Anda di halaman 1dari 8

5.

Sistem penomoran jembatan

5.1 Nomor jembatan

Nomor jembatan pada umumnya terdiri atas 16 (Enam belas) karakter angka/huruf atau
kombinasi angka dan huruf untuk setiap jembatan. Contoh dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Pada ruas-ruas jalan tertentu nomor jembatan mempunyai nomor tambahan (suffix). Nomor
tambahan ini dipakai bilamana ruas jalan yang telah dibagi dalam Sistem Manajemen Jalan
Antarkota atau Interurban Road Management System (IRMS), sehingga jumlah lalu-Iintas
dapat dihitung dengan lebih teliti untuk setiap bagian atau sub link.

Tabel 1 – Nomor jembatan

No.Jembatan
(Baru)

A B C D E F G

Nomor jembatan menunjukkan urutan posisi jembatan sepanjang ruas jalan.

A - Empat angka pertama menunjukkan kabupaten/kota (sesuai dengan penomoran dari


Badan Pusat Statistik).

B - Satu angka menunjukkan status jalan, seperti pada Tabel 5.2 berikut ini

Tabel 2 – Kode status ruas jalan

Kode Status Ruas Jalan


1 Nasional
2 Provinsi
3 Kabupaten/Kota
4 Desa
5 Khusus (transmigrasi, perkebunan, TNI,
6 BebasIrigasi)
Hambatan
0 Non Status

C - Tiga angka yang menunjukkan nomor ruas jalan (disesuaikan dengan nomor ruas jalan
pada sistem jaringan jalan).

D - Tiga angka yang menunjukkan nomor ruas tambahan (biasanya digunakan di daerah
perkotaan).

E - Tiga angka yang menunjukkan nomor urut jembatan (disesuaikan dengan urutan
jembatan pada ruas jalan tersebut mulai dari km (kilometer) kecil hingga km (kilometer)
besar).

F - Satu angka yang menunjukkan nomor tambahan jembatan.

G - Satu huruf yang menunjukkan nomor tambahan jembatan ganda/duplikasi.

12 dari 235
5.1.1 Nomor tambahan ruas jalan

Laporan pemeriksaan harus menggunakan nomor tambahan ruas jalan yang sesuai dengan
ketentuan. Nomor tambahan ruas jalan sudah disediakan pada penomoran jembatan dalam
database.

Setiap bagian ruas jalan mempunyai titik awal dan titik akhir kilometer. Km (kilometer) lokasi
jembatan harus dicatat dengan betul sesuai dengan nomor tambahan ruas jalan.

Bagian ruas jalan dalam daerah perkotaan memiliki dua karakter sebagai nomor tambahan
ruas jalan misalnya K1, K2 dan seterusnya. Ada kalanya ruas jalan di dalam IRMS (
Integrated Road Management System) tidak terletak pada ruas jalan tersebut. Ruas jalan
tersebut mungkin berupa jalan pintas atau jalan cabang dari ruas jalan utama, seperti terlihat
pada Gambar 2.

Gambar 2 - Penggunaan nomor tambahan ruas jalan

5.1.2 Jembatan tambahan/jembatan yang belum tercatat sebelumnya


Jembatan tambahan yang belum tercatat diberi nomor tambahan sesuai dengan ketentuan
dalam 5.1 sebagai berikut :
 Nomor tambahan ini merupakan perbandingan jarak antara jembatan tambahan dan
sebelumnya dengan jarak jembatan sebelum dan sesudahnya yang telah tercatat.
 Nomor tambahan memiliki nilai nomor bulat antara 1 sampai 9 untuk jembatan yang
berurutan. Jembatan-jembatan di atas sungai satu, sungai dua, jalan kereta api dan
jalan besar seperti yang terlihat pada Gambar 3 telah tercatat dalam data base. Oleh
karena itu, jembatan tersebut telah memiliki nomor yang berurut (dari 001 sampai
004).
 Jembatan sungai tambahan (seperti tertera pada Gambar 3) berada diantara Sungai
dua dan kereta api belum tercatat dalam data base, sehingga jembatan sungai
tambahan diberi nomor tambahan 4. Karena jarak antara sungai tambahan dengan
sungai dua adalah empat per sepuluh dari jarak antara sungai dua dan jembatan
jalan kereta api.
13 dari 235
Kab/Kota

an

Kereta api
i
no.1101

Sunga
akhir ruas

tambah
i satu
012

i dua
Sunga

Sunga
awal ruas

Jalan besar
012 an
Jal

Lintasan
Jalan

4 Km
10 Km

Gambar 3 - Penomoran jembatan

Sistem penomoran untuk kelima jembatan pada ruas jalan nasional nomor 012 dalam contoh
ini dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3 - Penggunaan nomor tambahan untuk penomoran jembatan tambahan

No. Kab/Kota Status No Ruas No Ruas No. No


Jalan Jalan Tambahan Urut Ruas Jbt
Jbt Tmbhan Ganda

Sungai Satu 1 1 0 1 1 0 1 2 0 0 1

Sungai Dua 1 1 0 1 1 0 1 2 0 0 2

Sungai Tambahan 1 1 0 1 1 0 1 2 0 0 2 4

Kereta Api 1 1 0 1 1 0 1 2 0 0 3

Jalan Besar 1 1 0 1 1 0 1 2 0 0 4

5.1.3 Jembatan ganda

Bila suatu jalan digandakan, sehingga badan jalan menjadi ganda, maka dibangun jembatan
yang terpisah pada setiap badan jalan di atas sungai atau jalur kereta api. Sebagai contoh
dapat dilihat pada Gambar 4.

Jembatan yang digandakan diberi tanda dengan suatu akhiran berupa huruf abjad secara
berurutan.

14 dari 235
Akhiran A - digunakan untuk jembatan di jalur paling kiri dari km (kilometer) kecil
lokasi jembatan

Akhiran B - digunakan untuk jembatan di jalur sebelah kanan

Kab/Kota 1101

KA Jbt 1101.1.016.002.A
san
Linta

Ruas Asal 16 Jbt 1101.1.016.003

Ruas 16
1101.1.016.001

Jbt 1101.1.016.002.B

Gambar 4 - Penggunaan nomor tambahan huruf untuk penomoran jembatan yang


digandakan

5.1.4 Lintasan atas

Jembatan jalan raya yang melintas di atas jalur kereta api dicatat seperti biasa. Jembatan
jalan raya yang melintas di atas jalan dicatat pada ruas jalan yang berada di atas jalan.

Jembatan kereta api yang melintas di atas jalan biasanya merupakan tanggung jawab PT.
Kereta Api Indonesia (Persero), dan tidak dicatat ke dalam database. Bila terdapat keraguan
mengenai tanggung jawab akan suatu jembatan termasuk lintas atas kereta api, pemeriksa
jembatan harus berkonsultasi dengan penanggung jawab Sistem Informasi Manajemen
Jembatan (SIMJ)

5.2 Lokasi jembatan

Kota asal merupakan jarak dari lokasi jembatan pada suatu ruas jalan. Setiap kota asal
mempunyai kode huruf berjumlah tiga, misalnya JKT untuk Jakarta dan BDG untuk
Bandung dengan satuan ukuran kilometer.

Pada setiap awal pemeriksaan dimulai dari km (kilometer) kecil, yaitu jarak terdekat lokasi
jembatan dari kota asal. Jembatan diperiksa secara berurutan sepanjang ruas jalan tersebut
untuk menghindari pencatatan ganda. Angka odometer pada km (kilometer) kecil dari kota
asal dicatat untuk menentukan lokasi jembatan.

Bila jembatan akan ditambahkan pada database, maka jarak dari kota asal dapat dihitung
dengan acuan dari jembatan atau patok kilometer yang sudah ada.

Selain dengan odometer, lokasi jembatan juga ditentukan dengan menggunakan sistem
koordinat yang biasa digunakan pada alat Global Positioning System (GPS) Receiver.

Koordinat Lintang dan Bujur lokasi jembatan biasanya ditandai (marking) dalam format XXX0
XX,X’ XX,X’’. Jembatan yang mempunyai panjang total kurang dari atau sama dengan 20

15 dari 235
meter, maka koordinatnya ditandai pada posisi tengah bentang. Sedangkan jembatan yang
mempunyai panjang total lebih dari 20 meter, maka koordinatnya ditandai pada posisi
masing-masing ujung kepala jembatan.

Tiang KM

KM (KILO METER)
KECIL KM (KILO METER)
BESAR

Gambar 5 - Lokasi jembatan

5.3 Penomoran komponen dan elemen jembatan

Untuk mencatat kondisi komponen utama dari suatu jembatan atau mencatat lokasi setiap
elemen atau sekelompok elemen yang cacat, mutlak diperlukan suatu sistem penomoran
pada komponen dan elemen jembatan.

5.3.1 Penomoran Komponen Utama

Komponen utama digunakan untuk menentukan lokasi komponen dan elemen yang cacat.
Sebagai contoh kepala jembatan, pilar, dan bentang jembatan diberi kode huruf-angka
misalnya, A1 untuk kepala jembatan 1, P1 untuk pilar 1, dan B2 untuk bentang 2.

Komponen-komponen utama diberi nomor secara berurutan dimulai dari komponen yang
terdekat km (kilo meter) kecil, seperti dapat dilihat pada Gambar 6.

KE KM KECIL
KE KM BESAR
B1 B2 B3

A1 P1 P2 A2

Gambar 6 - Penomoran komponen utama


16 dari 235
5.3.2 Lokasi komponen dan elemen
Pencatatan lokasi komponen dan elemen digunakan hanya untuk menandai komponen dan
elemen yang rusak sesuai dengan ketentuan.

Secara individual komponen atau elemen gelagar, kolom, dan bagian dari sistem rangka
seperti batang tepi atas, batang tepi bawah dan batang diagonal diberi nomor secara
memanjang, melintang, dan vertikal.

Elemen ini diberi nomor lokasi sesuai dengan sumbu X, Y, dan Z seperti yang terlihat pada
Gambar 7.

Gambar 7 - Penomoran lokasi komponen dan elemen

Contoh pencatatan lokasi komponen dalam arah memanjang seperti terlihat pada Gambar 8
diberi nomor secara urut, dimulai dari komponen yang terdekat dengan kepala jembatan 1
(A1)

Gambar 8 - Penomoran lokasi komponen - arah memanjang


17 dari 235
Komponen dalam arah melintang diberi nomor dari kiri ke kanan seperti terlihat pada
Gambar 9.

Gelagar ke-1 B2
T.Pancang ke-1 A1
Kolom ke-1 P2
T.Pancang ke-2 A1
T.Pancang ke-3 A1
Kolom ke-2 P2
T.Pancang ke-4 A1
A1 P1 Gelagar ke-4 B2 P2 A2
KE KM KECIL KE KM BESAR

Gambar 9 - Penomoran komponen - arah melintang

Penomoran komponen atau elemen dalam arah vertikal hanya berlaku pada bagian-bagian
dari suatu komponen atau elemen secara individual, misalnya dalam suatu struktur rangka
seperti terlihat pada Gambar 10.

Hubungan B3.X5.Y2.Z2

KE KM KECIL Hubungan B3.X4.Y2.Z3 KE KM BESAR

BENTANG .3

Gambar 10 - Penomoran komponen atau elemen - arah vertikal

5.4 Urutan pemeriksaan

Secara umum pemeriksaan harus diawali dari sebelah kiri kepala jembatan 1 (A1), seperti
terlihat pada Gambar 11.

18 dari 235
Sungai
Awal Akhir
Dari KM.kecil Ke KM. Besar
Oprit Oprit

Sungai
Gambar 11 - Urutan pemeriksaan

Urutan pemeriksaan ini berlaku untuk jembatan yang berbentang tunggal atau lebih, bentang
awal dan bentang akhir harus diperiksa sebelum bentang tengah.

19 dari 235

Anda mungkin juga menyukai