Anda di halaman 1dari 30

MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

RINGKASAN PROSEDUR PERHITUNGAN

Kapasitas dan ukuran perilaku lalu-lintas lainnya yaitu Derajat kejenuhan, Tundaan (det/smp) dar
Peluang antrian dihitung untuk kondisi geometrik, lingkungan dan lalu-lintas tertentu sebagai
berikut. lihat Gambar 2.4:1.

LANGKAH A: DATA MASUKAN


A-1: Kondisi geometrik
A-2: Kondisi lalu-lintas
A-3: Kondisi lingkungan

LANGKAH B: KAPASITAS
B-1: Lebar pendekat dan tipe simpang
B-2: Kapasitas dasar
PERUBAHAN B-3: Faktor penyesuaian lebar pendekat
B-4: Faktor penyesuaian median jalan utama
B-5: Faktor penyesuaian ukuran kota
B-6: Faktor penyesuaian tipe lingkugan, hambatan
samping dan kend. tak bermotor
B-7: Faktor penyesuaian belok kiri
B-8: Faktor penyesuaian belok kanan
B-9: Faktor penyesuaian rasio arus jalan minor
B-10: Kapasitas

LANGKAH C: PERILAKU LALU-LINTAS


C-1: Derajat kejenuhan
C-2: Tundaan
C-3: Peluang antrian
C-4: Penilaian perilaku lalu-lintas
YA

Keperluan penyesuaian anggapan mengenai rencana dsb.

TIDAK
Akhir analisa

Gambar 2.4:1 Bagan alir analisa simpang tak bersinyal

Pencatatan data masukan yang berkaitan dengan geometri dan arus lalu-lintas paling baik dilakukan
dengan bantuan Formulir USIG-I (Lampiran 3:1). Gambar geometri simpang dibuat pada bagian
kotak termasuk seluruh ukuran yang perlu seperti lebar pendekat dan sebagainya. Gambar yang
mencatat seluruh gerakan lalu-lintas dan arus juga dibuat pada kotak di sebelahnya.

3-1
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

Bagian bawah dari Formulir USIG-I dapat gunakan oleh pemakai untuk menghitung
parameter arus lalu-lintas yang diperlukan untuk analisa yang ditunjukkan dengan bantuan Formulir
USIG-11. Pada formulir ini hasil dari berbagai langkah perhitungan yang berbeda dicatat. Setiap
kolom mempunyai nomor dan pengenal, yang digunakan sebagai penjelasan bagaimana
memasukkan data ke dalam formulir.

Formulir berikut digunakan untuk perhitungan:

USIG-I Geometri, Arus lalu-lintas

USIG-II Analisa:
- Lebar pendekat dan tipe simpang
- Kapasitas
- Perilaku lalu-lintas

Formulir-formulir terdapat pada lampiran 3:1 di bagian akhir bab ini.

3-2
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

2. PROSEDUR PERHITUNGAN
LANGKAH A: DATA MASUKAN
LANGKAH A -1: KONDISI GEOMETRIK
Sketsa ringkasan

Sketsa pola geometrik digambarkan pada Formulir USIG-I, lihat contoh di bawah pada Gambar A-
1:1. Nama jalan minor dan utama dan nama kota dicatat pada bagian atas sketsa sebagaimana
juga nama pilihan dari alternatif rencana. Untuk orientasi sketsa sebaiknya juga memuat panah
penunjuk arah.

Jalan utama adalah jalan yang dipertimbangkan terpenting pada simpang, misalnya jalan dengan
klasifikasi fungsionil tertinggi. Untuk simpang 3-lengan, jalan yang menerus selalu jalan utama.
Pendekat jalan minor sebaiknya diberi notasi A dan C, pendekat jalan utama diberi notasi B dan D.
Pemberian notasi dibuat searah jarum jam.

Sketsa sebaiknya memberikan gambaran yang baik dari suatu simpang mengenai informasi tentang
kereb, lebar jalur, bahu dan median. Jika median cukup lebar sehingga memungkinkan melintasi
simpang dalam dua tahap dengan berhenti di tengah (biasanya • 3 m), kotak di bagian bawah sketsa
dicatat sebagai "Lebar", jika tidak dicatat "Sempit" atau "Tidak ada" (jika tidak ada).

Informasi dalam sketsa digunakan pada Formulir USIG-II sebagai data masukan untuk analisa
kapasitas.

Gambar A-1:1 Contoh sketsa data masukan geometrik

3-3
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

LANGKAH A-2: KONDISI LALU-LINTAS


DATA MASUKAN

Situasi lalu-lintas untuk tahun yang dianalisa ditentukan menurut Arus Jam Rencana, atau Lalu-
lintas Harian Rata-rata Tahunan (LHRT) dengan faktor-k yang sesuai untuk konversi dari LHRT
menjadi arus per jam (umum untuk perancangan). Nama pilihan alternatif lalu-lintas dapat
dimasukkan.

Data masukan untuk kondisi lalu-lintas terdiri dari empat bagian, yang dimasukkan ke dalam Formulir
USIG-I sebagaimana diuraikan di bawah:

1) Periode dan soal (alternatif), dimasukkan pada sudut kanan atas Formulir USIG-I.

2) Sketsa arus lalu-lintas menggambarkan berbagai gerakan dan arus lalu-lintas. Arus
sebaiknya diberikan dalam kend/jam. Jika arus diberikan dalam LHRT faktor-k
untuk konversi menjadi arus per jam harus juga dicatat dalam formulir pada Baris 1,
Kolom 12.

3) Komposisi lalu-lintas (%) dicatat pada Baris 1.

4) Arus kendaraan tak-bermotor dicatat pada Kolom 12.

Sketsa arus lalu-lintas memberikan informasi lalu-lintas lebih rinci dari yang diperlukan untuk analisa
simpang tak bersinyal. Jika alternatif pemasangan sinyal pada simpang juga akan diuji, informasi ini
akan diperlukan. Sketsa sebaiknya menunjukan gerakan lalu-lintas bermotor dan tak bermotor
(kend/jam) pada pendekat ALT, AST, ART dan seterusnya. Satuan arus, kend/jam atau LHRT, diberi
tanda dalam formulir, seperti contoh gambar A-2:1 di bawah.

Gambar A-2 : 1 Contoh sketsa arus lalu-lintas

3-4
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

PROSEDUR PERHITUNGAN ARUS LALU-LINTAS DALAM SATUAN MOBIL


PENUMPANG (SMP)

a) Data arus lalu-lintas klasifikasi per jam tersedia untuk masing-masing gerakan

- Jika data arus lalu-lintas klasifikasi tersedia untuk masing-masing gerakan, data tersebut
dapat dimasukkan pada Kolom 3, 5, 7 dalam satuan kend/jam. Arus total kend/jam
untuk masing-masing gerakan lalu-lintas dimasukkan pada Kolom 9. Jika data arus
kendaraan tak bermotor tersedia, angkanya dimasukkan ke dalam Kolom 12.

- Konversi ke dalam smp/jam dilakukan dengan mengalikan emp yang tercatat pada
formulir (LV:1,0; HV:1,3; MC:0,5) dan catat hasilnya pada Kolom 4, 6 dan 8. Arus total
dalam smp/jam untuk masing-masing gerakan lalu-lintas dimasukkan pada Kolom 10.

b) Data arus lalu-lintas per jam (bukan klasifikasi) tersedia untuk masing-masing gerakan, beserta
informasi tentang komposisi lalu-lintas keseluruhan dalam %U

- Masukkan arus lalu-lintas untuk masing-masing gerakan dalam kend/jam pada Kolom 9.

- Hitung faktor smp FSMP dari emp yang diberikan dan data komposisi arus lalu-lintas kendaraan bermotor
dan masukkan hasilnya pada Baris 1, Kolom 10:

Fsmp = (empLV × LV% + empHV × HV% + empMc × MC%) / 100

- Hitung arus total dalam smp/jam untuk masing-masing gerakan dengan mengalikan arus dalam kend/jam
(Kolom 9) dengan Fsmp, dan masukkan hasilnya pada Kolom 10.

c) Data arus lalu-lintas hanya tersedia dalam LHRT (Lalu-lintas Harian Rata-rata Tahunan)

- Konversikan nilai arus lalu-lintas yang diberikan dalam LHRT melalui perkalian dengan faktor-k
(tercatat pada Baris 1, Kolom 12) dan masukkan hasilnya pada Kolom 9.

QDH = k × LHRT

- Konversikan arus lalu-lintas dari kend/jam menjadi smp/jam melalui perkalian dengan faktor-smp
(Fsmp) sebagaimana diuraikan di atas dan masukkan hasilnya pada Kolom 10.

3-5
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

NILAI NORMAL VARIABEL UMUM LALU-LINTAS

Data lalu-lintas sering tidak ada atau kualitasnya kurang baik. Nilai normal yang diberikan pada Tabel
A-2:1, 2 dan 3 di bawah dapat digunakan untuk keperluan perancangan sampai data yang lebih baik
tersedia.

Lingkungan jalan Faktor-k - Ukuran kota

> 1 juta d 1 juta


Jalan di daerah komersial dan jalan arteri 0,07-0,08 0,08-0,10
Jalan di daerah permukiman 0 , 08-0, 09 0,09-0,12
Tabel A-2:1 Nilai normal faktor-k

Komposisi lalu-lintas kendaraan bermotor % Rasio kendaraan


Ukuran kota
tak bermotor
Juta penduduk Kend. ringan Kend. berat Sepeda motor (UM/MV)
LV HV MC
>3J 60 4,5 35,5 0,01
1-3J 55,5 3,5 41 0,05
0,5 - 1 J 40 3,0 57 0,14
0,1 - 0,5 J 63 2,5 34,5 0,05
< 0,1 J 63 2,5 34,5 0,05

Tabel A-2:2 Nilai normal komposisi lalu-lintas (perhatikan bahwa kendaraan tak bermotor tidak
termasuk dalam arus lalu-lintas)

Faktor Normal
Rasio arus jalan minor PMI 0,25
Rasio belok-kiri PLT 0,15
Rasio belok-kanan PRT 0,15
Faktor-smp, Fsmp 0,85
Tabel A-2:3 Nilai normal lalu-lintas umum

3-6
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

PERHITUNGAN RASIO BELOK DAN RASIO ARUS JALAN MINOR

Data lalu-lintas berikut diperlukan untuk perhitungan dan hares diisikan ke dalam bagian lalu-lintas
pada Formulir USIG-1, lihat juga Gambar A-2:2

ALT + BLT +CLT + DLT


PLT
A+ B+C + D
ART + BRT +CRT + DRT
PRT
A+ B+C + D
A+C
PMI
A+ B+C + D
QTOT A+ B+C + D
A,B,C,D menunjukkan arus lalu-lintas dalam
smp/jam

Gambar A-2:2 Variabel arus lalu-lintas


- Hitung arus jalan minor total QMI yaitu jumlah seluruh arus pada pendekat A dan C dalam
smp/jam dan masukkan hasilnya pada Baris 10, Kolom 10.

- Hitung arus jalan utama total QMA yaitu jumlah seluruh arus pada pendekat B dan D dalam
smp/jam dan masukkan hasilnya pada Baris 19, Kolom 10.

- Hitung arus jalan minor + utama total untuk masing-masing gerakan (Belok kiri QLT Lurus
QST dan Belok-kanan QRT) demikian juga QTOT secara keseluruhan dan masukkan hasilnya
pada Baris 20, 21, 22 dan 23, Kolom 10.

- Hitung rasio arus jalan minor PMI yaitu arus jalan minor dibagi dengan arus total, dan
masukkan hasilnya pada Baris 24, Kolom 10.

PMI - QMI / QTOT

- Hitung rasio arus belok-kiri dan kanan total (PLT, PRT) dan masukkan hasilnya pada Baris 20,
Kolom 11 dan Baris 22, Kolom 11.

PLT = QLT/QTOT ; PRT = QRT / QTOT

- Hitung rasio antara arus kendaraan tak bermotor dengan kendaraan bermotor dinyatakan
dalam kend/jam, dan masukkan hasilnya pada Baris 24, Kolom 12.

PUM = QUM / QTOT

3-7
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

LANGKAH A-3: KONDISI LINGKUNGAN


Data lingkungan berikut diperlukan untuk perhitungan dan harus diisikan dalam kotak di bagian kanan
atas Formulir USIG-II ANALISA.

1) Kelas ukuran kota

Masukkan perkiraan jumlah penduduk dari seluruh daerah perkotaan dalam juta, lihat tabel A-3:1.

Ukuran kota Jumlah penduduk (juta)

Sangat kecil < 0,1


Kecil 0,1 -0,5
Sedang 0,5- 1,0
Besar 1 ,0 -3 ,0
Sangat besar > 3,0
Tabel A-3:1 Kelas ukuran kota

2) Tipe lingkungan jalan

Lingkungan jalan diklasifikasikan dalam kelas menurut tata guna tanah dan aksesibilitas jalan tersebut
dari aktivitas sekitarnya. Hal ini ditetapkan secara kualitatif dari pertimbangan teknik lalu-lintas
dengan bantuan Tabel A-3:2 di bawah:

Komersial Tata guna lahan komersial (misalnya pertokoan, rumah makan,


perkantoran) dengan jalan masuk langsung bagi pejalan kaki dan
kendaraan.
Permukiman Tata guna lahan tempat tinggal dengan jalan masuk langsung bagi
pejalan kaki dan kendaraan.
Akses terbatas Tanpa jalan masuk atau jalan masuk langsung terbatas (misalnya
karena adanya penghalang fisik, jalan samping dsb).
Tabel A-3:2 Tipe lingkungan jalan

3) Kelas hambatan samping

Hambatan samping menunjukkan pengaruh aktivitas samping jalan di daerah simpang pada arus
berangkat lalu-lintas, misalnya pejalan kaki berjalan atau menyeberangi jalur, angkutan kota dan bis
berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, kendaraan masuk dan keluar halaman dan
tempat parkir di luar jalur. Hambatan samping ditentukan secara kualitatif dengan pertimbangan
teknik lalu-lintas sebagai Tinggi, Sedang atau Rendah.

3-8
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

LANGKAH B: KAPASITAS
Kapasitas, dihitung dari rumus berikut:

C = CO × FW × FM × FCS × FRSU × FLT × FRT × FMI (smp/jam)


Perhitungan dilakukan dalam beberapa langkah yang ditunjukkan pada bagan alir di bawah, Gambar
B :1.
LANGKAH B-1 Lebar pendekat dan tipe
I
simpang

LANGKAH B-2 Kapasitas dasar (C0)

LANGKAH B-3 Faktor penyesuaian lebar masuk (FW)

I
LANGKAH B-4 Faktor penyesuaian median jalan utama (FM)

LANGKAH B-5 Faktor penyesuaian ukuran kota (FCS)

LANGKAH B-6 Faktor penyesuaian tipe lingkungan


jalan, hambatan samping dan
kendaraan tak bermotor (FRSU)

LANGKAH B-7 Faktor penyesuaian-% belok kiri (FLT)

LANGKAH B-8 Faktor penyesuaian-% belok kanan (FRT)

LANGKAH B-9 Faktor penyesuaian rasio


arus jalan minor (FMI)

LANGKAH B-10 Kapasitas (C)

Gambar B:1 Bagan alir perhitungan kapasitas

Data masukan untuk langkah-langkah perhitungan dicatat dalam Formulir USIG-I dan USIG-II.
Hasil dari setiap langkah dapat dimasukkan ke dalam formulir terakhir. Langkah-langkah yang
berbeda diuraikan secara rinci di bawah.

3-9
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

LANGKAH B-1: LEBAR PENDEKAT DAN TIPE SIMPANG


Parameter geometrik berikut diperlukan untuk analisa kapasitas, dan sebaiknya dicatat pada bagian
atas Formulir USIG-II.

a) Lebar rata-rata pendekat minor dan utama WAC dan WBD dan Lebar rata-rata pendekat WI

- Masukkan lebar pendekat masing-masing WA, WC, WB dan WD pada Kolom 2, 3, 5 dan 6.
Lebar pendekat diukur pada jarak 10 m dari garis imajiner yang menghubungkan tepi
perkerasan dari jalan berpotongan, yang dianggap mewakili lebar pendekat efektif untuk
masing-masing pendekat, lihat Gambar B-1:1.

- Untuk pendekat yang sering digunakan parkir pada jarak kurang dari 20 m dari garis
imajiner yang menghubungkan tepi perkerasan dari jalan berpotongan, lebar pendekat
tersebut harus dikurangi 2 m.

- Hitung lebar rata-rata pendekat pada jalan minor dan jalan utama dan masukkan hasilnya pada
Kolom 4 dan 7 (lihat juga Gambar B-1:2 di bawah).

WAC = (WA + WC)/2 ; WBD = (WB + WD)/2

- Hitung lebar rata-rata pendekat dan masukkan hasilnya pada Kolom 8:

W1 = (WA + WC + WB + WD)/Jumlah lengan simpang

Lebar rata-rata pendekat, WI

WI= (a/2 + b + c/2 + d/2)/4


(Pada lengan B ada median)

Jika A hanya untuk ke luar, maka a=0:

WI = (b + c/2 + d/2)/3

Lebar rata-rata pendekat minor dan utama (lebar masuk)

WAC = (a/2 + c/2)/2 WBD = (b + d/2)/2

Gambar B-1:1 Lebar rata-rata pendekat

3 - 10
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

b) Jumlah lajur

Jumlah lajur yang digunakan untuk keperluan perhitungan ditentukan dari lebar rata-rata
pendekat jalan minor dan jalan utama sebagai berikut. Tentukan jumlah lajur berdasarkan
lebar rata-rata pendekat jalan minor dan jalan utama dari Gambar B-1:2 di bawah, dan
masukkan hasilnya dalam Kolom 9 dan 10.

Lebar rata-rata pendekat minor Jumlah lajur (total


dan utama WAC , WBD untuk kedua arah)
WBBD B= (b+d/2)/2 < 5,5 2
≥ 5,5 4
WBAC B= (a/2+c/2)/2 < 5,5 2
≥ 5,5 4

Gambar B-1:2 Jumlah lajur dan lebar rata-rata pendekat minor dan utama

Pendekat adalah Tempat masuknya kendaraan dalam suatu lengan Persimpangan Jalan.
c) Tipe Simpang

Tipe simpang menentukan jumlah lengan simpang dan jumlah lajur pada jalan utama dan jalan
minor pada simpang tersebut dengan kode tiga angka, lihat Tabel B-1:1. Jumlah lengan
adalah jumlah lengan dengan lalu-lintas masuk atau keluar atau keduanya. Masukkan hasil
kode tipe simpang (IT) ke dalam Kolom 11.

Kode Jumlah lengan Jumlah lajur Jumlah lajur


IT simpang jalan minor jalan utama
322 3 2 2
324 3 2 4
342 3 4 2
422 4 2 2
424 4 2 4

Tabel B-1:1 Kode tipe simpang

Dalam tabel di atas tidak terdapat simpang tak bersinyal yang kedua jalan utama dan jalan
minornya mempunyai empat lajur, yaitu tipe simpang 344 dan 444, karena tipe simpang ini
tidak dijumpai selama survei lapangan. Jika analisa kapasitas harus dikerjakan untuk simpang
seperti ini, simpang tersebut dianggap sebagai 324 dan 424.

3 - 11
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

LANGKAH B-2: KAPASITAS DASAR


Nilai kapasitas dasar diambil dari Tabel B-2:1 dan dimasukkan dalam Kolom 20 pada Formulir USIG-
II. Variabel masukan adalah tipe simpang IT. Lihat juga catatan di atas tentang tipe simpang 344 dan
444.

Tipe simpang IT Kapasitas dasar smp/jam

322 2700
342 2900
324 atau 344 3200
422 2900
424 atau 444 3400

Tabel B-2:1 Kapasitas dasar menurut tipe simpang

LANGKAH C-3: FAKTOR PENYESUAIAN LEBAR PENDEKAT


Penyesuaian lebar pendekat, (Fw), diperoleh dari Gambar B-3:1, dan dimasukkan pada Kolom 21.
Variabel masukan adalah lebar rata-rata semua pendekat W, dan tipe simpang IT. Batas-nilai yang
diberikan dalam gambar adalah rentang dasar empiris dari manual.

Gambar B-3:1 Faktor penyesuaian lebar pendekat (FW)

3 - 12
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

LANGKAH B-4: FAKTOR PENYESUAIAN MEDIAN JALAN UTAMA


Pertimbangan teknik lalu-lintas diperlukan untuk menentukan faktor median. Median disebut lebar
jika kendaraan ringan standar dapat berlindung pada daerah median tanpa mengganggu arus berangkat
pada jalan utama. Hal ini mungkin terjadi jika lebar median 3 m atau lebih. Pada beberapa keadaan,
misalnya jika pendekat jalan utama lebar, hal ini mungkin terjadi jika median lebih sempit. Klasifikasi
median yang berhubungan dengan hal ini dilakukan pada Langkah A-1 dan dimasukkan ke dalam
Formulir USIG-I (di bawah sketsa geometrik).

Faktor penyesuaian median jalan utama diperoleh dengan menggunakan Tabel B-4:1 dan hasilnya
dimasukkan dalam Kolom 22. Penyesuaian hanya digunakan untuk jalan utama dengan 4 lajur.
Variabel masukan adalah tipe median jalan utama.

Uraian Tipe M Faktor penyesuaian


median, (FM)

Tidak ada median jalan utama Tidak ada 1,00

Ada median jalan utama, lebar < 3 m Sempit 1,05

Ada median jalan utama, lebar • 3 m Lebar 1,20

Tabel B-4:1 Faktor penyesuaian median jalan utama (FM)

LANGKAH B-5: FAKTOR PENYESUAIAN UKURAN KOTA


Faktor penyesuaian ukuran kota ditentukan dari Tabel B-5:1 dan hasilnya dimasukkan dalam Kolom
23. Variabel masukan adalah ukuran kota, CS.

Ukuran kota Penduduk Faktor penyesuaian ukuran


CS Juta kota FCS
Sangat kecil < 0,1 0,82
Kecil 0,1 -0,5 0,88
Sedan 0,5- 1,0 0,94
Besar 1,0-3,0 1,00
Sangat besar > 3,0 1,05

Tabel B-5:1 Faktor penyesuaian ukuran kota (FCS)

3 - 13
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

LANGKAH B-6: FAKTOR PENYESUAIAN TIPE LINGKUNGAN JALAN


HAMBATAN SAMPING DAN KENDARAAN TAK BER-
MOTOR
Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan kendaraan tak bermotor, FRSU
dihitung dengan menggunakan Tabel B-6:1 di Bawah, dan hasilnya dicatat pada Kolom 24. Variabel
masukan adalah tipe lingkungan jalan RE, kelas hambatan samping SF dan rasio kendaraan tak
bermotor UM/MV (dari Formulir USIG-I. Baris 24, Kolom 12).
0,083

Kelas tipe ling- Kelas hambatan sam- Rasio kendaraan tak bermotor pUM
kungan jalan RE ping SF
0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 • 0,25

Komersial tinggi 0,93 0,88 0,84 0,79 0,74 0,70

sedang 0,94 0,89 0,85 0,80 0,75 0,70

rendah 0,95 0,90 0,86 0,81 0,76 0,71

Permukiman tinggi 0,96 0,91 0,86 0,82 0,77 0,72

sedang 0,97 0,92 0,87 0,82 0,77 0,73

rendah 0,98 0,93 0 88 0,83 0,78 0,74

Akses terbatas tinggi/sedang/rendah 1,00 0,95 0,90 0,85 0,80 0,75

Tabel B-6:1 Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan kendaraan tak
bermotor (FRSU)

Tabel berdasarkan anggapan bahwa pengaruh kendaraan tak bermotor terhadap kapasitas adalah sama
seperti kendaraan ringan, yaitu empUM =1,0. Persamaan berikut dapat digunakan jika pemakai
mempunyai bukti bahwa empUM # 1,0, yang mungkin merupakan keadaan jika kendaraan tak bermotor
tersebut terutama berupa sepeda.

FRSU(PUM sesungguhnya) = FRSU(PUM= 0) × (1- PUM × empUM)

0,083 − 0,05
𝑰𝒏𝒕𝒆𝒓𝒑𝒐𝒍𝒂𝒔𝒊 0,88 + (0,84 − 0,88) = 𝟎, 𝟖𝟓𝟒
0,10 − 0,05

3 - 14
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

LANGKAH B-7: FAKTOR PENYESUAIAN BELOK-KIRI

Faktor penyesuaian belok-kiri ditentukan dari Gambar B-7:1 di bawah.

Variabel masukan adalah belok-kiri, PLT dari Formulir USIG-I Baris 20, Kolom 11.
Batas-nilai yang diberikan untuk PLT adalah rentang dasar empiris dari manual.

Gambar B-7:1 Faktor penyesuaian belok-kiri (FLT)

3 - 15
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

LANGKAH B-8: FAKTOR PENYESUAIAN BELOK-KANAN

Faktor penyesuaian belok-kanan ditentukan dari Gambar B-8:1 di bawah untuk simpang 3- lengan.

Variabel masukan adalah belok-kanan, PRT dari Formulir USIG-I, Baris 22, Kolom 11.

Batas-nilai yang diberikan untuk PRT pada gambar adalah rentang dasar empiris dari manual. Untuk

simpang 4-lengan FRT = 1,0.

Gambar B-8:1 Faktor penyesuaian belok-kanan (FRT)

3 - 16
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

LANGKAH B-9: FAKTOR PENYESUAIAN RASIO ARUS JALAN MINOR


Faktor penyesuaian rasio arus jalan minor ditentukan dari Gambar B-9:1 di bawah.

Variabel masukan adalah rasio arus jalan minor (PMI, dari Formulir USIG-I Baris 24, Kolom 10) dan
tipe simpang IT (USIG-II Kolom 11). Batas-nilai yang diberikan untuk PMI pada gambar adalah
rentang dasar empiris dari manual.

0,158 IT FMI PMI


422 1,19 × PMI2 - 1,19 × PMI + 1,19 0,1-0,9
424 16,6 × PMI - 33,3 × PMI 3 + 25,3 × PMI 2 - 8,6× PMI + 1,95
4
0,1 -0,3
2 - 1,11 × p + 1,11
444 1,11 × pMI MI 0,3-0,9
322 1,19 × p 2MI- 1,I9 × p +MI
1,19 0,1-0,5
2 + 0,595 × p 3 + 0,74
-0,595 × pMI MI 0,5-0,9
342 p 2 - 1,19 × pMI+ 1,19
1,19 × MI 0,1 -0,5
p 2 -P 2,38 × pMI+ 1,49
2,38 × MI 0,5-0,9
324 16,6 ×
MI
p 2 - 33,3 × MI
p 3 + 25,3 × pMI2 - 8,6 × p +MI1,95 0,1-0,3
344 1,11 × p 2 - 1,11 × p + 1,11 0,3-0,5
MI MI

-0,555 × pMI + 0,555 × pMI + 0,69 0,5-0,9

Gambar B-9:1 Faktor penyesuaian arus jalan minor (FMI)

3 - 17
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

LANGKAH B-l0: KAPASITAS


Kapasitas, dihitung dengan menggunakan rumus berikut, dimana berbagai faktornya telah dihitung
di atas:

C = CO × FW × FM × FCS × FRSU × FLT × FRT × FMI (smp/jam)

Hasilnya dimasukkan pada Kolom 28.

3 - 18
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

LANGKAH C: PERILAKU LALU LINTAS

LANGKAH C-1: DERAJAT KEJENUHAN


Derajat kejenuhan, dihitung dengan menggunakan rumus berikut. Hasilnya dicatat pada Kolom 31
Formulir USIG-II:

DS = QTOT/C,

dimana:
QTOT Arus total (smp/jam) dari Formulir USIG-I, Baris 23, Kolom 10.
C Kapasitas dari Formulir USIG-II, Kolom 28.

LANGKAH C-2: TUNDAAN


1. . Tundaan lalu-lintas simpang (DTI)

Tundaan lalu-lintas simpang adalah tundaan lalu-lintas, rata-rata untuk semua kendaraan
bermotor yang masuk simpang. DT, ditentukan dari kurva empiris antara DT, clan DS, lihat
Gambar C-2:1.

21,12

Gambar C-2:1 Tundaan lalu-lintas simpang VS Derajat kejenuhan 1,097


Variabel masukan adalah derajat kejenuhan dari formulir USIG-II, kolom 31.

Masukkan hasilnya dalam formulir USIG-II kolom. 32.

3 - 19
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

2. Tundaan lalu-lintas jalan-utama (DTMA)

Tundaan lalu-lintas jalan-utama adalah tundaan lalu-lintas rata-rata semua kendaraan bermotor
yang masuk persimpangan dari jalan-utama. DTMA ditentukan dari kurva empiris antara DTMA
dan DS, lihat Gambar C-2:2.

13,97

1,097
Gambar C-2:2 Tundaan lalu-lintas jalan utama VS derajat kejenuhan

Variabel masukan adalah derajat kejenuhan dari formulir USIG-II, Kolom 31.

Masukkan hasilnya dalam formulir USIG-II, Kolom 33.

3. Penentuan tundaan lalu-lintas jalan minor (DT.)

Tundaan lalu-lintas jalan minor rata-rata, ditentukan berdasarkan tundaan simpang rata-rata
dan tundaan jalan utama rata-rata

DTMI = ( QTOT × DTI - QMA × DTMA)/QMI

Variabel masukan adalah arus total QTOT (B smp/jam) dari formulir USIG-I kol.10 baris 23,
tundaan lalu-lintas simpang DTI dan formulir USIG-II kol. 32, Arus jalan utama QMA dari
formulir USIG-I kol. 10 baris 19, tundaan lalu-lintas jalan utama DTMA dari formulir USIG-II
kol 33, dan arus jalan minor QMI dari formulir USIG-I kol. 10 baris 10.

Masukkan hasilnya dalam formulir USIG-II kolom 34.

𝐃𝐓𝐌𝐈 = (2854 X 21,12 − 2404𝑋13,97)⁄450 = 𝟓𝟗, 𝟑𝟐

3 - 20
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

4. Tundaan geometrik simpang (DG)

Tundaan geometrik simpang adalah tundaan geometrik rata-rata seluruh kendaraan bermotor
yang masuk simpang. DG dihitung dari rumus berikut

Untuk DS < 1,0

DG = (1- DS) × (PT × 6 + (1- PT) × 3) + DS × 4 (det/smp)

Untuk DS ≥ 1,0: DG = 4

dimana
DG = Tundaan geometrik simpang
DS = Derajat kejenuhan (Form USIG-II Kolom 31)
PT = Rasio belok total. ( Form USIG-I Kolom 11, Baris 23.)

Masukkan hasilnya dalam formulir USIG-II kolom 35.

5. . Tundaan simpang (D)

Tundaan simpang dihitung sebagai berikut

D = DG + DTI (det/smp)

dimana :
DG = Tundaan geometrik simpang (Form USIG-II, Kolom 35)
DT I = Tundaan lalu-lintas simpang (Form USIG-II, Kolom 32)

Masukkan hasilnya dalam Form USIG-II Kolom 36.

3 - 21
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

LANGKAH C-3: PELUANG ANTRIAN

Rentang-nilai peluang antrian ditentukan dari hubungan empiris antara peluang antrian dan derajat
kejenuhan, lihat Gambar C-3:1

Variabel masukan adalah derajat kejenuhan dari LANGKAH C-1.

Hasilnya dicatat pada Formulir USIG-II, Kolom 35.

97%

49%

1,097
Gambar C-3:1 Rentang peluang antrian (QP%) terhadap derajat kejenuhan (DS).

3 - 22
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

LANGKAH C-4: PENILAIAN PERILAKU LALU-LINTAS


Manual ini terutama direncanakan untuk memperkirakan kapasitas dan perilaku lalu-lintas pada
kondisi tertentu berkaitan dengan rencana geometrik jalan, lalu-lintas dan lingkungan. Karena hasilnya
biasanya tidak dapat diperkirakan sebelumnya, mungkin diperlukan beberapa perbaikan dengan
pengetahuan para ahli lalu-lintas, terutama kondisi geometrik, untuk memperoleh perilaku lalu-lintas
yang diinginkan berkaitan dengan kapasitas dan tundaan dan sebagainya. Sasaran yang dipilih diisikan
dalam Formulir USIG-II, Kolom 38.
Cara yang paling cepat untuk menilai hasil adalah dengan melihat derajat kejenuhan (DS) untuk
kondisi yang diamati, dan membandingkannya dengan pertumbuhan lalu-lintas tahunan dan "umur"
fungsional yang diinginkan dari simpang tersebut. Jika nilai DS yang diperoleh terlalu tinggi (> 0,75),
pengguna manual mungkin ingin merubah anggapan yang berkaitan dengan lebar pendekat dan
sebagainya, dan membuat perhitungan yang baru. Hal ini akan membutuhkan formulir yang baru
dengan soal yang baru. Penilaian tentang perhitungan ini dimasukkan dalam Formulir USIG-II, Kolom
39.

3 - 23
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

4. CONTOH PERHITUNGAN
CONTOH 1: Simpang tak bersinyal 4-lengan

a) Tentukan kapasitas, derajat kejenuhan, tundaan dan peluang antrian untuk simpang tak
bersinyal antara Jalan Martadinata dan Jalan Anggrek dengan denah dan lalu-lintas seperti
pada Gambar 4.1:1 di bawah. Situasi lalu-lintas pada periode 7-8 pagi tanggal 7 Juni 1991.
Simpang ini terletak di kota Bandung (2 juta Orang) pada daerah komersial dengan hambatan
samping tinggi. Jalan Martadinata merupakan jalan utama.

b) Bila derajat kejenuhan lebih besar dari 0,85, usahakan untuk mengurangi nilai tersebut.

Geometri simpang Arus lalu-lintas

Tipe Pendekat
kendaraan
C D A B
LT ST RT LT ST RT LT ST RT LT ST RT
LV 9 73 9 37 705 7 102 80 60 78 925 111
HV 0 3 0 2 26 1 3 3 2 1 14 2
MC 4 32 4 15 289 4 68 53 41 45 539 65

UM 2 41 5 2 0 42 40 31 24 7 10 78

Gambar 4.1:1 Contoh denah dan lalu-lintas

3 - 24
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

3860/chap3/fams/ex1-1
25 April 1995/KLB rev. 13 June 96/PHT
Formulir USIG-I
Tanggal: 07 Januari Ditangani oleh: PHT
SIMPANG TAK 1996
BERSINYAL Kota: Bandung Propinsi: Jawa Barat
FORMULIR USIG-l: Jalan utama: JI. Martadinata
- GEOMETRI
- ARUS LALU LINTAS Jalan minor: JI. Anggrek
Soal: Contoh Periode: 07.00-08.00 Pagi
Geometri Simpang Arus lalu lintas

Median jalan utama L


1 KOMPOSISI LALU LV% : HV% : MC% : Faktor- Faktor-
LINTAS smp k
ARUS LALU Ara Kendaraan ringan Kendaraan berat Sepeda motor Kendaraan bermotor total Kend. tak
LINTAS h LV HV MC MV bermotor
Pendekat kend/ja emp=1 kend/ja emp=1, kend/ja emp=0, kend/ja smp/ja Rasi UM
m ,0 m 3 m 5 m m o kend/jam
smp/ja smp/ja smp/ja belo
(1) (2) (12)
m m m k
(3) (5) (7) (9) (10)
(4) (6) (8) (11)
2 JI. Minor: A LT 102 102 3 4 68 34 173 140 0,42 40
3 ST 80 80 3 4 53 27 136 111 31
4 RT 60 60 2 3 41 21 103 84 0,25 24
Total 242 242 8 11 162 82 412 335 95
5
Jl.Minor: C LT 9 9 0 0 4 2 13 11 0,10 2
6
ST 73 73 3 4 32 16 108 93 41
7
RT 9 9 0 0 4 2 13 11 0,10
8 Total 91 91 3 4 40 20 134 115 48
9 Jl. Minor total A+ C 333 333 11 15 202 102 546 450 143
10 Jl. Utama: B LT 78 78 1 1 45 23 124 102 0,07 7
11 ST 925 925 14 18 539 270 147 1213 10
8
12
RT 111 111 2 3 65 33 178 147 0,10 78
13 Total 1114 1114 17 22 649 326 178 1462 95
14 0
JI. Utama: D LT 37 37 2 3 15 8 54 48 0,05 2
15
ST 705 705 26 34 289 145 102 884 0
16 0
17 RT 7 7 1 1 4 2 12 10 0,01 42
18 Total 749 749 29 38 308 155 108 942 44
6
19 JI. Utama total B+ D
1863 1863 46 60 481 286 2404 139
20 6
21 Utama+ minor LT 226 226 6 8 132 67 364 301 0,11 51
ST 1783 1783 46 60 913 458 274 2301 82
22
2
23 RT 187 187 5 7 114 58 306 252 0,09 149

3 - 25
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL
Utama+ minor total 2196 2196 55 75 1159 583 341 2854 0,20 2821
24 2
Rasio JI.Minor / (JI.Utama+minor) total 0,158 UM/MV 0,083
:

3 - 26
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

3860/chap3/EXAMPLES/EX1-2.wq!
rev. 30/04/96/PHT]8/11/96/BH
Formulir USIG-I
Tanggal: 07 Januari Ditanqani oleh: PHT
SIMPANG TAK 1996
BERSINYAL Kota: Bandung Ukuran Kota: 2 J Org
FORMULIR USIG-lI: Jalan JI. Martadinata Lingkungan jalan: Komp
- ANALISA utama:
Jalan JI. Anggrek Hambatan Tinggi
minor: samping
Soal: Contoh Periode: 07.00-08.00
Pagi
Piliha Jumlah Lebar pendekat (m) Jumlah
Tipe
1. Lebarlengan
n pendekat dan tipe simpang Lebar
lajur
simpa
Jalam minor Jalan utama Gambar B-
simpang pendekat ng
1:2
rata-rata
WI Jala Jala Tbl. B-
WA WC WA WB W WB n n
(1) (8) min utam 1:1 (11)
(2) (3) C (5) D D
or a
(4) (6 (7) (9) (10)

)
1 4 3,00 3,00 3,00 3,90 4,00 3,95 3,48 2 2 422
2 4 3,00 3,00 3,00 3,90 4,00 3,95 3,48 2 2 422
3 4 3,00 3,00 3,00 6,00 6,00 6,00 4,50 2 4 424
4 4 3,00 3,00 3,00 6,00 6,00 6,00 4,50 2 4 424
Pilihan
5 Kapasit
4 3,50 7,00 5,25 6,00 Faktor penyesuaian
6,00 6,00 5,63 2 4 424
as
2. Kapasitas kapasitas (F) Kapasita
Dasar Lebar Median Ukura Hambat Belo Belo Rasi s
CO pendek jalan n an k k o
smp/jam at rata- utama kota sampin kiri kana mino
rata FW g n r/ (C)
Tbl. B- Gbr. B- FM FCS total smp/jam
Tbl. B- Tbl. B- FRSU FLT FRT
2:1 3:1 FMI
4:1 5:1 Tbl. B- Gbr. B- Gbr. B- Gbr. B-
6:1 7:1 8:1 9:1
(20 (21) (22 (23 (24 (25 (26 (27) (28)
) ) ) ) ) )
1 2900 1,001 1' 0 1,00 0,854 1,017 1,00 1,032 2602
2 2900 1,001 1,0 1,00 0,874 1,017 1,00 1,032 2663
3 3400 0,943 1,0 1,00 0,854 1,017 1,00 1,102 3069
4 3400 0,943 1,0 1,00 0,874 1,017 1,00 1,102 3141
5 3400 1,027 1,0 1,00 0,874 1,017 1,00 1,102 3420
3. Perilaku lalu-lintas
Pilihan Arus lalu- Derajat Tundaan Tundaan Tundaan Tundaa Tunda Peluan Sasaran
lintas (Q) kejenuh lalu- lintas lalu- lintas lalu- lintas n an g
smp/am an simpang JI.Utama JI. Minor geomet simpan antria
DM rik g n
A simpan
g
USIG-I (DS) DTI Gbr. C- DMI (DG) (D) (QP
2:2 %)
Brs. 23-Kol (30)/(28) Gbr. C- (32)+(35) Gbr. C-
10 2:1 3:1
(30) (31) (32) (33) (34) (35) (36) (37) (38)
1 2854 1,097 21,12 13,97 59,32 4,00 25,12 49- DS >
97 0,85
2 2854 1,072 19,14 12,89 52,53 4,00 23,14 46- DS >
92 0,85
3 2854 0,930 12,32 8,83 30,96 3,97 16,29 35- DS >
68 0,85
4 2854 0,909 11,68 8,42 29,10 3,96 15,64 33- DS >
65 0,85
5 2854 0,835 9,80 7,17 23,85 3,93 13,73 28- DS <
56 0,85

3 - 27
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

Catatan mengenai perbandingan dengan


sasaran (39) PLH-1 Kondisi awal, DS
sangat tinggi
PLH-2 Menghilangkan hambatan samping dari tinggi menjadi rendah, mis: dengan pemasangan rambu
larangan berhenti di sekitar simpang, DS masih sangat tinggi ,
PLH-3 Pelebaran pendekat jalan utama menjadi 6 m, DS menjadi kurang dari 1 tetapi DS
masih sangat tinggi PLH-4 Penggabungan PLH-2 dan PLH-3, DS sangat finggi
PLH-5 Penggabungan dari, PLH-4, pelebaran pendekat jalan minor C menjadi 3,5 m dan pengaturan arus
satu arah pada jalan minor (semua arus lurus dan Pendekat A belok ke kiri), memenuhi
sasaran

3 - 28
MKJI : SIMPANG TAK BERSINYAL

Penyelesaian:

a) Hasil perhitungan adalah sebagai berikut dan juga ditunjukkan pada Formulir USIG-I dan
USIG-II (alternatif 1).
Kapasitas: 2602 smp/jam Derajat kejenuhan: 1,097
Tundaan total rata-rata: 21,12 det/smp
Tundaan rata-rata jalan utama: 13,97 det/smp
Tundaan rata-rata jalan minor: 59,32 det/smp
Tundaan geometrik simpang: 4,00 det/smp
Tundaan simpang: 25,12 det/smp
Peluang antrian: 49 - 97%

b) Alternatif 2:
Dengan anggapan bahwa hambatan samping di simpang tersebut menjadi rendah setelah
dipasang rambu larangan berhenti, maka kapasitas simpang tersebut menjadi 2663 smp/jam
dan derajat kejenuhan menjadi 1,072 (lihat Formulir USIG-II).

Alternatif 3:
Kapasitas simpang meningkat menjadi 3069 smp/jam, setelah pelebaran pendekat jalan utama
dari 3,9-4,0 m menjadi 6,0 m. Derajat kejenuhan (0,930) masih lebih besar dari 0,85 (lihat
Formulir USIG-II).

Alternatif 4:
Penggabungan dari Pilihan 1 dan Pilihan 2: menghilangkan hambatan samping dan
pelebaran pendekat jalan utama, akan mengakibatkan derajat kejenuhan menjadi 0,909
(lihat Formulir USIG-II).

Alternatif 5:
Alternatif 5 terdiri dari:
- pelebaran pendekat jalan utama menjadi 6,0 dan pendekat jalan minor menjadi
sebesar 3,5 m
- menghilangkan hambatan samping, dan pengaturan jalan search pada jalan minor
(Pendekat C hanya merupakan jalan keluar, dan dianggap bahwa arus lurus dari
Pendekat A berubah belok ke kiri).
Kapasitas dan derajat kejenuhan simpang ini masing-masing menjadi 3420 smp/jam dan 0,835
(lihat Formulir USIG-II).

Catatan:

Derajat kejenuhan simpang tak bersinyal dapat dikurangi dengan menaikkan kapasitas
simpangnya.

3 - 29
30

Anda mungkin juga menyukai