Anda di halaman 1dari 12

Logging merupakan metode pengukuran besaran-besaran fisik batuan terhadap kedalaman

lubang bor. Loging sumur (well logging) juga dikenal dengan borehole logging adalah cara untuk
mendapatkan rekaman log yang detail mengenai formasi geologi yang terpenetrasi dalam lubang
bor. Log dapat berupa pengamatan visual sampel yang diambil dari lubang bor (geological log),
atau dalam pengukuran fisika yang diperoleh dari respon piranti instrumen yang di pasang
didalam sumur (geohysical log). Well loging dapat digunakan dalam bidang eksplorasi minyak
dan gas, batubara, air bawah tanah dan geoteknik.

Logging sumur adalah pengukuran dalam lubang sumur menggunakan instrumen yang
ditempatkan pada ujung kabel wireline dalam lubang bor. Sensor yang terletak diujung kabel
wireline akan mendeteksi keadaan dalm sumur. Loging sumur dilakukan setelah drill string
dikeluarkan dari sumur. Terdapat dua kabel yang terkoneksi dengan permukaan, kedalaman
sumur direkam ketika sensor turun dan diangkat kembali untuk memulai pendeteksian. Subset
kecil dari data pengukuran dapat ditransmisikan ke permukaan real time menggunakan pressure
pulses dalam wells mud fluid colomn. Data telemetri dari dalam tanah mempunyai bandwidth
yang kecil kurang dari 100bit per detik, sehingga informasi dapat didapat real time dengan
bandwidth yang kecil.

2 Konsep Dasar Logging

Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka hadirlah survey
geofisika tahanan jenis yang merupakan suatu metode yang dapat memberikan gambaran
susunan dan kedalaman lapisan batuan dengan mengukur sifat kelistrikan batuan. Loke (1999)
mengungkapkan bahwa survey geofisika tahanan jenis dapat menghasilkan informasi perubahan
variasi harga resistivitas baik arah lateral maupun arah vertical. Metode ini memberikan injeksi
listrik ke dalam bumi, dari injeksi tersebut maka akan mengakibatkan medan potensial sehingga
yang terukur adalah besarnya kuat arus (I) dan potensial (ΔV), dengan menggunakan survey ini
maka dapat memudahkan para geologist dalam melakukan interpretasi keberadaan cebakan-
cebakan batubara dengan biaya eksplorasi yang relatif murah.

Logging geofisik untuk eksplorasi batubara dirancang tidak hanya untuk mendapatkan
informasi geologi, tetapi untuk memperoleh berbagai data lain, seperti kedalaman, ketebalan dan
kualitas lapisn batubara, dan sifat geomekanik batuan yang menyertai penambahan batubara.
Dan juga mengkompensasi berbagai masalah yang tidak terhindar apabila hanya dilakukan
pengeboran, yaitu pengecekan kedalaman sesungguhnya dari lapisan penting, terutama lapisan
batubara atau sequence rinci dari lapisan batubara termasuk parting dan lain-lain.

2.1 Log Sinar Gamma

Log Sinar Gamma adalah log yang digunakan untuk mengukur tingkat radioaktivitas suatu
batuan. Radioaktivitas tersebut disebabkan karena adanya unsur Uraniun, Thorium, Kalium pada
batuan. Ketiga elemen ini secara terus menerus memancarkan gamma ray yang memiliki energi
radiasi yang tinggi. Kekuatan radiasi sinar gamma yang paling kuat dipancarkan oleh mudstone
dan yang paling lemah dipancarkan batubara. Terutama yang dari mudstone laut menunjukan
nilai yang ekstra tinggi, sedangkan radiasi dari lapisan sandstone lebih tinggi disbanding
batubara. Log sinar gamma dikombinasikan dengan log utama, seperti log densitas, netron dan
gelombang bunyi, digunakan untuk memastikan batas antara lapisan penting, seperti antara
lapisan batubara dengan langit-langit atau lantai.

Skala log gamma ray dalam satuan API unit (APIU). Log gamma ray biasanya ditampilkan pada
kolom pertama, bersama – sama dengan kurva SP dan Kaliper. Skala log gamma ray dari kiri ke
kanan biasanya 0 – 100 atau 0 – 150 API. Walaupun terdapat juga suatu kasus dengan nilai
gamma ray sampai 200 API untuk jenis organic rich shale.

Log gamma ray sangat efektif dalam menentukan zona permeable, dengan dasar bahwa elemen
radioaktif banyak terkonsentrasi pada shale yang impermeable, dan hanya sedikit pada batuan
yang permeable. Pada formasi yang impermeable kurva gamma ray akan menyimpang ke kanan,
dan pada formasi yang permeable kurva gamma ray akan menyimpang ke kiri. Log gamma ray
memiliki jangkauan pengukuran 6 – 12 in. Dengan ketebalan pengukuran sekitar 3 ft.

Pengukuran dilakukan dengan jalan memasukkan alat detektor ke dalam lubang bor. Oleh karena
sinar gamma dapat menembus logam dan semen, maka logging gamma ray dapat dilakukan pada
lubang bor yang telah dipasang casing ataupun telah dilakukan cementing. Walaupun terjadi
atenuasi sinar gamma karena casing dan semen, akan tetapi energinya masih cukup kuat untuk
mengukur sifat radiasi gamma pada formasi batuan disampingnya. Formasi yang mengandung
unsur-unsur radioaktif akan memancarkan radiasi radioaktif dimana intensitasnya akan di terima
oleh detektor dan di catat di permukaan.

Untuk memisahkan jenis-jenis bahan radioaktif yang berpengaruh pada bacaan gamma ray
dilakukan gamma ray spectroscopy. Karena pada hakikatnya besarnya energy dan intensitas
setiap material radioaktif tersebut berbeda-beda. Spectroscopy ini penting dilakukan ketika kita
berhadapan dengan batuan non-shale yang memungkinkan untuk memiliki unsur radioaktif,
seperti mineralisasi uranium pada sandstone, potassium feldsfar atau uranium yang mungkin
terdapat pada coal dan dolomite.

Beberapa jenis batuan dapat dikenal dari variasi kandungan fraksi lempungnya, misalnya batu
lempung hamper seluruh terdiri dari mineral lempung, batu pasir kwarsa sangat sedikit
mengandung mineral lempung, batu lanau cukup banyak mengandung mineral lempung dan
sebagainya. Oleh karena itu respo gamma dapat digunakan untuk menafsirkan jenis litologinya.
Beberapa contoh batuan sesuai sifat radioaktifnya adalah sebagai berikut:

 Radioaktifnya sangat rendah

Anhidrid, garam, batubara dan nodule silica. Silica yang berlapis mengandung radioaktif lebih
tinggi dari berbentuk nodule.

 Radioaktif rendah

Batu gamping murni, dolomite dan batu pasir. Batu gamping dan dolomite yang berwarna gelap
lebih tinggi radioaktifnya daripada yang berwarna terang.

 Radioaktif menengah
Arkosa, pelapukan granit, batu lanau, batu gamping lempunagn dan napal. Batu yang berwarna
gelap lebih tinggi radioaktifnya daripada yang berwarna terang.

 Radioaktif sangat tinggi

Serpih, batu lempung dan abu gunung api.

Tabel 3.1. Karakteristik Respon Sinar Gamma

Radioaktif sangat Radioaktif rendah Radioaktif Radioaktif sangat


rendah menengah tinggi
(32,5 – 60 API)
(0 – 32,5 API) (60 – 100 API) (>100 API)
AnhidritSalt BatupasirBatugampin ArkoseBatuan granit Batuan serpihAbu
g vulkanik
Batubara Lempungan
Dolomit bentonit
Pasiran

Gamping

Cara membaca repon gamma untuk mendapatkan batas litologi adalah dengan cara mengambil
sepertiga antara respon maksimal dan respon minimal. Cara ini merupakan aturan yang ditara-
ratakan untuk mendapat ketelitian batas litologi. Biasanya aturan demikian cukup teliti untuk
lapisan batubara yang tidak banyak mengandung lapisan pemisah (parting) di dalamnya.

Suatu hal yang perlu diperhatikan untuk dapat mengkorelasi respon gamma dari beberapa lubang
bor adalah panjang probe selama pengukuran harus tetap dan kecepatan penaikan probe ari
dalam lubang harus tetap. Selain itu perlu pula ditinjau pengarh chasing walaupun kecil akan
tetap ada.

Sebelum bekerja dengan alat pngukur radiasi gamma  harus diadakan kalibrasi alat tersebut
terhadap sumber radiasi sinar gamma yang telah diketahui dan pembacaannya disesuaikan
dengan selang waktu ynag sesuai. Apabila selang waktu tersebut terlalu cepat respon cenderung
menjadi rata dan kurang peka terhadap perubahan litologi yang kecil. Sebaliknya apabila selang
waktu tersebut terlalu lambat perbedaan yang kecil terekam pada respon sehingga perbedaan
besar sukar terlihat.

Kegunaan Log GR, antara lain :


1. Evaluasi kandungan serpih (Vsh)
2. Menetukan lapisan permeabel.
3. Korelasi antar sumur.
2.2 Log Densitas

Awalnya penggunaan log ini dipakai dalam industri explorasi minyak sebagai alat bantu
interpretasi porositas. Kemudian dalam explorasi batubara malah dikembangkan menjadi unsur
utama dalam identifikasi ketebalan bahkan qualitas seam batubara. Dimana rapat masa batubara
sangat khas yang hampir hanya setengah kali rapat masa batuan lain pada umumnya. Lebih
extrem lagi dalam aplikasinya pada idustri batubara karena sifat fisik ini (rapat masa) hampir
linier dengan kandungan abu sehingga pemakaian log ini akan memberikan gambaran khas bagi
tiap daerah dengan karakteristik lingkungan pengendapannya.

Dalam operasinya logging rapat masa dilakukan dengan mengukur sinar g yang ditembakan dari
sumber melewati dan dipantulkan formasi batuan kemudian direkam kembali oleh dua detector
yang ditempatkan dalam satu ‘probe’ dengan jarak satu sama lain diatur sedemikan rupa. Kedua
detector ’short’ dan ‘long space’ diamankan dari pengaruh sinar g yang datang langsung dari
sumber radiasi. Sehingga yang terekam oleh kedua detector hanya sinar yang telah melewati
formasi saja. Dalam hal ini efek pemendaran sinar radiasi seperti ditentukan dalam efek
pemendaran Compton.

Sinar gamma dari sumber radioaktif dipancar oleh tumbukan dengan elektron di dalam lapisan
tanah dan energi sinar gamma akan hilang kepada elektron untuk setiap tumbukan (efek
compton). Densitas elektron di dalam material sebanding dengan densitas curahan atau massa
(bulk or mass density) material.

Logging densitas dilakukan untuk mengukur densitas batuan disepanjang lubang bor. Densitas
yang diukur adalah densitas keseluruhan dari matriks batuan dan fluida yang terdapat pada pori.
Prinsip kerja alatnya adalah dengan emisi sumber radioaktif. Semakin padat batuan semakin sulit
sinar radioaktif tersebut ter-emisi dan semakin sedikit emisi radioaktif yang terhitung oleh
penerima (counter).

Density Log menunjukkan besarnya densitas lapisan yang ditembus oleh lubang bor sehingga
berhubungan dengan porositas batuan. Besar kecilnya density juga dipengaruhi oleh
kekompakan batuan dengan derajat kekompakan yang variatif, dimana semakin kompak batuan
maka porositas batuan tersebut akan semakin kecil. Pada batuan yang sangat kompak, harga
porositasnya mendekati harga nol sehingga densitasnya mendekati densitas matrik. Log density
adalah kurva yang menunjukkan besarnya densitas “bulk density (rb)” dari batuan yang ditembus
oleh lubang bor. Log densitas digunakan untuk mengukur densitas semu formasi menggunakan
sumber radioaktif yang ditembakkan ke formasi dengan sinar gamma yang tinggi dan mengukur
jumlah sinar gamma rendah yang kembali ke detektor.

Karakteristik masing-masing batuan pada log densitas adalah sebagai berikut:

 Batubara mempunyai densitas yang rendah (1,20 – 1,80 gr/cc)


 Konglomerat mempunyai densitas menegah (2,25 gr/cc)
 Mudstone, batupasir, batugamping mempunyai densitas menengah sampai tinggi (2,65 –
2,71 gr/cc)
 Batuan vulkanik basa dan batuan vulkanik non basa mempunyai densitas tinggi (2,7 –
2,85 gr/cc)

Tabel 3.2. Nilai Rapat Massa Batuan

Jenis batuan Rapat massa Rapat massa saat


sebenarnya (gr/cc) logging (gr/cc)
Sandstone 2,650 2,684
Limestone 2,710 2,710
Dolomites 2,870 2,876
Anhidrid 2,960 2,977
Antrasite coal 1,400-1,800 1,355-1,796
Bituminous coal 1,200-1,500 1,173-1,514

Aplikasi log densitas antara lain :


A. Identifikasi batuan secara kuantitatif.

B. Identifikasi adanya kandungan gas.

C. Menderteminasi densitas batuan

D. Identifikasi mineral evaporit.

A. Log Spontaneous Potential (SP)


Log SP merupakan rekaman beda potensial formasi. Tools SP mengukur beda
potensial antara sebuah elektroda yang ditempatkan di permukaan tanah dengan suatu
elektroda yang bergerak dalam lubang sumur. Tools SP beroperasi berdasarkan arus
listrik, maka lumpur pengeboran yang digunakan harus bersifat konduktif. Dalam
evaluasi formasi Log Sp biasa digunakan dalam untuk :
a. Mengidentifikasi zona permeable dan non permeable
b. Untuk korelasi well to well

c. Menentukan nilai resistivitas air formasi (RW).


B. Log Resistivitas
Pada log resistivitas dugunakan untuk mengukur resistivitas batuan yang dibor
serta dipakai untuk mengidentifikasi zona-zona yang mengandung hidrokarbon
C. Log Neutron
Log neutron adalah log porositas dengan cara mengukur konsentrasi ion hidrogen di
dalam formasi batuan. Pada lapisan yang bersih dari shale, dimana porositas diiisi oleh
air, minyak atau gas, neutron log mengukur porositas batuan yang terisi oleh fluida
tersebut.
Prinsip kerja dari log neutron hampir sama dengan density log, hanya sumbernya saja
yang berbeda. Pada log neutron partikel-partikel netral listrik yang mempunyai massa sama atau
hampir sama dengan atom hidrogen (disebut neutron) memancarkan energi tinggi secara
kontinue pada suatu sumber radioaktif ke dalam fornasi batuan di sekitar lubang bor. Neutron-
neutron ini bertabrakan dengan atom-atom hidrogen di dalam formasi. Dalam setiap tabrakan
ini neutron mengalami kehilangan sebagian energinya, dan jumlah energ yang hilang akibat
tabrakan bergantung kepada massa relatif dari atom yang bertabrakan dengan neutron
tersebut. Jadi besarnya energi neutron yang hilang hampir semuanya bergantung pada banyak
atau sedikitnya jumlah hidrogen dalam formasi. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
porosistas pada kurva neutron,

d. Log Sonic. Sonic log merupakan log akustik dengan prinsip kerja mengukur waktu tempuh
gelombang bunyi pada jarak tertentu didalam lapisan batuan

Prinsip kerja alat ini adalah bunyi dengan interval yang teratur dipancarkan dari sebuah sumber
bunyi (transmitter) dan alat penerima (receiver) akan mencatat lamanya waktu perambatan bunyi
di dalam batuan (Ùt). Lamanya waktu perabatan bunyi tergantung kepada litologi batuan dan
porositas batuannya. Bila batuannya kompak dan porositasnya rendah maka harga Ùt akan rendah
dan sebaiknya. Log ini dapat digunakan untuk mendeteksi “overpressed zone”, dimana pada
daerah ini terdapat banyak air sehingga kecepatan dari waktu rambat bunyi sangat lambat.

Log Caliper. Log ini digunakan untuk mengukur diameter lubang bor yang sesungguhnya
sehingga dapat merefleksikan lapisan permeable dan lapisan yang impermeable. Pada lapisan yang
permeable diameter lubang bor akan semakin kecil karena terbentukya kerak lumpur (mud cake) pada
dinding lubang bor. Sedangkan pada lapisan yang impermeable diameter lubang bor akan bertambah
besar karena ada dinding yang runtuh (vug). Interpretasi kualitatif yang dapat dilakukan berdasarkan
data log caliper,
3 Perekaman Data Logging

Perekaman data logging menggunakan software WellCad. Data logging yang telah diperoleh
kemudian dicetak dalam lembaran data logging dimana terdapat nama perusahaan, nomor lubang
bor, lokasi pengeboran, jenis log, kedalaman pengeboran, kedalaman alat logging, batas atas
logging mulai dieksekusi, batas bawah logging selesai dieksekusi, nama perekam log, nama
geologist penanggung jawab serta kedalaman penggunaan chasing. Selain itu lembar data
logging juga memuat informasi mengenai grafik hasil pembacaan log gamma  dan log densitas
yag kemudian dilakukan interpretasi jenis lapisan batuan beserta kedalaman dan ketebalannya.

4 Interpretasi Data Logging

Interpretasi didefenisikan sebagai suatu kegiatan untuk menjelaskan arti dari sesuatu. Sedangkan
interpretasi log merupakan suatu kegiatan untuk menjelaskan hasi perekaman mengenai berat
jenis elektron. Interpretasi log dapat menyediakan jawaban mengenai ketebalan lapisan batubara,
kedalamannya, korelasi lapisan batubara, jenis batuan roof (20 cm di atas lapisan batubara), jenis
floor (20 cm di bawah lapisan batubara), mengetahui kondisilubang bor dan sebagainya. Log
gamma digunakan bersamaan dengan log densitas yang merupakan log geofisika yang utama
dalam eksplorasi batubara.

Analisa Log Radioaktif


1. Gamma Ray Log
-          Untuk membedakan lapisan-lapisa shale dan non shale pada sumur-sumur open hole atau cased
hole dan juga pada kondisi ada lumpur maupun tidak.
-          Sebagai pengganti SP Log untuk maksud-maksud pendeteksian lapisan permeable, karena untuk
formasi yang tidak terlalu resistif hasil SP Log tidak terlalu akurat
-          Untuk mengetahui korelasi batuan dan prosentase kandungan shale pada lapisan permeable
-          Mendeteksi mineral-mineral radioaktif
-          Menentukan kedalaman perforasi yang telah diinjeksi air (water plugging)

2. Neutron Log
-          Untuk menentukan total porosity
-          Mendeteksi adanya formasi gas setelah dikombinasikan dengan porosity tool lainnya seperti
Density Log)
-          Penentuan korelasi batuan

3. Formation Density Log


-          Untuk mengukur porositas batuan
-          Mengidentifikasi mineral batuan
-          Mengevaluasi shally sand dan lithologi yang kompak
-          Log ini juga dapat digunakan sebagai indikasi adanya gas
4.
- Memeriksa lapisan permeable.
- Mencari batas-batas lapisan permeable dan memungkinkan korelasi dari lapisan.
- Menentukan nilai resistivitas air formasi (RW).
- Memberikan indikasi kualitatif dari lapisan serpih.
Logging adalah teknik untuk mengambil data-data dari formasi dan lubang sumur dengan
menggunakan instrumen khusus. Pekerjaan yang dapat dilakukan meliputi pengukuran data-data
properti elektrikal (resistivitas dan konduktivitas pada berbagai frekuensi), data nuklir secara
aktif dan pasif, ukuran lubang sumur, pengambilan sampel fluida formasi, pengukuran tekanan
formasi, pengambilan material formasi (coring) dari dinding sumur, dsb.
Logging tool (peralatan utama logging, berbentuk pipa pejal berisi alat pengirim dan
sensor penerima sinyal) diturunkan ke dalam sumur melalui tali baja berisi kabel listrik ke
kedalaman yang diinginkan. Biasanya pengukuran dilakukan pada saat logging tool ini ditarik ke
atas. Logging tool akan mengirim sesuatu “sinyal” (gelombang suara, arus listrik, tegangan
listrik, medan magnet, partikel nuklir, dsb.) ke dalam formasi lewat dinding sumur. Sinyal
tersebut akan dipantulkan oleh berbagai macam material di dalam formasi dan juga material
dinding sumur. Pantulan sinyal kemudian ditangkap oleh sensor penerima di dalam logging tool
lalu dikonversi menjadi data digital dan ditransmisikan lewat kabel logging ke unit di
permukaan. Sinyal digital tersebut lalu diolah oleh seperangkat komputer menjadi berbagai
macam grafik dan tabulasi data yang diprint pada continuos paper yang dinamakan log.
Kemudian log tersebut akan diintepretasikan dan dievaluasi oleh geologis dan ahli geofisika.
Hasilnya sangat penting untuk pengambilan keputusan baik pada saat pemboran ataupun untuk
tahap produksi nanti.

a. Logging-While-Drilling (LWD)
Logging-While-Drilling (LWD) adalah pengerjaan logging yang dilakukan bersamaan
pada saat membor. Alatnya dipasang di dekat mata bor. Data dikirimkan melalui pulsa tekanan
lewat lumpur pemboran ke sensor di permukaan. Setelah diolah lewat serangkaian komputer,
hasilnya juga berupa grafik log di atas kertas. LWD berguna untuk memberi informasi formasi
(resistivitas, porositas, sonic dan gamma-ray) sedini mungkin pada saat pemboran.

b. Mud logging
Mud logging adalah pekerjaan mengumpulkan, menganalisis dan merekam semua
informasi dari partikel solid, cairan dan gas yang terbawa ke permukaan oleh lumpur pada saat
pemboran. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui berbagai parameter pemboran dan formasi
sumur yang sedang dibor

Buat lobang seukuran pipa casing sedalam 30 cm, tanah galian tersebut dimasukkan ke dalam bak

ukur tanah

2.      Pipa casing dan casing shoe pertama dimasukan kedalam lobang yang dibuat

3.      Tancap pipa casing pada lapisan tanah, posisinya harus tegak lurus

4.      Pasang kepala buluh pada pipa yang tertancap, putar kepala buluh sampai tersambung kuat

dengan pipa casing.

5.      Pasang roda bor di kepala buluh dan putar agar roda tidak goyang

6.      Pemboran,

-          4 orang naik keatas roda bor

-          Lonceng dinaikkan keatas roda dan dimasukkan kedalam lobang pipa, tahan dengan besi cabang

agar lonceng tidak jatuh kedalam pipa

-          Naikkan galah 1,5 meter keatas roda dan sambungkan dengan ulir lonceng, putar sampai kuat

-          Pasang kunci stang pada galah lebih kurang 50 / 60 cm diatas roda estik, kunci kuat agar tidak

goyang
-          Bersihkan tangkai kunci dan galah dari pasir, dengan air agar tangan krew bor tidak sakit ketika

memegang tangkai kunci

-          4 orang diatas roda memegang tangkai kunci stang mengangkat dan menumbuk lonceng pada

lapisan tanah, lapisan tanah yang terpotong akan tertampung ke dalam bailer

-          Setelah batas estik rata dengan permukaan kepala buluh, hentikan penumbukan, krew bor

dibawah akan memutar pipa searah jarum jam maka pipa akan masuk perlahan dan setelah pipa

tidak masuk lagi hentikan pemutaran, dan mulai penumbukan lagi.

7.      Pengambilan conto lapisan

-          Setelah pipa masuk lebih kurang 30 cm, angkat lonceng ke atas

-          Buka galah dari sambungan lonceng, turunkan galah yang terpasang kunci stang

-          Turunkan lonceng dan tuangkan perlahan lahan conto tanah yang ada didalam lonceng kedalam

bak ukur tanah dan jangan sampai tumpah keluar

-          Mandor / pengawas / juru bor harus mengamati conto yang keluar dari lonceng untuk

menentukan jenis lapisannya dan warna lapisan

-          Lalu ulangi kegiatan pemboran secara berulang ulang dengan proses pengerjaan yang sama

sampai pemutusan lapisan persatu meter dan sampai pemboran mencapai kong atau batuan dasar

8.      Sambung pipa casing kedua

-          Turunkan roda bor dan semua peralatan yang ada diatas roda bor

-          Buka kepala buluh dengan palu ( 5 atau 3 kg ), angkat dan pinggirkan pada tempat yang aman

-          Ambil pipa casing yang baru dan sambungkan dengan pipa casing yang sudah tertancap pada

tanah

-          Pasangkan kepala buluh, sambungkan pada pipa casing

-          Roda bor dimasukan pada kepala buluh, putar agar kepala buluh tidak goyang
9.      Pemboran lanjutan

-          Kegiatan yang dilakukan sama pada saat pemboran awal, hanya di tambah galah 1,5 meter

-          Lakukan pengambilan conto lapisan tanah seperti pengambilan conto tanah pada pipa casing

pertama

-          Pekerjaan ini dilakukan secara berulang ulang dengan proses yang sama sampai pemboran

selesai ( mencapai batuan dasar )

1.  Pencabutan pipa casing

-          Angkat dan turunkan roda bor dan semua peralatan yang ada diatasnya, tempatkan pada posisi

yang aman

-          Buka kepala buluh dari sambungan casing

-          Pasang kunci dauble ( dauble casing wrench ) pada casing, gunanya untuk menahan pipa jangan

sampai jatuh dalam lobang bor waktu pembukaan casing dan memuta casing setengah lingkaran

agar lebih mudah waktu pencabutan casing

-          Belitkan rantai pencabut pipa pada casing bagian bawah

-          Pasang kayu cabang dan tegakkan disamping casing, letakkan kayu pengungkit diatas kayu

cabang

-          Beberapa orang krew bor naik diatas kayu pengungkit dan sebagian lainnya memutar casing

-          Perlahan casing akan terungkit, buka casing dari sambungan dan tempatkan pada posisi yang

aman

-          Pekerjaan ini dilakukan secara berulang ulang hingga pipa habis tercabut

-          Pemakaian kunci dauble setiap pembukaan casing sangat disarankan untuk mengantisipasi

jangan sampai pipa jatuh kedalam lobang bor


Pemboran timah

Darat

Untuk jenis pemboran timah didarat menggunakan alat bor manual Bangka drill, yang memiliki
kemampuan pemboran sampai kedalaman 30 meter, serta alat bor mekanik yang dapat mengebor
sampai kedalaman 60 meter. Bor Bangka / Banka Drill adalah salah satu tipe bor ulir (auger)
yang dilengkapi dengan sistem pipa penahan dan alat penginti masuknya pipa pemboran ke
dalam tanah yang dipengaruhi oleh gerak berputarnya lantai kerja yang disatukan dengan kepala
pipa penahan. Sistem pengambilan percontohan dioperasikan dengan cara menumbukkan dari
lantai kerja

Tahapan pemboran

1. Buat lobang seukuran pipa casing sedalam 30 cm, tanah galian tersebut dimasukkan ke dalam bak

ukur tanah

2.      Pipa casing dan casing shoe pertama dimasukan kedalam lobang yang dibuat

3.      Tancap pipa casing pada lapisan tanah, posisinya harus tegak lurus

4.      Pasang kepala buluh pada pipa yang tertancap, putar kepala buluh sampai tersambung kuat

dengan pipa casing.

5.      Pasang roda bor di kepala buluh dan putar agar roda tidak goyang

6. 4 orang naik keatas roda bor, mengangkat dan menumbuk sehingga sampel atau tanhnya masuk

kedalam st

Anda mungkin juga menyukai