Anda di halaman 1dari 40

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL KAMAL

DOKUMEN OPERASIONAL

LEMBAR JAWABAN UJIAN TENGAH


SEMESTER

No.Dok: No.Rev : Tgl.Berlaku : 28 - 10 – 2019 Hal : 1


001/BAAK/ISTA/X/2019

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

PRODI : FARMASI
MATA UJIAN : TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN SOLIDA
DOSEN PENGAMPU : IN RAHMI FATRIA FAJAR, M.FARM., APT
KELAS : REG MALAM
SEMESTER / SKS : VI/3
HARI/TANGGAL UJIAN : SELASA, 14 APRIL 2020
SIFAT UJIAN/WAKTU. : OPEN BOOK / 60 MENIT

NAMA : ROVIE SAPUTRA


NIM : 201851253
RUANG : 411
TEMPAT DUDUK : 47
WAKTU UJIAN : 18.30

KETENTUAN SOAL
1. Bacalah soal ujian dengan teliti.
2. Soal ujian tidak boleh dicoret-coret.
3. Soal ujian harap dikembalikan kembali ke petugas ujian.

KERJAKAN SOAL DENGAN BAIK DAN BENAR !


1. Bahan-bahan berikut ini yang merupakan pengikat dalam pembutan tablet adalah ….

C. metilselulose

2. Kecuali dinyatakan lain, maka keseragaman ukuran tablet adalah tidak lebih dari ….

E. 3 x diameter tablet

3. Kapsul keras gelatin mengandung uap air berkisar ….

E. 9-12
4. Data Preformulasi yang menunjukkan stabilitas suatu bahan adalah ... .

B. pH

5. Studi preformulasi tentang fisikomekanik meliputi ... .

A. ukuran partikel

6. Sifat alir yang buruk dapat mengakibatkan pengaruh terhadap produk farmasi dari sisi ...

C. bobot

7. Solusi untuk memperbaiki sifat alir yang buruk dengan menambahkan eksipien ... .

E.Avicel

8. Meningkatkan resistensi kebocoran saat pengisian kapsul lunak dilakukan hal


ini, kecuali....

D. PEG

9. Zat ini tidak boleh dimasukkan kedalam kapsul lunak..,..

D. Kondisi Lebur Tinggi


10. Uji kemampatan serbuk untuk kapsul digunakan alat

B. desintegrator

11. Index kompresibilitas 16-20% merupakan kategori kemampatan .....

D. cukup baik

12. Zat tambahan “ primojel “ dalam formulasi tablet berfungsi sebagai ..….

C. Penghancur

13. Nama lain dari zat tambahan “ binder “ adalah ….

E. pengikat

14. Bahan tambahan yang dapat berfungsi sebagai pengisi dan penghancur….

B. starch 1500

15. Apakah sebutan untuk pil yang sangat kecil

E. Granula
B. ESSAY

MAKALAH TEKNOLOGI FARMASI


SEDIAAN TABLET

Disusun oleh :

Rovie Saputra 201851253

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL – KAMAL


JAKARTA
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya Alhamdulillah hirabbil alamin penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini. Tak lupa sholawat serta salam penyusun curah
limpahkan kepada baginda Rasulullah saw, yang telah memberikan warna Illahiyah
dalam hidup kehidupan manusia di dunia ini.
Banyak rintangan dalam menulis makalah ini, tetapi dengan bantuan dan
dukungan kerabat, penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
penyusun harapkan sebagai masukan dan perbaikan.
Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna baik bagi penyusun maupun
semua yang membaca makalah ini. Amin

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan dan Mamfaat......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN UMUM


A. Pengertian Teknologi Farmasi.......................................................................3
B. Ruang Lingkup

1. Farmakokinetik .........................................................................................3
a. Absorbsi.......................................................................................3
b. Distribusi......................................................................................4
c. Metabolisme.................................................................................4
d. ekskresi.........................................................................................4
2. .Farmasetika Dasar ...................................................................................4
3. Biofarmasetika.........................................................................................4
C. Posisi teknologi Farmasi................................................................................5
1. Pembagian bentuk sediaan farmasi..........................................................5
2. Tabel cara-cara pemberian obat...............................................................7
3. Tabel penggunaan bentuk sediaan...........................................................8

BAB III PEMBAHASAN KHUSUS


A. Pengertian Tablet...........................................................................................10
1. Tablet (menurut FI III).............................................................................10
2. Tablet (menurut FI IV).............................................................................10
3. Tablet (menurut IMO)..............................................................................10
B. Bentuk-bentuk dan Ukuran Sediaan Tablet...................................................10
1. Bentuk-bentuk Tablet...............................................................................10
2. Ukuran-ukuran Tablet..............................................................................11
3. Macam-macam Sediaan Obat Tablet.......................................................11
C. Komponen Tablet...........................................................................................16
1. Zat Aktif...................................................................................................16

ii
2. Eksipien atau Bahan Tambahan...............................................................16
3. Ajuvan......................................................................................................17
D. Keuntungan dan Kerugian Sediaan tablet......................................................17
1. Keuntungan sediaan tablet......................................................................17
2. Kerugian sediaan tablet...........................................................................18
E. Indikasi dan kontraindikasi sediaan tablet.....................................................18
F. Metode pembuaatan tablet.............................................................................19
1. Metode granulasi basah............................................................................19
2. Metode granulasi kering...........................................................................20
3. Metode kempa langsung..........................................................................20
G. Kerusakan Pada Pembuatan Sediaan Tablet..................................................22
H. Syarat-syarat Tablet.......................................................................................23
I. Preformulasi………………………………………………………………….24

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................35
B. Saran...............................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................36

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teknologi farmasi berkembang dengan pesat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan lebih banyak lagi studi teknik
pembuatan sediaan obat. Diharapkan dengan studi ini akan didapatkan suatu produk yang lebih
baik dan lebih efisien.
Tablet merupakan suatu sediaan farmasetis yang sangat digemari oleh masyarakat karena
penggunaannya yang praktis. Keunggulan tablet meliputi :
1. tablet merupakan bentuk sediaan yang kompak dan mudah digunakan,
2. merupakan bentuk sediaan oral dengan ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling
rendah,
3. memberikan stabilitas obat dalam sediaan yang baik.
Pada umumnya dalam pembuatan tablet terdapat zat tambahan. Zat tambahan yang
digunakan dapat berfungsi sebagai bahan pengisi, bahan pengikat, bahan penghancur, dan bahan
pelicin (Anonim, 1979).
Salah satu bahan tambahan yang memegang peranan penting dalam tablet adalah bahan
pengikat. Bahan pengikat adalah bahan yang mempunyai sifat adhesive yang digunakan untuk
mengikat serbuk-serbuk menjadi granul yang memungkinkan untuk dikempa menjadi tablet yang
kompak. Zat pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering tetapi lebih efektif ditambahkan
dalam bentuklarutan (Anonim, 1995)
Amilum mempunyai berbagai macam fungsi dalam pembuatan tablet yaitu sebagai bahan
pengisi, bahan pengikat dan bahan penghancur. Amilum mempunyai dua kandungan utama
yaitu amilosa dan amilopektin.
Amprotab dapat digunakan sebagai bahan pengikat dalam tablet parasetamol. Amprotab
adalah amilum pro tablet, yaitu merupakan suatu amilum yang dikhususkan untuk penggunaan
dalam pembuatan tablet. Pemeriannya berupa serbuk sangat halus, putih. Kelarutannya
praktis tidak larut dalam air dingin dan etanol (Anonim, 1979).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Teknologi Farmasi ?
2. Apa yang dipelajari pada Teknologi Farmasi ?
3. Apa pengertian ?
4. Apa saja bagian-bagian semi solid ?
5. Apa pengertian tablet ?

4
6. Apa saja aspek-aspek dalam tablet ?
7. Bagaimana memahami cara pembuatan tablet ?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Mengetahui langkah-langkah cara pembuatan sediaan tablet yang baik dan tepat.
2. Dapat memahami langkah-langkah dalam pembuatan sediaan tablet.
3. Memahami dan mengembangkan tentang teknologi farmasi.
4. Memahami dan mengembangkan tentang sediaan semi solid.
5. Memahami dan mengembangkan tentang sediaan tablet.
6. Mendapat pengetahuan tentang teknologi farmasi khususnya dalam sediaan tablet.
7. Untuk menambah wawasan dan keterampilan.

5
BAB II

PEMBAHASAN UMUM

A. Pengertian Teknologi Farmasi


Teknologi farmasi merupakan seni yang membahas tentang teknik dan prosedur
pembuatan sediaan farmasi dalam skala industri farmasi termasuk prinsip kerja serta
perawatan / pemeliharaan alat-alat produksi dan penunjangnya sesuai ketentuan Cara
Pembuatan Obat yang Baik( CPOB).

B. Ruang Lingkup
1. Farmakokinetik
Farmakokinetik merupakan sebuah proses atau perjalanan suatu obat di dalam tubuh
organisme berupa absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan ekskresi.
Farmakokinetik adalah cabang ilmu dari farmakologi yang mempelajari tentang
perjalanan obat mulai sejak diminum hingga keluar melalui organ ekskresi di tubuh
manusia. Umumnya sejumlah fase yang dilalui ketika obat masuk ke dalam tubuh dan
memulai kontak dengan organ tubuh terbagi menjadi Proses aliran tersebut di mulai
dari :
a. Absorpsi
Absorpsi merupakan proses penyerapan zat aktif obat oleh tubuh. Proses absorpsi
ini sangat penting dalam menentukan efek obat. Hanya zat aktif yang berada dalam
keadaan larut yang dapat diabsorpsi oleh tubuh.

6
b. Distribusi 
Distribusi adalah Proses penyaluran atau penyebaraan obat melalui pembuluh
darah. Setelah berada di dalam pembuluh darah obat akan di sebarkan ke seluruh
tubuh bersama aliran darah. Selanjutnya obat akan memasuki orga-organ tubuh.
Pada tahap inilah obat mencapai tempat kerjanya dan dapat memberikan efek yang
diharapkan.  
c. Metabolisme
Metabolisme adalah Proses detoksifikasi obat oleh tubuh. Di dalam tubuh obat
dianggap sebagai benda asing karena secara normal kandungan senyawa obat tidak
terdapat di dalam tubuh.
d. Ekskresi
Ekskresi merupakan proses pengeluaran obat dari tubuh organisme terutama
dilakukan oleh ginjal melalui urine. Selain organ ginjal obat diekskresikan lewat
kulit (keringat), pernapasan (udara), kelenjar payudara (air susu), mata (air mata),
dan saluran pencernaan (feses). Obat akan dikeluarkan dalam bentuk metabolit
(bentuk asalnya).
2. Farmasetika Dasar
Farmasetika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat—meliputi
pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat-obatan; seni
peracikan obat; serta pembuatan sediaan farmasi—menjadi bentuk tertentu hingga siap
digunakan sebagai obat; serta perkembangan obat yang meliputi ilmu dan teknologi
pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat digunakan dan diberikan kepada
pasien.
Ilmu resep adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-obatan menjadi
bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat.
3. Biofarmasetika
Biofarmasetika adalah ilmu yang mempelajari hubungan sifat fisikokimia
formulasi obat terhadap bioavailabilitas obat.  Bioavailabilitas menyatakan kecepatan
dan jumlah obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik.  Biofarmasetik bertujuan untuk
mengatur pelepasan obat sedemikian rupa ke sirkulasi sistemik agar diperoleh
pengobatan yang optimal pada kondisi klinik tertentu.

7
C. Posisi Teknologi Farmasi
Teknologi farmasi memiliki posisi untuk menentukan bagaimana suatu bahan obat di
sediakan, apakah dalam bentuk Solid, Semi Solid dan Liquid.
1. Pembagian Bentuk Sediaan Farmasi
a. Bentuk sediaan solid
Bentuk sediaan solid merupakan BSO yang memiliki wujud padat, kering,
mengandung satu atau lebih zat aktif yang tercampur homogen. Bentuk sediaan
solid memiliki suatu keunggulan jika dibandingkan dengan bentuk sediaan liquid,
yaitu bahwa dengan keringnya bentuk sediaan tersebut, maka bentuk sediaan
tersebut lebih menjamin stabilitas kimia zat aktif di dalamnya, sedangkan
kelemahan dari bentuk sediaan ini adalah: pada penggunaan oral (telan), pemberian
bentuk sediaan ini pada beberapa pasien terasa cukup menyulitkan, perlu disertai
dengan cairan untuk dapat ditelan dengan baik.
 Serbuk
Serbuk, dalam dunia kefarmasian, ada yang berfungsi langsung sebagai
bentuk sediaan, ada yang berfungsi sebagai bahan penolong bagi bentuk
sediaan yang lain.
 Kapsul
Yang menjadi ciri khas dari sediaan solid ini ini adalah adanya cangkang
yang terbuat dari gelatin atau selulosa, yang digunakan untuk mewadahi
sejumlah serbuk zat aktif atau cairan obat dan untuk menutupi rasa dan bau
yang ditimbulkan oleh zat aktif
 Pil
Pil merupakan sediaan solid yang berbentuk bulat dengan berat sekitar 100-
500 mg, biasanya 300 mg,  mengandung satu atau lebih zat aktif. Sediaan
padat bulat dengan masaa < 100 mg dikenal dengan istilah granul,
sedangkan yang lebih dari 500 mg dikenal dengan istilah boli (untuk hewan
ternak).
 Suppositoria
Suppositoria merupakan sediaan padat yang mengandung satu atau lebih
bahan obat yang larut ataupun terdispersi pada bahan pembawa,
dimaksudkan untuk pemakaian luar (pada rongga tubuh), berbentuk torpedo
(per anal), atau elips (per vaginal) atau batang (per urethral).
b. Bentuk Sediaan Liquid

8
Bentuk sediaan liquid merupakan sediaan dengan wujud cair, mengandung satu
atau lebih zat aktif yang terlarut atau terdispersi stabil dalam medium, yang
homogen pada saat diaplikasikan. Bentuk sediaan liquid dalam konsistensi cairnya,
memiliki keunggulan terhadap bentuk sediaan solid dalam hal kemudahan
pemberian obat terkait sifat kemudahan mengalir dari sediaan liquid ini.
 Larutan
Larutan merupakan sediaan liquid yang mengandung satu atau lebih zat aktif
(solute) yang terlarut dalam medium/pelarut/solvent yang sesuai.
Medium/pelarut/solvent yang universal adalah air. Namun demikian, ada
berbagai jenis solvent lain yang digunakan, antara lain minyak dan etanol.
 Emulsi
Emulsi dan suspensi tergolong dalam sistem dispersi, yang artinya bahwa
bahan tidak larut dalam medium, namun hanya tersebar merata dalam
medium.
 Suspensi
Suspensi merupakan sediaan yang merupakan sistem dispersi dari partikel
zat aktif solid yang memiliki kelarutan yang rendah pada medium. Yang
diharapkan dari suatu sediaan suspensi adalah bahwa sistem terdistribusi
homogen saat digunakan.
c. Bentuk Sediaan Semisolid
Bentuk sediaan semisolid memiliki konsistensi dan wujud antara solid dan
liquid, dapat mengandung zat aktif yang larut atau terdispersi dalam pembawa
(basis). Bentuk sediaan semisolid biasanya digunakan secara topical, yaitu
diaplikasikan pada permukaan kulit atau sleput mukosa. Namun demikian
sediaan topical tidak harus semisolid.
 Salep
Salep merupakan sediaan semi solid yang mengandung satu atau lebih zat
aktif yang larut atau terdispersi dalam basis salep yang sesuai.
 Cream
Cream merupakan sediaan semisolid yang menggunakan basis emulsi, dapat
bertipe A/M ataupun M/A, dapat mengandung zat aktif (obat) atau tidak
mengandung zat aktif (kosmetika).
 Pasta

9
Pasta merupakan sediaan semisolid yang mengandung banyak partikel solid
yang terdispersi dalam basis. Pasta dapat digunakan sebagai agen pembersih
gigi (pasta gigi, yang mengandung bahan abrasif) ataupun sebagai bahan
intermediet pembuatan salep, sebelum dicampurkan dengan basis yang lain
(contoh: pembuatan pasta ZnO dengan minyak mineral pada peracikan Zinc
Oxide ointment, sesaat sebelum disatukan dengan white ointment dengan
metode levigasi).
2. Tabel Cara-cara Pemberian Obat
Istilah Tempat
Oral Mulut
Sublingual Di bawah lidah
Parenteral Lain dari sistem saluran cerna (suntikan)
Intravena Vena
Intaarterial Arteri
Intrakardiak Jantung
Intraspinal Tulang punggung
Intraosseus Tulang
Intraartikular Sendi
Intrasinovial Daerah cairan sendi
Intrakutan Kulit
Subkutan Di bawah kulit
Intramuskular Otot
Topikal Permukaan kulit
Transdermal Permukaan kulit
Konjungtival Selaput mata
Intraokular Mata
Intranasal Hidung
Aural Telinga
Intrarespiratori Paru-paru
Rektal Rektum
Vaginal Vagina
Ureiral Uretra

3. Tabel Penggunaan Bentuk Sediaan


Cara Pemberian Bentuk Sediaan Utama
Oral Tablet
Kapsul
Larutan
Sirup
Elixir
Suspensi
Magma
Jel
Serbuk
Sublingual Tablet
Trokhisi dan tablet hisap
Parenteral Larutan
Suspensi
Epikutan/ Transdermal Salep
Krim
Pasta
Plester

10
Serbuk
Aerosol
Lotio
Tempelan transdermal, cakram, larutan dan solutio
Konjungvital Salep
Intraokular/Intraural Larutan
Suspensi
Intranasal Larutan
Semprot
Inhalar
Salep
Intrarespiratori Aerosol
Rektal Larutan-larutan
Salep-salep
Supossitoria
Vaginal Larutan-larutan
Salep-salep
Busa-busa emulsi
Tablet-tablet
Sisipan, supositoria, spon
Uretral Larutan-larutan, supositoria

11
BAB III

PEMBAHASAN KHUSUS

A. Pengertian Tablet
1. Tablet (Menurut FI III)
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk
tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu
jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan
dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat
pembasah atau zat lain yang cocok.
2. Tablet (Menurut FI IV)
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan
tablet kempa.Tablet merupakan bentuk sediaan farmasi yang paling banyak
tantangannya didalam mendesain dan membuatnya. Misalnya kesukaran untuk
memperoleh bioavailabilitas penuh dan dapat dipercaya dari obat yang sukar dibasahi
dan melarutkannya lambat, begitu juga kesukaran untuk mendapatkan kekompakan
kahesi yang baik dari zat amorf atau gumpalan. Namun demikian, walaupun obat
tersebut baik kempanya, melarutnya, dan tidak mempunyai masalah bioavailabilitas,
mendesain dan memproduksi obat itu masih penuh tantangan, sebab masih banyak
tujuan bersaing dari bentuk sediaan ini.
3. Tablet (Menurut IMO)
Tablet adalah sediaan padat ,dibuat secara kempa cetak,berbentuk rata atau cembung
rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan
tambahan.

B. Bentuk – bentuk & Ukuran Sediaan Tablet


1. Bentuk – bentuk Tablet
a. Bentuk silinder
b. Bentuk kubus
c. Bentuk cakram
d. Bentuk bundar
e. Bentuk batang
f. Bentuk telur/peluru

12
g. Bentuk pipih/sirkuler
h. Bentuk oval
i. Bentuk cincin
j. Bentuk segitiga,segi empat,segi lima, banyak segi, segiempat panjang, bentuk hati

2. Ukuran – ukuran Tablet


a. Menurut R. Voigt
 Garis tengah pada umumnya 15-17 mm
 bobot tablet pada umunya 0,1 g-1g
b. Menurut Lachma
 Tablet oral biasanya berukuran 3/16-1/2 inci.
 Berat tablet berkisar antara 120-700 mg ≥ 800 mg.
 Diameternya 1/4-7/6 inci.
c. Menurut Dom Martin
 1/8-1 1/5 inci.
d. Menurut FI III
Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari
1/3 kali tebal tablet.
3. Macam-macam Sediaan Obat Tablet
Berdasarkan prinsip pembuatan, tablet terdiri atas :
1. Tablet Kempa
Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau
granul menggunakan pons atau cetakan baja.
2. Tablet Cetak
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada
lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan Krista yang terbentuk
selama pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan yang diberikan.
Berdasarkan tujuan penggunaan, tablet terdiri atas :
1. Tablet Kempa Tujuan Saluran Pencernaan
a. Tablet Konvensional Biasa
Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang biasanya
terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan eksipien seperti :
 Pengisi (memberi bentuk) : laktosa

13
 Pengikat (memberi adhesivitas atau kelekatan saat bertemu saluran cerna) :
amylum gelatin, tragakan
 desintegrator (mempermudah hancurnya tablet)
b. Tablet Kempa Multi atau Kempa Ganda
Adalah tablet konvensional yang dikompresi lebih dari satu siklus kompresi
tunggal sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas dua atau lebih lapisan. Disebut
juga sebagai tablet berlapis. Keuntungannya dapat memisahkan zat aktif yang
inkompatibel (tidak tersatukan).
c. Tablet Lepas Lambat
Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut
melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul
dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif
dalam darah cukup untuk beberapa waktu tertentu (misal tablet lepas lambat 6
jam, 12 jam, dsb).

d. Tablet Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)


Adalah tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap
cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus yang pelepasan zat
aktifnya terkendali pada waktu-waktu tertentu.
e. Tablet Salut Gula
Adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik
berwarna maupun tidak. Tujuannya untuk melindungi zat aktif terhadap
lingkungan udara (O2, kelembaban), menutup rasa dan bau tidak enak,
menaikkan penampilan tablet.
f. Tablet Salut Film
Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, berwarna atau tidak dari bahan
polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna.
Penyalutan tidak perlu berkali-kali.
g. Tablet Effervesen
Tablet kempa jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena mengeluarkan
CO2. Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum..
h. Tabel Kunyah
Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah
sebelum ditelan.
2. Tablet Kempa Digunakan dalam Rongga Mulut

14
a. Tablet Bukal
Tablet kempa biasa berbentuk oval yang ditempatkan diantara gusi dan pipi.
Biasanya keras dan berisis hormon. Bekerja sistemik, tererosi atau terdisolusi di
tempat tersebut dalam waktu yang lama (secara perlahan).
b. Tablet Sublingual
Tablet kempa berbentuk pipih yang diletakkan di bawah lidah, berisi nitrogliserin.
Biasanya untuk obat penyempitan pembuluh darah ke jantung (angina pectoris)
sehingga harus cepat terlarut agar dapat segera memberi efek terapi. Diabsorbsi
oleh selaput lendir di bawah lidah.
c. Tablet Hisap atau Lozenges
Tablet yang mengandung zat aktif dan zat-zat penawar rasa dan bau,
dimaksudkan untuk disolusi lambat dalam mulut untuk tujuan lokal pada selaput
lendir mulut.
d. Dental Cones (Kerucut Gigi)
Yaitu suatu bentuk tablet yang cukup kecil, dirancang untuk ditempatkan di
dalam akar gigi yang kosong setelah pencabutan gigi. Tujuannya biasanya untuk
mencegah berkembangbiaknya bakteri di tempat yang kosong tadi dengan
menggunakan suatu senyawa anti bakteri yang dilepaskan secara perlahan-lahan,
atau untuk mengurangi pendarahan dengan melepaskan suatu astringen atau
koagulan.
3. Tablet ovula
a. Tablet Rektal
Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara rektal (dubur)
yang tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.
b. Tablet Vaginal
Tablet kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan dalam vagina yang
di dalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat aktifnya. Biasanya mengandung
antiseptik, astringen. Digunakan untuk infeksi lokal dalam vagina dan mungkin
juga untuk pemberian steroid dalam pengobatan sistemik.
c. Tablet Kempa untuk Implantasi
Tablet implantasi atau pelet dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin tablet harus
steril. Dimaksudkan untuk implantasi subkutan (untuk KB, mencegah kehamilan).
4. Tablet Cetak untuk Penggunaan Lain
a. Tablet Triturat untuk Dispensing

15
Adalah tablet yang dihaluskan dulu atau disiapkan untuk penggunaan tertentu.
Tablet kempa atau cetak berbentuk kecil umumnya silindris digunakan untuk
memberikan jumlah zat aktif terukur yang tepat untuk peracikan obat (FI IV).
Digunakan sebagai tablet sublingual atau dilepaskan di atas lidah dan ditelan
dengan air minum.
b. Tablet Hipodermik
Tablet cetak atau kempa yang dibuat dari bahan mudah larut atau melarut
sempurna dalam air. Umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi steril
dalam ampul dengan menambahkan pelarut steril (FI IV)
c. Tablet Dispending
Tablet yang digunakan oleh apoteker dalam meracik bentuk sediaan padat atau
cair. Dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air dengan volume tertentu, oleh
ahli farmasi atau konsumen, untuk mendapatkan suatu larutan obat dengan
konsentrasi tertentu.
5. Berdasarkan Distribusi Obat Dalam Tubuh
a. Bekerja lokal. Misal : tablet hisap untuk pengobatan pada rongga mulut; ovula
untuk pengobatan pada infekldi di vagina.

b. Bekerja sistemik : per oral.

 Yang bekerja short-acting (jangka pendek) : dalam satu hari memerlukan


beberapa kali menelan obat
 Yang bekerja long-acting (jangka panjang) : dalam satu hari cukup menelan
satu tablet.
Tablet jangka panjang dapat dibedakan menjadi :
 Delayed Action Tablet (DAT)
Dalam tablet ini terjadi penundaan pelepasan zat aktif karena pembuatannya
adalah sebagai berikut : sebelum dicetak, granul dibagi dalam beberapa
kelompok. Kelompok pertama tidak diapa-apakan, kelompok kedua disalut
dengan bahan penyalut yang akan pecah setelah beberapa saat, kelompok
ketiga disalut dengan bahan penyalut yang pecah lebih lama dari kelompok
kedua, dst. Granul-granul dari semua kelompok dicampurkan dan baru
dicetak.
 Repeat Action Tablet (RAT)

16
Granul-granul dari kelompok yang paling lama pecahnya dicetak dahulu
menjadi tablet inti (core tablet). Kemudian granul-granul yang kurang lama
pecahnya dimampatkan di sekeliling kelompok pertama sehingga terbentuk
tablet baru.
6. Berdasarkan Jenis Bahan Penyalut
Tujuan penyalutan tablet :
udara, kelembaban, atau cahaya.
a. Menutupi rasa dan bau yang tidak enak.
b. Membuat penampilan lebih baik dan menarik.
c. Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna.
Misal : tablet enterik yang pecah di usus
Macam-macam tablet salut :
a. Tablet salut biasa/salut gula (dragee)
Adalah disalut dengan gula dari suspensi dalam air mengandung serbuk yang
tidak larut seperti pati, kalsium karbonat, talk atau titanium dioksida yang
disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin.
Tahapan pembuatan salut gula :
1. Penyalutan dasar (subcoating). Jika tablet mengandung zat yang higroskopis,
tablet dilapisis dulu dengan salut penutup (sealing coat) agar air dari sirop
salut-dasar tidak masuk ke dalam tablet.
2. Melicinkan (smooting) Proses pembasahan berganti-ganti dengan sirop
pelicin dan pengeringan dari salut dasar tablet menjadi bulat dan licin.
3. Pewarnaan (coloring) Memberi zat warna yang dicampurkan pada sirop
pelicin.
4. Penyelesaian (finishing) adalah proses pengeringan salut sirop
5. Pengilapan (polishing) merupakan tahap akhir, digunakan lapisan tipis lilin
yang licin.
b. Tablet salut selaput (film-coated tablet) Disalut dengan
hidroksipropilmetilslulosa, metilselulosa, hidroksipropilselulosa, Na-CMC, dan
campuran selulosa asetat ftalat dengan PEG.
c. Tablet salut kempa adalah tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa
granulat yang terdiri atas laktosa, kalsium fosfat, dan zat lain yang cocok. Mula-
mula dibuat tablet inti, kemudian dicetak kembali bersama granulat kelompok
lain sehingga terbentuk tablet berlapis (multi layer tablet).

17
d. Tablet salut enterik (enteric-coated tablet)/tablet lepas tunda. Jika obat dapat
rusak atau menjadi tidak aktif akibat cairan lambung atau dapat mengiritasi
mukosa lambung, maka diperlukan penyalut enterik yang bertujuan untuk
menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung.
e. Tablet lepas lambat (sustained-release tablet)/tablet dengan efek diperanjang.
Tablet yang dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tetap tersedia selama
jangka waktu tertentu setelah obat diberikan.
C. Komponen Tablet

1. Zat aktif
Zat Aktif Obat adalah unsur dalam obat yang memiliki khasiat menyembuhkan penyakit.
Beberapa obat dapat mengandung beberapa zat aktif obat.

2. Eksipien/bahan tambahan
a. Bahan pengisi (diluent)
Berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak atau dibuat.Bahan
pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit atau sulit dikempa. Contoh : laktosa, pati,
kalsium fosfat, dibase, selulosa mikrokristal.
b. Bahan pengikat (binder)
Berfungsi memberikan gaya adhesi pada massa serbuk sewaktu sewaktu granulasi dan
menambah daya kohesi pada bahan pengisi. Contoh : gom akasia, gelatin, sukrosa,
povidon, metilselulosa,CMC, selulosa mikrokristal, pasta pati terhidrolisis.
c. Bahan penghancur/pengembang (disintegrant)
Berfungsi membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Contoh : pati, asam alginat,
selulosa mikrokristal.
d. Glidan
Yaitu bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalir serbuk. Umumnya
digunakan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi.Contoh : silika pirogenik
koloidal.
e. Bahan pelicin (lubrikan)
Berfungsi mengurangi gesekan selama pengempaan tablet dan juga berguna untuk
mencegah massa tablet melekat pada cetakan.Contoh : senyawa asam stearat dengan
logam (contoh:Mstearat),asam stearat, talk, minyak nabati terhidrogenasi.
f. Bahan penyalut (coating agent)
3. Ajuvan
a. Bahan pewarna (coloring agent)

18
Berfungsi meningkatkan nilai estetika atau untuk identitas produk.
b. Bahan pengaroma (flavour)
Berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang tidak enak.
D. Keuntungan Dan Kerugian Sediaan Tablet
1. Keuntungan Sediaan Tablet
a. Tablet dipasaran mudah diberikan dalam dosis yang tepat jika diinginkan dosis
dapat dibagi rata dan akan memberikan efek yang akurat.
b. Tablet tidak mengandung alcohol
c. Tablet dapat dibuat dalam berbagai dosis.
d. Sifat alamiah dari tablet yaitu tidak dapat dipisahkan, kualitas bagus dan dapat
dibawa kemana-mana, bentuknya kompak, fleksibel dan mudah pemberiannya.
e. Secara umum, bentuk pengobatan dangan menggunakan tablet lebih disukai
karena bersih, praktis dan efisien
f. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan yang
terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas
kandungan yang paling lemah.
g. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.
h. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal
ditenggorokan, terutama bila tersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya
tablet tidak segera terjadi
i. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti pelepasan
diusus atau produk lepas lambat.
j. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk diproduksi
secara besar-besaran.
k. Tablet oral mungkin mudah digunakan untuk pengobatan tersendiri dengan
bantuan segelas air.
l. Untuk anak-anak dan orang-orang secara kejiwaan, tidak mungkin menelan
tablet, maka tablet tersebut dapat ditambahkan penghancur, dan pembasah
dengan air lebih dahulu untuk pengolahannya.
m. Dapat dibuat tablet kunyah dengan bahan mentol dan gliserin yang dapat larut
dan rasa yang enak, dimana dapat diminum, atau memisah dimulut
n. Konsentrasi yang bervariasi.

2. Kerugian Sediaan Tablet

19
a. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak
sadar/pingsan);
b. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
 Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat amorfnya,
flokulasi, atau rendahnya berat jenis;
 Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup besar
atau tinggi, absorbs optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau kombinasi dari
sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus diformulasi sedemikian rupa).
 Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi, atau zat
aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban udara, memerlukan
menkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul menjadi lebih baik
dari pada tablet.
E. Indikasi Dan Kontraindikasi Sediaan Tablet
1. Indikasi: Cara peroral dapat dipakai pada pasien yang tidak mengalami mual-
mual,muntah,semi koma, pasien yang tidak akan menjalani pengisapan cairan lambung
serta pada pasien yang tidak mengalami gangguan menelan
2. Kontraindikasi: Cara peroral tidak dapat dipakai pada pasien yang mengalami
mual2,muntah,semi koma, pasien yangakan menjalani pengisapan cairan lambung serta
pada pasien yang mengalami gangguan menelan.

20
F. Cara Pembuatan Tablet

1. Metode granulasi basah

Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi
partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat
sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan
apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit
dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari
metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan pengikat teretentu
sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut
digranulasi.

Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai
pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang
mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga
bahan tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan
terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting dimana
jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat
bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan
kapiler paling penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan
pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan pengikat
sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka massa dilewatkan
pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau oscillating granulator
tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat dan proses
pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali ukuran
ayakan tergantung pada alat penghancur yang dugunakan dan ukuran tablet yang akan
dibuat.
Keuntungan metode granulasi basah :
1. Memperoleh aliran yang baik
2. Meningkatkan kompresibilitas
3. Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
4. Mengontrol pelepasan
5. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses
6. Distribusi keseragaman kandungan
7. Meningkatkan kecepatan disolusi

21
Kekurangan Metode Granulasi Basah :
1. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi
2. Biaya cukup tinggi
3. Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara
ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air.
2. Metode granulasi Kering
Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien
dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah
lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul).
Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan
pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik,
digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa
langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban.

Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu
ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga diperoleh massa yang
disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses selanjutnya slug kemudian diayak
dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran
awal bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam
jumlah besar granulasi kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller
compactor yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor
memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya,
dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini mampu
menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara penggiling.
Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut :
 Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi.
 Zat aktif susah mengalir .
 Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab .

22
Keuntungan cara granulasi kering adalah:
 Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk
berat dan pengeringan yang memakan waktu.
 Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab.
 Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat.
Kekurangan cara granulasi kering adalah:
• Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug .
• Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam .
• Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi
silang . 
3. Metode Kempa Langsung
Metode Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran
zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini
merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya
dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak
tahan terhadap panas dan lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti NaCl, NaBr
dan KCl yang mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat aktik tidak mudah
untuk langsung dikempa, selain itu zat aktif tunggal yang langsung dikempa untuk
dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk pecah jika terkena air (cairan tubuh). secara umum
sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah; alirannya baik,
kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas dan
kohesifitas dalam massa tablet.
Keuntungan metode kempa langsung yaitu :
• Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit
• Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, maka waktu yang
diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat, tenaga dan mesin yang
dipergunakan juga lebih sedikit.
• Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab
• Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses granul, tetapi
langsung menjadi partikel. tablet kempa langsung berisi partikel halus, sehingga tidak
• melalui proses dari granul ke partikel halus terlebih dahulu.  

G. Kerusakan Pada Pembuatan Sediaan Tablet

23
Masalah-masalah yang dapat muncul selama proses pencetakan tablet secara umum, seperti :
1. Capping: pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atas/bawah tablet dari badan
tablet
2. Laminasi: pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih
3. Chipping: keadaan dimana bagian bawah tablet terpotong
4. Cracking: keadaan dimana tablet pecah, lebih sering di bagian atas-tengah
5. Picking: perpidahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan
punch
6. Sticking: keadaan dimana granul menempel pada dinding die (ada adhesi)
7. Mottling: keadaan dimana distribusi zat warna pada permukaan tablet tidak merata

24
H. Syarat – Syarat Tablet
1. Keseragaman Bobot
Timbang 20 tablet, dihitung bobot rata rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak
boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata rata lebih besar dari harga
yang ditetapkan kolom A dan tidak boleh 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari
bobot rata rata lebih dari harga dalam kolom B. Jika perlu dapat digunakan 10 tablet dan
tidak ada 1 tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata rata yang ditetapkan dalam
kolom A dan B.
2. Kekerasan
Ambil 20 tablet ukur kekerasan menggunakan alat ukur kekerasan. Hitung rata rata dan
SD nya. Persyaratan ukuran yang didapat per tablet minimal 4 kg/cm 2, maksimal 10
kg/cm2.
3. Keseragaman Ukuran
Menggunakan 20 tablet, ukur diameter dan ketebalanya menggunakan jangka sorong.
Hitung rata – rata dan SD nya. Persyaratan kecuali dinyatakan lain, diameter tidak lebih
dari 3 kali dan tidak kurang dari 4/3 kali tebal tablet. Tebal tablet pada umumnya tidak
lebih besar dari 50% diameter.
4. Waktu Hancur
a. Tablet biasa
• Media : air (36-380 C) sebanyak 1 liter.
• Yang diuji : 5 tablet
• Syarat :
o Tablet tidak bersalut : tidak lebih dari 15 menit
o Tablet salut gula dan salut selaput : tidak lebih dari 60 menit.
b. Tablet salut enterik
• Pelarut HCl 0,06 N sebanyak ±250 mL (3jam pertama)
• Larutan dapar pH 6,8 (36-380 C) (1 jam selanjutnya)
c. Tablet bukal
Syarat : tidak lebih dari 4 jam.
5. Keregasan Tablet
Yaitu persen bobot yang hilang setelah tablet diguncang.

25
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dengan penerapan teknologi di bidang farmasi ini maka beberapa  manfaat yang
diperoleh dapat  dirasakan oleh para produsen obat farmasi, para pedagang obat dan
pengecer, para ahli farmasi, apoteker, penyelenggara pelayanan kesehatan, para dokter
dan para pasien. Dengan penggunaan teknologi di bidang farmasi ini akan bermanfaat
yang lebih luas yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat yang lebih tinggi lagi.
Selain itu teknologi farmasi juga  dapat mempermudah produksi obat , dapat
menghemat waktu produksi , dapat mempercepat produksi ,dan menghemat biaya
produksi salah satunya sediaan tablet.
Macam – macam sediaan tablet
 Tablet kempa
 Tablet cetak
 Tablet ovula
 Tablet cetak untuk penggunaan lain
 Tablet lebih banyak di gunakan dan di kenal oleh masyarakat karena lebih mudah di
dapatkan .
Keuntungan tablet
 Tablet dapat di berikan dalam dosis yang lebih tepat
 Lebih mudah untuk membagi dosis dengan efek yang akurat
 Kekurangan tablet
 Formulasi lebih rumit
 Ada beberapa masyarakat yangg tidak bisa menelan tablet
 Tablet dapat di buat dengan cara :
 Metode granulasi basah
 Metode granulasi kering
 Metode kempa langsung

26
A. Preformulasi

1. Deskripsi dan Khaiat Zat aktif


a. Bisacodyl (Ditjen POM, 1979 : 115)
Nama resmi : Bisacodylum ()
Nama lain : Bisakodil
RM/BM : C22H19NO4 / 361,4
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur; putih atau hampir putih; tidak berbau; tidak
berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 100 bagian etanol
(95) P, dalam 35 bagian kloroform P dan dalam 170 bagian
eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Kegunaan : Laksativum

2. Deskripsi bahan tambahan (eksipien)


a. Aerosil (Rowe, 2009 : 185-186)
Nama Resmi : Colloidal silicon dioxide
Nama lain : Aerosil; Cab-O-Sil; Cab-O-Sil M-5P; colloidal silica; fumed
silica; light anhydrous silicic acid; silicic anhydride; silicon
dioxide fumed
RM/BM : SiO2 / 60,08
Pemerian : Berwarna putih kebiruan, tidak berbau, tidak berasa non
bubuk amorf, berpasir.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam pelarut organik, air, dan asam,
kecuali asam fluorida; larut dalam larutan panas alkali
hidroksida. Membentuk dispersi koloid dengan air. Untuk
Aerosil, kelarutan dalam air adalah 150 mg / L pada 258C (pH
7).
Inkompatibilitas : Kompatibel dengan preparasi dietilstilbestrol

27
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
b. Talk (Ditjen POM, 1979 : 591 dan Rowe, dkk., 2009 : 728)
Nama resmi : Talcum
Nama lain : Talk
RM / BM : Mg6(Si2O4)5(OH)4
Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit,
bebas dari butiran : Warna putih atau putih kelabu.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkali, pelarut
organik dan air.
Inkompatibilitas : Tidak cocok dengan campuran amonium.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Bahan anti lekat dan pelincir
c. Magnesium Stearat (Rowe, dkk., 2009 : 404)
Nama resmi : Magnesii stearas
Nama lain : Magnesium stearat
RM / BM : C36H70MgO4 / 591,24
Pemerian : Serbuk halus; putih; memiliki bau yang lemah dari asam
stearat; rasa khas
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), eter, dan air;
sedikit larut dalam benzene hangat dan etanol (95%) hangat
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan asamkuat, alkali, dan garam besi.
Hindari pencampuran dengan bahan pengoksidasi kuat.
Magnesium stearat tidak dapat digunakan dalam produk yang
mengandung aspirin, beberapa vitamin, dan alkaloid garam.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik ; di tempat sejuk dan kering
Kegunaan : Bahan pelumas
d. Laktosa (Ditjen POM, 1979 : 338 dan Rowe, dkk., 2009 : 365)
Nama resmi : Lactosum
Nama lain : Laktosa; Saccharum Lactis
RM / BM : C12H22O11.H2O / 360,30
Rumus struktur :

28
Pemerian : Serbuk hablur; putih ; tidak berbau ; rasa agak manis
Kelarutan : Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih;
sukar larut dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam
kloroform P dan dalam eter P
Inkompatibilitas : Reaksi kondensasi tipe Maillard mungkin terjadi antara
laktosa dan senyawa dengan gugus amina primer untuk
membentuk coklat, atau produk berwarna kuning-coklat.
Interaksi Maillard memiliki juga telah terbukti terjadi antara
laktosa dan amina sekunder. Namun, urutan reaksi berhenti
dengan pembentukan imina, dan tidak ada warna kuning-
coklat berkembang. Laktosa juga kompatibel dengan asam
amino, amfetamin, dan lisinopril
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik ; di tempat sejuk dan kering
Kegunaan : Bahan pengisi
e. PVP (Rowe, 2009 : 583)
Nama resmi : Povidone
Nama lain : polyvinylpyrrolidone; PVP
RM / BM : C6H9NO / 2500
Pemerian : Sangat higroskopis, sejumlah besar air yang diserap pada
kelembaban relatif rendah
Kelarutan : Bebas larut dalam asam, kloroform, etanol (95%), keton,
metanol, dan air; praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon,
dan minyak mineral. Dalam air, konsentrasi solusi hanya
dibatasi oleh viskositas larutan yang dihasilkan, yang
merupakan fungsi dari nilai-K.
Inkompatibilitas : Povidone kompatibel dalam larutan dengan berbagai garam
anorganik, resin alami dan sintetis, dan bahan kimia lainnya.
Membentuk adduct molekul dalam larutan dengan
sulfathiazole, natrium salisilat, asam salisilat, fenobarbital,
tanin, dan senyawa lainnya. Khasiat beberapa pengawet,

29
misalnya thimerosal, dapat terpengaruh oleh pembentukan
kompleks dengan povidone.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik ; di tempat sejuk dan kering
Kegunaan : Bahan pengikat

f. Evaluasi
Evaluasi Organoleptis (rasa, bau, warna dan bentuk)
Prinsip:
Diamati apakah sediaan yang dibuat sesuai dengan standar Suspensi.
Tujuan :
Untuk dapat mengevaluasi organoleptis sediaan.
Metode :
Rasa : merasakan rasa dari sediaan sirup dengan cara memberikan perasa yang diinginkan.
Bau : mengenali aroma atau bau sediaan sirup dengan mencium aroma sediaan.
Warna : melihat warna dari sediaan sirup.
Bentuk : mengenali bentuk dari sediaan.
Penafsiran Hasil :
Sediaan sirup yang dihasilkan akan memiliki rasa manis, beraroma cherry berwarna
merah dan berbentuk cair.

30
BAB III
METODOLOGI
A. Formulasi

No Nama Bahan Fungsi Konsentrasi Per dosis Per batch

1. Bisacodyl Zat aktif 5 mg 5 mg mg

2. PVP Pengikat % mg mg

Anti adherent,
3. Mg stearat 1% mg mg
pelincir

4. Talk Pelicin 2% mg mg

5. Aerosil Adsorben %

Laktosa Zat pengisi Ad 100 % mg mg

Rasionalisasi Formula
1. Bisacodyl
Bisacodyl adalah pencahar difenilmetana stimulan digunakan untuk pengobatan
sembelit dan untuk evakuasi usus sebelum prosedur diteliti atau operasi. aksinya
terutama di usus besar dan biasanya efektif dalam 6 sampai 12 jam setelah dosis oral
(Sweetman, 2009)
2. PVP
Povidone memiliki banyak kegunaan dalam formulasi farmasetik, biasanya
digunakan dalam sediaan padat. Dalam pembuatan tablet, cairan povidone digunakan
dalam pengikat dalam granulasi basah. Povidone juga ditambahkan dalam
pembuatan serbuk kering dan granulasi in situ oleh penambahan air, alkohol, atau
cairan hidroalkohol.
3. Aerosil
Aerosil digunakan secara luas dalam bidang farmasi, kosmetik dan produk
makanan. Ukuran partikel yang kecil dan luas permukaan yang besar memberikan
sifat aliran yang diinginkan yang dapat ditemukan untuk meningkatkan sifat aliran
serbuk kering. Aerosil (serbuk silika) digunakan sebagai bahan penyalut yang
mengandung partikel yang sangat halus dan bersifat adsorbtif yang menutupi
pembawa cair dan menampakkan permukaan yang kering dengan cara menyerap
kelebihan cairan yang ada. Aerosil memiliki kemampuan absorpsi yang besar yang

31
dapat mengurangi kelembaban dan minyak pada permukaan granul dan mengurangi
sifat lengket pada granul. Aerosil dapat meningkatkan sifat aliran dari granul.
Aerosil juga dapat mengatasi lengketnya partikel satu sama lainnya sehingga
mengurangi gesekan antar partikel. Selain itu aerosil mampu mengikat lembab
melalui gugus sianolnya (menyerap air 40 % dari massanya), dan sebagai serbuk
masih mampu mempertahankan daya alirnya yang baik (Ismail, 2014).
4. Talk dan Magnesium stearat
Talk adalah bahan anti lekat dan pelincir yang digunakan dalam formulasi ini.
Talk sering digunakan dalam formulasi sediaan oral. Talk juga memiliki stabilitas
yang baik. Talk tidak diabsorbsi secara sistemik melalui ingesti oral dan disebut
sebagai bahan non toksik. Walaupun talk telah diinvestigasi dalam potensi
karsinogeniknya, telah diteliti bahwa bukti resiko kanker ovarium pada wanita yang
menggunakan talk tidak terbukti. Talk yang terkontaminasi dengan asbestos memang
terbukti bersifat karsinogenik pada manusia, dan oleh karena itu talk bebas asbestos
yang digunakan dalam produk farmasetika (Rowe, dkk., 2009). Talk adalah mineral
alami, jadi mungkin mengandung mikroorganisme oleh karena itu harus disterilisasi
ketika digunakan dalam produk farmasetika dan harus bebas asbestos. Pemurnian
talk untuk dapat bebas dari asbestos dan pengotor lainnya adalah dengan
pengapungan, klorinasi dan pencucian diperlukan untuk meningkatkan kemurnian
kimia dan warna (Jadhav, dkk., 2013). Sedangkan menurut Rowe dkk. (2009),
sterilisasi talk dapat dilakukan dengan pemanasan pada suhu 1600C tidak lebih dari 1
jam dan pemaparan etilen oksida atau radiasi gamma.
Walaupun talk memiliki sifat pelincir dan anti lekat yang baik, tetapi sifat
pelumas dari talcum kurang bagus. Untuk itu perlu ditambah bahan yang mempunyai
sifat pelumas yang baik, sehingga bila keduanya digabungkan akan saling
melengkapi. Bahan yang dimaksud adalah garam-garam stearat dan yang sering
digunakan adalah magnesium stearat, tetapi magnesium stearat mempunyai sifat
hidrofob sehinggaakan menghambat pelepasan bahan berkhasiat. Studi yang
dilakukan menunjukkan bahwa dengan konsentrasi talk dan mg stearat 2 : 1 akan
memberikan hasil disolusi tinggi (99,9373%) dan efisiensi disolusi yang tinggi pula
90,7635% (Syofyan, dkk., 2015).
5. Laktosa
Laktosa adalah bahan pengisi yang digunakan dalam formulasi ini. Penggunaan
laktosa sebagai bahan pengisi karena bersifat inert (tidak bereaksi) hamper pada
semua bahan obat. Laktosa stabil secara kimia, fisika, dan mikrobiologis. Umumnya

32
formula dengan laktosa sebagai bahan pengisi menunjukkan laju pelepasan obat
yang baik. Selain itu, harga laktosa lebih murah dari pada banyak bahan pengisi
lainnya (Syamsul dan Supomo, 2014).
B. Perhitungan Bahan
a. Perhitungan Bahan per Dosis
1. Bisacodyl = 5 mg
2. PVP

= 100 x mg=mg
3. Mg stearat
1
= x 5 mg=mg
100
4. Talk
2
= x mg =mg
100
5. Aerosil

= 100 x mg=mg
6. Laktosa
= mg – ( mg + mg + mg + mg)
= mg – mg
= mg

b. Perhitungan Bahan per Batch


1. Bisacodyl
= mg x
= mg
2. PVP
= mg x
= mg
3. Mg stearat
= mg x
= mg
4. Talk
5. Aerosil
= mg x
= mg
6. Laktosa
= mg x
= mg

C. Pembuatan

33
1) Prosedur Pembuatan

Siapkan alat dan Setarakan Menimbang


bahan timbangan bahan

Gerus Gerus laktosa, Campurkan


Bisacodyl ad PVP, Talk dan massa 1 dan
homogeny aerosi ad massa 2 ad
(massa 1) homogeny homogen
(massa 2)

Ayak Keringkan dalam


campuran oven dengan
Diayak kembali
massa dengan suhu 40-45oC.
dengan ayakan no 40
ayakan nomor
6-12

Granul Kemas beri label


dievaluasi & etiket

2) Kemasan
Nama Sediaan : Bisacodyl Tablet
Indikasi : melancarkan buang air besar
Wadah : blister
Aturan pakai : dewasa 1-2 tab sehari
Efek samping : diare
Penyimpanan : pada suhu kamar (25o-30o C)
Kontra indikasi: penderita dengan gagguan fungsi hati yang berat, gangguan jantung
dan diabetes mellitus. Penderita yang hipertensif terhadap komponen
obat ini.
3) Target Pasar
Target pasar ditujukan untuk dewasa.

34
BAB IV
PENUTUP
A. Saran
Diharapkan kepada semua mahasiswa/siswi untuk lebih banyak belajar mengenai sifat,
stabilitas, tipe suspensi maupun cara melarutkan dan penyimpananya. Pada saat pembuatan
suspensi, praktikan harus mengetahui kelarutan dari bahan-bahan obat yang dikerjakan,
Praktikan juga harus mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas
suspensi, agar dapat menghasilkan suspensi yang baik.

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Farmakope Indonesia III


Handbook of pharmaceutical Excipient
https://www.academia.edu/23066650/LAPORAN_Semsol_SEDIAAN_SUSPENSI_
http://farmasiindustri1.blogspot.com/2017/06/suspensi.html
http://suhaibatulasamiyah.blogspot.com/2013/09/formulasi-sediaan-farmasi-maumisyr-
obh.html

35
DAFTAR PUSTAKA

Syamsuni. 2012. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC


Ansel. 1989. Pengantar bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta : Universitas
Indonesia Press
Siregar, Charles. 2007. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar Praktis. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Maul.( http://blogilmuresep-maulida.blogspot.co.id/2012/11/tablet_10.html) Diunggah pada :
11 Oktober 2012
Firman. (http://sidfirman82.blogspot.co.id/2015/07/makalah-preformulasi-sediaan-
padat.html) Diunggah Pada : 07 Januari 2015

36

Anda mungkin juga menyukai