maksimal
dari konduktor untuk menghantar arus adalah 275 A).
· karakteristik listrik, yang menunjukkan kemampuan dari konduktor
terhadap arus listrik yang melewatinya (dari SPLN 41-10 : 1991,
untuk konduktor 70 mm2 berselubung AAAC-S pada suhu sekitar
30o C, maka kemampuan maksimum dari konduktor untuk
menghantar arus adalah 275 A).

b. Sifat Bahan Konduktor


Bahan penghantar memiliki sifat-sifat penting, yaitu:
1) Daya Hantar Listrik
Arus yang mengalir dalam suatu penghantar selalu mengalami
hambatan dari penghantar itu sendiri. Besar hambatan tersebut
tergantung dari bahannya. Besar hambatan tiap meternya dengan luas
penampang 1mm2 pada temperatur200C dinamakan hambatan jenis.
Besarnya hambatan jenis suatu bahan dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :
ρ.º
R=

dimana :
R : Hambatan dalam penghantar, satuanya ohm (Ω)
6

ρ : hambatan jenis bahan, dalam satuan ohm.mm²/m


l : panjang penghantar, satuannya meter (m)
A : luas penampang kawat penghantar, satuanya mm²
2) Koefisien Temperatur Hambatan
Telah kita ketahui bahwa dalam suatu bahan akan mengalami
perubahan volume bila terjadi perubahan temperatur. Bahan akan
memuai jika temperatur suhu naik dan akan menyusut jika temperatur
suhu turun. Besarnya perubahan hambatan akibat perubahan suhu
dapat diketahui dengan persamaan ;

R = R0 { 1 + α (t – t0)}

dimana :
R : besar hambatan setelah terjadinya perubahan suhu
R0 : besar hambatan awal, sebelum terjadinya perubahan suhu.
T : temperatur suhu akhir, dalam 0º C
t0 : temperatur suhu awal, dalam 0º C
α : koefisien temperatur tahanan

3) Daya Hantar Panas


Daya hantar panas menunjukkan jumlah panas yang melalui lapisan
bahan tiap satuan waktu. Diperhitungkan dalam satuan Kkal/jam 0C.
Terutama diperhitungkan dalam pemakaian mesin listrik beserta
perlengkapanya. Pada umumnya logam mempunyai daya hantar panas
yang tinggi.

4) Daya Tegangan Tarik


Sifat mekanis bahan sangat penting, terutama untuk hantaran diatas
tanah. Oleh sebab itu, bahan yang dipakai untuk keperluan tersebut
harus diketahui kekuatanya. Terutama menyangkut penggunaan dalam
pendistribusian tegangan tinggi.
7

5) Timbulnya Daya Elektro-Motoris Termo


Sifat ini sangat penting sekali terhadap dua titik kontak yang terbuat
dari dua bahan logam yang berlainan jenis, karena dalam suatu
rangkaian, arus akan menimbulkan daya elektro-motoris termo
tersendiri bila terjadi perubahan temperatur suhu.

6) Daya Elektro-Motoris Termo


Daya elektro-motoris termo dapat terjadi lebih tinggi, sehingga dalam
pengaturan arus dan tegangan dapat menyimpang meskipun sangat
kecil. Besarnya perbedaan tegangan yang dibangkitkan tergantung
pada sifat-sifat kedua bahan yang digunakan dan sebanding dengan
perbedaan temperaturnya. Daya elektro-motoris yang dibangkitkan
oleh perbedaan temperatur disebut dengan daya elektro-motoris termo.

c. Konduktivitas listrik
Sifat daya hantar listrik material dinyatakan dengan konduktivitas, yaitu
kebalikan dari resistivitas atau tahanan jenis penghantar, dimana tahanan
jenis penghantar tersebut didefinisikan sebagai:

.
ρ=

Dimana:

A : luas penampang (m2)

l : Panjang penghantar (m)

R : tahanan penghantar (ohm)

ρ : konduktivitas (ohm.m)

Memberikan kemudahan suatu material untuk menghantarkan arus listrik.


Satuan konduktivitas adalah (ohm meter). Konduktivitas merupakan sifat
8

listrik yang diperlukan dalam berbagai pemakaian sebagai penghantar


tenaga listrik dan mempunyai rentang harga yang sangat luas. Logam atau
material yang merupakan penghantar listrik yang baik, memiliki
konduktivitas listrik dengan orde 107 (ohm.meter) -1 dan sebaliknya
material isolator memiliki konduktivitas yang sangat rendah, yaitu antara
10-10 sampai dengan 10-20 (ohm.m)-1. Diantara kedua sifat ekstrim
tersebut, ada material semi konduktor yang konduktivitasnya berkisar
antara 10-6 sampai dengan 10-4 (ohm.m)-1. Berbeda pada kabel tegangan
rendah, pada kabel tegangan menengah untuk pemenuhan fungsi
penghantar dan pengaman terhadap penggunaan, ketiga jenis atau sifat
konduktivitas tersebut diatas digunakan semuanya.

Konduktivitas Listrik Berbagai Logam dan Paduannya Pada Suhu Kamar


20ºC.

Tabel. 1. Hambatan Logam Jenis

Sumber: (http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/09/konduktor.html)

Logam Konduktivitas listrik ohm meter


Perak ( Ag ) 6,8 x 10Ê
Tembaga ( Cu ) 6,0 x 10Ê
Emas ( Au ) 4,3 x 10Ê
Alumunium ( Ac ) 3,8 x 10Ê
Kuningan ( 70% Cu – 30% Zn ) 1,6 x 10Ê
Besi ( Fe ) 1,0 x 10Ê
Baja karbon ( Ffe – C ) 0,6 x 10Ê
Baja tahan karat ( Ffe – Cr ) 0,2 x 10Ê
9

Ada beberapa resistivitas rendah (atau tinggi konduktivitas) logam yang


dapat digunakan sebagai konduktor untuk kabel listrik. Contoh ini sebagai
peringkat oleh resistivitas rendah pada 20 "C ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hambatan Logam Jenis dalam Ohm-mm2

Sumber : Lawrence J. Kelly and Carl C. Landinger Copyright © 1999 by


Marcel Dekker, Inc.

Lawrence J. Kelly, adapted from class notes for “Power Cable Engineer-
ing Clinic,” University of Wisconsin-Madison, 1995.

Resistansi logam pada suhu ruang 20ºC

Metal Ohm-mm²/m x 10 Ohm-cmi/ft x 10

Silver 1.629 9.80


Copper, annealed 1.724 10.371
Copper, hard drawn 1.777 10.69
Copper, tinned 1.741-1.814 10.47-10.91
Aluminum, soft, 61.2% 2.803 16.82
cond.
Aluminum. 1/2 hard to fill 2.828 16.946
hard
Sodium 4.3 25.87
Nickel 7.8 46.9

d. Kriteria mutu penghantar


Konduktivitas logam penghantar sangat dipengaruhi oleh unsur – unsur
pemadu, impurity atau ketidaksempurnaan dalam kristal logam, yang
ketiganya banyak berperan dalam proses pembuatan pembuatan
penghantar itu sendiri. Unsur – unsur pemandu selain mempengaruhi
konduktivitas listrik, akan mempengaruhi sifat – sifat mekanika dan fisika
10

lainnya. Logam murni memiliki konduktivitas listrik yang lebih baik dari
pada yang lebih rendah kemurniannya. Akan tetapi kekuatan mekanis
logam murni adalah rendah.
Penghantar tenaga listrik, selain mensyaratkan konduktivitas yang tinggi
juga membutuhkan sifat mekanis dan fisika tertentu yang disesuaikan
dengan penggunaan penghantar itu sendiri.
Selain masalah teknis, penggunaan logam sebagai penghantar ternyata
juga sangat ditentukan oleh nilai ekonomis logam tersebut dimasyarakat.
Sehingga suatu kompromi antara nilai teknis dan ekonomi logam yang
akan digunakan mutlak diperhatikan. Nilai kompromi termurahlah yang
akan menentukan logam mana yang akan digunakan. Pada saat ini, logam
Tembaga dan Aluminium adalah logam yang terpilih diantara jenis logam
penghantar lainnya yang memenuhi nilai kompromi teknis ekonomis
termurah.
Dari jenis–jenis logam penghantar pada tabel 1. diatas, tembaga
merupakan penghantar yang paling lama digunakan dalam bidang
kelistrikan. Pada tahun 1913, oleh International Electrochemical
Comission (IEC) ditetapkan suatu standar yang menunjukkan daya hantar
kawat tembaga yang kemudian dikenal sebagai International Annealed
Copper Standard (IACS). Standar tersebut menyebutkan bahwa untuk
kawat tembaga yang telah dilunakkan dengan proses anil (annealing),
mempunyai panjang 1m dan luas penampang 1mm2, serta mempunyai
tahanan listrik (resistance) tidak lebih dari 0.017241 ohm pada suhu 20oC,
dinyatakan mempunyai konduktivitas listrik 100% IACS.
Akan tetapi dengan kemajuan teknologi proses pembuatan tembaga yang
dicapai dewasa ini, dimana tingkat kemurnian tembaga pada kawat
penghantar jauh lebih tinggi jika dibandingkan pada tahun 1913, maka
konduktivitas listrik kawat tembaga sekarang ini bisa mencapai diatas
100% IACS.
Untuk kawat Aluminium, konduktivitas listriknya biasa dibandingkan
terhadap standar kawat tembaga. Menurut standar ASTM B 609 untuk
11

kawat aluminium dari jenis EC grade atau seri AA 1350(*), konduktivitas


listriknya berkisar antara 61.0 – 61.8% IACS, tergantung pada kondisi
kekerasan atau temper. Sedangkan untuk kawat penghantar dari paduan
aluminium seri AA 6201, menurut standar ASTM B 3988 persaratan
konduktivitas listriknya tidak boleh kurang dari 52.5% IACS. Kawat
penghantar 6201 ini biasanya digunakan untuk bahan kabel dari jenis All
Aluminium Alloy Conductor (AAAC).
Disamping persyaratan sifat listrik seperti konduktivitas listrik diatas,
kriteria mutu lainnya yang juga harus dipenuhi meliputi seluruh atau
sebagian dari sifat – sifat atau kondisi berikut ini, yaitu:
(1) komposisi kimia.
(2) sifat tarik seperti kekuatan tarik (tensile strength) dan regangan tarik
(elongation).
(3) sifat bending atau pembengkokan
(4) diameter dan variasi yang diijinkan.
(5) kondisi permukaan kawat harus bebas dari cacat, dan lain-lain.

Sedangkan pengertian kawat adalah sebuah penghantar masif ( single


solid conductor ) atau beberapa buah yang tergabung menjadi satu dan
terbungkus oleh bahan isolasi. kabel berisolasi atau disingkat kabel rakitan
yang terdiri atas :

(1) satu inti atau lebih


(2) selubung individual (jika ada)
(3) pelindung rakitan (jika ada)
(4) selubung kabel (jika ada).

Penghantar yang tidak berisolasi tambahan dapat digolongkan sebagai


kabel. (insulated cable) IEV 461-06-01. Kabel listrik adalah media untuk
menyalurkan energi listrik. Sebuah kabel listrik terdiri dari isolator dan
konduktor.
12

Isolator disini adalah bahan pembungkus kabel yang biasanya terbuat dari
karet atau plastik, sedangkan konduktornya terbuat dari serabut tembaga
ataupun tembaga pejal.

Kemampuan hantar sebuah kabel listrik ditentukan oleh KHA


(kemampuan hantar arus) yang dimilikinya, sebab parameter hantaran
listrik ditentukan dalam satuan Ampere. Kemampuan hantar arus
ditentukan oleh luas penampang konduktor yang berada dalam kabel
listrik, adapun ketentuan mengenai KHA kabel listrik diatur dalam
spesifikasi SPLN.

Sedangkan tegangan listrik dinyatakan dalam Volt, besar daya yang


diterima dinyatakan dalam satuan Watt, yang merupakan perkalian dari
Ampere x Volt = Watt. Pada tegangan 220 Volt dan KHA 10 Ampere,
sebuah kabel listrik dapat menyalurkan daya sebesar 220V x 10A = 2200
Watt.

2. Semikonduktor
Bahan semikonduktor adalah bahan yang mempunyai level konduktiviti
(kemampuan menghantarkan arus listrik) diantara bahan konduktor dan
isolator. Kebalikan dari konduktiviti adalah resistansi , yaitu kemampuan
menahan arus listrik. Semakin tinggi level konduktiviti maka semakin rendah
level resistansi. Istilah resistivity (rho, yunani) biasanya digunakan untuk
membandingkan level resistansi material. Resistivity suatu material diukur
dalam satuan Ω-m atau Ω-cm. Jadi, bahan semikonduktor mampu
menghantarkan listrik lebih baik daripada isolator, tapi lebih rendah
dibandingkan konduktor.

3. Isolator
Dalam istilah elektronika, Isolator listrik adalah sesuatu benda yang
merupakan bukan benda penghantar listrik yang berguna untuk menahan
penghantar listrik. Isolator dapat berupa karet, kayu, kertas, dan biasanya
adalah benda-benda selain golongan logam. Isolator contohnya dapat kita lihat
13

pada setiap kabel yaitu berupa karet yang berguna untuk melapisi
tembaga(logam) agar arus tetap mengalir pada tembaga. Dengan kata lain
berguna untuk melindungi kita dari sengatan listrik.oleh sebab itu isolator
merupakan penghantar listrik yang paling buruk diantara konduktor maupun
semikonduktor.

Isolator memiliki karakteristik lebih lunak daripada logam namun tidak


berair, karena sebagus apapun suatu isolator jika terkena air maka arus listrik
akan dapat mengalir. Isolator memiliki daya resistansi yang tinggi terhadap
arus listrik. Karena sifatnya yang resistant/ menghambat aliran arus listrik
maka benda-benda tersebut disebut isolator.

B. JENIS-JENIS KABEL
a. Metode Pemilihan Kabel
Sebelum memilih kabel kita harus memahami konsep dasar penggunaan
kabel yaitu :
a. Kapasitas dan fungsi
b. Pemilihan kabel (harus memiliki perencanaan)
i. Design layout instalasi/single line diagram
ii. Sambungan dan hubungan
iii. Luas penampang kabel
iv. Nomenklatur/kode huruf bahan kabel
v. Warna standar
c. Manufacturer recommendation (usia–Standar Nasional (SPLN)
dan/atau Standar Internasional).
d. Perawatan kabel – recondition cable.

b. Klasifikasikan dari bahan baku


Adapun bila ditinjau dari bahan baku, penghantar dapat diklasifikasikan
menjadi:
a. Tembaga
14

Ciri-ciri: logam coklat kemerahan.


Sifat: mudah ditempa, konduktor yang baik, non magnetik, tahan
terhadap korosi dengan peleburan dan elektrolisa.
Ilustrasi: Penyambungan kabel antara kabel jenis serabut dan kabel
pejal yang tidak sesuai standar adalah salah satu penyebab short circuit
yang merupakan awal dari pemicu kebakaran.
Kegunaan: membuat kabel listrik, sistem pemanas, tabung pendingin,
radiator kendaraan, untuk keperluan listrik, komponen terbesar dari
logam campuran kuningan ini disaring sampai kemurnian 98.8 %,
kotoran dikeluarkan dari bijih-bijih tembaga
b. Alumunium
Ciri-ciri: logam putih keabu-abuan
Sifat: konduktor yang sangat baik, non magnetik, tahan korosi, sangat
lunak dan ringan
c. Kuningan
Kuningan adalah alloy non-ferrous terbuat dari campuran tembaga dan
seng.
Sifat: mudah dibentuk, lebih keras dari tembaga maupun alumunium,
karenanya lebih mudah dikerjakan dengan mesin
c. Konstruksi jenis kabel
Ada beberapa jenis kabel yang sering digunakan. Yaitu dilihat dari segi
konstruksinya dan dari segi jumlah penghantar dalam satu kabel. Berikut ini
adalah jenis kabel dilihat dari jenis konstruksinya.

a. Penghantar pejal (solid); yaitu penghantar yang berbentuk kawat pejal


yang berukuran sampai 10 mm². Tidak dibuat lebih besar lagi dengan
maksud untuk memudahkan penggulungan maupun pemasangannya.
b. Penghantar berlilit (stranded); penghantarnya terdiri dari beberapa urat
kawat yang berlilit dengan ukuran 1 mm² – 500 mm².
c. Penghantar serabut (fleksibel); banyak digunakan untuk tempat yang
sulit dan sempit, alat-alat portabel, alat-alat ukur listrik
15

11 dan pada kendaraan bermotor. Ukuran kabel ini antara 0,5 mm² –
400 mm².
d. Penghantar persegi (busbar); penampang penghantar ini berbentuk
persegi empat yang biasanya digunakan pada PHB (Papan Hubung
Bagi) sebagai rel-rel pembagi atau rel penghubung. Penghantar ini
tidak berisolasi.
d. Jumlah Penghantar
Adapun bila ditinjau dari jumlah penghantar dalam satu kabel, penghantar
dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Penghantar simplex; ialah kabel yang dapat berfungsi untuk satu


mecam penghantar saja (misal: untuk fasa atau netral saja). Contoh
penghantar simplex ini antara lain: NYA 1,5 mm²; NYAF 2,5 mm² dan
sebagainya.
b. Penghantar duplex; ialah kabel yang dapat menghantarkan dua aliran
(dua fasa yang berbeda atau fasa dengan netral). Setiap penghantarnya
diisolasi kemudian diikat menjadi satu menggunakan selubung.
Penghantar jenis ini contohnya NYM 2×2,5 mm², NYY 2×2,5mm².
c. Penghantar triplex; yaitu kabel dengan tiga pengantar yang dapat
menghantarkan aliran 3 fasa (R, S dan T) atau fasa, netral dan arde.
Contoh kabel jenis ini: NYM 3×2,5 mm², NYY 3×2,5 mm² dan
sebagainya.
d. Penghantar quadruplex; kabel dengan empat penghantar untuk
mengalirkan arus 3 fasa dan netral atau 3 fasa dan pentanahan.
Susunan hantarannya ada yang pejal, berlilit ataupun serabut. Contoh
penghantar quadruplex misalnya NYM 4×2,5 mm², NYMHY
4×2,5mm² dan sebagainya. Jenis penghantar yang paling banyak
digunakan pada instalasi rumah tinggal yang dibangun permanen saat
ini adalah kabel rumah NYA dan kabel NYM.
16

e. kegunaan dan fungsi penghantar


Adapun bila ditinjau dari kegunaan dan fungsi penghantar dapat
diklasifikasikan menjadi:

a. Kabel fleksibel
Kabel yang disyaratkan untuk mampu melentur pada waktu digunakan,
dan yang struktur dan bahannya memenuhi persyaratan. (flexible
cable) - IEV 461-06-14.

b. Kabel tanah
Jenis kabel yang dibuat khusus untuk dipasang di permukaan atau
dalam tanah, atau dalam air. (underground cable) IEV 601-03-05.
c. Keadaan darurat
Keadaan yang tidak biasa atau tidak dikehendaki yang membahayakan
keselamatan manusia dan keamanan bangunan serta isinya, yang
ditimbulkan oleh gangguan suplai utama listrik.
d. Kabel kedap
Sifat tidak dapat dimasuki sesuatu; misalnya kedap air atau kedap
debu.

e. Penghantar aktif
Setiap penghantar dari sistem suplai yang mempunyai beda potensial
dengan netral atau dengan penghantar yang dibumikan. Dalam sistem
yang tidak memiliki titik netral, semua penghantar harus dianggap
sebagai penghantar aktif (active conductor ) - SAA 0.5.4
f. Penghantar bumi
Penghantar dengan impedans rendah, yang secara listrik
menghubungkan titik yang tertentu pada suatu perlengkapan (instalasi
atau sistem) dengan elektrode bumi. (earth conductor) – IEC MDE,
1983, p.76
17

g. Penghantar netral (N)


Penghantar (berwarna biru) yang dihubungkan ke titik netral sistem
dan mampu membantu mengalirkan energi listrik. (neutral conductor)
– IEC MDE, 1983, p.76
h. Penghantar PEN (nol)
Penghantar netral yang dibumikan dengan menggabungkan fungsi
sebagai penghantar proteksi dan penghantar netral. Catatan singkatan
PEN dihasilkan dari penggabungan lambang PE untuk penghantar
proteksi dan N untuk penghantar netral.(PEN conductor) – IEC MDE,
1983, p.76, IEV 826-04-06.

i. Penghantar pembumian
· Penghantar berimpedans rendah yang dihubungkan ke bumi;
· Penghantar proteksi yang menghubungkan terminal pembumi
utama atau batang ke elektrode bumi. (earthing conductor) –
IEC MDE, 1983, p.76
j. Penghantar pilin
Penghantar yang terdiri atas satu pilinan, atau sejumlah pilinan yang
dipintal jadi satu tanpa isolasi di antaranya.

k. Penghantar proteksi (PE)


Penghantar untuk proteksi dari kejut listrik yang menghubungkan
bagian berikut : bagian konduktif terbuka, bagian konduktif ekstra,
terminal pembumian utama, elektrode bumi, titik sumber yang
dibumikan atau netral buatan. (protective conductor) – IEC MDE,
1983, p.77
18

C. KABEL PADA INSTALASI RESIDENSIAL


Pada instalasi residensial yang sering digunakan dalam instalasi listrik di
Indonesia adalah berikut ini :

a. Kabel NYA

Kabel NYA berinti tunggal, berlapis bahan isolasi PVC, untuk instalasi
luar/kabel udara. Kode warna isolasi ada warna merah, kuning, biru dan hitam.
Kabel tipe ini umum dipergunakan di perumahan karena harganya yang relatif
murah. Lapisan isolasinya hanya 1 lapis sehingga mudah cacat, tidak tahan air
(NYA adalah tipe kabel udara) dan mudah digigit tikus. Agar aman memakai
kabel tipe ini, kabel harus dipasang dalam pipa/conduit jenis PVC atau saluran
tertutup. Sehingga tidak mudah menjadi sasaran gigitan tikus, dan apabila ada
isolasi yang terkelupas tidak tersentuh langsung oleh orang.

Gambar 1. Gambar kabel NYA.


Sumber : http://technoku.blogspot.com/2009/01/jenis-jenis-kabel.html

b. Kabel NYM

Kabel NYM memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna putih atau abu-
abu), ada yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYM memiliki lapisan isolasi dua lapis,
sehingga tingkat keamanannya lebih baik dari kabel NYA (harganya lebih mahal
19

dari NYA). Kabel ini dapat dipergunakan dilingkungan yang kering dan basah,
namun tidak boleh ditanam.

Gambar 2. Bentuk kabel NYM.

Sumber : http://technoku.blogspot.com/2009/01/jenis-jenis-kabel.html
c. Kabel NYAF

Kabel NYAF merupakan jenis kabel fleksibel dengan penghantar tembaga


serabut berisolasi PVC. Digunakan untuk instalasi panel-panel yang memerlukan
fleksibelitas yang tinggi.

Gambar 3. Penampang melintang dan membujur kabel NYAF.


Sumber : http://technoku.blogspot.com/2009/01/jenis-jenis-kabel.html

d. Kabel NYY

Kabel NYY memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna hitam), ada
yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYY dipergunakan untuk instalasi tertanam (kabel
20

tanah), dan memiliki lapisan isolasi yang lebih kuat dari kabel NYM (harganya
lebih mahal dari NYM). Kabel NYY memiliki isolasi yang terbuat dari bahan
yang tidak disukai tikus.

Gambar 4. Penampang melintang dan membujur kabel NYY.


Sumber : http://technoku.blogspot.com/2009/01/jenis-jenis-kabel.html
e. Kabel NYFGbY

Kabel NYFGbY ini digunakan untuk instalasi bawah tanah, di dalam


ruangan di dalam saluran-saluran dan pada tempat-tempat yang terbuka dimana
perlindungan terhadap gangguan mekanis dibutuhkan, atau untuk tekanan
rentangan yang tinggi selama dipasang dan dioperasikan.

Gambar 5. Gambar kabel NYAFGbY.


Sumber : http://technoku.blogspot.com/2009/01/jenis-jenis-kabel.html

f. Kabel ACSR

Kabel ACSR merupakan kawat penghantar yang terdiri dari aluminium


berinti kawat baja.Kabel ini digunakan untuk saluran-saluran transmisi tegangan
21

tinggi, dimana jarak antara menara/tiang berjauhan, mencapai ratusan meter, maka
dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi, untuk itu digunakan kawat penghantar
ACSR.

Gambar 6. Kabel ACSR.


Sumber : http://technoku.blogspot.com/2009/01/jenis-jenis-kabel.html
g. Kabel AAAC

Kabel ini terbuat dari aluminium-magnesium-silicon campuran logam,


keterhantaran elektris tinggi yang berisi magnesium silicide, untuk memberi sifat
yang lebih baik. Kabel ini biasanya dibuat dari paduan aluminium 6201. AAAC
mempunyai suatu anti karat dan kekuatan yang baik, sehingga daya hantarnya
lebih baik.

Gambar 7. Kabel AAAC.


Sumber : http://technoku.blogspot.com/2009/01/jenis-jenis-kabel.html
h. Kabel ACAR

Kabel ACAR yaitu kawat penghantar aluminium yang diperkuat dengan


logam campuran, sehingga kabel ini lebih kuat daripada kabel ACSR.

i. Kabel BC (Bar Cable)


22

Kabel ini dipilin/stranded, disatukan. Ukuran / tegangan mak = 6 – 500 mm2


/ 500 V. Pemakaian = saluran diatas tanah dan penghantar pentanahan

Gambar 8. Penampang kabel BC.


Sumber :
http://www.panellistrik.org/?go=tum&tum=40&ktum=13&q=Kabel%20%
20%20Grounding%20%20Penangkal%20%20Petir

D. NOMENKLATUR KABEL
TABEL 3. NOMENKLATUR KABEL

KODE KETERANGAN DAN CONTOH


KABEL
A Selubung atau lapisan perlindungan luar bahan serat (misalnya goni/jute). Contoh NKRA,
NAKBA
AA Selubung atau perlindungan luar dua lapis dari bahan serat goni (jute). Contoh : NAHKZAA,
NKZAA
B Perisai dari pita baja ganda. Contoh : NYBY,NEKBA
C penghantar konsentris tembaga. Contoh : NYCY
CE penghantar konsentris pada masing-masing inti, dalam hal kabel berinti banyak. Contoh :
NYCEY
CW penghantar konsentris pada masing-masing inti, yang dipasang secara berlawanan arah untuk
kabel tegangan nominal 0,6/1 kV (1,2 kV). Contoh : NYCWY
D spriral anti tekan – pita penguat non-magnetis
E kabel dengan masing-masing intinya beselubung logam. Contoh : NEKBA
F perisai kawat baja pipih. Contoh : NYFGbY
G Spiral dari kawat baja pipih. Contoh NYKRG
23

isolasi karet / EPR. Contoh : NGA

selubung isolasi dari karet


2G Isolasi karet butil dengan daya tahan lebih tinggi terhadap panas. Contoh : N2GAU
Gb Spiral pita baja (mengikuti F atau R . Contoh : NYRGbY, N2XSEYFGby
H Lapisan penghantar di luar isolasi untuk membatasi medan listrik. Contoh :
NHKBA,NHKRA
K Selubung timbal. Contoh : NKBA,NAKBY
KL Selubung alumunium. Contoh : NKLY,NAHKLY
KWK Selubung dari pita tembaga yang terpasang dan dilas memanjang. Contoh : NKWKZY
L Perisai dari jalinan kawat baja bulat (braid)
MK Kabel dengan selubung timah hitam untuk pemasangan dalam kapal laut. Contoh MK
N Kabel standar penghantar tembaha. Contoh : NYA,NYY
NA Kabel standar penghantar alumunium. Contoh : NAYFGbY,NAKBA
NF Kabel udara berisolasi di pilin. Contoh : NF2X,NFAY
NI Kabel bertekanan gas. Contoh : NIKLDEY
NO Kabel bertekanan minyak. Contoh : NOKDEFOA
NP Kabel dalam pipa bertekanan gas. Contoh NPKDvFSt2Y
O Perisai terbuka dari kawat-kawat baja. Contoh : NNKROA

Kabel berpenangkal oval. Contoh : NYM-O

Kabel tanpa ini berwarna hijau kuning. Contoh : NYFGbY-O


Q Jalinan (braid) dari kawat-kawat baja berselubung seng (zing-coated). Contoh : NYKQ
R Perisai dari kawat-kawat baja bulat. Contoh : NYRGbY
RR Dua lapisan perisai dari kawat-kawat baja bulat. Contoh : NKRRGbY
S Perisai dari tembaga, pelindung listrik dari pita tembaga yang dibalutkan pada semua inti
kabel bersama-sama. Contoh : N2XSY
SE Pelindung listrik dari pita tembaga yang melindungi masing-masing inti kabel. Contoh
N2XSEY
T Tali penggantung dari baja
24

2X Selubung isolasi dari XLPE. Contoh : NF2X,N2XSY


Y Selubung isolasi dari PVC. Contoh : NYA
2Y Selubung isolasi dari polyethylene
Z Perisai dari kawat-kawat yang masing-masing mempunyai bentuk “Z”. Contoh : NKZAA
Z Penghantar berisolasi dengan beban tarik. Contoh : NYMZ

Selubung logam dan pita seng. Contoh : NYRUZY

E. SPESIFIKASI KABEL
Spesifikasi kabel telah ditentukan dalam PUIL 2000 sebagaimana dalam
tabel berikut ini :

a. Kabel instalasi dalam tabel di atas tidak boleh dipasang pada atau di dalam
tanah, serta tidak boleh pula dipasang sebagai kabel udara.
b. Nilai tegangan pengenal di dalam tanda kurung adalah nilai kerja tegangan
tertinggi antara fase dan netral yang diperbolehkan.
c. Untuk kabel berpenghantar tembaga, Nomenklaturnya dimulai dengan
huruf N…

F. RUGI TEGANGAN / DROP VOLTAGE


Kerugian tegangan atau susut tegangan dalam saluran tenaga listrik adalah
berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban, berbanding terbalik
dengan penampang saluran. Kerugian ini dalam persen ditentukan dalam batas-
batas tertentu. Pada instalasi bangunan rugi tegangan dihitung dari alat
pengontrol adalah maksimum 2% untuk instalasi penerangan dan maksimum
5% untuk instalasi tenaga listrik seperti motor. Untuk menghitung rugi
tengangan, maka menggunkan rumus berikut ini :
25

Rugi tegangan dalam % :

ƼƼ ƼƼ
q = atau q =
λ λ λ

Rugi tegangan dalam volt :

q = atau q =
∆ λ ∆ λ

Keterangan :

P : beban dalam watt

f : tegangan antar 2 saluran (fase-netral)

q : penampang saluran (mm2)

∆√ : rugi tegangan dalam (volt)

∆U : rugi tegangan dalam %

L : panjang rute saluran (bukan panjang kawat)

λ : daya hantar jenis tembaga = 56, besi = 7, aluminium = 32,7

I : arus beban.

G. KHA (KEMAMPUAN HANTAR ARUS)


Kemampuan Hantar Arus dipengaruhi oleh suhu penghantar yang di
izinkan dan kondisi sekitar sejauh panas yang dipindahkan. Berarti kemampuan
hantar arus untuk masing-masing penghantar berbeda ukuran dan
spesifikasinya. KHA (Kekuatan Hantar Arus), dengan melihat pada jenis
isolasi dan cara pemasangannya; susut tegangan maksimum sesuai impedansi
kabel dan karakteristik beban; kinerja pada hubungan pendek dari arus
26

gangguan yang mungkin terjadi dan karakteristik gawai proteksi; kekuatan


mekanik dan pertimbangan fisik lainnya.

Seperti yang disebutkan dalam PUIL 2000 pasal 5.5.3


5.5.3.1
.1 “Penghantar
sirkit akhir yang menyuplai motor tunggal tidak boleh mempunyai KHA
kurang dari 125 % arus pengenal beban penuh. Di samping itu, untuk jarak
jauh perlu digunakan penghantar yang cukup ukurannya hingga tidak terjadi
susut tegangan yang berle
berlebihan.
bihan. Penghantar sirkit akhir untuk motor dengan
berbagai daur kerja dapat menyimpang dari ketentuan di atas asalkan jenis dan
penampang penghantar serta pemasangannya disesuaikan dengan daur kerja
tersebut”.

Faktor-faktor
faktor yang mempengaruhi nilai arus (KHA) adalah:

l. Arus desain, yaitu kabel harus membawa arus penuh


penuh.
2. tipe kabel seperti PVC, konduktor te
tembaga,
mbaga, atau konduktor alumunium.
alumunium
3. Kondisi instalasi atau penempatan kabel tersebut
tersebut.
4. Temperatur lingkungan
lingkungan.
5. Tipe perlindungan, artinya berapa lama kabel harus membawa arus besar.
KHA jenis-jenis
jenis kabel dapat kita lihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.. Kemampuan Hantar Arus Kabel Instalasi Pada Suhu Keliling 30°C
dengan Kondisi Suhu Kabel Maksimum 70°C
27

Untuk menentukan kemampuan hantar arus suatu peng


penghantar
hantar yang mensuplai
peralatan listrik, terlebih dahulu harus diketahui besarnya arus nominal dari
peralatan tersebut, yang biasanya arus nominal sudah tertera pada name plate
pada peralatan tersebut.

Jika tidak tertera pada name plate


plate-nya maka kemampuan hantar arus
dari suatu penghantar dapat dicari dengan rumus dibawah ini, rumus ini
digunakan untuk menentukan arus nominal dari peralatan yang digunakan :

Arus nominal 1 fase : In = P / (V x I x Cos φ)

Arus nominal 3 fase : In = P / ((√3 x V x I x Cos φ )

Sedangkan
edangkan rumus untuk mencari KHA adalah 125% arus nominal.

Keterangan :

I = Arus peralatan (Ampere)

P = Daya masukan peralatan (Watt)

V = Tegangan (Volt)

Cos φ = Faktor daya

Table 5. table KHA.

Sumber : http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/01/teori
listrik.blogspot.com/2009/01/teori-dasar-listrik.html
listrik.html
28

H. MACAM-MACAM SAMBUNGAN KABEL


Menurut PUIL 2000 pasal 7.11.1.1 “Penyambungan antar penghantar
harus dilakukan dengan baik dan kuat dengan cara sebagai berikut:

a. Penyambungan selongsong dengan sekrup.


b. Penyambungan selongsong tanpa sekrup.
c. Penyambungan selongsong dipres.
d. Penyambungan solder (sambungan mati).
e. Penyambungan dengan lilitan kawat.
f. Penyambungan las atau las perak (sambungan mati).
g. Penyambungan puntiran kawat padat dengan memuntir dan memakai las
dop.
Berdasarkan PUIL 2000 pasal 2.5.4 tentang Sambungan listrik dijelaskan
bahwa :

2.5.4.1 Semua sambungan listrik harus baik dan bebas dari gaya tarik.

2.5.4.2 Sambungan antarpenghantar dan antara penghantar dan perlengkapan


listrik yang lain harus dibuat sedemikian sehingga terjamin kontak yang aman
dan andal.

2.5.4.3 Gawai penyambung seperti terminal tekan, penyambung puntir tekan,


atau penyambung dengan solder harus sesuai dengan bahan penghantar yang
disambungnya dan harus dipasang dengan baik (lihat juga 2.5.4.4).

2.5.4.4 Dua penghantar logam yang tidak sejenis (seperti tembaga dan
aluminium atau tembaga berlapis aluminium) tidak boleh disatukan dalam
terminal atau penyambung punter kecuali jika alat penyambung itu cocok untuk
maksud dan keadaan penggunaannya.

2.5.4.5 Sambungan penghantar pada terminal harus terjamin kebaikannya dan


tidak merusakkan penghantar. Menyambung kabel fleksibel harus
menggunakan sambung tekan (termasuk jenis sekrup), sambung solder atau
29

sambung puntir. Sepatu kabel harus disambungkan dengan mur baut secara
baik.

2.5.4.6 Sambung puntir harus dilaksanakan dengan:

a) menggunakan penyambung puntir; atau

b) cara dilas atau disolder. Sebelum dilas atau disolder, sambungan itu harus
dipuntir dahulu agar diperoleh sambungan yang baik secara mekanis dan
listrik.

2.5.4.7 Bahan yang digunakan seperti solder, fluks, dan pasta harus terbuat dari
jenis yang tidak berakibat buruk terhadap instalasi dan perlengkapan listrik.

Macam sambungan kabel tersebut adalah :

a. Ekor babi. Yaitu cara penyambungan kabel yang paling sederhana


berbentuk ekor babi. Ini digunakan untuk mencabangkan atau menyambung
dua atau lebih kabel.
b. Sambungan punter. Yaitu menyambung dua kabel yang berbentuk garis
lurus. Ada dua macam pada sambungan ini, yakni bell hangers dan western
union.
c. Turn Back. Yaitu menyambung dua kabel yang berbentuk satu garis lurus,
dimana kabel ditekuk balik, dimaksudkan untuk mendapatkan sambungan
yang lebih kuat.
d. Single wrapped cable spice. Yaitu menyambung kabel yang bernadi
banyak, menganyam sesuai dengan arah alurnya.
e. Knotted tap joint. Adalah cara untuk mencabangkan kabel yang posisinya
dalam satu bidang datar degan member suatu simpul agar sambungan lebih
kuat.
I. PENGGUNAAN WARNA KABEL
Menurut PUIL 2000 pasal 7.2 Tentang Identifikasi penghantar dengan
warna dijelaskan bahwa :
30

7.2.1.1 Peraturan warna selubung penghantar dan warna isolasi inti penghantar
yang tercantum dalam pasal ini berlaku untuk semua instalasi tetap atau
sementara, termasuk instalasi dalam perlengkapan listrik.

Hal tersebut di atas diperlukan untuk mendapatkan kesatuan pengertian


mengenai

penggunaan sesuatu warna atau warna loreng yang digunakan untuk mengenal
penghantar, guna keseragaman dan mempertinggi keamanan.

7.2.2.1 Warna loreng hijau-kuning hanya boleh digunakan untuk menandai


penghantar pembumian, penghantar pengaman, dan penghantar yang
menghubungkan ikatan penyama potensial ke bumi.

7.2.3.1 Warna biru digunakan untuk menandai penghantar netral atau kawat
tengah, pada instalasi listrik dengan penghantar netral. Untuk menghindarkan
kesalahan, warna biru tersebut tidak boleh digunakan untuk menandai
penghantar lainnya. Warna biru hanya dapat digunakan untuk maksud lain,
jika pada instalasi listrik tersebut tidak terdapat penghantar netral atau kawat
tengah. Warna biru tidak boleh digunakan untuk menandai penghantar
pembumian.

7.2.4.1 Untuk pengawatan di dalam perlengkapan listrik disarankan agar hanya


digunakan satu warna, khususnya warna hitam, selama tidak bertentangan
dengan 7.2.2.1 dan 7.2.3.1. Bila dalam pembuatan dan pemeliharaan
perlengkapan tersebut, dianggap perlu menggunakan lebih dari satu warna,
maka penggunaan warna lain dan warna loreng lain tidak dilarang. Jika
diperlukan satu warna tambahan lagi untuk mengidentifikasi bagian
pengawatan secara terpisah, dianjurkan mendahulukan pemakaian warna
coklat.

7.2.6.1 Kabel berselubung berinti tunggal boleh digunakan untuk fase, netral,
kawat tengah, atau penghantar pembumian asalkan isolasi kedua ujung kabel
31

yang terlihat (bagian yang dikupas selubungnya) dibalut dengan pembalut


berwarna yang dibuat khusus untuk itu, atau dengan cara lain yang memenuhi

Tabel 7.2-1.

Guna mendapatkan kesamaan pengenal menggunakan kabel pada instalasi


digunakan teknik identifikasi warna atau lambang.

- Fasa 1 à L1/R à merah à U/X


- Fasa 2 à L2/S à kuning à V/Y
- Fasa 3 à L3/T à hitam à W/Z
- Netral à N à biru
- Pembumian à PE à Loreng setrip hijau kuning
- Kutub positif à L+
- Kutub negative à L-
- Kawat tengah à m
J. Aplikasi Penghantar Pada Distribusi Listrik
Klasifikasi Saluran Transmisi Berdasarkan Tegangan

Sumber:(http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/11/klasifikasi-saluran
transmisi.html)

Selama ini ada pemahaman bahwa yang dimaksud transmisi adalah proses
penyaluran energi listrik dengan menggunakan tegangan tinggi saja. Bahkan ada
yang memahami bahwa transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dengan
menggunakan tegangan tinggi dan melalui saluran udara (over head line). Namun
sebenarnya, transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dari satu tempat ke
tempat lainnya, yang besaran tegangannya adalah Tegangan Ultra Tinggi (UHV),
Tegangan Ekstra Tinggi (EHV), Tegangan Tinggi (HV), Tegangan Menengah
(MHV), dan Tegangan Rendah (LV).

Sedangkan Transmisi Tegangan Tinggi, adalah:

1. Berfungsi menyalurkan energi listrik dari satu gardu induk ke gardu induk
lainnya.
32

2. Terdiri dari konduktor yang direntangkan antara tiang-tiang (tower)


melalui isolator-isolator, dengan sistem tegangan tinggi.
3. Standar tegangan tinggi yang berlaku di Indonesia adalah : 30 KV, 70 KV
dan 150 KV.
Beberapa hal yang perlu diketahui:

1. Transmisi 30 KV dan 70 KV yang ada di Indonesia, secara berangsur-


angsur mulai ditiadakan (tidak digunakan).
2. Transmisi 70 KV dan 150 KV ada di Pulau Jawa dan Pulau lainnya di
Indonesia. Sedangkan transmisi 275 KV dikembangkan di Sumatera.
3. Transmisi 500 KV ada di Pulau Jawa.
Di Indonesia, kosntruksi transmisi terdiri dari :

1. Menggunakan kabel udara dan kabel tanah, untuk tegangan rendah,


tegangan menengah dan tegangan tinggi.
2. Menggunakan kabel udara untuktegangan tingg dan tegangan ekstra
tinggi.
Berikut ini disampaikan pembahasan tentang transmisi ditinjau dari klasifikasi
tegangannya:

1. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (Sutet) 200 Kv - 500 Kv


Pada umumnya digunakan pada pembangkitan dengan kapasitas di atas
500 MW. Tujuannya adalah agar drop tegangan dan penampang kawat dapat
direduksi secara maksimal, sehingga diperoleh operasional yang efektif dan
efisien. Permasalahan mendasar pembangunan SUTET adalah: konstruksi tiang
(tower) yang besar dan tinggi, memerlukan tapak tanah yang luas, memerlukan
isolator yang banyak, sehingga pembangunannya membutuhkan biaya yang besar.

Pembangunan transmisi ini cukup efektif untuk jarak 100 km sampai dengan 500
km.

2. Saluran Udara Tegangan Tinggi (Sutt) 30 Kv – 150 Kv


Tegangan operasi antara 30 KV sampai dengan 150 KV. Konfigurasi
jaringan pada umumnya single atau double sirkuit, dimana 1 sirkuit terdiri dari 3
33

phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan penghantar netralnya
digantikan oleh tanah sebagai saluran kembali. Apabila kapasitas daya yang
disalurkan besar, maka penghantar pada masing-masing phasa terdiri dari dua atau
empat kawat (Double atau Qudrapole) dan Berkas konduktor disebut Bundle
Conductor.

Jika transmisi ini beroperasi secara parsial, jarak terjauh yang paling
efektif adalah 100 km. Jika jarak transmisi lebih dari 100 km maka tegangan jatuh
(drop voltage) terlalu besar, sehingga tegangan diujung transmisi menjadi rendah.
Untuk mengatasi hal tersebut maka sistem transmisi dihubungkan secara ring
system atau interconnection system. Ini sudah diterapkan di Pulau Jawa dan akan
dikembangkan di Pulau-pulau besar lainnya di Indonesia.

3. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (Sktt) 30 Kv – 150 Kv


SKTT (Saluran Kabel Tegangan Tinggi) dipasang di kota-kota besar di
Indonesia (khususnya di Pulau Jawa), dengan beberapa pertimbangan :

a. Di tengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena


sangat sulit mendapatkan tanah untuk tapak tower.
b. Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit dan pasti timbul protes dari
masyarakat, karena padat bangunan dan banyak gedung-gedung tinggi.
c. Pertimbangan keamanan dan estetika.
d. Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi.
Jenis kabel yang digunakan:

a. Kabel yang berisolasi (berbahan) Poly Etheline atau kabel jenis Cross
Link Poly Etheline (XLPE).
b. Kabel yang isolasinya berbahan kertas yang diperkuat dengan minyak
(oil paper impregnated).
Inti (core) kabel dan pertimbangan pemilihan:

a. Single core dengan penampang 240 mm2 – 300 mm2 tiap core.
b. Three core dengan penampang 240 mm2 – 800 mm2 tiap core.
c. Pertimbangan fabrikasi.
34

d. Pertimbangan pemasangan di lapangan.


Panjang SKTT pada tiap haspel (cable drum), maksimum 300 meter. Untuk
desain dan pesanan khusus, misalnya untuk kabel laut, bisa dibuat tanpa
sambungan sesuai kebutuhan. Pada saat ini di Indonesia telah terpasang SKTT
bawah laut (Sub Marine Cable) dengan tegangan operasi 150 KV, yaitu:

a. Sub marine cable 150 KV Gresik – Tajungan (Jawa – Madura).


b. Sub marine cable 150 KV Ketapang – Gilimanuk (Jawa – Bali).

4. Saluran Udara Tegangan Menengah (Sutm) 6 Kv – 30 Kv


Di Indonesia, pada umumnya tegangan operasi SUTM adalah 6 KV dan 20
KV. Namun secara berangsur-angsur tegangan operasi 6 KV dihilangkan dan saat
ini hampir semuanya menggunakan tegangan operasi 20 KV. Transmisi SUTM
digunakan pada jaringan tingkat tiga, yaitu jaringan distribusi yang
menghubungkan dari Gardu Induk, Penyulang (Feeder), SUTM, Gardu Distribusi,
sampai dengan ke Instalasi Pemanfaatan (Pelanggan/ Konsumen).

Berdasarkan sistem pentanahan titik netral trafo, efektifitas penyalurannya


hanya pada jarak (panjang) antara 15 km sampai dengan 20 km. Jika transmisi
lebih dari jarak tersebut, efektifitasnya menurun, karena relay pengaman tidak
bisa bekerja secara selektif.

Dengan mempertimbangkan berbagai kondisi yang ada (kemampuan


likuiditas atau keuangan, kondisi geografis dan lain-lain) transmisi SUTM di
Indonesia melebihi kondisi ideal di atas.

5. Saluran Kabel Tegangan Menengah (Sktm) 6 Kv – 20 Kv


Ditinjau dari segi fungsi , transmisi SKTM memiliki fungsi yang sama
dengan transmisi SUTM. Perbedaan mendasar adalah, SKTM ditanam di dalam
tanah.

Beberapa pertimbangan pembangunan transmisi SKTM adalah:

a. Kondisi setempat yang tidak memungkinkan dibangun SUTM.


35

b. Kesulitan mendapatkan ruang bebas (ROW), karena berada di tengah


kota dan pemukiman padat.
c. Pertimbangan segi estetika.
Beberapa hal yang perlu diketahui:

a. Pembangunan transmisi SKTM lebih mahal dan lebih rumit, karena


harga kabel yang jauh lebih mahal dibanding penghantar udara dan
dalam pelaksanaan pembangunan harus melibatkan serta berkoordinasi
dengan banyak pihak.
b. Pada saat pelaksanaan pembangunan transmisi SKTM sering
menimbulkan masalah, khususnya terjadinya kemacetan lalu lintas.
c. Jika terjadi gangguan, penanganan (perbaikan) transmisi SKTM relatif
sulit dan memerlukan waktu yang lebih lama jika dibandingkan
SUTM.
d. Hampir seluruh (sebagian besar) transmisi SKTM telah terpasang di
wilayah PT. PLN (Persero) Distribusi DKI Jakarta & Tangerang.
6. Saluran Udara Tegangan Rendah (Sutr) 40 Volt – 1000 Volt
Transmisi SUTR adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan
distribusi di bawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik
tegangan rendah ke konsumen. Di Indonesia, tegangan operasi transmisi SUTR
saat ini adalah 220/ 380 Volt.

Radius operasi jaringan distribusi tegangan rendah dibatasi oleh:

a. Susut tegangan yang disyaratkan.


b. Luas penghantar jaringan.
c. Distribusi pelanggan sepanjang jalur jaringan distribusi.
d. Sifat daerah pelayanan (desa, kota, dan lain-lain).
e. Susut tegangan yang diijinkan adalah + 5% dan – 10 %, dengan radius
pelayanan berkisar 350 meter.
Saat ini transmisi SUTR pada umumnya menggunakan penghantar Low
Voltage Twisted Cable (LVTC).
36

7. Saluran Kabel Tegangan Rendah (Sktr) 40 Volt – 1000 Volt

Ditinjau dari segi fungsi, transmisi SKTR memiliki fungsi yang sama
dengan transmisi SUTR. Perbedaan mendasar adalah SKTR di tanam didalam di
dalam tanah. Jika menggunakan SUTR sebenarnya dari segi jarak aman/ ruang
bebas (ROW) tidak ada masalah, karena SUTR menggunakan penghantar
berisolasi.

Penggunaan SKTR karena mempertimbangkan:

a. Sistem transmisi tegangan menengah yang ada, misalnya karena


menggunakan transmisi SKTM.
b. Faktor estetika.
Oleh karenanya transmisi SKTR pada umumnya dipasang di daerah
perkotaan, terutama di tengah-tengah kota yang padat bangunan dan
membutuhkan aspek estetika.
Dibanding transmisi SUTR, transmisi SKTR memiliki beberapa
kelemahan, antaralain:
1) Biaya investasi mahal.
2) Pada saat pembangunan sering menimbulkan masalah.
3) Jika terjadi gangguan, perbaikan lebih sulit dan memerlukan
waktu relatif lama untuk perbaikannya.
BAB III

A. KESIMPULAN
1. Penghantar listrik atau kabel adalah media untuk mengantarkan
arus listrik atau informasi. Bahan dari kabel ini beraneka ragam,
khusus sebagai pengantar arus listrik, umumnya terbuat dari
tembaga dan umumnya dilapisi dengan pelindung. Selain tembaga,
ada juga kabel yang terbuat dari serat optik, yang disebut
dengan fiber optic cable. Dalam penyaluran tenaga listrik, ada
banyak faktor yang mempengaruhi baik atau tidaknya penyaluran
tersebut. Bahan hantaran listrik dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu :
a. Konduktor.
b. Semikonduktor.
c. Isolator

2. Kabel terdiri dari beberapa macam berdasarkan klasifikasinya.


Adapun klasifikasi tersebut adalah :
a. Bahan baku terdiri dari :
1) Tembaga
2) Alumunium
3) Kuningan
b. Konstruksi jenis kabel terdiri dari :
1) Penghantar pejal (solid)
2) Penghantar berlilit (stranded)
3) Penghantar serabut (fleksibel)
4) Penghantar persegi (busbar)
c. Jumlah Penghantar terdiri dari :
1) Penghantar simplex
2) Penghantar duplex
3) Penghantar triplex

37
38

4) Penghantar quadruplex
d. Kegunaa dan fungsi penghantar terdiri dari :
1) Kabel fleksibel
2) Kabel tanah
3) Keadaan darurat
4) Kabel kedap
5) Penghantar aktif
6) Penghantar bumi
7) Penghantar netral (N)
8) Penghantar PEN (nol)
9) Penghantar pembumian
10) Penghantar pilin
11) Penghantar proteksi (PE)

3. Ada beberapa macam kabel yang biasanya dipakai pada instalasi


listrik residensial. Yaitu :
a. Kabel NYA
b. Kabel NYM
c. Kabel NYAF
d. Kabel NYY
e. Kabel NYFGbY
f. Kabel ACSR
g. Kabel AAAC
h. Kabel ACAR
i. Kabel BC (Bar Cable)

4. Untuk nomenklatur kabel dapat dilihat pada tabel nomenklatur


kabel diatas pada bab dua.
5. Spesifikasi kabel telah ditentukan dalam PUIL 2000 sebagaimana
dalam tabel berikut ini :
39

a. Kabel instalasi dalam tabel di atas tidak boleh dipasang


pada atau di dalam tanah, serta tidak boleh pula dipasang
sebagai kabel udara.
b. Nilai tegangan pengenal di dalam tanda kurung adalah nilai
kerja tegangan tertinggi antara fase dan netral yang
diperbolehkan.
c. Untuk kabel berpenghantar tembaga, Nomenklaturnya
dimulai dengan huruf N…

6. Rugi tegangan dalam penerangan yang hanya diperbolehkan adalah


sebesar 5 persen dari arus nominal. Namun jiga pada instalasi
industry seperti motor, rugi tegangannya maksimal sebesar 10
persen.

7. Kemampuan Hantar Arus dipengaruhi oleh suhu penghantar yang


di izinkan dan kondisi sekitar sejauh panas yang dipindahkan.
Berarti kemampuan hantar arus untuk masing-masing penghantar
berbeda ukuran dan spesifikasinya. KHA (Kekuatan Hantar Arus),
dengan melihat pada jenis isolasi dan cara pemasangannya; susut
tegangan maksimum sesuai impedansi kabel dan karakteristik
beban; kinerja pada hubungan pendek dari arus gangguan yang
mungkin terjadi dan karakteristik gawai proteksi; kekuatan
mekanik dan pertimbangan fisik lainnya.

8. Menurut PUIL 2000 pasal 7.11.1.1 “Penyambungan antar


penghantar harus dilakukan dengan baik dan kuat dengan cara
sebagai berikut:
i. Penyambungan selongsong dengan sekrup.
ii. Penyambungan selongsong tanpa sekrup.
iii. Penyambungan selongsong dipres.
iv. Penyambungan solder (sambungan mati).
40

v. Penyambungan dengan lilitan kawat.


vi. Penyambungan las atau las perak (sambungan mati).
vii. Penyambungan puntiran kawat padat dengan memuntir dan
memakai las dop.

Menurut PUIL 2000 pasal 7.2 Tentang Identifikasi penghantar dengan


warna dijelaskan bahwa :

7.2.1.1 Peraturan warna selubung penghantar dan warna isolasi inti penghantar
yang tercantum dalam pasal ini berlaku untuk semua instalasi tetap atau
sementara, termasuk instalasi dalam perlengkapan listrik.

Hal tersebut di atas diperlukan untuk mendapatkan kesatuan pengertian


mengenai penggunaan sesuatu warna atau warna loreng yang digunakan untuk
mengenal penghantar, guna keseragaman dan mempertinggi keamanan.

7.2.2.1 Warna loreng hijau-kuning hanya boleh digunakan untuk menandai


penghantar pembumian, penghantar pengaman, dan penghantar yang
menghubungkan ikatan penyama potensial ke bumi.

7.2.3.1 Warna biru digunakan untuk menandai penghantar netral atau kawat
tengah, pada instalasi listrik dengan penghantar netral. Untuk menghindarkan
kesalahan, warna biru tersebut tidak boleh digunakan untuk menandai
penghantar lainnya. Warna biru hanya dapat digunakan untuk maksud lain,
jika pada instalasi listrik tersebut tidak terdapat penghantar netral atau kawat
tengah. Warna biru tidak boleh digunakan untuk menandai penghantar
pembumian.

7.2.4.1 Untuk pengawatan di dalam perlengkapan listrik disarankan agar hanya


digunakan satu warna, khususnya warna hitam, selama tidak bertentangan
dengan 7.2.2.1 dan 7.2.3.1. Bila dalam pembuatan dan pemeliharaan
perlengkapan tersebut, dianggap perlu menggunakan lebih dari satu warna,
maka penggunaan warna lain dan warna loreng lain tidak dilarang. Jika
diperlukan satu warna tambahan lagi untuk mengidentifikasi bagian
41

pengawatan secara terpisah, dianjurkan mendahulukan pemakaian warna


coklat.

7.2.6.1 Kabel berselubung berinti tunggal boleh digunakan untuk fase, netral,
kawat tengah, atau penghantar pembumian asalkan isolasi kedua ujung kabel
yang terlihat (bagian yang dikupas selubungnya) dibalut dengan pembalut
berwarna yang dibuat khusus untuk itu, atau dengan cara lain yang memenuhi
Tabel 7.2-1.

Guna mendapatkan kesamaan pengenal menggunakan kabel pada instalasi


digunakan teknik identifikasi warna atau lambang.

- Fasa 1 à L1/R à merah à U/X


- Fasa 2 à L2/S à kuning à V/Y
- Fasa 3 à L3/T à hitam à W/Z
- Netral à N à biru
- Pembumian à PE à Loreng setrip hijau kuning
- Kutub positif à L+
- Kutub negative à L-
- Kawat tengah à m

9. Aplikasi penggunaan kabel terbagi menjadi beberapa macam menurut


kebutuhannya. Diantaranya adalah :
a. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (Sutet) 200 Kv - 500 Kv
b. Saluran Udara Tegangan Tinggi (Sutt) 30 Kv – 150 Kv
c. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (Sktt) 30 Kv – 150 Kv
d. Saluran Udara Tegangan Menengah (Sutm) 6 Kv – 30 Kv
e. Saluran Kabel Tegangan Menengah (Sktm) 6 Kv – 20 Kv
f. Saluran Udara Tegangan Rendah (Sutr) 40 Volt – 1000 Volt
g. Saluran Kabel Tegangan Rendah (Sktr) 40 Volt – 1000 Volt
DAFTAR PUSTAKA

APEI. 2004. Materi Kursus / Pembekalan Uji Keahlian Bidang Teknik Tenaga
Listrik Kualifikasi : Ahli Muda. Jakarta : PUK2P.

Diakses dari http://dekop.wordpress.com/2010/09/22/persyaratan-umum-instalasi-


listrik/ pada tanggal 4 Maret 2011 pukul 23.00

Diakses dari http://ecaknyo.blogspot.com/2009/08/kemampuan-hantar-arus-


kha.html pada tanggal 4 Maret 2011 pukul 23.00

Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Kabel_listrik pada tanggal 4 Maret 2011


pukul 23.00

Diakses dari http://kamuslistrik.blogspot.com/2010/02/jenis-kabel-dan-


nomenklatur-kabel.html pada tanggal 4 Maret 2011 pukul 23.00

Diakses dari http://technoku.blogspot.com/2009/01/jenis-jenis-kabel.html pada


tanggal 4 Maret 2011 pukul 23.00

Diakses dari http://www.gtkabel.co.id/ pada tanggal 4 Maret 2011 pukul 23.00

Diakses dari http://www.total.or.id/info.php?kk=kabel pada tanggal 4 Maret 2011


pukul 23.00

John B Robertson (1985). Ketrampilan Teknik Listrik Praktis. Bandung: Penerbit


Yrama Widya.

Panitia PUIL. 2000. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000).
Jakarta : Yayasan PUIL.

Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) Tahun 2000, Jakarta – LIPI

Setiawan dan Van Harten (1985). Instalasi Listrik Arus Kuat I. Bandung: Penerbit
Bina Aksara.

Syam Hardy (1985). Listrik Elektronika Rumah Tangga. Bandung: Penerbit Bina
Aksara.
Tim redaksi KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA. 1997. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Anda mungkin juga menyukai