643-Article Text-1629-1-10-20191228 PDF
643-Article Text-1629-1-10-20191228 PDF
LPPMGawat
Jurnal Sekolah TinggiVolume
Darurat Ilmu Kesehatan Kendal 2019, Hal 57-64
1 No 2 Desember e-ISSN
LPPM Sekolah Tinggi Ilmu 2685-2268
Kesehatan Kendal
ABSTRAK
Trauma merupakan kegawatan tersering ketiga penyebab kematian di Dunia. Trauma tumpul abdomen
penyumbang 7-10% dari seluruh penyebab trauma yang menimbulkan kematian. Di Indonesia,
Sulawesi Selatan (12,8%) dengan prevalensi tertinggi dan terendah di Jambi (4,5%). Penyebab utama
tersering akibat terjatuh (40,9). Penegakan diagnosis dibutuhkan agar dapat menentukan terapi
selanjutnya. Penegakan diagnosis dapat berupa pemeriksaan Focus Assesment with Sonography in
Trauma merupakan pemeriksaan yang cepat, non invasif, dan dapat dilakukan pada kondisi
hemodinamik pasien tidak stabil. Pemeriksaan Focus Assesment with Sonography in Trauma
menurunkan angka penggunaan CT Scan dari 56% menjadi 26% tanpa meningkatkan resiko kepada
pasien. Selanjutnya pemeriksaan Deep Peritoneal Lavage dapat menentukan jenis cairan
intraperitoneal penyeba, lebih sensitif dan spesifik menentukan penyebab dari cidera pada organ
berongga dan cidera mesentrik. Pemeriksaan chromatography CT-Scan merupakan pemeriksaan baku
emas yang dapat menentukan penyebab cidera organ retroperitoneal dan organ padat, namun
pemeriksaan ini mahal dan membutuhkan kondisi hemodinamik pasien yang stabil, operator yang
terampil.
Kata kunci: Blunt Abdominal Trauma Scoring System (BATSS), Deep Peritoneal Lavage (DPL), Focus
Assesment with Sonography in Trauma (FAST),Trauma tumpul abdomen
ABSTRACT
Trauma is the third most common cause of death in the World. Blunt abdominal trauma contributes 7-
10% of all causes of trauma that causes death. In Indonesia, South Sulawesi (12.8%) has the highest
and lowest prevalence in Jambi (4.5%). The main cause is most often due to falls (40.9). Enforcement
diagnosis is needed in order to determine the next therapy. Enforcement Diagnosis can consist of a
focus examination with Sonography in Trauma, which is a rapid, non-invasive examination, and can
be performed in hemodynamic conditions of unstable patients. Focus Assessment Examination with
Sonography in Trauma. Reducing the use of CT scans from 56% to 26% without increasing risk for
patients. Next check the Deep Peritoneal Lavage can determine the type of intraperitoneal fluid, more
sensitive and specifically determine the cause of injuries to hollow organs and mesentric injuries. CT-
Scan chromatography is a gold standard examination that can determine the cause of injury to
retroperitoneal organs and dense organs, but this examination is expensive and requires
hemodynamic stable patients, trained operators.
Keywords: Blunt abdominal trauma, Blunt Abdominal Trauma Scoring System (BATSS), Deep
Peritoneal Lavage (DPL), Focus Assessment with Sonography in Trauma (FAST)
organ padat atau berongga membuat ekimosis pada daerah panggul (Grey Turner
interpretasi sulit dilakukan. sign) atau umbilicus (Cullen sign) :
mengindikasikan perdarahan retroperitoneal
Pada penelitian Plasayet al (2016) didapatkan tetapi biasanya timbul setelah beberapa jam
82 sampel untuk melihat apakah pasien ini sampai beberapa hari, distensi abdomen,
mengalami trauma mayor dengan terdengar bising usus pada daerah thorak :
menggunakan penilaian berdasarkan Injurity mengindikasikan cedera pada diafragma, bruit
Severity Score (ISS) yaitu skor trauma ≤12. pada abdomen : mengindikasikan adanya
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Gawat penyakit vaskuler yang mendasari atau adanya
Darurat RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo fistel arteriovenous fistula, nyeri tekan lokal
Makassar yang dikelompokkan menjadi 52 atau difus, disertai rigiditas : kemungkinan
(63,4%) yang survive/bertahan dan 30 (36,6%) cedera peritoneum, krepitasi atau thoracic
yang meninggal. Selain penelitian tersebut, cage yang tidak stabil mengindikasikan
penelitian Tanaka et al. (2018) didapatkan kemungkinan cedera lien atau hepar (Legome
bahwa pemanjangan PT > 14,4 dan atau APTT dan Geibel, 2016).
> 36 terbukti secara statistik sebagai faktor
resiko terjadinya mortalitas pasien trauma Selain pemeriksaan fisik, dapat dilakukan
abdomen di RSUP Sanglah Denpasar. Dengan pemeriksaan penunjang yaitu: Focus
demikian, diperlukan adanya pendekatan Assesment Sonography for Trauma merupakan
diagnosis trauma tumpul pada abdomen. suatu pemeriksaan yang mendeteksi ada
tidaknya cairan intraperitoeneal. Pemeriksaan
PEMBAHASAN ini merupakan alat diagnosis yang aman dan
Pada anamnesis, keluhan nyeri perut maupun cepat serta dapat dengan mudah untuk
nyeri tekan pada abdomen memiliki sensitifitas dipelajari. Pemeriksaan FAST juga sangat
yang baik untuk mengidentifikasi cedera organ berguna bagi pasien dengan hemodinamik
intraabdomen, tetapi sensitifitas tersebut dapat tidak stabil dan tidak dapat dibawa ke ruang
menurun bila didapatkan penurunan skor CT abdomen, bahkan dapat dilakukan
Glasgow Coma Scale (GCS) (Adelgais, 2014). disamping pasien selama dilakukan resusitasi
Anamnesis yang sering ditemui pada pasien tanpa harus dipindahkan dari ruangan
trauma tumpul abdomen berupa nyeri perut, resusitasi (Radwan, Zidan, 2006). Pada
nyeri tekan pada abdomen, perdarahan beberapa penelitian menunjukkan bahwa
gastrointestinal, tanda hipovolemik, dan pemeriksaan ini memiliki sensitifitas 79 –
tanda-tanda peritonitis Bagaimanapun, 100% dan spesifitas 95 – 100%, terutama pada
akumulasi darah dalam jumlah yang banyak di pasien dengan hemodinamik tidak stabil
intraperitoneum dan rongga pelvis dapat (Boutros, Nassef, Ghany, 2015).
memberikan perubahan pemeriksaan fisik yang
tidak signifikan. (Legome, Geibel. 2016). Pada pemeriksaan FAST difokuskan pada 6
area (Gambar 1), yaitu (1) perikardium, (2)
Pada pemeriksaan fisik terdapat beberapa perihepatic, (3) splenorenal, (4) parakolik
tanda yang dapat dijadikan dasar diagnosis gutter kanan dan (5) kiri, dan rongga
trauma tumpul abdomen yang menyebabkan pertioneum di daerah (6) pelvis (Patel dan
cidera organ intraabdomen. Cidera tersebut Riherd, 2015). Pada evaluasi trauma tumpul
biasanya memiliki gambaran pemeriksaan fisik abdomen, FAST menurunkan angka
yang khas hasil dari trauma yang terjadi. penggunaan CT Scan dari 56% menjadi 26%
Pemeriksaan tersebut yaitu: Lap belt marks tanpa meningkatkan resiko kepada pasien
(berhubungan dengan ruptur usus halus), (Patel dan Riherd, 2015).
kontusio dengan steering wheel shaped,
59
Jurnal Gawat Darurat Volume 1 No 2 Desember 2019, Hal 57-64 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Gambar 1.
Area dilakukan pemeriksaan FAST
Dilihat dari organ intra-abdomen pemeriksaan (2) fossa splenorenal / subfrenika, perisplenik;
pada FAST didasarkan pada 3 area dependen dan (3) pelvis. Cairan intraperitoneal yang
kavitas peritonealdimana cairan bebas akan diperlukan untuk deteksi oleh FAST telah
mengisi rongga paling atas ketika pasien dalam dilaporkan berkisar dari 100 hingga 620 mL
posisi supine/terlentang: (1) perihepatik, pada tabel 1(Patel dan Riherd, 2015).
subfrenika, dan hepatorenal / Morrisonpouch;
Tabel 1.
Volume minimum untuk mendeteksi cairan bebas
Posisi Volume
Righ Lateral Decubitus (Goldberg dkk, 2016) 100
Morrison pouch/supine (Branney dkk, 2016) 619
Perihepatic/perisplenic (Paajanen dkk, 2016) >500
Morrison pouch (Abrams dkk, 2016)
Supine 668
Tredelenburg 443
Adapun keuntungan FAST yaitu pemeriksaan diperlukan cairan intraperitoneal minimal
USG bias dikerjakan oleh dokter 100 cc dibandingkan DPL hanya 20 cc
“emergency” maupun residen bedah, tidak
mahal, tidak invasive dan “portable, Keterbatasan ultrasound harus dipahami ketika
menghindari resiko akibat penggunaan media menggunakan FAST. Ultrasound tidak akurat
kontras, dapat menilai toraks dan rongga pada pasien obesitas akibat kurangnya
retroperitoneal disamping rongga kemampuan penetrasi gelombang sonografi.
peritoneum, pemeriksaan serial dapat Selanjutnya, akan sulit juga untuk
mendeteksi perdarahan yang terus memvisualisasi struktur organ intra-abdomen
berlangsung dan meningkatkan ketepatan pada keadaan ileus atau emfisema subkutis.
diagnostic, menurunkan tindakan DPL USG sangat akurat untuk mendeteksi cairan
(Diagnostic Peritoneal Lavage) dan CT Scan, intraperitoneal tetapi tidak dapat membedakan
dan pada wanita hamil yang mengalami antara darah, urin, cairan empedu atau ascites.
trauma dapat menentukan umur kehamilan Organ retroperitoneal juga sulit untuk
dan kondisi janin. Seadangkan kekurangan dievaluasi (Radwan dan Zidan, 2006).
FAST adalah akurasinya tergantung pada
kemampuan operator atau pembaca hasil Pemeriksaan FAST ini dapat dipertimbangkan
dan turun akurasinya bila pernah operasi sebagai modalitas awal pada evaluasi trauma
abdomen, posisi pasien saat pemeriksaan, tumpul abdomen, tidak invasive, tersedia
penetrasi yang buruk terhadap adanya udara dengan mudah, dan membutuhkan waktu
(gas saluran pencernaan dan subkutan), persiapan yang singkat. Ultrasonografi
sulitnya menemukan trauma yang spesifik, berulang pada pasien trauma tumpul abdomen
untuk mendapatkan hasil positif yang mendapat observasi ketat meningkakan
60
Jurnal Gawat Darurat Volume 1 No 2 Desember 2019, Hal 57-64 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
sensitifitas dan spesifisitas mendekati 100% FAST dan DPL tidak dapat mengevaluasi
(Boutros, Nassef, Ghany, 2015). cidera pada organ retroperitoneal dan
diafragma, buruk dalam mengidentifikasi
Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL) adalah organ padat. CT Scan Abdominopelvic
suatu pemeriksaan yang digunakan untuk membutuhkan pasien ang memiliki
menilai adanya darah di dalam abdomen. hemodinamik yang stabil, biaya cukup tinggi
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang dan dapat melihat kemungkinan adanya resiko
invasif, cepat dengan akurasi test yang tinggi keganasan. Meskipun merupakan diagnosis
untuk menentukan adanya perdarahan atau terbaik pada organ padat dan retroperitoneum,
ruptur organ intraperitoneal. Diagnostic namun untuk trauma pada saluran pencernaan
Peritoneal Lavage dapat dijadikan (berongga) dan organ mesentrik masih kurang
pemeriksaan pada kasus trauma tumpul sensitif dan spesifik dibandingkan DPL
abdomen atau trauma tajam abdomen. Pertama (Whitehouse dan Weigelt, 2009).
kali ditemukan tahu 1965, DPL memiliki Gastric tubedipasang untuk mengosongkan isi
sensitivitas dan spesifivisitas yang tinggi lambung dan pemasangan kateter urin untuk
menggantikan 4 kuadaran pada abdomen. mengosongkan kandung kemih. Sebuah kanul
Namun DPL jarang digunakan semenjak ada dimasukkan di bawah umbilicus, diarahkan ke
pemeriksaan cepat lainnya yang tidak invasif kaudal dan posterior mengarah ke pelvis
seperti FAST. Walaupun DPL tidak dapat (Gambar 2). Pada gambar 3 jika saat aspirasi
menentukan organ mana yang mengalami didapatkan darah (>10ml dianggap positif) dan
cidera tetapi pemeriksaan ini menjadi yang selanjutnya dimasukkan cairan ringer laktat
paling sensitif dalam menentukan cidera pada (RL) hangat sebanyak 1000 mililiter (ml) dan
cidera hollow viscus dan organ mesentrik kemudian dialirkan keluar. Jika didapatkan sel
(Whitehouse dan Weigelt, 2009). darah merah >100.000 sel/mikroliter(μL) atau
leukosit >500 sel/μL maka pemeriksaan
DPL menjadi kurang digunakan saat ini karena tersebut dianggap positif. Jika terdapat
sudah ada pemeriksaan cepat lainnya yang keterbatasan laboratorium, dapat menggunakan
tidak invasif seperti FAST dan CT scan. DPL urine dipstick. Jika didapatkan drainage cairan
lebih sensitif pada organ mesentrik dan rongga lavage melalui chest tube mengindikasikan
hollow viscus. FAST lebih cepat, tidak invasif penetrasi diafragma (Whitehouse dan Weigelt,
dan dapat dilakukan berulang ulang. Keduanya 2009)
Gambar 2.
Memasukkan jarum ukuran 18 dengan sudut 45 derajat arah kaudal dan posterior menuju pelvis
(Whitehouse dan Weigelt, 2009)
61
Jurnal Gawat Darurat Volume 1 No 2 Desember 2019, Hal 57-64 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Gambar 3.
Penampang fascia abdominalis pada garus linea alba dibawah umbilicus, lokasi insersi
kanul(Whitehouse dan Weigelt, 2009).
Blunt Abdominal Trauma Scoring System seperti riwayat pasien, pemeriksaan fisik dan
(BATSS)memberikan sistem skor dengan FAST. Hal-hal yang dinilai dalam BATTS
akurasi tinggi dalam mendiagnosis cedera antara lain pada tabel 2 (Shojaee et al, 2014).:
organ intra-abdomen pada pasien trauma
tumpul abdomen berdasarkan gambaran klinis
Tabel 2.
Skoring BATSS
Keluhan Skoring
Nyeri abdomen 2
Nyeri tekan abdomen 3
Jejas pada dinding dada 1
Fraktur pelvis 5
Focus Assesment Sonography for Trauma 8
Tekanan darah sistolik <100mmHg 4
Denyut Nadi >100 kali/menit, 1
Berdasarkan sistem skoring BATSS, pasien abdomen akibat trauma tumpul abdomen.
dibagi menjadi 3 kelompok yaitu resiko rendah Sistem ini juga dapat menekan biaya
yaitu jika jumlah skor BATSS kurang dari 8, operasional kesehatan, mengurangi paparan
resiko sedang jumlah skor BATSS 8-12, resiko radiasi yang tidak perlu terhadap pasien,
tinggi jumlah skor BATSS lebih dari 12. Pada mengurangi waktu dalam mendiagnosis, dan
kelompok pasien dengan risiko sedang mencegah penumpukan pasien di ruang
diperlukan observasi dan pemeriksaan lebih emergensi. Sehingga dapat membantu dokter
lanjut untuk menegakkan diagnosis yang tepat. emergensi untuk menegakkan diagnosis cedera
Diagnosis yang ditegakkan berdasarkan sistem organ intra-abdomen secara cepat dan akurat
skoring ini sangat mirip dengan hasil yang (Shojaee et al, 2014).
didapatkan dari CT scan. Sehingga dapat
mencegah penggunaan CT Scan yang tidak Trauma abdomen dibagi menjadi dua tipe yaitu
perlu pada pasien yang dicurigai mengalami trauma tumpul abdomen dan trauma tembus
cedera organ intra-abdomen akibat trauma abdomen. Pada 3/4 kasus trauma tumpul
tumpul abdomen (Shojaee et al, 2014). abdomen, kecelakaan lalu lintas merupakan
penyebab tersering dan sering ditemukan pada
Sebagai dasar diagnosis yang akurat, BATSS pasien politrauma. Masih banyak kesulitan
dapat memprediksi kapan CT scan diperlukan para klinisi menentukan diagnosa trauma
untuk mendiagnosis cedera organ intra- tumpul abdomen dengan kondisi hemodinamik
62
Jurnal Gawat Darurat Volume 1 No 2 Desember 2019, Hal 57-64 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
yang stabil. Pada beberapa senter trauma, Diagnostic Imaging. Berlin: Springer-
FAST sekarang sering digunakan Verlag p.15-26
dibandingkan DPL yang dikenal sejak tahun
1965. Ada beberapa skoring dan pemeriksaan Costa, G., Tierno, S.M., Tomassini, F.,
untuk menetukan diagnosis trauma tumpul Venturini, L., Frezza,B., Cancrini,G.,
abdomen. Stella,F. (2010). The epidemiology and
clinical evaluation of abdominal trauma.
Pertama skoring BATSS terdiri dari 7 evaluasi Ann. Ital Chir, 81, 95-102
berupa Nyeri abdomen, Nyeri tekan abdomen,
jejas pada dinding dada, fraktur pelvis, Focus Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar.
Assesment Sonography for Trauma, tekanan Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
darah sistolik <100mmH, denyut nadi >100
kali/menit. Skor BATSS kurang dari 8, resiko Boutros, S. M., Nassef, M. A., & Ghany, A. F.
sedang jumlah skor BATSS 8-12, resiko tinggi (2015). Blunt abdominal trauma: The
jumlah skor BATSS lebih dari 12. Kedua role of focused abdominal sonography
adalah pemeriksaan penunjang USG atau in assessment of organ injury and
dikenal dengan FASTyang merupakan reducing the need for CT. Alexandria
pemeriksaan non invasif, cepat dengan Journal of Medicine, 52, 35-41
pemeriksaan pada 6 lokasi yaitu pada area (1)
perikardium, (2) perihepatic, (3) splenorenal, Patel, N. Y., & Riherd, J. M. (2011). Focused
(4) parakolik gutter kanan dan (5) kiri, dan Assessment with Sonography for
rongga pertioneum di daerah (6) pelvis, FAST Trauma: Methods, Accuracy, and
menurunkan angka penggunaan CT Scan dari Indications. Surgical Clinics of North
56% menjadi 26% tanpa meningkatkan resiko America, 91(1), 195–
kepada pasien. Ketiga, pemeriksaan DPL 207. doi:10.1016/j.suc.2010.10.008
dengan cara memasukkan needle ukuran 18
menuju rongga intraperitoneal yang Mackersie, R.C., (2001). Abdominal trauma.
dimasukkan dibawah umbilikal. Pemeriksaan In: Norton JA, Bollinger RR, Chang
ini sedikit invasif, cepat namun sudah mulai AE, Lowry SF, Mulvihill SJ, Pass HI,
ditinggalkan. Intepretasi dikatakan positif Thompson RW (eds) Surgery. Basic
apabila didapatkan cairan sebanyak 20cc. science and clinical evidence. Springer,
Untuk FAST dikatakan positif bila terdapat Berlin Heidelberg New York, pp 825–
perforasi atau cidera organ intraperitoneal 845
apabila minimum ditemukan 100cc cairan,
namun kekurangannya tidak dapat menentukan Legome, E. L., & Geibel, J. 2016. Blunt
jenis cairan apakah berupa darah, urin, cairan Abdominal Trauma. Medscape.
empedu atau ascites. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1
980980-overview.
SIMPULAN
Skoring BATSS, pemeriksaan FAST, DPL dan
Adelgais, K.M, Kupperman, N., Kooistra, J.,
CT-Scan memiliki keuntungan dan kerugian
Garcia, M., Monroe, D. J., Mahajan, P.,
masing-masing. Untuk menentukan perforasi
Menaker, J., Ehrlich, P., Atabaki, S.,
organ berongga seperti usus, pemeriksaan DPL
Page, K., Kwok, M., Holmes, J. F. 2014.
lebih disarankan. Pemeriksaan CT-Scan dapat
Accuracy of the abdominal examination
melihat cidera pada organ retroperitoneal.
for identifiying children with blunt intra-
Sedangkan FAST dianjurkan sebagai
abdominal injuries. The Journal of
pemeriksaan awal yang cepat, tidak invasif dan
Pediatrics, 165(6), 1230-1235
bisa dilakukan pada kondisi hemodinamik
pasien yang tidak stabil sekalipun. Radwan,M.M., Zidan,F.M.A. (2006). Focused
Assessment Sonography Trauma
DAFTAR PUSTAKA (FAST) and CT scan in blunt abdominal
Guillon, F. (2011). Epidemiology of trauma: surgeon‟s perspective. African
Abdominal Trauma. CT of the Acute Health Sciences, 6(3): 187- 190
Abdomen, Medical Radiology.
63
Jurnal Gawat Darurat Volume 1 No 2 Desember 2019, Hal 57-64 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
64