Abstrak
Artikel ini berusaha melihat sejauh mana efektivitas pemanfaatan aplikasi daring
WhatsApp, Facebook, dan Instagram sebagai aplikasi sosial media yang digunakan
sebagai sarana guru dalam mendidik dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
WhatsApp (WA) merupakan terobosan baru bagi pendidik untuk berkomunikasi kepada
siswa maupun orang tua siswa dalam memberikan layanan informasi terkait program
pembelajaran sekolah yang terhubung didalam sebuah group chatting. Artikel ini
bertujuan melihat bagaimana guru menggunakan WhatsApp sebagai sarana komunikasi
pembelajaran. Artikel ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik yang
digunakan dalam analisis data adalah display data, reduksi data dan kesimpulan.
Artikel ini menunjukkan bahwa untuk menunjang kegiatan pembelajaran siswa adalah
guru menjadikan aplikasi WhatsApp sebagai aplikasi edukasi yang melibatkan antara
guru, siswa dan orang tua. Penggunaan WhatsApp dalam aktivitas pembelajaran
tersebut berfungsi sebagai sarana edukasi, sarana evaluasi, sarana penyambung
informasi, serta sarana layanan konsultasi dan menjalin silaturrahmi. Guru membentuk
grup komunikasi melalui WhatsApp antara guru dengan siswa, dan guru dengan orang
tua.
PENDAHULUAN
Penggunaan media online sebagai sarana pendidikan dewasa ini mulai menjadi
alternatif dalam dunia pendidikan. Dalam menyampaikan materi-materi pendidikan,
seorang pendidik bisa saja memiliki akun di media sosial seperti; facebook, instagram,
twitter, LINE, WhatsApp, Path atau media online lainnya seperti; Youtube, Weblog,
LinkedIn dan lain sebagainya. Selain sebagai sarana pendidikan, aplikasi media sosial
juga dilakukan sebagai sarana dakwah, sarana bisnis, sarana penyebaran berita, sarana
pengumpulan massa, dan bentuk komunikasi lainnya. Fadly menyebutkan di dalam jurnal
Al-Tsiqoh bahwa media online sangat efektif untuk berdakwah, penelitiannya
menyebutkan dari hasil uji korelasi menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi lama
penggunaan smartphone dengan aktivitas mencari informasi tentang dakwah Islam
adalah 0.8035, bahkan 46% sangat sering mencari literatur tentang pengetahuan agama
melalui media online. Hal ini menunjukkan bahwa materi-materi dakwah Islam yang
disampaikan melalui media online sangat efektif, khususnya bagi pengguna telepon pintar
atau smartphone.1 Dalam promosi kesehatan juga demikian, bahwa efektivitas media
sosial dalam menjangkau masyarakat pengguna WhatsApp menjadi lebih cepat dan
efisien untuk memperkenalkan produk-produknya. Dalam hal ini, Nopriyan
menyampaikan bahwa sarana ini sangat membantu dalam promosi kesehatannya
menggunakan gambar dan teks melalui aplikasi WhatsApp.
Salah seorang peneliti dampak penggunaan media sosial terhadap penyebaran
maklumat kehalalan produk, Moh. Anuar Ramli menyampaikan bahwa pengaruh yang
positif dapat meningkatkan profit industri halal suatu negara, sebaliknya motif yang
negatif mampu menghambat perkembangan industri halal. Dampaknya justru
menimbulkan implikasi terhadap para pengguna, pengusaha industri dan pihak otorisasi
halal. Dalam penelitiannya, penyebaran maklumat halal dan haram sangat efektif melalui
sarana media sosial seperti Facebook, Line, Instagram, dan WhatsApp.
Begitupun dengan pendidikan, guru dan dosen juga tidak luput dalam penggunaan
media ini sebagai sarana penyampaian materi-materi pendidikan karena hal ini dipandang
lebih menyeluruh penyampaiannya dan menghemat tenaga, tidak perlu mengeluarkan
biaya besar apalagi harus menuju ke suatu tempat. Salah seorang guru bahasa arab
menggunakan aplikasi WhatsApp dalam memberikan modul pembelajaran yang
dilakukan secara tutorial. Cara ini dapat memudahkan pembelajaran dengan cara diskusi
dan tanya jawab, sehingga dirinya bisa melakukan kegiatan lain, di samping tutorial
pembelajaran juga tetap dilaksanakan.
Artikel ini bertujuan untuk melihat sejauh mana efektivitas pembelajaran yang
dilakukan dengan sarana media sosial berupa WhatsApp. Muatan dalam artikel ini
membatasi fokus penelitian pada bagaimana cara guru menggunakan aplikasi WhatsApp,
sebagai metode pembelajaran, serta efektivitas pencapaian prestasi siswa melalui
komunikasi interaktif antara guru kelas dengan orang tua siswa.
1
Fadly Usman, ‘Efektivitas Penggunaan Media Online Sebagai Sarana Dakwah’, Jurnal
Ekonomi dan Dakwah Islam (Al-Tsiqoh), 2016.
Kenapa Harus WhatsApp ?
Saat ini sudah banyak sekali bentuk aplikasi bersifat sosial yang dapat di-install
di smartphone. Cara meng-install pun tidak membutuhkan waktu yang lama, pengguna
smartphone dapat menginstal aplikasi berupa Facebook, WhatsApp, Line, Instagram,
Twitter, Path, Massanger, dan aplikasi chatting lainnya melalui Play Store yang tersedia
di dalam smartphone. Pengguna hanya membutuhkan koneksi internet saja untuk
mengunduhnya. Kemudahan ini sudah hampir terpasang di seluruh handphone yang
berbasis Android maupun iOS. Salah satunya adalah WhatsApp, Mengapa aplikasi sosial
ini yang digunakan? Tentu jawabannya terpulang lagi kepada para pengguna. Namun
demikian, dari hasil penelitian tentang aplikasi sosial yang sering digunakan sebagai
sarana metode suatu kegiatan adalah aplikasi WhatsApp. 2 WhatsApp atau lebih sering
disebut WA telah menjadi “portal komunikasi” untuk jaringan sosial yang mengubah cara
orang berkomunikasi seseorang lebih cepat dan tetap terhubung. Beberapa penelitian
telah menunjukkan bahwa penggunaan WA menjadi lebih luas dalam pembelajaran dan
menjadi alat yang efektif. WA tidak hanya mudah digunakan, tetapi juga membantu
mendorong belajar mandiri dalam lingkungan sosial bagi siswa dan menempatkan kontrol
untuk belajar siswa.3
Definisi WhatsApp
WhatsApp merupakan aplikasi pesan instan untuk smartphone, jika dilihat dari
fungsinya WhatsApp hampir sama dengan aplikasi SMS yang biasa kita gunakan di
ponsel lama. Tetapi WhatsApp tidak menggunakan pulsa, melainkan data internet jadi
penggunaannya memerlukan koneksi internet agar dapat terhubung secara online.
Aplikasi ini tidak terdapat batasan panjang pendek karakter yang digunakan selama kuota
internet memadai.
WhatsApp diciptakan pada awal tahun 2009 oleh Ian Koum seorang imigran
Ukraina yang tinggal di Mountain View, California. Ian Koum memiliki keinginan untuk
memberikan pengguna smartphone cara berbagi status yang instan seperti “I am busy”
2
Mohamed Nazul Ismail, dkk, ‘WhatsApp: Komuniti Maya Dalam Teknologi
Komunikasi Mudah Alih’, Sains Humanika, 2014.
3
Adhi Susilo, ‘USING FACEBOOK AND WHATSAPP TO LEVERAGE LEARNER
PARTICIPATION AND TRANSFORM PEDAGOGY AT THE OPEN UNIVERSITY OF
INDONESIA USE OF ICT IN COURSE DELIVERY’, Jurnal Pendidikan Terbuka Dan Jarak Jauh,
2014.
atau “At the gym” dengan komunitas mereka. Inilah sebabnya mengapa aplikasi ini
disebut WhatsApp. Nama aplikasi ini dipilih karena terdengar seperti “what’s up” yang
berarti “apa tentang apa”. Aplikasi ini pada mulanya hanya digunakan untuk
berkomunikasi dengan daftar kontak yang tersimpan di smartphone secara langsung yang
sudah terafiliasi di dalam aplikasi google. WhatsApp pertama kali diluncurkan pada
iPhone dan hanya digunakan oleh pengguna iPhone saja. Kemudian Apple
memperkenalkan pemberitahuan “push” pada iOS di bulan Juni 2009. Melihat hal ini
Koum memanfaatkan fitur baru tersebut untuk dipasangkan dalam aplikasi WhatsApp
dengan tujuan agar setiap orang yang terdaftar dikontak handphone-nya saat mengirim
status, maka dirinya akan mendapatkan tanda.
Sehingga secara perlahan banyak orang yang mulai menggunakan aplikasi ini
sebagai layanan pengiriman pesan suara (Voice Messaging Service) dan update status.
WhatsApp bukan yang pertama sebagai Platform messaging service dan yang
menggunakan nomor telepon user untuk login, tidak seperti aplikasi pada Skype atau
Gtalk di mana user register menggunakan account. Begitu juga dengan BlackBerry
Messenger (BBM) yang juga melakukan hal yang sama namun terbatas pada perangkat
BlackBerry.
Sejak awal tahun 2009 WhatsApp mulai digunakan secara menyeluruh sehingga
menjadi raksasa aplikasi sosial dengan memperluas ke aplikasi Android, BlackBerry serta
platform lainnya juga terus menambahkan fitur-fitur baru untuk mengungguli.
Peran guru untuk menjadikan perkembangan media sosial sebagai sarana
penyampaian materi yang bersifat edukatif sangatlah penting. Salah satunya adalah
menjadikan aplikasi WhatsApp sebagai aplikasi edukasi yang melibatkan antara guru,
siswa dan orang tua. Penggunaan WA dalam aktivitas edukasi tersebut bertujuan;
1. Sebagai sarana edukasi
WhatsApp merupakan aplikasi chatting yang dapat menampung sebanyak
257 kontak person dalam satu group. Anggota dalam group WA adalah pemilik
smartphone yang juga meng-install aplikasi ini melalui Play Store. Setelah
aplikasi terpasang maka dengan sendirinya akan muncul tampilan pemilik nomor
handphone dalam bentuk akun WA dan langsung terkoneksi melalui jaringan
internet. Setelah saling terkoneksi maka penambahan anggota group chatting
dapat ditambahkan sehingga anggota group hanya membuat satu status/ tulisan
dalam group tersebut dan anggota yang lain dapat membacanya. Hal ini
menghemat efisiensi waktu dan tenaga dalam menyampaikan suatu informasi.
WA sebagai sarana edukasi dalam kaitannya dengan aktivitas pembelajaran
adalah alat untuk mengontrol ucapan, sikap dan karakter seseorang. Dalam hal
ini, jika dalam grup tersebut berisikan siswa sekolah maka WA adalah jendela
untuk mengamati aktivitas siswa sekaligus mengontrolnya.
Guru sebagai tenaga pengajar menjadikan WA sebagai sarana pengontrol
sikap siswa. Sikap siswa dapat dibentuk melalui komunikasi multidimensi. 4
Siswa akan menjaga pola tutur katanya dalam berkomunikasi antar sesama
anggota. Hal ini akan memunculkan suatu tabiat yang baik, suatu kebiasaan
positif hingga menjadi karakter. Sebagai contoh, ketika terlontar pesan yang
kotor, guru dapat segera menegur dan memperbaiki. Guru akan terus mengamati
alur diskusi para siswanya didalam grup. Saat terdapat perbincangan yang
menyimpang dirinya segera terlibat di dalam percakapan, dan jika bersifat pribadi
maka nasihat akan disampaikannya melalui japri/menghubungi langsung secara
pribadi melalui chat. Sehingga sang siswa tidak merasa dipermalukan di dalam
komunitas grup.
Selain sebagai kontrol ucapan, guru juga menjadikan WA sebagai sarana
edukasi bertujuan membentuk jiwa sosialis. Sebagai salah satu contoh adalah saat
ada salah satu teman yang tidak masuk kelas akibat kecelakaan, maka melalui
WA inilah seorang guru dapat memberikan sampel konkret akibat dan penyebab
terjadinya kecelakaan. Ketika seorang siswa tidak membuat tugas PR-nya di
rumah, guru dapat mengingatkan pada malam harinya. Ketika seorang siswa
terkena peringatan oleh wali kelas di sekolah, seorang guru dapat mencarikan
jalan keluar melalui diskusi di dalam grup. Demikian juga dalam hal ibadah,
seorang guru dapat mengingatkan salat, mengaji dan menghafal saat tiba
waktunya. Di samping itu guru dapat membuat daftar (list) kejujuran dengan cara
membuat daftar (list) bagi siswa yang telah melaksanakan salat ataupun
menyelesaikan hafalan. Banyak lagi contoh kegiatan lain yang dapat dikontrol
oleh guru melalui WA.
5
Afifah Rahma, ‘Pengaruh Penggunaan Smartphone Terhadap Aktifitas Kehidupan Siswa’,
Jurnal Fisip, 2015.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, J. (2018). Outbound as The Alternative Method to Have Fun Arabic Learning.
ALSINATUNA, 244-261.
Budiana, Dewi, P. K., & Nia. (2018). Media Pembelajaran Bahasa. Malang: UB Press.
Suryani, N., Setiawan, A., & Putra, A. (t.thn.). Media Pembelajaran Inovatif dan
Pengembangannya. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Usman, F. (2016). Efektivitas Penggunaan Media Online sebagai Sarana Dakwah. Al-
Tsiqoh: Jurnal Ekonomi dan Dakwah Islam, 50-62.