Anda di halaman 1dari 17

59

Formulasi Krim Anti Acne dari Ekstrak Rimpang Temulawak


dengan Variasi Emulgator Span 80 dan Tween 80

Natalia1, Rafika Sari1, Liza Pratiwi1


1
Program Studi Farmasi, FK UNTAN

Abstrak
Latar Belakang. Temulawak (Curcuma xanthorrhizaRoxb) merupakan salah satu tanaman obat
yang berkhasiat sebagai anti acne. Tujuan penelitian ini adalah memformulasikan krim anti acne
dari ekstrak rimpang temulawak dengan berbagai variasi emulgator span 80 dan tween 80 sehingga
menghasilkan stabilitas krim yang baik. Metode. Formulasi krim F1 terdiri atas emulgator span 80
dan tween 80 yaitu 30% : 70%, F2 dengan perbandingan 50%:50%, dan F3 dengan perbandingan
70% : 30%. Uji yang dilakukan meliputi uji stabilitas fisik dan kimia, serta uji aktivitas anti acne.
Uji stabilitas fisik dan kimia dilakukan setiap 3 hari selama 31 hari penyimpanan. Sedangkan uji
pengamatan aktivitas anti acne dilakukan terhadap bakteri S.aureus dan S. epidermidis. Hasil.
Berdasarkan hasil pengamatan organoleptis, semua krim hasil formulasi tidak menunjukkan
perubahan yang berarti terhadap warna, bau, dan konsistensi. Daya sebar yang mengalami
perubahan terkecil diperoleh dari krim F2, daya lekat yang mengalami perubahan terkecil adalah
krim F1 serta (pH) yang mengalami perubahan terkecil adalah sediaan krim F2. Kesimpulan. Uji
aktivitas anti acne menunjukkan bahwa sediaan krim F2 lebih efektif daripada F3 dan F1, dengan
diameter zona hambat terhadap bakteri S. epidermidis adalah 7 mm dan terhadap S. aureus adalah
4 mm.

Kata kunci: formulasi, rimpang temulawak, emulgator, span 80 dan tween 80

Background. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) is one of the medicinal plants which
have anti-acne activity. Target of this research is to formulate good stability anti-acne cream from
temulawak rhizome extract with variation of span 80 and tween 80 as emulgator. Method. Cream
formula divided into 3 groups, formula F1, F2, and F3 which have variation of span 80 and tween
80 30%:70%; 50%:50%; and 30%:70%, respectively. All formulas observed for their physical
stability, chemical stability and anti-acne activity. Physical and chemical stability tests conducted
every 3 days for 31 depository days. While anti-acne activity conducted to S. aureus and S.
epidermidis. Result. Based on organoleptic, all creams formulas didn’t show significant changes
in color, smell, and consistency. Formula F2 has the smallest dispersive changes effect and pH
stability, while formula F1 has the smallest adhesive changes. Conclusion. Formula F2 has better
anti-acne activity rather than formula F3 and formula F1, indicated by average diameter of
inhibition zone for S. epidermidis (7 mm) and S. aureus (4 mm).

Keywords: formulation, temulawak rhizome, emulgator, span 80 and tween 80

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 1. Februari 2015


60

PENDAHULUAN kolesterol, dan anti acne1.

Pengembangan formulasi berbagai sediaan semipadat


Temulawakseperti krim
secara
wajah, gel,
empiris
lotion dan berbagai p

setengah padat dengan komposisi air digunakan sebagai penambah nafsu

lebih dari 60% dengan basis yang makan. Rimpang temulawak

bersifat tercuci oleh air. Krim dipilih memiliki zat aktif minyak atsiri yang

dalam berbagai sediaan kosmetik bersifat volatil dan berkhasiat

karena penyebarannya yang mudah sebagai anti acne. Hal ini diimbangi

diabsorbsi oleh kulit. Formulasi krim pula dengan pemilihan dan

harus memiliki stabilitas fisik yang pencampuran basis krim yang tepat

baik agar dapat memberikan efek bagi zat aktif. Oleh karena itu untuk

yang diharapkan, aman dan nyaman. meningkatkan penggunaan rimpang

Zat aktif sediaan krim dapat tersebut dalam kosmetika, maka

menggunakan bahan kimia maupun dipilih bentuk formulasi berbentuk

bahan alami. Salah satu bahan krim karena bentuk sediaan ini

tanaman alami yang dapat digunakan adalah bentuk sediaan yang praktis,

sebagai zat aktif yaitu ekstrak mudah digunakan, serta mudah

rimpang temulawak (Curcuma dicuci.

xanthorrhiza Roxb), yang berkhasiat Acne vulgaris merupakan suatu

sebagai anti acne. Secara tradisional penyakit multifaktorial yang sangat

rimpang temulawak digunakan untuk dipengaruhi oleh berbagai faktor

peluruh batu empedu, pelancar ASI, diantaranya genetik, ras, musim,

pelancar pencernaan, penurun panas, psikis, hormonal, infeksi bakteri dan

peluruh batu ginjal, menurunkan keaktifan dari kelenjar sebasea2.

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 1. Februari 2015


61

Timbulnya acne pada kulit umumnya penyimpanan serta keefektifan dalam

biasanya berupa komedo terbuka pemakaian.

(kepala hitam) atau komedo tertutup Formulasi sediaan krim dari

(kepala putih) yang timbul secara ekstrak rimpang temulawak

spontan 3.Sementara itu, dalam dunia dilakukan dengan kombinasi basis

kosmetika temulawak antara lain krim dan emulgator yang bervariasi

digunakan sebagai anti jerawat. sesuai perbandingan yang telah

Temulawak juga mempunyai sifat ditentukan. Dari formulasi tersebut

astringen. Daya antiseptik ringan akan diperoleh formula krim yang

yang dimiliki temulawak dapat telah diuji stabilitas fisik dan

membantu membersihkan kulit dari kimianya kemudian dilanjutkan

bakteri-bakteri patogen, sehingga dengan uji aktivitas terhadap bakteri

radang jerawat berangsur-angsur penyebab acne.

membaik, mengering dan akhirnya Penelitian ini bertujuan untuk

sembuh. Untuk memudahkan membuat formulasi krim dengan

penggunaan dan mendapatkan variasi span 80 dan tween 80

khasiat yang diinginkan, temulawak yangmemiliki sifat fisik dan kimia

perlu diformulasi dalam bentuk krim yang baikserta untuk mengetahui

yang lebih praktis dalam efektivitas krim ekstraketanol

penggunaan, dan akan memudahkan rimpang temulawak sebagai anti

dalam pengujian sifat fisik dan acne yang diujikan terhadap bakteri

aktivitas anti bakteri selama S. epidermidis dan S. aureus setelah

diformulasikan dalam sediaan krim.

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 1. Februari 2015


62

METODE secara fisika dilakukan dengan

Bahan pengamatan secara organoleptis

Bahan yang digunakan adalah meliputi pengamatan terhadap warna,

asam stearat (farmasetis, Brataco), konsistensi dan bau dari sediaan.

minyak mineral (farmasetis, Selain itu, pengujian juga terhadap

Brataco), span 80 (farmasetis, daya sebar dan daya lekat sediaan.

Brataco), tween 80 (farmasetis, Sedangkan uji stabilitas kimia

Brataco), sorbitol (farmasetis, sediaan dilakukan dengan

Brataco), rimpang temulawak, media pengukuran pH.

NA (farmasetis, Brataco), dan etanol Data hasil pengukuran terhadap

96% (farmasetis, Brataco). daya sebar, daya lekat dan pH

Pembuatan Ekstrak. dianalisis secara statistik dengan

Sebanyak 1 kgrimpang temulawak program SPSS menggunakan One

yang akan digunakan dibuat menjadi Way Anova untuk membandingkan

serbuk simplisia untuk dimaserasi tiap kelompok uji. Variabel bebas

dengan menggunakan pelarut etanol dalam penelitian ini adalah

96%. emulgator span 80 dan tween 80

Formulasi krim. Sebanyak 7,6 gram dengan berbagai perbandingan.

ekstrak ditambahkan ke dalam basis Adapun perbandingan yang

krim. digunakan adalah 30% : 70%, 50% :

50%, 70% : 30% dari total massa


Uji stabilitas sediaan. Uji
emulgator 5 gram. Variabel
stabilitas sediaan krim meliputi uji
tergantung dalam penelitian ini
secara fisika dan kimia. Pengujian

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 1. Februari 2015


63

adalah stabilitas sediaan fisik, perajangan. Perajangan bertujuan

stabilitas kimia. untuk memperluas ukuran

Uji aktivitas anti acne. Uji permukaan rimpang. Semakin luas

aktivitas anti acne dilakukan permukaan rimpang maka proses

terhadap bakteri S. aureus dan S. pengeringan bahan baku juga akan

epidermidisdengan metode difusi semakin cepat. Tetapi perlu

kertas cakram. Pengukuran diameter diperhatikan juga agar tidak

zona hambat diukur menggunakan meniriskan rimpang dengan ukuran

jangka sorong. yang terlalu kecil, karena

mengakibatkan minyak atsiri yang

HASIL terkandung di dalamnya akan

Pembuatan Ekstrak menguap.

Tujuan pembuatan simplisia dari Proses dilanjutkan dengan tahap

rimpang temulawak adalah untuk pengeringan untuk mengurangi kadar

mengurangi kadar air yang air. Kadar air yang terlalu banyak di

terkandung di dalam rimpang. dalam rimpang dapat menyebabkan

Langkah awal pembuatan simplisia pembusukan pada rimpang, karena

adalah sortasi basah, yang bertujuan adanya kapang dan bakteri


4
untuk memilih rimpang yang layak yang mencemarinya . Rimpang

digunakan. Selanjutnya dilakukan temulawak yang telah dikeringkan,

tahap pencucian guna membuang selanjutnya di sortasi kembali dan

kotoran yang melekat pada rimpang dapat dilanjutkan dengan

kemudian dilanjutkan dengan menghaluskan simplisia hingga

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 1. Februari 2015


64

diperoleh serbuk simplisia. Sampel atsiri yang berdasarkan penelitian

yang diperoleh diamati secara Soebagio et al (2006) diduga sebagai

organoleptis sehingga akan zat aktif. Hasil maserasi yang

menghasilkan simplisia. diperoleh selanjutnya diuapkan

dengan menggunakan rotary


Serbuk simplisia rimpang
evaporator dengan prinsip kerja
temulawak sebanyak 400 gram
penurunan tekanan pada permukaan
ditimbang, kemudian diekstraksi
sehingga akan menurunkan titik
dengan cara maserasi. Selain itu,
didihnya dan dapat mengurangi
maserasi merupakan cara yang paling
terjadinya penguraian senyawa
sederhana, praktis dan tidak
dalam ekstrak hasil maserasi
memerlukan alat khusus.
tersebut.
Pemilihan pelarut didasarkan pada
Perhitungan rendemen
kestabilan pelarut terhadap simplisia,

aman digunakan dan tidak bereaksi Ekstrak kental yang diperoleh adalah

dengan zat aktif. Pelarut yang sebanyak 70,34 gram. Perhitungan

digunakan untuk maserasi sampel rendemen digunakan untuk

adalah etanol 96%. Etanol dipilih mengetahui banyaknya ekstrak yang

sebagai pelarut karena bersifat diperoleh dari sejumlah simplisia

mampu melarutkan sampel baik yang yang dinyatakan dalam hitungan

polar, semipolar maupun nonpolar, persen. Pada penelitian ini

tidak bereaksi dengan zat aktif, didapatkan 17,58 %.

murah dan dapat bercampur air.

Etanol dapat melarutkan minyak

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 1. Februari 2015


65

Penetapan Susut Pengeringan temulawak dapat memberikan efek.

Ekstrak Rimpang Temulawak. Pada penelitian ini diambil dosis

Prosedur ini digunakan untuk terkecil sebesar 10% dari krim yaitu

mengetahui jenis ekstrak dan 7,5 gram untuk digunakan sebagai

memberikan batasan maksimal zat aktif. Namun untuk menghindari

(rentang 5-10%) tentang besarnya berkurangnya massa zat aktif selama

senyawa yang hilang pada proses proses pembuatan, sehingga diambil

pengeringan5. Setelah melakukan sebanyak 7,6 gram ekstrak etanol

prosedur susut pengeringan, ekstrak rimpang temulawak.

yang ditimbang sebanyak 1 gram


Krim anti acne dibuat dengan
berkurang menjadi 0,949 gram. Hal
mencampurkan zat aktif rimpang
ini menunjukkan bahwa ekstrak
temulawak dengan basis krim
kental kehilangan berat sebanyak
minyak dalam air (M/A)
0,051 gram atau sebesar 5,1%. Nilai
yang dikombinasikan dengan
tersebut masuk dalam rentang
emulgatorspan 80 dan tween 80.
maksimal besarnya senyawa yang
Proses pembuatan krim yang dipilih
hilang pada proses pengeringan.
yaitu metode peleburan. Metode
Pada penelitian ini didapatkan 5,1 %.
peleburan adalah metode pembuatan

Pembuatan Krim sediaan dengan cara meleburkan

Dosis efektif pada penelitian semua atau beberapa komponen,

yang dilakukan oleh Irma (2007), kemudian didinginkan sambil

telah dikatakan bahwa sebesar 10%- disertai pengadukan yang konstan6..

25% ekstrak etanol rimpang Fase minyak yang digunakan yaitu

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 1. Februari 2015


66

minyak mineral dan asam stearat. 80 yang ditambahkan ke dalam

Fase yang tidak larut air, dileburkan formula, sifat lipofilnya akan

di atas penangas air hingga mencair. semakin besar sehingga

Bahan yang larut dalam air seperti menyebabkan teksturnya lebih

sorbitol dilarutkan ke dalam aquades lembut. Demikian juga sebaliknya,

hangat. semakin banyak tween 80 yang

Penambahan emulgator span 80 ditambahkan ke dalam suatu

dan tween 80 ditujukan untuk formula, maka sifat hidrofilnya

menurunkan tegangan antarmuka air semakin besar dan menyebabkan

dan minyak. Span 80 dan tween 80 tekstur krim kurang lembut seperti

merupakan surfaktan nonionik dan pada F3.

ketika dikombinasikan akan


Pengujian Stabilitas Fisik Sediaan
memperbaiki massa krim. Dari
Krim
berbagai variasi emulgator yang
a. Pengujian Organoleptis
ditambahkan,akan dilihat bagaimana
Tujuan pengujian secara
pengaruhnya terhadap stabilitas fisik
organoleptis adalah untuk
dan kimia sediaan krim.
mengetahui penampilan fisik sediaan

Formulasi yang digunakan dalam krim. Hasil dari pengamatan

pembuatan krim akan menghasilkan organoleptis sediaan krim selama

krim dengan sifat seperti berikut : waktu penyimpanan 31 hari.

Span 80 memiliki sifat lipofil Berdasarkan hasil pengamatan

sedangkan tween 80 bersifat hidrofil. organoleptis meliputi warna, bau dan

Maka semakin sedikit jumlah span konsistensi yang diamati setiap 3 hari

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 1. Februari 2015


67

sekali pada masing – masing formula pengaruh daya sebar yang baik

krim dapat dinyatakan bahwa tidak terhadap sediaan krim yang

terjadi perubahan selama diformulasikan. Hal ini dikarenakan

penyimpanan. Hal ini span 80 bersifat lipofil dan tween 80

mengindikasikan bahwa sediaan bersifat hidrofil yang ditambahkan ke

krim yang dibuat stabil selama 31 dalam formulasi dengan jumlah yang

hari. Pengujian dilakukan bersifat sama akan menutupi kedua sifat

subjektif yang dilakukan oleh tersebut dan menghasilkan daya

peneliti. sebar yang baik.

b. Uji Daya Sebar Sediaan Krim F1 dan F3 memiliki daya sebar

Daya sebar sediaan krim diukur yang kurang baik karena perbedaan

selama 31 hari penyimpanan. jumlah span 80 dan tween 80 yang

Pengukuran daya sebar dilakukan mengakibatkan sifat lipofil dan

untuk mengetahui kemampuan hidrofil krim menjadi tidak saling

penyebaran krim pada kulit. Grafik menutupi.

pengukuran daya sebar menunjukkan Data hasil pengukuran selanjutnya

bahwa urutan krim yang memiliki dianalisis secara statistik yaitu

penurunan daya sebar paling kecil Anova. Berdasarkan hasil analisis

yaitu formula 2 (F2) dibandingkan daya pengukuran daya sebar

dengan formula 1 (F1) dan formula 3 diperoleh nilai p < 0,05 pada hari ke

(F3). Formula 2 dengan variasi 4, ke 10, hari ke 13, hari ke 19, hari

emulgator span 80 dan tween 80 ke 22, hari ke 25, hari ke 28 dan hari

yaitu 50% : 50% memberikan ke 31. Hal ini menunjukkan bahwa

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 1. Februari 2015


68

data yang diperoleh pada hari c. Uji Daya Lekat

tersebut memiliki perbedaan Tujuan dilakukan uji daya lekat

bermakna. Sedangkan pada hari ke 1 yaitu untuk mengetahui kemampuan

dan hari ke 7 tidak ada data yang krim melekat ketika dioleskan pada

berbeda signifikan dengan nilai p > kulit. Semakin besar nilai daya lekat

0,05. Uji Anova yang telah dilakukan sediaannya ketika diujikan, maka

dilanjutkan dengan uji Tukey dengan kemampuan melekat pada kulit akan

tujuan untuk mengetahui secara semakin kuat dan absorpsi di kulit

spesifik daya sebar pada hari ke akan semakin lama. Dari 3 formula

berapa yang mengalami perbedaan yang diujikan, nilai daya lekat

bermakna. tertinggi diperoleh pada F2 (43,00

Berdasarkan hasil Uji Tukey pada detik) dan nilai daya lekat terkecil

hari ke 1 dan hari ke 16 tidak diperoleh pada F1(7,58 detik). Hal

terdapat perbedaan data formula ini berarti bahwa krim F2 memiliki

yang signifikan, sedangkan pada hari kemampuan melekat pada kulit lebih

ke 4, hari ke 7, hari ke 10, hari ke lama daripada krim F1 dan F3 dan

13, hari ke 19, hari ke 22, hari ke 25, lebih lama memberikan efek bagi

hari ke 28 hingga hari ke 31 F1 kulit. Sedangkan pada F1 dan F3

berbeda signifikan dengan F2 dan F2 memiliki kemampuan melekat di

dengan F3. Perbedaan ini kulit lebih kecil dan memberikan

menunjukkan bahwa daya sebar pada efek yang kurang lama pada kulit.

F1 berbeda dengan F2 dan daya Dapat dilihat bahwa formula yang

sebar F2 berbeda dengan F3. mengalami perubahan paling kecil

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 1. Februari 2015


69

ditunjukkan dari F1.Data hasil kecenderungan berefek akan lebih

pengukuran daya lekat selanjutnya besar. Daya lekat suatu krim dapat

dianalisis secara statistik. dipengaruhi oleh basis krim yang

Berdasarkan uji Anova terhadap daya bersifat humektan (pelembab) karena

lekat sediaan krim selama 31 hari zat yang bersifat humektan dapat

penyimpanan, tidak terdapat data meningkatkan konsistensi suatu

yang berbeda signifikan karena nilai krim. Perbedaan daya lekat ketiga

p > 0,05. Hal ini berarti pada setiap formula disebabkan juga oleh jumlah

formula tidak memiliki perbedaan emulgator yang ditambahkan.

daya lekatnya. Semakin banyak span 80 (sifat

Daya lekat terkecil dimiliki oleh lipofil) akan meningkatkan

F1 dan hal ini menunjukkan bahwa kelembaban basis krim sehingga

waktu absorpsi F1 lebih singkat. daya lekatnya semakin meningkat.

Sedangkan daya lekat tertinggi Sebaliknya, semakin banyak tween

terdapat pada F2 dan hal ini berarti 80 (sifat hidrofil) yang ditambahkan

waktu absorpsi krim lebih lama. akan menurunkan kelembaban basis

Berdasarkan data tersebut, dapat krim, sehingga daya lekatnya akan

dikatakan bahwa waktu absorpsi semakin kecil. Dari gambar 2 juga

krim paling lama ditunjukkan dengan dapat dilihat urutan penurunan daya

daya lekat yang besar yaitu pada F2, lekat yang paling kecil dimiliki oleh

F3 dan F1. Semakin besar nilai daya F1, kemudian F3 dan F2.

lekat sediaan, maka semakin lama

absorpsinya pada kulit dan

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 1. Februari 2015


70

Pengujian Stabilitas Kimia tujuan dari penggunaan sediaan krim

Sediaan Krim yaitu sebagai anti acne tidak

Syarat pH sediaan krim yang baik terpenuhi, tapi sebaliknya dapat

yaitu harus memiliki nilai pH yang mengiritasi bahkan memperparah

masuk dalam rentang pH kulit sekitar acne.

4,5 – 6,57. Uji pH ini penting Dapat Diketahui bahwa pada F2,

dilakukan untuk mengetahui apakah mengalami perubahan pH yang lebih

krim yang difor mulasikan cocok kecil, disusul dengan F3 dan F1.

digunakan pada kulit. Berdasarkan Perubahan pH dapat terjadi karena

pengukuran rata-rata sediaan krim, kurangnya pendapar yang membantu

diperoleh nilai pH krim di atas pH menjaga stabilitas pH sediaan.

kulit. Nilai rata-rata pH krim F1 Perubahan pH meningkat

yaitu 6, 76, krim F2 yaitu 7,11 dan tinggi pada penyimpanan hari ke 13

krim F3 yaitu 7,14. Dari 3 formula, dan 16 sedangkan pada hari ke 31

yang paling mendekati pH kulit yaitu mengalami penurunan pH. Pada F1,

F1 dengan perbandingan span 80 dan pH krim mengalami perubahan yang

tween 80 adalah 30% : 70%, bervariasi pada setiap hari. Pada

sedangkan F2 dan F3 mendekati penyimpanan hari ke 4 mengalami

pada pH netral. peningkatan namun pada

Kulit wajah manusia bersifat penyimpanan hari ke 7 mengalami

sensitif sehingga sediaan krim yang penurunan. Hal ini berlangsung terus

dipilih harus cocok dengan pH sampai pada hari ke 31 krim

kulit.Apabila tidak cocok, maka mengalami penurunan pH. Meskipun

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 1. Februari 2015


71

nilai pH pada F1 tidak stabil, namun dilakukan maka dapat dilihat bahwa

mendekati nilai pH kulit.Pada terdapat perbedaan antara F1

pengukuran pH F3 menghasilkan terhadap F2, F2 terhadap F3, dan F3

nilai yang tidak stabil pula. Semakin terhadap F1.

lama penyimpanan, akan

mengakibatkan penurunan pH. Hal Uji Aktivitas Anti Acne

ini dapat disebabkan terjadinya Uji aktivitas anti acne dilakukan

penguraian senyawa yang bersifat terhadap beberapa formula yang

asam selama penyimpanan. dapat menghambat hingga

Hasil pengukuran sediaan krim membunuh aktivitas bakteri. Tujuan

dilanjutkan dengan analisis secara dilakukan uji anti acne yaitu untuk

statistik dengan metode Anova. Pada mengetahui khasiat formula uji (F1,

uji Anova, terdapat perbedaan yang F2 dan F3) sebagai anti acne. Bakteri

signifikan dari pengamatan hari ke 7, yang digunakan dalam penelitian ini

hari ke 10, hari ke 13, hari ke 16, hari yaitu bakteri S. aureus dan S.

ke 19, hari ke 22, hari ke 25, dan hari epidermidis. Alasan digunakannya

ke 28, hari ke 31, sedangkan pada bakteri ini karena bakteri tersebut

hari ke 1 dan ke 4 tidak terdapat merupakan flora normal kulit dan

perbedaan yang bermakna dengan dalam jumlah yang tidak seimbang

nilai p > 0,05. Uji dilanjutkan ke uji dapat menyebabkan infeksi ringan

Tukey untuk mengetahui formula sampai infeksi berat pada manusia.

yang mana yang berbeda. Bakteri uji ditanamkan ke dalam

Berdasarkan uji Tukey yang telah media Nutrient Agar (NA) pada

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 1. Februari 2015


72

cawan petri. Metode yang digunakan mengandung formula tanpa zat aktif

yaitu metode difusi kertas cakram ekstrak rimpang temulawak serta

dengan penanaman bakteri dilakukan kontrol positif menggunakan krim

secara pour plate (metode tuang). anti acne komersial yang

Disc diffusion test dilakukan dengan mengandung Kloramfenikol dan

mengukur diameter zona bening Hidrokortison. Kloramfenikol

(clear zone) yang merupakan sebagai antibiotik yang memiliki

petunjuk adanya respon spektrum anti bakteri yang luas, dan

penghambatan pertumbuhan bakteri aktif terhadap S. aureus dan S.

oleh suatu senyawa anti bakteri. epidermidis serta berfungsi untuk

Metode tuang yaitu metode mengobati infeksi pada kulit,

penanaman bakteri dengan cara sedangkan Hidrokortison sebagai

menuangkan sejumlah suspensi sel anti radang merupakan obat

bakteri yang telah diencerkanke golongan kortikosteroid yang dapat

dalam cawan petri steril berisi media membantu mengobati radang yang

NA yang masih cair. Dengan metode umumnya menyertai acne tanpa

ini, bakteri akan tumbuh pada mempengaruhi kerja anti bakteri saat

seluruh bagian media sehingga pengujian aktivitas sediaan.

mempermudah pengamatan zona Pengamatan dilakukan selama 24

bening. jam untuk mengetahui khasiat krim

Krim yang digunakan sebagai dan perbedaan efektivitas masing–

bahan uji adalah F1, F2 dan F3. masing krim. Aktivitas anti acne

Kontrol negatif yang digunakan paling baik diantara ketiga formula

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 1. Februari 2015


73

yang diujikan terhadap S. aureus perbandingan 50%:50% memiliki

maupun S. epidermidis adalah kemungkinan berefek lebih baik

sediaan F2 dengan perbandingan daripada krim F3 dan F1. Variasi

span 80 dan tween 80 adalah perbandingan emulgator tersebut

50%:50%, kemudian F3 dengan masuk dalam rentang basis krim tipe

perbandingan span 80 dan tween 80 M/A yang bersifat mudah

adalah 70%:30% dan F1 dengan dibersihkan dengan air. Penggunaan

perbandingan span 80 dan tween 80 basis tipe ini juga dapat membantu

adalah 30%:70%. absorpsi zat aktif lebih baik oleh

Laju pelepasan obat dipengaruhi kulit hingga meningkatkan efek8.

oleh penggunaan basis krim, dan Dilihat dari besarnya zona hambat

basis krim dipengaruhi oleh atau zona bening yang dihasilkan

penggunaan emulgator. Hal ini dari ketiga formula terhadap bakteri

mengindikasikan bahwa emulgator S. aureus, F2 dengan zona hambat

sebagai pembawa zat aktif rata-rata terbesar yaitu 4 mm, F3

berpengaruh terhadap kemampuan dengan besar zona hambat rata-

zat aktif dalam memberikan efek. ratasebesar 3,33 mm serta F1 dengan

Pengaruh emulgator terhadap besar zona hambat rata-rata 2 mm.

pelepasan zat aktif dapat dilihat dari Pengujian terhadap bakteri S.

variasi span 80 dan tween 80 pada epidermidis menunjukkan bahwa F2

sediaan krim yang menunjukkan dengan besar zona hambat rata-rata 7

bahwa sediaan krim (F2) dengan mm, F3 dengan besar zona hambat

variasi span 80 dan tween 80 dengan rata-rata sebesar 5,33 mm serta F1

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 1. Februari 2015


74

dengan besar zona hambat rata-rata emulgator span 80 dan tween 80

2,67 mm. memberikan efek paling baik pada

Sediaan krim selanjutnya bakteri S. epidermidis daripada S.

dibandingkan dengan kontrol positif aureus. Hasil penelitian ini didukung

dan kontrol negatif. Pembanding oleh penelitian yang pernah

kontrol positif Kloramfenikol lebih dilakukan oleh Soebagio et al (2006)

efektif terhadap bakteri S. aureus yaitu formula krim dengan

dengan diameter zona hambat rata- konsentrasi ekstrak etanol rimpang

rata 6,33 mm daripada krim F2 yaitu temulawak berkhasiat sebagai anti

4mm, namun krim F2 lebih berefek acne dengan diameter zona hambat

pada bakteri S. epidermidis dengan paling besar terhadap bakteri S.

diameter zona hambat rata-rata 7 epidermidis daripada S. aureus.

mm, sedangkan kontrol positif yaitu

4,67 mm. Kontrol negatif pada kedua KESIMPULAN

bakteri uji tidak memberikan efek Selama 31 hari penyimpanan,

berupa zona hambat yang stabilitas fisik sediaan krim dengan

mengindikasikan bahwa sediaan berbagai variasi emulgator span 80

kontrol negatif tidak berkhasiat dan tween 80 yang stabil secara

sebagai anti acne ketika diujikan organoleptis yang meliputi

padaS. aureus dan S. epidermidis. konsistensi, warna dan bau.

Krim yang memberikan efek anti Sedangkan daya sebar dan daya lekat

bakteri S. epidermidis paling baik sediaan mengalami ketidakstabilan.

adalah krim F2. Krim dengan variasi Daya sebar sediaan krim yang paling

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 1. Februari 2015


75

baik diperoleh dari formulasi krim 2. Soebagio, B., Sri Soeryati, dan Fauziah
K. (2006). Pembuatan Sediaan Krim Anti
Akne Ekstrak Rimpang
F2 dengan perbandingan emulgator Temulawak(Curcuma xanthorrhiza
Roxb) (Online)
span 80 : tween 80 yaitu 50% : 50%, (http://etd.eprint.ums.ac.id/7748/1/k1000
50198.pdf, diakses 10 Maret 2011).
daya lekat paling baik diperoleh dari 3. Harahap M. (2000). Ilmu Penyakit Kulit.
Jakarta: Hipokrates hal 35.
4. Priamboro, F. (2001). Temulawak.
formulasi krim F1 dengan (Online)(http://warintek.ristek.go.id/perta
nian/ temulawak, diakses 10 Maret
perbandingan emulgator span 80 : 2011).
5. Departemen Kesehatan Republik
tween 80 yaitu 30% : 70%. Stabilitas Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia.
Edisi III. Jakarta, hal: 57,567.
6. Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk
kimia (pH) paling baik adalah Sediaan Farmasi. Edisi ke-4;
(Penterjemah: Farida Ibrahim). Jakarta:
sediaan krim F2 (7,11) dengan UI Press, hal: 490-494, 506-510.
7. SaifullahS.T.N. (2008). Teknologi dan
perbandingan emulgator span 80 : Formulasi Sediaan
Semipadat.Yogyakarta: Laboratorium
Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi
tween 80 yaitu 50% : 50%. Universitas Gajah Mada, hal 1-3.
8. Voigt, R. (1994). Buku Pelajaran
Sediaan krim ekstrak etanol Teknologi Farmasi; Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, hal: 319-322,
rimpang temulawak efektif 579-580.
9. Irma, S. 2007. Pengaruh Variasi
Konsentrasi Ekstrak Etanolik Rimpang
digunakan sebagai anti acne.Formula Temulawak (Curcuma xanthorrhiza
Roxb.) dalam Sediaan Krim terhadap
krim terbaik adalah pada F2 dengan Sifat Fisik dan Aktivitas Antibakteri.
Semarang: UWH (online)(http://ierma-
zone.blogspot.com/2008/01/dfirst.html,
variasi emulgator span 80 dan tween diakses 10 Maret 2011)

80 yaitu 50% : 50% memiliki daya

hambat yang paling besar terhadap

bakteri S. epidermidisdaripada S.

aureus.

DAFTAR PUSTAKA
1. Dalimartha, (2000).Atlas Tanaman
Indonesia. Jakarta: Trubus Agriwidya,
hal: 182 – 190.

Jurnal Cerebellum. Volume 1 Nomor 1. Februari 2015

Anda mungkin juga menyukai