Anda di halaman 1dari 37

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN TAHUNAN

Oleh:

Roby Arya P Manik 165040200111032

Gian Efrinda Ath T 165040200111065

Muhammad Rafly Riyanda L 165040200111135

Ferdin Imadudidin Z 165040201111153

Fathul Hidayat Banurea 165040201111124

Mariyanti Panduwinata 165040201111276

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
Prinsip Tanaman Buah Tahunan

Tanaman buah adalah tanaman yang menghasilkan buah yang dimakan


(komsumsi) dalam keadaan segar, baik sebagai buah meja atau bahan terolah dan
secara umum tidak tahan disimpan lama. Sifat produk tanaman buah adalah:

1. Mudah rusak
2. Resiko besar. Buah dengan sifat mudah rusak akan berpengaruh terhadap
ketersediaan dan permintaan pasar, sehingga fluktuasi harga tinggi. Misalnya
perubahan cuaca, adanya serangan hama atau penyakit tertentu akan
mempengaruhi produksi baik kuantitas maupun kualitas;
3. Musiman. Tanaman buah umumnya tanaman berumur panjang (prennial),
sehingga berbuah adalah musiman yang berakibat tidak tersedia setiap saat.
Pada musim berbuah umumnya produk melimpah, sehingga diperlukan suatu
teknologi untuk dapat menampung produk tersebut ;
4. Bulky. Buah umumnya mempunyai kandungan air tinggi, sehingga
memerlukan ruang besar atau perlakuan khusus di dalam transportasi maupun
di penyimpanan. Hal tersebut akan menyebabkan biaya tinggi
5. Spesialisasi geografi. Tanaman buah membutuhkan agroklimat tertentu untuk
menghasilkan buah dengan kuantitas dan kualitas tertentu, misalnya salak bali,
jeruk siam madu karo, duku palembang, rambutan binjai, dan sebagainya.

Fungsi utama tanaman buah adalah untuk menghasilkan buah, sebagai


tanaman pelindung, untuk merehabilitasi lahan-lahan kritis, serta untuk mencegah
erosi. Selain itu, tanaman buah yang ditanam di pekarangan rumah juga memiliki
fungsi lain, yaitu sebagai tanaman hias, tanaman pelindung atau peneduh, dan
tanaman penahan angin. Fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman buah
seperti tanaman pada umumnya. Fase tersebut dibedakan menjadi dua fase, yaitu
fase vegetatif dan fase generatif. Sekalipun kedua fase tersebut berbeda, akan
tetapi kedua fase tersebut berjalan bersama tetapi lebih dominan pada salah satu
fase. Fase generatif merupakan fase pertumbuhan dimana tanaman menimbun
karbohidrat untuk pembentukan bunga, buah, biji, serta pemasakan buah.
Sedangkan fase vegetatif adalah fase dimana tanaman menggunakan sebagian
besar karbohidrat untuk membentuk akar, batang, daun, pucuk tanaman, dan
pembesaran tanaman.

Menurut Manuto (1998) Agar tanaman mampu berbuah dengan baik dan
sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka dibutuhkan beberapa syarat yang
mendukung kondisi tanaman untuk berbuah. Berikut ini syarat-syarat tanaman
untuk berbuah :

1. Lingkungan tempat tumbuh tanaman harus memenuhi syarat-syarat


pertumbuhan tanaman bersangkutan, baik suhu, kelembaban, cuaca, ketinggian
tempat, curah hujan, maupun intensitas sinar matahari yang masuk. Suatu
tanaman tidak akan tumbuh dengan baik apabila kondidi lingkungan yang
cocok untuk tanaman tersebut tidak terpenuhi. Sebagai contoh, tanaman yang
cocok ditanam di dataran tinggi tidak akan tumbuh dengan baik jika ditanam di
dataran rendah. Begitu pula tanaman yang cenderung berbuah pada musim
kemarau maka tidak akan menghasilkan buah pada musim hujan. Kondisi
lingkungan terseubut dikenal dengan istilah kondisi makroklimat

2. Selain kondisi makroklimat, pertumbuhan dan perkembangan tanaman juga


dipengaruhi oleh kondisi mikroklimat, yaitu lingkungan tanah tempat tumbuh
tanaman tersebut. Kondisi mikroklimat juga harus memenuhi syarat masing-
masing jenis tanaman, sehingga tanaman tersebut bisa tumbuh optimal dan
berbuah sesuai dengan target kita. Kondisi mikroklimat diantaranya adalah pH
tanah, kelembaban tanah, struktur tanah, keadaan air tanah, kandungan unsur
hara dalam tanah dan banyaknya mikroorganisme dalam tanah.

3. Faktor lain yang mempengaruhi tanaman untuk berbuah adalah sifat tanaman.
Sifat tanaman sangat terkait dengan genetika tanaman. Sifat tanaman tersebut
harus betul-betul merupakan tanaman unggul. Sekalipun semua kondisi atau
persyaratan sudah terpenuhi, tetapi jika tanaman buah yang kita tanaman
ternyata memiliki sifat mandul, maka jangan berharap banyak tanaman kita
mampu berbuah sesuai dengan harapan. Bahkan bisa jadi tidak berbuah sama
sekali.
4. Syarat lain yang mempengaruhi kecepatan tanaman berbuah adalah kesehatan
tanaman. Pastikan bahwa tanaman buah tersebut tidak terserang hama atau
penyakit. Selain itu juga harus dihindari penyakit fisiolongis akibat
ketidakseimbangan unsur hara yang diberikan.

Jika persyaratan atau kondisi di atas bisa dipenuhi, maka langkah


selanjutnya adalah mempercepat tanaman untuk memasuki fase generatif atau fase
pembuahan. Manipulasi tersebut bisa dilakukan dengan cara pemangkasan,
pelukaan batang, pemupukan, pengaturan pemberian air, atau dengan pemberian
ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) (Rai, 2008).

Teknik Budidaya Tanaman Tahunan

1. persiapan bahan tanam

Bahan tanaman adalah bagian dari tanaman yang akan digunakan untuk
perbanyakan. Persiapan bahan tanam sendiri dapat dilakukan secara generative
dan secara vegetatif. Untuk bahan tanam secara generative dapat dilakukan
dengan metode konvensional dan menggunakan biji. Secara generative yaitu
menggunakan organ yang dihasilkan melalui reproduksi seksual yaitu biji.
pertumbuhan tanaman melalui tiga fase yaitu fase perkecambahan, fase
persemaian dan kemudian fase pembibitan. Untuk bahan tanaman secara vegetatif
dapat dilakukan denngan metode kultur jaringan yaitu menggunakan organ-organ
vegetatif tanaman seperti batang, daun, umbi, rimpang, anakan, stolon.

2. penyiapan lahan

Lahan budidaya harus mampu mendukung kebutuhan tanaman untuk dapat


tumbuh dan berproduksi optimal. Penyiapan lahan dilakukan dengan cara
melakukan:

a. Pengapuran: dilakukan pada tanah masam (pH <7) dengan cara menyebar
kapur pertanian secara merata dan dicampur pada lahan
b. penambahan hara dilakukan dengan pemeberian pupuk dasar. Pupuk dasar
diberikan bersamaan dengan pengolahan atau penggemburan tanah
sehingga tercampur dengan baik dan merata. Pupuk dasar akan
menyediakan nutrisi bagi pertumbuhan awal tanaman.
c. Pembuatan bedengan atau guludan, pembuatan teras untuk lahan miring
atau lubang tanam untuk tanaman tahunan (perennial).
d. Penggemburan tanah. Tanah yang gembur memiliki keuntungan:
Memudahkan perkembangan akar tanaman. Semakin baik perkembangan
akar maka semakin banyak pula unsur hara dan air yang mampu diserap
sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman optimal. Memudahkan
pertumbuhan umbi atau rimpang. Lahan mudah meloloskan air berlebih
sehingga tidak tergenang. Memudahkan pertukaran udara (aerasi) dalam
tanah.
e. pembersihan lahan: Lahan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma, sisa
tanaman, batu atau yang lainnya. Lahan yang bersih akan memudahkan
pengolahan.
f. Pemberaan: adalah proses mengistirahatkan lahan setelah beberapa lama
digunakan. Tujuannya untuk memulihkan kesuburan lahan. Lahan
dibiarkan ditumbuhi oleh semak-semak belukar. Pemberaan hanya dapat
dilakukan bila petani punya lahan yang luas sehingga apabila sebagian
lahan diberakan masih ada lahan lain yang dapat ditanami.

3. penanaman

Penanaman tanaman tahunan dilakukan dengan pembuatan lubang


tanaman terlebih dahulu. Penanaman sebaliknya dilakukan pada awal musim
hujan, sedangkan pembuatan lubang tanam dilakukan 2-3 bulan sebelum tanam.
Penutupan lubang dilakukan setelah ada hujan dengan mengguna¬kan tanah
galian bagian atas yang telah dicampur dengan pupuk kandang, abu, dan Furadan
untuk mencegah berkembangnya hama. Selain itu penanaman juga harus
mempertimbangkan waktu tanaman dan jarak tanam tanaman tahunan. Pada lahan
yang muka air tanahnya dangkal akan diberikan system surjan. Bibit yang siap
ditanam dilapangan adalah tanaman yang telah mandiri artinya telah mampu
menyesuaikan diri dengan berbagai keadaan lingkungan tumbuhnya. Hal yang
penting diperhatikan pada proses penanaman:
 Bibit dipindahkan bersama dengan media tanamnya. Media tanam jangan
sampai hancur karena akan merusak perakaran

 Kedalaman lubang tanam

 Jarak tanam. jumlah populasi tanaman dapat diketahui dengan menghitung


jarak tanam.

 Untuk tanaman tahunan (perennial) agar lebih efisien, penanaman


dilakukan diawal musim hujan agar kebutuhan air bibit terpenuhi sehingga
perakarannya lebih cepat dan mudah berkembang. Ketika pergantian
musim tiba diharapkan tanaman tidak rentan kekeringan karena akarnya
telah menyebar masuk kedalam tanah.

4. pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman bertujuan untuk membuat tanaman tumbuh dan


berproduksi dengan optimal sehingga kegiatan budidaya dapat menguntungkan.
Beberapa kegiatan yang krusial dalam pemeliharaan adalah :

a. penyulaman: Penyulaman dilakukan bila ada benih yang tidak tumbuh


atau pertumbuhannya tidak normal. Penyulaman tidak boleh terlambat
agar pertumbuhan tanaman nantinya bisa seragam.  Tanaman yang lambat
tumbuh akan kerdil karena akan kalah bersaing dengan tanaman yang
lebih dahulu ditanam. penyulaman tanaman tahunan biasanya dilakukan
pada 2-3% dari bibit, penyulaman bibit sebaiknya seumur dengan bibit
yang disulam.
b. pengendalian jasad pengganggu: pengendalian jasad pengganggu dapat
dilakukan secara manual yaitu menggunakan tenaga atau alat manusia
secara langsung, selain itu juga dapat dilakukan secara kimiawi
menggunakan obat – obatan kimia dan juga secara biologi yaitu
menggunakan competitor, dan juga dapat dilakukan dengan pemberian
cover crop. Penyiangan adalah kegiatan membebaskan gulma dari lahan
budidaya yang telah ditanami. Gulma adalah pesaing tanaman dalam
memperebutkan air, unsur hara dan cahaya matahari. Meskipun pada
pengolahan lahan gulma telah dibersihkan namun gulma tetap akan selalu
tumbuh kembali baik melalui bijinya, rimpang atau bagian lain yang masih
tertinggal di lahan budidaya. Sebagian tanaman memerlukan pemangkasan
baik itu daun, pucuk ataupun tunas samping (wiwilan). Hal ini bersifat
spesifik untuk masing-masing tanaman tersebut. Pemangkasan akan
mempengaruhi produksi.
c. pemupukan: Pupuk memiliki beberapa jenis yang bisa digunakan atau
dikombinasikan. Pupuk pabrik (anorganik), pupuk kandang, pupuk hijau
dan kompos. Pemberian pupuk anorganik harus sesuai dengan dosis
anjuran untuk masing-masing tanaman. pemupukan disesuaikan dengan
kebutuhan pupuk dalam tanaman, selain itu pemupukan juga diaplikasikan
sesuai dengan fase pertumbuhan dan ketersediaan air pada tanaman itu.
Pemupukan juga harus mempertimbangkan waktu pemupukan serta cara
pemupukan yang benar.
d. pemangkasan: pemangkasan dilakukan dengan membuang daun – daun
yang sudah tua, pemangkasan bertujuan untuk mempermudah
penyerbukan buatan, mempermudah pemanenan, menghambat
perkembangan efektif, dan juga dapat meningkatkan kebersihan kebun.
e. Pemberian air: Kebutuhan air tiap tanaman berbeda - beda, begitupun
dengan fase pertumbuhannya. Umumnya, pertimbangan utama dalam
pemilihan lokasi budidaya adalah apakah sumber air tersedia dan mudah
dijangkau. Jika tidak maka aktivitas budidaya hanya dapat dilakukan pada
musim hujan terutama komoditas semusim yang kebutuhan airnya tinggi.

5. pemanenan

Dalam pemanenan hampir tidak ada hal-hal yang bersifat umum karena
masing-masing komoditas memiliki perbedaan yang spesifik baik itu waktu
maupun cara panennya. Kriteria panen berbeda-beda sesuai dengan jenis
tanamannya, bagian tanaman atau organ yang dikonsumsi dan sebagainya. Namun
pemanenan tanaman tahunan dapat dilakukan dengan memilih buah yang sudah
matang secara fisiologis, dan bisa juga disesuaikan dengan kebutuhan ataupun
tujuan pemanfaatan hasil panen tanaman tersebut.

6. pasca panen

Pasca panen adalah kegiatan yang dilakukan sesaat setelah panen selesai.
Pasca panen meliputi pengangkutan dari lapangan sampai ke gudang
penyimpanan. Perlakuan pasca panen juga berbeda-beda menyesuaikan dengan
komoditasnya.

Beberapa manipulasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman hortikultur


dengan Zat Pengatur Tumbuh

1. Manipulasi Lingkungan
Modifikasi lingkungan dapat dilakukan dengan cara Penggunaan
greenhouse, greenhouse dalam budidaya tanaman merupakan salah satu cara
untuk memberikan lingkungan yang lebih mendekati kondisi optimum bagi
pertumbuhan tanaman. Green house dikembangkan pertama kali dan umum
digunakan di kawasan yang beriklim subtropika. Penggunaan greenhouse
terutama ditujukan untuk melindungi tanaman dari suhu udara yang terlalu rendah
pada musim dingin. Cahaya yang dibutuhkan oleh tanaman dapat masuk ke dalam
greenhouse sedangkan tanaman terhindar dari kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan,yaitu suhu udara yang terlalu rendah, curah hujan yang terlalu
tinggi, dan tiupan angin yang terlalu kencang. Di dalam greenhouse,parameter
lingkungan yang berpengaruh terhadap tumbuhan yaitu cahaya matahari, suhu
udara, kelembaban udara, pasokan nutrisi, kecepatan angin, dan konsentrasi
karbondiokasida dapat dikendalikan dengan lebih mudah. Penggunaan greenhouse
memungkinkan dilakukannya modifikasi lingkungan yang tidak sesuai bagi
pertumbuhan tanaman menjadi lebih mendekati kondisi optimum bagi
pertumbuhan tanaman. Struktur greenhouse berinteraksi dengan parameter iklim
di sekitar greenhouse dan menciptakan iklim mikro di dalamnya yang berbeda
dengan parameter iklim di sekitar greenhouse.
Memodifikasi lingkungan dapat juga dengan menggunakan mulsa, dimana
kondisi tanaman yang diberikan mulsa akan menjaga suhu tanah dan mencegah
penguapan air dari tanah dan menjaga kelembaban tanah sehingga dapat
mengoptimalkan pertumbuhan tanaman. Pengaturan jarak tanam juga dapat
memanipulasi lingkungan serta arah barisan dan pengaturan naungan.

2. Manipulasi Pola Pertumbuhan


Manipulasi pola pertumbuhan tanaman dapat dilakukan dengan:
A. Perompesan Daun
Pada tanaman tahunan gejalanya dimulai dengan laju tumbuh yang
makin menurun, berbunga dan berbuah sangat lebat, memproduksi biji
berlebihan, melemah dan matinya beberapa cabang. Dengan begitu
dilakukannya perompesan daun untuk memacu pertumbuhan tunas daun muda.
Perompesan daun dapat didesinisikan sebagai usaha menghilangkan
pertumbuhan yang tak diinginkan untuk merangsang pertumbuhan tertentu.
Dalam penelitiannya menurut Rom (1991) menjelaskan dua aspek penting yang
perlu dipertimbangkan dalam kaitan pembentukan tajuk pohon dengan cahaya
yaitu bagaimana mengupayakan agar cahaya dapat diintersepsi sebanyak –
banyaknya oleh keseluruhan tajuk buah sehingga produk biomass maksimum
dan bagaimana mengoptimalkan penetrasi cahaya atau memperbaiki distribusi
cahaya pada suatu pohon tunggal agar dapat memaksimumkan kinerja pohon
dan memanen hasil dengan kualitas baik secara maksimum.
B. Memangkas Cabang
Pangkasan dilakukan bukan hanya untuk menghasilkan cabang-cabang
saja (pertumbuhan vegetatif) tetapi juga banyak  menghasilkan buah.
Pangkasan produksi bertujuan untuk menjaga keseimbangan kerangka tanaman
yang telah diperoleh melalui dari pangkasan bentuk. Pemangkasan cabang-
cabang yang tidak produktif yang biasanya tumbuh pada cabang primer, dan
cabang balik, cabang cacing (adventif). Pemangkasan cabang-cabang tua yang
tidak produktif biasanya telah berbuah 2-3 kali, hal ini bertujuan agar dapat
memacu pertumbuhan cabang-cabang produksi. Apabila tidak ada cabang-
cabang reproduksi, cabang tersebut harus dipotong juga agar zat hara dapat
dimanfaatkan untuk pertumbuhan cabang lain yang lebih produktif.
Pemangkasan juga dilakukan terhadap cabang yang terserang hama hal ini agar
tidak menjadi sumber inang.

C. Melakukan Perajangan
Penjarangan cabang (thining) merupakan tindakan untuk
menghilangkan cabang yang tidak produktif dengan maksud untuk membentuk
cabang yang besar. Dengan penjarangan tanaman akan mengalami trubus
(flusing) yaitu suatu fenomena pemunculan tunas muda secara ekstensif
(Wright, 1998) yang merupakan simulasi pembungaan.
D. Memberikan ZPT
Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik bukan nutrisi
tanaman, aktif dalam konsentrasi rendah yang merangsang, menghambat atau
merubah pertumbuhan serta perkembangan tanaman secara kuantitatif maupun
kualitatif. Penggunaan jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh tertentu dapat
mengatur arah pertumbuhan suatu tanaman. Auksin merupakan salah satu
golongan ZPT yang cukup penting dalam pertumbuhan tanaman. Auksin
berperan dalam mempengaruhi pembesaran, pemanjangan dan pembelahan sel
serta mempengaruhi metabolisme asam nukleat dan metabolisme protein. Taraf
auksin dalam sel tergantung dari bagian tanaman yang diambil, jenis
tanamannya dan umur tanaman. Pengaruh fisiologis auksin yang lain adalah
penghambatan tunas lateral akibat peran auksin dalam dominansi apikal, yang
bergerak dari bagian apikal secara basipetal. Sitokinin merupakan ZPT yang
mendorong pembelahan (sitokinesis), pertumbuhan dan perkembangan kulktur
sel tanaman. Sitokinin juga menunda penuaan daun, bunga dan buah dengan
cara mengontrol dengan baik proses kemunduran yang menyebabkan kematian
sel-sel tanaman. Pada tumbuhan, efek sitokinin sering dipengaruhi oleh
keberadaan auksin, misalnya jumlah akar yang banyak akan menghasilkan
sitokinin dalam jumlah banyak Peningkatan konsentrasi sitokinin ini akan
menyebabkan sistem tunas membentuk cabang dalam jumlah yang lebih
banyak.

3. Pemberian Zat Pengatur Tumbuh


A. Mengontrol Percabangan
Pengaturan percabangan bertujuan untuk ‘memperbaiki’ arsitektur
tanaman. Hal-hal terkait adalah: menghilangkan dominasi apikal,
meningkatkan dan ‘memperbaiki’ kualitas percabangan,
menggantikan‘pinching’ (pemetikan) karena pemetikan membutuhkan tenaga
banyak walaupun pinching dapat menunda pertumbuhan dan pembungaan.
Pola percabangan dipengaruhi oleh hormon auksin dan sitokinin. Aplikasi
sitokinin eksogen pada beberapa species meningkatkan rasio sitokinin:auksin
pada tanaman untuk menghilangkan dominansi apikal sehingga mengontrol
pola percabangan dan bentuk tanaman serta menginduksi pertumbuhan kuncup
lateral. BA telah terbukti dapat meningkatkan percabangan pada beberapa
herba. Manipulasi percaangan juga dapat dilakukan dengan pemberian hormon
giberelin (Gambar 1, 2).

IAA (auksin alami) disintesis pada bagian tunas apikal dan ditransport
secara basipetal melalui floem menuju sistem perakaran atau pangkal batang.
Transport polar auksin berperan pada aktivitas meristem. Aliran IAA ke bagian
bawah memunculkan berbagai respon tanaman seperti mempertahankan
dominasi apikal dan menstimulir perkembangan akar. Pada perkembangan
meristem tunas dan akar terdapat pengaruh yang disebakan oleh interaksi
auksin-sitokinin. Sitokinin dan auksin secara bersama-sama (mutual) mengatur
setiap pensinyalan dan metabolisme: IAA mengontrol kandungan sitokinin
melalui regulasi biosintesisnya dan deaktivasi. Pembentukan akar lateral dan
adventif dapat dibagi tiga fase yang tidak saling tergantung. Pada fase awal
perakaran ketika perubahan anatomi belum dapat dilihat level hormon dan
sensitivitas jaringan terhadap sinyal hormon adalah indikator paling signifikan
untuk mengenali awal rizogenesis. Fase ini terdiri dari diferensiasi dan induksi,
dicirikan dengan IAA konsentrasi tinggi pada pangkal potongan dan
sensitivitas yang tinggi terhadap auksin eksogen. Selama fase perakaran ini
konsentrasi sitokinin alami. pada potongan relatif konstan yaitu rendah.
Perlakuan dengan auksin eksogen meningkatkan zeatin endogen yang
mengakibatkan rizogenesis terhambat khususnya ketika diberikan pada
konsentrasi tinggi. Mekanisme penghambatan tersebut terdapat pada gangguan
inisiasi primordia dan pola regular pembelahan sel. Ini mengurangi ukuran
meristem akar karena jumlah sel meristematik yang menurun. Sitokinin
menstimulir diferensiasi sel menjadi jaringan pembuluh melalui ekspresi
spasial selektif gen sitokinin dehidrogenase di zona transisi.

B. Pemanjangan Batang
Giberelin berpengaruh pada dormansi, perkecambahan, pembungaan dan
perkembangan buah tetapi yang paling banyak diteliti ada perannya dalam
modifikasi pemanjangan batang (internodus). Hal ini diasumsikan terkait
dengan peningkatan laju pertumbuhan sel pada konsentrasi giberelin yang
ditambahkan. Umumnya gibrelin konsentrasi rendah menghasilksn tanaman
yang lebih pendek disbanding giberelin konsentrasi tinggi. Giberelin yang
banyak diketahui berpengaruh pada dormansi, perkecambahan, pembungaan
dan perkembangan buah juga banyak dipelajari untuk pemanjangan batang. Hal
ini terkait dengan perubahan laju pertumbuhan sel dengan penurunan atau
peningkatan konsentrasi giberelin. Tanaman dengan giberelin dalamkonsentrasi
rendah lebih ‘pendek’ dibanding tanaman dengan giberelin dengan konsentrasi
tinggi. Hal ini telah dibuktikan pada percobaan yang menggunakan kacang
yang telah dimutasi tidak memiliki enzim untuk mensistesis giberelin (gambar
3).
C. Buah Partenokarpi: Auksin dan Giberelin
Karakter yang banyak diinginkan pada sebagian besar buah adalah
‘tanpa biji’ (gambar 4). Kondisi ini terjadi secara spontan pada pisang karena
bersifat triploid, dan pada beberapa jenis jeruk tertentu karena terjadi aborsi
awal embrio. Pada beberap jeruk mandarin penyemprotan auksin sebelum atau
sesaat setelah berbungan menginduksi terbentuknya buah tanpa biji. Pada
anggur varietas sultana bijibijinya yang mulai perkembangan selanjutnya
mengalami aborsi. Giberelin dapat ditambahkan untuk menghasilkan
perkembangan buah normal. Pada kedua kasus tersebut aplikasi hormon dapat
menggantikan kondisi pertumbuhan biji secara normal. Hal ini menunjukkan
adanya koordinasi yang cukup erat antara perkembangan biji buah dan biji.
Auksin juga dapat menginduksi buah tanpa biji misalnya pada jeruk. Tetapi
aplikasi yang tidak tepat dapat menyebakan absisi yang diduga karena terjadi
induksi sintesis etilen dan berfungsi untuk memperkcil buah di pohon sehingga
jumlah yang dihasilkan lebih banyak.

TANAMAN DURIAN

Durian adalah nama tumbuhan tropis yang berasal dari Asia tenggara,
sekaligus nama buahnya yang bisa dimakan. Nama ini diambil dari ciri khas kulit
buahnya yang keras dan berlekuk-lekuk tajam sehingga menyerupai duri. Sebutan
populernya adalah "raja dari segala buah" (King of Fruit), dan durian adalah buah
yang kontroversial. Meskipun banyak yang menyukainya, sebagian yang lain
muak dengan aromanya. Sesungguhnya, tumbuhan dengan nama durian bukanlah
spesies tunggal tetapi sekelompok tumbuhan dari marga durio. Namun demikian,
yang dimaksud dengan durian (tanpa imbuhan apa-apa) biasanya adalah Durio
zibethinus. Klasifikasi Durian adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiosperms
Class : Dytotiledonae
Order : Malvales
Family : Bombaceae
Genus : Durio
Species : D. zibethinus
Durian merupakan tanaman asli Asia Tenggara yang beriklim tropika
basah, khususnya di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Di indonesia, pusat
keragaman generatifnya terutama berada di Kalimantan (27 spesies) dan Sumatera
(11 spesies), durian liar yang telah dikenal dan dimanfaatkan sebanyak 13 spesies
(sarwono 1995a).

Syarat Tumbuh

Iklim
1) Curah hujan untuk tanaman durian maksimum 3000-3500 mm/tahun dan
minimal 1500-3000 mm/tahun. Curah hujan merata sepanjang tahun, dengan
kemarau 1-2 bulan sebelum berbunga lebih baik daripada hujan terus menerus.
2) Intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan durian adalah 60-80%. Sewaktu
masih kecil (baru ditanam di kebun), tanaman durian tidak tahan terik sinar
matahari di musim kemarau, sehingga bibit harus dilindungi/dinaungi.
3) Tanaman durian cocok pada suhu rata-rata 20-30 derajat C. Pada suhu 15oC
4) durian dapat tumbuh tetapi pertumbuhan tidak optimal. Bila suhu mencapai 35
5) derajat C daun akan terbakar.

Media Tanam
1) Tanaman durian menghendaki tanah yang subur (tanah yang kaya bahan
organik). Partikel penyusunan tanah seimbang antara pasir liat dan debu
sehingga mudah membentuk remah.
2) Tanah yang cocok untuk durian adalah jenis tanah grumosol dan ondosol.
Tanah yang memiliki ciri-ciri warna hitam keabu-abuan kelam, struktur tanah
lapisan atas bebutir-butir, sedangkan bagian bawah bergumpal, dan
kemampuan mengikat air tinggi.
3) Derajat keasaman tanah yang dikehendaki tanaman durian adalah (pH) 5-7,
dengan pH optimum 6-6,5.
4) Tanaman durian termasuk tanaman tahunan dengan perakaran dalam, maka
membutuhkan kandungan air tanah dengan kedalam cukup, (50-150 cm) dan
(150-200 cm). Jika kedalaman air tanah terlalu dangkal/ dalam, rasa buah tidak
manis/tanaman akan kekeringan/akarnya busuk akibat selalu tergenang.

Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat untuk bertanam durian tidak boleh lebih dari 800 m dpl.
Tetapi ada juga tanaman durian yang cocok ditanam diberbagai ketinggian. Tanah
yang berbukit/yang kemiringannya kurang dari 15 kurang praktis daripada lahan
yang datar rata.

Budidaya Durian
1. Pembibitan
Perbanyakan tanaman durian dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu secara
generatif (dengan biji) atau vegetatif (okulasi, penyusuan atau cangkokan).
a) Pengadaan bibit dengan cara generatif
Memilih biji-biji yang tulen/murni dilakukan dengan mencuci biji-biji
dahulu agar daging buah yang menempel terlepas. Biji yang dipilih dikeringkan
pada tempat terbuka, tidak terkena sinar matahari langsung. Penyimpanan
diusahakan agar tidak berkecambah/rusak dan merosot daya tumbuhnya. Proses
pemasakan bij dilakukan dengan baik (dengan cara diistirahatkan beberapa saat),
dalam kurun waktu 2-3 minggu sesudah diambil dari buahnya. Setelah itu biji
ditanam.
b) Pengadaan bibit dengan cara vegetatif
1) Pengadaan bibit dengan cara okulasi
Persyaratan biji durian yang akan diokulasi berasal dari biji yang sehat dan
tua, dari tanaman induk yang sehat dan subur, sistem perakaran bagus dan
produktif. Biji yang ditumbuhkan, dipilih yang pertumbuhannya sempurna.
Setelah umur 8-10 bulan, dapat diokulasi, dengan cara: 1. Kulit batang bawah
disayat, tepat di atas matanya ( 1 cm). Dipilih mata tunas yang berjarak 20 cm dari
permukaan tanah. 2. Sayatan dibuat melintang, kulit dikupas ke bawah sepanjang
2-3 cm sehingga mirip lidah. 3. Kulit yang mirip lidah dipotong menjadi 2/3-nya.
4.Sisipan “mata” yang diambil dari pohon induk untuk batang atas (disayat
dibentuk perisai) diantara kulit. Setelah selesai dilakukan okulasi, 2 minggu
kemudian di periksa apakah perisai mata tunas berwarna hijau atau tidak. Bila
berwarna hijau, berarti okulasi berhasil, jika coklat, berarti okulasi gagal.

2) Pengadaan bibit dengan cara penyusuan


 Model tusuk/susuk
Tanaman calon batang atas dibelah setengah bagian menuju kearah pucuk.
Panjang belahan antara 1-1,5 cm diukur dari pucuk. Tanaman calon batang bawah
sebaiknya memiliki diameter sama dengan batang atasnya. Tajuk calon batang
bawah dipotong dan dibuang, kemudian disayat sampai runcing. Bagian yang
runcing disisipkan kebelahan calon batang atas yang telah dipersiapkan. Supaya
calon batang bawah tidak mudah lepas, sambungannya harus diikat kuat-kuat
dengan tali rafia. Selama masa penyusuan batang yang disatukan tidak boleh
bergeser. Sehingga, tanaman batang bawah harus disangga atau diikat pada
tanaman induk (batang tanaman yang besar) supaya tidak goyah setelah dilakukan
penyambungan. Susuan tersebut harus disiram agar tetap hidup. Biasanya, setelah
3-6 bulan tanaman tersebut bisa dipisahkan dari tanaman induknya, tergantung
dari usia batang tanaman yang disusukan. Tanaman muda yang kayunya belum
keras sudah bisa dipisahkan setelah 3 bulan. Penyambungan model tusuk atau
susuk ini dapat lebih berhasil kalau diterapkan pada batang tanaman yang masih
muda atau belum berkayu keras.
 Model sayatan
o Pilih calon batang bawah (bibit) dan calon batang atas dari pohon induk
yang sudah berbuah dan besarnya sama. Kedua batang tersebut disayat
sedikit sampai bagian kayunya. Sayatan pada kedua batang tersebut
diupayakan agar bentuk dan besarnya sama.
o Setelah kedua batang tersebut disayat, kemudian kedua batang itu ditempel
tepat pada sayatannya dan diikat sehingga keduanya akan tumbuh
bersama-sama. c. Setelah 2-3 minggu, sambungan tadi dapat dilihat
hasilnya kalau batang atas dan batang bawah ternyata bisa tumbuh
bersama-sama berarti penyusuan tersebut berhasil.
o Maka akan terjadi bibit durian yang batang bawahnya adalah tanaman biji,
sedangkan batang atas dari ranting/cabang pohon durian dewasa.

3) Pengadaan bibit dengan cara Cangkok


Batang durian yang dicangkok harus dipilih dari cabang tanaman yang
sehat, subur, cukup usia, pernah berbuah, memiliki susunan percabangan yang
rimbun, besar cabang tidak lebih besar daripada ibu jari (diameter 2–2,5 cm), kulit
masih hijau kecoklatan. Waktu mencangkok adalah awal musim hujan sehingga
terhindar dari kekeringan, atau pada musim kering, tetapi harus disiram secara
rutin (2 kali sehari), pagi dan sore hari. Adapun tata cara mencangkok adalah
sebagai berikut:
a. Pilih cabang durian sebesar ibu jari dan yang warna kulitnya masih hijau
kecoklatan.
b. Sayap kulit cabang tersebut mengelilingi cabang sehingga kulitnya
terlepas.
c. Bersihkan lendir dengan cara dikerok kemudian biarkan kering angin
sampai dua hari
b. 4.Bagian bekas sayatan dibungkus dengan media cangkok (tanah, serabut
gambut, mos). Jika menggunakan tanah tambahkan pupuk
kandang/kompos perbandingan 1:1. Media cangkok dibungkus dengan
plastik/sabut kelapa/bahan lain, kedua ujungnya diikat agar media tidak
jatuh.
a. Sekitar 2-5 bulan, akar cangkokan akan keluar menembus pembungkus
cangkokan. Jika akar sudah cukup banyak, cangkokan bisa dipotong dan
ditanam di keranjang persemaian berisi media tanah yang subur.

2. Penanaman durian
Bibit yang akan ditanam di lapangan sebaiknya sudah tumbuh setinggi 75-
150 cm atau berumur 7 - 9 bulan setelah diokulasi, kondisinya sehat dan
pertumbuhannya bagus. Hal ini tercermin dari pertumbuhan batang yang kokoh,
perakarannya banyak dan kuat, juga adanya helaian daun dekat pucuk tanaman
yang telah menebal dan warnanya hijau tua. Sebelum bibit yang telah
dipersiapkan ditanam, terlebih dahulu kita haruslah memilih lahan dengan
persyaratan sebagai berikut:
a. Suplai air harus cukup
b. Terhindar dari banjir dan air menggenang
c. Mempunyai saluran irigasi yang baik, bila tidak ada mesti dibuatkan
d. 4.Mempunyai kultur tanah yang datar. Kalau konturnya naik
turun/bergelombang, harus diubah menjadi bertangga-tangga (terasering)
e. Ketinggian lahan untuk tanaman buah-buahan tropis seperti durian, ideal dalam
kisaran 0-400 m dari permukaan laut, atau setinggitinginya 600 m dari
permukaan laut
f. Lapisan tanahnya gampang ditembus akar. Top soil, yaitu lapisan tanah baian
atas mulai dari 0 cm sampai kedalaman 20-30 cm; dan sub soil, mempunyai pH
tanah yang netral. Untuk tanaman buahbuahan tropis pH tanah optimal adalah
6,5 Pembenahan kebun adalah hal mutlak setelah syarat-syarat diatas terpenuhi.
Alang-alang dimusnahkan, semak berlukar dibabat, tanaman lain yang tidak
menguntungkan dibersihkan. Pokoknya, kebun harus betul-betul lapang. Tidak
boleh ada barang sebatang pohonpun yang masih tersisa (kecuali tanaman
kehijauan). Dengan begitu sinar matahari tidak dihalangi oleh pepohonan
tersebut. Sebabnya sudah kita ketahui di depan. Maka dari itu, dengan
membuat kebun menjadi lapang, sedikit banyak memaksa tanaman durian kita
nantinya tumbuh melebar horisontal. Sesudah kebun benih, seluruh areal kebun
harus dicangkul. Mengolah tanah seperti ini memang bagian dari rencana untuk
mengebunkan durian. Tapi tidak berhenti sampai di situ saja. Kebun(tempat di
mana tanaman durian ditanam) tidak ada jeleknya kalau dibuat pengairan
supaya tanah selalu lembab mudah diolah, dan jika dipupuk, pupuknya bisa
tercampur rata dengan tanah disekitarnya.

Sekarang kebun sudah dibenahi, Selanjutnya lubang tanaman perlu


dipersiapkan. Lubang digali paling tepat pada waktu musim kemarau, sebulan
sebelum rencana penanaman. Waktu selama ini digunakan untuk memupuk tanah
galian, dan juga mengangin-anginkan lubang tersebut dan dibiarkan sinar
matahari memanasi lubang tersebut. Ukuran lubang tanam sekitar 0,80 X 0,80 m.
Tetapi kalau tanahnya begitu keras dan liat, terpaksa ukuranya kita buat cukup
besar, yaitu 1 m untuk panjang dan lebar, dalamnya sekitar 2 m dengan jarak 14 m
Sampai disini kita tidak boleh lupa bahwa ketika menggali, tanah bagian atas
ditimbun secara terpisah dari tanah bagian bawah. Sebelum tanah dikembalikan
atau sebelum lubang kita tutup kembali, kita perlu mengetahui derajad keasaman
tanah tersebut. Karena tanah di suatu tempat berbeda dengan tempat lainya,
dengan alasan ini tanah perlu diolah dari yang tidak sehat menjadi sehat.
Maksudnya tanaman sehat akan lahap memakan pupuk yang kita berikan sehingga
kita perlu mengetahui asam, netral, ataukah basa tanah tersebut.

3. Pemeliharaan Tanaman Durian


Pemeliharaan meliputi pemupukan dan pemangkasan. Pemupukan
diperlukan untuk menyuburkan tanaman sedangkan pemangkasan bertujuan dalam
pembentukan tajuk tanaman serta penjarangan, agar tanaman tidak terlalu rimbun
karena bila terlalu rimbun, daun-daun akan saling menaungi pertumbuhan tunas
kurus dan kurang sehat. Kerimbunan akan mengundang kelembapan, dan
akhirnya
mengundang jamur. Akibat selanjutnya tentu bisa kita duga, yaitu tanaman
menjadi sakit, ranting menjadi tidak sehat, sehingga tanaman menjadi mati. Pupuk
yang digunakan dalam penanaman durian berupa pupuk kandang dan pupuk
kimia. Pupuk kimia yang digunakan adalah NPK yang digunakan setelah tanaman
durian berbuah lebat maka tanaman perlu dipupuk. Sedangkan pupuk kandang
digunakan pada awal-awal pertanaman. Karena pupuk kandang digunakan untuk
memperbaiki struktur tanah, menaikan daya serap tanah terhadap air, dan bisa
memperbaiki lingkungan hidup bagi jasad renik dalam tanah. Lebih dari itu,
pupuk kandang mengandung banyak unsur makanan yang diperlukantanaman.
(setiadi, 1985).

Hama
1) Penggerek buah (Jawa : Gala-gala)
Ciri: telur diletakkan pada kulit buah dan dilindungi oleh jaring-jaring
mirip rumah laba-laba. Larva yang telah menetas dari telur langsung menggerek
dan melubangi dinding-dinding buah hingga masuk ke dalam. Larva tersebut
tinggal di dalam buah sampai menjadi dewasa. Buah yang diserang kadangkadang
jatuh sebelum tua. Penyebaran: serangga penggerek buah menyebar dengan cara
terbang dari pohon durian yang satu ke pohon lainnya. Serangga penggerek buah
ini bertelur pada buah durian yang dihinggapinya. Kegiatan bertelur ini dilakukan
secara periodik setiap menjelang musim kemarau.
Pengendalian: dilakukan dengan insektisida, seperti Basudin, Sumithion
50 AC, Thiodan 35 EC, dengan dosis 2-3 cc/liter air.

2) Lebah mini
Ciri: hama ini berukuran kecil, tubuhnya berwarna coklat kehitaman dan
sayapnya bergaris putih lebar. Setelah lebah menjadi merah violet, ukuran
panjangnya\menjadi 3,5 cm. Pada fase ulat (larva), hama ini menyerang daundaun
durian muda. Selama hama tersebut mengalami masa istirahat (bentuk
kepompong), mereka akan menempel erat pada kulit buah. Setelah menjadi lebah
serangga ini mencari makan dengan cara menggerek ranting-ranting muda dan
memakan daun-daun muda.
Pengendalian: menggunakan parvasida, seperti Hostathion 40 EC
(Triazofos 420 gram/liter), dan insektisida, seperti Supracide 40 EC dosis 420
gram/liter dan Temik 106 (Aldikarl 10%).

3) Ulat penggerek bunga (Prays citry)


Ulat ini menyerang tanaman yang baru berbunga, terutama bagian kuncup
bunga dan calon buah. Ciri: ulat ini warna tubuhnya hijau dan kepalanya merah
coklat, setelah menjadi kupu-kupu berwarna merah sawo agak kecoklatan, abu-
abu dan bertubuh langsing.
Gejala: kuncup bunga yang terserang akan rusak dan putiknya banyak
yang berguguran. Demikian pula, benang sari dan tajuk bunganya pun rusak
semua, sedangkan kuncup dan putik patah karena luka digerek ulat. Penularan ke
tanaman lain dilakukan oleh kupu-kupu dari hama tersebut.
Pengendalian: dengan menyemprotkan obat-obatan seperti Supracide 40
EC, nuvacrom SWC, Perfekthion 400 EC (Eimetoat 400 gram/liter).

4) Kutu loncat durian


Ciri: serangga berwarna kecoklatan dan tubuhnya diselimuti
benangbenang lilin putih hasil sekresi tubuhnya; bentuk tubuh, sayap dan
tungkainya mirip dengan kutu loncat yang menyerang tanaman lamtoro.
Gejala: kutu loncat bergerombol menyerang pucuk daun yang masih muda
dengan cara menghisap cairan pada tulang-tulang daun sehingga daun-daun akan
kerdil dan pertumbuhannya terhambat; setelah menghisap cairan, kutu ini
mengeluarkan cairan getah bening yang pekat rasanya manis dan merata ke
seluruh permukaan daun sehingga mengundang semut-semut bergerombol.
Pengendalian: daun dan ranting-ranting yang terserang dipangkas untuk
dimusnahkan. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan menyemprotkan
insektisida Supracide 40 EC dosis 100-150 gram/5 liter air.

Penyakit
1) Phytopthora parasitica dan Pythium complectens Penyebab: Pythium
complectens, yang menyerang bagian tanaman seperti daun, akar dan
percabangan. Penularan dan penyebab: penyakit ini menular dengan cepat ke
pohon lain yang berdekatan. Penularan terjadi bila ada akar yang terluka.
Penularan terjadi bersama-sama dengan larutnya tanah atau bahan organik yang
terangkut air.
Gejala: daun durian yang terserang menguning dan gugur mulai dari daun
yang tua, cabang pohon kelihatan sakit dan ujung ujungnya mati, diikuti dengan
berkembangnya tunas-tunas dari cabang di bawahnya. Kulit di atas permukaan
tanah menjadi coklat dan membusuk. Pembusukan pada akar hanya terbatas pada
akar-akar sebelah bawah, tetapi dapat meluas dari ujung akar lateral sampai ke
akar tunggang. Jika dilihat dari luar akar yang sakit tampak normal, tetapi jaringan
kulitnya m enjadi colat tua dan jaringan pembuluh menjadi merah jambu.
Pengendalian: (1) upayakan drainase yang baik agar tanah tidak terlalu
basah dan air tidak mengalir ke permukaan tanah pada waktu hujan; (2) pohon
yang sakit dibongkar sampai ke akarnya dan dibakar (3) pilih bibit durian kerikil
untuk batang bawah karena jenis ini lebioh tahan terhadap serangan jamur
sehingga dapat terhindar dari serangan penyakit busuk.

2) Kanker bercak
Penyebab: Pythium palvimora, terutama menyerang bagian kulit batang
dan kayu. Penyebaran oleh spora sembara bersamaan dengan butir-butir tanah
atau bahan organik yang tersangkut air. Penyebaran penyakit ini dipacu oleh curah
hujan yang tinggi dalam cuaca kering. Jamur dapat tumbuh dengan baik pada
suhu
antara 12-35 derajat C.
Gejala: kulit batang durian yang terserang mengeluarkan blendok (gum)
yang gelap; jaringan kulit berubah menjadi merah kelam, coklat tua atau hitam;
bagian yang sakit dapat meluas ke dalam sampai ke kayu; daun-daun rontok dan
ranting-ranting muda dari ujung mulai mati.
Pengendalian: perbaikan drainase agar air hujan tidak mengalir
dipermukaan tanah dan untuk batang yang sakit;dilakukan dengan cara memotong
kulit yang sakit sampai ke kayunya yang sehat dan potongan tanaman yang sakit
harus dibakar, sedangkan bagian yang terluka diolesi fungisida, misalnya
difolatan 4 F 3%.

3) Jamur upas
Gejala: pada cabang-cabang dan kulit kayu terdapat benang-benang jamur
mengkilat seperti sarang laba-laba pada cabang-cabang. Jamur berkembang
menjadi kerak berwarna merah jambu dan masuk ke dalam kulit dan kayu
sehingga menyebabkan matinya cabang.
Pengendalian: (1) serangan jamur yang masih pada tingkat sarang laba-
laba dapat dikendalikan dengan cara melumasi cabang yang terserang degan
fungisida, misalnya calizin RM; (2) jika jamur sudah membentuk kerak merah
jambu, sebaiknya dilakukan pemotongan cabang kirakira lebih 30 cm ke bawah
bagian yang berjamur; (3) dengan menyemprotkan Antracol 70 WP (propineb
70,5%), dosis 100-200 gram/liter air atau 1-1,5 kg/ha aplikasi.

4. Panen
1. Ciri dan Umur Panen
Pada umur sekitar 8 tahun, tanaman durian sudah mulai berbunga. Musim
berbunga jatuh pada waktu kemarau, yakni bulan Juni-September sehingga bulan
Oktober-Februari buah sudah dewasa dan siap dipetik. Panen durian diusahakan
sebelum musim hujan tiba karena air hujan dapat merusak kualitas buah. Warna
durian yang hampir masak agak berbeda-beda tergantung pada kultivarnya. Buah
yang sudah masak umumnya ditandai dengan bau harum yang menyengat. Pada
durian yang sudah masak bila diketuk duri atau buahnya akan terdengar dentang
udara antara isi dan kulitnya.
2. Cara Panen
Buah durian yang sudah matang akan jatuh sendiri. Untuk menjaga agar
buah tidak langsung jatuh, kira-kira sebulan sebelum matang buah dapat diikat
dengan tali plastik. Tujuan pengikatan tersebut agar tangkai buah yang terlepas
dari batang atau ranting pohon tetap menggantung pada tali sehingga buah durian
tersebut dapat diambil dalam keadaan utuh. Buah durian dari pohon rendahdapat
dipetik dengan menggunakan pisau tajam. Tangkai buah dipotong mulai dari
bagian paling atas, ± 1,5 cm dari dahan. Pemotongan sebaiknya dilakukan dengan
hati-hati karena di tempat ini terdapat bahan tunas yang akan berbunga pada
musim berikutnya. Buah durian yang terletak pada bagian pohon yang tinggi
sebaiknya dipetik dengan menggunakan alat bantu yang sesuai agar tidak jatuh ke
tanah. Durianyang jatuh ke tanah biasanya retak, daging buahnya menjadi
asam/pahit karena terjadi fermentasi pembentukan alkohol dan asam.

Tanaman Mangga
Klasifikasi Tanaman Mangga
• Kingdom : Plantae
• Divisi : Tracheophyta
• Sub Divisi : Spermatophytina
• Kelas : Magnoliopsida
• Super Ordo : Rosanae
• Ordo : Sapindales
• Family : Anacardiaceae
• Genus : Mangifera L
• Spesies : Mangifera indica L
Rukmana, (1997)

1. Syarat tumbuh
Tanaman mangga termasuk suku Anarcadiaceae, berbentuk pohon dengan
tinggi mencapai 10-40 meter dengan garis tengah batang sekitar 80-100cm.
Batang berwarna keabuan, kulit berbelah-belah tidak rata dan getah putih bening.
Untuk pertumbuhannya tidak memerlukan syarat yang berat, tanaman dapat
tumbuh baik pada ketinggian 300-500m dpl, terutama pada tanah yang gembur
dengan pH 5-6 dan berpengairan baik. Iklim yang diperlukan bagi
pertumbuhannya ialah yang mempunyai masa kering sekitar 3-4 bulan
(Baswarsiati dan Yuniarti, 2007).

2. Perbanyakan tanaman manga


Pada umumnya tanaman manga diperbanyak dengan tiga cara yaitu biji,
cangkok, dan okulasi Rohmaningtyas (2010). Perbanyakan biji yaitu dengan
memanfaatkan sifat poly embrional biji mangga. Cara ini termasuk cara yang
paling mudah dan murah karena dari satu biji dapat diperoleh lebih dari 2 semai
atau tanaman baru. Pembiakan dengan cara ini kurang dianjurkan karena lama
baru bisa menghasilkan (7 tahun) dan sering sifat-sifatnya menyimpang dari sifat
induknya sesuai dengan hukum segregasi Mendell. Umumnya cara ini dilakukan
untuk menunjang pengadaan batang bawah untuk keperluan okulasi
Sedangkan ketentuan untuk cangkok yaitu batang yang terpilih untuk
dicangkok dan sayat dan dikuliti, lebar sayatan 7-10 cm. Penyayatan dilakukan
sehingga kelihatan kayunya, yaitu dengan jalan mengerok lapisan kambium
batang tersebut. Selanjutnya luka sayatan dibiarkan kering selama 2-4 hari,
kemudian disekeliling sayatan diberi campuran tanah dan pupuk serta dibungkus
pakai plastik yang telah dilubangi atau pakai pembungkus lainnya.
Apabila terpaksa pencangkokan dilakukan pada musim kemarau, maka
cangkokan tersebut selalu disiram. Biasanya setelah 2-3 bulan cangkokan sudah
berakar dan dapat dipotong untuk selanjutnya ditanam. Penanaman dapat
langsung di lapangan apabila lubang tanam telah disiapkan terlebih dahulu atau
dipelihara dahulu pada kontong-kantong plastik
Beberapa keuntungan apabila memperbanyak tanaman dengan system
cangkok, yaitu hasilnya sama dengan pohon induknya, cepat menghasilkan,
pohonnya pendek. Kelemahannya; pohon induk sering rusak bentuknya karena
banyak cabang yang diambil, tidak dapat diperoleh bibit dalam jumlah besar,
apabila pencangkokan dilakukan kurang teliti maka cangkokan sering gagal,
perakaran dangkal, penyakir akan terus terbawa, memerlukan tenaga dan waktu
yang banyak disbanding dengan cara lain.
Ambil mata tunas (mata tempel) berikut kayunya dari pohon yang benar-
benar unggul. Pohon pangkal (under stump) dikupas setinggi 10-15 cm di atas
tanah. Kulit yang dikupas dipotong dua per tiga bagiannya. Mata tunas diselipkan
pada pohon pangkal, lalu diikat erat dengan tali plastik, tunasnya jangan ikut
terikat. Setelah 3 minggu ikatan tali plastik dilepas, jika mata tunas tetap hijau
artinya okulasi berhasil, jika layu/ kering bearti gagal, dapat dilakukan ulangan
disebelahnya.
Bila pohon pangkal berhasil, maka pohon pangkal dirundukkan
(dipatahkan dengan gunting) lebih kurang 10 cm di atas tunas mata, maksudnya
untuk mendesak tunas mata tumbuh, sedang daun-daun masih berfungsi untuk
menghasilkan makanan. Setelah mata tunas tumbuh, pohon pangkal yang
dirundukkan itu dipotong sama sekali.

3. Perawatan dan Pemeliharaan


a. Persiapan lahan
Kebun diberi lubang kira-kira 1 bulan sebelum musim hujan. Lubang
berukuran 1m x 1m x 1m atau 60cm x 60cm x 60cm. Jarak tanam 10m x 10m atau
12m x 12m. Lubang dibiarkan terbuka selama 30 hari agar kemasaman tanahnya
hilang. Pada waktu membuat lubang tanam, hendaknya dipisahkan lapisan tanah
atas dengan bawah dan seminggu sebelum tanam lubang ditimbun kembali
dengan tanah yang dicampur dengan pupuk kandang sebanyak 2-3 blek setiap
lubang. Ketika menimbun lubang, tanah lapisan bawah dimasukkan lebih dahulu
sehingga susunannya seperti semula.
b. Penanaman
Bibit ditanam sedalam leher akar, penanaman dilakukan pada pagi hari
atau sore hari dan sebaiknya pada musim hujan
c. Pemeliharaan, Penyulaman, penyiraman, penyiangan
Bibit yang mati atau pertumbuhannya kurang sehat secepatnya diganti
dengan bibit yang baru dan sehat. Pada tahap permulaan bibit yang baru ditanami
ini membutuhkan penyiraman yang sempurna, demikian pula supaya
pertumbuhan tanaman baik perlu dilakukan penyiangan terhadap tumbuhan
pengganggu disekitar tanaman.
d. Pemangkasan bentuk
Dilakukan pada umur 1-1,5 tahun pada ketinggian 60 cm diatas tanah.
Tunas yang tumbuh dipelihara 3 batang dan dipilih tunas yang sehat dan tumbuh
keatas. Pemangkasan kedua dilakukan setelah umur 2 tahun pada saat musim
hujan. Dilakukan dengan jarak 30-35 cm dari bekas pemangkasan pertama.
Pemangkasan ke 3 dilakukan pada tahun ke 3 dengan tinggi pemangkasan 30-35
cm dari bekas pemangkasan ke dua.
e. Pemupukan
Untuk mempercepat pertumbuhan tanaman pemupukan perlu dilakukan
menurut tahap pertumbuhan tanaman. Tanaman muda ; NPK ( 14:14:14)
sebanyak 300-500 gr/pohon dan Urea 300 gr/pohon. Tanaman dewasa : NPK
( 14:14:14) sebanyak 1,5-2,0 kg/pohon. Tanamn umur 8-10 tahun : Pupuk
kandang sebanyak 2 kaleng/pohon. Dilakukan dengan cara membuat parit
sedalam 25-30 cm melingkari batang pohon sejauh mahkota pohon.

4. Pemberantasan Hama dan Penyakit


Hama dan penyakit umum yang menyerang tanaman manga menurut
Irwanto (2008) antara lain yaitu :
1) Kumbang penggerek cabang : larva merusak cabang pohon disertai gejala
membengkaknya cabang. Diatasi : Arsenat timbal 1 %.
2) Kumbang penggerek buah : Buah yang terserang berbintik-bintik kulitnya,
dalam buah terdapat larva, imago maupun pupa.
3) Kutu putih : Serangan hama ini nampak seperti lapisan kapuk. Menyerang
daun bagian bawah.
4) Aulacophora : Hama ini sebangsa kepik, menyerang pucuk daun, dapat
dikendalikan dengan racun perut.
5) Gleosporium : Penyebab penyakit ini berupa cendawan, menyerang daun
tanaman yang rimbun. Penyakit ini menyerang bagian batang, cabang,
ranting, bunga dan buah muda.
6) Diplodia : Timbul pada saat udara kering, serangannya tidak langsung
yaitu melalui luka pada bagian batang sehingga tanaman ini mengeluarkan
getah.
5. Kriteria masak buah
Menurut Dinas Pertanian (2016),tanaman mangga asal bibit okulasi pada
umumnya akan berbunga pada umur 3-4 tahun dan pembuahan berlangsung antara
pertengahan Agustus sampai dengan Desember. Tanda buah mangga yang sudah
masak atau matang yaitu apabila buah manga yang semula berwarna hijau muda
berubah menjadi hijau tua atau kebiruan. Selain itu, aroma buah manga akan
terasa dari dekat.

TANAMAN SALAK

Tanaman salak dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Klas : Monocotyledoneae

Ordo : Principes

Familia : Palmae
Genus : Salacca

Spesies : Salacca zalacca (Gaert.) Voss.

Sinonim : Salacca edulis Reinw (Tjitrosoepomo 1988)

SYARAT TUMBUH

1. Iklim
a. Tanaman salak sesuai bila ditanam di daerah berzona iklim Aa bcd, Babc dan
Cbc. A berarti jumlah bulan basah tinggi (11-12 bulan/tahun), B: 8-10
bulan/tahun dan C : 5-7 bulan/tahun.
b. Salak akan tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan rata-rata per
tahun 200-400 mm/bulan. Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm
sudah tergolong dalam bulan basah. Berarti salak membutuhkan tingkat
kebasahan atau kelembaban yang tinggi.
c. Tanaman salak tidak tahan terhadap sinar matahari penuh (100%), tetapi cukup
50-70%, karena itu diperlukan adanya tanaman peneduh.
d. Suhu yang paling baik antara 20-30°C. Salak membutuhkan kelembaban tinggi,
tetapi tidak tahan genangan air.
2. Tanah
a. Tanaman salak menyukai tanah yang subur, gembur dan lembab.
b. Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk budidaya salak adalah 4,5 -
7,5. Kebun salak tidak tahan dengan genangan air. Untuk pertumbuhannya
membutuhkan kelembaban tinggi.
3. Ketinggian Tempat
Tanaman salak tumbuh pada ketinggian tempat 100-500 m dpl.

BUDIDAYA

Pembibitan.
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam mengusahakan tanaman
salak adalah penggunaan bibit unggul dan bermutu. Tanaman salak merupakan
tanaman tahunan, karena itu kesalahan dalam pemakaian bibit akan berakibat
buruk dalam pengusahaannya, walaupun diberi perlakuan kultur teknis yang baik
tidak akan memberikan hasil yang diinginkan, sehingga modal yang dikeluarkan
tidak akan kembali karena adanya kerugian dalam usaha tani. Untuk menghindari
masalah tersebut, perlu dilakukan cara pembibitan salak yang baik. Pembibitan
salak dapat berasal dari biji (generatif) atau dari anakan (vegetatif). Pembibitan
secara generatif adalah pembibitan dengan menggunakan biji yang baik diperoleh
dari pohon induk yang mempunyai sifat-sifat baik, yaitu: cepat berbuah, berbuah
sepanjang tahun, hasil buah banyak dan seragam, pertumbuhan tanaman baik,
tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta pengaruh lingkungan yang
kurang menguntungkan. Keuntungan perbanyakan bibit secara generatif:
1. Dapat dikerjakan dengan mudah dan murah
2. Diperoleh bibit yang banyak
3. Tanaman yang dihasilkan tumbuh lebih sehat dan hidup lebih lama
4. Transportasi biji dan penyimpanan benih lebih mudah
5. Tanaman yang dihasilkan mempunyai perakaran kuat sehingga tahan rebah
dan kekeringan
6. Memungkinkan diadakan perbaikan sifat dalam bentuk persilangan.
Kekurangan perbanyakan secara generatif:
1. Kualitas buah yang dihasilkan tidak persis sama dengan pohon induk
karena mungkin terjadi penyerbukan silang
2. Agak sulit diketahui apakah bibit yang dihasilkan jantan atau betina.

Untuk mendapatkan bibit yang baik harus dilakukan seleksi terhadap biji
yang akan dijadikan benih. Syarat-syarat biji yang akan dijadikan benih :
1. Biji berasal dari pohon induk yang memenuhi syarat.
2. Buah yang akan diambil bijinya harus di petik pada waktu cukup umur.
3. Mempunyai daya tumbuh minimal 85 %.
4. Besar ukuran biji seragam dan tidak cacat.
5. Biji sehat tidak terserang hama dan penyakit.
6. Benih murni dan tidak tercampur dengan kotoran lain.

Penyiapan Bibit
Bibit dari Biji:
 Biji salak dibersihkan dari sisa-sisa daging buah yang masih melekat.
 Rendam dalam air bersih selama 24 jam, kemudian dicuci.
Bibit dari Anakan:
 Pilih anakan yang baik dan berasal dari induk yang baik
 Siapkan potongan bambu, kemudian diisi dengan media tanah

Teknik Penyemaian Bibit


Bibit dari Biji:
 Biji salak yang telah direndam dan dicuci, masukkan kedalam kantong
plastik yang sudah dilubangi (karung goni basah), lalu diletakkan di
tempat teduh dan lembab sampai kecambah berumur 20-30 hari
 Satu bulan kemudian diberi pupuk Urea, TSP dan KCl, masing-masing 5
gram, tiap 2-3 minggu sekali
 Agar kelembabannya terjaga, lakukan penyiraman setiap hari.

Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian :
Untuk pembibitan dari biji, media pembibitan adalah polybag dengan
ukuran 20 x 25 cm yang diisi dengan tanah campur pupuk kandang dengan
perbandingan 2:1. Setelah bibit atau kecambah berumur 20-30 hari baru bibit
dipindahkan ke polibag. Pembibitan dengan sistem anakan, bambu diletakkan
tepat di bawah anakan salak, kemudian disiram setiap hari. Setelah 1 bulan akar
telah tumbuh dan anakan dipisahkan dari induknya, kemudian ditanam dalam
polybag. Pupuk Urea, TSP, KCl diberikan 1 bulan sekali sebanyak 1 sendok teh.
Pemindahan Bibit : Untuk bibit dari biji, setelah bibit salak berumur 4 bulan
baru dipindahkan ke lahan pertanian. Untuk persemaian dari anakan, setelah 6
bulan bibit baru bisa dipindahkan ke lapangan.

Teknik Penanaman
a. Pembuatan Lubang Tanam : Lubang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 x 30
cm dengan jarak tanam 1 x 4 m; 2 x 2 m atau 1,5 x 2,5 m. Ukuran lubang dapat
juga dibuat 50 x 50 x 40 cm, dengan jarak antar 2 x 4 m atau 3 x 4 m. Setiap
lubang diberi pupuk kandang yang telah jadi sebanyak 10 kg.
b. Cara Penanaman : Biji ditanam langsung dalam lubang sebanyak 3- 4 biji per
lubang. Sebulan kemudian biji mulai tumbuh
c. Lain-lain : Untuk menghindari sinar matahari penuh, tanaman salak ditanam di
bawah tanaman peneduh seperti tanaman kelapa, durian, lamptoro dan
sebagainya. Apabila lahan masih belum ada tanaman peneduh, dapat ditanam
tanaman peneduh sementara seperti tanaman pisang. Jarak tanam pohon peneduh
disesuaikan menurut ukuran luas tajuk misalnya kelapa ditanam dengan jarak 10 x
10 m, durian 12 x 12 m dan lamtoro 12 x 12 m.

Pemeliharaan Tanaman

1. Penjarangan dan Penyulaman :


Untuk memperoleh buah yang berukuran besar, maka bila tandan sudah
mulai rapat perlu dilakukan penjarangan. Biasanya penjarangan dilakukan pada
bulan ke 4 atau ke 5. Penyulaman dilakukan pada tanaman muda atau yang baru
ditanam, tetapi mati atau pertumbuhannya kurang bagus atau kerdil, atau misalnya
terlalu banyak tanaman betinanya. Untuk keperluan penyulaman kita perlu
tanaman cadangan (biasanya perlu disediakan 10%) dari jumlah keseluruhan,
yang seumur dengan tanaman lainnya.
Awal musim hujan sangat tepat untuk melakukan penyulaman. Tanaman
cadangan dipindahkan dengan cara putaran, yaitu mengikutsertakan sebagian
tanah yang menutupi daerah perakarannya. Sewaktu membongkar tanaman,
bagian pangkal serta tanahnya kita bungkus dengan plastik agar akar-akar di
bagian dalam terlindung dari kerusakan, dilakukan dengan hati-hati.

2. Penyiangan :
Penyiangan adalah membuang dan memebersihan rumputrumput atau
tanaman pengganggu lainnya yang tumbuh di kebun salak. Tanaman pengganggu
yang lazim di sebut gulma ini bila tidak diberantas akan menjadi pesaing bagi
tanaman salak dalam memperebutkan unsur hara dan air. Penyiangan pertama
dilakukan pada saat tanaman berumur 2 bulan setelah bibit ditanam, penyiangan
berikutnya dilakukan tiap 3 bulan sekali sampai tanaman berumur setahun.
Setelah itu penyiangan cukup dilakukan setiap 6 bulan sekali atau 2 kali dalam
satu tahun, dilakukan pada awal dan akhir musim penghujan.
3. Pembubunan :
Sambil melakukan penyiangan, dilakukan pula penggemburan dan
pembumbunan tanah ke pokok tanaman salak. Hal ini dilakukan untuk
menghemat ongkos kerja juga untuk efisiensi perawatan. Tanah yang
digemburkan dicangkul membentuk gundukan atau bumbunan yang berfungsi
untuk menguatkan akar dan batang tanaman salak pada tempatnya. Bumbunan
jangan sampai merusak parit yang ada.
4. Perempalan dan Pemangkasan :
Daun-daun yang sudah tua dan tidak bermanfaat harus dipangkas. Juga
daun yang terlalu rimbun atau rusak diserang hama. Tunas-tunas yang terlalu
banyak harus dijarangkan, terutama mendekati saat-saat tanaman berbuah
(perempalan). Dengan pemangkasan, rumpun tanaman salak tidak terlalu rimbun
sehingga kebun yang lembab serta pengap akibat sirkulasi udara yang kurang
lancar diperbaiki. Pemangkasan juga membantu penyebaran makanan agar tidak
hanya ke daun atau bagian vegetatif saja, melainkan juga ke bunga, buah atau
bagian generatif secara seimbang. Pemangkasan dilakukan setiap 2 bulan sekali,
tetapi pada saat mendekati masa berbunga atau berbuah pemangkasan kita
lakukan lebih sering, yaitu 1 bulan 1 kali.Apabila dalam rumpun salak terdapat
beberapa anakan, lakukanlah pengurangan anakan menjelang tanaman berbuah.
Satu rumpun salak cukup kita sisakan 1 atau 2 anakan. Jumlah anakan maksimal
3- 4 buah pada 1 rumpun. Bila lebih dari itu anakan akan mengganggu
produktivitas tanaman. Pemangkasan daun salak sebaiknya sampai pada pangkal
pelepahnya. Jangan hanya memotong setengah atau sebagian daun, sebab bagian
yang disisakan sebenarnya sudah tidak ada gunanya bagi tanaman. Pemangkasan
pada saat lewat panen harus tetap dilakuakan. Alat pangkas sebaiknya
menggunakan golok atau gergaji yang tajam. Pemangkasan yang dilaksanakan
pada waktu dan cara yang tepat akan membantu tanaman tumbuh baik dan
optimal
5. Pemupukan :
Semua bahan yang diberikan pada tanaman dengan tujuan memberi tambahan
unsur hara untuk memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman disebut pupuk.
Ada pupuk yang diberikan melalui daerah perakaran tanaman (pupuk akar).
Pupuk yang diberikan dengan cara penyemprotan lewat daun tanaman (pupuk
daun). Jenis pupuk ada 2 macam: pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik
adalah pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, abu tanaman, tepung darah dan
sebagainya. Pupuk anorganik adalah: Ure, TSP, Kcl, ZA, NPK Hidrasil, Gandasil,
Super Fosfat, Bay folan, Green Zit, dan sebagainya. Pupuk organik yang sering
diberikan ke tanaman salak adalah pupuk kandang. Umur tanaman :
 0-12 bulan (1 x sebulan): Pupuk kandang 1000 gram, Urea 5 gram, TSP 5
gram, KCl 5 gram.
 12-24 bulan (1 x 2 bulan): Urea 10 gram, TSP 10 gram, KCl 10 gram.
 24-36 bulan (1 x 3 bulan): Urea 15 gram, TSP 15 gram, KCl 15 gram.
 36dst (1 x 6 bulan): Urea 20 gram, TSP 20 gram, KCl 20 gram.
6. Pengairan dan Penyiraman :
Air hujan adalah siraman alami bagi tanaman, tetapi sulit untuk mengatur air
hujan agar sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Air hujan sebagian besar
akan hilang lewat penguapan, perkolasi dan aliran permukaan. Sebagian kecil saja
yang tertahan di daerah perakaran, air yang tersisa ini sering dan optimal.

Panen
Mutu buah salak yang baik diperoleh bila pemanenan dilakukan pada
tingkat kemasakan yang baik. Buah salak yang belum masak, bila dipungut akan
terasa sepet dan tidak manis. Maka pemanenan dilakukan dengancara petik pilih,
disinilah letak kesukarannya. Jadi kita harus benar-benar tahu buah salak yang
sudah tua tetapi belum masak.
 Ciri dan Umur Panen : Buah salak dapat dipanen setelah matang benar
dipohon, biasanya berumur 6 bulan setelah bunga mekar (anthesis). Hal
ditandai oleh sisik yang telah jarang, warna kulit buah merah kehitaman
atau kuning tua, dan bulu-bulunya telah hilang. Ujung kulit buah (bagian
buah yang meruncing) terasa lunak bila ditekan. Tanda buah yang sudah tua,
menurut sumber lain adalah: warnanya mengkilat (klimis), bila dipetik
mudah terlepas dari tangkai buah dan beraroma salak.
 Cara Panen Cara memanen: karena buah salak masaknya tidak serempak,
maka dilakukan petik pilih. Yang perlu diperhatikan dalam pemetikan
apakah buah salak tersebut akan disimpan lama atau segera dimakan. Bila
akan disimpan lama pemetikan dilakukan pada saat buah salak tua (Jawa:
gemadung), jadi jangan terlalu tua dipohon. Buah salak yang masir tidak
tahan lama disimpan. Pemanenan buah dilakukan dengan cara memotong
tangkai tandannya.
 Periode Panen : Tanaman salak dalam masa panennya terdapat 4 musim:
a. Panen raya pada bulan Nopember, Desember dan Januari
b. Panen sedang pada bulan Mei, Juni dan Juli
c. Panen kecil pada bulan-bulan Pebruari, Maret dan April.
d. Masa kosong/istirahat pada bulan-bulan Agustus, September dan
Oktober.
Bila pada bulan-bulan ini ada buah salak maka dinamakan buah slandren.
Prakiraan Produksi : Dalam budidaya tanaman salak, hasil yang dapat dicapai
dalam satu musim tanam adalah 15 ton per hektar.

Hama Dan Penyakit

Hama
 Kutu wol /putih (Cerataphis sp.) : Hama ini bersembunyi di sela-sela buah.
 Kumbang penggerek tunas (Omotemnus sp..)
 Kumbang penggerek batang : Menyerang ujung daun yang masih muda
(paling muda), kemudian akan masuk ke dalam batang. Hal ini tidak
menyebabkan kematian tanaman, tetapi akan tumbuh anakan yang banyak di
dalam batang tersebut. Pengendalian: dimatikan atau dengan cara
meneteskan larutan insektisida (Diazenon) dengan dosis 2 cc per liter pada
ujung daun yang terserang atau dengan cara menyemprot. Dalam hal ini
diusahakan insektisida dapat masuk ke dalam bekas lubang yang digerek.
Memasukkan kawat yang ujungnya lancip ke dalam lubang yang dibuat
kumbang hingga mengenai hama.
 Babi hutan, tupai, tikus dan luwak. Pengendalian:
a. Untuk memberantas babi hutan, dilaksanakan dengan penembakan
khusus, atau memagari kebun salak dengan salak-salak jantan yang rapat.
Akan lebih baik lagi kalau memagari kebun salak dengan kawat berduri;
b. Untuk memberantas Tikus, digunakan Zink phosphit, klerat dan lain-lain;
c. Untuk memberantas Luwak dan Tupai, dapat digunakan umpan buah
pisang yang dimasuki Furadan 3 G. Caranya: buah pisang dibelah, kurang
lebih 0,5 gram Furadan dimasukkan ke dalamnya, kemudian buah pisang
tersebut dijahit dan dijadikan umpan.

Penyakit
 Penyakit yang sering menyerang salak adalah sebangsa cendawan putih,
Gejala: busuknya buah. Buah yang terserang penyakit ini kualitasnya jadi
menurun, karena warna kulit salak jadi tidak menarik. Pengendalian:
mengurangi kelembaban tanah, yaitu mengurangi pohon-pohon pelindung.
 Noda hitam : Penyebab: cendawan Pestalotia sp. Gejala: adanya
bercakbercakhitam pada daun salak.
 Busuk merah (pink) : Penyebab: cendawan Corticium salmonicolor.
Gejala: adanya pembusukan pada buah dan batang. Pengendalian: tanaman
yang sakit dan daun yang terserang harus dipotong dan dibakar di tempat
tertentu.

Gulma
Di beberapa tempat di Pulau Jawa, lahan salak dibangun di bekas
persawahan. Sehingga otomatis gulma yang merajai kebun adalah gulma-gulma
yang biasa terdapat di sawah. Karena lahan sawah yang biasa tergenang air
dikeringkan dan dibumbun tanahnya maka gulma yang mampu bertahan adalah
gulma berdaun sempit dan tumbuh menjalar yang sedikit sekali terdapat disawah.
Gulma yang berbatang kurus tegak, berdaun panjang yang umumnya di
persawahan kurang mampu bertahan. Itulah sebabnya mengapa gulma di lahan
bekas persawahan relatif lebih sedikit. Pengendalian secara manual dengan
dikored atau dicangkul pun sudah memadai. Pemberantasan gulma secara kimia di
kebun-kebun salak belum lazim dilaksanakan. Untuk lahan yang tidak seberapa
luas, para petani masih menggunakan cara manual (mencabuti rumput-rumputan
dengan tangan, dikored atau dicangkul). Bila lahan salak cukup luas, serta baru
dibuka, gulma yang terdapat tentu banyak sekali dan sulit diberantas hanya
dengan cara manual. Untuk situasi seperti ini perlu menggunakan herbisida, sebab
biaya tenaga kerja relatif murah dan hasilnya lebih cepat. Reaksi bahan kimia
dalam membunuh tanaman liar juga sangat cepat. Herbisida memiliki pengaruh
negatif, sebab racun yang dikandungnya dapat membahayakan mahluk hidup lain
termasuk ternak dan manusia. Herbisida yang akan digunakan perlu sesuai dengan
jenis gulma yang akan diberantas. Pilihan yang kurang tepat akan memboroskan
biaya. Gulma dari golongan rumput-rumputan dapat dibasmi dengan herbisida
Gramoxone, Gesapas, Basta atau Diuron. Dari golongan tekitekian dapat
diberantas dengan Goal. Alang-alang dapat dibasmi dengan Roundup. Sedangkan
tanaman yang berdaun lebar dapat diatasi dengan Fernimine. Ada juga herbisida
yang dapat memberantas beberapa jenis gulma.

DAFTAR PUSTAKA

Baswarsiati dan Yuniarti. 2007. Karakter morfologis dan beberapa keunggulan


mangga podang (Mangifera indica L.). Buletin plasma nutfah vol. 13 no.2.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2016. Standar Operasional Prosedur
(SOP)Mangga Gedong Gincu Off Season. Pemerintah Provinsi Jawa
Barat,Bandung.
Drs.Arief prahasta, MP. 1997. Agrisbisnis Durian. Pustaka Grafika. Jakarta
hlm : 1-2
Irwanto, B. 2008. Inventarisasi Hama-Hama Penting Dan Parasitoid Pada
BuahMangga (Mangifera spp.) Di Laboratorium. Skripsi. Fakultas
Pertanian,Universitas Sumatera Utara, Medan. 51 hlm.
Manuoto, S. dan Y. K. Wagiono. 1998. Prospek Pengembangan Buah-Buahan
dalam Negeri Ditinjau dari Aspek Agronomis. Makalah Seminar Nasional
Pengembangan Buah-Buahan Sumatera Utara dalam Menghadapi Era
Globalisasi. UMI, Medan. 26 halaman.
Rai, I. N., R. Poerwanto. 2008. Memproduksi Buah di Luar Musim. Pernerbit
Andi, Yogyakarta.Bernard T, Wahyu. 1995. Panen Durian. Agro Media
Jakarta. hlm : 1-2
Rohmaningtyas, D. 2010. Perbanyakan Tanaman Mangga Dengan Teknik Okulasi
di Kebun Benih Tanaman Pangan Dan Hortikultura Tejomantri Wonorejo
Polokarto Sukoharjo. Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Rukmana, R. 1997. Mangga: Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta.
Sarwono, A. 1995a. Durian durian hutan.T rubus Edisi Desember No 313 Tahun
ke XXVI : hlm. 21-28
Sarwono, B. 1995a. Ragam Varietas durian budidaya.Trubus Edisi Desember No
313 Tahun ke XXVI : hlm. 15
Setiadi. 1985. Penanaman durian. PT. Penebar Swadana. Bogor. hlm : 49-51

Anda mungkin juga menyukai