Anda di halaman 1dari 5

PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF

I. Latar Belakang Masalah


Pencarian pengetahuan yang benar harus berlangsung menurut prosedur
atau kaedah hukum, yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika
dapat disebut dengan penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut dengan
pengetahuan ilmiah. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua
jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif. Penalaran
deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan
atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari
pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi.
Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki
konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di
lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori
merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala. Penalaran induktif
merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil
pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru
yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari
penalaran deduktif.
Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua
penalaran tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan
dilaksanakan dalam suatu wujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode
ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika.

II. Pembahasan

PENALARAN
Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang mempunyai
karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Penalaran merupakan proses
berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Atau menurut wikipedia Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak
dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah
konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk
proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui
atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang
sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut
dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi
(consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Ada pun ciri-ciri penalaran sebagai berikut :
 Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika
( penalaran merupakan suatu proses berpikir logis ).
 Sifat analitik dari proses berpikir. Analisis pada hakikatnya merupakan
suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan
intuisi merupakan cara berpikir secara analitik.
Berdasarkan metode dalam menalar, penalaran di bagi menjadi 2, yaitu :
1. Penalaran Induktif / Induksi
2. Penalaran Deduktif / Induksi
PENALARAN INDUKTIF
Penalaran Induktif yaitu proses berpikir dalam menarik kesimpulan
berupa hal yang umum berdasarkan atas fakta-fakta ke kesimpulan yang bersifat
khusus.
Analogi merupakan cara menarik kesimpulan berdasarkan hasil
pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang bersamaan. Hubungan sebab
akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola
sebab akibat, akibat sebab, dan akibat-akibat.
Dalam Penalaran Induktif terdapat 3 bentuk Penalaran yaitu :
 Generalisasi: adalah proses penalaran yang mengandalkan beberapa pertanyaan
yang bersifat khusus untuk mendapatkan sebuah simpulan yang bersifat umum.
Contoh :
Direktur Utama Perum Bulog Mustafa Abubakar memperkirakan bahwa
kekeringan di sejumlah daerah tidak akan mengganggu stok beras nasional.
Bahkan, rencana impor 2007 akan diundur untuk 2008 karena produksi beras
dalam negeri dalam beberapa bulan mendatang mencukupi kebutuhan nasional.
Mustafa menjelaskan bahwa stok beras per Juli 2007 sebanyak 1,63 juta ton
cukup untuk kebutuhan nasional selama 7 bulan. Rencana pengadaan 1,8 juta ton
tahun ini sudah terpenuhi 1,53 juta ton dari pembelian beras petani. Impor beras
2008 diperkirakan hanya 1,3 juta ton, lebih sedikit 200.000 ton dari rencana
impor tahun 2007. Dengan demikian, cadangan beras nasional masih dapat
mencukupi kebutuhan pangan masyarakat dan tidak perlu dikhawatirkan sampai
akhir 2007
 Analogi: adalah cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang
mempunyai sifat yang sama.
Contoh :
Seorang anak yang baru lahir masih suci. Baik buruknya anak tersebut
kelak antara lain bergantung pada bagaimana cara oran tua mendidiknya,
pengaruh orang-orang terdekat dan lingkungannya. Demikian pula kertas putih
yang belum bernoda, akan menjadi apa kertas tersebut tergantung pada apa
yang akan kita goreskan pada kertas putih tersebut.
 Hubungan Sebab Akibat
Hubungan sebab akibat dimulai dari beberapa fakta yang kita ketahui.
Dengan menghubungkan fakta yang satu dengan fakta yang lain, dapatlah kita
sampai kepada kesimpulan yang menjadi sebab dari fakta itu atau dapat juga kita
sampai kepada akibat fakta itu.
Contoh :
Belajar menurut pandangan tradisional adalah usaha untuk memperoleh
sejumlah ilmu pengetahuan. “Pengetahuan” mendapat tekanan yang penting,
oleh sebab pengetahuan memegang peranan utama dalam kehidupan manusia.
Pengetahuan adalah kekuasaan. Siapa yang memiliki pengetahuan, ia mendapat
kekuasaan.

PENALARAN DEDUKTIF
Penalaran deduktif menggunakan bentuk bernalar deduksi. Deduksi yang
berasal dari kata de dan ducere, yang berarti proses penyimpulan pengetahuan
khusus dari pengetahuan yang lebih umum atau universal. Perihal khusus tersebut
secara implisit terkandung dalam yang lebih umum. Maka, deduksi merupakan
proses berpikir dari pengetahuan universal ke singular atau individual.
Deduktif dari kata ‘de’ dan ‘ducere’, yang berarti proses penyimpulan
pengetahuan khusus dari pengetahuan yang lebih umum. Jadi, deduksi adalah
pola penyimpulan pikiran dari hal yang umum ke hal yang khusus. Penalaran
deduktif adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar untuk
menarik kesimpulan. Pernyataan tersebut merupakan premis, sedangkan
kesimpulan merupakan implikasi pernyataan dasar tersebut.
Jenis-jenis Penalaran Deduksi :
1) Silogisme Kategorial
Silogisme Katagorik adalah silogisme yang semua proposisinya
merupakan katagorik.
Contoh :
Semua korusi tidak disenangi. Sebagian pejabat korusi. Maka;
Sebagian pejabat tidak disenangi.
2) Silogisme Hipotetik
Silogisme Hipotetik adalah silogisme pengutaraan sesuatu yang dianggap
benar dan kebenarannya sudah dapat dibuktikan.
Contoh: Saat ini hujan turun, untuk berangkat kekantor saya
menggunakan angkutan saja, tidak membawa motor

3) Silogisme Alternatif
Silogisme dimana proposisi mengutarakan alternatif-alternatif yang ada.
Contoh : Jika ingin pergi ke Blok-M dapat menggunakan Bus Way atau
menggunakan kendaraan pribadi.

III. KESIMPULAN
Perbedaan dari penalaran deduktif dan induktif adalah penalaran deduktif
memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan
yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang
mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu
kesimpulan umum.
REFERENSI

http://ilmualfalah.blogspot.com/2013/04/makalah-penalaran-
induktif-dan-deduktif.html

http://irpantips4u.blogspot.com/2012/03/penalaran-induktif-
dan-deduktif.html

http://rcardiansyah.blogspot.com/2012/03/penalaran-induksi-
dan-deduksi.html#.VQgazidQf_Q

Anda mungkin juga menyukai