Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

A. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami suatu perubahan
dalam jumlah atau pola rangsang yang mendekat (baik yang dimulai secara eksternal
maupun internal) disertai dengan respon yang berkurang dibesar-besarkan, distorsi
atau kerusakan rangsang tertentu (Towsend, 1998).
PSIKODINAMIKA
1. Etiologi
a. Koping individu tidak adekuat
b. Individu yang mengisolasi diri dari lingkungannya
c. Ada trauma yang menyebabkan rasa rendah diri
d. Koping keluarga yang tidak efektif

2. Proses Terjadinya Masalah


a. Fase Pertama
Klien mengalami kecemasan, stress, perasaan terpisah dan kesepian, klien
mungkin melamun, memfokuskan pikirannnya kedalam hal-hal
menyenangkan untuk menghilangkan stress dan kecemasannya. Tapi hal ini
bersifat sementara, jika kecemasan datang klien dapat mengontrol kesadaran
dan mengenal pikirannya namun intesitas persepsi meningkat.
b. Fase Kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal, individu berada pada tingkat listening pada halusinasinya. Pikiran
internal menjadi menonjol, gambaran suara dan sensori dan halusinasinya
dapat berupa bisikan yang jelas. Klien membuat jarak antara dirinya dan
halusinasinya dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari
orang lain atau tempat lain.
c. Fase Ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol. Klien menjadi lebih
terbiasa dan tidak berdaya dengan halusinasinya. Kadang halusinasinya
tersebut memberi kesenangan dan rasa aman sementara.
d. Fase Keempat
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi sebelumnya menyenangkan berubah menjadi
mengancam, memerintah, memarahi. Klien tidak dapat berhubungan dengan
orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya. Klien hidup dalam dunia
yang menakutkan yang berlangsung secara singkat atau bahkan selamanya.

3. Tanda dan gejala


a. Bicara, senyum-senyum, tertawa sendiri.
b. Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, menghidu dan merasa
sesuatu yang tidak nyata.
c. Merusak diri, orang lain dan lingkungan.
d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata.
e. Tidak dapat memusatkan diri.

4. Macam-macam halusinasi
a. Halusinasi pendengaran
Klien mendengar suara yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata dan
orang lain tidak melihatnya. Karakteristik ditandai dengan mendengar suara,
terutama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang
sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan
Klien melihat gambaran yang jelas atau samar-samar tanpa stimulus yang
nyata dan orang lain tidak melihatnya. Karakteristik dengan adanya stimulus
penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar
kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa
menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghiduan/penciuman
Klien mencium bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang
nyata dan orang lain tidak menciumnya. Karakteristik ditandai dengan adanya
bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses.
Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke,
tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi pengecapan
Klien merasa makan sesuatu yang tidak nyata, biasanya merasakan rasa
makanan yang tidak enak. Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu
yang busuk, amis dan menjijikkan.
e. Halusinasi perabaan
Klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata. Kar
akteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.

5. Komplikasi
Dampak dari perubahan sensori persepsi: halusinasi adalah:
a. Resiko perilaku kekerasan
Hal ini terjadi bahwa klien dengan halusinasi kronik cenderung untuk marah-
marah dan mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya.
Kerusakan interaksi sosial
b. Hal ini terjadi karena prilaku klien yang sering marah-marah dan resiko
mencederai lingkungan, maka lingkungannya akan menjauh dan
mengisolasinya.

6. Patofisiologi
Halusinasi terjadi mulai karena individu mempunyai koping yang tidak adekuat,
mengalami trauma, koping kelurga yang tidak efektif, hal-hal tersebut
menyebabkan individu mempunyai harga diri rendah, klien akan lebih banyak
timbul depresi karena individu tersebut tidak ingin membicarakan masalahnya
dengan orang lain sehingga masalah klien tersebut tidak terselesaikan. Dalam
keadaan ini individu akan mengalami kecemasan, stress, perasaan terpisah dan
kesepian.

7. Dampak perubahan sensori persepsi terhadap kebutuhan dasar manusia.


a. Kebutuhan nutrisi
Individu dengan halusinasi pendengaran, biasanya merasa asyik dengan dunia
dan pikirannya sendiri sehingga waktu untuk makan tidak ada. Disamping itu
juga bila halusinasinya mengancam dirinya maka ia akan cenderung menolak
dan menghindari makan. Sehingga dampak yang terjadi adalah gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi.
b. Kebutuhan istirahat dan tidur
Suara halusinasi didengar secara terus-menerus dapat menyebabkan individu
merasa tidak aman, takut ataupun gelisah sehingga individu tersebut tidak
mampu mengontrol halusinasinya, hal ini dapat mengakibatkan kebutuhan
istirahat tidur terganggu.
c. Perawatan diri atau personal hygiene
Individu dengan halusinasi pendengaran kadang-kadang merasa cemas, takut,
gelisah ataupun curiga sehingga hal ini menyebabkan menurunnya minat
individu untuk mengurus dirinya. Selain itu juga halusinasi dapat membuat
individu asyik dengan pikiran dan dunianya sendiri, sehingga individu menjadi
kurang perhatian dan kurang motivasi terhadap kebersihan dirinya.
d. Eliminasi
Individu dengan halusinasi pendengaran cenderung menarik diri, menyendiri
dengan duduk terpaku dengan pandangan kearah tertentu sehingga aktivitas
berkurang. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya metabolisme tubuh dan
peristaltik usus, sehingga dapat menimbulkan konstipasi dan terjadi gangguan
eliminasi.
e. Intoleransi aktivitas
Adanya rasa rendah diri menyebabkan individu menarik diri dan selalu
menyendiri dan tidak mau bergaul dan melakukan aktivitas bersama-sama
dengan temannya. Disamping itu, karena asyik dengan dunianya sendiri
sehingga akan menyebabkan kurang motivasi dalam beraktivitas.
f. Kebutuhan rasa aman
Jika halusinasinya mengancam individu maka ia cenderung akan merasa
gelisah, takut ataupun bingung. Hal ini menimbulkan rasa tidak aman pada
individu.
g. Kebutuhan mencintai dan dicintai
Pada klien yang mengalami halusinasi pendengaran cenderung akan menarik
diri karena beranggapan bahwa penyebab halusinasi berasal dari proses
mempelajari tingkah laku orang lain, hubungan dengan orang lain atau
pendapat orang lain tentang dirinya, maka kebutuhan akan mencintai dan
dicintai akan terganggu.
h. Komunikasi
Pada klien dengan halusinasi pendengaran cenderung akan menunjukan
perilaku inkoheren, kadang sulit untuk memulai pembicaran, hal ini akan
berdampak terganggunya komunikasi verbal.
i. Sosialisasi
Klien dengan halusinasi pendengaran cenderung bersikap masa bodoh (apatis)
terhadap lingkungan maupun terhadap dirinya, kadang-kadang
pembicaraannya tidak wajar. Hal ini akan menyebabkan klien menarik diri
dari pergaulan sosial, dampaknya gangguan interaksi sosial.

B. Rentang Respon Neurologis

Respon Adaptif Respon Maladaptif

- Pikiran logis - Kadang proses pikir - Gangguan proses


terganggu pikir/waham
- Persepsi akurat - Halusinasi
- Emosi konsisten - Ilusi -Kesukaran proses emosi dengan
pengalaman - Perilaku tidak terorganisir
- Perilaku cocok - Emosi berlebih, berkurang - Isolasi sosial
- Hubungan sosial - Perilaku yang tidak biasa
harmonis - Menarik diri
(Stuart and Laraia 1998)

Respon maladaptif dari ke 5 perubahan tersebut:


1. Perubahan proses pikir
Pola klien dengan gangguan orientasi realita pola dan proses pikir kanak –
kanak klien yang terganggu pola pikirnya sehingga sukar berperilaku koheren,
tindakan cenderung berdasarkan penilaian peribadi klien terhadap reaksi yang
tidak sesuai dengan penilaian umum.
2. Perubahan terhadap persepsi
Persepsi merupakan proses pikir dan emosional terhadap objek perubahan
yang paling sering terjadi pada klien dengan gangguan orientasi realitas adalah
halusinasi dan depersonalisasi
3. Perubahan afek atau emosi
Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak dengan perasaan
tertentu karena jika langsung mengalami pada saat tersebut dapat menimbulkan
ansietas.
4. Perubahan motorik
Perubahan motorik dapat diobservasi pada klien dengan gangguan orientasi
realita dan sering dimanifestasikan secara eksternal baik perubahan kognitif
maupun persepsi,perubahan motorik pada klien dengan gangguan orientasi realita
dapat dimanifestasikan dengan peningkatan atau penurunan kegiatan motorik :
impulsif menerisme, otomatisme dan sterotif.
5. Perubahan sosial
Jika berhubungan sosial tidak sehat dan menimbulkan kecemasan yang
meningkat maka individu akan merasa kekosongan internal (Stuart and Sundeen,
1998).

Anda mungkin juga menyukai