Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

“ ISOLASI SOSIAL”

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Isolasi Sosial adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasa kebutuhan keinginan untuk meningkatkan keterlibatkan dengan orang lain tetapi
tidak mampu untuk membuat kontak. (Carpenito, 2000)
Isolasi sosial adalah suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya
kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu
fungsi seseorang dalam berhubungan sosial. (Depkes RI,2000)
Isolasi sosial adalah pengalaman kesendirian secara individu dan dirasakan segan
terhadap orang lain dan sebagai keadaan yang negative atau mengancam ( Nanda,2005 )
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
tidak mempu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya ( Stuart Laraia,2005 )
Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang lain karena
merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa,
pikiran, dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan
dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatina dan
tidak sanggup berbagi pengalaman ( Yosep,2009 )
2. Proses Terjadinya Masalah
Menurut DEPKES tahun 2000 isolasi social timbul dari beberapa factor yang dapat
digolongkan menjadi factor predisposisi dan factor presipitasi:
1. Factor predisposisi
Factor yang mendukung terjadinya gangguan berhubungan social adalah :
a) Factor tumbuh kembang
Ada tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan
isolasi social pada masa tumbuh kembang tugas perkembangan ini pada
masing-masing tahap perkembangan mempunyai spesifikasi tersendiri. Bila
tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi akan menghambat
perkembangan selanjutnya misalnya pada fase oral apabila tugas
perkembangan dalam bentuk rasa saling percaya tidak terpenuhi, dapat
mengakibatkan individu tersebut tidak percaya kepada dirinya dan orang lain.
b) Factor komunikasi keluarga
Adanya gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan pendukung untuk
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini termasuk
komunikasi yang tidak jelas, dimana seorang anggota keluarga menerima
keadaan yang saling bertentangan dalam waktu yang bersamaan, ekspresi
emosi tinggi, dalam keluarga membatasi untuk berhubungan dilingkungan
keluarga.
c) Factor social budaya
Isolasi social atau mengasingkan diri dari lingkungan social merupakan suatu
factor pendukung untuk terjadi gangguan dalam hubungan social.
d) Factor biologis
Factor keturunan juga merupakan factor pendukung terjadinya gangguan
dalam hubungan dengan orang lain. Struktur otak menurunkan berat otak
secara drastis, perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam lembik dan daerah
kortikal.
2. Factor presipitasi
Factor presipitasi dapat ditimbulkan oleh factor internal dan eksterna, meliputi :
a. Stressor social budaya, sters yang ditimbulkan oleh factor ini disebabkan oleh
beberapa hal anara lain : keluarga yang labilberpisah dengan orang lain atau
beradaptasi misalnya dirawat dirumah sakit akibat penyakit kronis.
b. Factor psikologik
Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya
kemampuan individu untuk mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan
berbagai masalah gangguan berhubungan.
3. Manifestasi Klinis
Menurut Carpenito, L.J, 2000 manifestasi klinis yang berhubungan dengan isolasi social
dapat dibedakan menjadi :
Data subjektif
a. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan.
b. Keinginan terhadap kontak lebih banyak dengan orang.
c. Melaporkan ketidakamanan dalam situasi social.
d. Menggambarkan kurang hubungan yang berarti.
Data objektif
a. Tampak depresif, cemas atau marah.
b. Menarik diri
c. Kontak mata buruk
d. Tidak komunikatif
e. Ketidak mampuan untuk berkonsentrasi dan membuat keputusan.
f. Perilaku bermusuhan
g. Sedih
h. Kurang aktivitas ( fisik atau verbal)
4. Rentang Respon
Dilihat dari rentang respon sosial individu terletak didalam rentang adaptif sampai
rentang maladaptif, dibawah ini adalah bagan rentang respon:

Respon adaptif Respon maladaptif

Pikiran logis Pikiran kadang menyimpang Gangguan proses pikir


Persepsi Akurat Ilusi Halusinasi
Reaksi emosional berlebihan atau kurang Kesulitan untuk memproses emosi
Emosi konsistensi dengan pengalaman
Perilaku sesuai Perilaku aneh atau taklazim Ketidak teraturan perilaku
Hubungan Sosial yang harmonisMenarik Diri Isolasi sosial

(Stuart dan Laraia, 2005, hlm. 387)


5. Terapi Modalitas
Terapi modalitas yang penulis bahas di laporan kasus ini yaitu terapi psikofarmaka
dan Terapi Aktifitas Kelompok (pada konsep Asuhan Keperawatan). Adapun terapi
psikofarmaka menurut Townsend (2003), sebagai berikut :
a) Klorpromazin (golongan fenotiazin).
b) Halloperidol (golongan butirofenon).
c) Triheksifenidil (golongan antiparkinson).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Isolasi Sosial
1. Pengkajian
Definisi Pengkajian menurut Nurjanah ( 2005 ) adalah tahap awal dan dasar utama
dari proses keperawatan, tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan atau masalah klien, data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikososial,
sosial dan spiritual.
2. Pohon Masalah
Menurut Keliat (2006) pendekatan asuhan keperawatan melalui pohon masalah dapat
dipahami dengan jelas dan efektif, melalui perhatian terhadap tiga komponen yang
terdapat pada pohon masalah, yaitu penyebab, masalah utama dan akibat.

Gangguan sensori/persepsi:
Akibat
halusinasi pendengaran

Masalah utama Isolasi sosial

Penyebab Harga diri rendah

(Keliat, 2006)
3. Diagnosa Keperawatan dan intervensi keperawatan
 Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial
 Tujuan umum:
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
 Tujuan khusus:
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri
3) Klien mamapu menyebutkan keuntungan berhubungan social dan kerugian
menarik diri
4) Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap
5) Klien mamapu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan social
 Intervensi keperawatan:
a) Bina hubungan saling percaya denga menggunakan teknik komunikasi terapeutik:
sapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal, perkenalkan diri dengan
sopan, tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai, jelaskan tujuan
pertemuan, jujur dan menepati janji, tunjukkan sikap emapati dan menerima klien
apa adanya, berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
b) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tandanya.
c) Berikesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan yang menyebabkan
klien tidak mau bergaul.
d) Beripujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaanya.
e) Tanyakan pada klien tentang manfaat hubungan social dan kerugian menarik diri.
f) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan social dan kerugian
menarik diri.
g) Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasannya.
h) Kajikan kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.
i) Bermain peran tentang cara berinteraksi dengan orang lain.
j) Dorong dan bantu klien untuk berinteraksi dengan orang lain.
k) Beri pujian terhadap keberhasilan yang telah dicapai
l) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya bila berinteraksi dengan orang
lain.
m) Diskusikan dengan klien tentang perasaan keuntungan berinteraksi dengan orang
lain
n) Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai klien.
4. Implementasi
Menurut Isaacs (2004, hlm. 163)
Sebelum melaksanakan tindakan perlu memvalidasi dengan singkat, intervensi yang
sesuai dan dibutuhkan oleh klien saat ini (here&now), klien yang isolasi sosial gunakan
diri secara teraupetik, lakukan interaksi yang terencana, singkat, sering, dan tidak
menuntut, rencana aktivitas sederhana satu-lawan-satu, pertahankan konsistensi dan
kejujuran dalam interaksi, secara bertahap anjurkan klien untuk berinteraksi dengan
teman-temannya dalam situasi yang tidak mengancam, lakukan berbagai tindakan untuk
meningkatkan harga diri, buat jadwal rutin aktivitas hidup sehari- hari.
5. Evaluasi
menurut NIC-NOC tahun 2007. Kesepian tingkat respon emosi, atau ektensial.
Keseimbangan Mood penyesuaian yang tetap terhadap tekanan emosi sebagai respons
terhadap keadaan tertentu. Partisipasi dalam permainan: pengunaan aktivitas sesuai yang
dibutuhkan untuk kesenangan, hiburan, dan perkembangan anak. Keterampilan Interaksi
Sosial seringnya individu berinteraksi dengan orang laian, kelompok, dan organisasi.
Dukungan Sosial ketersediaan yang dirasakan dengan kelengkapan bantuan dari orang
lain yang mungkin. Kesejahteraan pengungkapan kepuasan individu terhadap status
kesejahteraannya.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. ( 2001 ). Buku Saku diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Depkes RI. ( 2000 ). Keperawatan Jiwa Teori Dan Tindakan Keperawatan. Cetakan I. Jakarta:
Depkes
Isaac, Ann. 2004. Keperawatan Kesehatan Jiwa Dan Psikiatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC
Keliat , Budi Anna, Akemat. ( 2002 ). Keperawatan Jiwa Dan Terapi Aktifitas Kelompok.
Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna ( 2006 ) . Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
NANDA (NIC-NOC). (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Stuart and Larai Michle T. ( 2005 ). Principles And Practice Of Psychiatric Nursing. Edition 8.
Missouri: Elsevier Mosby
Stuart. ( 2007 ).Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edition 5. Jakarta: EGC
Town Send, Mary C. ( 2003 ). Buku Saku Pedoman Obat Dalam Keperawatan Psikiatrik. Edisi
2. Jakarta: EGC
Yosep, iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai