santai.
TUMIYAH:
TUMIYAH:
Hari ini tak ada kopi Pak Tua! Sebaiknya kau
Pak tua, apa kau pikir akan makan dengan
simpan saja impianmu itu!
berada di rumah terus, heh? Ke pasar kek,
kemana saja. Aku sudah tidak punya minyak
JOHARI:
tanah pak tua!
Alah! Kau tahu apa tentang merah delima?
JOHARI:
(Johari melanjutkan pekerjaannya dan Tumiyah
Kau ikhlaskan saja 3000 perak itu, untuk beli
menghilang menuju dapur)
minyak tanah ngutang dulu di warung si Leman,
aku sedang nunggu si Kontan untuk urusan
III penting.
Ketika Johari asyik dengan pekerjaannya, Ujang
anaknya—yang masih berusia 10 tahun—
TUMIYAH:
datang, pakaiannya basah kuyup. Dengan
Kontan gundul bonyok! Apa sepenting itu
melenggang kangkung, ujang mendekati
Kontan hingga kau harus menunggu? Dengar
bapaknya dan duduk di dipan. Matanya sibuk
pak tua, utang sama si Leman sudah tiga puluh
memperhatikan bapaknya yang sibuk
ribu perak, yang penting sekarang minyak tanah,
menghitung angka-angka.
bukan Kontan
JOHARI:
JOHARI:
He, anak jadah! Kenapa bajumu basah? Heh,
Perempuan goblok, kau tahu apa tentang merah
aaa, aku tahu, kau pasti ngintip janda kembang
delima? Heh, kalau jadi…hem. Kita akan lekas
itu mandi ya? Kecil-kecil sudah kurang ajar! Ayo
kaya! Aku akan bangun rumah dengan lampu
pergi sana! Ganti bajumu! Mengganggu
yang lebih besar dari yang ada di Griya Arta
konsentrasiku saja!
sana. Biar mereka nyahok! Kemudian, aku
akan…
(Dengan cuek Ujang beranjak menuju dapur,
Johari masih melototkan matanya pada Ujang.
TUMIYAH:
Setelah Ujang menghilang, Johari kembali
Alah sudah! Dasar pembual!
dengan pekerjaannya. Tapi, itupun hanya
sebentar, karena tak lama setelah itu, Ujang
(Tumiyah memotong ucapan suaminya,
berlari keluar dari dapur diiringi terikan istrinya
bertengkar dengan lelaki ini, tak akan
yang memekakkan telinga.)
menghasilkan apa-apa. Otaknya sudah budek.
Lalu menyapu gubuknya yang seperti kapal
TUMIYAH:
pecah. Tengah asyik menyapu, ia teringat
Anak sialan! Hei, mau kemana kau? Heh,
bahwa hari ini adalah hari rabu. Tumiyah
jangan lari! Kembalikan dulu uangku yang 3000
tersenyum, emosinya sedikit reda. Ia berhenti
perak! Pasti kau yang mencurinya! Hei, jangan
menyapu dan mendekati suaminya yang sedang bungkus dan memakannya sendiri dengan enak.
mabuk membayangkan rumah sehebat Griya Pak Johari jadi iri dan lapar. Pak Johari jadi ingat
Arta) bahwa perutnya belum di isi sejak pagi tadi,
sedang Tumiyah istrinya ngelayap entah
kemana.
TUMIYAH:
Apa kau sudah mendapatkan inpo alam pak
tua? JOHARI:
Tentu kau masih menyimpan uang, belikan ayah
sebungkus lagi, pake tahu
JOHARI:
Heeeeh perempuan, kamu bilang enggak punya
duit! ROS:
Nggak! Nggak mau. Uangku hanya tingga 2000
perak buat beli viva, bedakku habis
TUMIYAH:
(Ros tiba-tiba menjauh, menjaga nasinya agar
Weeaalahh, tololnya, kalau kau menang kan aku
tidak terjangkau oleh ayahnya)
juga yang senang, lagian, apa kau punya duit?
Beli minyak tanah saja tidak becus!
JOHARI:
Heh, bukankah itu uangku? Uang dari si Ujang
JOHARI:
kan?
Ya sudah, aku cuman mancing-mancing kalau
kamu diam-diam masih menyembunyikan uang.
Hem, kelihatannya wangsit kali ini memang ROS:
benar. Coba kau bayangkan, dalam mimpi itu Enak saja, bang Nasrul yang kasih aku lima ribu
aku dikelilingi tiga ekor kalkun. Kalkun Arab.
Setelah dikutak-kutik, ternyata kena pada tujuh
JOHARI:
delapan dengan ekor dua tujuh. Pokoknya untuk
Nasrul? Laki-laki brengsek itu? O ya, kalau
yang satu ini aku harus bisa. Aku akan
begitu tolong kamu pinjamkan sama Nasrul.
mengandalkan si Kontan, setidaknya untuk dua
Nasrul senang kamu? Bagus. Tidak apa-apa
kupon
ROS:
TUMIYAH:
Nggak! Pergi saja sendiri
Terserah, mau Kontan mau setan, aku sudah
tak mau tahu, yang penting sekarang minyak!
(Ros kemudian lari ke belakang, tentu saja
Aku tak mau kelaparan karena Kontan.
Johari marah sambil berteriak)
V
IV Malam telah larut, lampu minyak telah lama
Hingga pukul 12.00 siang, Kontan belum jua dinyalakan. Kecuali Pak Johari yang memang
muncul. Tiba-tiba Ros—anak gadisnya— belum pulang, semua penghuni di rumah itu
muncul, Ros datang dengan membawa nasi telah lama lelap bersama mimpi-mimpi
indahnya. Ya, tak ada yang perlu dikerjakan
selain tidur. Hanya dengan tidurlah keluarga
semacam itu bisa tentram dan sunyi.
1. Johari
Pukul sebelas malam, pak Johari baru pulang. Johari berperan sebagai nseorang suami dari
Tubuhnya sedikit oleng pertanda sedang mabuk Tumiyah dan seorang bapak dari Ros dan Ujang
berat. Mulutnya menceracau-ceracau tak yang hanya sibuk memikirkan dirinya sendiri dan
karuan. Memanggil-manggil Tumiyah Istrinya. mengotak-atik nomor kupon tanpa memikirkan
kebutuhan keluarganya.
JOHARI:
Tum, Tumiyah, aku gagal Tum, hik, aku gagal 2. Tumiyah
mendapatkan kupon itu, padahal nomornya jitu,
hik. Jika saja tidak, mungkin malam ini kita
Tumiyah berperan sebagai seorang istri dari
sudah bercinta di Griya Arta, eh, hik, bercinta? O
Johari dan ibu dari Ros dan Ujang. Tumiyah
ya, malam ini kita bercinta lagi ya Tum, hik,
disini sering marah-marah tidak jelas dan sering
itulah obat bagi segalanya, hik. Tenanglah Tum,
mengucapkan kata-kata yang tidak pantas
besok akan kupikirkan lagi kabar tentang merah
diucapkan oleh seorang ibu pada anaknya.
delima, hik. Tum, hik, Tum..
Walaupun itu karena kesalahan anaknya.
Latar/ Setting
ANALISIS DRAMA
1. Latar tempat
Judul drama : PARA JAHANAM
Suasana
Amanat