Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN GANGGUAN JIWA: PERILAKU KEKERASAN


A. Pengertian
Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebgai respon terhadap
kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart and
Sunden, 1998). Perasaaan normal bagi individu namun perilaku yang dimanifestasikan oleh
perasaan marah dapat difluktuasikan serpanjang rentang adaptif dan maladaptif.

B. Respon Individu
Respon adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

C. Proses Terjadinya Masalah


Proses terjadinya masalah dipandang dari sudut teori adalah sebagai berikut :
1. Psikoanalisa
a. Perilaku agresif adalah dorongan insting
b. Menurut Freud 2 dorongan manusia adalah seksualitas dan agresif
c. Kehidupan  keseimbangan
2. Psikologi
a. Menurut frustasi—agresif, agresif terjadi akibat frustasi
b. Ada faktor-faktor yang membatasi kapasitas untuk memilih mekanisme koping :
1) Kerusakan otak
2) Penolakan pada masa kanak-kanak
3) Respon pada perilaku kekerasan

c. Teori perilaku
1) Perilaku agresif
2) Belajar internal
3) Belajar eksternal
d. Sosiokultural
1) Norma membantu mendefinisikan penerimaan atau penolakan terhadap perilaku
agresif
2) Kondisi sosial yang mempengaruhi kekerasan :
a) Kemiskinan
b) Gangguan dalam pernikahan
c) Single parent
d) Pengangguran
e. Teori biologi
Gangguan pada sistem limbik, lobus frontal, dan lobus temporal dapat menimbulkan
perilaku agresif seperti :
1) Kekurangan serotin, asetilkolin dan GABA dapat menimbulkan perilaku agresif
2) Kelebihan dopamin dan nonephineprin dapat menimbulkan perilaku agresif

D. Tanda dan Gejala


1. Agitasi motorik
a. Mondar-mandir
b. Tidak mampu tinggal duduk
c. Mengepalkan tinju
d. Menegakkan dagu
e. Penapasan meningkat
2. Respon verbal
a. Mengancam pada objek yang rill atau bayangan, menyatakan butuh perhatian
b. Bicara keras
c. Waham
d. Pikiran paranoid
3. Afek
a. Marah bermusuhan
b. Cemas yang ekstrem
c. Itritable
d. Euforia berlebihan
4. Tingkat kesadaran bingung, perubahan status mental yang tiba-tiba, disorientasi,
gangguan memori

E. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri


sendiri, orang lain/lingkungan

Perilaku kekerasan
(core problem)

Gangguan persepsi sensori :


halusinasi pendengaran

Isolasi sosial : menarik diri

Harga diri rendah

F. Analisa Keperawatan
1. Perilaku kekerasan
a. DS :
 Klien mengatakan sering marah marah-marah dan memukul orang
b. DO :
 Klien tampak tegang
 Klien mudah tersinggung
 Tatapan mata klien tajam
 Klien tampak bermusuhan
2. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
a. DS :
 Klien mengatakan mendengar suara-suara dan bunyi aneh
b. DO :
 Klien tampak bicara sendiri, curiga, bermusuhan
 Klien tampak tegang dan mudah tersinggung
 Klien tampak sering duduk sendiri
3. Isolasi sosial : menarik diri
a. DS :
 Klien tampak malas berbicara dan malas bergaul
b. DO :
 Klien tampak menyendiri
 Klien tampak sedih dan murung

G. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku kekerasan
2. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
3. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain/lingkungan

H. Intervensi keperawatan
Diagnosa perilaku kekerasan
TUM : Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
1. Beri salam/panggil nama klien
2. Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan
3. Jelaskan maksud hubungan interaksi
4. Jelasakan tentang kontrak yang akan dibuat
5. Beri rasa aman dan sikap empati
6. Lakukan kontak singkat tapi sering
TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
1. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
2. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab rasa kesal/marah
TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
1. Anjurkan klien mangungkapkan yang dialami saat merasa kesal/marah
2. Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien
3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda kesal/marah yang dialami klien
TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
1. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
2. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
3. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya
selesai
TUK 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan klien
2. Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunkan oleh klien
3. Tanyakan pad aklien ”Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat?”
TUK 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam merespon terhadap kemarahan
1. Tanyakan pada klien ”Apakah ia tahu cara lain yang sehat?”
2. Berikan pujian jika klien mengatahui cara lain yang sehat
3. Diskusikan dengan klien cara lian yang sehat
a. Secara fisik tarik napas dalam jika sedang kesal, memukul bantal/kasur,
berolah raga, atau melakukan pekerjaan yang memerlukan tenaga
b. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal/tersinggung/jengkel
c. Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat,
latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan
d. Secara spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa/ibadah lain, meminta
pada Tuhan untuk diberi kesabaran, mengadu pada Tuhan
kekerasan/kejengkelan
TUK 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
1. Bantu klien memilih cara yang paling tapat untuk klien
2. Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih
3. Bantu klien untuk menstimulasi cara yang dipilih
4. Beri reinforcement positif atas keberhasilah klien menstimulasi cara byang
dipilih
5. Anjurkan klien untuk menggunkan cara yang telah dipelajari saat
jengkel/marah
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 1999. Proses Keperawatan Gangguan Jiwa, Jakarta : EGC

Stuart, G. W. And Sandra J. Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Alih Bahasa : Achir
Yani S. Hamid. Edisi 3. Jakarta : EGC

Townsend, Mary C. 1995. Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai