~-5
Mada merupakan lembaga pendidikan tingkat Pascasarjana yang
menyelenggarakan kegiatan tridarma pergun.ian tinggi dalam Kajian KONSTRUKSI DAN REPRODUKSI
membangun diskusi akademik secara lebih meluas dan terbuka bagi stat SEKOLAH PASCASARJANA UGM
January 2008
DAFTAR lSI
PENDAHULUAN 1
Konstruksi dan Reproduksi Sosial FAKTA DAN PENDEKATAN BENCANA ALAM. 6
atas Bencana Alam BENCANA ALAM SEBAGAI BENCANA
STRUK1URAL 13
Penulis : Prof. Dr. IrwanAbdullah KONSTRUKSI SOSIAL BENCANA ALAM 19
Editor: IbnuMujib,M.A. PENUTUP: PROSES, KONTEKS, DAN RANAH
Desain Cover : Pudji Widodo, M.Kom. BENCANA 31
Tata Letak : Trijasa DAFfAR PUSTAKA .34
BIODATA PENULIS 40
Penerbit : Sekolah Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada
Alamat : J1. Teknika Utara,
Pogung,Yogyakarta 55281
Telepon (0274) 520318, 564239,
544975, Fax (0274) 564239,
547861
Email: ppsugm®idola.net.id
Website : http://pasca.ugm.ac.id
Cetakan : I, Januari 2008
ISBN : 978-979-25-0111-7
L·
karya tulis ini dalam benhik dan dengan cara apa pun
iii
tanpa izin tertulis dati Penerbit.
PENDAHULUAN
Masalah bencana alam saya pilih sebagai topik pembi
caraan hari ini selain atas dasar pertimbangan emosional,
juga pertimbangan akademik. Sebagai orang yang
dilahirkan di Tanah Rencong, saya telah menjadi bagian
dari cerita dan duka yang ditinggalkan oleh gelombang
tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 yang telah
merenggut hampir setengah juta jiwa, meninggalkan
ribuan janda, hampir satu juta anak yatim, dan kerugian
harta benda yang mencapai 40 triliun rupiah. Saya terlibat
atau dilibatkan dalam serangkaian proses pemulihan
pasca-tsunami, sebagian atas dasar asal usul kelahiran
saya.
Masih sangat jelas dalam ingatan saya, anak-anak
yang luka kehilangan orang tua, mereka terlunta-lunta
selama berbulan-bulan. Wajah-wajah orang yang tinggal
di barak pengungsian selama hampir 2 tahun. Masih
tergambar dengan jelas wajah seorang ibu yang datang
setiap hari ke bekas rumahnya yang disapu air dan duduk
di atas fondasi yang tersisa dengan tatapan kosong,
menitikkan air mata, sambil mengenang suami, anak~
"The holistic perspective is uniquely capable of capturing the paran, badai, banjir, tsunami, tanah longsor, erosi, gempa,
multidimensionality of disasters and in doing so can enlarge
ledakan nuklir, wabah penyakit, kerusakan fisik, kehi
anthropological theory as well as contribute to disaster mitigation
and reconstruction" (Oliver-Smith, 2002: 46-47). langan harta, cacat, kerusakan mental maupun kerusakan
pada struktur dan sistemsosial. Hewitt, misalnya,
mengklasifikasikan ini denganr~~(atmosfir,
hidrologi, geologi, dan biologi)[bencana ,!eki\Q~(barang
yang berbahaya, proses destruktif, mekanis, dan
produktif), dcuf&iiCana S6SjJU (perang, terorisme, konflik
sipil, dan penggunaan barang, proses, dan teknologi yang
berbahaya) (Oliver-Smith, 2002: 25). Dalam tulisan ini saya
ingin membatasi diskusi lebih kepada kategori yang
pertama dan sedikit terkait dengan yang kedua, karena
pembicaraan tentang lingkungan (s~bagai bencana alam)
tidak dapat dipisahkan begitu saja dari teknologi. Dalam
banyak studi ditunjukkan bahwa penggunaan teknologi
dapat mendorong munculnya risiko dan bahaya bagi alam
itu sendiri (Palsson, 2004; Tierney, 2006; Yarnal, 1994).
Bencana juga dapat ditemukan pada dampak yang
ditimbulkan, yakni kematian, rusak mental, cacat, kehi
langan harta benda, ati:mpun dalam bentuk kerusakan
struktur sosial dan proses sosial, seperti sistem produksi,
pembagian kerja, norma dan peran-peran sosial, politik
FAKTA DAN PENDEKATAN BENCANAALAM nasional dan internasional,. juga dalam bentuk harapan,
.Bencana yang terjadi di berbagai daerah, dati daratan
motivasi dan pandangan (Blaikie, 2002: 298).
Cina (1333), Jepang (1891, 1923), Filipina (1645, 1867,
Akibat bencana dalam berbagai aspek tersebut telah
1877,1879, 1892), Indonesia (1815, 1883, 1963, 1994, 2004,
menjadi dasar dati studi dalam berbagai disiplin ilmu. Studi
2006), hingga ke Afrika (1973-1985), Amerika Tengah
atas bencana dalam ilmu sosial yang dimulai pada tahun
(1970-an), dan Amerika Serikat (1906, 1991, 1992, 2005),
1950-an itu, diawali dari perdebatan panjang tentang
pada dasarnya dapat berupa perang, kekeringan, kela
hubungan natur-kultur yang pola interaksi keduanya telah
8 Interdisciplinary Papers 01 (2008) Konstruksi dan Reproduksi Sosial atas Bencana Alam 9
melahirkan banyak pemahaman baru tentang ketergan diperhitungkan, tidak direneanakan karena itu masya
tungan dan independensi manusia terhadap alam, de rakat tidak sadar dan tidak siap menghadapi beneana
mikian pula sebaliknya. Pandangan awal melihat bahwa (Hewitt, 1983: 10) sehingga kebijakan-kebijakan yang
alam merupakan sesuatu yang terpisah dengan manusia diambil pun bersifat proteksi fisik atas bahaya fisik dan
yang memiliki kekuatan-kekuatan yang tak terbantahkan, peramalan dan monitoring proses geofisika (Blaikie, 2003:
sehingga lingkungan alam telah mendefinisikan identitas 299).
manusia termasuk memasukkan manusia dalam kategori Pada masa itu manusia dan alam eenderung dilihat
"the other", akibat perbedaan lingkungan yang bersifat beroposisi. Baru pada abad ke-17 dan ke-18 interaksi
deterministik bagi adaptasi manusia. keduanya mendapatkan tempat dan dilihat sebagai
Dalam pandangan awal ini beneana dilihat sebagai kekuatan yang saling menentukan yang bahkan, menurut
fenomena yang seeara utama dihubungkan dengan alam Murphy, 'Eili~take.mUq@1JdiJU\a~.. 4riCii;jtilite oj,
dan dilepaskan dari pengalaman manusia sehari-hari dan fiumiTJuliiting, tlOmeStiCiiting;: remolimg, reconstrUcting, arYl
aktivitas manusia yang biasa (Hewitt, 1983: 6; Anderskov, -;-1IT17eSfinrmrt~n"-(01fv.er:Smitli"7' 20017 32)~ K.!ji~ij
~ - ' ~
2004: 10) karena beneana eenderung dianggap sebagai 'kemudianI;enemukan suatu varian yang memperlihatkan
kejadian yang luar biasa. Salah satu pandangan menga bahwa {!!!m::...~~_adan!a~ksp~~~usl
takan hahwa alam (dengan segala ketidakteraturannya)
merupakan faktor yang mendefinisikan keteraturan sosial.
---_
~apliIigkimganaan-.J>jhJ':-alcih~ansumberd~ya
--....
.... -._.
~am;-teriaa~ben~ana
.. "':.1_ .. ......- ]iigaaunediasi
_ oIeh
_ __
~
~g@\o~~prod~~ .
Pada saat terjadi angin ribut di Inggris pada tahun 1987
konsepsi natur sebagai faktor pengendali mendapatkan "Ecological crises and disaster... are produced by the dialectical
penegasan: interaction of social and natural features. Socially constructed
production systems that impoverish the essential and absolute level
"Alam telah menggila destruktif, tidak bertanggungjawab, ofresources sustaining and environment will create environmental
menghancurkan dirinya sendiri dan menyeret segala sesuatu crises and perhaps disasters, impacting a human population"
bersamanya, itulah yang terjadi. Kiarilat terjadi pada saat ini, (Oliver-Smith, 2002: 34).
sekarang dan tidak ada yang bisa menghentikan, kaca-kaca
pecah, benda-benda berjatuhan dan segala keributan tidak Dalam melihat hubungan keduanya ini-yang semula
bisa ditoleransi, segala hal yang hidup berhenti pada saat itu lebih dititikberatkan pada penyebab adanya beneana yang
terjadi" (Homan, 2003: 150).
diakIbatkan oleh kejadian mendadak dan tiba-tiba di satu
Fokus pada kekuatan alam dan supranatural ini me sisi, dan oleh ulah manusia di lain sisi-muneul perde
negaskan suatu kondisi abnormal, tidak diharapkan, tidak batan tentang respons yang bersifat behavioristik yang
10 Interdisciplinary Papers 01 (2008) Konstruksi dan Reproduksi Sosial atas Bencana Alam 11
mencoba memetakan pola-pola respons masyarakat mengalami kegagalan dalam adaptasi di daerah tujuan
terhadap bencana, terutama untuk keluar dari pendekatan (Laksono, 1985).
teknokratik yang mengesampingkan manusia. Respons kebudayaan terkait dengan konstruksi makna
Pendekatan yang melihat berbagai bentuk respons dan pandangan budaya atas bencana yang dihadapi
terhadap bencana menitikberatkan perhatian pada manusia. Hal ini seringkali membawa manusia berha
respons individual dan institusional, respons kebudayaan dapan dengan pertanyaan eksistensialis yang rumit. Dalam
yang mempertanyakan eksistensi manusia, respons politik kasus tsunami di Aceh, seperti juga yang terjadi di Berkeley
dan kekuasaan, dan respons yang bersifat ekonomi. atau banyak tempat lain, bencana telah diartikan dengan
Respons individual dan kelembagaan tampak pada analisis banyak cara. Sebagian penduduk mengartikan tsunami
tingkah laku individu dan kelompok pada setiap tahap sebagai "Tuhan Suruh Vmat Nabi Agar Manusia Insaf".l
dari dan setelah bencana terjadi. Kajian-kajian tentang Pertanyaan-pertanyaan tentang keadilan Tuhan, ke
respons individu dan kelompok ini, misalnya, mencakup sakralan, dan hakekat hubungan manusia dengan ke
bagaimana bentuk respons individu dan organisasi, . ilahian menghantuai korban suatu bencana (Oliver-Smith,
khususnya penyesuaian institusi agama, teknologi, 1996: 308). Tidak jarang, bencana kemudian membuat
ekonomi, politik, dan dalam pola-pola kooperasi dan terjadinya pergeseran dalam keyakinan, simbol-simbol,
konflik yang muncul akibat bencana (Oliver-Smith, 1996: dan ritual, seperti ditunjukkan oleh Olivers-Smith dalam
306). Kemampuan respons semacam itu berbeda kasus Peru (Oliver-Smith, 1977). ~diunggapjjuga
berdasarkan kelas, gender, etnis, dan usia (Maskrey, 1989; ~-- .,
~baga.i.penegascm··tel"hadapicehadiPan~f)eWrrta'iiTiiloor.
Rossi, 1993). Dalam berbagai studi juga tampak bahwa
,---.,...
Dengan mengutip khotbah Pastur, seorang ibu menga
-
tingkat integrasi masyarakat telah menjadi dasar bagi takan bahwa:
kemampuan pemulihan dan pembangunan kembali
"Manusia bisa pergi ke bulan, melakukan hal-hal yang
komunitas yang sekaligus memperlihatkan bahwa
mengagumkan dengan teknologi dan berpikir bahwa mereka
pengetahuan lokal yang baik tentang lingkungan sosial bisa memiliki segala hal yang ada di dunia ini, tapi lagi-Iagi
dan fisik menentukan kemampuan masyarakat dalam Tuhan akan mengirim bencana hanya untuk membuktikan
mengurangi kerugian jangka pendek dan jangka panjang hanya Tuhanlah yang berkuasa" (Homan, 2003: 149).
(Oliver-Smith, 1996: 306). Sebaliknya, pengabaian
1Pengertian ini tertulis pada kotak sumbangan di depan kapal
terhadap pengetahuan lokal, seperti tampak dari kasus PLT Terapung yang terdampar di Punge Blang Cut, Banda Aceh.
masyarakat petemak di lereng Merapi, telah menyebabkan Data ini diperoleh dari catatan perjalanan Prof. Dr. Sjafri Sairin,
tercabutnya penduduk dari daerah asal dan bahkan MA
12 Interdisciplinary Papers 01 (2008) Konstruksi dan Reproduksi Sosial atas Bencana Alam 13
Konstruksi makna tentang bencana di sini sarat masyarakat, serta menciptakan kebutuhan material yang
dengan kepentingan karena suara dari berbagai pihak ikut mendesak. Bahkan, setiap bencana melibatkan pembica
terlibat dalam menentukan bentuk wacana sehingga raan tentang asumsi dan tingkah laku manusia, seperti
makna itu sendirimenjadi arena pertandingan yang altruisme, pilihan rasional, pemilikan prihadi, kompetisi,
penting. Heddy Shri Ahimsa-Putra sudah menunjukkan resiprositas, serta kepentingan-kepentingan ekonomi dan
mengatakan:
proses distribusi (Torry, 1979). Tidak jarang suatu bencana
"Natural disasters, by contast, are moment in which the voices of dapat menciptakan "economic boom" karena bantuan dan
experts mix with-and often have no privilege over-the voices of proyek yang dikerjakan menciptakan lapangan pekerjaan
politicians, journalists, religiousfigures, and all manner ofsurvivors. dan pendapatan baru bagi penduduk (Dudasik, 1982;
..6iU1~~~"~g
~
d~t, men~bah~tu'" bencana sebagai bentuk dati "perubahan sosial" mencob~
mengkaji bencana sebagai faktor penting dalam perubahan
a.'UCUNI~I.1
Respons ekonomi terkait dengan anggapan bahwa sosial budaya karena setiap bencana membutuhkan suatu
setiap bencana selalu menyebabkan kehancuran pada penyesuaian dan perumusan baru atas fungsi-fungsi yang
lingkungan fisik dan sumber-sumber material suatu rusak. Antropologi dalam halini memberikan perhatian
14 Interdisciplinary Papers 01 (2008) Konstruksi dan Reproduksi Sosial atas Bencana Alam 15
lebih besar pada implikasi jangka panjang dari perubahan dengan kemampuan adaptasi manusia yang efektif
perubahan yang diakibatkan oleh bencana (Oliver-Smith, terhadaplingkungan yang memungkinkan manusia
1996; Hoffman, 2002). Perubahan-perubahan yang menjaga stabilitas jangka panjang dalam kondisi yang sulit
diperlihatkan di sini dapat merupakan percepatan dari (Torry, 1979; Oliver-Smith, 1996). Pendekatan semacam
suatu arah perubahan yang sebelumnya terjadi, dapat pula . ini juga belum mampu menjelaskan suatu proses struktural
merupakan faktor bagilahirnya agenda perubahan baru. yang tidak bisa dipisahkan pada saat bencana juga
Sebaliknya~ berbagai studi juga memperlihatkan bahwa menjadi fenomena global, bukan lagi lokal (lllOllZ, 2003;
berbagai akibat negatif dapat terjadi, khususnya pada saat Kasperson dan Kasperson, 2001; Oliver-Smith, 2002).
banyak agen terlibat dalam proses rekonstruksi yang Pertimbangan-pertimbangan tersebut telah memper
menyebabkan sesuatu yang sangat asing dan baru muncul kuat pandangan yan~~~~at bahw:e;~
dalam suatu masyarakat secara tiba-tiba yang kemudian BJiLhlilWi..jjiaQ!laC§!m alam im seI!.a~ iffii
menyebabkan stres dan merusak tatanan sosial. Chairtakis ~nc~~iSiiibei~ kitIm£."8itptF~etim'"P}!Pgan
dan Rossi telah menunjukkan bahwa berbagai bantuan !1iDii~1l\ilsyarakAtJPandangan yang muncul
dalam proses rekonstruksi dapat saja lebih merusak pada tahun 1980-an ini didasarkan pada kerangka berpikir
daripada bencana itu sendiri (Oliver-Smith, 1996: 314). marksisme struktural dan ekonomi politik. Pandangan
Suatu masyarakat dapat saja berusaha mempertahan ekonomi politik ini melihat bahwa suatu fenomena alam
kan pola kehidupan yang sebelumnya mereka jalani, dan seperti badai, gempa, banjir, tidak harus menjadi bencana.
ingin mengembalikannya setelah bencana. Sebaliknya, Peringatan, proteksi, pengetahuan, keahlian, akses, baik
masyarakat yang lain dapat saja melihat adanya peluang terhadap sumber-sumber material dan pengetahuan,
peluang baru setelah terjadinya bencana (Oliver-Smith, jaringan, dan sumber-sumber bantuan dapat memitigasi
1996; Clancey, 2006; Schencking, 2006). Dalam suatu dampak kejadian alam dan meningkatkan kemampuan
kasus gempa masyarakat mendapatkan banyak sekali manusia untuk memulihkan efek yang ditimbulkan
kebebasan (Oliver-Smith, 1977), yang dapat mendorong. Q3laikie, 2003: 299). Pandangan ini m e . ~ ~
lahirnya suatu sistem sosial atau sikap baru (Borland, 2006). lCmwanan"'bencanaTmalfi':lti!i!·.Y@!1g~.niS-,~
---....,....'!';:::::.
..... " .. .-. - 7~·~.....;;;;.- _ _.:..
Kecenderungan penelitian behavioristik yang melihat i""an2'-rena;hr4~a.n-po.tefl.si 1 .• . -~
'isaster less as the result ofgeophysical extremes such as storm, sesungguhnya menjadi sumber informasi bantuan dan
earthquakes, droughts, etc and more asfunctions ofan ongoing social penyelamatan (Tierney, 2006: 113).
order, ofthis order's structure ofhuman-environment relations, and
ofthe largerframework ofhistorical and structural processes, such Suatu beneana, yang sangat ditentukan oleh pola
as colonialism and undetdevelopment, that have shapedll.",." interaksi manusia dengan alam, sesungguhnya telah
'hq,fi':B1!:t@s&tJ..9-94JJ.4) ~
I
"... people attempt to prepare, construct, recover, reconstruct, how interaksinya dengan penduduk, kelompok, institusi, dan
they adjust to the actual or potential calamity either recants or dalam hubungannya dengan konstruksi sosial budaya atas
people construct or frame' their peril (including the denial ofit), the
way they perceived their environment and their subsistence, and the kemudian lahir dati suatu proses sejarah dan atas hasil
way they invent explanation, constitute their morality, and project dati hubungan struktural yang sistematis.
their continuity and promise into the future" (Oliver-Smith dan Praktek penebangan<hutan besar-besaran atau penam
Optimisme semaeam ini dapat dieapai jika beneana telah tikan hubungan struktural tersebut, yang sekaligus mem
i'
menjadi pengetahuan kolektif yang mekanisme respons perlihatkan belum diselesaikannya persoalan mendasar
terhadap beneana itu telah diintegrasikan dengan baik dalam hubungan manusia dengan lingkungan akibat
. ~ peng!ioI~n-;u~r!!ifcl'a'la~r'
eksternal di satu sisi dan kompleksitas internal di sisi lain. ~~iR;ErinsiPloka1 ~~~ aaya
Keragaman eksternal menyangkut spektrum yang luas dati [pmg~!'J Dalam hal ini, ~l!W1ua
fenomena objektif dillam ranah natural dan teknologis ~~~~~emali~
yang menyulut suatu beneana. eiri-eiri kejadiannya dapat ~a4gpAri~dengan1il(~en~gpt
-!~g K:IJ~V
meliputi proses yang lambat seperti kekeringan atau ~ Akibat dati hubungan natur-kultur ini kemudian
keraeunan yang menyebabkan kematian perlahan-Iahan menjadi dasar dari kontruksi tanah longsor atau banjir 0
hingga ke proses yang eepat seperti gempa atau keeela atau bahkan malapetaka yang lain.Oleh karena itu, ~
kaan nuklir yang menyebabkan kehancuran·dan kematian beneana sesungguhnya mengakar pada tingkah laku
seketika. Kompleksitas internal mengacu pada proses dan manusia dan kelompok dalam konteks gangguan dan
kejadian yang menjadikan beneana sebagai proses total, kerusakan khusus yang dihasilkan oleh individu, ke
meneakup dimensi sosial, lingkungan, kultural, politik, lompok, atau institusi (Oliver-Smith, 1999: 24).
ekonomi~ fisik, dan teknologi. Hubungan antata satu Suatu peristi~a alam sesungguhnya sudah dapat
dengan yang lain menunjukkan konsistensi dan inkonsis direspons dati tingkat yang paling elementer hingga pada
tensi, koherensi dan kontradiksi, kooperasi dan konflik, tingkat yang maju. Dalam berbagai peristiwa alam,
hegemoni dan resistensi. Hal ini memperlihatkan bagai seringkali dikatakan bahwa tanda-tanda sudah tampak
mana berlangsungnya sistem fisik, biologi, dan sosial dalam sebelumnya. Dalam kasus letusan Gunung Merapi tahun
22 Interdisciplinary Papers 01 (2008) Konstruksi dan Reproduksi Sosial atas Bencana Alam 23
1994, tanda-tanda sudah tampak dalam berbagai bentuk, gempa di Nobi (1891) dan Kanto (1923), misalnya, telah
dari yang bersifat mimpi atau bisikan, gejala-gejala alam menyebabkan Jepang memiliki kurikulum nasional dalam
yang aneh, hingga perilaku tanaman dan binatang yang bentuk tiga jilid buku yang diberi judul Shinsai ni kansuru
mengarahkan pada adanya suatu perubahan kondisi alam kyoiku shiryo (Education Materials Related to the Earthquake)
(Ahimsa-Putra, 1994). Tanda-tanda serupa juga diakui (Borland, 2006: 875). Kesiapan juga kemudian tampak
penduduk keberadaannya sebagai petunjuk, seperti yang tidak hanya dati usaha Jepang melakukan pemetaan ulang
terjadi di Mesir, di Inggris, dan juga di Amerika Tengah tata ruang dan melakukan standardisasi bangunan yang
(Homan, 2003; Pettiford, 1995). Yang menarik di sini tahan gempa (Clancey, 2006), tetapi juga pada pengem
adalah distorsi yang terjadi mengakibatkan pesan-pesan bangan sikap hidup dan mental masyarakat yang muncu1
langsung maupun tidak langsung tidak selalu berubah dalam berbagai bentuk pengabdian dalam hubungannya
menjadi aksi karena sensitivitas dan daya pengaruh yang dengan antisipasi bencana (Borland, 2006). Tentu banyak
berubah. Untuk menanggapi kecenderungan ini Ahimsa sekali pertanyaan ikutan untuk sampai kepada jawaban
Putra menilai: . bagaimana komitmen m~usia, kelembagaan, dan para
bahwa isyarat alam yang telah dikirim lebih dulu ke
U ...
piliak dapat dibangun dan memberikan hasil yang sinergis
penduduk di lereng Merapi tidak dapat dipahami lagi bagi kemampuan masyarakat bertahan dan bahkan
maknanya karena pesan atau isyarat tersebut telah melawan bahaya yang mengancam eksistensi dan mar
'terganggu', telah tercampur dengan 'hiruk-pikuk' suara
~. tabat manusia.
;1
Keadaan manusia, lingkungan, dan institusi yang rentan menengah Las Colinas di Santa Tecla di pinggir kota San
lah yang mengubah suatu gejala alam menjadi bencana Salvador pada tahun 2001, penduduk sudah mendatangi
infrastructure, sociopolitical organization, production and Salvador ini pun, seperti juga terjadi di Ahmedabad India,
distribution systems, and ideology ofa society. A society's pattern telah menyebabkan banyak penduduk miskin kota hidup
force ofdestructive agent" (Oliver-Smith dan Hoffman, 2002: 3). seperti kemiskinan pedesaan yang mendorong migrasi
bahkan terancam oleh adanya banyak fakta bencana untuk menerima secara pasif, tetapi merupakan suatu
dalam berbagai bentuknya. Dalam buku The Black Death kekuatan yang mempengaruhi tindakan-tindakan secara
(Ziegler, 1997) ditunjukkan suatu tragedi di mana manusia dinamis dalam merespons berbagai ancaman pascaben
tidak memiliki kekuatan untuk bertahan apalagi melawan cana. Dalam suatu bencana, berbagai respons kultural pun
nasib yang membawa kematian bagi dirinya. Dari sejarah menjadi suatu cara penjelasan dan pembenaran:
Cina, misalnya, diceritakan bahwa pada tahun 1333 mulai "Cultural perceptions ofenvironment hazards, dramatic events, and
terjadi kekeringan yang menyebabkan kelaparan di Sungai morality tell much about ideologies ofhuman earthly and human
Kiang dan Hooi. Hal yang sama terjadi di Houkouang dan supernatural relations. How concepts of uncertainty, peril, safety,
Honan pada tahun 1334 yang menyebabkan jutaan orang fortune and fate are constructed and perceived constitutes basic
features ofworldview. Such cultural construction: and the ways they
meninggal. Di Tche, misalnya, lebih dari 5 juta meninggal.
are enacted, are often, then, posed against the realities experienced in
Bencana ini terjadi hingga tahun 1349 (Ziegler, 1997). disaster preparation, impact, and recovery. Not only are the nature
Bencana yang terjadi di berbagai tempat lain, bail< di and operation of mental construction revealed, but at times novel
Asia maupun di Afrika, dan bahkan Amerika telah forms and interpretations also emerge. Concept ofsocial and cosmic
menjadi suatu ujian yang berarti bagi kemampuan umat justice and the nature ofexistence as well come to thefore" (Oliver
Smith dan Hoffman, 2002: ll}. -- ~.
manusia dalam mengelola lingkungan, mempertahankan
diri dari berbagai ancaman bahaya, melawan tantangan Keterbatasan manusia tampak dalam cara manusia
dan risiko, hingga membangun sistem sosial dan kelemba merespons bencana, yang kemudian melahirkan atau
gaan yang mampu memproteksi manusia dan lingkungan mengintensifkan berbagai bentuk ritual yang tidak lain
nya dari kehancuran. Namun demikian, tetap ada suatu merupakan bentuk reinvensi dan revitalisasi dari nilai,
momentum dan ruang di mana manusia dihadapkan pada kekuatan dan eksistensi suatu masyarakat.
keterbatasan-keterbatasan.' Manusia yang begitu maju Sebaliknya, kekuatan masyarakat juga dapat dilihat
dengan sistem sosial kelembagaan yang begitu berkembang dari kemampuan mereka menghadapi berbagai ancaman
tetap memiliki keterbatasan dalam menghadapi badai karena pada dasarnya ada ruang alam yang ditaklukkan
Katrina di New Orleans. Dalam situasi yang terbatas untuk kepentingan manusia dan ada alam yang tidak bisa l
semacam itu manusia mengembangkan cara-cara respons dltaklukkan karena kekua1an-¥ang~besar-(ftartkC1f-f,-1
dan manajemen yang beragam. Pada saat rancangan ... ........§jl'ehkarena itu,llLeiiCina-uap,1ft(1ijaailWi
2003).
~ ......-....---_"1
•
infrastruktur, organisasi, keahlian, tidak mampu ~!!:.hasilan-radaEasi:~!f1~Yal'gat~tj?rh~p~su,c
membendung bencana, maka nilai'dan sikap mental mulai ,eaeaan:aIam-y-ang dIbentul< 'sedi"r~daJ.a'mi=dm...~osiat. Di
menjadi pintu kekuatan terakhir; nrima,bukan·saja cara sini masyarakat dihadapkan pada tantangan untuk
28 Interdisciplinary Papers 01 (2008) Konstruksi dan Reproduksi Sosialatas Bencana Alam 29
mampu menjaga keberlanjutan jangka panjang di mana bencana maupun pada tingkat nasional. Kadangkala
pembangunan merupakan gangguan bagi stabilitas sosial justru peluang lebih dapat dirasakan dan dimanfaatkan
melalui perubahan yang diciptakan (Torry, 1977; Bankoff, pada tingkat di luar daerah bencana itu sendiri (Diamond,
2003). Yang menarik bahkan, kemampuan suatu masya 2006: 13). Perbaikan yang mencolok dari adanya bencana
rakat untuk mengatasi bencana jauh dari yang dibayang terjadi, misalnya, pada perbaikan infrastruktur jalan,
kan oleh pihak luar masyarakat itu sendiri. Hal ini disebab gedung, pemukiman, rumah sakit, dan pasar yang dalam
kan oleh adanya kalkulasi yang didasarkan bukan pada banyak kasus dapat menghasilkan suatu pembangunan
kekuatan, namun pada kelemahan yang dimiliki oleh dengan kualitas yang jauh lebih baik dari yang pemah
masyarakat itu. dimiliki sebelumnya.
Keempat, ~:.-mempaXanl'e.lt1ang-:bagi~~ Peluang usaha dan lapangan kerja terbuka sedemikian
~--..._-----
aanpenataciiffilaiipJe.caIa..menBa. Di satu sisi suatu
peristiwa alam menyebabkan trauma, luka, cacat, atau
luas yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah
yang besar. Namun demikian, hukum segmentasi pasar
pun kematian; di sisi lain, iamemberikan kesempatan bagi tenaga kerja tetap berlaku sehingga kesempatan umumnya
perubahan kehidupan manusia dalam berbagai aspek. lebih banyak terbuka bagi pekerja yang berasal dari luar
Gempa Nobi (1891) dan Kanto (1923) telah memberikan daerah bencana akibat kualitas sumber daya manusia
kesempatan besar bagi Jepang untuk melakukan yang lebih baik di satu sisi, dan akibat tidak adanya
transformasi dan reformasi sosial, budaya, keruangan dan affirmative action di sisi lain. Peluang kerja ini tidak dapat
institusional secara menyeluruh. Momentum itu dijadikan dipungkiri telah membantu perbaikan kehidupan sosial
alasan untuk pemetaan ulang ruang dan desain ulang ekonomi secara umum dan menghidupkan roda perekono
arsitektur yang bahkan kemudian memberi kesempatan mian secara lebih baik. Bagi sebagian orang bencana dapat
untuk mempertahankan ciri khas Jepang dalam seni merupakan peluang usaha, terutama akibat kebutuhan
arsitektur. Kesempatan juga diambil untuk mengubah pola barang dan jasa yang sangat besar pada fase pasca
pikir masyarakat yang kemudian lebih adaptif terhadap bencana. Dengan demikian,
ancaman gempa dan responsif terhadap akibat-akibat !t'g me\,jadWJie;:roosem~
yang muncul dari adanya suatu gempa (Borland, 2006;
Clancey, 2006; Schencking, 2006). Bencana, bagaimanapun, tetap sarat nilai karena
Dalam berbagai kasus tampak bahwa bencana selalu memuat berbagai kepentingan. Dalam setiap bencana,
membawa surplus ekonomi pada daerah bencana yang bentuk kesempahm dan cara rriemanfaatkan kesempatan,
membuka berbagai peluang baru baik pada tingkat daerah
Konstruksi dan Reproduksi Sosial atas Bencana Alam 31
30 Interdisciplinary Papers 01 (2008)
BENCANA
production of each others' existence", seperti disebutkan di oleh sistem dan struktur yang membungkusnya. Karena
depan, memungkinkan adanya prediksi dan kesiapan keberadaan dan akibat suatu beneana menjangkau
dalam menghadapi beneana itu sendiri dan juga memung spektrum yang :uas, maka~memb§~unl
kinkan minimalisasi status kerentanan masyarakat _""'_'L.~C 1_
an analiSls
terhadap suatu beneana.
~ . . iiPaiievenfitaJ!J,ens~&7~g~
~N saat~bagai sebuah konteks, ia mem.I5efil<an ,ons
perspektif dan definisi tentang code of conduct yang perlu Pemal'lanl"'"'an tentang beneana dengan segala isu dan
dipatuhi secara kolektif, baik bagi masyarakat maupun ersoalan tersebut telah membawa kita pa,da kesadaran
berbagai pihak lain dalam berbagaibentuk tindakan dan kultural dan politik untuk dapat melihat betapa implikasi
kebijakan yang dirumuskan dalam situasi normal. Dengan implikasi dati adanya beneana membutuhkan kebijakan
melihat beneana sebagai konteks, maka kita bisa kebijakan yang lebih tepat. Pengetahuan yang terbatas
membebaskan diri dati suatu perangkap normalitas di . pada berbagai tingkatan telah menentukan tingkat
mana kehidupan juga merupakan kehidupan yang bersifat kesiapan dalam mengantisipasi, dan kemudian
labil atau disorder sehingga membutuhkan pengakuan dan menciptakan beneana berikutnya akibat proses penyele
praktik penafsiran yang lain seeara akademis maupun saian yang panjang dan ketergantungan yang diciptakan
kebijakan. Keberadaan"daerah beneana" atau "korban hampir seeara sengaja dalam setiap tahapan dati respon
beneana" merupakan ruang kebijakan yang harus menjadi terhadap bencana.
bagian dari suatu kebijakan normal sehingga tidak
seharusnya dirumuskan seeara mendadak, tiba-tiba, pada
saat beneana itu hadir dan, seperti biasanya, menimbulkan
chaos dan disorganized.
Keti~a
ang-tebih-dalam. aan~rnetl
. ~ ,
hqb1!ilgiU1~h~bungan~am-:konstmks~r.ak'1"
- .._,
~ ~""...
Melalui bencana dapataiketahui esensi dan rahasia
tentang kelemahan dan kekuatan tersembunyi dalam
suatu masyarakat, yang dalam situasi "normal" tertutup
Konstruksi dan Reproduksi Sosial atas Bencana Alam 35
34· Interdisciplinary Papers 01 (2008)
Blaikie, P. 2002. "Vulnerability and Disaster", dalam V. Firth, R. 1959. Social Change in Tikopia. London: Allen &
Desai dan R. Potter (ed.), The Companion to Develop Unwin.
ment Studies. London: Arnold.
:11983. InterPretation of Calamity. New York:
Borland, J. 2006. "Capitalism on Catastrophe: Allen & Unwin.
Reinvigorating the Japanese State with Moral
OUJbn,S..M~.Im~The Worst of Times, the Best of
Values through Education following the 1923 Great
Kanto Earthquake", Modern Asian Studies, Vol. 40,
- -Times: Toward a Model of Cultural Response to
Disaster", dalam A. Oliver-Smith dan S.M.
No.4.
Hoffman (ed.), The Angry Earth: Disaster in
Button, G.V. 1995. "The Disaster Wasn't: The Press Anthropological Perspective. New York: Routledge.
Response to the Braer Oil Spill in the Shetland _ _ _ _ _ _,. 2002. "The Monster and the Mother: The
Islands", disampaikan pada Annu. Meet. Am.
Symbolism of Disaster", dalam S.M. Hoffman dan
Anthropol. Assoc., 94 th Washington, DC. A. Oliver-Smith (ed.), Catastrophe and Culture: The
Clancey, G. 2006. "The Meiji Earthquake: Nature, Nation, Anthropology of Disaster. Santa Fe: School of
and the Ambiguities of Catastrophe", Modern Asian American Research Press.
Studies, Vol. 40, No.4. Homan,-l. 2003-:' "The Social Construction of Nature
Disaster: The Landslide at La Josefina, Ecuador",
Konstruksi dan Reproduksi Sosial atas Bencana Alam 37
36 Interdisciplinary Papers 01 (2008)
Moren, G. 1980. "The Rural Ecology of British Drought", Pelling, M. 2003. "Toward a Political Ecology of Urban
·Hum. Ecol., No.8. Environmental Risk: The Case of Guyana", dalam
K.5. Zimmerer dan T.J. Bassett (ed.), Political
~th,A~l27.Z.JDisasterRehabilitation and Social Ecology: An Integrative Approach to Geography and
Change in Yungay, Peru. Hum. Organ. 36. Environment-Development Studies. New York: The
Rajan, S.R 2002. "Missing Expertise, Categorical Politics, fmf:w:l::1i?.2:J" Anthropological Studies in Hazardous
and Chronic Disaster: The Case of Bhopal", dalam Envronment: Past Trends and New Horizons",
S.M. Hoffman and A. Oliver-Smith (ed.), Catas Curro Anthopol. 20.
trophe and Culture: The Anthropology of Disaster, Van Eijsinga, R 1830. Verschillende Reizen en Lotgavallen
Santa Fe: School of American Research Press. van S. Roorda van Eijsinga. Amsterdam: Heyen Zn.
Rossi, 1. 1993. Community Reconstruction after an Earthquake. Wisner, B. 2003. "Assessment of Capability and Vulnera
Westport, CTILondon: Preager. bility", dalam G. Bankoff, G. Frerks, dan D. Hilhorst
cn.e.nQl(ing~~. "Catastrophe, Opportunism, (ed.), Mapping Vulnerability: Disaster, Development
Contestation: The Fractured Politics of Recons arid People. London: Earthscan.
tructing Tokyo following the Great Kanto Yarnal. B. 1994. "Socio-Economic Restructuring and
Earthquake of 1923", Modern Asian Studies, Vol. Vulnerability to Environmental Hazards in Bulga
40, No.4. ria", Disasters, Vol. 18, No.2.
_ .•_ . "Are Catastrophes is Nature Ever Evil?", Ziegler, P. 1997. The Black Death. London: The Polio Society.
da:~W.B. Dress (ed.), Is Nature Ever Evil? Religion,
Science and Value. London and New York:
Routledge Taylor and Francis Group.
Stephen, S. 2002. "Bounding Uncertainty: The Post
. Chemobyl Culture of Radiation Protection Expert",
dalam S. M. Hoffman dan A. Oliver-Smith (ed.),
Catastrophe and Culture: The Anthropology of
Disaster. Santa Fe: School of American Research
Press.
Tapper, RL. 1988. "Animality, Humanity, Morality and
Society", dalam T. Ingold (ed.), What is an Animal?
London: Unwin Hyman.
'iern~;;-K"':" 290(J"SocialInequality, Hazards, and
Disasters", dalam RJ. Daniels, D.F. KettI, dan H.
Kunreuther (ed.), On Risks and Disaster: Lessons