Anda di halaman 1dari 9

Kasus:

Nama klien Tn. D, umur 32 tahun, No RM 02-42-75, status duda, agama islam, pendidikan
tamat SMEA, suku sunda, pekerjaan buruh tani, klien tinggal bersama orang tua, kakak, adiknya dan
keponakannya. Klien masuk ke RS.Dr. H. Marzoeki Mahdi yang ketiga kalinya pada tanggal 14 agustus 2007
dengan Dx. Medis schizophrenia paranoid. Klien masuk ke RS.Diantar oleh orang tuanya dan kakaknya dengan
alasan klien mengamuk sambil merusak genteng tetangga, keluarga klien mengatakan klien putus obat. Klien
mengatan klien mendengar suara-suara yang memerintahnya.
Tn. D di rawat di RS.Untuk yang kedua kalinya yaitu pada tahun 1995, klien dirawat selama 2 bulan,
setelah itu klien pulang kerumahtapi keluarga kurang perhatian danpengobatannya kurang berhasil, dan berhenti
minum obat dan masuk keduakalinya pada tahun 2002 hanya berobat jalan. Lalu tahun 2007 klien di rawat lagi
di RS karena marah-marah sambil merusak genting tetangga dengan bambu. Saat ini klien mengatakan sudah
tidak mendengar suara-suara yang menyuruhnyalagi, klien mengatakan malas bergaul dan berkumpul dengan
teman-teman karena malu untuk memulai interaksi.
Kontak mata klien kurang saat berinteraksi, klien lebih sering terlihat tidur di kamar dan jarang bergaul
dengan teman-teman, klien tampak jarang beraktivitas. Klien tampak bersemangat saat menceritakan riwayat
prilaku kekerasannya.
Dari pemeriiksaan fisik didapatkan data : tanda-tanda vital tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi : 84 x /
menit, RR : 20 x / menit, suhu 36oC, tinggi badan 165 cm dan 41 kg, obat-obatan medis yang digunakan CPZ
(Chlorpromazine 100 mg 3 x 1 ), Hp (Haloperidol 5 mg 3 x 1), THP (Trihexypenidhil 2 mg 3 x 1).
ASUHAN KEPERAWATAN
PERILAKU KEKERASAN

Sp 1 pasien :membantu pasien mengenali penyebab marah, tanda-tanda marah, membantu pasien
latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama yaitu tarik napas dalam, menyusun
jadwal kegiatan harian cara pertama.
1. Orientasi
“Selamat pagi bapak perkenalkan saya suster Ambar bapak bisa panggil saya suster Ambar saya mahasiswi
dari Poltekkes Jakarta 1
“Nama bapak siapa? Senangnya dipanggil apa? Bagaimana perasaan bapak hari ini? Masih ada perasaan
kesal atau marah? Kenapa masih kesal atau marah. Coba bapak ceritakan kepada saya.”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak. Berapa lama kita
berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit. Dimana kita akan berbincang-bincang?
2. Kerja
” Apa yang menyebabkan bapak marah? Apakah sebelumnya bapak pernah marah? Terus penyebabnya
apa? Samakah dengan yang sekarang? Saat penyebab itu datang apa yang bapak rasakan? Apakah bapak
merasa kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang tertutup rapat dan tangan
mengepal?”
“ Setelah itu apa yang bapak lakukan? Apa kerugian dari yang bapak lakukan? Betul, menurut bapak
adakah cara lain yang lebih baik?”
“ Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian? Ada
beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, salah satunya adalah dengan cara fisik yaitu tarik napas dalam
dan pukul bantal, bagaimana kalau kita belajar satu cara terlebih dahulu? Bagaimana kalau kita belajar
tarik napas dalam?.”
“ Baiklah kalau bapak setuju. Begini pak, kalau tanda- tanda marah sudah bapak rasakan bapak dapat tarik
napas dalam, sekarang suster ajarkan yaa pak, sekarang ubah posisi bapak dulu, bapak sudah nyaman
dengan posisi seperti itu? Kalau bapak sudah merasa nyaman, sekarang ikuti aba-aba dari saya ya pak?
Sekarang pejamkan mata bapak, kemudian tarik napas dari hidung , rasakan udara yang masuk kedalam
tubuh bapak, kemudian keluarkan perlahan melalui mulut, tarik napas lagi lewat hidung, bayangkan hal
yang membuat bapak senang, seperti di pantai, bersama keluarga bapak atau apa saja yang bisa membuat
bapak senang, tarik napas lagi pak, bapak seorang muslim, bapak bisa beristigfar dalam hati agar bapak
merasa lebih tenang, kalau bapak sudah merasa lebih tenang, bapak bisa buka kembali mata bapak.”
“ Nah coba sekarang bapak coba lakukan sendiri? Bagus bapak sekarang sudah bias melakukannya.
Sekarang kita buat jadwal latihan tarik napas dalam ya pak? Agar kalau sewaktu-waktu rasa marah bapak
timbul, bapak sudah terbiasa melakukan tarik napas dalam, jadi bapak bisa menggunakannya untuk
mengontrol bapak. bapak mau melakukannya berapa kali sehari? Bagaimana kalau tiga kali? Baiklah kalau
bapak setuju, bapak bisa melakukan latihan tarik napas dalam sebanyak 3 kali sehari setiap pagi, siang dan
sebelum tidur ya pak? Bagai mana? bapak bisa kan?”
3. Terminasi
Evaluasi respon klien ( subyektif/objektif )
a. Subyektif
Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang- bincang tentang kemarahan bapak
b. Objektif
Jika ada yang menyebabkan bapak marah yang bapak rasakan jika bapak marah adalah tangan
mengepal. Akibat dari bapak marah bisa melukai orang lain. Apakah bapak masih ingat cara
mengontrol kemarahan? Coba sekarang praktekkan…. Ya bagus bapak masih ingat.
c. Rencana tindak lanjut
Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Berapakah sehari bapak mau latihan nafas dalam?
bapak bisa memasukkannya ke dalam jadwal kegiatan harian. Karena waktu kita sudah habis,
bincang-bincang kita sampai disini dulu yaa.
d. Kontrak ( pertemuan berikutnya)
bapak bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk bejar latihan mengendalikan kemarahan
dengan cara mengontrol fisik? bapak mau jam berapa kita berbincang-bincang? Baiklah kalau
begitu kita berbincang-bincang disini lagi jam 10 ya.
2. Antisipasi Masalah
“ Bila ada hal yang belum dimengerti dan bapak ada yang ingin di tanyakan nanti pada saya atau suster
lain yang ada diruangan.”
Sp 2 pasien : membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik kedua
( evaluasi latihan napas dalam, latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fidsik kedua
(pukul kasur dan bantal), menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua).
1. Orientasi
“Selamat pagi Tn.D, sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi.”
“Bagaimana perasaan Tn.D saat ini, adakah hal yag menyebabkan Tn.D marah dan sampai-sampai merusak
genteng tetangga?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengendalikan perasaan marah dengan kegiatan fisik untuk cara
kedua.”
“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”
“Dimana kita bicara?”
2. Kerja
“Kalau ada yang menyebabkan Tn.D marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot,
selain napas dalam Tn.D dapat memukul kasur atau bantal.”
“Sekarang, mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar Tn.D? jadi kalau Tn.D kesal dan
marah , langsung ke kamar dan melampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah,
coba Tn.D lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali Tn.D melakukannya!”
“Kekesalan Tn.D lampiaskan saja ke kasur atau bantal.”
“Nah, cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan lupa merapikan
tempat tidur.”
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan Tn.D setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”
“Ada beberapa cara yang sudah kita latih, coba Tn.D sebutkan lagi apa saja latihan yang tadi suster ajarkan.
Ya bagus sekali Tn.D masih ingat.”
“Mari kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari Tn.D yah. Pukul berapa Tn.D mau
mempraktikan memukul kasur/ bantal? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 5 pagi dan jam
3 sore. Lalu, kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu Tn.D bisa gunakan dua cara tadi ya.
“Besok jam 10 pagi, kita ketemu lagi ya Tn.D, kita akan latihan caracara mengendalikan marah dengan
belajar bicara yang baik. Sampai jumpa!”
SP 3 pasien: Membantu pasien melatih mengendalikan perilaku kekerasan secara social/ verbal (evaluasi
jadwal harian tentang dua cara fisik mengendalikan perilaku kekerasan, latihan mengungkapkan rasa
marah secara verbal [menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan
baik], susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal).
1. Orientasi
“Selamat pagi Tn.D, sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang kita ketemu lagi. Bagaimana Tn.D, sudah
dilakukan tarik napas dalam dan pukulk kasur dan bantal? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan
secara teratur? Apakah berkurang rasa marahnya?”
“Coba saya liat jadwal hariannya. Baagus! Nah, kalau tarik napasnya dilakukan sendiri, tulis M, artinya
mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan, tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Kalau tidak
dilakukan, tulis T, artinya belum dapat melakukan.”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah?”
“Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau tempat yang sama saja?”
“Berapa lama Tn.D mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”
2. Kerja
“Sekarang kita latihan bagaimana bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah disalurkan
melalui tarik napas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, kita perlu bicara dengan orang yang
membuat kita marah. Ada tiga ni Tn.D caranya:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata
yang kasar. Kemarin Tn.D bilang penyebab Tn.D marah karena mendengar ada yang menyuruh Tn.D
untuk marah. Coba Tn.D tutup kuping agar tidak mendengar suara yang menyuruh-nyuruh Tn.D lagi. “
coba bapak lakukan, ya bagus!”
2. Anggap saja tidak mendengar suara yang menyuruh Tn.D, jika Tn.D mendengar suara itu lagi dan Tn.D
tidak ingin menedengarnya,Tn.D tutup kupingnya dan anggap saja Tn.D tidak mendengar suara itu lagi.
Coba praktikan. Ya Bagus!
3. Mengungkapkan perasaan kesal. Jika ada perlakuan orang lain yang membuat Tn.D kesal atau
mendengar suara yang menyuruh Tn.D untuk marah, Tn.D dapat menutup kuping dan menganggap
suara itu tidak ada. ” Coba praktikan, ya bagus!”
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan Tn.D setelah bercakap-cakap tentang cara mengendalikan marah?”
“Coba Tn.D lakukan lagi cara yang telah kita pelajari ! Ya bagus sekali Tn.D sudah bisa melakukannya!
Sekarang mari kita masukkan jadwal.
”Berapa kali sehari Tn.D ingin melakukan kegiatan tadi?”
“Coba masukkan ke dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya Tn.D menutup kuping dan anggap saja
Tn.D tidak mendengar apa-apa,dll. Bagus nanti dicoba ya!”
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah Tn.D itu, yaitu dengan cara ibadah,
Tn.D setuju? Mau di mana Tn.D? di sini lagi atau ditempat lain? Baik kalau begitu sampai nanti ya.”
SP 4 pasien: Bantu pasien latihan mengendalikan prilaku kekerasan secara spiritual (diskusikan hasil
latihan mengendalikan prilaku kekerasan secara fisik dan social/ verbal, latihan beribadah dan berdoa,
buat jadwal latihan ibadah/berdoa).
1. Orientasi
“assalamualaikum, selamat pagi pak, sesuai janji saya dua jam yang lalu sekarang saya dating
lagi.Bagaimana kabar bapak hari ini?Apa bapak masih ada perasaan marah & kesalnya? Apa bapak sudah
melakukan latihan secara teratur?”
“bagaimana kalau kita latihan dengan cara yang lain untuk mencegah amarah bapak timbul kembali yaitu
dengan beribadah sesuai dengan agama bapak?”
“dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat ini saja, pak yang suasananya tenang &
sejuk?”
“berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”
2. Kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan! Bagus”
“Baik, yang mana mau di coba?”
“Nah, kalau baapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam.”
“Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Apa kegiatan ibadah yang biasa bapak
lakukan?”
“Kegiatan ibadah mana yang mau bapak coba selama di rumah sakit? Coba pilih dua kegiatan yang ingin
bapak lakukan. Mari coba lakukan. Ya bagus sekali bapak.”
“nah bapak kan sudah mendapat latihan mengendalikan amarah bapak dengan beribadah, bapak bisakan
melakukannya dengan teratur saat bapak marah, agar amarah bapak reda.”
3. Terminasi
“bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tentang cara ini?”
“jadi sudah berapa cara mengendalikan marah yang kita pelajari? Bgus!”
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan bapak. Mau berapa kali baapak beribadah.”
“setelah ini bapak cobalakukan ya? Bapak lakukan cara ini sesuai jadwal yang telah kita buat tadi dan
perhatikan apakah rasa marah bapak berkurang?”
“ besok kita ketemu lagi ya pak? Di tempat ini, nanti kkita akan berbicara cara keempat mengendalikan
amarah bapak, yaitu dengan patuh minum obat?”
SP 5: membantu pasien mengendalikan prilaku kekerasan dengan obat
1. Orientasi
“selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita bertemu lagi, bagaimana pak sudah
dilakukan tarik napas dalam, pukul kasur bantal, bicara yang baik serta ibadah? Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Coba kita cek kegiatannya? wah bagus pak”
“diamana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau kalau ditempat yang kemarin? Berapa lama kita
akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?
2. Kerja
( perawat membawa obat pasien )
“bapak sudah dapat obat dari dokter? Berapa macam obat yang bapak minum?”
“obatnya ada 3 macam, pak yang warnannya oranye itu namanya CPZ gunanya untuk menenangkan pikiran
bapak, yang putih namanya THP fungsinya untuk membuat rileks dan tidak tegang, dan yang warnanya
ping ini namanya HLP gunasnya untuk mengurangi rasa marah bapak. Semuanya harus diminum 3 kali
perhari pukul 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam.”
“jika mulut atau bibir bapak terasa kering setelah minum obat, bapak bisa mengatasinya dengan menghisap
es batu atau minum air putih dan jika mata bapak terasa berkunang-kunag sebaiknya bapak beristirahat dan
jangan beraktivitas dulu.”
“Nanti kalau bapak dirumah sebelum minum obat sebaiknya di cek terlebih dahulu labelnya apakah benar
tertulis nama bapak, dosisnya yang diminum, jam berapa bapak minum obatnya, dan baca juga nama
obatnya dengan benar!”
“Jangan pernah menghentikan minum obatnya sebelum konsul dengan dokter, karena dapat terjadi
kekambuhan.”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadwal ya, pak.”
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tentang cara minum obatnya?”
“Coba sebutkan jenis-jenis obatnya apa saja, pak?”
“Nah sudah berapa cara mengendalikan amarah nih pak yang sudah kita pelajari? Sekarang kita tambahkan
dengan jadwal kegiatan minum obat ya, pak?”
“Baik, besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauh mana bapak dapat melaksanakan mencegah rasa
marah. Sampai jumpa!”
SP 1 Keluarga : memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang cara merawat pasien
perilaku kekerasan dirumah
1. Orientasi
"Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya AB saya perawat di ruang soka ini, saya yang akan merawat Tn.
D. Nama ibu siapa? Senangnya di panggil apa?"
"Bisa kita berbincang-bincang sekarang tentang masalah yang ibu hadapi? Berapa lama ibu kita berbincang-
bincang? Bagaimana kalau 30 menit?"
" Di Mana enaknya kita berbincang-bincang, Bu? Bagaimana kalau di kantor perawat?"
2. Kerja
" Bu, apa masalah yang ibu hadapi dalam merawat TN.D? Apa yang ibu lakukan? Baik Bu, saya akan coba
jelaskan tentang marah bapak dan hal-hal yang perlu diperhatikan."
"Bu marah adalah suatu perasaan yang wajar, tetapi jika tidak disalurkan dengan benar akan
membahayakan dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungan."
" Hal yang menyebabkan anak Ibu marah dan mengamuk adalah kalau dia merasa direndahkan dan
keinginannya tidak terpenuhi."
" Tanda orang marah adalah tampak tegang dan merah, kemudian kelihatan gelisah, dan biasanya setelah itu
Ia akan melampiaskan denganmerusa membanting-banting perabot rumah tangga atau memukul atau bicara
kasar, atau merusak genting tetangga seperti yang Tn D lakukan. Kalau sedang marah apa yang terjadi
dengan Tn D.? Lalu apa yang biasa Tn.D lakukan saat marah?"
" Jika hal tersebut terjadi sebaiknya ibu tetap tenang, bicara lembut, tetapi tegas, jangan lupa jaga jarak dan
jauhkan benda-benda tajam dari sekitar Tn. D seperti gelas dan pisau. Jauhkan juga anak-anak kecil dari
Tn.D."
" Jika Tn.D masih marah dan ngamuk segera bawa ke Puskesmas atau RSJ setelah sebelumnya diikat dulu (
ajarkan caranya pada keluarga). Jangan lupa minta bantuan orang lain saat mengikat Tn.D ya Bu, lakukan
dengan tidak menyakiti Tn.D dan dijelaskan alasan mengikat, yaitu agar bapak tidak mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan."
" Nah Bu, ibu sudah lihat apa yang saya ajarkan kepada Tn.D bila tanda-tanda kemarahan itu muncul. Ibu
bisa bantu Tn.D dengan cara mengingatkan jadwal latihan cara mengendalikan marah yang sudah di buat,
yaitu secara fisik, verbal, spiritul, dan obat teratur."
" Kalau Tn.D bisa melakukan latihannya dengan baik jangan lupa di puji ya Bu."
3. Terminasi
" Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat Tn.D?"
" Coba ibu sebutkan lagi cara merawat Tn.D. Setelah ini coba ibu ingatkan jadwal yang telah dibuat untuk
Tn.D ya bu."
" Bagaimana kalau kita ketemu 2 hari lagi untuk latihan cara-cara yang sudah kita bicarakan tadi langsung
pada Tn.D? tempatnya di sini saja lagi ya bu?"
SP 2 Keluarga: Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol kemarahan
1. Orientasi
“Assalamualaikum bu, sesuai dengan janji kita, sekarang kita ketemu lagi untuk latihan cara-cara
mengontrol rasa marah bapak.”
“Bagaimana Bu? Masih ingat diskusi kita yang lalu? Ada yang mau Ibu tanyakan?” 
“Berapa lama ibu mau kita latihan?”
“Bagaimana kalau kita latihan disini saja?, sebentar saya panggilkan bapak supaya bisa berlatih bersama”
2. Kerja
”Nah pak, coba ceritakan kepada Ibu, latihan yang sudah Bapak lakukan. Bagus sekali. Coba perlihatkan
kepada Ibu jadwal harian Bapak! Bagus!” 
”Nanti di rumah ibu bisa membantu bapak latihan mengontrol kemarahan Bapak.”
”Sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya pak?”
”Masih ingat pak, bu kalau tanda-tanda marah sudah bapak rasakan maka yang harus dilakukan bapak
adalah.......?”
”Ya.. betul, bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan
melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup
melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali, coba ibu temani dan bantu bapak menghitung latihan ini sampai 5
kali”. 
“Bagus sekali, bapak dan ibu sudah bisa melakukannya dengan baik”.
“Cara yang kedua masih ingat pak, bu?”
“ Ya..benar, kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata
melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.
“Sekarang coba kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal
dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal.
“Nah, coba bapak lakukan sambil didampingi ibu, berikan bapak semangat ya bu. Ya, bagus sekali bapak
melakukannya”.
“Cara yang ketiga adalah bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga caranya pak, coba praktekkan
langsung kepada ibu cara bicara ini:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata
kasar, misalnya: ‘Bu, Saya perlu uang untuk beli rokok! Coba bapak praktekkan. Bagus pak”.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf
saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal bapak dapat
mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”

“Cara berikutnya adalah kalau bapak sedang marah apa yang harus dilakukan?” “Baik sekali, bapak coba
langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks.”
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur dengan didampingi ibu untuk meredakan kemarahan”.
“Cara terakhir adalah minum obat teratur ya pak, bu agar pikiran bapak jadi tenang, tidurnya juga tenang,
tidak ada rasa marah”
“Bapak coba jelaskan berapa macam obatnya! Bagus. Jam berapa minum obat? Bagus. Apa guna obat?
Bagus.
“Apakah boleh mengurangi atau menghentikan obat? Wah bagus sekali!”
“Dua hari yang lalu sudah saya jelaskan terapi pengobatan yang bapak dapatkan, ibu tolong selama di
rumah ingatkan bapak untuk meminumnya secara teratur dan jangan dihentikan tanpa sepengetahuan
dokter”
3. Terminasi

“Baiklah bu, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan cara-cara mengontrol
marah langsung kepada bapak?”
“Bisa ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah?”
“Selanjutnya tolong pantau dan motivasi Bapak melaksanakan jadwal latihan yang telah dibuat selama di
rumah nanti. Jangan lupa berikan pujian untuk Bapak bila dapat melakukan dengan benar ya Bu!”
“Karena Bapak sebentar lagi sudah mau pulang bagaimana kalau 2 hari lagi Ibu bertemu saya untuk
membicarakan jadwal aktivitas Bapak selama di rumah nanti.”
“Jam 10 seperti hari ini ya Bu. Di ruang ini juga.
SP 3 Keluarga: Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
1. Orientasi
“Assalamualaikum pak, bu, karena besok bapak sudah boleh pulang, maka sesuai janji kita sekarang
ketemu untuk membicarakan jadwal bapak selama dirumah”
“Bagaimana pak, bu, selama ibu membesuk apakah sudah terus dilatih cara merawat bapak ? Apakah sudah
dipuji keberhasilannya?”
“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadwal di rumah, disini saja?”
“Berapa lama bapak dan ibu mau kita berbicara? Bagaimana kalau 30 menit?”
2. Kerja
“Pak, bu, jadual yang telah dibuat selama bapak D di rumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal
aktivitas maupun jadual minum obatnya. Mari kita lihat jadwal Bapak!”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh bapak selama di rumah.
Kalau misalnya bapak D menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain.
Jika hal ini terjadi segera hubungi Suster A di Puskesmas permata, puskesmas terdekat dari rumah ibu dan
bapak, ini nomor telepon puskesmasnya: (0651) 554xxx. “Jika tidak teratasi suster A akan merujuknya ke
BPKJ.”
“Selanjutnya suster A yang akan membantu memantau perkembangan Bapak D selama di rumah”

3. Terminasi
“Bagaimana Bu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan apa saja yang perlu diperhatikan (jadwal
kegiatan, tanda atau gejala, follow up ke Puskesmas). Baiklah, silakan menyelesaikan administrasi!”
“Saya akan persiapkan pakaian dan obat.”

Anda mungkin juga menyukai