Anda di halaman 1dari 13

59

pembelajaran interaktif, serta untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis yang


lebih tinggi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

1. Analisis Deskriptif Data Kemampuan Berpikir Kritis


Adapun presentase hasil kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol yang disajikan dalam diagram 4.1:
Diagram 4. 1 Presentase Pretest Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
45%
40%
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Keterangan:
Nomor Soal 1 dan 3 = Indikator kemampuan berpikir kritis memberikan
penjelasan sederhana
Nomor Soal 2 = Indikator kemampuan berpikir kritis membangun
keterampilan dasar
Nomor Soal 4 dan 7 = Indikator kemampuan berpikir kritis memberikan
penjelasan lanjut
Nomor Soal 5, 6 dan 8 = Indikator kemampuan berpikir kritis menyimpulkan
Nomor Soal 9 dan 10 = Indikator kemampuan berpikir kritis mengatur
strategi dan teknik

Berdasarkan perhitungan presentase pretest, diantaranya sebagai berikut:


60

a. Soal nomor 1 dengan indikator kemampuan berpikir kritis memberikan


penjelasan sederhana memperoleh rata-rata skor pretest yaitu pada kelas
eksperimen sebesar 40% yang termasuk ke dalam kategori kurang dan untuk
kelas kontrol sebesar 35% yang termasuk ke dalam kategori kurang.
Berdasarkan perhitungan data di atas kelas eksperimen memiliki kemampuan
berpikir kritis memberikan penjelasan sederhana lebih baik dari pada kelas
kontrol, tetapi kategori yang dimiliki oleh kedua kelas sama yaitu termasuk ke
dalam kategori kurang.
b. Soal nomor 2 dengan indikator kemampuan berpikir kritis membangun
keterampilan dasar memperoleh rata-rata skor pretest yaitu pada kelas
eksperimen sebesar 27% yang termasuk ke dalam kategori kurang dan untuk
kelas kontrol sebesar 30% yang termasuk ke dalam kategori kurang.
Berdasarkan perhitungan data kelas kontrol memiliki kemampuan berpikir
kritis membangun keterampilan dasar lebih baik dari pada kelas eksperimen,
tetapi kategori yang dimiliki oleh kedua kelas sama yaitu termasuk ke dalam
kategori kurang.
c. Soal nomor 3 dengan indikator kemampuan berpikir kritis memberikan
penjelasan sederhana memperoleh rata-rata skor pretest yaitu pada kelas
eksperimen 28% yang termasuk ke dalam kategori kurang dan untuk kelas
kontrol sebesar 31% yang termasuk ke dalam kategori kurang. Berdasarkan
perhitungan data kelas kontrol memiliki kemampuan berpikir kritis
memberikan penjelasan sederhana lebih baik dari pada kelas eksperimen,
tetapi kategori yang dimiliki oleh kedua kelas sama yaitu termasuk ke dalam
kategori kurang.
d. Soal nomor 4 dengan indikator kemampuan berpikir kritis memberikan
penjelasan lanjut memperoleh rata-rata skor pretest yaitu pada kelas
eksperimen sebesar 24% yang termasuk ke dalam kategori kurang dan untuk
kelas kontrol sebesar 29% yang termasuk ke dalam kategori kurang.
Berdasarkan perhitungan data kelas kontrol memiliki kemampuan berpikir
kritis memberikan penjelasan lanjut lebih baik dari pada kelas eksperimen,
tetapi kategori yang dimiliki kedua kelas sama yaitu termasuk ke dalam
kategori kurang.
61

e. Soal nomor 5 dengan indikator kemampuan berpikir kritis menyimpulkan


memperoleh rata-rata skor pretest yaitu pada kelas eksperimen sebesar 23%
yang termasuk ke dalam kategori kurang dan untuk kelas kontrol sebesar 24%
yang termasuk ke dalam kategori kurang. Berdasarkan perhitungan data kelas
kontrol memiliki kemampuan berpikir kritis menyimpulkan lebih baik dari
pada kelas eksperimen, tetapi kategori yang dimiliki oleh kedua kelas sama
yaitu termasuk ke dalam kategori kurang.
f. Soal nomor 6 dengan indikator kemampuan berpikir kritis menyimpulkan
memperoleh rata-rata skor pretest yaitu pada kelas eksperimen sebesar 16%
yang termasuk ke dalam kategori sangat kurang dan untuk kelas kontrol
sebesar 22% yang termasuk ke dalam kategori kurang. Berdasarkan
perhitungan data kelas kontrol memiliki kemampuan berpikir kritis
menyimpulkan lebih baik dari pada kelas eksperimen yang dapat dilihat pada
nilai yang diperoleh dan kategori yang dimiliki oleh kedua kelas yang berbeda
yaitu kelas kontrol memiliki kategori kurang sedangkan kelas eksperimen
memiliki kategori sangat kurang.
g. Soal nomor 7 dengan indikator kemampuan berpikir kritis memberikan
penjelasan lanjut memperoleh rata-rata skor pretest yaitu pada kelas
eksperimen sebesar 15% yang termasuk ke dalam kategori sangat kurang dan
untuk kelas kontrol sebesar 20% yang termasuk ke dalam kategori sangat
kurang. Berdasarkan perhitungan data kelas kontrol memiliki kemampuan
berpikir kritis memberikan penjelasan lanjut lebih baik dari pada kelas
eksperimen, tetapi kategori yang dimiliki oleh kedua kelas sama yitu termasuk
ke dalam kategori sangat kurang.
h. Soal nomor 8 dengan indikator kemampuan berpikir kritis menyimpulkan
memperoleh rata-rata skor pretest yaitu pada kelas eksperimen sebesar 9%
yang termasuk ke dalam kategori sangat kurang dan untuk kelas kontrol
sebesar 15% yang termasuk ke dalam kategori sangat kurang. Berdasarkan
perhitungan data kelas kontrol memiliki kemampuan berpikir kritis
menyimpulkan lebih baik dari pada kelas eksperimen, tetapi kedua kelas
memiliki kategori yang sama yaitu termasuk ke dalam kategori sangat kurang.
62

i. Soal nomor 9 dengan indikator kemampuan berpikir kritis mengatur strategi


dan teknik memperoleh rata-rata skor pretest yaitu pada kelas eksperimen
sebesar 8% yang termasuk ke dalam kategori sangat kurang dan untuk kelas
kontrol sebesar 15% yang termasuk ke dalam kategori sangat kurang.
Berdasarkan perhitungan data kelas kontrol memiliki kemampuan berpikir
kritis mengatur strategi dan teknik lebih baik dari pada kelas eksperimen,
tetapi kategori yang dimiliki oleh kedua kelas sama yaitu termasuk ke dalam
kategori sangat kurang.
j. Soal nomor 10 dengan indikator kemampuan berpikir kritis mengatur strategi
dan teknik memperoleh rata-rata skor pretest yaitu pada kelas eksperimen
sebesar 10% yang termasuk ke dalam kategori sangat kurang dan untuk kelas
kontrol sebesar 20% yang termasuk ke dalam kategori sangat kurang.
Berdasarkan perhitungan data kelas kontrol memiliki kemampuan berpikir
kritis mengatur strategi dan teknik lebih baik dari pada kelas eksperimen,
tetapi kedua kelas memiliki kategori yang sama yaitu termasuk ke dalam
kategori sangat kurang.
Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal
berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan
yang hampir sama. Hal ini dapat dilihat dari data yang telah dihitung dan kategori
yang dimiliki masing-masing indikator kemampuan berpikir kemampuan berpikir
kritis siswa yang sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini yang
menjadi pertimbangan diambilnya kelas XI-IPS 1 dan kelas XI-IPS 2 sebagai
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran E.1 dan lampiran E.3.
Selain kemampuan awal (pretest) yang telah dihitung dan di analisis,
berikut ini presentase nilai posttest kemampuan berpikir kritis siswa kelas
eksperimen yang menggunakan model Problem Based Learning dengan kelas
kontrol yang menggunakan model pembelajaran interaktif yang disajikan di dalam
diagram 4.2:

Diagram 4. 2 Presentase Nilai Posttest Kemampuan Berpikir Kritis


63

120%

100%

80%

60%

40%

20%

0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Keterangan:
Nomor Soal 1 dan 3 = Indikator kemampuan berpikir kritis memberikan
penjelasan sederhana
Nomor Soal 2 = Indikator kemampuan berpikir kritis membangun
keterampilan dasar
Nomor Soal 4 dan 7 = Indikator kemampuan berpikir kritis memberikan
penjelasan lanjut
Nomor Soal 5, 6 dan 8 = Indikator kemampuan berpikir kritis menyimpulkan
Nomor Soal 9 dan 10 = Indikator kemampuan berpikir kritis mengatur
strategi dan teknik
Berdasarkan perhitungan presentase posttest, diantaranya sebagai berikut:
a. Soal nomor 1 dengan indikator kemampuan berpikir kritis memberikan
penjelasan sederhana memperoleh rata-rata skor posttest yaitu pada kelas
eksperimen sebesar 92% yang termasuk ke dalam kategori sangat baik dan
untuk kelas kontrol sebesar 93% yang termasuk ke dalam kategori sangat baik.
Berdasarkan perhitungan data kelas kontrol memiliki kemampuan berpikir
kritis memberikan penjelasan sederhana lebih baik dari pada kelas
eksperimen, tetapi kedua kelas memiliki kategori yang sama yaitu kategori
sangat baik.
b. Soal nomor 2 dengan indikator kemampuan berpikir kritis membangun
keterampilan dasar memperoleh rata-rata skor posttest yaitu pada kelas
eksperimen sebesar 34% yang termasuk ke dalam kategori kurang dan untuk
64

kelas kontrol sebesar 30% yang termasuk ke dalam kategori kurang.


Berdasarkan perhitungan data kelas eksperimen memiliki kemampuan berpikir
kritis membangun keterampilan dasar lebih baik dari pada kelas kontrol, tetapi
kedua kelas termasuk ke dalam kategori yang sama yaitu kategori kurang.
c. Soal nomor 3 dengan indikator kemampuan berpikir kritis memberikan
penjelasan sederhana memperoleh rata-rata skor posttest yaitu pada kelas
eksperimen sebesar 68% yang termasuk ke dalam kategori baik dan untuk
kelas kontrol sebesar 58% yang termasuk ke dalam kategori cukup.
Berdasarkan perhitungan data kelas eksperimen memiliki kemampuan berpikir
kritis memberikan penjelasan sederhana yang lebih baik dari pada kelas
kontrol. Kategori yang dimiliki oleh kelas eksperimen lebih baik yaitu
termasuk ke dalam kategori baik sedangkan kelas kontrol termasuk ke dalam
kategori cukup.
d. Soal nomor 4 dengan indikator kemampuan berpikir kritis memberikan
penjelasan lanjut memperoleh rata-rata skor posttest yaitu pada kelas
eksperimen sebesar 74% yang termasuk ke dalam kategori baik dan untuk
kelas kontrol sebesar 42% yang termasuk ke dalam kategori cukup.
Berdasarkan perhitungan kelas eksperimen memiliki kemampuan berpikir
kritis memberikan penjelasan lanjut lebih baik dari pada kelas kontrol.
Kategori yang dimiliki oleh kelas eksperimen lebih baik dari pada yaitu
termasuk ke dalam kategori baik sedangkan kelas kontrol termasuk ke dalam
kategori cukup.
e. Soal nomor 5 dengan indikator kemampuan berpikir kritis menyimpulkan
memperoleh rata-rata skor posttest yaitu pada kelas eksperimen 100% yang
termasuk ke dalam kategori sangat baik dan untuk kelas kontrol sebesar 91%
yang termasuk ke dalam kategori baik. Berdasarkan perhitungan kelas
eksperimen memiliki kemampuan berpikir kritis menyimpulkan lebih baik
dari pada kelas kontrol. Kategori yang dimiliki oleh kedua kelas sama yaitu
termasuk ke dalam kategori sangat baik.
f. Soal nomor 6 dengan indikator kemampuan berpikir kritis menyimpulkan
memperoleh rata-rata skor posttest yaitu pada kelas eksperimen 99% yang
termasuk ke dalam kategori sangat baik dan untuk kelas kontrol sebesar 88%
65

yang termasuk ke dalam kategori sangat baik. Berdasarkan perhitungan kelas


eksperimen memiliki kemampuan berpikir kritis menyimpulkan lebih baik
dari pada kelas kontrol, tetapi kategori yang dimiliki oleh kedua kelas sama
yaitu termasuk ke dalam kategori sangat baik.
g. Soal nomor 7 dengan indikator kemampuan berpikir kritis memberikan
penjelasan lanjut memperoleh rata-rata skor posttest yaitu pada kelas
eksperimen 78% yang termasuk ke dalam kategori baik dan untuk kelas
kontrol sebesar 35% yang termasuk ke dalam kategori kurang. Berdasarkan
perhitungan kelas eksperimen memiliki kemampuan berpikir kritis
memberikan penjelasan lanjut lebih baik dari pada kelas kontrol. Kategori
yang dimiliki kelas eksperimen lebih baik yaitu termasuk ke dalam kategori
baik sedangkan kelas kontrol termasuk ke dalam kategori kurang.
h. Soal nomor 8 dengan indikator kemampuan berpikir kritis menyimpulkan
memperoleh rata-rata skor posttest yaitu pada kelas eksperimen 77% yang
termasuk ke dalam kategori baik dan untuk kelas kontrol sebesar 40% yang
termasuk ke dalam kategori kurang. Berdasarkan perhitungan kelas
eksperimen memiliki kemampuan berpikir kritis menyimpulkan lebih baik
dari pada kelas kontrol. Kategori yang dimiliki kelas eksperimen lebih baik
yaitu termasuk ke dalam kategori baik sedangkan kelas kontrol termasuk ke
dalam kategori kurang.
i. Soal nomor 9 dengan indikator kemampuan berpikir kritis mengatur strategi
dan teknik memperoleh rata-rata skor posttest yaitu pada kelas eksperimen
sebesar 83% yang termasuk ke dalam kategori sangat baik dan untuk kelas
kontrol sebesar 43% yang termasuk ke dalam kategori kurang. Berdasarkan
perhitungan kelas eksperimen memiliki kemampuan berpikir kritis mengatur
strategi dan teknik lebih baik dari pada kelas kontrol. Kategori yang dimiliki
kelas eksperimen lebih baik yaitu termasuk ke dalam kategori baik sedangkan
kelas kontrol termasuk ke dalam kategori kurang.
j. Soal nomor 10 dengan indikator kemampuan berpikir kritis mengatur strategi
dan teknik memperoleh rata-rata skor posttest yaitu pada kelas eksperimen
sebesar 92% yang termasuk ke dalam kategori sangat baik dan untuk kelas
kotrol sebesar 79% yang termasuk ke dalam kategori baik. Berdasarkan
66

perhitungan kelas eksperimen memiliki kemampuan berpikir kritis mengatur


strategi dan teknik lebih baik dari pada kelas kontrol. Kategori yang dimiliki
kelas eksperimen lebih baik yaitu termasuk ke dalam kategori sangat baik
sedangkan kelas kontrol termasuk ke dalam kategori baik.
Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa prosentase nilai
posttest kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada
kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari data yang telah dihitung dan kategori yang
dimiliki oleh kelas eksperimen banyak yang lebih baik dari pada kelas kontrol.
Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat di lampiran E.2 dan lampiran E.4.
Data posttest kemampuan berpikir kritis siswa digunakan untuk
mengetahui kemampuan siswa setelah diberikan treatment. Hasil data
posttestkemampuan berpikir kritis pada materi Sumpah Pemuda dan Jati Diri
Keindonesiaan di kelas eksperimen diolah dengan cara manual di Ms. Excel
sehingga diperoleh perhitungan banyak siswa, nilai tertinggi, nilai terendah, rata-
rata, rentang, simpangan baku dan varian. Hasil analisis data posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4. 1 Statistik Dekriptif Nilai Posttest Kemampuan Berpikir Kritis
Statistika Kelas Kelas
Eksperimen Kontrol
Banyak Siswa (n) 36 36
Nilai Terendah 50 35
Nilai Tertinggi 90 85
Rata-Rata (x́) 79 54,8
Rentang 40 50
Simpangan Baku (s) 77,77 53,04
Varians (s2) 6.048,51 2.813,01

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dengan jumlah 36 siswa siswa pada
saat posttestdi kelas eksperimen memperoleh rata-rata sebesar 79 dengan nilai
terendah 50 dan nilai tertinggi 90. Sedangkan di kelas kontrol memperoleh nilai
rata-rata sebesar 54,6 dengan nilai terendah 35 dan nilai tertinggi 85. Data
posttestyang diperoleh berdistribusi normal dan tidak homogen. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran F.1.
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat disimpulkan pada diagram 4.3 terlihat
perbedaan yang signifikan dari dua kelas yang telah diberikan perlakuan yang
67

berbeda dengan melihat nilai rata-rata. Data tes kemampuan berpikir kritis pada
pembelajaran sejarah kelas eksperimen lebih baik dari pada kemampuan berpikir
kritis pada pembelajaran sejarah di kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran F.1.
Adapun nilai rata-rata nilai posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat
dilihat pada diagram di bawah ini:
Diagram 4. 3 Nilai Rata-Rata Posttest Kemampuan Berpikir Kritis
90
80
79
70
60
50 54.8

40
30
20
10
0

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Diagram di atas menunjukkan nilai rata-rata posttest pada tes kemampuan


berpikir kritis kelas eksperimen yang menggunakan model Problem Based
Learning sebesar 79 termasuk ke dalam kategori baik dan kelas kontrol yang
menggunakan model pembelajaran interaktif sebesar 54,8 termasuk ke dalam
kategori kurang. Berdasarkan pada diagram 4.3 di atas tampak nilai rata-rata
posttest kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen yang menggunakan model
Problem Based Learning lebih tinggi dari pada nilai rata-rata posttest kemampuan
berpikir kritis kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran interaktif
yaitu kelas eksperimen sebesar 79 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 54,8.
Selain itu kategori yang dimiliki oleh ke dua kelas sangatlah berbeda yaitu untuk
kelas eksperimen yang menggunakan model Problem Based Learning termasuk
ke dalam kategori baik sedangkan untuk kelas kontrol yang menggunakan model
pembelajaran interaktif termasuk ke dalam kategori kurang.
68

2. Analisis Statistik Inferensial Data Posttest


1) Uji Prasyarat
1) Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kelas
dalam penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas tersebut dilakukan dengan uji chi kuadrat. Taraf signifikan yang
digunakan adalah α = 0,05 dan dk = k – 1 (k adalah banyaknya kelas interval).
Setelah dihitung chi kuadrat tahap selanjutnya adalah membandingkan harga x 2hitung

dengan x 2tabel.
Jika x 2hitung ≤ x 2tabel maka data berdistribusi normal
Jika x 2hitung ≥ x 2tabel maka data tidak berdistribusi normal
Berikut ini adalah data uji normalitas pretest untuk kelas eksperimen yaitu
sebagai berikut:
Tabel 4. 2 Data Uji Normalitas Pretest Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Statistika
Jenis (α = 0,05 dan dk = 5)
Kelas Simpulan
Uji
x 2hitung x 2tabel
Eksperime Berdistribusi
-126,28 12,592
n Chi Normal
kuadrat Berdistribusi
Kontrol -143,52 12,592
Normal

Berdasarkan tabel uji normalitas posttest kelas eksperimen x 2hitung lebih

kecil x 2tabel yaitu −126,28 ≤12,592, sehingga data posttest kelas eksperimen dapat

dikatakan berdistribusi normal. Sedangkan kelas kontrol memiliki nilai x 2hitung lebih

kecil dari x 2tabel yaitu −143,52 ≤12,592, sehingga data posttest kelas kontrol dapat
dikatakan berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat di
lampiran F.1.

2) Uji Homogenitas
69

Setelah data di uji dengan uji normalitas, langkah selanjutnya adalah uji
homogenitas. Uji ini dilakukan untuk mengetahui data kelas eksperimen dan kelas
kontrol memiliki varian yang sama atau tidak dengan menggunkan uji F. Uji F
dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data berasal dari populasi yang
homogen atau tidak, dengan membandingkan f hitung dan f tabel.
Jika f hitung ≤ f tabel , maka data homogen
Jika f hitung ≥ f tabel , maka data tidak homogen
Tabel 4. 3 Data Uji Homogen PosttestKemampuan Berpikir Kritis
Jenis Uji Statistika Simpulan
Uji-f f hitung =2,15 Tidak
f tabel =1,7571
Homogen

Berdasarkan data uji homogenitas posttestyang terdapat pada tabel 4.4 di


atas menunjukkan bahwa f hitung ≥ f tabel yaitu 2,15 ≥1,7571 sehingga dapat dikatakan
data posttest berasal dari populasi yang tidak homogen. Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran F.1.

2) Uji Statistika Parametris


Setelah diketahui bahwa data posttest kelas eksperimen dan kontrol berasal
dari data yang berdistribusi normal tetapi tidak homogen. Untuk membandingkan
hasil posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol maka dilakukan uji
perbedaan rata-rata (uji t’) dua pihak dengan α = 0,05. Adapun bentuk hipotesis
uji perbedaan rata-rata (uji t’) dua pihak adalah sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis awal siswa kelas
eksperimen yang menggunakan model Problem Based Learning dengan
siswa yang menggunakan model pembelajaran interaktif kelas kontrol
pada mata pelajaran Sejarah Kelas XI di SMAN 8 Kota Serang
Ha : Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis awal siswa kelas
eksperimen yang menggunakan model Problem Based Learning dengan
siswa yang menggunakan model pembelajaran interaktif kelas kontrol
pada mata pelajaran Sejarah Kelas XI di SMAN 8 Kota Serang
Hipotesis Statistika
H0 : µ1=µ 2
Ha : µ1 ≠ µ 2
70

Dengan kriteria pengujian:


−t tabel ≤t hitung ≤ t tabel, maka H0 diterima
t hitung > t tabel atau t hitung <−t tabel , maka H0 ditolak
Hasil perhitungan posttest kemampuan berpikir kritis menunjukkan nilai
t hitung =1,54 dan t tabel=1,997, karena −t tabel (−1,997 ) ≤t hitung ( 1,54 ) ≤ t tabel (1,997)
maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada tes akhir
terdapat perbedaan. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran F.1.
Tabel 4. 4 Uji Statistika Parametris Posttest
Jenis Uji Statistika Simpulan
Uji t’ t hitung =1,54 Terdapat
Separate t tabel=1,997 Perbedaan
d Varian

1) Uji N-Gain
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum
diberikan treatment dan setelah diberikan treatment dapat dihitung dengan
menggunakan uji N-gain.
Hasil pretest dan posttestkelas eksperimen dan kelas kontrol di uji
menggunakan uji N-gain untuk mendapatkan data perbedaan peningkatan
kemampuan berpikir kritis di kelas eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning dengan kelas kontrol yang menggunakan
model pembelajaran interaktif.
Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Sejarah
diketahui berdasarkan nilai pretest dan posttest yang diolah menggunakan uji N-
gain. Data N-gain didapatkan dengan cara mencari selisih selisih antara hasil
posttest dan pretest kemudian dibandingkan dengan selisih nilai maksimum dan
nilai pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen yang diberikan
untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa terdiri dari 10 butir soal yang
berbentuk soal uraian yang mengandung indikator berpikir kritis.
Presentase nilai rata-rata skor N-gain kemampuan berpikir kritis siswa
pada kelas eksperimen adalah 0,74 sedangkan pada kelas kontrol adalah 0,47.
Pada nilai rata-rata N-gain terlihat bahwa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada
nilai rata-rata N-gain kelas kontrol. Untuk mengetahui nilai presentase skor rata-
71

rata N-gain kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol dapa dilihat pada diagram dibawah ini:
Diagram 4. 4 Skor Rata-Rata Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis

Skor Rata-Rata N-Gain


0.8
0.7 0.74
0.6
0.5
0.4 0.47
0.3
0.2
0.1
0

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Berdasarkan diagram 4.4 menunjukkan skor rata-rata N-gain kemampuan
berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kotrol. Pada diagram di atas
terlihat bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan kemampuan berpikir kritis kelas kontrol. Hasil rata-rata
peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen sebesar 0,74
yang termasuk ke dalam kategori tinggi sedangkan rata-rata peningkatan
kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol sebesar 0,47 yang termasuk
kategori sedang. Maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan
berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model Problem
Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang
menggunakan model pembelajaran interaktif.

Anda mungkin juga menyukai