Anda di halaman 1dari 149

USTAKAAN

WATIMUR
i.

1 :'

Dosor
Elektroniko

Richard Blocher, Dipl. Phys. ' :

I
Penerbit AN Dl Yogyokorto
.iJ

I
fuce,r
Plopi*,*l

DASAR ELEKTRONTKA
Oleh: Etichard Blocher' Dipl' Phys'
Kata Pengantar
penulis'
Hak Cipta @ 2OO3, 2OO4 padrt

Dllarang memperbangak nemindahkan


Hak Cipta d.Llind'ungi undang-undang' 'olau
ilrop"nl baik secara etektronis
sebastanr atau seruruh H'#rk;*iii';
ai" ni,rtii
- Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terbitnya buku
rri;ix ieret<a'n alau dengan sislem
mekanis' nil
l.trrupun
memJotocopg'
Dasar Elektonika ini. Buku ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan ber-
'
jJi[tipon n latnnya' torTpa tzttl tertulis dart Peflults'
bagai buku elektronika yang sudah terlebih dahulu hadir, yang isinya sudah
cukup lengkap; namun buku ini ditujukan kepada mereka yang baru mempelajari
bidang ini dan yang ingin benar-benar memahaminya dari dasar. Juga untuk
Penerbit:
mereka yang sudah berpengalaman dalam merakit rangkaian elektronika tetapi
ANDI
t|;E:.ttZTt';61tt,t (Huntins)' 55281 belum pernah mempunyai kesempatan untuk mempelajari ilmu dasar mengenai
Fax' (0274) 588282 Yossttkarto
fungsi dari komponen dan rangkaian. Fokus penulisan buku ini memang tidak
untuk membahas seluruh bidang elektronika secara lengkap, tetapi lebih dititik-
beratkan untuk menjelaskan cara kerja serta semua sebab-akibat dari berbagai
Pe,rcetakan: komponen dan rangkaian dasar agar pembaca bisa mendapatkan fondasi yang
AAIDI OFF'SET
kuat dalam pengertian mengenai elektronika. Dengan fondasi pengertian ini
t|;fi?ir7f,";61tlt (Htnttne). Fox. (0224) s8B2B2 Yosvokarta
55281
maka para pelajar akan dapat memanfaatkan berbagai sumber untuk memperluas
pengertiannya dengan lebih mudah.
Saya ucapkan terima kasih kepada Nina Rosana dan Juarita Arisa yang
da|"t membantu dengan sabar dalam merevisi bahasa dan memperbaiki kesalahan-
Perpustakaan Naslonal: Katalog ""tb* kesalahan, juga kepada semua mahasiswa dan rekan dosen yang telah memberi-
Blocher' Rtchard kan masukan dan usul.
Dasclr Elelctronika / Rtchard Blocher:
Kiranya buku ini akan bermanfaat untuk mereka yang ingin mempela-
- Ed. II - \'ogYakarta: Attdi' jari elektronika dalam berbagai bidang studi di Indonesia demi kemajuan bangsa
09 - oa - 07- 06 - 05 - 04 dan negara dalam era globalisasi dan teknologi yang disertai dengan perkem-
At + 282 hlm ': 16 x 23 Cm' bangan pesat dalam bidang informasi dan elektronika.
10987654321 Demi kemuliaan Allah Pencipta dan Maha Pengasih dan Isa Almasih.
(SBN: 979-731-494'4
I Judul Ridl^a,rdrBlocher
1. Digital Electronics
DDC'21:621' 38r
Daftar lsi

Kata Pengantar I
Daftar Isi III
1. Pendahuluan
1

) Dasar-Dasar Fisika
3
2.1. Dasar Tentang Arus dan Voltase
3
2.1.1. Muatan dan Medan Listrik J
2.1.2. Voltase. dalam Satu Loop (dalam Rangkaian Seri) 6
2.1.3. Arus Listrik, Daya Listrik 7
2.1.4. Arus dalam Rangkaian 8

3. Sifat dari Beberapa Komponen Elektronik 11


3.1. Prinsip-PrinsipDasar
lt
3.2. Resistor
t2
3.2.1. Lambang dan Bangun Resistor t2
3.2.2. Sifat Resistor, Definisi Resistivitas t2
3.3. ResistivitasDiferensial
t6
3.4. Dioda
t7
3.4.1. Lambang dan Bentuk Komponen Dioda dan
Fotodioda 17
3.4.2. Sifat Dioda 18
3.4.3. Dioda Zener 2t
4. Pembedaan Bentuk Voltase dan Arus
23
4.1. Arus Searah dan Arus Bolak-balik
23
4.1.1. Definisi DC (Searah) danAC (Bolak_balik) 23
4.1.2. Voltase/Arus Campur 24
4.1.3. AC dalam Bentuk Sinus/Cosinus 25
4.1.4. AC dalam Bentuk Cosinus dengan Memakai
Bilangan Kompleks 26
4.2. Daya Arus Bolak-Balik
28
7

IV Dasar Elektronika Daftar Isi


V

4.2.1. Kalau Fase Sama 28 Doping dari Semikonduktor


4.2.2. Kalau Fase Berbeda 3l 71!.
1.3.2. 87
Semikonduktor n g7
1.3.3. Semikonduktor p
5. Teori Rangkaian 35 I .3.4. f.ti."pri*-rvrengenai 90
5.1. Beberapa Rangkaian Dasar 35 Asing
Semikonduktor dengan Atom
92
5. I .1 . Rangkaian Seri 35 7.4. Semikonduktor
Arus Listrik d"alam
92
5.1.1.1. Arus dan Voltase dalam Rangkaian Seri 35 7.4.1" e*r Vf.aa"
7.4.2. erus oir"si- 92
5.1.1.2. Rangkaian Seri dengan Dua Resistor 36
5.1.1.3. Rangkaian Seri dengan Dua Komponen 7.4.3- em Set-rrutrnyu 93
7.5. Sambungan prd;l;;ermbaran 94
Umum 38 Kristal
5.1.2. Rangkaian Paralel
5.1.2.1. Secara Umum
40
40
12 !"*g,rilpiru,puvortase
Sambungan
pn Batik
?1
5.1.2.2. Rangkaian Paralel dengan R"esistor 4t
12?
?.2..
dengan Voltase Bias
Sambungan pn dengan Voltase Bi;; 97
5.1.3. 7.6.
1
Injection Transistor dalam Gimbaran G, 9g
Rangkaian Seri yang Dibebani 42 Kristal gg
5 .1 .4. Rangkaian Seri dan Paralel dengan Banyak Resistor 46
5.2. Sumber Tegangan dan Beban 47 8. Transistor
5.3. Resistivitas Masukan(Resistivitas Input) 5l 8.1. Sifat Transistor 103
5.3.1. Definisi dari Resistivitas Masukan 5l 8.1.1. Definisi Istilah yang Dipakai 103
5.3.2. Pengaruh dari Resistivitas Masukan pada Voltmeter 8.1.2. Sifat Input (Sambungan antara Basis dan 103
Emitor)
D'LLtLv'| )
dan Amperemeter 52 8.1.3. Sifar Ourput (Sifat Kolektor) 103
5.4. Penguat(Amplifier) 53 8.1.4. Resistivitas Input dari Transistor 105
5.4.1. Prinsip-Prinsip Kerja 53 8.1.5. Nilai_Nilai Maksimal Untuk Transistor 109
5.4.2. Daya Output 57 8.2" Rangkaian penguat Sederhana ll0
J."gu" Satu Transistor
5.4.3. Beberapa Definisi Lagi Mengenai Penguat 58 8.2.1. penjelasan Rangkaian 110
8.2.2. penguatan dari 110
Langkaian Ini
114
6. Kapasitansi dan Induktansi 6t | 2.3" Input dari Rangkaiai Ini tt7
6.l. Kapasitansi 6l 8.2.4. Daerah Kerja dari Rangkaian penguat
8.2.5. Mengarur Titik Kerja 117
6.2. Induktansi 65
lt8
6.3. L, C dan R dalam Untai Arus Bolak-balik 68 9.2.5.1. Mengaru Titik Kerja dengan Mengatur
6.3.1. Kumparan Real: L dan R Dirangkai Secara Seri 68
6.3.2. Pembagi Tegangan dengan Resistor dan
Kondensator 69
B 2.s 2 il'"'lX'""-X1if'-tft[io*r,, r,,;;. 118

r20
6.3.3. Pembagi Tegangan dengan Kondensator dan 8.2.s.3. fl;llairn,ik Kerja dengan Memakai
Kumparan t)
6.3.4.
6.3.5.
L, C dan R dalam Untai Seri
L, C dan R dalam Untai Paralel
77
77
82s 4 ifrffi,1?:f,f#ii#Iff,1i,.0"" t2t

6.3.6. Filter dengan Orde yang Lebih Tinggi 80 8_.2. 6. r*r" ourr,',7fr111*to
uo rmpedans i Ke r uaran
124
8.3. Rangkaian-Rangkaian penguat iru"rl"o.
yang Lain
125
8.3.1. *Rangkaian penguat dengan FeedbackArus 126
7. Teori Semikonduktor 81 oleh
7.1. Arus Listrik dalam Bahan 81 Resistor Emitor
126
7.2" Stmktur Kristal dari Semikonduktor 83 | 3.2. Rangkaian pengikur Emitor l3t
'7.3. Konduktivitas dariAtomAsing 87
8.3.3. Rangkaian SumberArus Konstan
r35
VI Dasar Elektonika Daftar Isi
VII

8.3.4. RangkaianDarlington t39 12.2.3.2. pengaruh Voltase, Offset pada penguar


Membalik
9. Transistor Sebagai Sakelar t43 12.2.3.3. Pengaruh dari Arus Input 178
Op_Amp pada
9.1. Fungsi Sebagai Sakelar r43 penguat Membalik
9.2. Contoh Rangkaian Digital t44 12.2.3.4. Pengaruh Voltase Offset
dan Arus pada
178
9.2.1. Flip-flop RS 144 Masukan Op_Amp dalam Rangkaiin
9.2.2. Multivibrator 146 Integrator
180

10. Pokok Khusus Mengenai Penguat 149 t2 2 4 f_liJo ,iil1*1H:1"'j:'1lj]:,,,.,", 182

10.1. Distorsi pada Penguat 149 yang rerbatas dalam p"d;;


r,^k
10.2. Menyambungkan Tahap-Tahap Penguat 151 il:ffH?,
.
Permasalahan dalam Menyambungkan Tahap-Tahap 12.3. Contoh Rangkaian: Generator 182
10.2.1 Fungsi
Penguat 151 12.3.1. prinsip Kerja 183
12.3.2. Implementasi Rangkaian Generator 183
10.2.2. Sambungan AC (Kopling AC) 152 Fungsi 186
10.2.3. Samburgan DC 152
13. Transistor Efek Medan
11. Dasar Mengenai Penguat Operasional 157 I 3. I . Arri FET (Field EIIect Transistor) 189
Il.1 Penguat Operasional yangIdeal 157 13.2. JFET Saluran n 189
13.2.1. Bangun JF-ET Saluran n 190
11.2. Rangkaian-Rangkaian Op-Amp 159
13.2.2. Grafik Keluaran JFET 190
I I .2.1 . Penguat Linear yang Inverting dengan OP-AMP;
13.2.3. Lambang JFET 192
Prinsip Bumi Semu 159
13.2.4. Rangkaian penguar dengan 196
11.2.2. Penguat Linear yang Non-inverting dengan OP- JFET
AMP r63 l1?1! Rangkaian Source (Rangkaian Dasar)
197
13.2.4.2. pengaturan Titik Kerja p;; 197
ll .2.3. Rangkaian Diferensiator 163
R";;;.
11.2.4. Rangkaian Integrator 164
13.2.5. FEr Seba#Hir",rr". 198
11.2.5. Beberapa Rangkaian Penghitung yang Lain 165 dengan Resistivitas yang Bisa
11.2.6. Rangkaian Schmitt Trigger dengan OP-AMP 165 Diahu
13.2.6. SumberArus 201
dengan FET
l1 3 Bangun dari JFET Oun U""Sppf 202
t2. Penguat Operasional (Lanjutan) 169
13.4. MIS.FET
Secara praktis
203
12.1. Karakteristik dan Parameter OP-AMP r69
13.5. Jenis_Jenis FET yang Ada 204
l2.l.l. Op-Amp Ideal dan Op-Amp Real t69 )n-7
12.1.2. Penguatan Diferensial 169
12.1.3. Penguatan Bersama (CommonAmplification) 170
14. Umpan Balik Negatif
14.1. prinsip Kerja 209
12.1.4. Input Op-Amp 172
12.1.5. Output Op-Amp 174 14 2 penerapan Umpan
Balik
209
12.2. Rangkaian Op-Amp dan Pengaruh Sifat Op-Amp yang Tidak 14.3. Impedansi Masukan pa,cla penguat 211
dengan Umpan Balik 214
Ideal 174 14.4. Impedansi Keluaran puau f"riuui
d".rgu, Umpan Balik 21s
12.2.1. KeterbatasanArus Keluaran dan Cara Mengatasinya ll4
12.2.2. Penguatan yang Terbatas pada Penguat Membalik 117 15. Osilasi
12.2.3. Pengaruh Voltase Offset danArus pada Masukan t]7 219
12.2.3.1. Prinsip Dasar 177
l: 1 Rangkaian dengan Umpan Batik positif
15.2. Contoh Rangkaian 219
15.Z.l . Osilator Meissner 222
222
f

VM Dasar Elektronika Daftar Isi

15.2.2. Osilator LC 223 18.4. Fungsi Lain yang penting


15.2.3. Regulasi Amplitudo pada Osilator LC 225 Rangkaian Dasar dari NaNO Atau NOR 262
15.2.4. Osilator Jembatan Wien 226 l!18.6.
I rr\-/r\
Impi-ementasi nungLuiuriog*E$
15.3. Osilasi yang Tidak Dikehendaki pada Penguat 227 18.6.1. Sistem Logika ;:;
15.3.1. Umpan Balik Melalui Kapasitansi Liar 227 18.6.2. Rangkaian Dioda _ Resistor 264
15.3.2. Umpan Balik Melalui Induktivitas Liar 229 265
Syarat untuk Hubungan antara Input
15.3.3. Umpan Balik Melalui Sambungan GND dan 1!.6.3.
18.6.4. Fan_our
dan Outpur 266
230 26g
l! 6 5
Sambungan Sumber Logika Resisror _ Transistor (RTL)
268
19
qq Logika Dioda _ Transistor (DTL)
16. Sumber Daya 235 18.6.7. Logika Transisror_Transistor (TTL) 269
16.1. Prinsip Dasar 235 270
16.2. Trafo 235 Daftar Pustaka
I 6.3. Penyearah dengan Kondensator 236 273
16.3.1. Penyearah Setengah Gelombang 236 Index
16.3.2. Penyearah Gelombang Penuh 238 275
16.3.3. Rangkaian Center Tap 239
16.3.4. Rangkaian Double Center Tap 240 Pasal dengan * merupakan pasal yang
opsional.
16.4. Regulasi Voltase 24t
16.4.1. Prinsip Regulasi Secara Umum 241
16.4.2- Prinsip Regulasi pada Regulasi Voltase 241
16.4.3. Rangkaian Regulasi Sederhana 243
16.4.4. Regulasi dengan Op-Amp 245
16.4.5. Regulasi dengan Regulator IC 246
16.4.6. Prinsip Kerja dari IC 78xx 241
16.4.7. Regulasi Voltase Untuk Voltase Negatif 249

17. Pendingin 25t


17.1. Fungsi dan Tujuan Pendingin 251
17.2. Fisika 251
17.3. Pendingin Transistor 253
17 .3.1 . Prinsip-Prinsip Dasar 253
17.3.2. Contoh-Contoh Data 256
17.3.2.1. Contoh I 256
17.3.2.2. Contoh 2 257
17.3.2.3. Contoh 3 257
17.4. Contoh Untuk BeberapaData Daya Maksimal pada Berbagai
Jenis Kemasan Transistor 258

18. Elektronika Digital 259


18.1. Prinsip Dasar 259
18.2. Bilangan dalam Sistem DuaVBiner 2s9
18.3. Operasi-Operasi Dasar dalam Aljabar Bool 260
Pendahuluan

Manusia tidak bisa melihat, merasa, mencium atau menyadari keberada-


an listrik dengan inderanya, baik untuk muatan rrnupun untuk medan listriknya.
Oleh sebab itu baru pada akhir abad ke l8 hal-hal mengenai listrik diteliti.
Sekarang ini listrik telah menjadi sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari untuk digunakan sebagai sumber tenaga, misalnya untuk lampu,
mesin listrik, telpon, alat-alat listrik, radio, dan komputer. Pada awal abad ini
pemakaian listrik dalam berbagai bidang kehidupan mulai berkembang dengan
pesat, apalagi setelah transistor ditemukan. Dengan ditemukannya transistor
maka jalan untuk pengembangan elektronika menjadi terbuka dan sampai
sekarang teknik semikonduktor yang dipakai dalam transistor masih terus
berkembang sehingga menghasilkan elektronika yang semakin canggih, semakin
kecil dan semakin murah. Inti dari semua alat elektronik masih tetap, yaitu tran-
sistor-transistor, walaupun sekarang sudah ada IC yang merupakan rangkaian
kompleks dengan banyak hansistor dalam satu IC.
Kita akan mulai dengan mempelajari dasar-dasar fisika mengenai
voltase, arus dan daya listrik terlebih dahulu, kemudian mengenal beberapa
komponen elektronika yang sering digunakan dan kemudian mempelajari
beberapa prinsip dasar rangkaian elekhonika. Selanjutnya kita akan mempelajari
semikonduktor, fungsi dioda dan transistor secara rinci sampai akhirnya ke
rangkaian yang lebih kompleks.
2

Dasar-Dasar Fisika

2.1. Dasar Tentang Arus dan Voltase


2.1.1. Muatan dan Medan Listrik
Dalam eksperimen sederhana kita bisa melihat adanya muatan listrik:
Kalau kita menggosok suatu batang plastik dengan wol, maka satu jenis muatan
akan timbul pada batang plastik. Kalau kaca digosok dengan sutra, maka muatan
yang berlawanan akan timbul pada kaca. Jumlah muatan yang timbul dapat
dilihat lewat Elektroskop, ditunjukkan dengan naiknya jarum. Terdapat dua jenis
muatan, yang satu disebut muatan positif dan yang satunya disebut muatan
negatif. Antara dua muatan terdapat gaya elektrostatik F sesuai dengan rumus
berikut:

tn---; 1 '-;-'-
Q,Qr i (2.1)
4ltEo r' r
di mana: ee : konstanta dielektrik hampa udara
Qt, Qz : besar dari muatan pertama dan muatan kedua
r : jarak antara kedua muatan tersebut

Gambar 2.12 Elektroskop adalah alat untuk


mengukur jumlah muatan yang tampak pada plat
pengukurnya.
r
Dasar Elektronika
l)ttsar-Dasar Fisika

gaya tolak-menolak atau gaya


Gaya antara muatan bisa merupakan
tarik-menarik, t"rgrnt*Jl""it rn""t"''
Aiah darigaya dilihat dari rumus' Kalau
diukur dalam
F positif, berarti tetaapat .gaya tolak-menolak' Besar muatan
satuin Coulomb (disingkat C)'
kepada suatu muatan
Kalau menggambar gaya dari satu muatan Q1
gaya f per
acuan q, maka terdapat satu medan gaya' Kalau menggambar
muatan percobaan q, makaterdapat medan listrik E :
tr 3V
(2.2)
g=!-e F =Q'E +3V
q
-l0v+7v+3v=0
Berartimedanlistrikmerupakangayakepadamuatan.listrik.Kuat (lambar 2.2: Definisi dari potensial Gambar 2.3: Kalau voltose dijumlah-
gayapetmuatan yang ada di dalam medan
listrik'
medan listrik adalah tltrn voltase. kan dalant lingkaran lertutup dengan
Dalamelektronikabiasanyabukanmedanlistriksecaralangsungyang
harus tahu
memperhutikan arah dari voltase yang
rangkaian dan komponen kita
dipakai, tetapi untuk dihitung sesuai dengan arah gerak,
^"'g;;;;Jari
bahwa medan listrik i;';;'g -""gg"'ukkan
muatan dan menghasilkan arus
maka junlahnya selalu nol.
yang dimaksud adalah medan
listrik. Kalau berbicara;,;G rrottull, seringkali
nefral, misalnya terhadap bumi. Tempat netral ifu merupakan referensi dan
listrik yang menghasilkan voltase'
voltase antara suatu tempat dan referensi disebut potensial dari tempat itu.
E maka terdapat gaya
Kalau suatu muatan q bergerak dalam medan ' Potensial biasanya dilambangkan dengan g. Dari definisi ini jelas bahwa voltase
jarak i yang berarti terdapat usaha
kepada muatan ..ru.u'lig";i*"'i"ruutt ' bisa juga dinyatakan sebagai beda potensial. Misalnya dalam gambar 2.2 point I
adalah sebesar:
Vrlg aif."t:"t"n kepada miatan q' Usaha yang dikerjakan hcrada pada potensial l0V, berarti voltase dari point 1 ke bumi (tempat referensi)
Q3) sebesar 10V. Point 2 berada pada potensial 3Y berarti voltase antara point 2 dan
fi/ =F.; =q.8.; bumi sebesar 3V. Dalam situasi ini voltase antara point I dan point 2 sebesar 7V,
Karenamedanlistrikselalumerupakanmedanpotensial,makausaha
pada jalur karena beda potensial Y -- l}Y - 3V : 7V. Situasi ini digambarkan dalam gambar
tidak akan tergantung
yang dikerjakan kepada suatu muatan q tertentu 2.2. Voltase (beda potensial) sering digambarkan sebagai anak panah. Kita akan
awal dan tempat akhir geraknya'
geraknya, tetapi hanya -gu"*'g na{a-t1mg1t nrenghitung voltase positifkalau potensial pada kaki panah lebih tinggi daripada
besaran tersebut
Sebab itu satu besaranlil d; didefrninisikan
bilamana
potensial pada ujung panah. Kalau potensial pada kaki panah lebih rendah,
kepada suatu muatandan besaran itu
menunjukkan ,rufn yu"i-afft*:"tf. voltase dihitung negatif. Karena usaha untuk menggerakkan muatan dalam
me.dan listrik saja' yaitu tempat awal
tergantung hanya pada dria tempat dalam rttcclan listrik tidak tergantung dari jalur geraknya, maka kalau muatan
Besaran tersebut diberi nama
dan tempat akhir dari g"*t"-" *""tL fr3!ut' tligerakkan dari satu tempat tertentu dan akhirnya kembali ke tempat itu, maka
Volt (V). Voltase jyga. yfng disebut
voltase I/ dan satuan V.""g aGt"i uautuf, per itrrnlah usaha yang dikerjakan pada muatan itu akan nol. Sebab itu usaha per
sebagai tegangan ,,u,'ffingun listrik'. Besar dari voltase ini adalah usaha nruatan, yaitu voltase, juga tidak tergantung dari jalur dan kalau kita jumlahkan
muatan percobaan.
p""gi' JZI^si ini dan (2'3)' didapatkan rumus sbb': voltase-voltase dalam lingkaran teffutup selalu akan nol kalau dihitung sesuai
(2.4) rlcrrgan definisi ini. Untuk contoh di atas terdapat perhitungan seperti yang
V =L=E.;
q
rlrpcrlihatkan dalam gambar 2.3.
dipindahkan antara dua Dalam elektronika, dengan frekuensi yang tidak terlalu tinggi, medan
Berarti kalau muatan sebesar satu Coulomb
tersebut-terdapat voltase lY maka usaha
yang lrstrik selalu ikut dalam sambungan kabel. Karena muatan dalam logam (dalam
tempat dan antara d"";;;;i pt'rrghantar listrik atau dalam kabel atau sambungan lain) bisa bergerak (hampir)
Jife4ata.t pada muatan tersebut adalah 1 Joule' lrchas, berarti resistivitasl (hampir) nol, maka potensial pada seluruh permukaan
selalu merupakan sifat
Dari definisi ini langsung jelas bahwa voltase
tempat saja, Untuk mendapatkan suatu
antara dua ternpat, bukan sifat daii satu
.roltus" diukur terhadap satu tempat
sifat dari satu ternpar ;;;;il, biasanya I M.ngcnai resistivitas secara detil, lihat pasal-pasal berikutnya.
l- t

Dasar Elektronika Dasar-Dasar Fisika

darisuatulogamselalu(hampir)sama'Jadidibagiankawat/kabeiyangberbeda'
pendekar
t"Uif,'potensial selalu (hampir) sama' Untuk
misalnya pada dua r:"rg"-""gu"ggup
an pefiama kita akan bahwa potensial pada ujung kabel atau
atau beda potensial antara dua ujung
sambungan lain persis ,u*u,i"'Iu-ttivoltase
cukup telitiuntuk kebanyakan situasi'
dari suatu kabel adalah rroi. i,"ra"Utan ini
poiensial pada suatu _tempat maka
Har ini berarti kalau kita berbicara tentang
slambungan tertentu dan berlaku untuk
yang dimaksud adalah p*""ri"L J"ri suatu Komp. I
antara potensial pada ujung
seluruh sambungan. Cii" iia* perlu membedaka-n
(Sumber
kiri kabel') tegangan)
kanan kabel dengan potensial pada ujung

Seri)
2.1.2. Voltase dalam Satu Loop (dalam Rangkaian
selalu nol. Hal ini,juga berlaku
Jumlah voltase dalam lingkaran tertutup
untuksetiaprangkaianelektronihyangmanamedanlistrikdiarahkandidalam
sambunganau,to*po,'.n.rutuu"aip-.rhatikanbahwadalamsambungankabel
(voltase), maka jelas bahwa
atau kawat tidak terdapat perbedaan potensial menjadi v4
voltase pada komponen ialam lingkaran tertutup jika dij-umlatrkan 'ak3n
Jumlah nol hanya bisa
nol. Satu contoh aiplrlihatkan ialam gambir- 2.4. Gambar 2.42 Jumlah voltase dalam lingkaran rertutup harus nol, berarTi:
kalau ada minimal satu tambahan
didapatkan t utuo ,.*uu turnUut'u" nol aiau V, + V, + V3 + V. = 0 . Kalau oda sumber tegangan, kira harus hati_hati tlengan
pada sumber tegangan seperti baterai
yang negatif. Voltase yang negatif terdapat arah dari voltase dalam menjumlahkannya.
'ui"J.u.i a"ya. Maka denlan iduttyu sumber tegangan jumlah nol'
V, +V, +V, +Vo =g
Pada rangkaian sederhana, pandangan ini biasanya yang dipakai, tetapi
berbeda dari nol' berarti
bisa didapatkan dengan voltase-voltase yang. kalau menyelidiki sifat rangkaian yang kompleks atau me*ai<ailomputer
untuk
komponen 1 meru-
ada arus yurrg *.rrgut". o"f i" gambar 2-'4 dianggap bahya menyelidiki rangkaian, kita harus sadar tentang cara menghitung yangjelas.
pakansumbe.t.gu,gun.Kalauv-oltasedihitungdalamlingkarantertutup,voltase Hukum ini disebut hukum Kirchhoff mengenai voltase (Kirchhoff's
yang sama- dengan' arah yang
dari sumber tegarrgan harus dihitung ke arah voltage law):
Sebenarnya voltase pada catu daya
dipakai untuk menghi*^g ""f*t ya'ig tatn
yunc qlp.u\ui dalam penjumlahan'
berlawanan u.uh a"rrgu;'u.J p*ut' ioltase Dalam setiap loop (lingkaran terhrtup):
ZU =O (2.7)
sehingga voltase padi catu daya dihitung
negatii' Hal ini bisa juga dipandang
sebesar Vs.dimana Zr dihitung Hukum ini berlaku untuk setiap loop; juga loop yang hanya merupakan
dengan cara yang lain: terdapaisumber tegangin bagian dari suatu rangkaian. Misalnya dalamrangkaian-gimb-ar 2.5 terdapai
lain harus sebesar VpPandatgan satu
positif, dan jumlah dari voltase pada komponen loop dari komponen 2 ke atas dan kemudian turun pada fo*ponen 3 dan kembali
dengan hukum di atas (bahwa
ini pada umumnya drpakai aan iidak bertentangan
ke komponen 2. Di situ jurntah voltase juga akan nol.,
harus nol), hanya cara minghitung arah
dibalikkan kalau
hasil penjumlahan
terdaPat sumber tegangan:
Vr+Vr+V3+Va=0e-V,=Vz+Vt+Va' Q5) 2.1.3. Arus Listrik" Daya Listrik
voltase sebesar lOV Muatan listrik yang bergerak kita sebut sebagai arus listrik. Besar dari
Seandainya terdapat sumber tegangan dengan arus listrik didefinisikan.sebagai banyaknya muatan yang lewat suatu tempat per
berarti terdapat uoltut" Zr
: -10Y (2'5) dibaca sbb': satuan waktu. Arus listrik dinyatakan dengan lambang / dan satuarnya
Q'6) adaiah
-lOV+ Vr+V,+Vt =0 el}Y =Vz+V'+Vo Ampere, disingkat dengan A. Maka definisi arus listrik dapat dirumuskan
sebagai:
/

Dasar Elektronika
I )ttsar-Dasar l: i.s i ka

t=9I (2.8)

Dengan definisi (2.4) dan (2.8) terdapat besar daya listrik P yang
a.' + L,

dikerjakan kepada muatan-muatan yang mengalir antara dua tempat yang mana
antara kedua tempat itu terdapat voltase ,/: fz
p =wtt =v'Q =y., (2.e)

Perlu diingat bahwa usaha/daya ini adalah daya yang diberikan kepada
muatan (elektron) yang bergerak antara dua tempat. Dalam elektronika biasanya
arus mengalir dalam komponen elektronik dan usaha ini diberikan kepada
elektron yang bergerak di dalam komponen itu. Tetapi muatan (elekrron) sendiri
r. l
I
tidak mengalami penambahan energi ketika bergerak, maka dari azas kekekalan
energi akan dapat dilihat bahwa usaha/daya yang sudah diberikan kepada muatan
I3
I
langsung diteruskan dari muatan kepada bahan yang dialiri. Berarti kalau ada
arus l yang mengalir dalam suatu komponen dan antara kaki komponen terdapat
voltase sebesar V, maka daya P: I/'/ diberikan kepada komponen ini. Biasanya y4
daya listrik ini menjadi panas yang timbul dari "gesekan"2 arrtara muatan dan
bahan yang dialiri. Sebab itu komponen elekffonik yang dialiri arus akan (iambar 2's: Rangkaian
sei cran pararer untt*menjeraskan hukum
menjadi panas. Suhu akan tergantung dari besar daya P yang diserap di Kirchhoff
mengenai arus.
dalamnya, kapasitas panas bahan dan resistivitas termis3 antara komponen dan
lingkungan. Kalau daya pada suatu komponen terlalu besar, komponen akan banyak. Tetapi hal ini tidak mungkin
rusak karena kepanasan. Besar resistivitas termis/daya yang bisa diserap oleh 'crrambah
rrr.suk
terjadi karena arus listrik yang
ke sanr tempat selalu akan t.r"uiJu.i"itu
suatu komponen tergantung pada bahannya, luas permukaan yang mengalirkan juga. Arti dari hukum fisika
rrrrruk suaru rangkaian bisa diuraikan ini
panas ke luar dan suhu yang dapat ditahan oleh komponen tersebut. Perusahaan rto., ruiuu ial.""gt"i., *l]i".urti
;rrl, percabangan dalam aliran listrik, tiaut
pembuat komponen elektronik biasanya memberikan informasi mengenai daya rl.ri rangkaian seri iru. Karau -"k;;, seraru sama pada setiap bagian
maksimal yang bisa diserap oleh suatu komponen dalam buku data. Daya "d"'titi[;;;cabangan
l)('rcabang daram suatu rangkaian, yang mana aliran arus
maksimal yang bisa diserap juga disebut sebagai disipasi daya maksimal. ."r.ulrxrr"n arus yang masuk ke dalam titik
,t'rcabangan itu selaru sama dengao
;",,rrur, arus yang keruar dari titik
,t'rcabangan iru' Misalnya terdapat rl"gdiu,
rrursuk ke dalam point pl dan
r"perti dalam gambar 2.5. Arus ./1
2.1.4, Arus dalam Rangkaian Z J;; 13 keluar dari point pl, maka
Arus listrik adalah muatan listrik yang bergerak di dalam sambungan
lt "*, ke
rr+ 1r' Kalau arus yang masuk
dalam suatu titik dihitung positif
v;rrtg keluar dihitung negatif, dan
atau dalam komponen. Seandainya arus yang keluar dari suatu tempat lebih kecil maka jumlah arus pada setiap
,,t'lirlrr nol. Dengan titik dalam rangkaian
daripada arus yang masuk ke tempat itu, maka muatan di tempat itu akan terus definisi ini conioh tltit< pi dihitung:
I, + I, + It = 0 .Hal ini
rlrsclrut sebagai hukum Kirchhoff
mengenai arus (Kirchhoff,s current
2 law):
M...ng secara mikroskopis tidak benar kalau berbicara tentang gesekan. Yang sebenamya Untuksetiaptitikrangkaian,
terjadi adalah interaksi antara elektron dan atom bahan seperti misalnya tumbukan yang mana fl, =O (2.10)
energi elektron diberikan kepada bahan sebagai energi panas. Dalam situasi makroskopis Dengan memahami kedua hukum
rt'rri Kirchhoff di atas dan mengerti sifat
3
sepertinya terdapat gesekan antara muatan dan bahan yang dialiri. komponen yans ada
dalam ,;;il ;gk;,"r,"ffi; li-rl'Lrru",u,
' lt'ktnrnik bisa diselidiki. Daram pur"r
Resistivitas termis fir7, menunjukkan, berapa mudah/sulit energi panas P nrangalir antara dua
tempat dengan beda suhu 47". Terdapal hubungan linear seperti dengan resistivitas listrik: h' r r| lr n memakai ked ua hukum
i u.ffia
-" -' -' contoh rangkaian akan dibahas
r
fi..frf,ofi
,,, L.
R,n = l-ihat pasal mengenai pendingrn.
^T
|l

Sifat dari Beberapa Komponen


Elektronik

3.1. Prinsip-PrinsipDasar
Di atas telah dijelaskan mengenai voltase sebagai ukuran untuk besar
energi dari muatan yang bergerak dalam medan listrik, di mana medan listrik
tersebut menghasilkan gaya ya\g menggerakkan muatan. Berarti medan listrik
menghasilkan arus listrik. Dari penjelasan ini sudah jelas bahwa bila tidak ada
voltase maka tidak akan ada arus listrik; bila ada voltase, berarti terdapat medan
listrik dan ada kemungkinan terdapat arus lisrik, di mana besar arus tergantung
pada besar voltase tersebut dan dari bahan atau komponen yang dikenai voltase
itu. Dalam pasal ini hubungan antara besar voltase dan besar arus akan
dibicarakan.
Kalau mengingat situasi dalam mekanika, kecepatan gerak dari suatu
benda dihasilkan oleh gaya yang bekerja pada benda tersebut; tetapi menurut
hukum Newton, gaya berbanding lurus dengan percepatan, bukan dengan kece-
patan. Kalau membandingkan hal ini dengan situasi listrik, harusnya dengan
voltase yang tetap maka arus bertambah besar dengan waktu. Tetapi temyata
tidak demikian. Ternyata besar arus tidak ditentukan oleh suatu percepatan yang
tergantung dari voltase, tetapi kecepatan muatan tergantung voltase. Itu berarti
besar arus tergantung secara langsung dari besar voltase. Kenyataan ini bisa
dimengerti dengan adanya sejenis "gesek41"4 antara muatan yang bergerak dan
bahan yang dialiri sehingga kecepatan gerak muatan sebanding dengan gaya -
dalam hal ini berarti voltase - yang menggerakkannya. Situasinya seperti dalam
selang yang dialiri air. Kalau tekanan besar maka arus akan besar, dan kalau
tekanan kecil maka arusnya akan kecil. Tetapi selain dari tekanan, arus air juga
tergantung dari selang itu sendiri. Kalau diameter selang besar maka arus akan
besar, dan kalau selang panjang maka arus akan kecil sementara dalam selang
pendek maka arus akan besar. Kalau dalam selang dipasang alat lain, misalnya
kran atau jepitan yang menyempitkan aliran air maka alat itu juga akan menentu-

Lihat catatan kaki 2 pada halaman 8


Sifat dari Beberapa Komponen Elektronik t3
Daw Elekuttniktt

air tertentu pada konrpo-


selang' Dengan tekangan
kan besar dari arus air dalam listrik terdapat situasr yang
te.aafri;;;, tertJntu. Pada
nen tertentu akan ko'',pott"t' akan didapatkan
sama: Dengan voltase
(&;;il;;"e"*;;* dalam buku ini
arus d*;;; 'oltut"
arus tertentu. Ht'bt"'gui-"rrti'"'besar komponen elektronik
disebut sebagai rto'*io'i"f' il;* l*' u't'it dalam
zar yang dialiri'
'rut
bisa dimengerti dari .u*'g.rut muatan a.n .iiui-*il.toskopis
ffi
M enge na i Li,i e,'
.t.,iai:.r"ttan
&h'mengenu'
luulipasal
dalam
il
tt:::-*mli"t*Xlr::fi illxi'f
?:|,
dulu'
i
Gambar 3.2: Pada resistor terdapat hubungan
yang akan dijelaskan terlebih
hanya sifat dari beberapJto*ponti berbanding lurus ontara arus dan voltase.

V
V=R.l eR= (3.2)
3,2. Resistor 7
Dalam (3.2) sebelah kanan terdapar definisi untuk resistivitas:
resistivitas R adalah perbandingan antara voltase dan arus.
3,2.1. Lambang dan Bangun Resistor salah satu
elektronika' resistor dilambangkan dengan Persamaan (3.2) |uga disebut "hukum Ohm". Satuan dari resistivitas
dalam'*"*U"t :lt' yaltu
Dalam rangkaian yang ada di
v"'g it'a"pat adalah Ohrn, disingkat dengan huruf Yunani omega besar, bentuknya: fl. I Ohm
dari lambang-lambang tetapi paling sering.ber-
u*u.g"ii.rrrk,
sebelah kiri. Resistor 'aln!u" uJung' = 1O adalah resistivitas yang terdapat kalau voltase sebesar lV menghasilkan
bentuk silinder t"til"i#;",;;i;L
satu sambungan pada masing-mastngmenunjukkan arus sebesar 1A. Berarti untuk satuan dari resistivitas terdapat persamaan satuan:
ttL"g"i"ioit' *u'ou unruk diperlihat-
Silinder ini diberi li"g[];T;'*;*t contoh resistor
dij'hJX;Tl1i1^',"':!::iir'*"e*p*
sifatnya seperti t*l=o=x (3.3)
ffiffi;;"-bai :.t, Yaltu di sebelah kanan' Resistivitas juga disebut sebagai tahanan dan besar resistivitas

rt menunjukkan berapa kuat suatu komponen (misalnya resistor) menahan


arus. Kalau resistivitas besar, berarti daya untuk menahan arus juga besar
sehingga arus menjadi kecil atau voltase harus besar untuk mendapatkan arus
tertentu.

+ilM
Gambar 3.1: Sebelah kiri lambang
resistor' sebelah kanan
contoh komponen'
Dalam (3.1), selain voltase, arus bisa juga dipilih sebagai variabel y dan
voltase sebagai variabel x. Dalam hal ini terdapat konstanta k yang berbeda.
Konstanta k yang didapatkan dalam situasi ini disebut sebagai konduktivitas G.
Selain resistivitas R, konduktivitas yang dilambangkan G juga sering dipakai
untuk menyatakan hubungan antara arus dan voltase dalam resistor. G adalah
nilai kebalikan dari R. Terdapat rumus sbb.:

3.2.2. Sifat Resistor, Definisi Resistivitas hubungan linear I=G.ttec=L,YR G=l (3.4)
berbanding lurus atau
Pada resistor terdapat hubungan 3'2' yang secara
aut u,o',lJJtni- aipJtur'utkan dala-m gambar Konduktivitas G diukur dalam satuan Siemens, disingkat dengan huruf
antara voltas"
rumus terdaPat bentuk: (3.1) S besar. Kalau resistivitas sebesar lc), maka konduktivitas seb'esar 15. Berarti
j=k'x terdapat persamaan sbb. untuk satuan dari konduktivitas:
bisa dipilih sebagai variabel
y dan arus
Dengan bentuk ini voltase R dan terdapat tcl=s=+ (1..s )
I air"U"t.Jrittiritut
sebagai variabel r. Ouf"'-'tuii"it""r"r"
persamaan sbb.:
Dasar Elektronika
t4

arus' Berarti
Konduktivitas adalah kemampuan untuk mengalirkan akan Tabel 3.1: Kode warna Tabel 3.2: Kode warna untuk
padla komponen itu (misalnya resistor)
kalau konduktirritas Uesar, muku uru' pada resistor. toleransi pada resistor.
besar.
memakai lingkaran Angka warna
Besarnya resistivitas ditulis pada resistor dengan
Warna toleransi
1 perak
berwarnaseuagaikodewama.Lingkaranpertamamenunjukkanangkapertama
-lingkaran ketiga menunjukkan Coklat + l%o
icedya
dan lingkaran t"a,ru -.r,rrirkkan"angka I ernas Hitam + 2%o
kepada dua angka pertama. -Lingkaran
berapa banyak nof nu-, Jitarnbahkaln 0 hitam Emas x
ketiga bisa juga dimer[etti--tttugui.pu"e.tul
dari l0 yang merupakan faktor 5Yo

iari kedua angka pertama' Misalnva: I coklat Perak * l00a


pengali unhrk bilang;?;;;;td;atkan
2', lingkaran kedua menunjukkan 7 dan ling- 2 merah Tanpa warna * 20%o
linskaran pertama -.n,-i,;"fk"
;;.';;;6;;;;"jrttu" +, maka resisiivitas vang dimaksud adalah: 3 orange

2 7 . 0000 =27 0000:270k5) 4 kuning


(,!*H;1,) 1r,"fj;:i) (l'i,YJi':i) 5 hiiau
6 biru
Atau bisa juga dibaca:
7 ungu
2 7 ...'1.04 , =27'104 :270kcf
r lincfaran \ /lingkaran) (lingkaran-l 8 abu-abu
zJ - zJ I ketiga : 4./
lpii,iiiiii: [teJua 9 Putih
Hubungan antara warna dan angka yang
dimaksud dijelaskan dalam
pingkat dalam lingkaran ketiga,
tabel 3.1. Angka -f aun -ifrun'a dipakai tlUugul Tabel 3.3: Nilai-nilai yang terdapat dalam tiga deret norma 86, E l2 clan E24.
*irulnyu artidari merah, ungu, emas adalah sbb':
('to-')/tot) =2lct E6, Et2,
2 7 r20yo rt0%
824,
+5%o
F,6,
+20o/n
Et2,
+lUyo
E24,
(.Ji?giili) (,Ut[l:l) iringka;;ketiga=-r)
*5%o
1.0 1.0 .0 J.J J.J
Lingkarankeempatmenunjukkantoleransidariresistivitastersebut. .l 3.6
Untuktoleransiterdapatkodewarnasepertidalamtabel3.2.Padaresistor
Dalam situasi ini
1.2 .2 3.9 3.9
lingkaran warna'
dengan toleransi ty, itau 2o/o, tetdapat lima .3 4.3
,urnu ,uju',hunyudi tigu llngkaran pertama dibaca sebagai
cara membacurryu 'ini 1.5 1.5 .5 4.7 4.7 4.7
angka, lingku.u., t iiiu"u sebagai iumtatr nol yang harus ditambahkan .6
".-pui
perigarian) au., tinlutun terakhii mirupakan
kode untuk toleransi' 5.1
ii"il; 1.8 .8 5.6 5.6
Resistortidakdijualdengansembarangnilairesistivitas,.tetapinilai- .0 6.2
nornla'
nilai resistivitas yang terdapat Ji puru.u., diatur dalam deret-deret 2.2 2.2 .2 6.8 6.8 6.8
Terdapat deret E3,
"r.i, iii, 824, 848' 896' Angka pada nanra tlcrct
.4 7.5
2.7 .7 8.2 8.2
menunjukkanberapabanyaknilaiterdapatdalamsatudekade(misalnyadaril()
terdapat angka yang sarna,
haDya .0
sampai di bawah 10 o). ialam dekade berikut 9.1
dalam norma derer tcrdapat nilai
dengan orde yang ,"prii"t-t"ri hpat. Misalnya
NilaiZ-Z beraii terdapat iesistivitas sebesar O'22tl-'
2'2{l' 22{l' 22Ot''
2-2.
lipatan l0' t'}atla tabcl -l'-l
2,2k{1, dst., berarti t",aupuiresistivitas pada setiap
dalam deret norma E6'
l;-24 ElZ tlan '
ai*.;"f.f.r, nifai-"ifai ya"g terdapat
16 Dasar Elektronika n

3.3. Resistivitas Diferensial


Banyak komponen dalam elektronika tidak mempunyai hubungan linear
antara arus dan voltase. Misalnya pada bolam pijar, di mana terdapat hubungan
antara arus dan voltase seperti yang terlihat dalam gambar 3.3. Dalam situasi di
mana tidak ada hubungan linear antara arus dan voltase, definisi resistivitas tidak
cukup memadai untuk menjelaskan sifat dari komponen inr. Resistivitas tidak Gambar 3.4: Mengenai cteJlnisi tlari resistivitas
konstan, tetapi tergantung dari voltase/arus yang mengalir pada komponen itu. diferensial dan cara menentukan besar resistivitas
Dalam situasi seperti ini sering timbul pertanyaan: kalau voltase sudah sebesar /, diferensial dari grafik V terhaclap I.
lalu bertambah sebesar AV, penambahan arus A1 akan berapa besar? Biasanya
besar AV kecil dibandingkan dengan besar voltase V yang sudah ada. Pertanyaan
ini bisa dijawab dengan mudah untuk resistor biasa dengan hubungan antara arus AV
dan voltase yang linear sehingga resistivitas konstan: AT (3.8)
p=L=ov ou-L.LV.'LV=R.N (3.6) Ini secara matematis tidak persis sama dengan definisi
dalam (3.7), teta-
IAIR pi kalau LV dan A1 kecil, hasilnya akan cukup
teliti. Resistivitas diferensiar bisa
juga ditentukan secara langsung dari grafik
Dalam komponen yang mana hubungan antara arus dan voltase tidak l/terhadap l a".it"*p"nen
linear, garis lengkung dari grafik voltase terhadap arus bisa didekati dengan diteliti..Kemiringan dari tangen pada-voltase v akan*ru.rirrttufiesar yang
resistivitas diferensial. Jadi dengan menggambartan dari
tangen pada voltase V. Tangen pada voltase V adalah garis lurus yang menyentuh turg"n-'puau'g*fit puau
grafik pada voltaseIz dan mempunyai kemiringan yang sama dengan grafik pada voltase z dan menentukan kemiringun duiiguris
tangen itu, resistivitas diferen_
voltase tersebut. Tangen bisa dipakai untuk menentukan hubungan antara peru- sial akan didapatkan. Contoh sepertidalam gZmbar
3.4.
bahan voltase LV dan arus A1 yang kecil, seperti yang diperlihatkan dalam gam- Seperti resistivitas diferensial r, konduktivitas
diferensiar g juga bisa
bar 3.4. Kalau nilai dari AV dan A1 semakin kecil, maka akan terdapat definisi dideJinisikan sebagai konduktivitas yang ierdapat
kalau voltase dan arus berubah
mengenai resistivitas diferensial. Resistivitas diferensial r didefrnisi sebagai sedikit:
kemiringan atau turunan dari grafik voltase terhadap arus: dt Lt
dV
(3 7)
S=
*r 8=T/ (3.e)
dI Sifat, pemakaian dan cara menentukan besarnya
konduktivitas diferen-
Berarti resistivitas diferensial adalah kemiringan dari tangen pada grafik sial sama dengan resistivitas diferensial.
hubungan antara V dan 1. Atau dengan kata lain, resistivitas diferensial r pada
voltase V (atau arus 1) adalah kemiringan dari grafik hubungan antara l/ dan I
pada voltase V (atau arus 1). Unruk mendapatkan resistivitas diferensial pada
suatu voltase 4 voltase bisa diubah sebesar LV dan perubahan arus A/ yang
3.4. Dioda
terdapat bisa diukur. Maka resistivitas diferensial dapat diperoleh dari persarna-
3.4,1. Lambang dan Bentuk Komponen Dioda dan F,otodioda
komponen lain yang penting dalam elektronika
_Satu adalah dioda.
skema rangkuiul, glggu dilamiangka'n seperti
.?uluT dalam gambar i.S seUetair
kiri. Dari lambang sudah dilihat bahwa u.ruh u.o, mempengaruhi
sifat dari dioda.
Satu sisi dari dioda disebut anoda, yang rain
katoda. r.t"a"-ra" prda ujung
depan dari segitiga. Komponen dioda seiing
berbentuk silinder kecil dan biasa-
nya diberi lingkaran pada katoda untuk mlnunjukkan
posisi gurir-autu- ru,rr-
bang. Contoh untuk dioda seperti dalam gambai
Gambar 3.3: Pada bolam pijar tidak terdopat :.s aii.nguhltigu-to,npor",,
hubungan berbanding lurus antara arus don voltase f-"%

I _^ rr#;li=n**"}
18 Dasar Elektronika
l9

setelah gambar lambang adalah dioda dan komponen berikutnya adalah contoh
untuk satu fotodioda. Kalau bentuk dioda lain dan lingkaran itu tidak ada, posisi
dari kato'da dan anoda dapat diketahui dari bentuk komponen dan informasi di
buku data. Sifat dari fotodioda hampir sama dengan sifat dioda, hanya fotodioda
bisa memancarkan cahaya ketika dialiri arus. Lambangnya juga sama, hanya
ditambahi panah keluar untuk menunjukkan bahwa ada cahaya yang dipancarkan
keluar dari komponen ini. Lambang fotodioda diperlihatkan dalam gambar 3.5 -
sebelah kanan. Gambar 3.6: pendekatan untuk sifur dari
suatu dioda Si.
Katoda Katoda 0.7v
Lz. +F=---/@
+
Anoda
(q f7
Anoda
Sakelar ditutup
ketika V^oiu> 0.7V
Gambar 3.7: Rangkaian pengganti yang
mendekati sfat dioda dan cuiip tetiti uituk
mengerti sifat dari banyak rangkaian.

Untuk mendapatkan vortase yang dibutuhkan


Gambar 3.5: Lambang dari dioda dalam skema rangkaian (kiri), tiga contoh supaya arus mengalir, sakelar
tersebut dirangkai seri dengan sati sumber
untuk bentuk dioda dan satu contohfotodioda (kedua dari kanan). Paling kanan uottur"'r.ti.rggu fiii;;rangkaian
pengganti seperti dalam gambar 3.7.
lambangfotodioda. Lingkaran pada dioda menunjukkan posisi dari katoda.
Jadi sifat dari dioda berbeda jika arah voltase pada sambun gannya
berbeda. Sifat yang a*, mergutl
{nS.rj1n]<a1 hanya ke ,uru uruf, Uira dipakai
untuk mengubah arus uotit-uart m"nludia*s searah. satu contoh rangkaian
3.4.2. Sifat Dioda
sederhana yang menghasilkan sifar inidiperrihatkan
Sebagai pendekatan pertarna bisa dikatakan bahwa dioda mengijinkan dari rangkaian ini memang menunjukkan
duh;-g;;;i. :.s. Hurit
arus untuk mengalir ke satu arah saja. Ketika anoda mendapatkan voltase yang fahwa voltase bolak-barik pada input
yang berbolak-batik antara positif ian
lebih positif daripada katoda, maka arus bisa mengalir dengan bebas. Dalam negatif menjadi vortas e yangseralu posi-
ti{- tetapi output ini belum merupakan aris
situasi ini dikatakan dioda dibias maju. Kalau voltase dibalikkan, berarti katoda DC yang baik, dalam arti memiliki
voltase yang konstan. Dalam pasar mengenai
positif terhadap anoda, arus tidak bisa mengalg: kecuali suatu arus yang sangat pow-ursupply, ,r.", Jiticarakan
rangkaian untuk menghasilkan voltase OCl,ang
kecil. Dalam situasi ini dikatakan dioda dibias balik atau dibias mundur. Arus lebih baik.
Kalau sifat dari dioda yang dibias maju diteliti
yang mengalir ketika dioda dibias balik disebut arus balik atau arus bocor dari lebih rinci dengan arus
terlalu besar, maka terJapat sifat h"_pi,_;;;i,
dioda dan arus itu begitu kecil sehingga dalam kebanyakan rangkaian bisa di-
ffr,lo"o liang ,*r"r dengan
abaikan. Arus bisa mengalir ke arah segitiga dalam lambang skema rangkaian.
Supaya arus bisa mengalir ke arah maju, voltase harus sebesar =0.7V pada dioda
Silikon (disingkat dengan Si) dan =0.3V pada dioda Germanium (disingkat
dengan Ge) dan voltase yang lebih besar lagi untuk LED, Kalau voltase lebih
kecil daripada batas-batas tersebut sebenamya juga terdapat arus, tetapi arus itu /^#
vv n_A.r
kecil. Hubungan antara arus dan voltase bisa digambarkan seperti dalam gambar input
3.6. Tetapi perlu diperhatikan bahwa sifat seperti yang dibicarakan dalam alinea
ini merupakan satu pendekatan, walaupun pendekatan ini cukup baik untuk dipa-
+ output

kai dalam banyak situasi, yang berarti sifat dari banyak rangkaian bisa dimenger-
ti dengan pendekatan ini. Kalau memakai pendekatan ini, sifat dioda bisa
dimengerti juga dengan memakai satu rangkaian pengganti, yairu sahr sakelar
yang terbuka ketika dioda dibias balik dan tertutup ketika dioda dibias maju. Gambar-3.8: Pengaruh rangkaian den2;an
satu dioda pado voltase bolak_balik.
20 Dasar Elektronika \{oLtl
Zt

Misalnya bagian AC dari voltase campur


,=,a(r) (3. r 0) adalah voltase cosinus dengan
[e*(h)-') amplitudo vo-0-005Y (=5mv), maka
dengan amplitudo sebesar
terdapat arus AC dalam bentuk sinus
Di mana:
/6 : Arus dioda pada arah bias balik, berarti arus bocor t, =:I/^= 0.005V = 0.00144, = l.4mA,
I: Suhudioda 3fO
fisik: Vr = tL = * V (pada suhu r20'C)
berarti amplitudo arus cukup besar dengan
Z7 : Konstanta resistivitas yang
'e040 pada AC hanya sebesar resisrivitas diferensial :,oo (aruunai.rg'iooobekerja
bagian DC)' Berarti dioda .,rr*t
z : Satu konstanta antara I dar.2 ini hampir tiaak-merupakan hambatan untuk
arus AC
tersebut.
Berarti arus terhadap voltase dalam dioda sebenarnya merupakan satu
fungsi eksponensial. Sifat dalam pendekatan pertama pada alinea pertama dari Terdapat satu sifat dioda. lagi, yaitu
ketika voltase balik pada dioda men-
jadi terlalu
pasal ini merupakan satu pendekatan dari kurva eksponensial ini. Kalau voltase besar. Daram sit,asi iniiera"iiii*"r through.i;iatr-iri*
through,
masih di bawah voltase minimal yang disebut di atas, arus dioda masih kecil dan arus akan naik menjadi besar. Dioda
biasanya rusak karau hal ini tedadi,
dioda yang sudah dirancang untuk memakai kecuali
akan bertambah dengan cepat kalau voltase sudah mencapai voltase minimal sifat break throughini. Dioda yang
tersebut. Berarti di atas voltase minimal tersebut arus akan langsung naik jauh dirancang untuk memakai sifat treat
througlt ini adalah dioda Zener.

ketika voltase naik sedikit, yang berarti resistivitas diferensial , = 1\ W"lt.


dt 3.4.3. Dioda Zener
Kalau arus semakin besar, perubahan arus pada perubahan voltase yang sama Dioda Zener merupakan saru jenis dioda
akan semakin besar, berarti resistivitas diferensial akan semakin kecil. Dengan khusus yang juga bisa meng_
alirkan arus ke arah sebaiiknvu. tniuurg'dioda
definisi untuk resistivitas diferensial (persamaan (3.7)) dan (3.10) terdapat rumus gambar 3.9. Bentuknya sama dengan
Zenei;;;;#;", daram
dioda b"iasa.
pendekatan untuk resistivitas diferensial dioda rdpada suhu biasa (=20oC) sbb.:
Sifat dari dioda Zener.sama dengan
sifat dari dioda biasa, hanya dioda
,. =vr.^
's =*v.* *u (3.1I )
Zener dirancang untuk memiliki vottase
breat through p"a" ,"i tertentu.
I I = I voltase-break- through pada dioda "r" Zener.
2.n". uiuru disebrit ,.t"g"r ,;r;;r.
Dioda Zener biasanya dipakai puda u.ah
Dalam (3.1l.) terlihat bahwa resistivitas diferensial dioda ra semakin batit s"hinggu ,otii." pior oioau iri
konstan sebesar voltase Zeneraya.
kecil ketika arus pada dioda semakin besar. Persamaan (3,11) merupakan satu
persarnaan pendekatan yang hanya memperhatikan sifat dari sambungan pn
dalam dioda, tetapi tidak memperhatikan resistivitas bahan dari dioda. Kalau Gambar 3,9: Lambang tliocla Zener. .

resistivitas bahan dari dioda juga diperhatikan, rumus (3.11) berubah menjadi:

Lv.* i
ra =L7-+ Rouy^ (3.12) I

Besar resistivitas diferensial sering lebih penting dalam rangkaian dari-


pada besar resistivitas. Sering terdapat voltase campur pada dioda; atau lebih
tepat kalau dikatakan: "sering dipakai voltase campur pada dioda". Seandainya
suatu dioda kena voltase campru dengan bagian DC sebesar 0.7V dan terdapat
arus DC dalam dioda sebesar x7mA, maka resistivitas diferensial r = 3.6C1.
Kalau memakai rumus untuk resistivitas R maka terdapat resistivitas sebesar:

p=L=o'7v =1ooo.
I 7mA
4
Pembedaan Bentuk Voltase dan Arus

4.1. Arus Searah dan Arus Bolak-balik

4.1.1. Definisi DC (Searah) dan AC (Bolak-balik)


Mengenai perubahan voltase terhadap waktu, ada berbagai kemungkinan yang
perlu dibedakan.

Kalau voltase itu konstan dan tidak berubah-ubah, berarti setiap saat
memiliki nilai yang sama, voltase itu disebut voltase DC. DC adalah singkatan
dari kata Direct Current (arus tetap) dalam bahasa Inggris. Arus yang dihasilkan
voltase DC pada resistor disebut arus DC, berarti arus DC adalah arus yang
konstan dan tidak berubah dengan waktu. Kalau menggambarkan arus atau
voltase DC dalam grafik voltase/arus terhadap waktu, maka akan didapatkan
gambar seperti dalam gambar 4.1.
Voltase yang berubah pada setiap perubahan waktu, menjadi positif dan
kemudian kembali menjadi negatif lagi sehingga terdapat voltase rata-rata nol,
disebut voltase AC (Alternating Current) atau voltase bolak-balik. Kalau voltase
ini digambarkan dalam grafik voltase terhadap waktu, maka terdapat suatu garis
yang berosilasi antara atas dan bawah dari garis nol. Bentuk garis itu (bentuk
'i dari fungsi voltase) bisa bermacam-macam. Dalam gambar 4.2 diperlihatkan
.t
;I beberapa bentuk voltase/arus AC. Arus AC didefinisikan sesuai dengan voltase
:l
AC.

Gambar 4.1: Voltase / arus DC


?

Dasar Elektronika Pembedaan Bentuk Voltase dan Arus


24 25
;
i
I

I V (t) = Vo, + Vo.sin (ror +


9) (4.2)
di mana Vep dan Z6 merupakan konstanta.
{

4.1.3. AC dalam Bentuk Sinus/Cosinus


Dalam teknik dan dalam teori rangkaian vortase atau arus, bentuk
sinus/cosinus sering dipakai. voltase ini merupakan salah sahr voltase
AC. Jika
berbicara mengenai voltase/arus AC, sering ying dimaksud adalah voltase/arus
berbentuk sinus/cosinus, sehingga fungsi voitasJ terhadap waktu adalah
fungsi
sinus atau cosinus. Jika voltase terhadap waktu digambarkan dalam grunt,
,,.,ultu
terdapat gambar sinus/cosinus. Fungsi dari voltase berbentuk sinus/fosinus
ada-
Gambar 4.2t Tiga contoh untuk vol- lah sbb.:
tase/arus AC.
r,(t) = ro 'sin (ror - 9); I (t) = 1o.sin (or - 9) (4.3)
V (t) = I/o 'cos (or/ - <p) ; I (t) = to.cos (r,rr
- 9) (4.4)
4.1.2. Voltase/Arus CamPur di mana:
Seringterdapatsituasidimanavoltase/arusACterjumlah(tercampur) v(t) / r(t)
Voltase/arus pada waktu t
untuk voltase campur yo/lo Amplitudo atau voltase/arus puncak
dengan voltasl/arus bc. oulu* gambar 4'3 dua contoh dari voltase/arus sinus
difJrlit attan. Dalam situasi ini tirdapat voltase DC yang tidak konstan, tetapi (D Frekuensi putar dari voltase sinus (bukan frekuensi!)
berubah-ubah. Voltase ini bisa ditulis: q Pergeseran fase
(4.1)
V (t)=Vo, +Vnr(t) _ Dalam gambar 4.4 dan gambar 4.5 voltase/arus sinus/cosinus diperlihat-
di mana kan menyertakan beberapa simbol yang dipakai dalam persamaan untuk volta-
,/DC : voltase searah yang konstan (Voc: konstan) se/arus sinus/cosinus seperti dalam persamaan (4.3) din
@.\. Besaran waktu
f or(l , voltase bolak-balik yang berubah-ubah terhadap waktu

Kalau arus bolak-balik adalah voltase sinus, maka terdapat fungsi


vol- v(v)/t(^)k-r-l
tase sbb.:

l'0.5 rlA I t(det)


0
-0.5
-l
- 1.5
1

Gambar 4.4: voltase/arus AC daram bentuk sinus crenganfrekuensi putaran


I
Gambar 4.32 Dua contoh untuk vol' at: t.5 j . ,ataufrekuensif =0.24 |det ,"
,aoramplitudeyo:2V/A.
det
tase/arus DC ditambah dengan
Persamaan untuk bentuk voltas e ini aclal ah. : V (t) sin (rrll _ g)
voltase/arus AC. (Voltase/arus campur)
.
= Z6
Pembedaan Bentuk Voltase dan Arus 27
Dasar Elektronika
26

cosinus'
Gambar 4.5t Voltase berbentuk
V (t\ = Zo ' cos (ror - 9) vlt)
kalau berbicara tentang
didefinisikan sama seperti
osilasi 7 dan frekuensi / aan }as" t. Berarti terdapat hubun ga n
os ilasi (sepert i u*ptitua"l
r.l'tl,i";i;;;..r Gambar 4.62 Menggambarkan arus dan voltase denganfasor berarti meng-
gombarkan arus/voltase kompleks dalam bidang bilangan Gauss. Besar sudut
sbb.: naik dengan waktu, berarti panah berputar.
(4'5)
Ztc- r-1-t
I =-; i :--
oTLtr an kompleks. Semua persamaan mengenai arus dan voltase tidak berubah kalau
Kompleks memakai bilangan kompleks. Misalnya terdapat resistivitas R dan voltase
dengan Memakai Bilangan V(t): yo"io't, maka ada arus (l) yang mengalir sebesar:
4.1.4. AC dalamBentuk Cosinus dalam bentuk
banyak situasi didapati
vortase atau arus Ac dalam
cosinus. Sebab itu t"o'i'it"g""ai
voltase atau arus AC biasanya
menunjuk
rangkaian
pada
voltase ,(i=*=ry=roei* (4.8)

voltase atau arus ec airi"


f'"'*r ;;-';*t" ruiu" auru* suaudalam bennrk cosrnus Kalau dalam suatu rangkaian hanya terdapat resistivitas-resistivitas real
tidak memiliki bt"# ;;;t"*''-tiu'if dari 'penvelidikan
tetap bisa dipakai, k";;ili;;
ii'e'i p"il'iiilj'" Jia"p'tkan sebagaijunrlah R, sama saja memakai bilangan kompleks atau bilangan real. Kalau terdapat
aurr i"t'gutt memakai deret Fourier' kapasitansi dan induktivitas dalam rangkaian, perhirungan menjadi lebih seder-
dari fungsi-fung'l 'o"i"i 'i''" hana dengan memakai bilangan kompleks. Perhitungan dengan kapasitansi dan
Karau semua p"t'rrun
gu,, u"
iryYi.::i::l#'^H,Til,Tffi ff :TI; induktivitas akan dipahami dalam pasal mengenai induktivitas dan kapasitansi.

:n';m;:ru"X'tsi3; fii
ri'r:"" ;;;pl;Lt
;J;: ec t"'u""tuk' cosinus
atau dengan memakai
Kalau voltase/arus dalam bilangan kompleks digambarkan ke dalam
bidang bilangan Gauss, maka terdapat diagram panah atau Fasor. Besar dari
dengan memakai bilangai
serins dinyatakan
fasorTdiagram panah'
"l'Jfi Dengan
amplitude (misalnya Vs) digambarkan sebagai panjang panah dan sudut (orttg)
r :-^ r-^-^li ,rohrrlrr nemakaian bilangan kompleks' merupakan sudut dengan sumbu real. Pada bagian mendatar terdapat
",1rffi*t11':iix':"ffiil';:p"i""i"rvangimagrner I/u cos(tot t g) . Oi dalam fasor, dua voltase I dua arus bisa dijumlahkan sebagai
*-,,JiI'il:-#f
cosinus dan stnus: jurnlah vektor saja. Dengan menjumlahkan vektor terdapat jurnlah yang benar
dengan fungsi (4.6) seperti pada perhitungan bilangan kompleks. Dalam gambar 4.6 diperlihatkan
clitul is seba- cara menafsirkan fasor.
bentuk cosinus, voltase
:;J:ffi[n vortase
.dalp
dengan eksponen imaginer:
\
Dalam gambar 4.7 diperlihatkan satu contoh dengan arus 11 dan arus 12
tu;#;;;;;nsial
gai bagian real dari yang masuk ke dalam satu titik dalam rangkaian, sehingga dari titik itu akan ada
anrs yang keluar sebesar l;lr+lr. Di sebelah kiri digambarkan 11, di tengah
v (t)--Re(rzoei(''-*)) $."7)
digambarkan 12 dan di sebelah kanan digambarkan l,:lt+12. Perlu diperhatikan
= /n cos(r'rt e)
-
= ne(/o (cos(ror -q) +isin(o' -a))) bahwa sudut panah sebenarnya merupakan sudut dalam pangkat fungsi ekspo-
cosirttts dinyatakan nensial atau sudut cosinus. Sudut ini berubah dengan waktu sesuai dengan
Dalam persamaan (4'7) voltase dalam bentuk tlcngan rumus: g = o:, * ry. Besaran otl menunjukkan bahwa panah berputar dengan
fungsicksponctrsiul
dengan memakai biht;;;;*;fi*'' eagian''"uiiuri
volta;; ittutnti* tu*i"t't tlalrrrt (4'4)' kecepatan sudut o. Kalau frekuensi dari kedua voltase/arus sama, maka besaran
ot;il ;t',,? a"ngu; tlipakar untuk
eksoonen imagrner orl akan selalu sama untuk kedua tambahan. Baik kedua tambahan maupun
..Re., ridak i,Liir.'t;,"d turru uirung* konulcks
Biasanya bagiu, rcirl tlur i bilang-
menggambartun uottu'l
ult' "*''l'^' dimuttsuJ-'ctalu
Pembedaan Bentuk Voltase dan Arus 29
Dasar Elektronika
28
Jadi fase r/r dari arus sama dengan fase y2 dari voltase. Dalam situasi
ini daya listrik yang diberikan kepada resistor bisa dihitr,rng dari (4.10) sampai
(4.12) dengan Vr : Vz dan o1
: ol2, sehingga didapatkan hasil sbb.:
P (t) = R/62 cos2 (r,rr + y, ) (4.13)
atau:
rt 2

e(r) cos2 (rot + ry, ) (4.14)


ot+Vr
=
f
1r(l) Dari (4.13) dan (4.14) dapat dilihat bahwa daya berubah-ubah dengan
cos2. Perubahan daya ini biasanya cepat. Kalau frekuensi sebesar 50Hz yang di-
pakai dalam sumber daya listrik, periode dari perubahan ini sebesar 100H25.
Karena resistor memiliki kapasitas panas, maka perubahan daya yang cepat tidak
*'
"rlro",
4.1 ; D
.Gambar 4.1" u a a ru
Dua-arus
suclut
s |l'(t)
at
Q ddan
1
/'),.!"u" r-"""
an'L:tv
amplitudo"le'
:y;
: : ! i ,lrik, t''o'tn, ::'; :;;:: ,:;:*'
I':, 2 rtipakai
f, Xf aras
untuk akan mempengaruhi pemanasan resistor. Yang menentukan panas resistor adalah
dayarata-rata yang diberikan kepada resistor. Daya rata-rata itu diperoleh dengan
-
ffasor) dengan
I fi) dan
'' 'y 'tnn
ii' i"i'i '[n untuk iunilahnva'
i dipakai menghitung usaha 14/ yang diberikan kepada resistor dalam selang waktu t, di
''t[tl mana besar dari selang waktu , sebaiknya dipilih sebagai waktu periode dari
ro' Biasanya panah digam- voltase bolak-balik. Karena usaha dalam setiap periode I sama, maka terdapat
berputar dengan kecepatan sudut
iumlah sebenarnya daya rata-rata yang tidak akan tergantung dari waktu awal di mana perhitungan
'barkan untuk waktu I = 0'
dimulai. Usaha I( dalam waktu satu periode sebesar:

w =i e(t)at (4. t 5)

4.2. DaYaArusBolak-Balik
daya listrik:
t=O

Kita telah belajar tentang (4.e) Daya rata-rata P terdapat kalau usaha W yang timbul dalam selang
wakru Idibagikan dengan besar dari selang waktu ?n:
P =V'l tertentu akan berubah
yayqp.uq: tu* saat
Daya ini merupakan daya
ketika arus dan / atau
ru harus ditulis:
tJlt"*t;;( sJuuu
(4.10)
n =|i roo, =lio,'cos2 (r'rr+Y)dr
(4.16)
P(r)= rz(r)'r(r)
Dengan I/ dan I dalam
bentuk cosinus maka terdapat: =i^n'i..r'(cor+ry)ar
(4'11)
P(r)=lzocos(ro1f+V,)'1ocos(r'ul+Vz)
tetapi sering yr dan Vz Karena
lni bisa menulis to saja)
Biasanya ror = roz (dala*
'ltou'i cos' (r,rl + ,1l) = + cos (z (orr *,tl))) (4.t7)
berbeda. +(l

4,2.1, Kalau Fase Sama resistor R, hukum Ohm


Z(t) dan arus l(t) Pada
Kalau terdapat voltase
berlaku, dan:
+ rY2)
V (t) =R'1 (l) = R/o cos(ol (4.12)
5 cos2 (arr + ry)= j(r *.*(z{ox + ry)))
bcos(ort + v')
e /(r) ='+=
Dasar Elektronika Pembedaan Bentuk Voltase dan Arus 3l
30

n =|i rav,=li* r'?(t)dt =


^ +i,'(t)at
= n.P* (4.21)

Dari kedua ruas kanan (4.21) diperoleh besar arus efektifi

(4.22)

kalau tidak
voltase cosinus terhatlap waktu Seperti daya rata-rata bisa dihitung dengan memakai (4.13), daya ruta-
Gambar 4.82 Daya clari arus dan voltase'
pergeseranfase antara arus tlan
acla rata bisa juga dihitung dengan memakai (4.14). Dengan cara ini terlihat daya
rata-rata tergantung dari voltase. Voltase efektif bisa didefrnisikan dengan cara
yang sama seperti cara mendefinisikan arus efektif:
maka Voltase ajeg V yang menghasilkan daya yang sama dengan daya yang
T ,T- dihasilkan oleh voltase bolak-balik disebut voltase efektit (Vetr).
2 ry)dr *|i.",(zto,r + rv))dr
(<or +
J
0
"ot
=
li,o, Dengan definisi ini terdapat:

r l[
- 2'21fi.m(z(,r.,Y))1.
--L-l

=0, karena sin Perio(ik


dengan Perlode z'r
(4.18)
V"[ =
W,
Untuk voltase dalam bentuk cosinus (V (r) = Zo
(4.23)

cosrot) , terdapat voltase


T
-2 efektif:

(4'16) maka terdapat daya rata- t/ vo


Dengan memasukkan
rata untuk u*, uotut-uiltt
( '18) kedalam
i"fl- il"""t cosinus dengan tidak ada
pergeseran 'ef -
o (4.24)

fase antara arus dan voltase:


4.2.2. Kalau Fase Berbeda
t =l*';
(4.1e)
nri\ "os' (orr +'Y)d t = | rui
o=
| Dalam untai dengan kapasitansi dan induktivitas, biasanya fase dari arus
berbeda dengan fase dari voltase. Untuk mempermudah perhitungan, kita anggap
Dc) yang sebesar = fase dari voltase ry1:0, sehingga fase dari arus y2 merupakan perbedaan fase.
searah (arus
Daya ini sesuai dengan arus '* #' Anggapan ini tidak mempengaruhi hasil perhitungan karena daya rata-rata tidak
berubah kalau waktu awal dari perhitungan digeserkan. Kecepatan putaran o)
l. G'20)
p =LRIo' = ntltr untuk arus dan voltase sering sama: rrlr : @z: ro. Maka dengan semua penetapan
ini dari (4.11) didapatkan:
Arus ajeg I vang menghasilkan
dava yang t"Ti 9:19t: dava yang
mempunyai .u*u uirt efektif (1,7)' Untuk arus P(t) =Volocosat'cos(c,rr+ Y, ) (4.2s)
dihasilkan oleh arus uolari-ualrk
terdapat besar dari arus efektif:
,* = Faktor cos(rol + y, ) bisa diubah sbb.:
bolak-balik dalam bentuk cosinus #
cos (rrlr + Vz ) = cos ror
.cos y, - sin ror .sin y, (4.26)
lain' definisi arus efektif sama:
Untuk arus bolak-balik dalam bentuk
dava vans sama dengan dava Dan @.25) dan (4.26) didapatkan:
arus efektif sebesar ;5;';;-grqt^15"n dari arus
Itu'.Untuk menghitung besar
;;;;i;t:bahk
yang dihasilkan oleh P (t) = Vo I, (costy 2' cos2 c,tl - sin rp,' cos olr' sin otl ) (4.27)
'"i"'f,ii perhitungan daya pada (4'16):
r*r, kita ingat
Dasar Elektronika Pembedaan Bentuk Voltase dan Arus -1 1
32

maka didapatkan daya rata-rata dengan pergeseran


P.' daya dalam satu periode harus fase V antara arus dan
Llntuk mendapatkan daya rata-rata voltase:
terdapat daya tata-rata"
diintegasikan. Dengan $'21) dilam(4'21) P =V4,lq, costy2 (4.32)
e =li,ttu, Dengan (4.32) kita memiliki satu rumus untuk menghitung daya yang
diserap oleh suatu rangkaian atau alat listrik yang memakii u*r AC, t"tupi
voltase dan arus pada alat itu tidak sefase (seperti misalnya lampu neon yang
= ,.,. .cos ' <oldr-|sin\Y2'cos.,/''i"'rOr) $'28) memakai ballast biasa). Perlu diperhatikan bahwa arus dan voltise bisa besar
+{i."s\r,2 dengan daya rata-rata yang kecil kalau pergeseran fase mendekati 90, sehingga
I ,
P = /o1o{cosY,7{"ot <otdl
t', - sinry,
Ii"",,'
''io'lal) cosinus mendekati nol. Dilihat bahwa dalam situasi ini daya menjadi porltir
beberapa saat dan kemudian kembali menjadi negatif selama bebeiapa waktu
= s_eperti dalam contoh pada gambar 4.9, di manapergeseran fase sebesar 90o (satu

Pada (4.28) terdapat dua integral


yang dijurnlaql": l"t",Ct1l pertama firngsi digambar sebagai sinus dan satu fungsi digambar sebagai cosinus). Kalau
y"d;J&t aul* (+'rIl' Hunyu di sini ada satu faktor daya positif berarti usaha diberikan kepada alat (kompone.rl tist it dan ketika
sama dengan integral
pergeseran fase antara arus daya negatif alat (komponen) listrik itu mengeluarkan daya menjadi tenaga
i, i.pun irl"gtut itI' nuno' ini menunjukkan voltase yang listrik. - Situasi pada waktu iru sepeni pada catu daya yangmana arah voltase
""r*, t"""tlukkan berapa besar bagian dari arus dan
dan voltase. dan arus juga berlawanan sehingga terdapat daya negatif. artinya catu daya tidak
"ory,
tidakmemilikipergeseranfase'Kalaupergeseranfasenol'berartiry2:0'faktor
yang sama seperti dalam pasal
menyerap daya, tetapi memberikan daya kepada komponen yang lain. Hal ini
ini menjadi satu dan a"tii*gt"iln'^"*#'
hasil -
berarti alat atau komponen yang memiliki pergeseran iase antara arus dan volta-
dalam
Dengan perhitungan yang sama seperti
di atas dengan pergeseran fase nol' senya bisa menyimpan energi listrik dan dikeluarkan beberapa waktu kemudian.
(4. 1 8) darilntegral pertama didapatkan:

.os'(ot+v)dr=|to'Y' (4'29\ rorcos(orr-90o) )


.or*rlf
,o
perkalian antara sinus dan
Pada integral kedua dalam (4'28) terdapat 90". Dalam
cosinus, berarti t".aupui-Juu fungsi cosinu, yure fasenya tergeser
,i**d"t ptikuliun.digambirkan' Di situ terlihat bahwa I

gambar 4.9 dua fung'i negatif' Integral dari lcos ol)


perkalian mempunval ;1t i"tiitr ai" bagian yang
itu) mempunyat
oerkalian terhadap *;; al';t dI ia*ah grafik dari perkalian
harga mutrak dari bagian
lcosarrsincol =sin2rot
ffiffi;#;[#il;;;;";t
positif dan bagian
""guiir'
Karena
-i'ku iutu-.uta integral lersebut
meniadi nol'

Kalau dihitung
""fii;r";
terdaPat: Gambar 4.9: Fungsi cosinus dan si-
r r t- ntts dengan perkalian antara dua
!sin >ito''''sinrotdt =iJsin2orrdl = Q (4'30)
cos<rrt'sinrot = 2at fungsi ini.
2-- 'n ''o
F
Dengan (4'29) dan(4'30) di dalam (4'28) terdapat dayarata-raa "

p= l - costy (4'3 1)
o z
,Vol
voltase AC dalam bentuk sinus
Dengan memakai voltase efektif untuk
( 1o )
Ac daram bentuk ' -
'i"u' l'*-Jr)
={;-;;:-s erektir untuk arus
lr,,
5

Teori Rangkaian

5.1. Beberapa Rangkaian Dasar

5.1.1. Rangkaian Seri

5.1.1.1. Arus dan Voltase dalam Rangkaian Seri


Kita akan menyelidiki rangkaian seri dengan dua komponen yang di-
sambung dengan sumber tegangan (berarti dengan sumber tegangan terdapat tiga
komponen dalam rangkaian ini) seperti diperlihatkan dalam gambar 5.1. Karena
ini rangkaian seri, maka hukum Kirchhoff mengenai voltase menyatakan bahwa
jumlah voltase pada semua komponen (termasuk sumber tegangan) nol, atau
dengan kata lainjumlah voltase dari dua komponen yang kita perhatikan sebesar
(harga mutlak dari) voltase sumber tegangan:
Vs =V, +V, (s.t)

Gambar 5.lz Rangkaian seri


dengan dua komponen.
Tbori Rangkaian -)t
Dasar Elektronika
36

sama besar
arus terdapat arus 1 yang
Dari hukum Kirchhoff mengenai
dalam semua komPonen' dari dua kompo-
sama walauoun ada lebih
Semua pedelasan ini tetap (5'l) perlu tambahan-
uu"vurt komponen' rumus Gambar 5.22 Rangkaian seri dari dua resistor
nen. Hanya saja, oengarii"iitt
sesuai dengan jumlah komponen'

ffi<>[
f"gi dengan resistivitas R1 danRT dapat diganti
,'".U"t
", dengan satu resistor dengan resistivitas

Dua Resistor & = rer +&.


5.1.1,2. Rangkaian Seri dengan arus
resistor' maka hubungan antara
Kalau kedua ko"'po""n merupakan R1 dan R2 sesuai dengan
aun R2 dengan resistivitas
dan voltase dalam resisto'ht lrr= h I\ (5 5)
hukum Ohm: (5'2) Vz = Rz'l )
Vt = Rr'l; Vz = Rz'I Dari (5.5) terlihat bahwa perbandingan voltase sama dengan perban-
Karenaaruslsamabesardalamkeduaresistor,makadari(5'2)langsung dingan resistivitas seperti dalam (5.3). Hanya di sini terdapat perbandingan
hubungan u"uiu pt'Uu'dingan
uoi*" dengan perbandingan resisti- antara resistivitas dan voltase pada resistor masing-masing, dan resistivitas dan
didapatkan
vitas Pada kedua resistor: voltase seluruhnya (resistivitas dan voltase pada resistor pengganti).
(5'3)
v, R,. I Rr Pada rangkaian seri dengan dua resistor, voltase input Vn dibagikan
v2 Rr'l R2 kepada dua resistor Rl dan R2. Sebab itu rangkaian seri dengan dua resistorjuga
diiumlahkan sehingga menghasilkan disebut sebagai pembagi tegangan.
Karena voltase pada dua resistor dengan (5'2)
voltase Vo attaraujung atas dari
Rl aun u;'ng i;*un auti R2' maka Dalam perhirungan (5.5) arus dalam semua komponen sama besar.
Tetapi kalau rangkaian pembagi tegangan ini dipakai sebagai sumber tegangan
terdaPat:
untuk bagian rangkaian yang lain, maka pada bagian rangkaian tersebut pasti ada
Vo=Vt+Vz=Rt'l +R-''=gl9'' (5.4) arus yang mengalir. Arus dalam bagian rangkaian tersebut merupakan arus Iou,
=fiO yang mengalir keluar dari rangkaian pembagi tegangan. Maka arus .11 dalam
eVo = Rn'l resistor Rl akan berbeda dengan arus /2 yang mengalir dalam resistor R2.
bahwa hukum Ohm
juga berlaku Dengan hukum Ohm dan hukum-hukum Kirchhoff kita bisa menghitung voltase
Dari perhitungan (5'4) dapat.dilihat tlyl-:angkaian sen dan arus di berbagai bagian dalam rangkaian. Dalam pasal mengenai "Rangkaian
voltase dan arus P"91
untuk dua resistor b;;'";' beiarti itu rangiaian sef inl bisa diganti seri yang dibebani" akan kita hirung voltase dan arus dalam rangkaian seperli ini.
dari dua resistor o#il;;-i;ru; .Sgbab jumlah dari resistivitas Tentu saja semua penjelasan ini juga benar untuk lebih banyak resistor
dengan resistor p"rrg*"r,i ,uig resistivitasnvu -"*p-utun atau untuk
kedua resisto. i*' *:]X::l;:i'ffi;il;;;;ntuk ierhitungan
sambungan dua resistor'
Sifat
yang dirangkai secara seri. Berarti perbandingan voltase selalu sama dengan

menyederhan"t""
tid"k ;;;i; persls
perbandingan resistivitas dalam rangkaian seri, dan resistor pengganti selalu
'""gi"'i"i-';"hilcc: = Rr + R2 sama
a""gu'"'uto resistor dengan resistivitas &
merupakan jumlah dari semua resistor yang dirangkai secara seri.
dari rangkaian
Satu komponen khusus yang sering dipakai sebagai pembagi tegangan
denganrangkaianseridariduaresistortersebut.Halinidiperlihatkandalam adalah potensiometer. Potensiometer merupakan suafu resistor yang terbuat dari
gambar'r'"rr-ru'' untuk menda- suatu lapisan karbon tipis. Selain lapisan karbon tipis, potensiometer juga bisa
komponen dipakai
rangkaian seri dengan dua voltase z2 dipakai dibuat dari bahan lain. Dua ujung dari lapisan karbon diberi sambungan keluar
t l"j' kemudian
patkan voltase *.Jil;;:; t"-p""itta* lain' sehingsa keluaran dari dan di atas lapisan karbon diberi sahr kontak yang bisa digeser sehingga pem-
sebagai sumber
*'ul;;; v;'g
rangkaian
'"'i#l;;kilJril
tersebut' y
*'Z- i) <i1iy* s'il'-rtr'"' fedua komponen merupakan
input I/s
bagian dari lapisan karbon bisa diatur dengan menggeser kontak tersebut. Dalam
gambar 5.3 diperlihatkan satu cara yang sering dipakai: Lapisan karbon meling-
v2 dan voltase
huburrgan arituru uottut"
dua resistor Rl dan R2, maka hukum
*"muta-i (5. iF;r (5 .4), berarti. memakai kar dan kontak geser dipasang pada suatu poros. Dengan memutar poros, kontak
bisa dihitung d."g;*;J;t fu: bisa digeser dan resistivitas bagian kiri dan bagian kanan dari lapisan karbon hisa
dan untuk resistor pengganti
Ohm untuk."sitto''*u'-i-nfmasing
38 Dasar Elektrofiika

Dari (5' 1) terdapat vortase v2


sebagaiperbedaan antara
nya Vs dan voltase puau to.pon.n voltase seluruh-
p"i^^ii'rr,
Vz =Vo -l/t
(5.6)
Karena Zo konstan dal hubunga
ponen I n antara voltase dan arus pada kom-
dikerahui. yk? ,, terhadap;;;';
bisa digambarkan ke auh*-"'t, ;""g mengatir dalam rangkaian seri
glldu. t"l,r r"rg didapatkan
kan sebagai garis beban. sil;"i;;d:{alam ukuo kitu ,.but-
resistor dengan resistivitas gu^bu, s.a tira pakai
,"b"Ju, R, :"i.;; sebagai satu
komponen 1 dan voltase
;,ffiTl:ifi lfii1'.'"",ix;m[m#"k";;;,;;',;;i;*"kagaris
fl

Gambar 5.32 Potensiometer (di atas), lambang- Vz=Vo-Vr=Vo-Rr.l c)


nya (tengah) dan resistor pengganti dengan cluo
Zz =l0V_l5ke.I 6.7)
Dari (5'7) dan.(5.6) terlihat
resistor Rl dan R2. bahwa garis beban adarah
yang digambar dari voltase sifat komponen l
rrppry t"'r.i.i. ?^tu5 mendapatkan
garis sifat resistor harus garis beban ini
diubah. Komponen ini memiliki satu resistivitas tertentu antara dua kaki ujung- dicermirik", il"
Iu,,oo
pada skala volrase (ke kanan)
nya, tetapi resistivitas total ini bisa dilihat sebagai jumlah resistivitas dari dua ,".;u* "-r1;r;ffii'a.,oigese.
resistor yang dibentuk oleh lapisan karbon di sebelah kanan dan di sebelah kiri ""fiur?rrppty.
Setelah mencari dan menggambarkan
garis beban ke dalam suatu
sifat karakteristik dari rro-por"ni!ir.irlr'otrrkai.
dari kontak geser di tengah. Resistivitas antara ujung dan sambungan tengah bisa grafik.
komponen ke dua Arus yang mengarir daiam
diatur dengan mengubah posisi kontak. Artinya resistivitas dari resistor bisa diu- ,u.u.b"ru. d;d;; l,.i'run,
penama dan voltase tr, mengalir dalamiomponen
bahkan dari nol sampai ke resistivitas maksimal yang sama dengan besar resisti- telah aiprr.ri'r.org"i r;.u;
vitas total antara ujung kaki. Dengan mengubah posisi dari kontak, perbandingan beban' maka arus terhudap _.r;;;;
iJ#grufit gu.i,
Rrf R, antara dua resistor (yang dibentuk oleh lapisan karbon di sebelah kiri dan
barkan ke dalam grafik garis :"r,".1.1.i.i""";;.,
kedua bisa Iungring digam-
il-allil;ri"ko'flioo1.n perrama), Titik
dari dua grafik tersebut iad.ut pertemuan
di sebelah kanan) bisa diatur dengan bebas. Dalam gambar 5.3 suatu potensiome- yang mana arus dalam
riri[ v;;'*.;."rr,i
.iai"a";i.'orif",,ron.r,
ter (di atas) digambarkan beserta dengan lambang rangkaian untuk potensiometer kedua komp";n
voltase dari kedua komponen ;;;,
besar dan yang rnanajunrlah
(di tengah) dan rangkaian pengganti yang sama dengan potensiometer (di sama dengan uorrur. supply,
maka pada fitik itu
bawah).

5.1.1.3. Rangkaian Seri dengan Dua Komponen Umum


Kalau dua komponen dalam rangkaian seri atau salah satu dari dua
komponen tersebut bukan resistor, maka hukum Kirchhoff sesuai (5.1) tetap
berlaku. Bahwa ams sama dalam kedua komponen tetap berlaku, tetapi hukum
Ohm tidak lagi berlaku. Hukum Ohm harus diganti dengan persamaan kara-
kteristik dari sifat komponen yang dipakai. Sering kita tidak tahu persamaan itu
secara persis dan biasanya perhitungan menjadi sulit. Kalau sifat dari kedua
komponen diketahui secara grafis, berarti grafik hubungan antaru arus dan volta-
se pada kedua komponen diketahui, maka voltase V2 dari rangkaian seri bisa
ditentukan dengan cara grafis:
0 2 4 s 6 6 v(v)io
Gambar 5'4: Garis beban dan
goris karakteristik untuk rangkaian
rcsistor l.SkO seri dengon
dan dioda Zener 4.7V.
40
Dasar Elektronika ryglL\rrskrtr" 4t

rangkaian ini dan voltase I/z cabang masing-masing tergantung dari sifat/karakteristik
terdapat ams yang memang akan mengalir.dalam komponen masing-
sebagai voltase output. Titik pertemuan
ini disebut sebagai titik kerja dari masing dan voltase I/.
I/2 itu) rangkaian akan bekerja'
rangkaian, karena aisitt fuaAa lru'- au" voltase -. Perlu diperhatikan bahwa hukum Kirchhoff
mengenai voltase di
ini, voltase v2 pada_titik kerja sini
Kalau tidak ada arus y;d k;il dari rangkaian bisa diterapkan untuk setiap loop yang bisa
dibentuk dalamiangkai", rri. Misal_
arus yang.mengalir,.voltase turun
berlaku sebagai voltase Ir,prrr. Kalau ada nya kita memakai loop yang terbenruk mulai
dari pl meralui k;-p;;"" I ke p2
sesuai dengan resistivitas Juiu* yurg
terdapat.dari rangkaian paralel dari resisti- dan kemudian kembari ke pl melalui komponen
3. Menurut hukum Kirchhoff
vitas diferensial kedua komponen yang dipakai. (Mengenai resistivitas output mengenai vortase, junrlah voltase dalam loop
teffutup ini nol. Karena komponen
lihat pasal 5.1.3. Rangkaian Seri yang Dibebani') 3 dalam arah terbalik, voltase dihitung n"gutif, sehingga
dalam loop menjadi nol,Tuku. lumtatr voltase
dan hukum Kirchhofi terpenuhi kalau harga
voltase
mutlak
-' dari
pada komponen 3 sama dengan voltase
p";" k;p";;:'*
5.1,2. Rangkaian Paralel

5.1.2.2. Rangkaian paralel dengan Resistor


5.1.2.1. Secara Umum
paralel' . berarti kaki Kalau komponen dari gambar 5.5 merupakan
Kalau beberapa komponen dirangkai secara dapat situasi_seperti diperlihatkan dalam gambar
resistor-resistor, maka ter-
dari satu komponen ke
komponen dlsamurr.gil;, ;;;i"';" arus -tid;k
mengalir 5.6. Dalam situasi ini hubungan
antara arus dan resistivitas memenuhi hukum
catu daya dibagi ke dalam berbagai ohm. Denga"
komponen lain, tetapi uru' Vu"iiutang dari gambar 5'5' tivitas G maka diperoleh: "r";;i;i konduk_
seperti dalam
komponen. Dengan d;;i[i;'i"tdaplt rangkaian
Hukum Kirchhoff tent"rg;;; *t"yutuku" ulnwa arus 1s yang masuk ke dalam Ir=Gr.V; Iz=Gz.V; Iz=Gs.V; ds1 (5.e)
jumlah arus dalam cabang
titik Pl akan dibagi t. [uiurn berbagai cabang dan Karena arus total 1e merupakan jumtah arus dalam komponen
masing-
sama dengan arus total ,1s: masing, maka didapatkan:
(5.8)
Io= L+ I, + lr+... Io= Ir+ Ir+ Ir+...=Gr.V +Gr.V +Gr.V +... (5.10)
Karenakakikiridarisemuakomponentersambungdengansambungan = (G, +G, + G, +...\.v
listrik (tersambung dengan logam), maka. potensial dari kaki kiri sama untuk l-_-__-_-v+
"'nruL
semua kompon"n. su*ilugu kaki kanan' maka voltase (beda potensial) =Go

rangkaian gambar 5'5' voltase pada e Io =60.Y


sama untuk ,"*,ru toilifJ*n' ouru*
voltase' Arus yang mengalir pada
rangkaian paralel irri sJe'at Z dari sumber

PI

Sumber
voltase
(catu
daya)

Gambar5.5:Dalamrangkaianparalel'voltasesamauntuksemuakomponen'
rangkaian' Gambar 5'6: Rangkaian pararel ,engan t'esistor
tetapi arus terEagi ke'tlalam berbagai cabang sebagai komponennwt
r"ql\qLgL"r!!, 43
Dasar Elektronika
42

akan bertambah dan voltase V, (Vr=Rz.lz) akan berkurang. Berarti voltase


output (Vou,=Vr) akan lebih kecil daripada situasi ketika Iou,=O.Kita akan
menghitung perubahan voltase output (A,Vou,) ketika arus output berubah sebesar
O e-fnO-to A1,,,. (Misalnya arus output berubah dari nol menjadi sebesar 1,,,.)
Dari hukum Kirchhoff mengenai arus terdapat hubungan antara arus 11,
I2 dan lou,:
tliganti dengan resistor peng- l4)
paralel dari resistor bi,sa
11 - 12 = Io,, (5.
Gambar 5.72 Rangkaian
konduktivitas pengganti Kalau arus output bertambah sebesar No,,, maka:
resistivitas ru = O. ' tli mana
ganti yang' ntempunyai
t
. voltase Z1 berubah sejauh A Z1 menjadi Vt' = Vr + LVr
resistor nmsing-masing:
Go =LG' '
. voltase I/2 berubah sejauh A Z2 menjadi Yz' = Vz + LVz
adalalt jtnnlah dari konduktivilas
I

. arus / dalam resistor Rl berubah sejauh A/1 menjadi Ir = I + Nr


.
':t'ffi
hubungan -linear
Dari (5'10) terdapat'*Hf
seruruh.;;;i;;p;Ji?ff
antara arus dan voltase
untuk
.
arus -1 dalam resistor R2 berubah sejauh A.12 menjadi Iz = I * Nz

perubahan arus output lou,terdapat dari perubahan arus dalam resis-

resistor ohm dengan resistivitas


. 1*:",H::I;:'#i; tor Rl dan dalam resistor R2 sesuai dengan (5.14):
A.rou,= (i-,r) -(t, - tr)
konduktivitas Ge (resistivi- (s. r 5)
-1"::engan ) Mou, =((r,+ N,)-Ur*a,rr)) -(tr-tr)=LIt-Nz
i::'iT''f :lil%::ffi iIfi I'?!"Ti';ffi ;lT;l;'"iil;;"t'livi'laspada Dari hukum Kirchhoff mengenai voltase diketahui bahwa jumlah volta-
masing-masing resistor: (5'11) se pada resistor tidak tergantung dari an)s lou, yang mengalir keluar. Maka:
Go--Gr+Gr+Gt+"' € G.=ZG'
dltllil persamaan untuk resistivitas
Persamaan (5' l l) bisa juea lebagai
i kan dari resistivitas
: (s. r 6)
dengan definisi k"'d'kt'-; tJiig"i kebal
(s'tz) <> A'V' = -AVz
r_l*_1-*!*...
&-n' R' R' (5.12) bisa diubah
Dari hukum Ohm terdapat perubahan arus pada kedua resistor:
.A( Nz = Gz.LVz
yang disambung paralel, A/r = G dan 6.17)
Jika hanya dua resistor
menjadi:
(5. l 3)
R,'X,
& =E;&
t,
5.1.3. Rangkaian Seri yang Dibebani , - +
t"t' t"O"ni dalam gambar 5'1 atau
rangkaian seri dengan
dua 'st
Rangkaian
sror ..nef; 1 *,
"T _rilll?: ;,':jffi i,tr*l :',:fll ;U!-iEIi: Udl*
re si
baeian rangkaian Yang tttuu'au,, ini sehingga bisa ,rrrr,l Gambar 5.8: Rangkaian seri dengan
an maka akan ada ;;ffi;gutii ttut'u' u-''ungkuia'
iou' yung mengalir keluar tout dua resistor sebagai pembagi tegangan
+
dikatakan bahwa *ngrt'"iu1"iiu"ti'?ti"' aurui.' n'i^rtt" ut*mbah besar dan <_ diberi beban, maka voltase output akon
dari rangkaian inl' ouri'i''ii'"'i'i'i"*' voltase V' (V' = R'' t') turun.
sehingga
arus dalam R2 akan berkurang ""'#*"*an
Teori Rangkaian 45
Dqsar Elektronika

44

dengan go = gt * gt atau
111
-=-+-
,b rr rz
Dariperubahanarusmasing-masingresistor(5.17)dandari(5.15)ter-
a"n" e']b,]1,"1
:'on, - o, Lvz ovi--*z-9':.?)
o' (s'18) Dari hasil (5.19) tampak bahwa dengan penambahan arus ouQut sebesar
A1,,,, voltase V2 akan berkurang sebesar LV2. Besar penurunan voltase output
il'-"H:;', didapat dari perubahan arus output yang mengalir dalam rangkaian paralel dari
darirangkaian ini
sbb':
= Vi dua resistor Rl dan ro (C, = Gr + Gz) . Sifat dari rangkaian ini sama seperti sifat
voltase output %'r
Dengan (5 ' l8) terdapat (5.1e) rangkaian pengganti yang digambarkan dalam gambar 5.9. Terdapat satu sumber
+ L'V2=V' =V' * h' N"' tegangan ideal dengan tegangan V7 dan satu resistor seri yang merupakan rang-
Vnu, =V?' =Vz + kaian paralel dari Rl dan R2. Ketika arus output nol (1,,,:0) terdapat voltase
output /2 dan kalau ada arus output, maka voltase turun sejauh voltase yang ter-
& =* dan Gs =Q'+G1' dapat pada resistivitas R6 lang merupakan rangkaian paralel dua resistor R1 dan
di mana
terdapat dari (5'18):
output ketika arus ouput berubah R2. (Perhatikanlah: arus output A1 bisa negatif. Dalam situasi ini A,V2 akan
voltase
Untuk perubahan (5'20) positif, berarti V2 akan bertambah.) Untuk hubungan antara voltase output dan
LVout = tV' = -!r'n[o'' = -/.. 'Nou' arus output dalam rangkaian pengganti ini, terdapat persamaan yang sama
dengan (5. l9):
perubahan arus dan Per-
persamaan'-Ttngtnui -Vz - Rolo* (5.22)
Dalam (5'201 terdapat Vou,

ubahan;r,;.n"f "'.1#$ft ilf,1;;,::'f rut*'?il!l*tl; Perlu diperhatikan bahwa penyerapan daya akan berbeda dalam rangkai-
li;ilJ dengan *:"ji"l':":'1" "**IJtff daram ran gka ian
;r*anti
benar kalau lnen ;;;onen
i::l'l:o;;' hu- an pengganti. (Silahkan menghitung sendiri penyerapan daya dari rangkaian
;*Ur;ffi; t..r.br-t menjadi lain yang tidak memiliki masing-masing.)
umum (5 20) bisa
H'1il;;esistor' ':fl'#'Ti,lllJ I^TlT;;,r'to",ponln Yang dihirung dalam perhitungan di atas adalah perubahan arus A,I dan
bungan linear antara
u

perubahan voltase LV yang kecil. Sebab yang sebenarnya adalah bukan resistivi-
ditulis sbb.: (5.21) tas yang masuk ke dalam perhitungan, tetapi resistivitas diferensial seperti dije-
Lvou, = -L No,' ' -(s' LI ou1

untuk arus
bolak-balik:

<)

R;;;,1ais{atot!P.!i!v,}:y:,,*,:f
rambar s.ez Mengena'
:;;;;;i vans terdtrt au"
:;f;;:';i:;';:; "'"'
::f
i,i',,,,,in, dan ',!,!":i;:,::;:
!,,X1,!onXf
voftase resistor.se.rt
dari rangkaian
rqngkotart
Gambar 5.102 Rangkaian pembagi tegangan digambarkan dengan rangkaian
ir,,srn
tleng.un yngklian otttput
[en'al o,tttput
:?'c,!:i:-.,-,n;nn ekui'alen metrgenai ekuivalen untuk arus bolakiS1likliiftllt.ripndapallan sifcit d,gri outputt?)tt.
";1;';;;;;;",;'ctise\utraiskoia.l;!r1;':!::,:;;"
'trg'nti
h;iir n.r.
pembagi rcgangan ;56.
Dasar Elektronika Teori Ranpkaian 47
46

terdiri dari dua resistor' maka tas R23a5 resistor pengganti R2345 dari rangkaian seri yang dibentuk oleh resistor
laskan dalam persamaan (5'21)' Kalau rangkaian R234 dan resistor R5. Akhirnya resistivitas R123a5 dari resistor pengganti RI2345
Kalau salah satu komponen
resistivitas diferensial ,uiu i.r,gu" resisiivitas. untuk seluruh rangkaian ini dihirung dari rangkaian paralel yang dibentuk oleh
dioda atau dioda Zener)'
bukan resistor, tetapi k;;;';; ]ang lain (misalnya
yang dipakai untuk Rl dan M345.
maka bukan resistivitas;;; ,;;;pi'.";ttivitai
diferensialnya
menentukan sifat output dari rangkaian tersebut'
diferensial yang menen-
Dari pengertian bahwa sebenamya resistivitas
bisa dimengerti bahwa resistivitas
tukan sifat keluaran, -utu J""gu' *uaaf'
rangkaian paralel dari dua resistor
output (resistirritas tetourarr; n, iiU""tot oleh
Rl dan R2:
voltase yang sempurna' (vol-
Sumber voltase dianggap sebagai sumber
diferensial dari sumber voltase akan Gambar 5.ll: Kalau ada rangkaian resistor
tase tidak terganrung
";J,;;i;'resistiiitas yang lebih komplelc;, resistor pengganti bisa
nol:
dicari dengan membagikannya ke dalam
LV0^
f--=-=lt
(s.23)
bagian rangkaian seri dan rangkaian
'NAI
paralel.
voltase ouQut berubah
Untuk mengerti apa yang terjadi kalau arus atau
resistor yang memiliki resistivitas
sedikit, sumber voltase bisa diginti dengan
secara langsung' Dengan
yi.g berarti tati sumUer ioltase disarnbungkan menjadi rangkai-
""i,
cara ini rangkaian ,..i ti,"Uttuh kiri dari
gambais' t0 berubah
ini disebut rang-
;;;ii;"gd atau di sebelah kanan dari gutnbut
karena
5'10'
dengan
Rangkaian
voltase/arus campur pada
5.2. Sumber Tegangan dan Beban
kaian ekuivalen untuk arus bolak-balik Dalam pasal 5.l.3, "Rangkaian Seri yang Dibebani", kita telah
ouqutnya (misalnya asli Vi^dantimbahan voltase bolak-balik)
bolak-balik' mengenal suatu sumber voltase yang tidak ideal, berarti voltasenya tidak kon-
ini-.,i".rggumUarkan sifat dari bagian voltase
rangkaian ekuivalen "ta"p'it"ftase stan. Voltase akan turun ketika arus output naik. Sumber-sumber voltase yang
ulrrirk u*. bolak-balik semua voltase Dc bisa dia-
Dalam rangkaian sebenarnya ada biasanya bukan sumber voltase ideal, di mana voltase konstan
"toiuot"n
baikan.Padarangkaiun.k.,i,ul".,untukarusbolak-balikmemanglangsungjelas dan sama sekali tidak tergantung dari besar arus yang mengalir. Kalau ada
R2 menentukan perubahan voltase
bahwa rangkaian purut.i Auu resistor Rl dan sumber voltase yang ideal, maka jika output dari sumber voltase itu dihubungkan
terdapat perubahan arus A1o,, pada ouput
dari rangkaian pembagi
output ketika dengan sebuah resistor dengan resistivitas R, arus yang mengalir akan ditentukan
resistivitas pengganti dari rangkai-
tegangan ini. Resistivitas R0 yang merupakan Arti resis- oleh hukum Ohm:
iun Rz disebuiresistivitas output dari sumber tegangan.
"fp"i"f"inr
tivitasouputuouai-*g"niaulrangkaiarrdisebelahkanandalamgambar5.9. t=V (s.24)
Resistivitas output dari luatu rangkaian akan
lebih banyak dibicarakan dalam R

pasal 5.2. "Sumber Tegangan dan Beban"' Ketika resistivitas R mendekati nol, arus akan mendekati tak berhingga
dan daya yang dikeluarkan dari sumber voltase tersebut akan menjadi tak ber-
Resistor hingga juga. Tetapi arus dan daya tidak mungkin menjadi tak berhingga.
5.1.4. Rangkaian Seri dan Paralel dengan Banyak
untuk Pada sumber tegangan, voltase akan turun kalau sumber dibebani
Kalau terdapat rangkaian yang kompleks' resistor -penggantibagian-
rangkaian itu ke. dalam dengan arus. Situasiini selalu bisa digambarkan dengan dua rangkaian untuk
seluruh rangkaian uiru aitatl dengan mI*bagi
paralel dan rangkaian seri' dan sumber tegangan sbb.:
bagian rangkaian yung-rn"*puttu"n tu."erytan
resistor pengganti Oin?tung iu"gkah deiri
tangtan. Satu. contoh diperlihatkan Rangkaian pertama:
itu pertamatama kita
pada rangkalun aufum gui'Uar 5'1.l' Dalam rangkaian Situasi seolah-olah menunjukkan bahwa sumber tegangan dibentuk oleh
ti".gktl"i
menghitung resistivitas ir34 da'i resistor pen-g-gantiR214.untuk 1,111:l
resrstlvr'
satu sumber tegangan ideal yang dirangkai secara seri dengan satu resistor.
oleh resistii R2, R3 dan [+. Kemudian kita menghituns
;;d;t#;rk Situasi ini seperti dalam gambar 5.9 sebelah kanan dalam pasal 5.1.3.
I
48 Dasar Elektronika

"Rangkaian Seri yang Dibebani" atau dalam gambar 5.13 tengah. Kalau ada arus Jadi arus hubung singkat 16 yang mengalir (ketika terdapat hubungan singkat
yang keluar dari sumber tegangan ini, maka voltase pada sumber voltase ideal pada keluaran sumber tegangan) sebesar arus 16 dari sumber arus ileal.
Kalau
tetap konstan, tetapi voltase pada resistor seri Rq bertambah sesuai dengan output dihubungkan lewat suatu resistor, maka pada output ini terdapat voltase
hukum Ohm: tertentu. Karena adanya voltase, maka ada arus yang mengalir di dalam resistor
dalam sehingga arus output akan berkurang sebesai selisih antara arus .Ie dari
Vq, = Pu'l*t 6.25) sumber tegangan dan arus Ipa dalamresistor paralel:
Voltase pada output sesuai dengan hukum Kirchhoff yaitu sebesar
selisih antara voltase pada sumber voltase ideal Vs dengan voltase Vpl pada Ior, = Io- [*nn,n, = Io- oVou, = lo- Raan, - R,tntnr. lou, (5.28)
{"''
t\d,tom --%-
resistor seri: :A"ilC,
o'1:?lF,,1l'" o'i:fl:r*i,,,
Vr* = Vo -Vru : Vs - R4n1n.. I ou1 (5.26)
Kalau kedua rangkaian ini dibandingkan mengenai sifat outputnya, ma-
Besar dari resistivitas seri ini disebut sebagai "resistivitas dalarn" R,61n,
ka keduanya sama persis. Hubungan antara kedua rangkaian dan antara besaran-
dari sumber tegangan.
b9sa1q dari kedua rangkaian bisa langsung dilihat aari
Memang jelas bahwa voltase output tidak mungkin negatif sehingga 1s.zs; dan didaftar dalam
tabel 5.1.
arus output terbatas sampai arus maksimal I.o, di mana Vou,:0. Arus maksimal
Setiap sumber tegangan yang memiliki rangkaian rinear di dalamnya
ini akan mengalir kalau terminal dari sumber tegangan dihubung singkat. Hu- bisa_digambarkan dengan dua rangkaian pada Gambar 3.13. Dua rangkaian
bungan antara voltase dan arus output yang terdapat dari model ini digambarkan ini
disebut rangkaian ekuivalen untuk keluaran. Rangkaian pertama ada-lah rang-
dalam gambar 5.12. Hubungan antara arus output dan voltase output dengan dua
kaian ekuivalen Th6veni. dan rangkaian kedua adalah rangkaian ekuivalen
titik ujung adalah linear. Satu ujung terdapat pada arus nol yang mana voltase
Norton.
output maksimal dan sebesar V() ata:u voltase tanpa beban Vth"Titlk ujung kedua
terdapat pada hubungan singkat di mana voltase output dari sumber tegangan Rangkaian pertama dijelaskan dengan teorema Th6venin:
menjadi nol dan arus menjadi sebesar arus hubung singkat.I1,. Besar arus hubung Mengenai sifat dari luar (sifat output) setiap jaringan linear
singkat terdapat dari (5.26): dengan resistor-resistor dan sumber-sumber energi bisa aigantltan dengan
Vo
rangkaian seri dari safu sumber voltase ideal dan satu resistor dalam
Vo*=0=Vo-R,t,,tn..lh, - ,r, (s.21)
" ' - Rr^ R4u1u.,. Besar voltase vs dari sumber voltase sama dengan voltase
pada
output v,6 ketika rangkaian terbuka; berarti ketika tidak ada sambungan
Rangkaian kedua: pada output dan tidak ada arus yang mengalir dari sumber tegangan.
Satu model lain yang menjelaskan sifat dari output sumber tegangan
adalah seperti rangkaian dalam gambar 5.13 sebelah kanan. Seolah-olah sumber
tegangan dibentuk oleh satu sumber arus yang ideal dan dirangkai secara para-
lel dengan satu resistor. Kalau rangkaian ini dihubung singkat, maka terdapat
arus output sebesar 1o dari sumber arus, karena voltase akan nol dan sebab itu Sumer daya
tidak ada arus yang mengalir dalam resistor R,tntn,, di dalam sumber tegangan. listrik yang
A
rangkaian <> <> 1rl
dalamnya tidak
vtb
diketahui

Rangkaian ekuivalen Rangkaian ekuivalen


Gambar 5.12: Hubungan antara voltase Th6venin Norton
dan arus output dari sumber tegangan Gambar 5.13: sifut keluaran dari suatu sumber tegongan selalu bisa tlimengerti
yang terdapat dari rangkaian linear. dengan rangkaian ekuivalen Thdvenin tran rangkiian ekuivalen Norton.
Dasar Elektronika
50

perbandingan antara voltase kin jauh berbeda dari rangkaian ekuivalen. Mengenai sifat lain, misarnya pema-
Resistivitas Rl4n,datiresistor R4,1"n' sebesar
kaian daya listrik, rangkaian ekuivalen tidak sama dengan rangkaian asli.
V,6 dan arus hubung singkat 11, \at$ *"ngulit ketika output dihubung-
Satu hal lagi yang harus diperhatikan adalah bahwa dua rangkaian ekui-
singkatkan:
valen ini hanya bisa dipakai secara sempurna untuk rangkaian linear. Kalau suatu
o
lrddtm -v,t,
- ,
sumber tegangan tidak merupakan rangkaian linear (berarti kalau di dalamnya
lht ada komponen yang tidak linear seperti dioda atau dioda Zener), maka rangkaian
Rangkaian kedua dijelaskan dengan teorema
Norton: ekuivalen tidak lagi menggambarkan sifat dari sumber tegangan itu dengan
setiap jaringan linear benar. Tetapi kita tetap bisa memakai rangkaian ekuivalen dengan catatan bahwa
Mengenai sifat dari luar (sifat ouput) rangkaian ekuivalen ini sekarang merupakan suatu pendekatan. pendekatan
energi bisa digantikan dengan
dengan r.rirtor-r"ri,lt* dan
yang ideal dan satu resistor R66''
'umbet-sumber biasanya cukup baik untuk perubahan voltase/anrs yang tidak terlalu besar. (Nilai
rangkaian paralel dari satu sumber arus yang terlalu besar tergantung dari rangkaian dan dari permintaan mengenai kete-
arus f'' yang mengalir
Besar arus /o dari sumber arus sama besar dengan litian perhitungan.)
Resistivitas R,1n1,,, dari resistor
dari output k"tik" ;;A;;dihrb.,.rg-tingkat.
iottus" 6! an$terdap-a1 kalau rangkaian Teori ini bukan hanya berlaku untuk arus DC saja, tetapi untuk setiap
R6u6- sebesa. p..b;;;G;n aati
V
pada output dan tidak ada arus yang sumber tegangan dengan bentuk tegangan apapun juga (seperti AC dan voltase
terbuka, berarti tiAat aaa'sambungan
singkat 'ft': campur).
mengalir dari sumber tegangan dan arus hubung

o -v,,
l\rldsm - ,
lht

Mengenai dua rangkaian ekuivalen' harus diperhatikan


bahwa hanya 5.3. ResistivitasMasukan(Resistivitaslnput)
asli' Rangkaian asli sendiri mung-
sifat outputnya yang ,u*u itng'n rangkaian
5.3.1. Definisi dari Resistivitas Masukan
Setiap rangkaian elektronika yang memiliki suatu masukan, seperti mi-
tlalam rangkaian ekuivalen
Tabel 5.1 : Hubungan antara bes aran-bes aran salnya suatu amplifier atau alat ukur, ketika terdapat voltase pada masukan, maka
Norton tlan rangkaian ekuivalen Thdvenin'
akan ada arus yang mengalir ke dalam masukan tersebut. Biasanya besar dari
Besaran-besaran dalam arus yang mengalir bisa dimengerti dengan rangkaian ekuivalen untuk masukan
Besaran-besaran dalam
rangkaian Norton seperti dalam gambar 5.14 yang mana antara dua sambungan masukan terdapat
rangkaian Th6venin
satu resistor R1 dengan resistivitas R, yang disebut resistivitas masukan.
Arus dari sumber arus dari Umumnya besar resistivitas masukan R; bisa dilihat dari skema rangkai-
rangkaian an, tetapi kadang-kadang (khususnya kalau skema rangkaian tidak diketahui)
resistivitas masukan perlu diukur. Untuk mengukur resistivitas masukan, suatu
Vs darirangkaian Th6ventn Norton dikalikan dengan resistivitas
voltase dipakai pada masukan dan hubunganantara arus dan voltase diukur. cara
dalam ./n 'R,int,^ pengukuran ini sama dengan cara mengukur sifat dari komponen. Rangkaian
ukur seperti dalam gambar 5.15. bisa dipakai. Rangkaian ini hanya merupakan
Arus hubung singkat dalam
arus dalam t---
rangkaian Arus 1s dari sumber I

rangkaian Norton
.vo
lnevenrn:
I

=-
R,lnlu, R1
I

Resistivitas dalam R,1,7n. dari


Resistivitas dalam dati I
R4u1n^
l___ Gambar 5.14: Rangkaian ekuivalen untuk masukan dari
rangkaian Norton Alat elektronik suatu alot elektronik.
Rangkaian Th6venin
Dasar Elektronika Teori Rangkaian 53
52

dirangkai secara seri dengan resistor dalam.


Situasi dengan voltmeter sebagai berikut: Kalau suatu voltmeter memi-
I
liki resistivitas dalam yang tak berhingga, maka tidak ada arus yang mengalir di
dalamnya. Ketika voltmeter ini dipasang pada rangkaian, rangkaian itu sama
I
Gambar 5.152 Rangkaian sekali tidak dipengaruhi oleh voltmeter. Voltmeter dengan resistivitas dalam yang
I untuk mengttkur re s is tivi t as tak berhingga akan kita sebut sebagai voltmeter ideal. Voltmeter ideal jelas tidak
I l--- masukan dari suatu
rangkaian.
ada, tetapi setiap voltmeter memiliki resistivitas dalam yang berhingga. Maka
akan ada arus dalam voltmeter dan arus itu akan mempengaruhi rangkaian yang
Alat elektronik
Sumber tegangan
diukur. Kalau arus ini cukup kecil dibandingkan dengan arus-arus lain dalam
untuk rangkaian, arus dalam voltmeter bisa diabaikan, tetapi kalau arus-arus lain dalam
rangkaian laln yang bisa digunakan
suatu contoh. Ada juga beberapa rangkaian kira-kira sama atau bahkan lebih kecil daripada arus dalam voltmeter,
mengukur resistivitas masukan' maka arus dalam voltmeter bisa mempengaruhi kerja dari rangkaian asli secara
drastis. Voltmeter yang ada bisa dimengerti seperti dalamgambar 5.17 di mana
pada Voltmeter dan suatu voltmeter digambarkan sebagai rangkaian paralel dengan voltmeter ideal
5.3.2. Pengaruh dari Resistivitas Masukan
dan resistor dalam.
AmPeremeter di
suatu rangkar.ant maka sambungan
Kalau kita mengukur arus dalam seri di dalam
dan amperemeter dir:angkai secara
mana arus mau diukur iiU'tu maka volt-
rr uot,u." dalam suitu rangkaian,
sambungan itu. Kalau #;grk voltase mau diukur' Alat
dua titik di mana
meter dirangkai secara;;i;fi;; diukur'
#;;;;;ffiitidak mempengaruhi rangkaian vang
akln
resistivitas dalam nol' maka
Kalau seandainya amperemeter memjliki adanva voltase
dan.bisa diukur tanpa
arus bisa mengalir dJ"; ;fi;;;i".1
tidak ada perbedaan dalam rqngkaian
pada ampere..,.tt'' st;;;i:;;"
sekali
resistivi-
tidak dipasang Amperemeter dengan Gambar 5.17: Voltmeter yang sebenarnya sebagai rangkaian paralel dengan
ketika amperemeter d'p^;;g atau ideal tidak ada'
tas dalam nol disebut;fi;;l
ia"ai retu"pi amP:r:leter voltmeter ideal dan resistor dalamnya.
iebih besar dari nol' Sebab
Seriap amperemerer *.*iii.i ..ristiviras dalam'yang
itu,ketikaarusmengalirdalamamperemeter'akanadavoltasepadaamperemeteritu cukup
;;;;ffii ,u.rgt uiun aslinya. Kalau voltase
dan voltase iru akan voltase
dt;;; lain-yang,terdapat dalam rangkaian)' 5.4. Penguat(Amplifier)
kecil (dibandingkan "Jltu'" sebesar
voliase dalarnamperemeter hampir
itu bisa diabaikan, tetapitatao besar
aufuln iangkaian, nenearuh
atau bahkan febil, Ueslil"rrr"* ""1.r.-fuin
Amperemeter
-d111
yang ada mempunyat 5.4.f . Prinsip-Prinsip Kerja
amperemeter kepada tt'rttti'akan
besar'
amperemeter ideal
ai mana suaru
sifat seperti aip".rinut[i,i["* ;;;;;l'LO Fungsi dari suaru penguat sudahjelas dari namanya: menguatkan suatu
sinyal. Sering sinyal yang terdapat dari suatu pengukuran atau penerimaan dari
antena pada radio atau sinyal asli yang lain tidak cukup kuat untuk dipakai secara
langsung sehingga perlu dikuatkan untuk diperlihatkan pada suatu display atau
untuk menggerakkan suatu alat sebagai reaksi atas sinyal pada input. Beberapa
contohnya adalah sbb.:
. Sinyal yang dibaca olehreading head pada tape merupakan suatu sinyal yang
kecil. Untuli menggerakkan speaker dari tape diperlukan sinyal yang kuat,
seperti
Gambar 5.16; Ampetemeter yang
sebenarn1'a,mempun1'ai 'sfot maka diperlukan suatu penguatan untuk menguatkan sinyal asli.
itleul dan resistor dalamnya'
rangkaian rui anngo'n-i*perimeter
54 Dasar Elektronika ?e|r tslgta", ii
. dan perlu
Sinyal yang didapatkan dari suatu dioda peka cahaya adalah kecil
suatu counter bisa dihidupkan atau
dikuatkan iehingga suatu lampu atau
dimatikan oleh sinYal tersebut.
.Sinyalyangditerimaolehantenaradioadalahkecilsehinggaperludikuatkan Gambar 5,19: Rangkaian ekuivalen
supaya bisa menggerakkan speaker. untuk penguat dengan memakai rang_
Suatu penguat elektronik adalah suatu rangkaian yang memiliki
satu kaian ekuivalen Norton. lo A. Ii,.
=
terdiri dari dua sambungan dan keluaran
masukan dan satu keluaran. Masukan
juga terdiri dari dua sambungan. Satu pasang sambungan yang berhubungan Di mana persamaan (5.30) juga ditulis untuk
input
ail"urt satu gerbang. Berarti penguat memiliki dua gerbang, satu gerbang Berarti besaran-besaran yang penting untuk
penguatan yang linear.
dan satu gerbang output. S^ering pemakai tidak perlu mengetahui
seluruh mengerti sifat dari suatu
penguat adalah resistivitas input,
rangkaian ai auUrn penguat, tetapi cukup mengerti sifat dari
input dan output resist-ivitas
output, penguatan dan linearitas.
input dan output Pentingnya dari besaran-besaran tersebut
.u.r!kuiu.r. Untuk menge-rti sifat dari input dan output rangkaian, akan menjadi jeras kalau kita
bisa diganti dengan rangkaian-rangkiian ekuivalennya. Sifat terpenting dari menghitung voltase-vortase dan daya-d,aya
pada satu sistem elektronik secara
keseluruhan yang terdiri atas sumfur
geruuni input adilah ..Jirtiuitu, input. oleh sebab itu input yang sebenarnya t"gurigu.r, penguat dan beban. Sumber
6isa ailarti dengan rangkaian ekuivalen untuk input
yang terdiri dari satu resis- tegangan bisa merupakan antena radio,
reidirig treaa plaa ,.po
suatu penguat merupakan sensor suhu atau sensor cahaya atau dari saru
tor antira kedua sambringan input saja. Output dari sensor untuk besara, nrit""d,yuirg tui.,
arus dengan bisa juga utuo
satu sumber daya listrik,lerartl satu sumber voltase atau sumber
resistivitas output
merupakan satu rangkaian rain.
display, tahap penguat atau rangkaian
a*;; ffif,,",,;; Jil'ir.", .uaio,
resistivitas dalam. Resistivitas dalam ini sering disebut sebagai lamqu' pengerora berikutnya, d,. secara
rangkaian ekuivalen keseluruhan terdapar rangkaian seperti;;i;;
dari penguat. Sebab itu output bisa digambarkan dengan gambar 5.20 yangmana sumber,
daya listrik' Jadi suatu penguat dan beban dirangkai bersama
Thdveniri atau rangkaian ekuivalen Norton untuk sumber dalam satu sistem elektronik.
dalam gambar 5.18 atau seperti
f""guu, keseluruh-an bisa digambarkan seperti sebagai penguatan
voltase output dan daya yansdiberikan
data'm gumbar 5.19. Besar penguatan A bisa didefinisikan u"run au[l]ir?*]]:"rritung kepada
antara voltase output tanpa beban' I/6,
voltase-di mana A adalah pe.Uandlngan Dari gambar 5.20 terlihat situasi dalam
yang bisa dituliskan sebagai persamaan: rangkaian ini. voltase input v;,
dengan voltase inpnt Vin dari penguat diperoleh dari,sumber
(5.2e) ,"gungu, yung- digambarkan dengan rangkai-
= A'Vi, an ekuivalen Th.venin. Maka voltase%
Vo
bagi tegangan yang dibentuk oleh
i".i""-uer tegangan dibagi oleh pem-
Di mana dianggap bahwa penguatan linear, berarti faktor I tidak ter- resisto. d;h- sumber tegangan,
tor input penguat, R1o. Maka terdapat \,, dan resis-
(5.29) hanya uottur" i.rfu t V;,, padapenguat
gantung dari voltase inpIt.'fatau penguatan tidak linear, persamaan sebesar:
berguna untuk voltase input tertentu.
4, =/0.,8_^.^t (5.31)
KalauoutputdinyatakandenganrangkaianekuivalenNortonseperti
arus sebesar ,4 '
dalam gambar 5. 19 lebih piaktls untuk mendeflrnisikan penguatan Maka dari penguatan voltase sebesar
Dengai mendefinisikan penguatan arus terdapat arus hubung singkat pada output
voltase output sebesar:
A terdapat voltase pada sumber
sebesar:
(5.30) l/s= A.V,,, = A.l/n -. R','
Io = A'In "..., R,o , R,t (s.32)
Arus yang mengalir dalam beban ditentukan
resistivitas output penguut,. Rro, dan oleh rangkaian seri dari
resistivitas input pada beban, R;,6"6n,.
terdapat voltase, arus dan daya pada Maka
beban:
Gambar 5.182 Rangkaian ekuivalen
untuk pengttat dengan memakai rang'
kaian ekuivalen Thdvenin. Vo = A'Vn '
Teori Rangkaian 57
Dasar Elektronika
56
Tabel 5.2: Beberapa nilai untuk output dari pengual kalqu resistivitas-
resistivitas dalam dari penguat berbeda-beda.
R; behon
t/ l/
Yout-ig
- R,, (Q) Ra, (Cl) 1rr, (mA) V"u, (mY) P.",[tW)
R4*Ri.1,"6n,

-ou' vo (5 '33) 20 100 1.43 143 204.5


' - Rdp * R,.h"bo,
20 10k 0.0283 2.83 0.08
- ) R,.hnbnn
Ph"bnn =Vou,' Iou'= lo- ;---1-- tz l0k r00 4.97 5 497.5 247s.2
(R, * R,.r,"nun)
untuk voltase' arus dan daya 10k l0k 0.099 9.85 0.97
Dari (5.31) sampai (5'33) terdapat.rumus sbb':
t'ii"tt i'pti tanpa beban adalah
output terhadap besar
R,- Ri.beh,tu (s.34) Dari perhitungan di atas terlihat bahwa penguatan voltase yang sebenar-
vou,=Vo.in
-_;&_ n R"-T** nya didapatkan jauh lebih kecil daripada penguatan A dari penguat. Hal ini
terjadi karena adanya pengaruh dari resistivitas input dan output. Kalau dikehen-
R, .A daki supaya penguatan voltase paling besar, maka resistivitas input dari penguat
R,. + R7, 15.35) harus dibuat besar dan resistivitas outputnya harus dibuat kecil. Suatu penguat
Iou,=Vo.in voltase yang ideal memiliki resistivitas input yang tak berhingga dan resistivitas
ffi output nol. Tetapi penguat seperti ini tidak mungkin dibuat. Juga dengan meng-
(5.36) ubah resistivitas dalam dari sumber tegangan dan dari beban, voltase output dari
Ph"ho, =Vou,' lrr,='r.,r'
l# h, ^\ *,,r+tr;i penguat dan daya yang diberikan kepada beban akan berubah. Untuk setiap
rancangan penguat terdapat situasi tersendiri dengan nilai tertentu untuk resistivi-
di mana terdapat suatu penguat tas dalam dari sumber tegangan yang dipakai, resistivitas beban, penguatan yang
Sebagai contoh kita menghitune 1i-tu1si pada
dengan penguatan
=ioo' tnpui aati p"ng"ut dipasang efektif
dibutuhkan dan syarat-syarat lain yang terdapat dalam konstruksi. Siruasi ini
'"I';;-;til"?z un ,ot'tur" AC'dengan voltase akan menentukan bagaimana penguat akan dirancang.
suatu sumbe. t.gungun yung menyediat
sebesar v"f,o:ro*v pulu'i"ut'gi"rl*
i"iu'ta (tanpa beban)' Resistivitas oumut Kalau yang dikehendaki bukan penguatan voltase, tetapi penguatan arus
dengan penguat
Beban yang mau dijalankan yang maksimal, situasi menjadi lain! Resistivitas input dan output harus berapa
dari sumber itu sebesar Ra, = 50C)' arus dan
Ri'b"bo'j 1OOO' Kita menghinrng besar untuk mendapatkan penguat arus yang ideal?
ini memiliki resistivitas **t'tt sebesar resistivitas in-
kepada t"but' pudu dua
voltase output serta daya yang diberikan output dari
Jadi berapa besar resistivitas input dan output yang paling baik tergan-
dari pen-guat dan dua resistivitas nrng situasi pemakaian dari suatu penguat. Resistivitas-resistivitas dalam itu
put, yaitu R,7 = 10k() iuo"n'o-=20(! 5'2'
pensuat, vaitu Ra, = l#;;:';;:
ioko' H"asilnva dicatat dalam tabel selalu merupakan besaran yang harus diperhatikan dengan baik.

5.4.2. Daya Output


Satu pertanyaan yang bisa diajukan pada suatu sumber daya adalah: be-

Sumber tegangan
,,+
!,.,, )r
Penguat
nr|+
il*''o'0"'
Beban
ban harus memiliki resistivitas berapa besar sehingga daya pada beban menjadi
maksimal. Hal ini menjadi penting kalau daya yang disediakan terbatas dan oleh
sebab itu penguatan perlu dimanfaatkan semaksimal mungkin. Hasil dari analisa
secara umum terdapat sbb..
Kalau terdapat sumber tegangan dengan resistivitas output R7, maka
daya yang diberikan kepada suatu beban R6"6on rtenj?di maksimal apabila beban

dengan sumber tegangan'


penguat dan
Gambar 5.20: Satu sisrcm elektronik
beban'
Dasar Elektronika kori Rangkaian
58 59

resistivitas output R'7 dari Frequency response (ketergantungan frekuensi):


Ketergantungan frekuensi
memiliki resistivitas masuk R;,, yang sama dengan dari penguatar disebutfrequency response dari ruui,
tegangan memilki imp.edansi output
sumber tegangan. fufu,, o"tp"i'iuti t"*U"r
p.rg;;u,. eiuru.ryu
beban halrus-memiliki besar impedansi
Z* terdapat hubungan antara besar penguatan dengan ft..k
Z yangkompleks, *"k" #p;d'"i pak dalam gambar 5 .zr . Di situ terlihat p"nguutun
,;perti tam-
yarg conjugrrca ,r^piu tari impedansi sumber y:1t-::1".::ban memiliki turun";"ri
pada frekuensi
matching atau penyesuaian.impedan- kecil dan frekuensi besar, sedangkan pada iekuensi ,.alrg
resistivitas yang sama disebut impeilance prrguurun
bidang elektronika'
si. Penyesuaian imp"aai;i;il; penting.dalaniberbagai penyediaan daya listrik
misalnya untuk pemakulut' f'"[t"n'i tinggi yang mana
menjadi alat yang juga besar
sulit dan mahal. (K"h;^;;y; b"rur, .rtib-"r-dayi
dan berat')
yarrg diserap dalam penguat
Tetapi perlu juga diperhatikan bahwa daya
daya output' Sebab itu
juga menjadi besar t"iiL iiUutt dioptimalkan terhadap Gambar 5.21: Hubungan
maiching untuk dava' tetapi
penguat daya tidak di;""c * ";ii".i*o'a1nce antara penguatan dan
sehingga daya yang diserap di
resistivitas ourpurnya ;ib;;rk;, sek'ecil mungkin frekuensi.
dalamnya menjadi kecil' akan lebih besar.

5.4.3. Beberapa Definisi Lagi Mengenai Penguat


antara daya P2 yang diberikan
Power gain (penguatan daya): perbandingan
masuk ke- dalam.input penguat'
penguat tepaJa beban dan daya P 1 yang
dan sering dinyatakan
Power g^i" ;;t;;;;-tttgu'ru'g pudu Ltkt'"ttsi
dB adalah sbb':
dalam satuan ae (desiUet)' nenniii dari
satuan

(s.37)
Power gain (dB)=ro bc(?)
di mana:
P2 '. dayayang diberikan penguat kepada beban'
P, : daya yang masuk ke dalam input penguat'
day1.pldu input dari suatu
Kalau daya pada output lebih kecil daripada
nilai yang negatif'
rangkaian, po*.' ioi"dalam dB akan memiliki
antara voltase output dan vol-
Voltage gain (penguatan voltase): perbandingan
sering dinyatakan
tase input p"d; ;;; ;"niuat' voltage gain.juga merupakan satuan
dalam satuan dB, tetapi karena satuan dB aslinya
disesuaikan dengan mem-
untuk daya *uku d"f''i'i untuk voltase perlu
Defi-
kuadrat dari voltase'
perhatikan b"h*";"y" ilhubungan dengan
satuan dB sbb':
nisi untuk vohctge gai'in dalam
/,) (s.38)
Voltage gain (dB) = 20'log -lV')

di mana:
/2 : voltase Pada keluaran Penguat'
,/l : voltase pada inPut Penguat'
6

Kapasitansi dan lnduktansi

6.1. Kapasitansi
Satu komponen yang sering dipakai dalam
elektronika adalah kondensator. Dalam gambar 6. I
beberapa contoh komponen kondensator diperlihat-
kan. Lambang kondensator adalah dua garis yang
paralel dan tegak lurus dengan sambungan kabel
seperti diperlihatkan dalam gambar 6.2. Lambang ini
menunjukkan bahwa kondensator pada dasarnya di-
bentuk oleh dua plat logam yang terpisah oleh
isolator seperti diperlihatkan dalam gambar 6.3. Gambar 6.1: Beberapa
contoh untuk komponen
Ketika belum ada muatan pada plat logarrl di antara
plat logam belum ada medan listrik, maka belum ada kondensator.

voltase
(, =ir-) antara kedua plat logam itu.

Karena belum ada voltase antara kedua plat logarrl maka jelas belum ada voltase
antara kedua kaki sambungannya. Kalau kondensator ini dihubungkan dengan
suatu rangkaian, maka akan ada arus yang mengalir. Tetapi karena di antara plat
logam dipasang sebuah isolator, arus tidak akan dapat lewat di situ, sehingga
muatan yang bergerak (arus) hanya bisa bergerak sampai ke plat logam saja. Di
situ muatan berkumpul, berarti pada plat logam akan ada semakin banyak
muatan. Karena ada muatan pada plat logarn, maka timbul medan listrik di antara
plat logarn, sehingga akan ada voltase antara dua plat logam. Karena ada voltase
antara dua plat logam, berarti ada voltase antara kaki sambungan kondensator.

--lF
Gambar 6.22 Lambang kondensator untuk rangkaian elektronik.

61
Dasar Elektronika
62

Untuk arus bolak-balik dalam bentuk cosinus terdapat:


V =Vocosat

I =ClL
*, = -CVo,osin,ot= l.
"*(rr*f) (6.4)
Gambar 6.3: PrinsiP bangun dari dt I
kondensator. Io =VoCa
Berarti arus mendahului voltase, atau dengan kata lain arus tergeser 90o
pada plat logam akan ada semakin ke depan dari voltase, atau terdapat pergeseran fase antara voltase dan arus
logam saja' Di situ muatan berkumpul' berarti
pada platiogarn' maka timbul medan listrik
banyak muatan. rur"nu liu -trutui sebesar 90o. Kalau hasil ini digambarkan dalam diagram panah (fasor) terdapat
antara dua plat logam. Karena
di antara plat logarn, ,";G;; akan'ada voltase gambar seperti dalam gambar 6.4.
ada voltase antara dua ;ffii;g;* berarti ada voltase antara kaki sambungan
Hubungan antara amplitude arus dan amplitude voltase terdapat dari
kondensator. Antara U"ri, uottu"'" dan banyaknya muatan yang ada di plat logam (6.$:
ter<iapat hubungan linear:
(6.1) l/o=l (6.5)
Q=C'V Io Ca
luas plat logam' jaraknya dan
Besar dari konstanta C tergantung dari Berarti hubungan antara besar arus dan besar voltase tergantung dari
bahan isolasi yang ada f;;";" pUi toguir. Bahan isolasi di antara plat logam
besar frekuensi dan besar kapasitansi. Kalau kapasitansi besar, arus akan besar
disebut dielektrik. fonrturtu C uaufuf, ciii
da.i kondensator dan disebut kapasitas
dan kalau frekuensi besar, arus akan besar juga. Jadi kalau frekuensi semakin
atau kapasitansi. besar, kondensator semakin tidak menghambat arus. Untuk frekuensi 0, berarti
yang terdapat pada kondensa-
Penjelasan ini menunjukkan besar voltase pada voltase DC, tidak ada arus yang mengalir. Jadi kalau ada kondensator antara
jumlah muatan yang ada di dalam
tor dalam rangkaian elektronik tergantung dua titik sepertinya dua titik tersebut dihubungkan untuk voltase AC dan dipisah-
kondensator tersebut.Jil;h berf,ubungan dengan arus sesuai dengan kan (tidak ada hubungan) untuk Voltase DC.
'nuutaa waktu:
defrnisi arus sebagai jumlah muatan per Bilangan kompleks bisa dipakai juga untuk menghitung hubungan
,dQ (6.2) antara arus dan voltase dalam bentuk cosinus yang disambungkan dengan
d, kondensator. Dengan perhitungan dalam bilangan kompleks terdapat hubungan
terhadap waktu' Dari definisi sbb.:
Berarti arus adalah diferensial dari muatan
arus (6.2) dan definisi;il;tt;;;i (6'1) terdapat hubungan antara arus dan V (t) =Yo"t'' (6.6)
voltase pada kondensator sbb:

=Lro *Y= t#i \/ =


t Q) c{dt = 6dvo,e:''
dt
= voC i,,ei'' (6.7)
' - 1 = slL
o'
(6.3)
Dari (6.7) terdapat hasil yang sama dengan hasil (6.4): ada pergeseran
r=dQ
dr) I fase antara arus dan voltase sebesar 90o di mana arus mendahului voltase. Hal
ini
dengan arus' Hal ini berarti
Jadi turunan dari voltase be'banding lurus
bahwa pada kondensator bukan voltase
yang menentukan besar. arus' tetapi
dengan kata lain' besar arus
perubahanvoltase yang menentukan besar arus' Atau
tetapi arus berhubungan
tidak berhub.,rgun tung,*g d"'gut' besar- voltase'
dengan besar perubat u,"uotii'"' K-alau
misalnya tidak ada arus' maka tidak ada
s"du,tgkan besar voltase bisa memiliki
nilai apa saja'
;;;;i;;;"liur",
Gambar 6.4: Pada kondensator arus tergeser 90, ke
depan dari voltase.
Dasar Elektronika
64

dilihat dari faktor i padadalam (6.7). Kalau digambarkan dalam bidang


(r)
bilangan Gauss, t..aupuiiurii'r"p"tti ya"g ieluh digambarkan
dalam gambar 6'4' 6.2. Induktansi
Satu komponen lain yang sering dipakai dalam elektronika adalah kum-
Untukarusbolak-balikdalambentukcosinus'besaranimpedansiZ
tidak
didefurisikan hampir tu-u J*gu, definisi dari resistivitas R. Impedansi Z paran. Lambang kumparan seperti diperlihatkan dalam gambar 6.5. Kumparan
hanya menentukan hrrbrngu., a|tara besar arus dan voltase' tetapi juga mengan- adalah suatu lilitan kawat yang bisa memiliki kern, yaitu suatu isi feromagnetik
pergeseran fase terdapat atau paramagnetik untuk memperkuat medan magnet B. Ketika kumparan dialiri
dung arti mengenai p".;;:;;;; fase' lnformasi tentang
perbandingan antara arus, maka akan ada medan magnet di dalam kumparan. Ketika arus berubah,
dalam bagian imajinernla. Impedansi Z terdefinisi sebagai
maka medan magnet dalam kumparan juga akan berubah. Ketika medan magnet
voltase dan arus dingan-memakai bilangan kompleks:
dalam kumparan berubah, maka akan ada induksi vortase di dalam kumpiran
_ t, (t) /o ei(''*vt) (6.g) yang sebanding dengan kecepatan perubahan medan magnet, di mana medan
' -1A /n si(''*vz) magnet sebanding dengan besar arus dalam kumparan. oleh sebab itu terdapat
voltase induksi yang sebanding dengan kecepatan perubahan arus dalam kumpir-
Z darikapasitansi sebesar:
Dengan definisi ini terdapat impedansi an. Maka secara keseluruhan terdapat persamaan antara perubahan arus dan

, _v (,) _ voei'' _ I (6.9) voltase pada kumparan, yaitu sbb.:


" - t li vociaei'' iolc
v'(t)=-t+ (6. I 1)
Impedansidarikondensatortidakmemilikibagianreal'tetapimerupa-
imajiner secara
kan impedansi yang imallne. secara penuh' Karena impedansi Tanda minus menunjukkan bahwa voltase berlawanan arah dengan
penuh,makaperges".unfu,.antaraarusdanvoltasesebesarg0o.Besarharga perubahan arus yang menghasilkan voltase induksi ini. Tetapi untuk
dalam kondensator'
mutlak dari impeJansi membatasi arus yang bisa mengalir
sbb': mendapatkan perubahan diperlukan vortase yang melawan voltase
Untuk daya pada kondensator terdapat perhitungan "*, {9
induksi ini, berarti dalam elektronika yang mana kita menghitung voltase z(r)
' ,,
P(r) = tt Q)'t (t)=Volo'cost'rtcos[.0 *I))
2 yang dipasang pada kaki komponen rerdapat: V(t): -y*(t). Sehingga rumus yang
dipakai dalam elektronika adalah:
(6.10)
= v,r, (+*,;. I*"(r,, . ;)) v(t)=t+ (6.12)

=lvoh."r[zr,*]) Konstanta z menunjukkan besarnya voltase induksi yang dihasilkan


oleh suatu kumparan tertentu melalui medan magnet dari arus pada kumparan itu
waktu daya
Berarti terdapat daya seperti fungsi cosinus: Pada beberapa sendiri. z disebut induktivitas diri atau induktansi diri. Induktansi diri L tergan-
akan positif dan pada U"U.r'up" *utto yarig lain daya
akan negatif' O"ld tung dari jurnlah lilitan, besar luasan dalam lilitan dan bahan kern yang ada di
:i::gi
mengeluarkan energl
diberikan kepada kondensator dan kemudian kondensator dalam kumparan.
yang dimasukkan
itu kembali. Daya ruta-rata nol (P = 0) , berarti semua energi Kalau ada dua kumparan (kumparan I dan kumparan 2) yang
ke dalam kondensator akan keluar lagi. Ternyata kondensator
bisa menyimpan berdekatan ataudililit di atas satu kem, maka perubahan arus dalam kumparan
energi listrik. Energi lto?tmpu" diiam bentut medan
listrik yang terdapat
antara plat-plat kondensator.
Karenadayarata-ratapadakondensatornol'makatidakadadayayang
terdisipasi(yangdikeluarkan)padakondensator'Bisadikatakan:kondensator
-I-
panas.
merupakan komponen Sebab itu kondensator tidak menjadi
"o"_Jirrip",if.

r-1 Gambar 6,5: Lambang kumparan dalam skema rangkaion.


Lambang di bawah adalah kumparan dengan kern.
1

Dasar Elektronika Kapasitansi dan Induktansi 67


66

Dengan memakai bilangan kompleks untuk hubungan antara arus dan


pertarnra akan menentukan voltase induksi dalam kumparan kedua: voltase dalam bentuk AC terdapat:
d /, (r) (6.13) I (t) = 1o"i'' l6)
Vr(t)= h,-it (6.

menginduksi' Dalam buku


Konstanta Lv2 adalahinduktansi untuk saling
diri. bari (6.12) terlihat bahwa
r (t) = t+: ,u'\r, - roLio)ei'' (6.17)
ini kitahanya akan *"-Lr"urutun induksi
voltase pada kumparan. Untuk arus
turunan dari arus u..uu"afi iri-s d.nga., Hasil dari (6.17) sama dengan hasil dari (6.14): terdapat pergeseran fase
bolak-balik dalam bentuk cosinus terdapat: antara arus dan voltase sebesar -90' di rnana arus menyusul voltase. Hal ini dapat
dilihat dari faktor i pada V(t) dalam (6.17). Kalau digambarkan dalam bidang
1= 1o costl/I
d / (r) I = v (t) - - Lloorsin<oI - I/6 cos ,r-;) (6. l4)
bilangan Gauss, terdapat hasil seperti tampak dalam gambar 6.6.
"l
V=L dri Dengan memakai impedansi Z hubungan antara arus dan voltase serta
pergeseran fase antara keduanya bisa ditentukan dengan mudah. Dengan definisi
Vo = IoLr:,r dari Z dalam (6.8) terdapat besar impedansi untuk kumparan dengan induktansi
voltase' atau dengan kata lain diri sebesar L:
Dari (6.14) terlihat bahwa arus menyusul
voltase atau terdapat pergeseran fase
antara
arus tergeser 90o ke U"iutu"g dari _ v Q) IoLitr,ei.,
voltase dan arus ,"u".u, -sor]Kahu hasil
ini digambaiku.r dala* diagram panah L:-:-:iurl (6. I 8)
I (t) /o e','
terdapat gambar seperti dalam gambar
6'6'
Hubungan antara amplitude arus dan
amplitude voltase terdapat dari Impedansi dari kumparan tidak memiliki bagian real seperti impedansi
dari kondensator, tetapi merupakan impedansi yang imajiner secara penuh.
(6. la):
Karena impedansi imajiner secara penuh, maka pergeseran fase antara voltase
b=
Io
r, (6.1s) dan arus sebesar 90o. Besar arus (harga mutlak arus) yang bisa mengalir dalam
kumparan ditentukan besar dari harga mutlak impedansi:
tergantung- dan frekuensi dan
Hubungan antara besar arus dan voltase l/(I)l - Ir/ (t)l
besar induktansi' Kalau induktansi besar'
arus akan kecil dan kalau frekuensi tz Elr\')l =ti,,Lt=aL 3 utrte
' \/I (6. le)
besar, arus akan kecil j"g;J;' k;i* 1t"[u"1si
semakin besaq kumparan makin l1(,)l aL lzl
berarti untuk voltase DC' aliran arus tidak Unruk frekuensi (atau impedansi) yang semakin kuat arus
menjadi hambatan. U"t"? frekuensi 0, besar,
DC kumparan sama sekali tidak
terhambat sama sekali ;i;-il;p"ran lrntuk semakin dibatasi.
p."gu' kaia lain tu"'puturr menghubungkan voltase DC'
mempengaruhi arus). Untuk daya pada kumparan terdapat perhitungan sbb.:
tetapi menghambat voltase AC'
P(t) : v (t). t (t) = Yoto .orrr.or[r, -])

r, (;*, (6.20)
= v,
|. )*,(2,, - t))
=in,,,.*(2,,-f)
Berarti terdapat daya seperti fungsi cosinus: Pada beberapa waktu daya
akan positifdan pada beberapa waktu daya akan negatif, berarti energi diberikan
kepada kumparan dan kemudian kumparan mengeluarkan energi itu kembali.

90" ke Daya rata-rata nol (F:0) , berard semua energi yang dimasukkan ke dalam
Gambar 6.6: Pada kumparan arus lergeser
belakang dari voltase.
Kapasitansi dan Induktansi 69
Dasar Elektronika
68

bisa menyimpan energi listrik'


kumparan akan keluar lagi' Ternyata kumparan
yang terdapat di dalamkumparan'
;;;igffi disimpan dalanimedan magnetik
Karena daya rata-rata pada kumparan
nol' maka tidak ada daya yang
Bisa dikatakan: kumparan meru-
terdisipasi (yang diteluarkan) pada kumparan' panas'
s"uuu itu kumparan tidak akan menjadi
oor-aJGuili'
;;;;;i;d";.",, Gambar 6.8: Voltase pada induktansi dan pada
resistivitas dari kumparan real berjumlah menjadi
voltase seluruhnya.
6.3. L, C dan R dalam Untai Arus Bolak-balik
dari voltase resistivitas dan voltase induktansi adalah satu panah yang miring.
Seri Besar sudutnya tergantung dari perbandingan antara besar impedansi kumparan
6.3.1. Kumparan Real: L dan R Dirangkai Secara
dan besar resistivitas.
Dalam pasal sebelumnya hubungan antara arus dan voltase dalam kum-
-dari
medan magnet dalam kurnparan' Dari (6.21) dan dari gambar 6.8 terlihat bahwa pada kumparan real
paran dihitung a.ngu,,-^"'rnakai sifat
yang diperhatikan' Dari sifat lnagne- secara keseluruhan pergeseran fase antara voltase dan arus dan harga mutlak dari
berarti hanya sifat magnetik dari kumparan 'felapi
arus yang me.lgalir dalam impedansi akan tergantung dari frekuensi, dari I dan dari besar resistivitas R
tik tersebut terdapat i"a"tt"rri kumparan. Z =iaL dari sifat magnetik yang terdapat dalam kumparan. Kalau R kecil dibandingkan dengat aL, maka
kumparan tidak ttanyu JihuiUut ot"t' impedansi
kumparan jl*" arus' pengaruh dari resistivitas R bisa diabaikan. Berarti semakin besar frekuensi, R
tersebut, melainkan resistivitas dari kawat i:^1t,11-bat kawat
kumparan tanpa resistivitas semakin tidak berpengaruh, atau dengan kata lain semakin besar frekuensi, kum-
Resistivitas kawat ini tlau[ aitttt'"ndaki' maka
setiap kumparu, ,"ui selain memiliki induktansi I paran semakin bersifat sebagai kumparan ideal.
disebut kumparan ideal. Tetapi
dengan resistivitas dan
juga memiliki resistivitas R. sirat'dari k.,*puran real
tanpa resistivitas yang dirangkai
induktansi ,u*u a.rguri ,u* to*pu.an ideai 6.3.2. Pembagi Tegangan dengan Resistor dan Kondensator
Resistivitas dari resistor
seri dengan ,utu ..ri,io' seperti. dalam gambat'6'7 ' Rangkaian dalam gambar 6.9 merupakan satu rangkaian dengan satu
tersebutadalahr.rirti't'itu'tu*utkt'*putun'Ktdttukomponenpenggantiseolah- masukan dan satu keluaran, berarti merupakan rangkaian dua gerbang seperti
olahdirangkalse.ita.enaarusdalamresistivitaskawatdandidalaminduktansi suatu penguat. Cuma di sini tidak terjadi penguatan antara input dan output.
kumparan ,urnu b"rut, seri menggambarkan sifat dari kumparan
'nutu 'ut'gtuiun Penguatan voltase atau voltage gain A tetap bisa didefinisikan sebagai perban-
real deugan benar. dingan antara output dan input:
tempat' dan voltasenya
Dalam rangkaian seri arus sama pada setiap
adalah jumlah auri pada R.dan L, sehingga impedansi seluruhnya A =vo'' (6.22)
"oitur"-
ah impedansi dari masing-masing komponen:
V,,
*"ruputu" i
""rf ,
V =Vt*Vn= Zt.I +Z^'I = Z' 62t1 Sisi kiri dari rangkaian dalam gambar 6.9 dipakai sebagai input dan sisi
kanan dipakai sebagai output. Maka terdapat voltage gain dari persamaan untuk
*Z:Zr+Z^=Zr*R=iaL+R pembagi tegangan:
untuk arus 1 dan voltase pada
Dalam fasor (gambar 6'8) terdapat panah arus
resistivitas dengan t;'; sama' Voltase pada induktansi mendahului
"t;T sehingga jumlah
(dan vottase p"d" ,";;;;;i d.ngun selisih iase sebesar 90o

Gambar6.7:Kumparanrealteruliriatasinduktansidanresistivitasyang Gambar 6.9: Lowpass fiter yang sederhana.


dirangkai secara sert'
70 Dasar Elektronika
71

I
A=Vou,* Zz = irq i ltfff]]if;li t besar
", r,,, il)[:,:? i batas 3 dB
(6.23) , rrekuens pada
V,n Zr+2, *.# l+icoRC !1
f lirdapa
,i
ii
lt
Dari (6.23) terdapat harga mutlak dan fase dari I sbb.:
{l
Ie(,,)l=#=5fu
# l+a,2R2C2 =2 €o,^ = I
= e = arctan<oRC (6.24) "RC (6.27)
l,l(r)l
#i > .f,
_l
-:-@-
2n
I
2rRC
Hubungan a\tara lAl dan frekuensi f dan hubungan antara pergeseran
Bahwa oueut dari rangkaian
sudut dan frekuensi/yang terdapat dari (6.24) seperti yang digambarkan dalam seperti
gambar 6.10.
diIih at de nga r
rasor. Sitahkan pikirkan
rua ir, au.l
";
ffi;,; " #,T:q'X 1.ffi, HIT;fu ff*::'j,ii
,.;i;i-b*;;;I:',*.ri dalam fasor yang
X
au" uugui''i'u;;;;g", berubah
antara vorrase dan arus
Kalau frekuensi rendah, besar output hampir sama dengan besar input. fili:r-.""1tr;r0"".**n dida-
Kalau frekuensi naik, bagian input yang diteruskan ke output akan berkurang.
Berarti frekuensi rendah diteruskan dan frekuensi tinggi diserap. Oleh sebab itu
rangkaian ini disebut lowpass filter atau tapis lolos rendah. Frekuensi di mana
hanya
f dari input diteruskan ke output disebut attoff fiequency f, atau
frekuensi batas 3dB:

l,,u)l=# (6.2s)

Pada cutofffrequency, ouQut berkurang 3dB daripada input, berarti:

letr,\= -3dB
* 2otoslA f, zorcsffi
( )l = = -t (6.26)

*W='o(#)=;
Dasar Elektronika Kopasitansi dqn Induktansi 73
72

100000

Gambar 6,ll: Rangkaian lowpass filter yang dibe-


..-.-....... f(Ltz) ----- " "'-" i bani dengan R6,6n,,.

Kalau frekuensi dan harga mutlak dalri ll digambarkan dalam skala


0,01 logaritmis, maka terdapat kemiringan l. Yang dimaksud dengan kemiringan I
adalah Hl to..rn satu dekade ketika/naik satu dekade. Dikatakan bahwa filter ini
mempunyai orde l.
0,001 Kalau rangkaian ini dibebani berarti pada output rangkaian ini ada arus
keluar (misalnya karena ada resistor yang dirangkai secara paralel dengan
I kondensator seperti dalam gambar 6.11) maka perhitungan berubah. Kalau
resistivitas beban besar dibanding dengan resistivitas rangkaian asli, maka arus
0,8 yang mengalir dalam beban bisa diabaikan dan sifat rangkaian hampir sama.
Tetapi kalau resistivitas beban lebih kecil sehingga sekarang arus dalam beban
0,6 tidak begitu jauh lebih kecil dibanding dengan arus yang mengalir dalam
rangkaian asli, maka sifat rangkaian akan jauh berubah. Cara menghitung sifat
0,4
dari rangkaian ini sama dengan rangkaian seri dan paralel dengan resistor, hanya
0,2 di sini impedansi Z yang kompleks harus dipakai. Berarti terlebih dahulu
dihitung impedansi R6s6,, !?ng dirangkai paralel dengan kondensator yang
menghasilkan Zxa-. Kemudian dari rangkaian seri dengan Zps dan resistor R
terdapat sifat rangkaian seluruhnya. Sifat dari rangkaian ini bisa juga dimengerti
dengan memakai fasor. Bisa juga rangkaian lowpass filter ini dipandang dari
keluarannya. Dari keluarannya terdapat rangkaian paralel dengan resistor R dan
kondensator C. Impedansi rangkaian paralel ini adalah impedansi keluaran yang
menenfukan hubungan antara arus dan voltase keluaran. Semakin besar arus
dalam beban, maka sifat dari rangkaian ini akan semakin mendekati sifat dari
pembagi tegangan dengan dua resistor, dan bukan lagi pembagi tegangan dengan
-v4 resistor dan kondensator. Berarti sifat tapis lolos rendah akan semakin hilang.
Hal ini harus diperhatikan kalau merancang filter untuk keperluan tertentu.
Mengenai sifat dari rangkaian yang dibebani, silahkan cari dalam buku-buku
elektronika yang lain atau hitunglah sendiri.
Kalau resistor dan kondensator dibalikkan seperti dalam gambar 6.12

gain lAl clanfrekuen.si dan hubungan


Gambar 6.102 Hubungan antarovoltage a r 6' 9'
an t ar a p e tses er a n fa ti"
i ;;;; ou t io a o io*pu" filter d ar i gambI 59 I Q dan
i': "i
clensln risistivitas sebesar
IJntuk hasil seperti ini clipakai rangkaian (rekuensi ba@san
kapasirunsi sebesar l1ii, bterarti"terdapat cut:_fffrequencv
ttigambarkan .alam skala
jdB) sebesar l00Hz'
"il*"i''*;".ai*^ )tiia'i
u'1nt'o.ho1ta f vang digambarkan
datam
togaritmis. Datam k';;;';;;;;;: Gombar 6.12: Highpass filter yang sederhana.
skala logaritmis'
74 Dasar Elektronika Kopasitqnsi dan Induktansi
75

maka akan didapatkan suatu rangkaiar highpassfilter atat tapis lolos tinggi.
Mengapa rangkaian ini merupakan highpass filter (tapis lolos tinggi)?
Silahkan hirung sendiri persamaan untuk l, ll dan q.
Definisi dari frekuensi batas 3dB sama dengan definisi pada lowpass
filter.
Grafik untuk voltage gain A dan pergeseren fase dari rangkaian high-
pass filter diperlihatkan dalam gambar 6.14.
0.01

6.3.3. Pembagi Tegangan dengan Kondensator dan Kumparan


Kalau lowpass filter dengan resistor dan kondensator diubah, dan 0.001
resistor diganti dengan suatu kumparan, maka perubahan dari voltage gain V4l
terhadap frekuensi akan semakin besar. (Mengapa?) Skema rangkaian dari
lowpass filter ini digambarkan dalam gambar 6.13. Terdapat hubungan antara I
frekuensi dan voltage gain lll seperti dalam gambar 6.15. Pada grafik dalam 0,8
gambar 6.15 sudah diperlihatkan bahwa kumparan bukan kumparan ideal, tetapi
kumparan real yang memiliki resistivitas R yang dirangkai secara seri dengan 0,6
induktansi dirinya (induktansi L). Kalau resistivitas R kecil, pada frekuensi 0,4
resonansi rangkaian LC akan memiliki voltase yang sangat tinggi. Semakin besar
resistivitas R, puncak amplitude ini semakin hilang. Pergeseran fase berubah dari 0,2
0 pada frekuensi rendah menjadi n pada frekuensi tinggi. Perubahan ini terjadi
pada frekuensi resonansi secara tajam ketika resistivitas R kecil dan berlahan-
lahan ketika resistivitas R besar. Filter ini merupakan filter orde 2: Kalau harga
mutlak dari voltage gainlAl digambar secara logaritmis terhadap frekuensi yang
juga digambar secara logaritmis, maka terdapat kemiringan 2. Oleh sebab itu
pengalihan antara frekuensi yang bisa lewat dan yang tidak bisa lewat lebih
tajam daripada yang terdapat pada filter orde l.
Silahkan jelaskan sendiri perubahan fase dari filter ini dengan memakai
diagram panah (fasor).
Kalau letak kumparan dan kondensator dipertukarkan maka akan ter-
dapat highpass filter dengan orde 2.
f(Hzt :
:

t0 100 1000 I 0000


Gambar 6.13: Lowpass filter dengan kumparan dan
Gambar 6'14: vortase gain tran pergeseranfase
kondensator. padahighpass fiter dengan
rangkaian seperti ctarim gamba,
,lrti iiri r"tigo gambar cran data dari R
b. t i.
dan c sama seperti traram gambar
6. r 0. Filtir ini juga merupakan
r'---' orde
Jrter r
seperti lowpass filter dalam gamiar
6.9.,
Dasar Elektronika Kapas i ta ns i dan I ndukt a ns i 77
76

6,3.4. L, C dan R dalam Untai Seri


Kalau resistor, kumparan dan kondensator dirangkai secara seri maka
1,9+01
f(t1z) - i akan didapatkan skema rangkaian seperti dalam gambar 6.16.
Silahkan jelaskan sendiri bagaimana sifat dari rangkaian ini. Bagaimana
1,9,+00 hubungan antara impedansi dan frekuensi dan di mana terdapat impedansi yang
paling keciVbesar.
l,E-01
Impedansi dari rangkaian ini terdapat dari jumlah impedansi dari
komponen masing-masing:
l,E-02
z=R+i(.,t- t
1,8-03
- - -\-- )
@c)

1,E-04
(6.28)
1,5

Kalau (6.28) digambarkan dalam satu grafklZl terhadap frekuensi dan


<p terhadap frekuensi terdapat grafik seperti dalam gambar 6.18.
Filter ini disebut bandpass filter (tapis lolos pita). Mengapa?

-----f---
Gambar 6.162 Rangkaian seri dengan resistor dan kumparan (kuntparan real)
10 000 dan kondensator.

R=1.3Q 6.3.5. L, C dan R dalam Untai Paralel


Pada untai RLC yang paralel seperti dalam gambar 6.17 terdapat sifat
untuk lzl dan <p seperti dalam grafik gambar 6.19. Silahkan hitung dan jelaskan
sendiri bagaimana sifat ini didapatkan.

.-..'....-..:

0
t 10 100 I 000 l0 000
Gambar 6.172 Rangkaian RLC paralel
dan fase dari voltage gain
Gambar 6.15: Hubungan sntara harga mutlak
6' 13' Data dari komponen
,"riririlri{""nri po,o'lo*pass filter llari gambar t'3{l (Radalah resistivitas
ctan
yang aipl*oi: C = lmEL = 2.53mH,R = 3Cl
:
tlari kumparan)- KalauR 1'-'O, clekat tlengan frekuensi
resgnln!'.voltage
clari I . Filter ini actitan Tlter orde 2' (Mengapa?)
gain lAl menjadi lebih besar
Dasar Elektronika Kapasitansi dan Induktansi 79
78

40 6,0

30
4,0
20

l0 i\........... i ..... ..."./..i 2,0

0 oo
10 000 r 00 000

1000,0 10,00

f(ttz) >
100,0
1,00

10,0
0,10

1,0

0,01

0,1
t/2
U2
l4
v4

-l4
-U2 Gambar 6.19: Impedansi dari rangkaian paralel dengan R, L dan C terhadap
frekuensi. Data dari komponen yang dipakai: C : lmE L : 2.53mH, R : 5O
Gambar 6.182 Impectansi dari rangkaian seri dengan R, L dan C terhadap dan 0.5Q. Pada R : 5{)resonansi lebih tajam. Orde dariJilter ini berapa?
frekuensi. Data elari komponen yang dipakai:
C : tmE L : 2'53mH' R = 5O
elan 0.5Q. PaclaR= 0.5Qresonansi lebih tajam. orde darifilter ini berapa?
80 Dassr Elektronika

9.3.6. Filter dengan Orde yang Lebih Tinggi


7
Dengan menggabungkan beberapa filter, orde dari filter bisa dibuat
lebih tinggi dan sifatnya menjadi lebih tajarq berarti voltage gain berubah lebih
cepat dengan daerah frekuensi di mana filter mulai "tutup' . Tetapi kehilangan Teori Semikonduktor
energi juga akan bertambah kalau jumlah komponen ditambahkan. Satu solusi
untul mengatasi kehilangan energi yang semakin besar adalah fiter aktif (active
filters) yang tersusun dari kondensator, kumparan dan Op-Amp.

7.1. Arus Listrik dalam Bahan


Dalam logam dan dalam semikonduktor ada muatan yang bisa bergerak
sehingga bisa didapatkan arus listrik karena gerakan muatan itu. Dalam logam,
setiap atom kira-kira mempunyai satu elektron yang bisa bergerak. Itu berarti
jurnlah muatan yang bisa bergerak sama dengan jurnlah atom yang ada.
Kerapatan elektron bebas z yang terdefinisi sebagaijumlah elekhon bebas Nper

volume V sama dengan jumlah atom per volume (r=f). Jumlah atom per
volume sebesar pecahan dari konstanta Avogadro (umlah atom per mol) dan
volume dari satu mol.
Jumlahatom N
konllqntaAvogadr_oA= ,.ro,
Volume permol = =L:n
volumeV V
(7.r)
mol
Sebagai contoh, pada tembaga terdapat kerapatan elektron bebas sebesar
n:8.43'1022 crr].
Hubungan antara besar arus, jumlah elektron dan sifat-sifat elektron bisa
dimengerti sbb.: Arus I yang lewat satu bidang terdefinisi sebagai jumlah muatan
Q yang lewat per detik. Kerapatan arusjr adalah besar dari arus l per luas bidang
yang dilewati:
. dot ot (7.2)
' dtA tA
Kita anggap terdapat satu kawat, berarti satu silinder logam yang mana
elektron bergerak ke satu arah (dalam contoh ke kanan). Kecepatan elektron rata-
rata sarna sehingga kita bisa menganggap terdapat satu volume v dengan luas A
yang sebesar luas kawat dan panjang I (antara titik A dan titik B), dan volume ini
berisi elektron dengan kerapatan n. Situasinya seperti diperlihatkan dalam gam-
bar 7.1. Seluruh volume v bergerak ke kanan. Untuk bergerak dari posisi awal
yang mana ujung kanannya pada posisi A sampai ke posisi akhir yang mana

o,
82 Dasar Elektronika Tbori Semikonduktor 83

Dari (7 .7) dan (7.8) didapatkan konduktivitas jenis o untuk suatu bahan:
A - I I I i n.v-e=n-u.e.E
,=o.7=o=u.7=V.A=E=
E E =n.y.e
+ o =n.$.e (7.e)
Dalam bahan yang lain yang mana bukan hanya elektron, tetapi juga
muatan jenis lain yang membawa arus, konduktivitas seluruh o terdapat sebagai
jurnlah dari konduktivitas elektror oelektron yang dihasilkan elekhon seperti dalam
(7.9) dan konduktivitas o12;n 1zang dihasilkan oleh muatan yang lain. Konduktivi-
tas o6;,, dari muatan yang lain dihitung dengan cara yang sama dengan oelektron.
Gambar 7.lt Elektron-elektron bergerak dengan kecepatan rata-rata i ke
kanan. Yang harus dicatat sebagai hasil penting dari (7.9) adalah ketergantung-
an konduktivitas/resistivitas jenis dari mobilitas muatan dan jumlah muatan yang
bisa bergerak. Dalam logam, jurnlah muatan yang bisa bergerak besar dan
ujung kirinya pada posisi A dibutuhkan waktu l. Untuk mengetahui besar hampir tidak tergantung suhu. Sebab itu resistivitas logam kecil. Kalau suhu
kerapatan arus dari persalrnan (7.2), besaran Q, t dan A perlu diketahui. naik, jumlah elektron yang bisa bergerak (jumlah muatan bebas) tidak berubah,
Besar muatan Q dalam Volume V terdapat dari kerapatan pembawa tetapi mobilitas berkurang. Maka konduktivitas jenis dari logam turun ketika
muatan, besar volume dan besar muatan per pembawa muatan: suhu naik, berarti resistivitas jenis dari logam naik terhadap suhu. Dalam semi-
(7.3) konduktor akan kita lihat bahwa jumlah muatan yang bisa bergerak sangat
Q=n'V'e tergantung dari suhu. Bertambahnya jumlah muatan dengan suhu yang naik jauh
Panjang / yang dilewati dalam waktu I terdapat dari kecepatan gerak v lebih besar daripada turunnya mobilitas muatan, maka kalau suhu naik, konduk-
dan dari waktu r: tivitas semikonduktor juga akan naik.
I =v't (7.4)
Maka terdapat besar volume Z:
V= A.v.t (7.s) 7.2. Struktur Kristal dari Semikonduktor
Dalam volume Z tersebut terdapat besar muatan sesuai dengat (7.3), Unfuk mengerti struktur kristal, kita harus ingat apakah atom itu. Atom
maka jumlah muatan yang melewati posisi A akan sebesar: terdiri atas inti dan elektron yang terikat pada inti itu. Dalam model atom Bohr,
Q=n'A'v't'e (7.6) elektron bergerak di atas lintasan tertentu dan memiliki energi tertentu. Energi
dari elektron tidak bebas, tetapi hanya bisa memiliki nilai-nilai tertentu. Hal ini
Maka dari (7.2) dan(7.6) terdapat kerapatan arus sebesar: dikatakan energi terkuantisasi dan dijelaskan lebih detil dalam mekanika kuan-
r
dOl Ol n'A'v't'e .-=I tl .Y.e (7.7) tum. Elektron yang terikat pada atom memiliki energi negatif dibandingkan
=:-=:-
' dtA tA t A dengan energi dari elektron bebas. Harga mutlak dari energi negatif itu disebut
sebagai energi ikatan elektron. Karena adanya energi ikatan itu yang membuat
Elektron dalam bahan tidak bisi bergerak dengan bebas, tetapi mengala-
energi elektron lebih rendah daripada elektron bebas, maka elektron tetap pada
mi suatu hambatan sehingga kecepatarurya tidak naik dengan wakru, tetapi
inti masing-masing dan tidak melepaskan diri dari inti, karena setiap sistem fisik
kecepatannya sebanding dengan medan listrik yang menggerakkan elektron:
selalu masuk ke dalam keadaan energi yang paling rendah. Hanya kalau elektron
v =p.E (7.8)
tersebut diberikan energi yang lebih tinggi daripada energi ikatan, elektron bisa
Konstanta p dalam (7.8) disebut mobility atau mobilitas atau kemudah- lepas dari intinya.
an bergerak. Besar konstanta p tergantung dari jurnlah tumbukan yang dialami Dalam suatu kristal atau molekul, elektron-elektron luar dari atom-atom
oleh elektron yang bergerak. Jumlah tumbukan termasuk tumbukan dengan dipakai sebagai elektron ikatan. Terdapat beberapa jenis ikatan. Yang pertama
fonon (gelombang suara atau gelombang gerakan termis). Sebab itu mobilitas :l adalahjenis ikatan seperti yang didapatkan di dalam logam di rnana satu elektron
akan turun ketika suhu naik.
il

il
84 Dasar Elektronika
kori Semikonduktor
85

dari setiap atom dipakai untuk mengikat kristal secara keseluruhan. Elektron
yang dipakai dalam ikatan ini tidak terikat kepada satu atom tertentu, tetapi bisa
bergerak secara bebas dalam seluruh kristal. Oleh sebab itu di dalam logam ter-
dapat banyak elektron bebas dan arus listrik bisa mengalir dengan mudah.
Jenis ikatan yang lain adalah ikatan kovalen atau ikatan elektron atau
ikatan pasangan yang terjadi dalam molekul, dalam kristal isolator dan dalam
semikonduktor. Dalam ikatan kovalen, dua elektron luar (elektron valensi) dari
dua atom yang berbeda membentuk satu pasangan elektron yang terikat pada
kedua atom. Melalui pasangan elektron ini kedua atom menjadi terikat satu sama
yang lain.
Dalam semikonduktor semua elektron valensi dipakai untuk ikatan
pasangan dengan atom lain dari kristal. Semikonduktor adalah atom dari
golongan IVA dalam sistem periodik unsur, berarti atom semikonduktor memiliki
4 elektron valensi, dengan kata lain ada 4 elektron luar yang bisa dipakai untuk
ikatan kimia dalam molekul atau dalam kristal. Semikonduktor yang paling
sering dipakai dalam elektronika adalah Silikon (Si), Germanium (Ge) dan
Galliumarsenide (GaAs), di mana Galliumarsenide bukan satu zat, tetapi
campruan dari Gallium (dengan tiga elektron valensi) dan Arsen (dengan 5
elektron valensi). Sifat dari GaAs mirip dengan sifat dari semikonduktor lain (Si
dan Ge).
Stmktur kristal dari semikonduktor tersebut adalah struktur Tetraeder
atau struktur intan. Dalam struktur ini setiap atom memiliki 4 atom tetangga.
Dalam kristal semikonduktor, antara setiap tetangga terdapat satu ikatan elektron Gambar 7.2: prinsip str.uktur kristal clari
dengan dua elektron yang berasal dari masing-masing atom. Sffuktur ini bisa semikoncluktor.
digambarkan dalam dua dimensi (berarti dalam bidang) seperti dalam gambar
7) duksi. Elektron konduksi memberikan konduktivitas kepada
kristal. Konduktivi_
tas yang dihasilkan oleh elektron disebut
Berarti dalam semikonduktor semua elektron terikat pada atom tertentu konduktivitas erektron. Errergi ya.rg
diperlukan untuk melepaskan satu elektron
dan tidak ada elektron yang bisa bergerak secara bebas. Siruasi ini sama seperti ou.i itutun menjadi erektron konduksi
disebut energi aktivasi (activation energl)
dalam isolator. Tetapi ada perbedaan antara semikonduktor dan isolator, yaitu dan kita akan memak ai lambang L,ry
untuk energi aktivasi itu.
dalam semikonduktor elektron yang dipakai untuk ikatan hanya terikat dengan
lemah. Kalau elektron terikat secara lemah, berarti elektron itu bisa dilepaskan Kalau satu elektron dilepaskan dari ikatannya,
maka tempat erektron itu
akan menjadi kosong. Tempar kosong
dari ikatannya dengan mudah. Kalau elektron sudah dilepaskan dari ikatannya, seperti iL disebut rornonf Jt* iore.Karan
elektron itu bisa bergerak dalam kisi dan membawa arus listrik. terdapat satu tempat rowong, maka e:ettron
ikatan yang ad,adi seberah tempat
lowong itu bisa pindah tempat aengan
aun ,o'ur.,t k;;;il.
Suatu elektron baru dilepaskan kalau diberikan energi setinggi energi lowong tersebut. Dengan cara ini tenipat -ra"r, tempat
ikatan dari elektron itu. Pada suhu nol Kelvin (absolut nol) tidak ada gerakan yang lowong ,.rur, piriur, L sebelah_
nya' Kalau proses ini terjadi terus-menerus,
termis dalam kisi dan elektron tidak bisa dilepaskan, maka semikonduktor meru- iempat yang rowong itu bergerak
terus dalam atom. Karena,.l1tu
pakan isolator yang baik pada suhu absolut nol. Kalau suhu lebih tinggi, terjadi j"-pul lowong merupakan satu tempat di mana
jumlah elekrron lebih sedikit daripada jril;i
gerakan termis dalam kisi dan terdapat kebolehjadian bahwa elektron diberikan muaran inri, maka ,uru t"rnput
lowong seperti satu partikel yun! u..-rd
energi yang cukup tinggi untuk keluar dari ikatannya. Semakin tinggi suhu, positif. Kalau tempat Iowong
sebagai muatan yang positif b"ig".it ai datam
semakin banyak elektron dilepaskan dari ikatannya. Elektron yang dilepaskan dari.tempar lowong
kristal, rnak; ;;aufuiu-, rirt it
dari ikatannya bisa bergerak dengan bebas. Elektron itu disebut elektron kon- rale ug1s31al.-J"qi t"-fu' rowong itu bersifat
partikel yang bergerak. partikil ini disebut seperri saru
seia.a singkat sebagai ..rowong,,. Hal
Dasar Elektronika Tbori Semikonduktor 87
86

dengan konsentrasi lowong p, maka n: p: ni. Daram semikonduktor dengan


iniberartibahwalowongjugamenghasilkankonduktivitasdalamkristal. atom tambahan dari unsur lain, seperti yang akan dibicarakan dalam pasal ber-
conductivity'
[onduktivitas ini disebut io,,Ottttti'it"s lowong atat hole ikut, jumlah elektron bebas dan jumlah lowong tidak akan sama, tetapiperkalian
terdapat satu
Kalau satu elektron dilepaskan dari tempatnya' selalu dari kedua konsentrasi ini akan tetap ikut persarrulan (7. l0).
sebab itu melepaskan satu
elektron bebas dan satu rowong birsama-sama. oleh Persamaan (7.10) didapatkan dari perhitungan termodinamika dengan
pasangan atau- generasi (dai genera-
elektron dari tempatnya disebuiciptaan memperhatikan situasi dalam keadaan termis dan distribusi energi yang terdapat
ri-1. S"t.f*, terj;di pu'u"!u", terdapat dua partikel bermuatan yang bisa
dalam situasi tersebut. Dari situ dapat dilihat bahwa jurnlah partikel yurrg *.m-
"iptuuo
bergerak dan membawu u*, tirt if, berarti terdapai kondrrktivitas dalam kristal punyai muatan dan bisa bergerak tergantung suhu secara eksponensial. b"ngan
ini.Konduktivitasyangterjadiolehciptaanpu'u''gu',disebutkonduktivitasdiri sifat ini dan (7.9) yang menunjukkan ketergantungan konduktivitas jenis o dari
Kaiau satu elektron bebas tiba di satu
6;i-;;;;;"rivity)'dai semtonaunor. berarti elektron masuk ke jurnlah muatan yang bisa bergerak, didapatkan kesimpulan bahwa konduktivitas
i;;;g, .t"t,ro., au, to*Lrrg bisa bergatung kembali' ini disebut rekombinasi jenis o akan tergantung suhu secara eksponensial:
dalam lowong a"n me.ri"ai El"koo, tJritat lagi.
Proses
(ii-r"ro*t"iration). d.rrgu, terjadinya proses rekombinasi muatan yang bisa ^AW
satu elektron dan satu lowong' Dalam o= ,q(r\e-PT
i"ig"r"t dan membawa airs beri.urang (7.11)
pasangan per waktu dan jumlah
keadaan keseimbangan termis, jumlah-ciptaan Di mana:
r.to*Ui""ti P", *"fto adalah sama' l(z) : satu konstanta yang tergantung dari mobilitas dari elektron dan
Dalamkeseimbangantermis,jumlahgenerasidan.jurnlahrekombinasi lowong
sama, berarti kerapatan eleftron konduktivitas
dan lowong konstan. Tetapi kalau B : Satu konstanta tanpa dimensi
yang mendapatkan energi tinggi dan bisa k : Konstanta Boltzmann
suhu lebih tinggi, jumlah elektron
oleh sebab itu konsentrasi elektron
-"r:"ai "r"r.o""-"'u"tut lebih banyak.
lowong p tergantung dari suhu I dan dari energi Jadi konduktivitas naik terhadap suhu karena dengan bertambahnya
konduksi z dan konsentrasi suhu, jumlah muatan ikut bertambah. Ketergantungan mobilitas dari suhu jauh
dimana perkalian dari konsentrasi tersebut, n'p, akan meru-
aktivasi Lw, kedua lebih kecil daripada ketergantungan jumlah muatan dari suhu.
aktivasi:
pakan satu konstanta yung t"tgunto'g suhu dan energi
AW
(7.10)
n.P=NtNve-T =ni2
Di mana:
7.3. Konduktivitas dariAtomAsing
elektron
AW : energi aktivasi yang diperlukan untuk melepaskan satu
dari ikatan elektron menjadi elektron bebas' 7.3.1. Doping dari Semikonduktor
dari
Nt Nv: Dua konstanta yang tergantung suhu dan massa efektif Kalau atom lain dimasukkan ke dalam kristal, situasi dalam kristal akan
elektron/lowo"g y*g disebut kerapatan keadaan efektif'
terganggu, berarti keadaannya akan berbeda dengan situasi dalam kristal murni.
Dalamsemikonduktormurni(semikonduktormurnijugadisebutsemi. Untuk mempengaruhi sifat semikonduktor dalam komponen semikonduktor,
jumlah lowong
kondultor intrinsik dari bahasa Inggris: intrinsic semiconductor) dengan sengaja atom lain dimasukkan ke dalam semikonduktor dalam jumlah
a".l"J"n elektron bebas selalu sama, maka konsentrasi elektron n sarna yang diatur. Pemasukan atom gangguan secara terkontrol disebut tloping. Atom
yang biasa dipakai untuk doping adalah atom dari golongan IIIA dan dari
golongan vA dari sistem periodik unsur seperti Fosfor, Arsen atau Antimon dari
golongan VA atau Gallium dari golongan IIIA.

Bahan AW N,
7.3.2. Semikonduktor n
Ge 0.67 eV z.s'tol3 cm-3
Atom asing tersebut menggantikan posisi dari atom bahan asli. Kalau
Si 1.1 eV 1.5.1013cm-3 atom asing yang dimasukkan berasal dari golongan vA dalam sistem periodik
Tabel 7.1: Data dari beberaPa bahan unsur, maka atom tersebut memiliki 5 elektron valensi. Empat dari lima elektron
GaAs 1.43 eV 9.2'l06cm-3 semikontluktor
88 Dasar Elektronika Teori Semikonduktor
89

eeooeeo
eeoeoo@ Gambar 7.42 Semikonduktor n dengan
oeee@oo atom asing yang bermuatan positif dan
tetap pada tempatnya dan elektron yang
eoeeeo@ bermuatan negatif yang bisa bergerak
dengan bebas.

Gambar 7.5: Semikonduktor n sebagai


bahan dengan muatan negatif sebagai
pembawa muatan mayoritas.

hubungan antara konsentrasi elektron dan konsentrasi lowong tetap berlaku,


maka dengan menambahkan jumlah elekhon bebas yang berasaliari aiom asing,
jumlah lowong akan berkurang. Memang jelas: kalau ierdapat banyak elektron
-besar
bebas, maka untuk semua lowong terdapat kebolehjadian yurg untuk
bertemu dengan satu elektron bebas dan berekombinasi sehingga jirmlah lowong
akan sedikit. Dalam semikonduktor dengan banyak atom yan[ memiliki kelebih-
Gambar 7.32 Semikonduktor dengandonator (atom asing dari golongan VA
an-elektron terdapat jauh lebih banyak elektron bebas daripada jumlah lowong.
dalam sistem peiodik unsur) atau semikonduktor n' Dikatakan elektron adalah pembawa muatan mayoritas dan-lowong adalah pem-
bawa muatan minoritas. Atom asing memberikan elektron bebasiepada Jemi-
tersebut akan dipakai dalam ikatan kimia seperti empat elektron dari atom asli. konduktor. sebab itu atom asing dengan lima elektron valensi disebut donator
Elektron ke 5 merupakan satu elektron kelebihan. Situasinya seperti diperlihat- (pemberi elektron). Konduktivitas yang dihasilkan oleh kelebihan elekhon ini
kan dalam gambar7.3. disebut konduktivitas kelebihan atau konduktivitas n. Semikonduktor seperti
Elektron kelebihan itu terikat dengan atomnya hanya secara lemah ini biasanya disebut semikonduktor n.
sekali dan sangat mudah dilepaskan dari atomnya. Berarti dengan memberikan Dalam semikonduktor n terdapat atom asing yang bermuatan positif dan
energi yang kecil (misalnya dari energi termis), elektron itu bisa lepas dan elektron bebas yang bisa bergerak dalam bahan. Atom asing yang merupakan
-""iuai eliktron bebas yang membawa arus dan menghasilkan konduktivitas muatan positif tidak bisa
!,ergerak, tetapi tetap pada tempatnya. Eiektron yang
elektron dalam semikonduktor. Kalau elektron dari atom asing itu dilepaskan, merupakan muatan negatif bisa bergerak. Karena jumlah elektron bebas yan!
maka tidak akan terdapat lowong yang bergerak. Kebolehjadian bahwa satu bermuatan negatif sama dengan jumlah atom asing yang bermuatan positif, maki
elektron kelebihan dari atom asing dilepaskan terdapat dari statistika Fermi- terdapat keseimbangan muatan dan semikonduktor n secara keseluruhan akan
Dirac dalam termodinamika. Karena energi untuk melepaskan elektron tersebut netral. Biasanya sifat dari semikonduktor n dalam situasi tertentu bisa dimengerti
kecil, maka pada suhu biasa (0"C - 40'C), biasanya semua elektron dari atom dengan memperhatikan kedua jenis muatan ini saja. Dalam situasi seperti ini, se-
asing lepas, maka jumlah atom asing itu menentukan jumlah elektron bebas. mikonduktor n bisa digambarkan dengan sederhana seperti dalam gambar 7.4.
Dengan-memasukkan banyak atom asing ke dalam semikonduktor maka akan Pengertian bahwa hanya muatan yang bisa bergerak dengan bebis biasanya
terdapat jauh lebih banyak elektron yang berasal dari atom asing daripada jumlah penting untuk mengerti suatu sifat tertentu. Dalam situasi ini semikonduktor n
elektron dan lowong dari konduktivitas diri. Karena persamaan (7.10) mengenai bisa digambarkan lebih sederhana lagi seperti dalam gambar 7.5.
Dasar Elektronika kori Semikonduktor 91
90

asing akan dilepaskan, maka jumlah atom asing itu menentukan jumlah lowong
7.3.3. Semikonduktor P
yang bisa bergerak dalam semikonduktor. Dengan memasukkan banyak atom
Kalau satu atom dari golongan IIIA dalam sistem periodik unsur dima- asing ke dalam semikonduktor, maka akan terdapat jauh lebih banyak lowong
sukkan ke dalam semikonduktor, maka atom tersebut hanya memiliki 3 elektron dari atom asing daripada jumlah lowong dan elektron dari konduktivitas diri.
valensi. Sebenarnya diperlukan 4 elektron untuk ikatan dengan 4 atom tetangga- Persamaan (7.10) mengenai hubungan antara konsentrasi elektron dan konsen-
nya. Jadi terdapat kekurangan satu elektron atau terdapat satu lowong pada posisi trasi lowong tetap berlaku, maka dengan menambahkan lowong, jumlah elekhon
itu. Lowong lto aiiht dengan atornnya secara lemah sekali sehingga dengan akan turun. Dalam semikonduktor itu terdapat jauh lebih banyak lowong dari-
sangat mud;h bisa lepas dari atomnya, berarti dengan memberikan energi yang pada elektron bebas. Sebab itu lowong di sini merupakan pembawa muatan
keJil (misalnya dari energi termis) lowong itu bisa dilepaskan dan menjadi mayoritas dan elektron adalah pembawa muatan minoritas. Atom asing memberi-
lowong bebai yang membuat konduktivitas lowong dalam semikonduktor. kan lowong kepada semikonduktor, berarti memberikan satu tempat kosong yang
Melepiskan lowong dari atomnya berarti elektron dari ikatan asli pindah dari bisa diisi oleh elektron dari bahan asli. sebab itu atom asing dengan tiga elektron
t"*put asli dan maiuk ke dalam lowong tersebut. Situasi dalam semikonduktor valensi disebut akseptor (penyerap elektron). Konduktivitas seperti ini yang
ini diperlihatkan dalam gambar 7.6. dihasilkan oleh lowong disebut konduktivitas kekurangan elektron atau kon-
Dengan mendapatkan lowong dari elektron asing itu tidak akan timbul duktivitas p. Semikonduktor seperti ini biasa disebut semikonduktor p.
elektron bebai, tetapi adanya hanya lowong saja sebagai partikel bermuatan yang p terdapat atom asing yang bermuatan negatif
bisa membawa arui listrik. Pada suhu biasa, biasanya semua lowong dari atom
. Dalam semikonduktor
dan lowong yang bisa bergerak dalam bahan. Atom asing yang merupakan
muatan negatif tidak bisa bergerak, tetapi tetap pada tempatnya. Lowong yang
merupakan muatan positif bisa bergerak. Karena jumlah lowong yang bermuatan
positif sama dengan jumlah atom asing yang bermuatan negatif, terdapat kese im-
bangan muatan dan semikonduktor p secara keseluruhan akan netal. Biasanya
sifat dari semikonduktor p dalam situasi tertentu bisa dimengerti dengan mem-
perhatikan kedua jenis muatan ini saja. Dalam situasi seperti ini, semikonduktor
p bisa digambarkan dengan sederhana seperti dalam gambar 7.7. pengertian
bahwa hanya muatan yang bisa bergerak dengan bebas biasanya penting untuk
mengerti suatu sifat tertentu. Dalam situasi ini semikonduktor p bisa digambar-

dc-.dc.c.dd
e^.dddo.-.d€, Gambar 7.7: Semikonduktor p dengan

dc-.c.o-.e.dd atom asing yang bermuatan negatif dan


telap pada tempatnya dan lowong yang

o^. c-. t)^. (,^. o-- dd bermuatan positif yang bisa bergerak
dengan bebas.

+++++++
+++++++
+++++++
7.62 Semikoneluktor dengan akseptor (atom dari golongan IIIA dalam Gambar 7.8: Semikonduktor p sebagai
Gambar
sistem perioclik unsur) sebagai atom asing. semikonduktor ini merupakan
+++++++ bahan dengan muatan positif sebagai
semikonduktor p. pembawa muatan mayoritas.
Dasar Elektronika kori Semikonduktor 93
92

7'8' 1,,,
kan lebih sederhana lagi seped dalam gambar 6n= = ftF"€ (7. l5)
E
Atom Asing Siruasi untuk lowong sama. Untuk menyatakan lowong akan kita pakai
7.3.4. Kesimpulan Mengenai Semikonduktor dengan indeks p dan untuk kerapatan lowong akan kita pakai hurufp. Maka untuk kera-
bisa bergerak diperlukan
Untuk mendapatkan partikel bermuatan yang patan arus medan yang dihasilkan oleh lowong terdapat persarnaan-persamaan
Lll/ yarlg diperlukan untuk menghasilkan
energi aktiva si LW. Energi &tivasl sbb.:
n atau untuk menghasilkan lowong bebas
elektron bebas dalam senikonduktor
energi aktivati LW i^, = peio; i,,t, =i.p = peio; i, =trtrE; op = pppe (7.16)
dalam semikonduktor p, jauh lebih kecil daripada !:\?
ciptaan pasangan dalam semikonduktor murnr'
6;;ll1k;; ;ntuk mendapatkan Karena arus seluruhnya terdapat sebagai jurnlah dari arus lowong dan
Sebabitusemikonduktordenganatomaslngmemilikikonduktivitasyangjauhke arus elektron dan konduktivitas jenis adalah kerapatan arus per medan, maka
atom asing yang dimasukkan
lebih besar daripada ,"-ito"Jur.tor murni. Jinis terdapat konduktivitas jenis seluruhnya: .
semikonduktor menjadi semi-
dalam bahan semikondJtot ""'"'tokan apakah (berarti
;i;ko;; sebagai pembawa muatan mayoritas o=or+o,/, ="(np,+p[p) (7.r7)
konduktor n dengan p
sebagai pembawa u*r-iiroig, atau-sernikonduktor menjadi semikonduktor
lowong Baik kerapatan muatan maupun kemudahan bergerak (mobilitas) adalah
;;;;;; io*org sebagai pt"'6u*u muatan mayoritas (berarti dengan
berbeda untuk elektron dan lowong. Sedangkan muatan per partikel bersama-
sebagai Pembawa arus listrik)' sama sebesar muatan elementer e.

7.4.2. Arus Difusi


7.4. Arus Listrik dalam Semikonduktor Kalau jumlah dari sahr jenis partikel lebih besar di satu tempat daripada
tempat di sekitarnya, maka oleh gerakan termis terdapat arus difusi yang
membuat muatan menjadi merata. Arus difusi mengalir dari tempat dengan
7.4.1, Arus Medan
kerapatan tinggi ke tempat dengan kerapatan rendah. Besar dari kerapatan arus
terdapat lowong sebagai
Dalam semikonduktor terdapat elektron dan
bisa berggrak difusi untuk arus difusi lowong ( sa, ) dan arus difusi elektron ( s,1, ) tergantung
partikel yang memba*u u*'' Partikel tersebut masing-masing
terdapat dari masing-
kalau ada medan fitttit ai dalam bahan' sehingga
arus.- dari berapa besar perbedaan kerapatan partikel dari satu tempat ke tempat di
7'L' Karena arus dibawakan oleh sebelahnya dan dari satu konstanta yang disebut konstanta difusi D. Dalam arah
masing partikel seperti dii;laskan dalam.pasal jenis partikel
yang dihasiikan oleh masing-masing x terdapat besar kerapatan arus difusi:
dua jenis partikel, -"il;;;
akan bergabung. Kerapatat' u*u i., yatgtimbul oleh kerapatan elektron
""dun s1, = -€Dn9L, ,0, = -r2,,7u (7. l8)
n akan sebesar: 'dxdx
(7.r2) Di mana:
i.n = nei,
D, : Konstanta difusi untuk lowong
dengan kecepatan elekffon i, sesuai dengan pasal 7'1:
D, : Konstanta difusi untuk elektron
(7. l 3) e : muatan elektron; faktor ini dibuorhkan sehingga didapat besar
tn = -llnb muatan yang bergerak, bukan jumlah pembawa muatan yang
Perludiperhatikanbahwaaruslistriksecarateknisberlawananarah bergerak.
listrik i" dari arus
kerapatan arus
dengan arus elektron S,,, sehingga terdapat Besar arus dalam (7. 18) merupakan arus gerakan muatan, bukan arus
medan elektron sebesar: teknis. Adanya tanda minus dalam persamaan adalah karena arus menuju dari
nnP,E (7.14)
l^n = -in, = -nei, = 1-,re) (-u ,E)= konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, sedangkan I
"dxdx aur, $ menuju dari
elektron:
Maka terdapat konduktivitas yang dihasilkan oleh konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.
94 Dasar Elektronika Teori Semikonduktor 95

KonstantadifusiDtergantungmassaefektifpartikel,jarakyangbisa
dilewati sampai tumbukan dengan partikel yang lain, suhu dll. xarena
besaran-
@@@ @: @ ro.dd
besaran tersibut
Relasi Einstein
juga
untuk
mempengaruhi
konstanta difusi
kemudahan
D:
bergerak, akhirnya terdapat
eoo G tr c. o^. o^.
_kr^kT
Dp =-iVp, Dn =-Vn
(7.1e)
o@o @ :v/
/n- rc.o.d
Dalam tiga dimensi terdapat kerapatan arus difusi:
s,ro
o@@ do-.o^.
i,p =-eDrgadP; irn =-€D,gadn ; i,t,=-sd'; iao = Q.20')
Arus difusi lowong
Dari kerapatan arus difusi elektron dan lowong dalam (7'18) terdapat >->Arus difusi elektron
ian dan
kerapatan arus teknis sebagai akibat dari arus difusi elektron dan lowong
iapi Gambar 7,92 Sambungan pn dengan anggapan bahwa pada sambungan posisi
(7.2r) muatan belum berubah dari posisinya ketika kedua semikonduktor tidak
idn = -Sdn; i,tp = Slp
tersambung.
Dalamlogamtidakterjadiarusdifusikarenadisitujurrrlahelektron
terjadi
tidak pernah berubah pada satu iempat, tetapi dalam semikonduktor bisa dalam satu kristal. Pertama kita anggap muatan dekat dengan sambungan pn
pror", penciptaan puiarrgan dan pioses yang lain, sehingga terdapat sumber
tetap pada tempatnya, berarti situasi pertama sepertinya semikonduktor n dan
danT atau irrmbJr lowongpada satu tempat. Kalaupun tidak ada
medan
"t"tro, penciptaannya dan semikonduktor p masing-masing tidak ada hubungan. Dengan anggapan seperti
listrik, elektron/lowong akan mengalir menjauh dari tempat ini terdapat situasi seperti dalam gambar 7.9.Di satu sisi (sebelah kiri dalam
keseimbangan
akan menyebar di dalam bahan sehingga akhirnya terdapat situasi gambar) terdapat semikonduktor n dengan elekfon sebagai pembawa muatan
termis. Kalau ada satu tempat yang mana terus-men€rus timbul elektron atau
lowong yang keluar dari tempat mayoritas dan di sisi lain (sebelah kanan dalam gambar) terdapat semikonduktor
io*o"g baru,maka akan ada arus elektron atau
p dengan lowong sebagai pembawa muatan mayoritas. Konsenfasi elektron
itu ke sekitarnya. bebas akan tinggi di sebelah kiri dan (hampir) nol di sebelah kanan, yang berarti
terdapat perubahan konsentrasi yang tajam antar tempat. Kalau konsentrasi ber-
7.4.3. Arus SeluruhnYa ubah terhadap terrpat, maka sesuai dengan persamaan (7.18) dalam pasal 7.4.2,
oleh terdapat arus difusi dari tempat konsentrasi tinggi ke tempat konsentrasi rendah.
Dalam situasi nyata sering terdapat arus oleh medan listrik dan arus
dan *, *"dur, akan bergabung menjadi arus listrik seluruh- Maka elektron dari sebelah kiri akan mengalir ke sebelah kanan. Konsentrasi
difusi. Arus difusi
lowong tinggi di sebelah kanan dan (hampir) nol di sebelah kiri, maka lowong
nya:
akan mengalir dari sebelah kanan ke sebelah kiri.
?- (7.22)
i =*s.r-s^, *,slo-s,1,
Elektron yang masuk'ke dalam daerah p akan berekombinasi dengan
Dalam (7.22) arus elektron dihitung negatif karena.arus teknis searah lowong yang ada di situ dan lowong ;,ang masuk ke dalam daerah n akan bere-
arus muatan
dengan arus muatan positif (lowong), tetapi berlawanan arah dengan kombinasi dengan elektron di situ. Kalau seandainya yang ada hanya arus difusi,
negatif (elektron). maka arus difusi ini akan berlangsung sampai konsentrasi elektron dan konsen-
trasi lowong dalam seluruh semikonduktor sarna, berarti konsentrasi elektron
akan sama dalam semikonduktor n dan dalam semikonduktor p. Sama juga
dengan lowong. Jumlah muatan pembawa arus akan berkurang karena elektron
7.5. Sambungan pn dalam Gambaran Kristal dari daerah n akan berekombinasi di daerah p dan lowong dari daerah p akan
berekombinasi di daerah n sehingga elektron dan lowong dalam seluruh kristal
saling menghapus.
7.5.1. Sambungan Pn TanPa Voltase
Tetapi ketika elektron dari semikonduktor n mengalir ke dalam daerah
Kalau satu semikonduktor n disambungkan langsung dengan satu semi-
dibuat semikonduktor p, atom bermuatan positif tetap tinggal dalam semikonduktor n
konduktor p, terdapat sambungan pn. Sambungan pn yang baik harus
96 Dasar Elektronika Tbori Semikonduktor 97

sehingga dalam semikonduktor n terdapat muatan yang seluruhnya positif. Dan hampir nol. Dalam daerah semikonduktor n dan semikonduktor p di luar daerah
juga ketika lowong dari semikonduktor p pindah ke dalam daerah semikonduktor pengosongan terdapat konsentrasi pembawa muatan seperti dalam semikonduk-
n, atom bermuatan negatif tinggal dalam semikonduktor p. Karena terdapat tor dengan atom asing, berarti jumlah pembawa muatan mayoritas sesuai dengan
muatan positif di sebelah kiri dan muatan negatif di sebelah kanan, maka ter- konsentrasi atom asing. Konduktivitas di situ tinggi. Sebab itu daerah ini disebut
dapat medan listrik pada sambungan kedua semikonduktor. Medan listrik ini daerah konduktivitas.
menarik elektron kembali ke arah semikonduktor n dan lowong ditarik kembali
ke arah semikonduktor p. Dengan kata lain, medan listrik ini menghasilkan arus
7.5.2. Sambungan pn dengan Voltase Bias Balik
medan yang berlawanan arah dengan arus difusi. Kalau sudah semakin banyak
elektron bergerak ke dalam semikonduktor p dan semakin banyak lowong pindah Kalau semikonduktor seperti dalam gambar 7.10 dipasang dalam rang-
ke dalam semikonduktor n, maka medan listrik tersebut akan semakin kuat dan kaian elektronik dan diberikan voltase sehingga sambungan positifberada pada
arus medan yang melawan arus difusi semakin besar.
semikonduktor n di sebelah kiri dan sambungan negatif berada pada semikon-
duktor p di sebelah kanan, maka akan timbul satu medan listrik di dalam sam-
Sebab itu tidak semua elektron dan lowong akan merata dalam seluruh
bungan pn. Situasi ini diperlihatkan dalam gambar 7.1 I . Dalam daerah kondukti-
semikonduktor, tetapi proses akan berakhir dalam sifuasi keseimbangan di mana vitas medan listrik hampir nol karena konduktivitas tinggi, maka voltase pada
arus difusi sama besar dengan arus medan. Kesamaan ini akan berlaku untuk daerah itu akan kecil walaupun ada arus yang mengalir. oleh sebab itu hampir
elektron dan lowong masing-masing dan untuk setiap tempat. Dari persamaan seluruh voltase akan terdapat pada sambungan pn, berarti pada daerah pengo-
(7.20) untuk kuat arus difusi dan persarBan (7.15) dan (7.16) untuk kuat arus
songan dan akan menghasilkan medan listrik di daerah6 itu. Medan listrik ini
medan maka konsentrasi elektron dan konsentrasi lowong terhadap tempat bisa
akan bergabung dengan medan listrik yang telah terdapat dari muatan efektif
dihitung. Dari hasil perhitungan ini didapatkan bahwa konsentrasi elektron dan
oleh atom asing. Karena arah medan listrik tambahan ini sama dengan arah
konsentrasi lowong dekat dengan persambungan pn hampir nol. Akan terdapat
medan asli, maka arus medan yang telah mengalir akan semakin kuat. Tetapi
situasi seperti yang diperlihatkan dalam gambar 7.10. Daerah yang mana konsen-
dalam daerah pengosongan sudah hampir tidak ada muatan, maka arus yang
trasi pembawa muatan hampir nol disebut daerah pengosongan. Dalam daerah
dihasilkan oleh medan listrik sangat kecil. Arus tambahan ini akan semakin
pengosongan konsentrasi muatan sangat kecil, maka konduktivitas di situ juga
menarik elektron dari daerah pengosongan ke dalam daerah n dan lowong dari

Daerah pengosongan
Daerah pengosongan

:
>.a
1.-------<
*mflsl,'lmr,
Arus difusi elektron
Arus medan elektron
+-<
>_-+Arus
Arus difusi lowong

difusi elektron
+-------{ Arus medan elektron
Gambar 7,10:, Sambungon pn dalam keadaan seimbang di mana elektron dari Gambar 7.ll: Sambungan pn dengan voltase bias balik.
daerah n telah masuk ke dalam daerah p dan lowong dai daerah p telah masuk
ke dalam daerah n sehingga lapisan pengosongan terbentuk. Arus difusi elektron
sama besar dengan arus medan elektron dan arus difusi lowong sama besar
dengan arus medan lowong. 6 Lebar dari daerah pengosongan kecil, maka medan listrik yang dihasilkan akan kuat.
I

Dasar Elektronika Teori Semikonduktor 99


98

p sehingga jumlah muatan dalam Jadi elektron akan berdifusi dari daerah n ke dalam daerah pengosongan
daerah pengosongan ditarik ke dalam daerah dan akan melewati daerah pengosongan masuk ke dalam daerah p. Dalam daerah
yang mengalir akan sangat kecil'
daerah pengosongan semakin kecil' Arus p konsentrasi elektron sangat kecil, maka elektron tersebut akan terus berdifusi
p yang mlsuk ke dalam
Kalau seandainya ada elektron dalam daerah dalam daerah aliran pada semikonduktor p semakin masuk ke dalam daerah p.
yang kuat dalam daerah pengosongan
daerah pengosongan, -uku medan listrik ke dalam Sambil elektron-elektron masuk ke dalam daerah p maka akan terjadi rekombina-
kuat untuk.masuk
akan langsung *.rru.ik-;iektron tersebut dengan si dengan lowong-lowong dalam daerah p sehingga jurnlah elektron akan berku-
dahm Jaerah p sangat kecil' maka hanya
daerah n. Tetapi tur"nu.;,,Juh elektron rang sesuai denganjarak dari daerah pengosongan. Tetapi arus listrik yang diha-
p ke dalam daerah pengo-
sedikit sekali elektro";;il akan masuk dari daerah silkan oleh elektron tersebut tidak berkurang, tetapi diteruskan oleh lowong
songan dan menghasittan a'rus listrik
yang sangat keci1. Situasi akan sama untuk sebagai pembawa muatan. Maka akan terdapat arus elektron dari daerah n ke
pengosongan' Kalau ada
lowong yang masuk au,i au"tutt n ke datam-daerah maka akan
dalam daerah p, yang berarti terdapat arus listrik teknis dari p ke n.
lowong yang masuk au,i Ju"tutl. n ke dalam daerah p"ngotot'gutt Situasi lowong sama dengan situasi elektron. Lowong berdifusi masuk
ditarikdengankuatdancepatdaridaerahpengosongankedalamdaerahp'Tetapi dari daerah p ke dalam daerah pengosongan dan terus ke dalam daerah n. Dalam
karena jumlah lowong daiam daerah n sangat
kecil maka arus yang dihasilkan
daerah n lowong berekombinasi dengan elektron dan arusnya diteruskan oleh
dengan cara inijuga sangat kecil' elektron. Maka terdapat arus lowong dari daerah p ke daerah n, yang berarti
maka dikatakan sam-
Kalau sambungan pn diberi voltase seperti ini' terdapat arus teknis pula dari p ke n. Kalau sambungan pn tersambung seperti ini
bungan pn dibias balik. dikatakan sambungan pn dibias maju.
Arus yang dibawa oleh elektron dan arus yang dibawa oleh lowong
7.5.3. Sambungan pn dengan Voltase Bias Maju bergabung menjadi arus seluruhnya yang mengalir dalam sambungan pn ini.
pada semikonduktor n dan Besar dari arus elektron dan arus lowong masing-masing tergantung dari konsen-
Kalau voltase pada sambungan pn positif
ying dihasilkan voltase luar trasi atom asing dalam semikonduktor n dan dalam semikonduktor p. Satu sam-
negatif pada semikordri;;;p,
"t""*"a"'.iitttit pn dan medan bungan pn secara teknis telah kita kenal sebagai komponen dioda. Arus yang
ini akan berlawanan ;;h;"';g"" medan asli dalam
sambungan
daripada siruasi tanpa medan mengalir dalam dioda ketika dibias maju sebenarnya ditentukan oleh proses
seluruhnya puau ,u-U,r.tgu" i" utu" berkurang pula'
i? U"tt"'ang,
luar. Karena medan ritt-Cesar maka u.,t *tdut' akan berkurang difusi. Proses difusi digarnbarkan dengan fungsi eksponensial. Sebab itu hubung-
karena-arus difusi tidak terpengaruh oleh adanya an antara arus dan voltase dalam dioda juga akan digambarkan oleh fungsi
Arus difusi tetap sama
eksponensial. Dari perhitungin secara detil akan didapatkan hubungan sbb.:
medanlistrik.oleh,euuultuarusdifusilebihbesardaripadaarusmedan.
iitouti"yu seperti diperlihatkan dalamgambar 1 '12' ,=,,("-r(w)-r) (7.23)

Daerah Di mana:
1, : Arus tutup teoretis yang juga mengalir ketika dioda dibias balik.
Z7 : Satu konstanta dengan satuan voltase yang tergantung suhu.
,, = _-;
/r -kT pada suhu 23oC terdapat Vr - 25.5mV - +V.
eo

Vd,,an i Voltase pada dioda.


z : Faktor koreksi dengan nilai antara I dan2.

#. Arus difusi lowong 7.6. Injection Tiansistor dalam Gambaran Kristal


difusi elektron Transistor dibentuk dengan tiga lapisan semikonduktor. Terdapat dua
+-------i A*t medan elektron jenis injection transistor, transistor npn dan transistor pnp. Pada transistor npn
lapisan pertarna terdiri dari bahan semikonduktor n, lapisan kedua adalah semi-
maju'
Gambar 7.12t Sambungan pn dengan voltase bias
Dasar Elektronika
Teori Semikonduktor l0l
100

ruhnya berakhir pada kolektor dan hanya sebagian kecil berakhir pada basis.
konduktor p, lapisan ketiga semikonduktor
n' Dalam transistor pnp mulai dari Mengenai arus teknis berarti arus dari kolektor ke emitor besar, sedangkan arus
semikonduktor p, kemudln semikonduktor
n dan terakhir semikonduktor p' dari basis ke emitor kecil. Karena konsentrasi lowong dalam basis jauh lebih
Lapisanpertamaair"Urtemitor,lapisanditengahadalahbasisdanlapisanpada
dibicarakan dulu'
kecil daripada konsentrasi elektron dalam emitor, maka arus lowong dari basis ke
;jilft'd;uj"faf, fof"nor. b,umpasut ini trinsistor npn yaitu. sambungan pn emitor juga akan kecil. Jadi dalam konstruksi ini arus dari basis ke emitor kecil,
Dalam transistor terdapat dua sambungan
pnl tetapi arus dari kolektor ke emitor akan besar. Semua elektron yang tiba pada
dan sambungan pn antira basis dan kolektor' Dalam daerah pengosongan di sisi kolektor akan ditarik ke dalam kolektor dan mengha-
antara basis dan emitor positif terhadap
p' i"tttU* dibias maju ketika basis silkan arus kolektor. Maka besar arus kolektor hanya tergantung dari jurnlah
transistor .rp., ,u-b*rgu" pada
basis negatif terhadap sambungan
emitor / kolektor ou, oiiiu, balik ketika antara' basis dan
elektron yang berdifusi dari emitor ke dalam basis. Jumlah itu tidak tergantung
biasa-sambungan
ujung. Dalam p.*utuiiti"o"ui1s;;-r;lrg voltase antara kolektor dan basis, tetapi hanya tergantung dari voltase antara
potensial yang positif terhadap
emitor dibias maju, berarti basis mempunyai basis dan emitor. Jadi arus antara kolektor dan emitor dikendalikan oleh voltase
Uuris au" koiekto. biasanya dibias balik,
berarti
emitor. Sambungan p" ;;;.; ini terdapat arus
antara basis dan emitor dan hubungan antara arus tersebut dengan voltase basis
Dalam situasi seperti
kolektor positif terhadd;;it J"' 9ry- ke emitor
emitor seperti hubungan antara arus dan voltase pada dioda seperti dalam (7.23).
Karena sambungan pn dari basis
sesuai dengan pasatl.i'Z'dan 7'5'3' Untuk hubungan antara besar dari voltase basis emitor V6p dengan besar dari
akan ada arus yang mengalir dalam sambungan tersebut' arus kolektor l6lang masuk ke dalam kolektor adalah:
dibias maju, maka ke
yang mJrupakan emitor akan mengalir
berarti elektron dari semikonduktor n masuk ke
vat
p' Elektro-n tersebut
dalam basis yang alUet'toi of"t' t"*[onluktor Ic = Ic,(T,Vrr)-eYr (7.24)
dalambasisaunu,g",utt"*,--"""3"kekolektor.Basisdibuatsempitsehingga
daerah pengosongan-^rr1ut"--bu:1t- j:: Di mana:
elektron tersebut U*aift"i-'u*pai ke Konsenffast 16', : Arus kolektor bocor yang juga mengalir ketika voltase basis-
dengan lowong dalam basis'-
'i"*"rg sebelum bisa berekombinasi
kolektor
kecil tidak terlalu banyak lowong yang emitor nol.
a"r"* uasis aiuuai alak sehingga
Z7 : Sahr konstanta dengan safuan voltase yang tergantung suhu.
akan berekombirrri a""lg'"'"itit""'
yaniZatang dari emitor' Maka sebagian
pengo- (Sama dengan VTpada dioda.)
besar dari elektron y""#;;;; J"ti
ernitor-akan sampai te -aa]1m daerah
pn antara basii dan kolektor dibias balik' V66 : Yoltase antara basis dan emitor.
songan pada sisi kolekior. Saribu.,gan ada elektron yang
yung kuat dan ketika
yang berarti di situ terdafat medanlistrit itu akan
Perbandingan antara arus dari kolektor ke emitor dan arus dari basis ke
tersebur, maka elektron
berdifusi masuk ke dalam daerah p.ngorongJn emitor hampir selu-
emitor pada satu transistor tertentu hampir konstan, berarti baik pada arus besar
elektron dari
langsung ditarik te aaram kolektoi. laai
arus maupun pada arus kecil, persentase arus dari basis sama besar. Dalam persamaan
terdapat:

Kolektor
Ic =B'la (7.2s)
Emitor Basis
Daerah
Jadi transistor berfungsi sebagai komponen yang menguatkan arus: Arus
basis yang kecil mengendalikan arus kolektor yang besar.

l---------
( Arus dilusi lowong
Arus medan lowong
I
+:
,-+
Arus elektron keseluruhan
difusi elektron
d------i Arus medan elektron
clari tiga lapisan semikonduktor' Di
Gambar 7.13: Injection transistor terdiri
sini transistor nPn digambarkan'
-Arus
8

Transistor

8.1. Sifat Transistor

8.1.1. Definisi Istilah yang Dipakai


Satu transistor adalah satu komponen elektro-
nik yang memiliki tiga sambungan. Beberapa contoh
komponen diperlihatkan dalam gambar 8.1. Ketiga Gambar 8.1:
sambungan tersebut memiliki nama kolektor, basis dan Beberapa contoh
emitor. Supaya selalu jelas arus atau voltase mana yang transislor.
sedang dibicarakan, beberapa istilah perlu didefinisi-
kan. Untuk transistor npn dipakai definisi sbb. (lihat
juga pada gambar 8.2):
. Arus kolektor 16'adalah arus yang masuk ke dalam kolektor.
. Arus basis 13 adalah arus yang masuk ke dalam basis.
, Arus emitor 16 adalah arus yang keluar dari emitor.
. Voltase kolektor atau voltase kolektor-emitor, Vg6 adalah voltase
antara kolektor dan emitor.
' Voltase basis atau voltase basis-emitor, Vse adalah voltase antara
basis dan emitor.
Untuk transistor pnp semua arus dihitung terbalik dan voltase-voltase
harus menjadi terbalik, berarti Ves dan Vs6 menjadi negatif atau menjadi VBs
(voltase emitor-basis) dar. Vsg (voltase emitor-kolektor) seperti terlihat dalam
gambar 8.3.

8.1.2. Sifat Input (Sambungan antara Basis dan Emitor)


Antara basis dan emitor terdapat satu sambungan pn. Maka jelas, sifat
pada sambungan ini sama dengan sifat dioda. Biasanya dalam rangkaian transis-
tor dipakai sambungan pn dalam keadaan dibias maju sehingga antara arus dan
voltase basis-emitor terdapat hubungan seperti pada dioda:

tn?
Dasar Elektronika Transistor 105

8.1.3. Sifat Output (Sifat Kolektor)


Hubungan antara arus kolektor,.16,, dengan voltase kolektor-emitor, V<:6,
disebut grafik output dari ffansistor. Contoh untuk grafik output dari satu contoh
transistor diperlihatkan dalam gambar 8.4 di bagian kanan atas pada masing-
masing grafik. Grafik tersebut menunjukkan sifat dari sebuah transistor sebagai
contoh. Ketika voltase kolektor-emitor naik dari nol, arus kolektor mula-mula
naik dengan cepat, grafik hampir tegak lurus ke atas. Pada arus kolektor tertentu
grafik membelok dan menjadi hampir mendatar, yang berarti pada arus kolektor
tertentu, arus kolektor hampir tidak naik lagi walaupun voltase kolektor-emitor
terus naik. Arus kolektor hampir tidak tergantung dari voltase kolektor-emitor.
Dalam kedua gambar tersebut terdapat berbagai garis grafik untuk hubungan
Definisi namd-nama Gambar 8.32 Definisi nama-truma antara arus kolektor dan voltase kolektor-emitor dengan nilai arus kolektor yang
Gambar 8.22 pnp'
voltase dan arus pada tratrsistor berbeda-beda untuk voltase kolektor-emitor yang sama. Yang membedakan ber-
voltase dan arus pada transistor npn'
bagai garis grahk adalah besarnya arus basis. Jadi kalau besarnya voltase kolek-
tor-emitor sudah di atas x 0.2 Volt atau = 0.3 Volt arus kolektor hampir tidak ter-
rB(;BE)=^["*(3)-') (8 r) gantung dari voltase kolektor-emitor, tetapi tergantung dari arus basis. Apa yang
r,(v,u)= r., (.*n #)-,)e terjadi pada arus kolektor ketika voltase kolektor-emitor menjadi lebih tinggi lagi
dan melampaui kemampuan transistor tidak diperlihatkan dalam kedua garnbar
Di mana: arus bocor teoretrs dari t tersebut. Dalam situasi dimana voltase kolektor-emitor sudah mencapai nilai
/5 : Satu arus yang kecil yang merupakan maksimal, arus akan naik dengan sangat cepat. Voltase ini disebut sebagai
yang mengalir ketika dioda dibias balik)
dioda (berarti arus voltase breakthrough. Transistor akan rusak kalau breakthrough terjadi sehingga
dari perhitungan teori dioda;
I/7 : Satu f.on'tu'tu uium ya"ng t"tiuput voltase breokthrough harus dihindari. Breakthrough pada transistor sama dengan
konstanta ini sebesar: v, --+= 25.5mv (pada I: 296K= breakthrough pada dioda yang dibias balik. Besar dari voltase breakthroughbisa
e didapatkan dari buku data transistor. Daerah di mana grafik arus kolektor terha-
25"C) dap voltase kolektor hampir mendatar disebut daerah aktif dari transistor. Dalam
pendekatan'- Persamaan yang daerah ini transistor bisa dikendalikan dengan mengatur besar dari voltase/arus
Rumus (8.1) ini merupakan suatu rumus (8'l)
,?? dipakai dalam rumus
lebih teliti akan diperolei' t"f"i satu faktor koreksi basis.

sehingga terdaPat: Dalam daerah aktif perbandingan antara arus basis dan ams kolektor
hampir konstan. Kalau dalam suatu rangkaian perbandingan tersebut dibutuhkan
(8.2)
ru(vuu)=,,[*r(4f)-,) dengan teliti sekali maka ketergantungan dari arus basis/kolektor dalam perban-
dingan tersebut perlu diperhatikan. Namun unruk kebanyakan rangkaian, hasil-
Faktor koreksi m mempunyai nilai antara
I dan 2' nya cukup teliti jika perbandingan ini dianggap konstan. Perbandingan antara
sebagai resistivitas diferensial arus kolektor ./6 dan arus basis 16 disebut penguatan arus searah (DC amplifica-
Resistivitas input transistor 166 terdefinisi
dihitung sesuai dengan definisi tion) dai transistor dan biasanya dinyatakan dengan "B" atau dengan"hpB":
antara basis dan emitor.;";;'""t 6lz1
resistivitas diferensial:
"'bisa
(8.4)
aVuu (8.3 )
rat = Oh Untuk perubahan arus basis AIs dan perubahan arus kolektor A,lc yang
kecil terdapat kemiringan dari grafik Iq terhadap 1s. Kemiringan itu disebut pe-
Tetapikonstantanrbiasanyatidakdiketahui.olehsebabituresistivitas
penguatan ffansistor nguatan arus AC dan biasanya ditulis sebagai p ata:u h7":
diferensial dari inpur J",k"; di'hrrung dengan memakai
,.p.ni yang akan dlelaskan dalampasal 8'1'4' p=hn =o# (8 s)
Transistor t07
Dasar Elektronika
r06

I
--l ,.,, rA) 15
drf [{mA 5
l00m
l_t
\J\ r=5v * I
-80
ry 'cr=5Y
,6 3
l0m
lm
\ -60 I
?5 l00p

\
-l0,_!J
,U
lop Gambar 8.5: Arus kolektor
-t -0.I
lu
10n
terhadap arus basis seperti yang
biasa didapatkan pada transistor
,4
ll s

\ 1, =0,05rn1

\ .,
ll
In =0,5pA 300
0,3 0,2 I I 3 I 16 I

vcr (Y) Iu (ttA)


trtme) 2oo 200
| J I 2 34
400 I Vct (Y)
200
100 Gambar 8.6: Penguatan arus DC
600 dan penguatan arus AC terhadap
400
'8oo
I

(mY) arus kolektor yang biasa


V<z=5Y
V, r =5V
,r, lrnv; .600
Vss
lp lOu 100p lm lOm l00m didapatkan.

GambarS.4zDalamkeduagambarini'clisebelahkananatasgrafikoutput
transistor, sebelah kiri atas hubungan antara
arus basis dengan arus kolektor Telah dibicarakanT bahwa pada daerah aktif transistor, voltase pada
dan cli sebelah kiri baw,ah grafiklnput transistor
diperlihatkan' Grafik input sambungan pn antara basis dan emitor, Vs6, rflarrantttkan besar arus kolektor, 16,,
dan arus basis. Dalam yang mengalir dari kolektor ke emitor. Hubungan antara voltase basis-emitor 236
merupakan htrbungan an"taia voliase basis-emitor
dengan arus kolektor 16.bisa dirumuskan sbb.:
gambardisebelahkirigrafiksifattra-nsistoru,ntukarusdanvoltaseyanglebih
besar daripada oru, ion' tlalam gambar di sebelah kanan' Grafik ini yBE
'olrise tor' Ic = Ics(T,Vrr).evr
m enunj ukkan s atu c on to h trans is (8.6)
Di mana:
165 : Arus tutup dari transistor yang akan tergantung dari suhu dan vol-
Dalamgambar8.4dibagiankiriatasdarimasing-masinggrafikdiper- tase kolektor-emitor, walaupun ketergantungannya dari V g B kecll.
basis Is dengan menggunakan
lihatkan hubungin antara arus koliktor 16.dan arus Z7 : Konstanta alam seperti dalam persamaan (8.1).
satucontohdariffansistortertentu.HubunganantaraaruskolektordanarusbasisDC
Di sini faktor koreksi m yang terdapat dalam rumus (8.2) untuk dioda
;i*"j;kk"; seperti aatum gumbar 8'5 dan.penguatan AC dan penguatan
seperti yang biasanya tidak perlu dipakai karena selalu dekat dengan l.
terhadap arus kolekto, Jud- gambar 8.6 diperlihatkan
KarJna hubungan antara arus basis dan arus kolektor Dari rumus (8.6) terdapat hubungan antara arus kolektor dan voltase ba-
didapatkan pada transistor.
praktis penguatan
i"_io berbanding lurus, maka dalam kebanyakan pemakaian Dari gambar-gambar
sis-emitor sebagai fungsi eksponensial seperti hubungan antara arus dan voltase
DC dan penguatan AC Li;; dianggap sama dan konstan' pada dioda. Mengenai sifat ini perlu dicatat bahwa arus kolektor baru akan
linear anrara arus kolektor
tersebut terlihat ,"u"rupu i.iiti peiielatan hubungan mempunyai nilai yang berpengaruh dalam rangkaian ketika besar voltase basis-
dan kapan harus menghitung
dan arus basis. Kapan i""a.mLn ini bisa dipakai emitor mencapai =0.6V atau =0.7Y. Kalau voltase basis-emitor naik lagi di atas
lebih teliti tergantung rangkaian yang dirancang'
7 Lih"t grafik output transistordan pasal mengenai teori semikonduktor.
108 Dasar Elektronika Transistor

besar voltase tersebut, maka arus kolektor akan naik dengan cepat bahkan
dengan perubahan voltase basis-emitor yang kecil. Dalam gambar 8.4 di bagian
- - 6h
'ru
avrrl
(8.1 0)
l,,rr=uou,,
kiri bawah dari masing-masing grafik diperlihatkan hubungan antara arus basis
dengan voltase basis-emitor. Karena arus kolektor hampir sebanding dengan arus Untuk menentukan besar dari resistivitas kolektor-emitor rgB terdapat
basis, maka grafik mengenai hubungan antara arus kolektor dan voltase basis- satu rumus pendekatan yang cukup baik:
emitor sama, hanya skala untuk arus akan berbeda.
Persamaan (8.6) menunjukkan hubungan antara voltase basis-emitor 266 U, =t
V"
(8.1 l)
dan arus kolektor ,16. Dari situ hubungan antara perubahan voltase basis-emitor Di mana:
a,vs| danperubahan arus kolektor A16 didapatkan dengan menghitung diferensial Zy : Satu konstanta yang disebut voltase Early. Biasanya voltase
arus kolektor 16' terhadap voltase basis-emitor vs6. H]ub]ld,|lgan itu merupakan Early besarnya arrtara 80 dan 200V untuk transistor npn dan
kemiringan dari grafik 16'terhadap V66 dan disebut transconductance gy'. attara 40 dan 1 50V untuk transistor pnp.
o- =-l
aI. I
(8.7) Dari (8. 1 I ) dilihat bahwa resistivitas kolektor-emitor ini berbanding ter-
b J avuulnrr-uon,r. balik dengan arus kolektoE berarti kalau arus kolektor naik, resistivitas kolektor-
emitor turun. Jadi pada Ig yang lebih besar, ketergantungan 16 dari vqB leblh
Dari (8.6) dan (8.7) besar dari gTdidapatkan: besar.
Persamaan (8.11) bisa didapatkan dari grafik output transistor: Grafik
r, =#|,",=k""ff + Bt =f =+o! u (8.8)
dengan satu voltase basis-emitor tertentu membentuk garis lurus pada daerah
aktif transistor. Garis itu bisa diperpanjang lurus ke kiri dan akan memotong
sumbu voltase pada nilai negatif dengan harga mutlak sebesar voltase Early. Ha1
Catatan:Perhatikan bahwa V dalam rudu (8.8) adalah satuan volt. ini bisa dilakukan untuk semua voltase basis-emitor dengan hasil voltase Early
f
yang sama.
Dari persamaan (8.8) terdapat perubahan arus kolektor A,16 pada peru-
Dari (8.9) dan (8.10) dapat dilihat bahwa arus kolektor terganrung dari
bahan voltase basis-emitor L,Ves yangkecil:
voltase basis-emitor vs6 dan dari voltase kolektor-emitor vgs. Untuk menunjuk-
N, = g7 .L,V1B (8.e) kan kedua ketergantungan ini pada sinyal kecil, keduanya bisa dilinearkan dan
pengaruh masing-masing bisa dijumlahkan, sehingga terjadi perubahan arus ko-
g7 adalah satu besaran dengan satuan seperti konduktivitas ' karena g7
lektor A/c.sbb.:
menunjukkan hubungan antara arus dan voltase seperti konduktivitas (conduc-
tance) dari suatu komponen. Tetapi konduktivitas ini tidak memberikan hubung-
i LIc = Et .LVu, + (8. l 2)
an antara arus dan voltase pada tempat yang sama, tetapi pada dua sambungan ,L.LVcu
transistor yang berbeda. Oleh sebab itu tidak disebut konduktivitas atau conduc-
tance, tetapi trans-conductance. Atau bisa disebut juga sebagai konduktivitas
berpindah. 8.1.4. Resistivitas Input dari Transistor
Satu sifat lagi yang bisa dibaca dari grafik output transistor (hubungan Resistivitas diferensial antara basis dan emitor disebut resistivitas inpul
antara arus kolektor dengan voltase kolektor-emitor) yaitu ketika voltase kolek- transistor. Resistivitas input itu bisa dihitung dengan memakai definisi dari
tor-emitor naik, arus kolektor awalnya naik dengan cepat dibanding kenaikan penguatan B, persamaan (8.5), dan persamaan (8.8) untuk transconductance
91:
voltase kolektor, kemudian kemiringan grafik menurun dan menjadi hampir
mendatar, yang berarti arus kolektor hampir tidak lagi tergantung dari voltase ,,. =ovut =01'r, = F =FY, l3)
kolektor. Daerah grafik di mana grafik membentuk garis lurus yang hampir
0t, 9!! Brtc
(8.

mendatar disebut sebagai daerah aktif transistor. Kemiringan ini disebut resistivi- B
tas kolektor-emitor r6s dan merupakan resistivitas diferensial antara kolektor dan
emitor. Resistivitas kolektor-emitor rs6 ini juga disebut resistivitas output transis-
tor dan sebagai rumus terdefinisi sbb.:
110 Dasar Elektronikn Tiansistor l1l

8.1.5. Nilai-Nilai Maksimal Untuk Transistor merupakan voltase DC yang konstan sebesar =0.7V yang dijumlahkan dengan
Terdapat beberapa voltase dan arus maksimal yang tidak boleh dilewati satu sinyal voltase AC, V,, dengan amplitude kecil. Input dari penguat adalah
supaya transistor tidak rusak. Besar voltase dan arus maksimal tersebut tergan- sambungan antara basis dan emitor. R, adalah resistor yang menunjukkan
tung dari bentuk transistor (tebal layar-layar), konsentrasi atom asing dan kemas- resistivitas dalam dari sumber voltase masukan tersebut. Kolektor disambungkan
un yung dipakai. Nilai-nilai maksimal disebutkan dalam lembaran data transistor. dengan sumber voltase DC sebesar V6 (voltase baterai / voltase sumber) melalui
Terdapat beberapa nilai batas sbb. (Angka dalam kurung adalah besar volta- resistor fu. Bagian negatif dari sumber voltase ini merupakan GND dan disam-
se/arus untuk transistor BCl6l I BCl4l / CS9013 sebagai contoh.): bungkan dengan emitor. Output dari rangkaian adalah sambungan antara kolek-
Voltase kolektor-basis maksimal, VcB ,nk,, (60V / 100V / -) adalah
tor dengan GND (groard I burr$. Rangkaian seperti ini disebut common emitter
amplifier karena emitor dipakai sebagai sambungan bersama untuk input dan
voltase maksimal yang boleh dipasang antara kolektor dan basis.
output.
Voltase kolektor-emitor maksimal, VcE ,nk,, (60V / 60Y I 25Y) adalah
Besar dari voltase DC pada input diatur sehingga terdapat arus DC
voltase maksimal yang boleh dipasang antara kolektor dan emitor.
sebesar lcn pada kolektor ketika sinyal AC nol. Dengan adanya arus DC sebesar
Voltase emitor-basis maksimal, VEB *nk,, (5Y I 7y / 3V) adalah voltase
l66pada kolektor, maka terdapat voltase Vaco = Rc . Iq pada resistor kolektor R6.,
maksimal yang boleh dipasang antara emitor dan basis' berarti voltase maksimal
untuk sambungan pn antara basis dan emitor dalam keadaan bias balik, di mana maka terdapat voltase antara kolektor dan emitor sebesar Vceo:Vt-Vaco.
belum terj adi breakthrough. Misalnya sumber voltase DC pada input diatur sehingga arus kolektor sebesar
Arus kolektor maksimal, Ic (1A / lA / lA) adalah arus kolektor 40mA, resistivitas dari resistor kolektor sebesar R6: 300O, voltase supply dari
^nk,, sumber voltase Vs sebesar 24V. Voltase pada resistor kolektor akan sebesar
maksimal yang boleh mengalir dalam kolektor.
Vpss = 40n'tA'3004 = l2V , voltase output akan sebesar
Suhu persambungan pn maksimal (maximum junction temperature),
71,o", (175"C i tlS"C / 150"C) adalah suhu maksimal yang boleh didapatkan Vceo =Vt -Vnco = 24V-12V. Voltase-voltase ini terdapat sebagai voltase DC.
pada sambungan pn dalam ffansistor. Ketika ada voltase AC pada input yang ditambahkan pada voltase DC (berarti
Daya disipasi maksimal, P7s7, adalah daya maksimal yang bisa diserap voltase pada input akan naik dan turun sejauh A,V,n), maka arus pada input,
oleh transistor pada situasi tertentu. Daya ini membatasi perkalian antara arus berarti juga arus basis, akan naik dan turun sejauh A1s. Besar A16 sesuai dengan
dan voltase kolektor. Daya ini dinyatakan dalam situasi tertentu, berarti pada perubahan voltase input dan besar dari resisitivitas diferensial pada input (basis -
suhu dan pendingin tertentu, karena daya ini tergantung suhu lingkungan dan emitor) transistor:
pendingin yang dipakai. Misalnya untuk BC161 dan BCl4l terdapat daya
maksimal sebesar 3200mw / 3700mw pada suhu lingkungan 25"C dan dengan
memakai pendingin standar. Untuk CS9013 daya maksimal dalam udara dengan
suhu 25.c sebesar 600mw. untuk jenis pendingin lain dan suhu lingkungan
yang berbeda daya maksimal bisa dihitung dengan data ini dan suhu persam-
bungan pn maksimal.

8.2. Rangkaian Penguat Sederhana dengan Satu Transistor

8.2.1. PenjelasanRangkaian
Supaya semakin mengerti sifat transistor, akan diselidiki sifat dari satu
rangkaian penguat yang sederhana dalam pasal ini. Rangkaian yang dipakai
,,r[
+(
1r",, vb

ditunjukkan dalam gambar 8.7. Masukan untuk rangkaian penguat didapatkan


dari sumber voltase di sebelah kiri dalam skema rangkaian. Sumber voltase ini
Gambar 8.72 Rangkaian penguat sederhana dengan satu transistor.
-'l

tt2 Dasar Elektronika Tiansistor


113

LVae
N, = (8. l4)
fee

Ketika arus basis berubah sejauh A16, arus kolektor akan berubah sejauh
Ns--hy".Na. Dengan arus kolektor yang naik dan turun, maka voltase pada
resistor kolektor juga akan ikut naik dan turun sesuai dengan hukum Ohm.
Ketika voltase pada resistor kolektor naik, maka voltase antara kolektor dan emi-
4
Ictc
tor akan turun sesuai dengan hukum Kirchhoffmengenai voltase, dan sebaliknya.
Berarti voltase output akan ikut turun dan naik sejauh A,Vo,,ketika voltase pada
input naik dan turun sejauh Atr{,. Voltase input berosilasi terhadap voltase DC \i
yang sebesar 0.7V dan voltase output akan berosilasi terhadap voltase DC yang
sebesar Z6's6. Situasi yang terdapat tanpa sinyal AC disebut titik kerja. Berarti
titik kerja adalah voltase dan arus kolektor DC ketika sinyal AC nol. Titik ini
(merupakan satu titik dalam grafik 1.- terhadap I/6.s) disebut titik kerja, karena
rangkaian yang menguatkan sinyal AC bekerja dengan bervariasi terhadap titik 8 16 yr,, (V
Gambar 8.8: Sifat transistor
ini. Dengan kata lain titik kerja ini merupakan standar yang disetel ketika tidak i"'V*,ac "d pada rangkaian penguat common
ada sinyal input. emitor dengan garis beban patla
Apa yang terjadi bisa dimengerti dari grafik dalam gambar 8.8. Pada karakteristik output, titik kerja
bagian kiri bawah dalam grafik ini terlihat hubungan antara voltase basis-emitor dan besar sinyal AC pada input,
dan arus basis. Dengan voltase DC sebesar x 770mY terdapat arus basis sebesar arus basis, arus kolektor dan
output rangkaian.
= 0.l4mA. (Perhatikanlah garis dalam bentuk .. o . .. . pada gambar) Pada bagian
kiri atas terlihat hubungan antara arus basis dan arus kolektor. Pada arus basis voltase kolektor-emitor v6s bisa didapatkan dari garis beban sebesar
sebesar = 0.l4mA terdapat arus kolektor sebesar = 40mA. Pada bagian output,
l2v.
Dengan arus kolektor sebesar 16:40mA, voltase kolektor-emitor
bisa langsung
rangkaian seri dengan resistor kolektor dan sambungan dari kolektor ke emitor dibaca dari grafik garis beban sebesar V6s: l2y.
menentukan sifat rangkaian. Untuk mencari titik kerja dari rangkaian seri ini,
Kalau voltase pada input berosilasi terhadap voltase DC-nya, berarti
pada gambar 8.8 sebelah kanan atas grafik output dari transistor digambarkan
terdapat bagian AC sebesar V, yang ditambahkan pida voltase fru:llO*V
bersama dengan garis beban dari resistor kolektor dengan resistivitas sebesar
dalam contoh ini, maka voltase basis-emitor berubah-ubah sebesar lri-rerubahan
Rc: 300Q. Garis beban digambar seperti dalam pasal 3 di mana rangkaian seri AC pada voltase basis-emitor akan menghasilkan perubahan pada arus
dengan dua komponen dibicarakan. Garis karakteristik dari transistor adalah basis 1676-
sesuai dengan garis yang menggambarkan hubungan antara arus basis
grafik output dari transistor yang berubah dengan arus/voltase basis. Garis beban denjan
voltase basis-emitor. (perhatikanlah garis dalam bintuk pada gambar)
terdapat dari sifat resistor dengan persamaan: Dalam gambar 8.8 perubahan voltase input digambar sebagai (, perubahan
pada
Vs6 =V6-VRc arus basis digambar sebagai I s,lg, pervbahan arus kolekto; yang
(8. l s) dihasilkan oleh
perubahan arus basis ini dinyatakan sebagai lgls danp.rubaiu.iarus
=Vr,- Ic'Rc kolektor ini
akan menghasilkan perubahan pada voltase kolektor-emitor yang
didapatkan dari
Titik perpotongan antara garis karakteristik dan garis beban menunjuk- garis beban dan dalam gambar dinyatakan sebagai Vo,,1q.
kan arus yang mengalir dalam rangkaian ini dan voltase kolektor-emitor yang di-
Dari gambar dan dari penjelasan di atas rangsung bisa dilihat bahwa
dapatkan. Tetapi dalam rangkaian ini perlu diperhatikan bahwa garis karakteris-
voltase keluaran naik ketika voltase masukan turun dan rJbunk yu.
tik dari transistor berubah menurut perubahan voltase basis-emitor. Besar dari Ini berarti
bahwa fase antara masukan dan keluaran terbalik atau tergeser seiauh
arus kolektor ditentukan oleh voltase basis-emitor seperti yang didapatkan dari lg0'.
bagian kiri dalam grafik mengenai sifat transistor (gambar 8.8). Dalam contoh ini _ Dalam pasal ini situasi kualitatif dari rangkaian ini telah dibicarakan,
telah dijelaskan bahwa terdapat arus kolektor sebesar 40mA sesuai dengan berarti prinsip yang terjadi telah dijelaskan. Dalam-pasal berikut resistivitas
in_
voltase basis-emitor DC yang dipakai. Dengan arus kolektor 16' sebesar 40mA
114 Dasar Elektronika Transistor 1ls

put, resistivitas output dan penguatan dari penguat ini akan dihitung secara
terdasarkan persamaan-persamaan transistor'
persis
ltl= s, *:t * =i.ru =+od v^g (8.20)

Di mana:
dari Rangkaian Ini /6. : Besar DC dari arus kolektor.
8.2.2, Penguatan
Za6- : Voltase DC pada resistor kolektor.
voltase
Dalam rangkaian ini terdapat voltase DC pada input dan besar
menentukan titik kerja dari rangkaian. Itu berarti dengan voltase DC ini Jadi penguatan tergantung hanya dari voltase DC pada resistor kolektor
DC ini
ditentukan arus basis DC, arus kolektor Dc dan voltase kolektor-emitor Dc pada titik kerja.
dan arus DC
tertentu. Voltase DC ini disebut sebagai titik kerja. Selain voltase Kalau voltase kolektor-emitor berubah, arus kolektor berubah sesuai
juga terdapat sinyal AC pada inpul rangkaian' Voltase AC ini merupakan dengan kemiringan garis dalam grafik output transistor. Dalam perhitungan di
p"--*Uuttun puda voltase DC dan akan kita nyatakan sebagai AZ' Voltase AC pada atas, perubahan arus kolektor ini belum diperhatikan. Karena resistivitas diferen-
LVi,, ini
irp,r, ukun kira sebutkan sebagai A(,. Seperti dijelaskan di atas
lahlva sial antara kolektor dan emitor, 166, besar, maka perubahan arus menjadi kecil
minghasiman arus basis dan irus kolektor AC yang akan kita sebutkan sebagai dan sering bisa diabaikan. Namun dalam situasi-siruasi tertentu perubahan itu
-dan menghasilkan perubahan voltase harus diperhatikan dengan sebaik-baiknya. Untuk mengerti lebih teliti apa yang
lfu A16'. Perubahan arus kolektor akan
di mana voltase kolektor-emitor merupakan keluaran dari rang- terjadi, model untuk transistor pada "sinyal kecil" bisa dipakai. Dalam model
koiektor-emitor,
untuk sinyal kecil penyetelan titik kerja dianggap sudah tetap dan konstan dan
kaian dan akan dinyatakat sebagai Lvout'
gambar yang diperhatikan hanya perubahan kecil dari arus dan voltase terhadap titik
Besar perubahan dari voltase output LVo,, pada rangkaian dalam kerja. Sesuai dengan kebiasaan dalambuku-buku teknik elektro dan banyak buku
sinyal voltase AC L'V,, pada input, bisa dihitung dengan
8.7, ketika terdapat elektronika, kita akan memakai huruf kecil untuk sinyal yang berubah, berarti
memakai rumus-rumus dari "8'1. Sifat Transistor": untuk sinyal yang merupakan voltase AC. Jadi untuk selanjutnya perubahan vol-
Dari (8.7) dan (8.8) terdapat hubungan antara perubahan voltase basis tase input A,Vi, akan disebutkan v,,, perubahan arus input N;n akan disebutkan 47,
besar dari
dengan perubahan arus kolektor secara langsung tanpa menghitung perubahan arus kolektor A,16,akan disebutkan i6, perubahan voltase output A,Io,,
arus basis: akan disebutkan 1,,, dst.
(8. l 6)
LIc=Bt'LVBE=8y'LV,, Satu model sinyal kecil yang menggambarkan sifat transistor (untuk
frekuensi yang tidak terlalu besar) terdapat seperti dalam gambar 8.9. Dalam
Karenaaruskolektorberubah,makavoltasepadaresistorkolektorakan gambar 8.9 kotak yang digambarkan dengan garis berbentuk titik-garis menun-
rangkaian) akan
berubah juga sehingga voltase kolektor-emitor (= voltase output jukkan model untuk transistor dan komponen di luar kotak tersebut adalah
berubah sesuai dengan persamaan (8'15):
komponen selain transistor. Input antara basis dan emitor memiliki resistivitas
(8. l 7)
Vr, --Vt - Ic'Rc > LVr, = LVor, = -Nc'Rc input r6s. Output antara kolektor dan emitor dilihat sebagai sumber daya listrik
dan digambarkan dengan rangkaian ekuivalen Norton. Berarti, pada output terda-
(8.16) dimasukkan ke dalam (8.17):
(8. 1 8)
pat satu sumber arus di mana besar dari arus output ini terdapat dari definisi
LVo,, = -Rc' LI c = -g t' Ra' A'V.
trans c onduc tance dalam persamaan (8.7) :
jelas
Hubungan antara perubahan voltase input dan voltase ouQut sudah Nc = -gf e ic = -Bf
.A,Vuu .var (8.21)
ketika voltase
dari (8.18). TanIa minus menunjukkan bahwa voltase output turun Tanda "-" dalam (8.21) menunjukkan bahwa arus dalam transistor yang
fase output terbalik dengan fase input. Penguatan dari penguat
inpuinaik, berarti mengalir dari kolektor ke emitor bertambah ketika voltase basis-emitor bertam-
ini terdapat dari (8.18): bah. Tambahan arus ini masuk dari keluaran rangkaian sehingga arus tersebut
(8. re) harus dihitung negatif.
Vl=WC=cr Ro
Karena rangkaian yang digunakan adalah rangkaian ekuivalen Norton,
(8'8) akan di- maka resistivitas dalam dirangkai paralel dengan sumber arus ideal. Resisitivitas
Dengan memasukkan besarnya transconductance $1dari
dalam dari sumber daya listrik adalah hubungan antara voltase keluaran dan arus
dapatkan penguatan sebesar: keluaran. Untuk transistor dalam rangkaian cortmon emitor, voltase keluaran
Dasar Elektronika
Transistor n7
116

voltase baterai V6 yang tak berhingga, dan hal ini jelas tidak mungkin. Tetapi
dengan memakai suatu sumber arus sebagai resistivitas kolektor, resistivitas
diferensial yang besar bisa diterapkan untuk resistor kolektor. Penguatan yang

I
paling besar yang bisa didapatkan disebut maximum voltage gain (penguatan
voltase maksimal) p sebesar:

u= .v, =V,
' Rc-o'lxl = Rc-n"t
lim tim gr.tionrt =gr.rcr=1,
vr (g.25)
' Vr Ic Vr
GambarS.gzModelsinyalkecituntukpenguatseclerhanaseperticlalamgambar Untuk mendapatkan bagian kedua dalam perhirungan (8.25), persamaan
8.7. (8.8) unhrk besar 97 dan (8. I I ) untuk besar rs6 telah dipakai.
Penguatan voltase maksimal p yarry biasa terdapat sebesar 3000...7500
arus kolektor' Maka untuk transistor npn dan 1500...5500 untuk ftansistor pnp.
adalah voltase kolektor-emitor dan arus keluaran adalah
resistivitas dalam
$22) 8.2.3. Input dari Rangkaian Ini
r2
" =!et!-=+L=k,
iou, i" Input dari rangkaian ini adalah sambungan transistor dari basis ke
rangkaian ekuivalen emitoE maka jelas di tempat itu terdapat resistivitas input sebesar resistivitas
adalah resistivitas kolektor-emitor. Sebab itu dalam
untuktransistorpadasinyalkecil(sinyalAC)saturesistordenganresistivitasrcr antara basis dan emitor, 166. Besar dari resistivitas itu telah ditentukan dalam
paralei d".,gu.t ..r.b"''uru'' Sumber voltase /6 memiliki
resistivitas (8,13). Di sini resistivitas diferensial harus dihitung karena yang dibutuhkan
ai."rgt"i
langsung dengan adalah sifat untuk sinyal AC, berarti perubahan voltase antara basis dan emitor
Jlr"r""rriuinol. oleh r"uut lto resistor kolektor Rc tersambung
resistivitas- kolektor-emitor dan arus basis.
emitor dan nampak ,.p"rti dirangkai paralel dengan
suatu beban.\' beban
,r, inltu .angkaian ekuivalen "itut ic' Kalau terdapat itu juga dirangkai paralel
itu ai.u.rgrui intara kolektor dan emitor, maka beban 8.2.4. Daerah Kerja dari Rangkaian Penguat
ini terlihat resistivitas output
dengan isistivitas rg6. Dari rangkaian ekuivalen
paralel dengan 16'6 dan resistivitas Rc Dalam grafik output transistor terlihat bahwa sinyal voltase AC akan
Jurip"ngrut ini terdapat pada ringkaian
membuat voltase dan arus kolektor naik dan turun sesuai dengan sinyal pada
dari resistor kolektor.
dari besar arus pada input. Dari gambar 8.8 dapat dilihat bahwa voltase kolektor-emitor terbatas. Ter-
Dengan rangkaian ini voltase output bisa dihitung' dapat voltase supply V6 sebagai batas maksimal untuk voltase keluaran. Batas
sumber arus konstan dan resistivitas yang ada
yang dirangkai paralel dengan
minimalnya terdapat di mana garis beban memotong garis karakteristik transistor
sumberarustersebut.Resistivitasyangdirangkaiparaleldengansumberaruskita yang paling atas, berarti berada di mana arus kolektor sudah tidak bisa naik lagi
sebesar:
sebut sebagai r,o,n1. Makaterdapat voltase keluaran kalaupun arus/voltase basis ditambahkan lagi. Voltase ini biasanya sekitar 0.3V
vo,t=ir'4ont atau 0.4V. Supaya sinyal dikuatkan dan benruknya tidak berubah jauh, voltase
.
l-.,
l- iour=-8/'vi''t'urnl maksimal dan voltase minimal dari output penguat tidak boleh melampaui batas-
l" = -81 'vi, ) (8.23)
batas ini. Oleh sebab itu titik kerja (voltase DC pada output) harus diatur
llll sehingga jumlah dari voltase DC pada titik kerja ditambah dengan sinyal voltase

',"^= '*'
Rr- h AC tidak rnelewati batas voltase maksimal atau batas voltase minimal. Dalam
ll didapatkan: gambar 8.10 diperlihatkan beberapa contoh untuk mengatur voltase output titik
Dari voltase ouput ini dan definisi untuk penguatan
kerja dan akibatnya pada sinyal voltase AC pada output. Amplitude output AC
(8.24) bisa menjadi maksimal kalau titik kerja berada di tengah batas-batas voltase
lol=Y= E.r'ttou,t
output"

Penguatan dari rangkaian ini akan menjadi yang


paling besar kalau tidak Titik di mana ams kolektor sudah mencapai nilai maksimal dan tidak
ada beban R6 dan besu. iesiitivitas dari resistor
kolektor fu tak berhingga' Kalau bisa naik lagi walaupun arus basis ditambahkan, disebut titik jenuh atau titik
tak berhingga, maka diperlukan
;;;"; R. ai;aaitan tak berhingga atau mendekati
Dasar Elektronika Transistor 119
118

saat suhu berubah. Kalau suhu transistor berubah sedikit (karena daya yang dise-
atas Voltase keluaran'
rap di dalamnya atau karena suhu lingkungan berubah), grafik Ig terhadap Vsg
--- -'Batas DC titik kerja terlalu tinggi akan bergeser sehingga untuk arus kolektor yang sama dibutuhkan voltase basis-
-'Y;;;r;,;;iterpotons
..Voltase
salalL - di atas. emitor yang lain, atau dengan voltase basis-emitor yang sama, arus kolektor akan
berubah jauh. Ini berarti titik kerja akan [angsung berubah jauh ketika suhu ber-
-'-----,Voltase DC untuk titik keda yang
ubah. Pada arus kolektor yang konstan, voltase basis-emitor turun kira-kira 2mY
b-e-lpt-," bisa dipakai pada sinyal ini' per derajat kenaikan suhu. Akibatnya, sepertinya pada basis terdapat satu voltase
DC titik kerja terlalu
salaI}-"-Voltase tambahan A,V;n akibat perubahan suhu sebesar LVi, =2H- Lf . Perubahan vol-
rendah sehingga sinyal terpotong
tase input ini akan dikuatkan dengan penguatan rangkaian dan menghasilkan
perubahan voltase titik kerja pada keluaran rangkaian. Kalau seandainya penguat
mempunyai penguatan sebesar 100 dan suhu berubah l0K, maka terdapat peru-
bahan voltase titik kerja pada keluaran sebesar
dan akibatnya kepada output
Gambar g,r0: pengaturan titik kerja yang benar L4u,= 2+.10K.100 = 2V.
sinYal voltase AC.
Perubahan sebesar ini akan sangat mengganggu kerja rangkaian. Tetapi
dalam rangkaian biasa suhu transistor sering bertambahjauh lebih besar daripada
saturasi(saturationpoinr).Sifattransistorpadatitikitudisebutkejenuhanatau hanya lOK sebagai akibat pemanasan oleh daya yang diserap dalam transistor,
saturasi (s atu r atio n).
sehingga perubahan titik kerja akan lebih besar lagi.
Alasan ketiga mengapa rangkaian ini tidak dapat dipakai adalah karena
8.2.5. Mengatur Titik Kerja toleransi antara beberapa transistor dari jenis yang sama. Sifat dari masing-ma-
sing transistor berbeda sehingga voltase basis-emitor untuk arus kolektor yang
8.2.5.1. Mengatur Titik Kerja dengan Mengatur Voltase Basis-Emitor sama akan berbeda-beda dan perlu diatur untuk tiap transistor. Dalam gambar
jelas 8.11 contoh toleransi untuk satu transistor diperlihatkan. Dalam produksi seri
Dari pasal "8.2'4 Daerah Kerja dari Rangkaian?enguat".'sudah
dikehendaki rangkaian yang tidak perlu diatur secara manual setelah dipasang
bahwatitikkerjar,u*,aluto.sehinggavoltaseoutputDCpadatitikkerjame-
AC dengan amplitude yang cukup dengan komponen standar. Kalau titik kerja diatur dengan voltase basis-emitor
mungkinkan rangkaiar n""gt'utifmi-output
besar. Berarti kalau -"rgl*? ii il t"riu,
uoltare vp6 pada resisror kolektor harus tertentu, pasti voltase basis-emitor itu perlu diatur untuk setiap rangkaian secara

ai*., u..uni arus kol"ftor harus diatur sehingga memiliki besar arus tertentu.
pada rangkaiun aufuro'gu-J^, gl yang.sudaf,-dibicarakan di atas, titik kerja
antara basis dan emitor' Rangkaian
diatur dengan m"rrgutu. ioltase DC tambahan
J"r-t- praktis' Pada bagian kiri dari
seperti ini tidak bit" d;;;; t^"lsfaian
sebelah bawah terdapat hubungan
masing-masing grafik aifu* g"t"Uar 8'4-di
alrtaravoltasebasis-emitoraanaisebelahatasterdapathubunganantaraarus
basisdanaruskolektorsehirrggasecarakeseluruhanterdapathubunganantara
ini bisa juga dimasukkan ke
voltase basis-emitor a*-u-r"tirektor. Hubungan
yang menuljukkal grafik tersebut
dalam satu g.ant ,ep.rti autu"t gurnUur 8'11 pada
untuk satu transistor,.tt""* ttUigai contoh' Oarigrafik ini terlihat bahwa
arus kolektor vu"g aiputui ,n*[ ,i,,.
kerja terdipat kemiringan yang besar.
I6 maka ketika Vss berubah
Karena kemiringan d#;t"fi[ antara dai-Vu'besar'
berubah jurrr,. s"uuu itu vae harus diatur
de-
sedikit, arus kolektor l";;;; cukup teliti'
tidak dapat diatur
ngan sangat teliti dan dahmlrakiek biasanya Gambar 8.112 Grafik arus kolektor
Terdapatsatualasanlagimengaparangkaianinitidakbisadipakai,yaitu terhadap voltase basis-emitor dari satu
f.i.no, Iur, ,ottu-t" basis-emitor berubah agak jauh
1

transis tor sebagai conto h.


karena hubungan
""oi"-"*. I

il
Dasar Elektronika Transistor 121
120

yang
membutuhkan voltase basis-emitor dari Vs6 yang tergantung suhu dan dari gl.Kalau titik kerja diatur dengan cara
sendiri-sendiri' karena setiap transistor
kerja yang sama' mengatur arus basis, arus kolektor tidak tergantung dari Vss dan dari gp tetapi
berbeda untuk menghasilkan titik
tergantung dari faktor penguatan arus hps, yang berubah untuk setiap transistor.
Yang diperlukan sebenarnya adalah satu cara yang tidak lagi tergantung dari
dengan Mengatur Arus Basis
8.2.5.2. Mengatur Titik Kerja suhu transistor dan dari variasi antara transistor-transistor dengan jenis yang
mengatur titik kerja transistor adalah
Satu cara yang lebih baik untuk didapat-
sama. Salah satu cara yang memenuhi dua syarat ini untuk mengatur titik kerja
dengan memakai u*' i*"u'
pada basis tranJistor' Arus konstan bisa akan dibicarakan dalam pasal berikut.
dan sumber
dengan satu resistor antara basis
kan dari sumber voltase rangkaian arus
dalam gambar 8'12' Penguatan
voltase rangkaian l', ttptttldiperlihattan arus kolektor akan 8.2.5.3. Mengatur Titik Kerja dengan Memakai Umpan Balik dari
mengatur-arus basis'
he6 adalahsuatu konstania, maka dengan
besar dari penguatan arus ini. Kalau penguatan arus ftpg Resistor Emitor
ikut diatur sesuai dengan
resistor Rg bisa dihitung' Misal- Rangkaian yang dipakai seperti terlihat dalam gambar 8.13, di mana
dari transisto. a*"turr,ri, L"r". a".i'."si-stivitas
supply Vr': l}Y dan titik kerja mau diatur potensial pada basis diatur dengan pembagi tegangan Rl dan R2, terdapat poten-
nya terdapat 1,., ,"Ut'u' ZOO' uoftut"
sial gsu,1, tertentu pada basis transistor. Karena ini merupakan regulasi voltase,
/6:2mA, maka I'=h=l0pA' dan resistivitas dari Rs diperlukan
pada maka arus kolektor tidak akan tergantung dari penguatan arus ip6. Supaya arus
kolektor juga tidak tergantung dari V66 dan gy, satu resistor Re dipasang pada
sebesar: emitor. Resistivitas dari resistor R6 dipilih sehingga voltase Vpspada resistor ini
jauh lebih besar daripada perubahan voltase basis-emitor ketika suhu berubah
o _v^, _ lov-0.7v = g30kQ.
^n- In loPA dan dengan transistor yang berbeda-beda. Maka voltase basis-emitor V66 bisa
dianggap konstan dibanding dengan Vps. Dengan I/s6 sebesar kira-kira 0.7V
VoltasepadaresistorR6sejauho.TVdibawahvoltasesupplykarena jauh dan terdapat voltase pada resistor emitor sebesar ga^si"-VaE dan besarnya hampir kon-
Karena voltase basis tidak berubah
voltase basis-emitor kira-kira 0.fv. dari resistor basis kecil stan, maka arus yang mengalir dalam resistor emitor akan hampir konstan juga.
maka perubahan arus
resistivitas dari resistor Lasis besar, ini adalah karena adanya Arus emitor yang kira-kira sama besar dengan arus kolektor akan sebesar:
dan bisa diabaikan' K;;;c"'
;ari tangtaiun seperti
dari
u.rl.ai-u.a" untuk-setiap transistor. maka resistivitas
penguatan arus yang
rangkaian' Penguatan arus hpg l- = I. =V*u =Qe"t;t -0'7V (8.26)
iesistor basis harus aiatu' t'rrtott masing-masing Rr RE
suhu'
naik kira-kira lohpet derajat kenaikan Fungsi dari rangkaian ini bisa dimengerti sbb.: Kalau seandainya arus
pada basis (regulasi voltase), arus
Kalau titik tceria iiatur dengan voltase kolektor naik, maka arus emitor akan ikut naik dan voltase pada resistor emitor
tergantung dari penguatan arus ieu'
t"tapi tergantung secara peka
kolektor tidak Rs akan naik juga sehingga potensial pada emitor naik. Dan karena potensial
pada basis tetap konstan, maka voltase basis-emitor akan turun. Turururya voltase
basis-emitor akan mengakibatkan arus kolektor turun. Jadi kalau arus kolektor
naik, terdapat satu mekanisme yang akan menyebabkan arus kolektor turun kem-
bali. Mekanisme seperti ini disebut/eedback negatifs. Karena adanyafeedback
negatif ini, maka perubahan dalam rangkaian, misalnya potensial basis bertam-
bah, hampir tidak menghasilkan perubahan pada arus kolektor. Feedback negatif
ini semakin kuat kalau resistivitas dari resistor emitor semakin tinggi. Dengan
resistivitas tinggi, perubahan arus kecilpun sudah menghasilkan perubahan volta-
se yang besar (AIz^u = tt t .Re) .

Untuk mengerti rangkaian ini lebih jelas, kita bisa memandang rangkai-
an dari jalur basis
- emitor - resistor emitor. Rangkaian ini merupakan rangkaian
Gambar 8.122 Mengatur titik kerja dengan
arus basis vang konstan' I feettback:makankan kembali, berarti output dikembalikan kepada input
Dasar Elektronika Transistor 123
122

Gambar 8.14: Untuk menghitung besar dari


Gambar 8.132 Pengaturan titik keria de- penganth perttbahan voltase input, sambung-
ngan voltase pada basis dan resistor
an dari hasis ke emitor diganti dengan 16.
emitor R6.

Jadi resistivitas dari resistor emitor bisa disebut besar, kalau lebih besar
seri seperti yang diperlihatkan dalam gambar 8.14. Untuk perubahan voltase dibandingkan dengan resistivitas 16.
yang kecil ru*U"ngi, antara basis dan emitor transistor bisa digantikan oleh
r"riitor dengan resistivitas sebesar resistivitas diferensial antara basis dan emitor' Biasanya resistor emitor cukup besar kalau voltase pada resistor emitor
Tetapi resislivitas diferensial yang harus dipakai di sini bukan resistivitas basis- kira-kira sebesar voltase basis-emitor. contoh: Arus kolektor sebesar lmA, volta-
emitor rss, karena resistivitas rss merupakan hubungan antara voltase basis- se basis-emitor biasanya sekitar 0.7v, maka dengan resistivitas sebesar 700f)
emitor dengan arus basis. Tetapi dalam rangkaian ini kita ingin mengerti hubung- terdapat voltase pada resistor emitor yang sama besar dengan voltase basis-
an antara voltase basis-emitor dengan arus emitor yang mengalir dalam resistor emitor dan resistivitas dari resistor emitor ini jauh lebih besar daripada resistivi-
emitor. Oleh sebab itu sambungan basis-emitor di sini digantikan dengan resisti- tas emitor (25O).
vitas diferensial emitor 16 lang menunjukkan hubungan antara arus emitor, ig, Besar dari voltase basis-emitor pada daerah kerja transistor hampir
dengan voltase basis-emitoi vs5. Perlu diperhatikan bahwa rangkaian pengganti konstan sebesar 0.7v. Dan voltase ini hanya berubah sedikit kalau arus kolektor
inl iidat< benar kalau menghitung sifat inputnya yang dilihat dari basis, tetapi berubah, juga hanya berubah sedikit kalau suhu transistor berubah. Maka besar
benar untuk sifat transistor jika dilihat dari sisi emitor. r5 adalah sbb.: resistivitas-resistivitas dari resistor Rl, R2 dan R6 akan menentukan arus basis.

'L dc
0v," I v, lv (8.27)
Supaya pengaruh dari arus yang mengalir ke dalam basis transistor kepada
gt lc 40'lc potensial pada basis bisa diabaikan, resistivitas dalam dari sumber voltase yang
dibentuk oleh pembagi tegangan Rl dan R2 harus cukup kecil. Biasanya r"iittl-
Kalau misalnya terdapat arus kolektor sebesar lmA, maka terdaPat vitas dalam tersebut cukup kecil kalau arus yang mengalir dalam pembagi te-
resistivitas emitor sebesar: gangan kira-kira l0 kali lipat lebih besar daripada arus basis.
1 Sebagai contoh kita hitung besarnya resistivitas yang diperlukan kalau
8r=--:--
,," = =2sa
40+'lmA terdapat satu transistor dengan penguatan arus kira-kira sebesar 100 dan diingin-
kan arus kolektor pada titik kerja sebesar 20mA. voltase supply z6 sebesar 20v:
Dengan arus kolektor (= arus emitor) sebesar lmA dan voltase pada
Supaya voltase pada resistor emitor kira-kira sebesar voltase basis-
resistor emitor sebesar 0.7Y berarti resistivitas dari resistor emitor sebesar 7000, emitor, maka voltase vp6 pada resistor emitor Rp harus kira-kira sebesar 0.7v,
dari sini terdapat perbandingan antara resistivitas dari resistor emitor dan resisti-
vitas rp-,sebesar zil. tni berarti perubahan voltase antara basis dan GND sebesar maka terdapat resistivitas dari resistor sebesar Re = j5e . Kalau
A,Vp akanmenghasilkan perubahan voltase basis-emitor hanya sebesar 1129'LVi,. IE =gL
" =Y!, 20mA
arus kolektor sebesar 2unA, maka dengan hp;l}o terdapat arus basis sebesar
124 Dasar Elektronika Transistor t2s

Kondensator pada input dalam rangkaian pada gambar 8.13 diperlukan


0.2mA, berarti arus dalam pembagi tegangan basis dibuat sebesar 2mA-
Poten-
resistor p2 harus sebesar jumlah voltase untuk memisahkan voltase DC yang dipakai untuk mengatur titik kerja transistor
sial pada basis, berarti voltise Vp2 pada
dari sumber sinyal. Kalau kondensator ini tidak dipasang, maka resistivitas out-
basis dan voltase pada resistor emitor:
put dari sumber tegangan yang sinyalnya mau dikuatkan akan dirangkai paralel
vnz =vM *vat =0.7v+0.7v:1.4V. Dengan data ini terdapat
voltase
dengan R2 sehingga voltase titik kerja akan berubah tergantung besar resistivitas
pada R2 sebesar l.4V dengan arus sebesar 2mA, maka terdapat resistivitas pada output sumber sinyal. Mungkin juga sumber sinyal akan terganggu oleh
I '4V Rl terdapat arus 2'ZmApadavoltase voltase DC pada titik kerja dari rangkaian penguat. Oleh sebab itu voltase DC
R"
" = 2rnA = 7004 . Dalam resistor pada titik kerja harus dipisahkan dari voltase DC pada output dari sumber sinyal.
Dengan memakai kondensator C;n pada input rangkaian, voltase DC tidak bisa
20v-1.4v:tg.6v, maka terdapat resistivitas sebesar o,= 8.45k4 .
)X.= lewat, tetapi voltase AC bisa lewat. Kondensator C6 dengan resistivitas input r,,
yang dari rangkaian penguat merupakan satu tapis lolos tinggi, maka dengan meng-
Dalam penerapan rangkaian, dipakai nilai resistivitas dari deret normag
gunakan frekuensi minimal yang harus bisa dikuatkan dan besar resistivitas input
paling dekat dengan nilai yang dihitung.
rangkaian, besar kapasitansi dari kondensator Cin bisa dihitung. Perhitungan
resistivitas input dibicarakan dalam pasal berikut. Di sini juga terdapat satu
8.2.5.4. Kondensator Untuk Menyambungkan Isyarat AC pedoman untuk pemakaian NF dengan rumus:
Di atas telah dijelaskan bahwa pada rangkaian pengaturan titik kerja I
yang memakai resistor .rrito. untuk menetapkan arus emitor, perubahan
voltase c-=
"' 200.q,r,, ICt F (8.2e)
kolektor. Tetapi kalau
iaal Uuris hampir tidak menghasilkan perubahan arus maka justru perubahan arus
iangkaian ini memang mau dipakai sebagai penguat,
kollktor oleh perubahan voltase basis menghasilkan penguatan yang dikehen- 8.2.6. Impedansi Masukan dan Impedansi Keluaran
harus dihubung singkat untuk sinyal yang akan
daki. Sebab itu resistor emitor Dalam rangkaian ini input transistor (berarti hubungan basis-emitor dari
dikuatkan. Kalau sinyal yang akan dikuatkan merupakan sinyal AC' maka
resistor transistor) disambungkan dengan resistor-resistor pembagi tegangan Rl dan R2.
dengan memakai satu kondensator c5 pada emitor, paralel dengan
Untuk sinyal AC resistivitas-resistivitas diferensial dari semua komponen harus
e-ilo., voltase bolak-balik dihubung singkat dari emitor langsung ke GND. dihitung. Karena resistivitas diferensial dari sumber voltase V6 nol dan impedansi
Dalam gambar 8.13 dan gambar 8.14 kondensator tersebut telah digambarkan dari kondensator juga bisa ilihitung nol untuk AC, maka terdapat rangkaian
akan dipeng-
dalam sfema rangkaian. Voltase DC yang mengatur titik kerja tidak ekuivalen untuk sinyal kecil (rangkaian ekuivalen AC) seperti dalam gambar
aruhi oleh kondensator cr ini sehingga tetap terdapat titik kerja yang stabil 8.15, di mana Rl, R2 dan resistivitas diferensial basis-emitor rss dari transistor
sesuai dengan penjelasan di utut. Besar dari kapasitansi Cg yan1 diperlukan dirangkai paralel. Sebagai contoh kita menghitung resistivitas input untuk
dengan
tergantung-rlari frekuensi yang akan dikuatkan. Kondensator C6 bersama rangkaian yang telah dibicarakan di atas dengan Rr: 8.45kO dan R2: 700C)
tapis lolos rendah. Frekuensi
resistivitai emitor rs daritraniistor merupakan satu
pada arus kolektor sebesar 20mA. Penguatan arus dari transistor sebesar
rendah (DC) dikenakan pada resistor emitor dan frekuensi tinggi disambungkan hy": 200, maka terdapat resistivitas basis-emitor dari persamaan (8. 1 3):
ke GND secara langsung. Maka besar dari kapasitansi bisa dihitung dengan
menggunakan frekuensi yang masih harus dikuatkan dan besar dari
resistivitas
emitor. (Perhitungan dengan persamaan unfuk tapis lolos rendah- dan dengan
yang dikehendaki pada
memperhatiku.r fu-kto, periguatan ll dan pergeseran fase
frekuensi minimal.) SeUa*ul pedoman piaktis untuk sinyal NF (batas rendah
sekitar 30Hz) Csbisa dipasang dengan kapasitansi sebesar

(--= | (8.28)
-E 200.r" I {l F=8t
200
F.

9 Resistor yang biasa dijual hanya mempunyai nilai resistivitas tertentu-


Nilai resistivitas itu
Gambar 8.15: Rangkaian ekuivalen AC untuk penguat gambar 8.13.
diatur dalam deret-deret norma E.
t26 Dasar Elektronika Transistor t27

,". =W-2oo'25mY =25ocl


lc 20mA
Maka dari rangkaian paralel antara Rl, R2 dan rss terdapat resistivitas
input sebesar 180O.
Keluaran dari rangkaian ini untuk sinyal AC sama dengan keluaran
untuk rangkaian dalam gambar 8.7. Resistivitas output terdapat dari rangkaian
paralel attara rss dan R6.seperti telah dibicarakan dalam pasal 8.2.2.
Penguatan dari rangkaian ini juga sama dengan penguatan dari rang-
kaian dalam gambar 8.7 yang telah dibicarakan dalam pasal 8.2.2, hanya harus
diperhatikan bahwa resistivitas input pada rangkaian dalam pasal ini berbeda.

Gambar 8.16: Resistor emitor meng-


ilkan feedback negatif.
has
8.3. Rangkaian-Rangkaian Penguat Transistor yang Lain
dengan resistivitas diferensial antara basis dan emitor seperti yang telah dijelas-
8.3.1. *Rangkaian Penguat dengan FeedbackArus oleh Resistor Emitor kan dalam pasal 8.2.5.3. "Mengarur Titik Kerja dengan Memakai Umpan Balik
Kalau resistor emitor yang telah kita kenal untuk mengatur titik kerja dari Resistor Emitor" sehingga terdapat skema rangkaian ekuivalen seperti dalam
tidak dihubung singkat untuk sinyal AC dengan memakai kondensator, maka gambar 8.14. Perbandingan antara voltase-voltase dalam rangkaian seri sama
feedback negatif dari resistor emitor itu juga berlaku untuk isyarat AC. Rangkai- dengan perbandingan antara resistivitas-resistivitas, maka untuk hubunganantara
anyang terdapat seperti dalam gambar 8.16. Feedback negatif berarti ouput dari vi, dan vp6 terdapat:
rangkaian dibalikkan ke input sehingga input diperkecil. Feedback yang terjadi vin
- l
dalam rangkaian ini bisa diuraikan sbb.: Ketika voltase inp:ut V;n naik, berarti -rE+RE
vD^R.;r
(8.31)
voltase basis-emitor naik, arus kolektor 16 naik dan dengan arus kolektor yang
t\E - rEt<RE
naik arus emitor ts juga naik. Karena /6 naik, maka voltase pada resistor emitor Di mana rB adalah resistivitas emitorl0 dalam transistor seperti yang
Vps jtganaik. Karena Vpsnaik, maka voltase basis-emitor Vs6i)nrn.Karena Vsg dijelaskan dalam pasal 8.2.5.3. "Mengatur Titik Kerja dengan Memakai Umpan
turun, maka arus kolektor kembali turun. Jadi seluruhnya terdapat suatu hubung- Balik dari Resistor Emitor". Kalau resistivitas resistor emitor R6 jauh lebih besar
an lingkaran sebab-akibat yang mengurangi gerakan asli seperti diperlihatkan dibanding resistivitas emitor dalam ffansistor rs, maka rp dalam (8.3 l) bisa
dalam gambar ini: diabaikan dan perubahan voltase input hampir sama dengan perubahan voltase
pada resistor emitor:
*
Vsr naik Ic naik --) 1r' naik -* Vne naik
A vinxvREQ=nV) (8.32)
Lf-- t/ r,,-,^
Vslturun +-
Dengan (8.32) ini, arus emitor yang besarnya hampir sama dengan arus
ini bisa dihitung sbb.: Dari
Penguatan yang didapatkan dari rangkaian kolektor akan terdapat dari perubahan voltase input:
skema rangkaian gambar 8.16, dengan memakai hukum Kirchhoff mengenai
voltase, dapat dilihat voltase input, v;,, adalah jumlah dari voltase pada resistor =+= '}
i,"RERE <> vi, = Rt .ie = Rt.ic (8.33)
emitor, vp5, dan voltase basis-emitor, v66:
V;, =169 *Vp, (8.30)

Ketika v;a D&ik, baik ups maupun vBE akan naik. Mengenai perbandingan
voltase pada komponen-komponen sambungan basis-emitor, bisa digantikan I
10
Di sini resistivitas emitor dan bukan resistivitas basis-emitor yang menentukan sifat rangkaian,
i karena yang dibicarakan adalah arus emitor, bukan arus basis.
I
I
Transistor 129
t28 Dasar Elektronika

Perubahan voltase output terdapat dari perubahan voltase pada resistor


voltase output akan terdapat dari arus kolektor seperti yang biasanya emitor oleh perubahan arus kolektor, dan dari (8.38):
terdapat pada rangkaian seperti ini:
R,,
Vort = -lRC = -RC 'rC
(8.34) vout=-vRc=-rRc.rc =- .u,, (8.3e)
R, *;
Maka penguatan didapatkan sebesar:
, vn,, -k'ic Rc (8.35) Maka terdapat penguatan dari rangkaian ini:
vi, Re 'ic RE

Pada persamaan (8.35) terlihat bahwa sifat transistor sama sekali tidak
,,
^-l[l -;=
,-l'o,,1 Rc
(8.40)
mempengaruhi penguatan dari rangkaian ini, tetapi yang menentukan penguatan 8t
rargkaia., ini hanya perbandingan resistivitas dari dua resistor. Sebab itu lineari-
tas-dari penguatan rangkaian ini tidak lagi terganggu oleh ketidaklinearan dari Untuk resistivitas resistor emitor R6: 0 terdapat hasil seperti yang telah
sifat-sifai transistor. Tetapi penguatan yang bisa dicapai jauh lebih kecil daripada dihitung tanpa resistor emitor. Untuk pendekatan resistivitas dari resistor emitor
penguatan tanpa resistor emitor. Dalam rangkaian praktis perlu dicarikan suatu Rs yangjauh lebih besar daripadu l(=
kompromi sesuai dengan tujuan rangkaian. 8t
rr ) terdapat rumus pendekatan (8.35).

Kalau kita menghitung situasi ini dengan lebih rinci, akan terdapat suatu Hasil (8.40) bisa juga diperoleh dari (8.31) kalau tidak memakai pendekatan
rumus untuk penguatan, yang mana baik resistivitas kolektor maupun resistivitas rt<<Re dan dengan memakai pengertian bahwa arus dalam resistor emitor bisa
emitor dan transconductance rangkaian mempengaruhi hasil, di mana transcon' dihitung sama dengan arus dalam resistor kolektor sehingga perbandingan resis-
tlu c t an c e tidak linear. (Tr a n s c o n du c t a n c e berubah dengan arus kolektor. ) tivitas dalam kedua resistor tersebut sama dengan perbandingan voltase:
Dalam perhitungan yang lebih teliti, baik perubahan voltase pada resis- viil _rE+RE
tor emitor, v4s, rnsupul perubahan voltase basis-emitor, v66, harus dihitung VM RE
sesuai dengan (8.30).
,^, Ru vnc vnr Rc RE Rc
Perubahan voltase pada resistor emitor sesuai dengan hukum ohm (arus ^- _vor,
-- -
vnr vin- Rg ru + R,
= (8.41)
kolektor dihitung sarna dengan arus emitor):
vnc Rc vi, rE + RE

vp, Rt'ig (8.36) vRc ='vou,


=
Hubungan antara arus kolektor dan voltase basis-emitor terdapat dari
persarEan ffansistor:
Dengan memasukkan besar dari ,, ( ,, =ll U. dalam (8.41 ) terdapar
ic = 8r.vBE *vet =-'tC I (8.37) 1." ct )
' o.
6l (8.40).
'Denganmensubstitusikan(8.36)dan(8.37)dalam(8.30)terdapat Pada input terdapat tiga cabang yang dirangkai paralel unfuk rangkaian
hubungan antara perubahan arus kolektor i6'dan perubahan voltase input v;,: ekuivalen AC, yaitu resistor Rl, resistor R2 dan rangkaian seri dari basis-emitor
dengan resistor emitor. Rangkaian seri ini akan disebut ri6, di mana indeks
r(\
vi, = Rc.i6 +-l-.,; =l n, *-l- l.o o i, =''' (8.38) "inB" menunjukkan pada input yang masuk basis. Maka resistivitas input pe-
nguat ini terdapat dari rangkaian paralel ketiga resistivitas tsb. Untuk mendapat-
o.
6l kan resistivitas rinB pada input basis, hubungan antara vi,, yaitu voltase antara
basis dan GND, dan arus 16 yang masuk ke dalam basis perlu dihitung.
Voltase vin terdapat dari (8.30), di mana voltase basis-emitor terdapat
dari resistivitas basis-emitor dan arus basis. Karena voltase resistor emitor terda-
130 Dasar Elektronika Transistor l3l

pat dari arus emitor yang sama dengan arus kolektor dan resistivitas resistor Kalau resistor emitor untuk mengatur titik kerja dipakai dengan satu kondensator
yang dirangkai paralel dengan resistor emitor sehingga sinyal AC tidak lewat
emitor. Maka terdaPat v;,:
resistor emitor. Di sini kondensator tersebut tidak dipakai sehingga resistor
vss = rss'i6 l emitor juga berfungsi untuk sinyal AC. Tetapi resistor emitor untuk umpan balik
(8.42) di sini sekaligus juga merupakan resistor emitor untuk sinyal DC, berarti
vnr = Rn'ic -- Ru'ht"'iu
I
= n, =(rat + Ru'h7")'i6 sekaligus menolong dalam mengatur titik kerja. Sering resistivitas resistor emitor
vin = vg6 * vpu ) yang dibutuhkan untuk mengatur titik kerja lebih besar daripada resistivitas
Dari (8.42) terdapat resistivitas input pada basis, 4,6, sebesar: resistor emitor yang mau dipakai untuk umpan balik pada sinyal AC. Dalam
situasi seperti ini dua resistor, Rp1 dan R62, bisa dirangkai secara seri dan salah
(8.43)
ha =Y
lg
= rsE * Rs'hp satu resistivitas, misalnya R62, dirangkai paralel dengan satu kondensator, maka
untuk DC, kedua resistor dirangkai seri dan resistivitasnya bergabung menjadi
resistivi- satu, sedangkan untuk AC hanya resistor yang tidak dirangkai paralel dengan
Seringkali Rp'hp iauh lebih besar daripada 166 sehingga hanya
arus yang menentukan resistivitas input kondensator yang akan berfungsi sebagai resistor emitor. Rangkaian yang di-
tas dari resistor emitor'dan penguatan
resistor emitor untuk umpan balik, dapatkan seperti tampak dalam gambar 8.17.
dari rangkaian ini. Dengan menambahkan
resistiviiis input dari ,uigkuiun bertambah besar. Tetapi juga perlu diperhatikan
paralel
bahwa resistivitas ,r, ying terdapat dari (8.43) masih dirangkai secara 8.3.2. Rangkaian Pengikut Emitor
kedua resistor pem[agi tegangan pada basis sehingga terdapat resistivitas
dengan
Kalau dalam rangkaian pada gambar 8.16 resistor kolektor tidak dipa-
input dari seluruh rangkaian sebesar:
kai, dan emitor dari transistor dipakai sebagai output, maka akan terdapat rang-
r, =(r*a1 R, 1 R,) ** =
C*n*+.;
(8.44) kaian pengikut emitor seperti dalam gambar 8.18. Dalam rangkaian pengikut
emitor sering pengaturan titik kerja bisa dilakukan secara otomatis oleh rangkai-
an input sehingga tidak perlu pembagi tegangan pada input rangkaian.
Fungsi dari resistor emitor dalam rangkaian umpan balik ini berbeda
jauh dengan fungsi dari resistor emitor dalam rangkaian pengatur titik kerja. Dalam rangkaian ini output terdapat langsung pada resistor emitor,
maka voltase output terdapat sebagai arus kolektor dikalikan dengan resistivitas
resistor emitor. Fungsi dari rangkaian ini sama dengan rangkaian dengan resistor
emitor untuk menghasilkan umpan balik seperti telah dibicarakan dalam pasal
"8.3.1 *Rangkaian Penguat dengan Feedback Arus oleh Resistor Emitor". Semua
persamaan dari pasal tersebut tetap berlaku dalam rangkaian ini, hanya R6 harus
diganti dengan R6,untuk menghitung voltase output dari arus kolektor. Di sini
voltase pada resistor emitor Vps men)pakan voltase output.
Kalau resistivitas dari resistor emitor jauh lebih besar daripada resisti-
vitas emitor, maka perubahan voltase basis-emitor bisa diabaikan dibanding
dengan perubahan voltase pada resistor emitor sehingga (8.32) berlaku dan
penguatan dari rangkaian ini menjadi:

tr:llr *, (8.4s)
vi,

Dengan kata lain, hasil (8.45) terdapat dengan pendekatan bahwa volta-
se basis-emitor konstan sebesar =0.7Y, maka terdapat selisih antara V,n dan Vou,
Gambar 8.172 Resistor emitor untuk yang konstan, berarti perubahan pada masukan akan sama dengan perubahan
mengatur titik kerja dan resistor emitor yang pada keluaran:
tlipakai untuk umpan balik sinyal AC bisa
tivitas y ang b erb e d a.
vin = vout (8.46)
memiliki re s is
t
132 Dasar Elektronika Transistor 133

Jadi rangkaian menghasilkan penguatan voltase yang kira-kira


ini Voltase AZ di sini merupakan selisih antara perubahan voltase input
s€besar I . Kalau Ainitong lebih teliti, pada penguatan sedikit di bawah 1, karena pada basis A,V;, dan perubahan voltase basis-emitor A Z6s,:
arus kolektor akan naik ketika Vps na1k, fi\aka Vss akan naik juga sehingga
- LVr, = -N era - LV*
A,V = LVi, (8.4e)
selisih antara V6 dan Vp6 akan lebih besar. Hasil secara teliti terdapat dari (8'40),
dan kalau R6,diganti dengan R6 maka akan terdapat: Di mana rs adalah resistivitas untuk arus yang masuk ke dalam basis
seperti misalnya resistivitas sumber tegangan dan resistor lain yang berhubungan
Ru. R,
tlell*,,|=
''-r =R6+rg (8.47) dengan basis. Dalam gambar 8.18 sumber voltase yang menghasilkan Z;, pada
l'rl Rr+-l- basis digambar dengan rangkaian ekuivalen Th6venin. Resistivitas pada basis r3
8t terdapat sebagai resistivitas dalam dari sumber tegangan pada basis.
Dengan persamaan untuk arus kolektor dan pendekatan bahwa arus
Dalam (8.47) telah dipakai o.J- = rr. Dengan pendekatan R5>>rs terda- kolektor hampir sama dengan arus emitor:

pat (8.45). Nc = gI . A,Vru + LVBE = Al =


AE- = rc . LI e (8.50)
Resistivitas input dari rangkaian ini sama dengan yang telah dihitung 8t 8r
dalam (8.43). Di sini 4,3 sekaligus merupakan resistivitas input r;, dari rangkaian dan dengan definisi dari penguatan arus:
keseluruhan karena tidak ada resistor pembagi tegangan pada basis'
Untuk resistivitas ouput dari rangkaian ini, rangkaian dilihat dari N,=Mc
" hft -Ne (8.51)
ht"
keluarannya. Jika dilihat dari keluaran, resistor emitor dirangkai paralel dengan
sambungan emitor. Yang berlaku pada sambungan emitor adalah. resistivitas persamaan (8.49) menjadi
input dari emitor, rEin, yaitlt hubungan antara perubahan arus emitor dengan
perubahan voltase antara emitor dan GND. Resistivitas rsin ini berbeda dengan tv = -{,, -N,( +*J-] *4i = !E-+J- (8.52)
resistivitas emitor rs daritransistor yang dipakai dalam pasal-pasal sebelumnya.
hft " -U-E-=
gr '\hr" Cr ) -Nu ht Er
Definisi dari rii, adalah perubahan voltase antara emitor dan GND Kalau (8.52) dipakai dalam definisi (8.48) terdapat resistivitas input
(misalnya voltase pada resistor emitor Rs), berarti LV dlbagi dengan perubahan emitor:
arus emitor A,16: rDlr"
AV
o- =
,rr"*i=i*'u (8.s3)
f Ltn
r.
(8.48)
-
-N E
-

Gambar 8.18: Pengikut emitor.


Dasar Elektronika Transistor 135
t34

1 8.3.3. Rangkaian Sumber Arus Konstan


fabu kecil dibandingkan dengan , resistivitas emitor ini sebe-
8r Rangkaian dalam gambar 8.19 merupakan satu sumber arus konstan.
f; Dalam rangkaian ini kolektor dari transistor merupakan output rangkaian. Dilihat
,u, ! = ry seperti telah didapatkan dalam persamaan
(8.27) sebagai resistivitas dari titik "A" terdapat rangkaian seri dengan sambungan kolektor-emitor dan
8t resistor Rg. Kita telah belajar bahwa resistivitas transistor antara kolektor dan
emitor untuk tansistor saja. emitor, yaitu rg6, besar. Resistivitas kolektor-emitor ini dirangkai seri dengan
resistor emitor, tetapi dalam rangkaian ini resistivitas emitor tidak hanya merupa-
contoh: Dalam rangkaian dengan arus kolektor sebesar 2mA terdapat
kan tarnbahan yang berjumlah dengan resistivitas tersebut, tetapi dalam rangkai-
t rE
Bt =40'1c = 80S'8r
.-J-=n5a an ini terdapat umpan balik melalui resistor emitor Re yang akan memperbesar
resistivitas efektif yang terdapat sebagai hasil dari resistor emitor. Ketika poten-
sial pada kolektor naik, arus kolektor naik sesuai dengan hukum ohm pada resis-
Kalau resistivitas basis kecil (berarti kecil dibanding dengan h7"'12.5{l
tivitas kolektor-emitor rss, m&k? arus emitor ikut naik dan voltase pada resistor
x 1.251d1... 3.75kQ), maka resistivitas emitor akan kecil sekali (dibandingkan emitor juga akan naik sehingga voltase basis-emitor turun dan menghasilkan
d"ngu, resistivitas lain yang biasanya dipakai dalam penguat) dan resistivitas pemrrunan arus kolektor. Berarti gangguan terhadap satu keadaan stabil (arus
emiior juga tidak banyak t..p"ngu-i,
-basis oleh resistivitas yang lain yang ada pada
kolektor tertentu diganggu sehingga naik) menghasilkan satu proses yang meng-
p.rrgrui. lResistivitas pada memang akan mempengaruhi, tetapi akan
urangi gangguan tersebut (arus kolektor dikurangi). Hal seperti ini disebut
aiUagi aengan penguatan arus, berarti dibagi dengan =100 " ' 300') sebagai feedback (umpan balik) negatif. Karena feedback ini, perubahan arus
Resistivitas ouFut keseluruhan dari rangkaian pengikut emitor didapat kolektor akan jauh berkurang. Perubahan arus akan berkurang pada perubahan
emitor'
dari rangkaian paralel resistivitas input emitor rsi, danresistivitas resistor voltase yang sama, berarti resistivitas output dari rangkaian menjadi lebih besar.
Karena iesistivitas input emitor kecil, maka resistivitas ouQut dari rangkaian ini Resistivitas output akan jauh lebih besar daripada jumlah dari resistivitas kolek-
juga kecil. tor-emitor rs'6 dan resistivitas resistor emitor R6 saja.
Besar resistivitas output dari rangkaian ini bisa dihitung dengan persa-
(8.s4)
maan dasar untuk transistor dan hukum-hukum Kirchhoff. Dari hukum-hukum
^,=(;.h)ll^, Kirchhoff terdapat persamaan-persalnaan berikut:
Pada rangkaian ini resistivitas input (persamaan (8'43) besar dan resis- (a): dlo,, =Ic) (b): dVg6 - -dVou,;
d
tivitas output fecil. Oteh sebab itu rangkiian ini juga disebut pengalih.impedan- (c): d15 =d16 +dlB; (8.55)
,i. O.rrgut rangkaian ini sebagai pengantara, satu beban yang memiliki resistivi-
(d): dVuu =-dIn(n, llnr) -dtERE
,"r ,rrpi yani kecil bisa dilambungkan dengan satu sumber yang memiliki
resisti;itas output yang besar tanpa voltase menjadi berkurang' Dengan (8.55) dan kedua persamaan dasar untuk transistor (8.3) dan
Atau dengan kata lain: Pada rangkaian ini hanya diperlukan arus input (8.12) resistivitas output dari rangkaian ini bisa dihitung sbb.:
besar
yang kecil (kareniresistivitas input besar), tetapi arus ouput bisa menjadi Dari (8.55) (d) perubahan voltase basis-emitor yang didapatkan sebagai
(fur-"ru resistivitas output kecilj. Memang tidak ada penguatan voltase, tetapi
akibat dari perubahan arus emitor dan arus basis diketahui. Perubahan arus
penguatan arus pada rangkaian ini besar' emitor menghasilkan perubahan voltase pada resistor emitor. Kalau arus basis
arus
Besar dari resistivitas input sangat tergantung dari besar penguatan berubah, maka voltase keluaran dari pembagi tegangan yang dibentuk oleh resis-
rumus (8.43)- Kalau dibutuhkan resistivitas input tor Rl dan R2 berubah sesuai dengan resistivitas dalam dari sumber tegangan ini.
hy" sepefii dapat dilihat pada
harus besar' Untuk mendapatkan
/ung L"rut, ,*ku p.ngrrutan arus dari transistor Resistivitas dalam dari rangkaian seri ini telah dihitung sebagai resistivitas dari
penguatan arus yang sangat besar maka rangkaian Darlington (pasal 8.3.4) bisa rangkaian paralel kedua resistor ini. Voltase keluaran dari pembagi tegangan
dipakai. tersebut adalah jumlah dari voltase basis-emitor dan voltase pada resistor emitor:
Ig= 2rnA, h7"= 300, dan resistivitas pada basis
Rs:3kO'
Satu contoh: dvo,t p",b,git"songnn =d Ip.(n, ll n,) = dVae +dV^, (8.s6)
sebesar 40kf,1 terdapairesistivitat output sebesar 140O dan resistivitas input
sebesar 904kO.
136 Dasar Elektronika Transistor 137

Jadi dari (8.56) terdapat (8.55) (d). bisa ditulis dengan besaran diferensial:
Untuk mendapatkan hubungan antara perubahan voltase basis-emitor
dVsB terhadap perubahan arus kolektor d16', pertama (8.55) (c) dimasukkan ke
dIc : gt.dvae +J-.dltce (8.60)
dalam (8.55) (d), sehingga:
Kemudian (8.59) dimasukkan ke dalam (8.60):
dvBE =-dtB(Rt llRr)-(d Ir+dlr)Ru (8.57)
d tc = st _ d t, +J-.dvru
Pada sisi kanan dalam (8.57) selain d1c masih terdapat perubahan dari --r=*-- . n,
, (R' ll Rr) -ru tcr
(8.6 l )
arus basis d1s. Perubahan ini berhubungan dengan perubahan dari voltase basis- '- ,*
emitor melalui persamaan dasar transistor (8.3):
Dengan Cf =+ dalam(8.61) dandengan(8.55) (a) dan(b) rerdapat:
(lla a d t, =dv"
={?
r,, (8.58) ' faE
rse
-l
(8.58) dalam (8.57) menghasilkan: , - -dvo,, - dvru = ,.u1,-G,
,o,,--iC- ,-"1 ,* , 0R,
* lnrl+*r*1 (8.62)
dvBE = -Y*t*,t1 n, ) - (ar. . Y?)*, Kalau resistivitas dari (RrllRr) kecil dibandingkan dengan rsB, maka

adv"=ffi.4"t" (8.se) terdapat:


Untuk R6:
:
0:
t'out tcE, yaitu resistivitas output dari transistor saja.
fge fee
Unfuk rt6 11 taei
Persamaan dasar untuk transistor (8.12): :
tout rcE * rce. gl. Rr = rct *ltRe, berarti resistivitas output naik linear
I
Nc = gt.A,Vat +-.A,Vct dengan resistivitas emitor ketika resistivitas emitor masih jauh lebih kecil
dibanding dengan resistivitas basis-emitor dari transistor.
Untuk R6 )) tnri
to,t = tcE (t + B) = F.rcu , berarti terdapat batas maksimal untuk resistivitas
output yang mana resistivitas output tidak lagi naik ketika resistivitas emi-
tor naik.
Supaya resistivitas pada basis (R,llR) kecil, resistor R2 bisa diganti
dengan dioda atau diodaZener. Pemakaian dioda atau dioda Zenerjuga mengu-
rangi ketergantungan potensial basis dari perubahan voltase supply. Karena
potensial basis lebih stabil, maka arus output juga akan lebih stabil.
Contoh untuk memilih besar resistivitas dari resistor-resistor:

RE
r. Gambar 8.19.2 Rangkaian sumber arus untuk
arus yang mengalir ke dalam suatu titik (A) yang
bisa memiliki potensial yang berbeda-beda.
Dasar Elektronika Tiansistor 139
138

berarti ketika arus kolektor dan voltase kolektor-emitor tidak mencapai titik
sebesar
Terdapat voltase supply sebesar V+ = lSY, ams yang diperlukan jenuh. Jadi rangkaian ini bisa berfungsi dari voltase output sebesar voltist pada
resistor bisa dipilih sebesar 5V, maka terdapat resisti-
2mA. Voltase pada resistor emitor ditambah =0.4V sampai voltase supply.
."iirto. emitor "*ito.
sebesar RE: 2.5kgf. Pembagi tegangan pada basis
vitas untuk
itu Sumber arus yang sesuai dengan rangkaian dalam gambar g.19 merupa_
dipilih sehingga jangan terlalu mengurangi resistivitas output. oleh sebab kan satu sumber arus yang mana arus konstan mengalir ke dalam suatu titik
diminta(R,llRr)=rs6.DengantransistoryangmemilikivoltaseEarlysebesar rangkaian (titik A) yang bisa memiliki potensial yang berbeda-beda. Kalau suatu
l00V dan penguatan arus sebesar 9:300 terdapat: sumber arus dibutuhkan dengan ams yang mengalir ke luar dari suatu titik
L = p+ 2i*I 3.75kc) rangkaian yang bisa memiliki potensial yang berbeda-beda, rangkaian yang sama
R1 ll R2 = rBu =
8l '1, =300 2rnA = bisa dipakai, hanya transistor npn perlu diganti dengan transistor pnp dan semua
voltase dibalikkan sehingga terdapat rangkaian seperti dalam gambar g.20.
Dengan arus emitor Ic=2mA dan Voltase Early tersebut terdapat
166: 50kO, iraka terdapat resistivitas output sesuai dengan (8'62) sebesar:
300.2.5ko
8.3.4. RangkaianDarlington
a,, =sorc[t+ 3750Cr+37500+2.5kO ]='*"' Dalam rangkaian Darlington dua transistor disambungkan seperti bagian
sebelah kiri gambar 8.2 1. Emitor dari satu transistor Tl disambungkan dengan
Berarti ketika voltase output berubah sejauh 5V, arus hanya berubah basis dari transistor kedua (T2). Kolektor dari kedua transistor disambungkan.
sejauh 1.3PA. Secara keseluruhan terdapat rangkaian yang berfungsi seperti satu transistor
Besar resistivitas untuk resistor-resistor pembagi tegangan basis
(Rl dan pengganti. Kolektor dari kedua transistor merupakan kolektor C' dari transistor
R2) terdapat dari jurnlah voltase pada resistor emitor sebesar 5v dan voltase ba- pengganti, basis dari transistor Tl menjadi basis B' dari transistor pengganti dan
,oitur" R2 harus sebesar Vp2:5.7Y dan vol- emitor darir2 menjadi emitor E'dari transistor pengganti. Lambang untuk rang-
sis-emitoi sebesar 0.7y maka pada
tase pada R1 sebesar Vnt: I5Y-5JV:9'3V' Resistivitas kedua
resistor dirang- kaian Darlington bisa digambarkan seperti bagian sebelah kanan dalam gambar
kai paralel sebesar 3750Q, maka terdapat: 8.21. Terdapat juga transistor Darlington yang sudah dimasukkan ke dalam satu
kemasan dan yang hanya mempunyai tiga sambungan. Transistor itu bisa dipakai
Rr = 9868.4Q, Rz = 6048.40
seperti satu transistor biasa dengan beberapa sifat khuius. Dalam rangkaian Dar-
Jelasrangkaianinibisaberfungsihanyadalamdaerahaktiftransistor, lington seluruh arus emitor dari rl masuk ke dalam basis dari 12. oleh sebab itu
penguatan arus seluruhnya didapat dari penguatan arus transistor pertama dikali-
kan penguatan arus transistor kedua:

Beban
Gambar 8.21.: Rangkaian Darling-
Gambar 8.202 Rangkaian sumber arus untuk ton dengan transistor npn dan duo
arus yang mengalir ke luar dari titik (A) yang jenis lambangnya dalam skenta
bisa memiliki potensial yang berbeda-beda' rangkaian.
140 Dasar Elektronika Transistor r4l

sebelah kanan dalam gambar 8.22 disebut rangkaian Darlington komplementer.


Igr=hy^'Is,
Yang di tengah mempunyai sifat seperti transistor pnp, yang di sebelah kanan
Ir, = hfr'Ir, = hfr'Ic, = hfr'hn'I E
(8.63)
seperti transistor npn. Penguatan arus sama dengan rangkaian Darlington, tetapi
+ Ic' = hf,2 'hh' I B, data yang lainnya berbeda. Perbedaan yang paling menonjol adalah voltase
basis-emitor lang =1.!\ pada rangkaian Darlington, tetapi hanya
Dalam perhitungan penguatan arus seluruhnya hy"= h1"th1"z, harus diper- =0./\,r pn66
rangkaian Darlington komplementer.
hatikan bahwa untuk arus yang kecil sekali (di bawah 0.5mA) penguatan arus
dari kebanyakan ffansistor menjadi kecil. Arus dalam transistor pertama dalam
rangkaian Darlington bisa menjadi kecil sekali.
Data lain dari transistor pengganti (transistor Darlington) bisa dihitung
dari data transistor masing-masing. Sebagai hasil dari perhitungan ini, terdapat:

Penguatan arus : hy" = hfo'hfo

Resistivitas masuk i ts.E, = 2raer = Zh l" ?IC,


kemiringan , f,=#
resistivitas keluaran i rc,e, =trrrt,
Dari data ini dilihat bahwa kelebihan dari rangkaian transistor Darling-
ton adalah pada penguatan arus yang bisa menjadi sangat besar. Data lain tidak
jauh berbeda daripada data yang didapatkan dari satu transistor, tetapi ada juga
d.tu yung sedikit lebih buruk pada transistor Darlington. (Resistivitas kolektor-
emitor dan kemiringan lebih kecil.)
Rangkaian Darlington bisa dirangkai dengan transistor npn maupun
dengan ffansistor pnp. Dengan transistor pnp terdapat rangkaian seperti bagian
sebJlah kiri dalam gambar 8.22. Sedangkan rangkaian seperti di tengah dan di

Gambar 8.222 Rangkaian Darlington dengan transistor pnp (kiri) dan


rangkaian Darlington komplementer dengan transistor pnp (tengah) dan
transistor npn (kanan) sebagai transistor pertama'
I
Transistor Sebagai Sakelar

9.1. Fungsi Sebagai Sakelar


Satu sakelar adalah suatu alat dengan dua sambungan dan bisa memiliki
dua keadaan, yaitu keadaan on dan keadaan off. Keadaan off/ tutup merupakan
suatu keadaan di mana tidak ada arus yang mengalir. Keadaan on / buka
merupakan satu keadaan yang mana arus bisa mengalir dengan bebas atau
dengan kata lain (secara ideal) tidak ada resistivitas dan besar voltase pada
sakelar sama dengan nol.
Dari grafik rangkaian seri transistor dengan resistor, yaitu grafik output
transistor (grafik lc,terhadap v6s) dengan grafik resistor beban seperti diperlihat-
kan dalam.gambar 9.1 terlihat bahwa transistor bisa memiliki sifat sakelar
tersebut. Ketika arus basis nol, tidak ada arus kolektor, berarti transistor tutup.
Titik itu juga disebut transistor dalam keadaan putus atau cutoff dan merupakan
sakelar terbuka. Kalau arus basis bertambah besar, arus kolektor bertambah besar
sampai garis beban memotong garis output (16, terhadap Vss) teral<hir. Pada titik

Daerah aktif yang harus


dilewati dengan cepat

20 30 40
|50 60 t0 v*N

Gambar 9.1: Grafik output dari transistof keadaan cutoffdan keadaan jenuh.
144 Dasar Elekn"onika

itu arus kolektor tidak bisa bertambah lagi kalaupun arus basis terus naik. Titik alihkan dari satu keadaan ke keadaan yang lain dengan memberikan
voltase ke-
itu disebut titik kejenuhan atau titik jenuh (saturation point). Kalau arus basis pada salah satu masukan selama wakt, ying singkal.
Kalau masukan yang lain
lebih besar daripada yang diperlukan untuk mencapai titik jenuh atau saturasi, tidak diberi voltase, keluaran tidak akan uerubah t<eaoaannya. Skema
rangkaian
dikatakan transistor dalam keadaan over saturation atau saturasi berlebihan. seperti dalam gambar 9.2.
Dalam keadaan saturasi dan over saturation, voltase kolektor-emitor kecil (=0.2- Misalnya T2 sedang dalam keadaan terbuka, maka vortase pada kole-
0.3V). Itu berarti dalam situasi ini transistor merupakan (sedikitnya mendekati) .
ktornya (hampir) nol, berarti voltase basis-emitor dari rl juga nol (karena
basis
sakelar tertutup. dari rl berhubungan dengan kolektor T2 dengan resistoi Rr,;, ,,utu
Tl tutup
Kalau transistor dipakai hanya pada dua titik tersebut (titik putus dan dan voltase kolektor-emitornya sebesar v6 sehingga transistol
i2 yung busisnya
titiksaturasi atau saturasi berlebihan), berarti transistor dipakai sebagai sakelar. tersambung dengan kolektor Tl merarui Rs, menJapatkan voltase
han arus pada
Daya yang diserap oleh transistor pada dua titik ini kecil (bahkan nol pada titik basis sehingga T2 terbuka rerus. Daram keadaan ini output
putus), tetapi dalam keadaan aktifdaya yang diserap transistor lebih besar. Sebab e nor dan output Q
mempunyai voltase sebesar voltase supply. Kalau ada satu sinyal positif (voltase
itu dalam banyak pemakaian yang mana arus besar, harus diusahakan supaya supply misalnya) yang disambungkan pada input s, maka tasii aari
daerah aktif dilewati dalam waktu yang singkat supaya transistor tidak menjadi transistor Tl
mendapatkan voltase positif sehingga keadaan beralih dari tertutup
terlalu panas. Agar transistor dalam keadaan jenuh atau jenuh berlebihan, arus menjadi
terbuka sehingga potensial pada kolektornya menjadi nor. Kalau potensial
basis harus minimal sebesar arus kolektor maksimal dibagi dengan penguatan pada
kolektor Tl nol, potensial pada basis T2 juga akan nol dan T2 ikan langsrrng
arus hp6 dari transistor. berubah dari terbuka menjadi tertutup, makalotensial pada kolektor
T2 menjadi
\ ruo(.s
, a- t- besar dan basis dari rl mendapatkan vortase.
e menjadi positif dan Q menjadi
ID (e.1)
hrt nol- Kalau voltase pada input_s tidak adaragi, keadaan ini tidak akan
berubah,
karena basis Tl sudah mendapatkan arus masuk dari potensial
Arus kolektor maksimal terdapat dari voltase supply dibagi dengan resi- tinggi pada
kolektor T2 yang teffutup. Baru kerika terdapat voltase positif pada
stivitas dari resistor kolektor, berarti arus kolektor maksimal adalah ams yang input R,
keadaan dari flip-flop ini akan beralih lagi sehingga
paling besar yang bisa mengalir ketika voltase kolektor-emitor nol. e menjadi nol aan Q
menjadi positif. Jadi dengan satu sinyal pada masukan s atau R keadaan
flip-flop
I C,,,k, =vu ini bisa dialihkan dari satu keadaan ke dalam keadaan yang lain. Sinfal
tersebut
& tidak dibutuhkan untuk waktu yang lama, tetapi cukup tJrdapat sinyal
selama
waktu yang singkat saja. Masukan s adalah masukan sel dan masukan
Satu contoh di mana transistor dipakai sebagai sakelar adalah dalam R adalah
masukan Reset. Dengan sinyal pada set,
rangkaian elektronika digital. Dalam elektronika digital biasanya hanya terdapat e menjadi positif dan Q akan menjadi
dua keadaan, yaitu voltase ada dan voltase nol atau dengan kata lain hanya nol. Dengan satu sinyal pada Reset keluarannya akan terbalik.
terdapat keadaan on dan keadaan off. Rangkaian ini juga disebut flip-flop bistabil (bistable
flip-Jrop) karena

9.2. Contoh Rangkaian Digital

9.2.1. Flip-flop RS
Satu contoh untuk rangkaian digital di mana transistor dipakai sebagai
sakelar adalah satu flip-flop RS. Flip-flop ini memiliki dua masukan dan dua
keluaran. Kedua keluaran selalu memiliki keadaan yang terbalik: Jika pada
keluaran pertama terdapat voltase kira-kira sebesar voltase supply V6 maka pada
keluaran kedua terdapat voltase sebesar nol atau keadaan sebaliknya, berarti nol
pada keluaran pertama dan V6 pada keluaran kedua. Keadaan flip-flop ini bisa di-
Dasar Elektronika Transistor Sebasai Sakelar t47
146

rangkaian ini bisa memiliki dua keadaan stabil'


'

Supayarangkaianiniberfungsidenganbaik,resistivitasdariresistorR6.
dan Rs harus'memi'iiki nilai t".t"nti sehingga arus basis pada masing-masing
t unririo. bisa cukup besar sehingga transistoiyang sedang
tttb$ berada dalam

keadaa., jenuh. Untuk me-batuJi-arus kolektor,


resistivitas dari Rc harus cukup
tidak rusak'
supaya transistor yang sedang dalam keadaan buka
arus transistor
Misalnya kita tahu dari data Transistor bahwa penguatan
sebesar 100 ... 200, arus kolektor mau diatur pada lmA dan voltase supply

sebesar V6:5Y.
& =# 5kf)
Maka resistivitas kolektor akan dipilih sebesar = '
Gambar 9.3 : Multivibrator.

I,' =+-= = l0pA '


Arus basis harus minimal sebesar hoe *n ''9
100 positif. Karena feedback positif ini, proses Tl tutup dan T2 buka akan
berlangsung dengan cepat. Ketika Tl tutup dan T2 buka, arus mengalir dari
Jadi resistivitas dari resistor basis didapatkan sbb: kolektor Tl melalui C2 dar. Rs2 ke basis T2, maka kondensator C2 akan terisi
dan ketika voltase pada C2 cukup besar, arus tersebut tidak lagi bisa mengalir
RB + Rc =+=fh = 500ko => R' ( 500kcl-5kQ = 4e5k{t x 4t0k{t '
sehingga T2 akan buka dan Tl tutup.
Cl telah diisi ketika T2 terhrtup sehingga terdapat voltase positif di
Nilairesistivitasyangakandipasangdipilihdarideretstandar,makaakan sebelah kanan. Kalau Cl masih penuh ketika Tl seharusnya mulai membuka,
mau dibebani dengan
aifarurrg Rc:4.7i5>Jan Rr: +ZO,<O' Kalau.rangkaian ini berarti masih terdapat voltase pada Cl yang menghindari aliran arus dari
mat a perlu diperhatikan bahwa potensial pada
arus beban pada ketuarari, kolektor T2 ke basis Tl. Oleh sebab itu dipasang kedua dioda Dl dan D2.
kolektor, R6, atau / dan
keluaran akan turun, maka resistivitas dari resistor Selama T1 tutup dan T2 buka, voltase pada Cl akan menghasilkan arus dari sisi
resistivitas dari resistor basis, R3, perlu diperkecil' kanan dari Cl melalui T2 dan Dl ke sisi kiri dari Cl sehingga Cl akan kosong
dan kemudian, ketika T2 mulai tutup lagi, arus bisa mengalir dari kolektor T2 ke
basis Tl dan proses tadi bisa mulai dari awal. Dioda D2 mempunyai fungsi yang
9,2.2. Multivibrator
flip-flop astabil atau sama untuk kondensator C2. Proses pengalihan ini akan berlangsung terus-
Satu contoh lain untuk rangkaian digital adalah
menerus sehingga pada kedua output terdapat voltase persegi.
flip-floptakstabilataumultivibrator.Salahsatucontohrangkaianuntukmem-
buatflip-flopinidiperlihatkandalamgambarg.3.KetikaT2sedangterhrtupdanT2 Berapa lama Tl buka ditentukan oleh besarnya Rer dan Cl, dan berapa
kondensator clmasihkosong, basis Jari Tl mendapatkan arus_ dari kolektor lamaT2 buka ditentukan oleh besarnya Rs2 dan C2. Perhatikan juga pentingnya
terbuka maka potensial pada
melalui Rsq dan Cl sehinggaTl terbuka. Karena Tl dua dioda dalam rangkaian tersebut.
kolektor Tl
[of.mo, ii ltampirl ,J-au" basis T2 yang tersambung dengan Dl dibias
melalui C2 dan Rs2 jug; akan nol, maka i2 atan tetap
tertutup: Dioda
,ri"rnp""gu*tti rangkaian' Tetapi arus basis yang masuk Tl
balik sehingga tidak
harus melalui kondensaior C1 sehingga kondensator
ini akan terisi dan
di sebelah kiri, sehingga
menimbulkan voltase positif di sebelah kanan, negatif
dan setelah beberapa selang
;. y""g masuk uurir'ri akan semakin berkurang tertutup,
waktu Tl akan mulai tertutup. Ketika Tl mulai anrsnya berkurang
kolektor-emitor
voltase
,"t rnggu voltase pada resistor Lolektornya berkurang dan
dariTlmulainaik,makabasisT2akanmendapatkanarusbasisdarikolektorTl
melaluiC2danRg2,sehinggaT2akanmulaibuka,potensialpadakolektornya
balik)
turun membuat Tl semaklii te.totup. Berarti terdapat feedback (umpan
I

10
Pokok Khusus Mengenai Penguat

10.1. Distorsi pada Penguat


Dalam semua perhitungan amplifier atau penguat, persamaan linear
untuk hubungan antara arus kolektor dengan voltase basis-emitor masih tetap
dipakai, yaitu persamaan:
A,Is = g7 .A,VB1 (r0.1)
Di mana g/merupakan satu konstanta ya*g dihitung sebagai kemiringan
yang terdapat dari grafik fungsi arus kolektor terhadap voltase basis-emitor dan
disebut kemiringan transistor:
dI-
6t
o - =
---:_
dvuu
(10.2)

Perhitungan dalam (10.1) hanya benar dengan persis kalau perubahan


N6 dan L,vs6 sangat kecil. Dalam persarnaan (10.1) hubungan antara arus
kolektor dan voltase basis-emitor dianggap linear. Sebenarnya hubungan tersebut
tidak linear, tetapi terdapat hubungan eksponensial antara dua besaran tersebut.
Besarnya 97 sebenamya bukan merupakan satu konstanta, tetapi besar
97
tergantung dari besar arus kolektor dan ketika arus kolektor berubah sejauh A15..
Jadi jelas bahwa perubahan arus kolektor menyebabkan kemiringan gl juga akan
ikut berubah. Jadi hubungan antara arus kolektor dan voltase basis-emitor tidak
lineaq sehingga bentuk sinyal masuk yang sebanding dengan voltase basis-
emitor akan berbeda dengan bentuk sinyal keluar yang sebanding dengan arus
kolektor.
Kalau hubungan antara voltase keluaran dan voltase masukan dihitung
i secara teliti terdapat hubungan eksponensial sbb.:
I 4* =Vt - RrI"
{
I Ic = Ics1f,vrr1"*p( - &1cs 1r, r,*) oo.rt
"*e(fr)
Yw =Yn
t
Pokok Khusus Mengenai Penguat 151
Dasar Elektronika
150

grafik ini terlihat adanya distorsi. Itu berarti perubahan bentuk sinyal antara
sinyal masuk dengan sinyal keluar. Ketika Ic. besar maka kemiringan grafik sifat
0.45 transistor besar dan penguatan dari bagian sinyal itu besar. Sebab iru ujung atas
0"4 dari sinyal sinus yang masuk diperkuat besar, berarti akan terdapat ujung yang
naik tinggi. Ketika 16. kecil, maka penguatan kecil dan sinyal sinus yang masuk
0.35 akan diperkuat sedikit. Pada sinyal keluaran bentuk sinus nampak ditekan di
0.3 bawah sehingga menjadi lebih datar.

0.25
o.2 10.2. Menyambungkan Tahap-Tahap Penguat
0.15
0.1 10.2.1. Permasalahan dalam Menyambungkan Tahap-Tahap Penguat
Dengan mengatur titik kerja dalam penguat maka akan terdapat voltase
0.05
DC, baik pada input maupun pada output penguat. Kaiau penguatan dengan satu
0 tahap penguat tidak cukup, maka keluaran dari penguat pertama perlu disam-
bungkan dengan input penguat kedua. Berarti rangkaian seluruhnya akan terdiri
dari dua tahap penguat. Biasanya voltase DC pada output penguat pertama ber-
beda dengan voltase DC pada input penguat kedua. Sering terlihat situasi seperti
dalam gambar 10.2, di mana output dari tahap pertama pada titik P memiliki po-
tensial DC yang berbeda dengan input dari tahap kedua pada titik Q. Penguat
tahap pertama yang didapatkan dari transistor T I menguatkan sinyal =3 kali, dan
tahap kedua menghasilkan penguatan sebesar 1, tetapi sinyal bisa didapatkan
sefase dengan masukan pada keluaran 2 dan berlawanan fase dengan masukan
pada keluaran l. Potensial pada titik P=9V. Amplitude keluaran maksimal dari
tahap pertama sebesar 3V. Supaya amplitudo pada tahap kedua bisa juga sebesar
",#ililii,;,',::;;':,:{;;,:;;;;;;;;;;')ii'!'" satu siryat sinus vans masuk 3Y maka titik kerja dari tahap kedua harus diatur sehingga voltase DC pada
p'acla sumbu ke atas arus kolektor digambarkan
rlengan sumbu waktu kei"*rn.
clengan sinyal yang aiiititt"'
p"da arus kolektor sebagai hasil sinyal sinus
Pada inPut'

voltase keluaran Vnu' dan


Dari (10.3) terlihat bahwa hubungan antara
voltase masukan t',,*"*[uUi" 'utt'r
ft'ngti tksponensial' Gambar 10'l memper-
Hubungan 16 terhadap V65 ini
lihatkan grafrk Ic terhadai V35j;yang t"b"'o*yu' inisaru sinval
dipakai dalam perhirun;;l ii6 i"ia skula'Vru dalamgambar
yang masuk t" autam rangkaian penguat dlgambarkan' Skala voltase dari
sinus Gambar 10.2: Dua tahap penguat
skaia *ukirnya digambarkan ke bawah'
sinyal ini sama dengan"Jiau v"ru dan basis- dengan potensial DC pada outptrt
arus. kolektoi pada setiap voltase
Dari grafik 16 terhadap'irr-a:i"*t"h menghasilkan sinyal tahap pertama yang berbeda
puau basis transistor
emitor sehingga ,inyur ,iriir*rlurr.t dengan potensial DC pada input
pada skala 16,. Di situ digambarkan arus
arus kolektor seperti aip".rinr*"" tahap kedua. Kedua tahap ini
dengan skala yang dipakai
kolektor terhadap waktu, di mana skala-arus..sarna Dalam perlu disambungkan.
waktu digambarkan ke arah kanan.
untuk grafik sifat transiJio, i", ,t"r"
152 Dasar Elektronika Pokok Khusus Mengenai Penguat 153

resistor emitornya sebesar 3V. Supaya voltase Vpspada resistor emitor sebesar
3Y maka potensial pada basis harus sebesar 3.1Y, berarti titik Q yang mau
disambungkan dengan titik P harus berada pada potensial DC 3.7V. Ketika ada
sinyal AC pada masukan dari tahap pertama akan terdapat voltase campur pada

T
titik P sebagai keluaran dari tahap pertama. Voltase campur ini terdiri dari voltase
DC sebesar 9V dan voltase AC sesuai dengan sinyal masukan yang dikuatkan
dengan faktor tiga. Bagian AC dari sinyal ini harus diteruskan sampai masukan
dari tahap kedua, berarli pada titik Q, sedangkan bagian DC pada titik Q harus
menjadi sebesar 3.7V. Berarti voltase AC perlu disambungkan di antara kedua
titik ini, sedangkan voltase DC antara kedua titik ini perlu dipisahkan atau Gambar 10.3: Sambungan dengan Gambar 10.4: Sambungan DC dengan
diubah dari 9V menjadi 3.7V. kondensator. pembagi tegangan memakai resistor.

dingkan dengan komponen yang lain, dan harga kondensator itu sama (atau
10.2.2. Sambungan AC (Kopling AC)
bahkan lebih mahal) dengan harga komponen aktif (fransistor, IC) di samping
Satu cara menyambungkan kedua bagian rangkaian secara AC, tetapi selalu menghasilkan pergeseran fase yang bisa menimbulkan osilasi kalau dalam
memisahkan secara DC telah dibicarakan, yaitu dengan memakai kondensator rangkaian tersebut terdapat umpan balik. Kondensator juga menimbulkan distorsi
penyambung. DC tidak bisa lewat kondensator, sedangkan AC bisa lewat kon- dalam sinyal yang tidak berbentuk sinus. Kondensator seringkali bisa diganti
densator. Pada rangkaian dalam gambar 10.2 kondensator penyambung bisa dengan tambahan elemen aktif seperti transistor dan IC. Kalau dua tahap penguat
dipasang antara titik P dan titik Q. Untuk mendapatkan voltase DC sebesar 3.7V disambungkan tanpa memakai kondensator, sambungan itu menghubungkan baik
pada Q, maka dipasang satu pembagi tegangan antara sumber voltase dan GND secara DC maupun secara AC dan disebut sambungan DC.
yang bisa mengatur potensial pada basis T2. Rangkaian penyambung yang
Misalnya sifuasi tetap seperti dalam gambar 10.2. potensial DC pada
didapatkan terlihat dalam skema rangkaian gambar 10.3. Untuk memilih besar
output tahap penguat pertama, titik P, :9V dan amplitudo maksimal di situ
kapasitansi harus diperhatikan bahwa kondensator penyambung ini merupakan
sebesar 3v. Supaya penguat kedua juga berfungsi dengan amplitudo sebesar 3v,
satu tapis lolos tinggi bersama dengan input dari penguat tahap kedua. Jadi dari
maka potensial pada basis, titik Q, harus sebesar 3.7v. Beda potensial ini harus
sifat tapis lolos tinggi dan besar resistivitas input dari penguat tahap kedua, besar
disambungkan dengan cara yang tepat.
kapasitansi bisa dihitung.
Pemakaian satu pembagi tegangan seperli dalam gambar 10.4 merupa-
Biasanya dianggap cukup baik kalau pada batas frekuensi rendah sinyal
kan salah satu cara yang bisa dipakai. Pembagi tegangan bisa menyambungkan
diredam dengan faktor O. Berarti frekuensi batas rendah f.1, akan merupakan dua titik yang potensialnya berbeda. Supaya pembagi tegangan ini tidak meng-
frekuensi batas 3dB untuk tapis lolos rendah yang dibentuk oleh kondensator ganggu pengaturan titik kerja pada penguat pertama, arus dalam pembagi
penyambung dan resistivitas input penguat kedua. Kalau seandainya frekuensi tegangan harus lebih kecil dibandingkan dengan arus kolektor 1,-r pada Tl
batas rendah yang perlu disambungkan sebesarj,;, : 30Hz (ini batas yang biasa (=lmA). Supaya pembagi tegangan tidak mengganggu pengaturan titik kerja
dipakai untuk pemakaian audio) akan terdapat: pada penguat kedua, arus dalam pembagi tegangan harus besar kalau dibanding-
I ^ I lF (10.4)
kan dengan arus basis dari12 (<lOpA). Jadi dalam contoh ini besar arus dalam
uon"'= p3<)( = r"j',r,a",= 2oo-R,ra pembagi tegangan Rl dan R2 yang baik adalah sebesar l00pA. (Silahkan hitung
sendiri nilai resistivitas untuk kedua resistor ini.) Dengan rangkaian penyambung
Sambungan seperti ini disebut sambungan AC karena dengan cara 1nl seperti ini voltase DC antara P dan GND dikurangi oleh pembagi tegangan dari
kedua titik rangkaian disambungkan secara AC dan terpisah secara DC. 9v menjadi 3.7v, berarti potensial pada output penyambung menjadi lebih kecil
daripada besar potensial pada input penyambung. Hubungan antara voltase out-
put penyambung (Zq) dengan voltase input penyambung (tr/p) didapatkan sebagai
10.2.3. Sambungan DC
perbandingan resistivitas rangkaian seri resistor seperti biasa:
Dalam elektronika modern biasanya diusahakan untuk memakai sesedi-
kit mungkin kondensator. Kondensator memerlukan volume yang besar diban-
*l

Dasar Elektronika Pokok Khusus Mengenai Penguat 155


t54

Rr
R, =vo
(10.s) v LV..
Lt/^:
' Rr+r,
(10.7)
R, +R, VP
Kalau R2 besar dibandingkan dengan resistivitas diferensial dari dioda
Voltase AC ikut lewat pembagi tegangan' berarti dengan penyambung Zener (sering syarat ini terpenuhi), maka perubahan voltase keluaran dari pen-
contoh
ini voltase AC ikut diredam sesuai dengan persamaan (10'5) dan dalam yambung ini hampir sama dengan perubahan voltase masukan, yang berarti
ini voltase output penyambung menjadi fi dari besar voltase input. Dalam sinyal AC yang masuk akan diteruskan hampir utuh atau hampir tidak menga-
penguat lami redaman sinyal.
contoh ini redaman yang terjadi hampir menghilangkan penguatan dari
ohup p.nu..ru. Uai itu merupakan satu kekurangan besar dari rangkaian Satu cara lain unfuk menyambungkan tahap-tahap penguat secara DC
penyambung sePerti ini. adalah dengan menggunakan rangkaian yang dirancang sedemikian hingga besar
Redaman terhadap voltase AC bisa dikurangi kalau R1 djsanti
dengan potensial-potensial DC yang didapatkan cocok. Satu cara untuk mendapatkan
gambar 10'5 dan gambar potensial-potensial DC yang cocok adalah memakai rangkaian "tercermin". Satu
beberapa dioda atau dengan dioda Zener seperti dalam
kecil
10.6. Dioda dan dioda Zener memiliki resistivitas diferensial yang lebih rangkaian selalu bisa dirangkai dengan transistor npn atau dengan transistor pnp
sehingga redaman dari voltase AC akan lebih kecil. Kalau ingin menggunakan yang datanya sama. Kalau transistor npn digantikan dengan transistor pnp semua
a"r"tir- dioda untuk rangkaian ini, kita harus memasang sejumlah l/ dioda voltase dan arus akan sama, tetapi arahnya terbalik. Karena arah arus terbalik
maka arah dioda-dioda yang ada dalam rangkaian juga harus ikut dibalikkan.
dengan
Selain itu rangkaian dan besar arus dan potensial harus sama persis.
vpe (10.6)
N= =gDioda Misalnya tahap kedua dari penguat gambar 10.2 ,.dicerminkan,' dengan
0.7VlDioda menggantikan transistor npn dengan transistor pnp sehingga menghasilkan rang-
Untuk memasang 8 dioda akan merepotkan dan agak mahal' Lebih kaian seperti dalam gambar 10.7 sebelah kanan. Dalam gambar 10.7 sebelah kiri
mudah apabila *.rggu.rikun satu dioda Zener 5.1V seperti dalam
rangkaian
diperlihatkan rangkaian asli yang memakai transistor npn. Gambar di tengah
padagambar10.6.DerrganmemakaidiodaZener,redamanterhadapvoltaseAC menunjukkan rangkaian yang diubah dengan mengganti transistor npn dengan
iranya"tergantung dari iangkaian seri dengan resistivitas diferensial
dari dioda
transistor pnp dan sumber voltase positif diganti dengan sumber voltase negatif.
Zener dan resistor R2:

t2v t2v
@

'*+ 2,7k
V 1

Vout2 \
3.7Y - <>1,,"
Gambar 10.72 Rangkaian penguat dicermin: transistor npn diganti tlengan
transistor pnp dan voltase dibalikkan. supaya tetap bisa memakai voltase positif
Gambar 10.52 Sambungan DC meng- Gambar 10.6: Sambungan DC dengan
memakai dioda Zener. titik bumi dis esuaikan.
gunakan dioda-dioda'
156 Dasar Elektronika

11

Dasar Mengenai Penguat


Operasional

11.1. Penguat Operasional yang Ideal


Gambar 10.82 Rangkaian penguat disambungkan secara DC dengan memakai Satu penguat operasional atau operational amplifier dalam bahasa
rangkaian tercermin untuk tahap penguat kedua' Inggris, sering disingkat sebagai Op-Ar.rp, biasa dikenal sebagai sebuah IC, di
mana banyak transistor digabungkan dalam satu kristal semikonduktor. Dengan
memakai teknologi IC banyak transistor dan komponen elektronik lain bisa
Gambar sebelah kanan menunjukkan titik bumi dipindahkan ke atas dan rangkai- digabungkan menjadi satu komponen dengan berbagai sambungan dan sifat
an digambarkan terbalik. Rangkaian sebelah kanan pada gambar l0-7 bisa dipa- tertentu yang cukup canggih. Rangkaian Op-Amp dalam IC modern merupakan
sang lada rangkaian asli dalam gambar 10.2 sehingga terdapat rangkaian seperti pendekatan yang baik untuk sifat Op-Amp ideal. Sifat dari suatu Op-Amp ideal
dala-m gambai tO.S. Sekarang potensial yang diperlukan pada titik Q menjadi
bisa dijelaskan sbb.:
3.7V diukur dari voltase sumber (l2v) ke bawah. Itu berarti potensial yang
dibutuhkan di situ sebesar (l2v-3.7v):8.3V. Potensial ini hampir sama dengan Satu Op-Amp merupakan suatu penguat diferensial dengan penguatan
potensial yang terdapat pada titik P, yaitu sebesar 9V. Selisih potensial yang kecil yang tak berhingga. Satu penguat diferensial adalah suatu penguat yang mem-
ini bisa disesuaikan dengan menyesuaikan rancangan dari rangkaian penguat punyai dua masukan dan voltase pada keluaran tergantung dari perbedaan
potensial antara kedua masukannya. Berarti terdapat persamaan sbb.:
tahap pertama. Resistor R2 yang mengatur titik kerja diperbesar menjadi 18kC)
sehingga arus basis bertambah. Dengan penyesuaian ini dua tahap rangkaian bisa Vor*u: (Vnp* r - Vnp* z)'A (ll.])
disambungkan secara langsung seperti dalam gambar 10.8. , Di mana A adalah faktor penguatan.
!
Karena penguatan A dari Op-Amp tak berhingga, maka terdapat
persamaan untuk Op-Amp:
Vor,pr,: (Vnp* t - Virprt z) ' @ (r.2)
Dari (11.2) dapat dilihat bahwa besar dari output menjadi positif tak
berhingga ketika input 1 lebih besar daripada input 2 dan besar dari output men-
jadi negatif tak berhingga ketika input I lebih kecil daripada input 2. Berarti
ketika input 2tinggi, output rendah, sebab itu input 2 disebut inverting input atau
masukan membalik dan dalam skema rangkaian biasanya ditandai dengan tanda
"-", ketika input I tinggi, output tinggi, sebab itu input I disebut non - inverting
input ata,u masukan tak membalik dan dalam skema rangkaian biasanya ditandai
dengan tanda "+". Jelas bahwa voltase keluaran dari setiap rangkaian terbatas,
maka ketika keluaran dari Op-Amp harusnya positif tak berhingga, keluaran
sebenarnya memiliki nilai maksimal yang bisa tercapai dalam rangkaian Op-
,f

158 Dasar Elektronika Dasar Menpenai Penguat Operasional 159

Resistivitas keluaran sebesar Rout = 0.


penguatan OP-AMP tak berhingga.
Tegangan keluaran hanya tergantung dari selisih voltase pada masukan
dan tidak tergantung dari potensial bersama pada kedua masukannya.

Gambar ll,l: Hubungan antara rnasukan 11.2. Rangkaian-Rangkaian Op-Amp


dan keluaran pada Op-AmP ideal.

Amp itu dan ketika keluaran dari Op-Amp seharusnya negatif tak berhingga,
ll.2.l" Penguat Linear yang Inverting dengan OP-AMP; Prinsip Bumi
Semu
keluaran sebenarnya memiliki nilai paling rendah yang bisa tercapai dalam
rangkaian Op-Amp itu. Sifat ini diperlihatkan dalam gambar 11.1. Persamaan Kita bicarakan penguat linear yang diperlihatkan dalam gambar 11.3.
( 11 .2) bisa ditulis lebih singkat: Dalam rangkaian ini input non inverting (A) tersambung dengan ground,
(1r.3) sehingga potensialnya sama dengan nol. Masukan rangkaian (D) dan input
Vou,: (Vir* - Vin-) ' @
inverting dari Op-Amp (B) tersambung melalui sebuah resistor R,. Input inver-
Berarti ketika input tak membalik (V,,') lebih besar daripada input ting (B) dan keluaran Op-Amp, sekaligus keluaran rangkaian, (C) tersambung
membalik (Z;,J, voltase output sebesar V.,,, dar. ketika input tak membalik lebih melalui resistor Ry. Dalam pasal ini sifat rangkaian tersebut akan dibicarakan.
kecil daripada input membalik, voltase input sebesar V.;,. Ottput bisa memiliki Karens tidak ada arus yang mengalir pada input inverting, maka arus
voltase ying lain hanya ketika voltase pada kedua input Op-Amp sama besar. dalam resistor R1 saffa dengan arus yang mengalir dalam resistor R, yaitu arus
Satu Op-Amp memerlukan voltase supply supaya bisa bekerja. Biasanya yang mengalir dari D ke C: ti:lf:^Ip6,. Potensial di B (<ps) sama dengan
diperlukan supply positif dan supply negatif. Pada banyak pemakaian standar,
sipply positilsebesar +l5V dansuppl,v negatif -15V, tetapi voltase supplyuntuk potensial di C (96) ditambah dengan tegangan pada Ry, Vr.. Tinggi tegangan V1
tebanyatan op-Amp tidak harus sebesar itu. Besarnya voltase supply yang bisa sama dengan kuat arus kali resistivitas resistor R7. Maka tinggi potensial di B
dipakai dalam suatu Op-Amp tertentu bisa dilihat dari buku data Op-Amp. terdapat dengan perhitungan sbb.:
Voltase output maksimal sedikit di bawah supply positif dan voltase minimal
pada keluaran Op-Amp sedikit di atas supply negatif. Lambang untuk Op-Amp
9e =Vr' +Qc)
yang dipakai dalam skema rangkaian diperlihatkan dalam gambar I1.2' t-(0.=lor.Rr+<p6 (11.4)
V1=lp6-R1)
Sifat-sifat yang lain dari Op-Amp ideal adalah sebagai berikut:
. Tidak ada arus yang masuk atau keluar dari masukannya, berarti resisti- Arus 1p6 yang mengalir dari D ke C terdapat dari hukum Ohm:
vitas masukan rRl : co.
, v eo-ec ( l l.s)
'or= R= &*ry
i
\/ + Kalau ( I I .5) dimasukkan ke dalam ( I I .4), maka terdapat potensial di B:
N"CC
-* \- vr=ffi'Rr+q, ( 11.6)

l--
1Z tl
iltt Ruas kanan persamaan di atas dapat diubah menjadi:
' vcd tt

Gambar ll.2z Lambang untuk Op-Amp dengan kedua masukan di sebelah kiri
ytrR1=eofin-*,& (11.7)

dan keluaran di sebelah kanan. Y gs+ dan Y ss- adalah sambungan untuk supply
positif dan negatif.
160 Dasar Elektronika Dasar Mengenai Penguat Operasional l6l

masukan membalik sehingga potensial pada masukan membalik ikut turun (lihat
( I 1.8)). Potensial masukan membalik tidak akan turun lebih rendah daripada qa,
karena dengan potensial masukan membalik lebih rendah daripada ga, keluaran
akan naik tak berhingga (lihat (11.9)) yang menghasilkan potensial masukan
membalik ikut naik melalui R1(lihat (11.8)). Jadi hanya dengan potensial pada
masukan membalik yang sama dengan potensial pada masukan tak membalik
Gambar ll.3z Penguat linear
akan terdapat situasi stabil. Jadi selalu ge : gA..
dengan OP-AMP.
Hal ini juga dapat dilihat dengan memasukkan persamaan (11.9) ke
dalam persamaan ( I I .8). Sebelumnya bentuk dari ( I I .8) diubah menjadi:
sehingga persamaan ( 1 1.6) menjadi:
ea =eo <>er = Kr'eo + Kz'<Pc (11.10)
# O.# Oec
#O-r, n-nL*r,
eo=eo
Di mana:
K1, K2 : Dua konstanta yang lebih besar dari nol dan lebih kecil dari
<) es=eo.n-oL** [, Uh) (1r.8)
( I 1.9) dimasukkan ke dalam ( I l. I 0) menghasilkan:
1

ea = Kr' 9o + Kz. (q .l- qu).


e ge =eo. 1'= *.p..;+.
'" R,+R,
= R,+R, e ^
Qa = Kt'9o + Kz'9e'A-Kz'Qa'A

Dari (11.8) terdapat potensial di B tergantung dari potensial di C dan e (t+ xrA)wa = Kreo + KrAg, (11.11)
potensial di D. Potensial di D adalah input dari rangkaian, sedangkan potensial di
<) K, K.A
C merupakan voltase output dari Op-Amp.Voltase output dari Op-Amp terdapat vu=
dari persamaan (l l. l) sbb.:
11+x,t)Qo+ 1u*19e
Penguatan I dari Op-Amp ideal tak berhingga. Kalau A dalam persama-
Vo*p,,=(Vinpr,r-Vinpu,z)'A o Vo,, =(V,,* -n,,, )'O an (l l. I l) mendekati tak berhingga, maka kedua pecahan dalam (1 1.1 l) menjadi:
(lr.e)
<) ec (q.r-rpu)' ']=
[-j ^ 0, ,,^(--*l-\=,
= ,s
,',,
,-.[(t+KrA)) ;;[(1+KrA)) (u 12)
(11.9) menunjukkan sifat Op-Amp dan dari persamaan itu jelas terlihat
bahwa ketika qs tambah besar, tp6 tambah kecil. Tetapi dari hukum Ohm pada Berarti denganl yang takberhingga, (ll.ll) menjadi:
R; dan RTlarrE dihitung dalam (11.8) terlihat bahwa ketika 96 tambah kecil, 9s
tambah kecil juga. Maka di sini terdapat satu rantai sebab-akibat yang meling- Qn =Q,t (lr.l3)
kar dan yang mengurangi perubahan asli. Kita telah belajar bahwa sifat seperti Jadi potensial pada input inverting akan menjadi sama dengan potensial
ini disebut umpan ballk (feedback) negatif. Karena dalam Op-Amp ideal pada input non-inverting. Kalau input inverting tersambung dengan GND
penguatan I tak berhingga, maka pengaruh dari perubahan gs kepada keluaran (bumi), maka input non-inverting akan memiliki potensial GND (bumi) juga.
gc tak berhingga sehingga melalui umpan balik negatif <ps tidak akan berubah, Sifat ini disebut dengan prinsip bumi semu atau potensial semu. Prinsip
tetapi akan stabil" Karena <p6 selalu akan memiliki besar nilai terbatas dalam potensial semu dan bumi semu secara umum bisa dinyatakan sbb.:
rangkaian yang berfungsi dengan baik, maka (qn-qr) selalu nol, berarti kedua Kalau Op-Amp dirangkai dengan umpan balik negatif, maka potensial
pada input inverting akan selalu sama dengan potensial pada input non-inverting.
input dari Op-Amp akan memiliki potensial yang sama.
Situasi sepertinya sambungan pada input inverting berhubungan langsung
Hal ini bisa juga dimengerti sbb.: Kalau seandainya <ps tidak sama dengan input non-inverting, tetapi tidak tersambung dengan benar, berarti
dengan <pa, misalnya <ps lebih tinggi daripada qa, maka potensial pada keluaran potensial memang sama, tetapi tidak akan ada arus dari sambungan pada input
Op-Amp akan langsung menjadi negatif tak berhingga (lihat (11.9) dengan I i
t non-inverting ke sambungan pada input inverting. Kalau input non-inverting
yang tak berhingga). Melalui resistor R1 keluaran Op-Amp berhubungan dengan
I
t62 Dasar Elektronika Dasar Mengenai Penguat Operasional 163

tersambung dengan GND (bumi) terdapat bumi semu pada input inverting. inverting. Kalau ada umpan balik negatif, maka potensial pada input inverting
Istilah bumi semu ini untuk menyatakan bahwa antara dua input OP-AMP akan ikut potensial pada input non-inverting dan menjadi sebesar <p,,*. Sifat ini
potensialnya sama, walaupun input inverting tidak tersambung secara langsung juga disebut sebagai prinsip potensial semu.
ke ground. Potensial pada (-) selalu nol (ground) tetapi tidak ada arus yang
keluar atau masuk pada titik B.
11.2.2. Penguat Linear yang Non-inverting dengan OP-AMP
Dalam rangkaian gambar 11.3 masukan tak membalik tersambung
Dalam gambar 11.4 terdapat satu rangkaian Op-Amp yang lain. Dalam
dengan GND dan terdapat umpan balik negatif melalui R6 maka prinsip bumi
rangkaian ini keluaran disambungkan dengan input inverting melalui rangkaian
semu berlaku di situ dan ee : 0. Dengan gg : 0, dari rumus ( 11.8) dapat diper-
seri dari kedua resistor Rl dan R2. Karena pada resistor tersebut terdapat umpan
oleh potensial di C:
balik negatif, maka prinsip potensial semu berlaku dalam rangkaian ini dan
potensial pada input inverting akan ikut potensial pada input non-inverting.
ea =o = o= eo
fl O**, #, Voltase input dalam rangkaian ini adalah beda potensial antara input non-
inverting dan ground, maka dengan prinsip potensial semu, voltase input sama
Rf
dengan voltase pada resistor R2. Voltase output adalah beda potensial antara
R,+R, Rr output Op-Amp dan ground. Maka dengantidak adanya arus pada input Op-Amp
^ =-Qn--
<+ tPc = -Qo- l<i (11.14)
'" Ri dan Rl dirangkai seri dengan R2 terdapat:
R,+Rt Vn = Vnz, 4* = Ym +Vp2; I p1 = I p2
<) 9c = .-9r1& ._ ^r, -t/ Rt +&
--Vor,
-Rr+R, <rlYout:tin'- (11.17)
Y, &
Dengan langsung memakai prinsip bumi semu, persamaan (11.14) bisa
didapatkan lebih mudah. Karena pada input Op-Amp tidak ada arus, maka kedua
resistor R1 dan R; merupakan rangkaian seri di mana arus dalam kedua resistor
sama, maka perbandingan voltase pada kedua resistor sama dengan perbandingan
resistivitas, berarti:

Yt=Rr (11.15)
Vi Ri

Karena potensial di B sama dengan nol, maka Vi sama dengan -<pp dan
Vlsarna dengan 96.. Maka: Gambar 11.4.: Penguat non-inverting
o- Rt R,
(11.16)
dengan Op-Amp.

;= &*ec=-eo O
Hasil ( I l. I 6) dan ( I l. 14) adalah hubungan antara masukan dan keluaran
dari rangkaian penguat membalik seperti diperlihatkan dalam skema rangkaian 11.2.3. Rangkaian Diferensiator
gambar I I .3. Dapat dilihat bahwa hubungan antara keluaran dan masukan hanya Dalam gambar I1.5 resistor R1 dari gambar I1.3 diganti dengan konden-
terganfung dari besarnya resistivitas kedua resistor yang dipakai dalam rangkaian sator. Hubungan antara arus dan voltase dalam kondensator adalah:
tersebut dan dengan ini penguatan dari rangkaian ini akan benar-benar linear.
c=Loy=!o g= dY - tdQ)
Prinsip bumi semu selalu berlaku kalau ada umpan balik negatif dalam
rangkaian Op-Amp. Prinsip bumi semu bukan hanya berlaku ketika input non-
V C'l I dr dr Cdr[_dY t, (rr.18)
inverting sama dengan bumi, tetapi juga berlaku kalau input non-inverting . d,ol- d,-i'
memiliki potensial yang lain, misalnya terdapat potensial q;,* pada input non- dt)
t64 Dasar Elektronika

Gambar ll.5.z Rangkaian Gambar ll.6: Rangkaian


diferensiator integrator

Di sini tetap terdapat umpan balik negatif melalui resistor R6, maka prin- Dalam rangkaian gambar l r.6 ini juga berraku prinsip bumi semu, maka
sip bumi semu tetap berlaku, hanya dalam rangkaian seri sekarang satu kompo- nilai negatif dari voltase input sama dengan voltase pada resistor dan voltase
nen adalah kondensator, bukan resistor. Tetap tidak ada ams yang masuk ke output sama dengan voltase pada kondensator. Arus dalam resistor 1p sama
dalam Op-Amp, maka arus dalam resistor R1 sarna dengan arus dalam kondensa- dengan arus 16. dalam kondensator. Maka dengan ( I I .20) terdapat:
tor C. Karena prinsip bumi semu, maka voltase output sama dengan voltase pada
resistor R1 dan voltase pada kondensator sama dengan nilai negatif dari voltase v,,, =l !r a,)
=+llv"'=-* I7''
input. Dengan semua prinsip ini dan ( I 1 . I 8) dapat diperoleh:
'
dVi, , (n.21)
-l
dtC I--on, :t
v*,[-
vo,,
I
Vou,=I'Ryel= dr C R, (1r.le) e^ t,
t/out =- 1,,
-t) ca,JV,,at
Jadi voltase oueut dari rangkaian ini sebanding dengan integral waktu
Qvou,=-c'Rr'!!r!'
rdt dari voltase inputnya. Rangkaian integrasi seperti inl telatr diulcarat<-an dengan
rangkaian tapis lolos rendah yang terdiri dari rangkaian seri resistor dan konden-
Dari hasil ( I I . 19) dapat dilihat bahwa pada rangkaian ini voltase keluar- sator dalam pasal mengenai filter. Tetapi pada rangkaian tapis lolos rendah pen-
arr Vo,, sebanding dengan diferensial waktu dari masukan V,n- Jadi dalam dekatan integrasi hanya unfuk amplitude yang kecil. pada rangkaian ini integrasi
rangkaian ini voltase input didiferensiasi. Rangkaian diferensiasi seperti ini telah berfungsi sampai amplitude menjadi sebesar keluaran maksimil dari op-Amp.
dibicarakan dengan rangkaian tapis lolos tinggi yang terdiri dari rangkaian seri
resistor dan kondensator dalam pasal mengenai filter. Tetapi pada rangkaian tapis
lolos tinggi pendekatan diferensiasi hanya untuk amplitude yang kecil. Pada 11.2.5. Beberapa Rangkaian penghitung yang Lain
rangkaian Op-Amp ini diferensiasi berfungsi sampai amplitude menjadi sebesar Dua contoh lain untuk rangkaian penghitung dengan Op_Amp diperli_
keluaran maksimal dari Op-AmP. hatkan dalam gambar 11.7. Fungsi dari rangkaian-rangkaian ini bisa dimengerti
dengan mudah dari prinsip bumi semu dan bahwa tidak ada arus pada inputbp-
Amp seperti rangkaian-rangkaian di atas.
11.2,4. Rangkaian Integrator
Dalam rangkaian gambar 11.6 resistor R1 dari rangkaian gambar 11.3
11.2.6. Rangkaian Schmitt Trigger dengan Op-AMp
diganti dengan kondensator. Kondensator mempunyai sifat sbb.:
Rangkaian yang diperlihatkan dalam gambar l r.g tidak memakai umpan
_
Y =!o
c=Ler C- l
l>V= L.l r a, (1r.20)
balik negatif, tetapi memakai umpan balik poiitif melalui resistor R6. Input non-
inverting (tanda (-)) dari op-AMp ditunjukkan oleh titik A. Dalam rangkaian ini
CJ
O=[rd') i
input non- inverting (A) tersambung dengan gro,nd, maka tegangan di situ sama
I dengan nol. Terminal masukan (D) tersambung dengan irprl inve.ting (B)
*

I
'l

Dasar Elektronika Dasar Mengenai Penyuat Operasion al 167


t66

&
o eo = -Qc R,+R1 -qc R,
o=,p,
#R **. #4 _E_= \
(11.22)

R,+Rt
Hasii yang sama didapatkan dengan memakai perbandingan voltase
yang sama besar dengan perbandingan resistivitas pada rangkaian seri.
Kalau penurunan tegangan di D sedikit saja, maka tidak akan ada arti-
nya, dan harus diturunkan sampai di bawah gp dari persamaan (11.22) dengan qq
sebagai tegangan output maksinul dari OP-AMP (biasanya =15V). Voltase ihr
disebut switching voltage, yang adalah besar potensial pada D yang dapat
Penghitung logaritmus mengubah potensial pada output. Jadi kalau output sudah tinggi, output akan
tetap tinggi. Kalau keadaan terbalik, yaitu potensial di B turun menjadi lebih
kecil daripada potensial pada input inverting, maka output akan turun dan
Penjumlah
melalui resistor Ri potensial pada B (input non-inveilng) akan semakin turun,
Op-
Gambar ll.1t Penluntlah dan penghitung logaritmus dengan memakti sehingga output OP-AMP akan tetap pada potensial paling rendah. Supaya
Amp.. output kembali naik maka input harus cukup tinggi. Cukup tinggi berarti
minimal sebesar hasil dari (11.22). Satu contoh: Voltase maksimal Op-Amp sebe-
dengan t:t*ii:l keluaran (C)
melalui resistor R;. lnput inverting (B) tersambung sar +15V, voltase minimalnya sebesar -15Y R,: 10kO, R/:30kQ. Maka untuk
non-inverting (B) lebih tinggi
lewat resistor Rr. epaUlla teganfan pada input voltase switch didapatkan dari (11.22):
pada keluaran akan naik
daripada tegangan puau *p.tiinierting-(A)'ltgu"gurr
*.,rj.ai -it.i"n-t positif (biasunyu 'lkitut 15 V)' Tetapi output
trerhubungan
to^ = *l5V l0ko = +5V ( 1 1.23)
Potensial padl B. tergantung 30kcl
a.rrgun input non-inverting melaiui resistor R6' rumus itu'
(11'8)' Dari
potensial pada C a* poit'"tiul pada D sesuai
dengan Mengenai perubahan dari voltase output terhadap voltase input terdapat
p"t."tial pada B ikut naik' Padahal tadi tegangan di
kalau tegangan output suatu histeresis seperti sifat magnetik dari besi. Gambaran sifat output terhadap
".lf., A yang menyebabkan tegangan di C
B sudah lebih tinggi Au.rpuiu tegangan di
naik.
Supaya potensialdi B di bawah nol dan output bisa turun lagi' maka
potensial di D yang akan menye-
potensial ai O nu*, turun cukup jauh' Tinggi
babkan tegangan di B menjadinol bisa dihirung dari (11'8)' Dengan Qa:0'
(11.8) menghasilkan:

Gambar 11.9: Hubungan antaro voltase keluaran dengan voltase masukan


pada rangkaian Schmitt-Trigger. Ketika voltose keluaran tinggi (kanan atas),
mako voltase keluaran baru akan turun kalau voltase masukan sudah turun di
bawah voltase swilch yang rendah. Ketika voltase keluaran rendah (kiri bawah),
maka voltase keluaran baru akan naik kalau voltase masukan sudah naik di atas
Gambar ll.8z Rangkaian Schmitt
voltase switch yang tinggi.
Trigger dengan feedback Positif'
Dasar Elektronika
168

perubahan input bisa dilihat dalam gambar I l '9' 12


dengan sifat
Jadi di sini terdapat umpan balik dari keluaran ke masukan
naik membuat masukan semakin
sbb.: Ketika masukan nuit, *uku keluaran dan
naik. Jadi gangguan yang ada akan dikuatkan oleh umpan balik ini' Umpan balik Penguat Operasional (Lanjutan)
seperti ini disebut umpan ballk (feedbaclc) positif'

12.1. Karakteristik dan Parameter OP-AMP

l2.l.l. Op-Amp Ideal dan Op-Amp Real


Dalam pasal pertama mengenai Op-Amp telah dibicarakan mengenai
sifat dari Op-Amp ideal. Tentu saja Op-Amp yang ada tidak persis seperti Op-
Amp ideal, tetapi terdapat beberapa sifat yang tidak ideal. Pada banyak rangkai-
an dan pemakaian rangkaian tersebut, pengaruh sifat real dari Op-Amp begitu
kecil sehingga bisa diabaikan. Tetapi dalam rangkaian-rangkaian tertentu sifat
real dari Op-Amp perlu diperhatikan karena pengaruh pada fungsi rangkaian
cukup besar. Rangkaian itu misalnya rangkaian ukur yang harus memberikan
hasil yang sangat teliti atau rangkaian di mana Op-Amp dirangkai bersama
dengan resistivitas yang sangat besar pada masukan Op-Amp. Dalam pasal ini
sifat-sifat Op-Amp yang tidak ideal akan dibicarakan serta pengaruh dari sifat-
sifat tersebut pada beberapa contoh rangkaian dasar.

12.1.2. Penguatan Diferensial


Sifat dari Op-Amp Ideal adalah voltase pada keluaran hanya tergantung
dari selisih antara kedua masukan dan penguatan diferensialnya tak berhingga.
Sebenarnya penguatan diferensial memiliki nilai yang berhingga. Penguatan di-
ferensial biasa disebut sebagai Ap dan terdefinisi sbb.:

, L/n,, Lvn*
(12.1)
=
^D LW.= 4y* ve
Di mana:
Vou, :Voltase pada keluaran Op-Amp
Vro, :Voltase pada masukat non inverting (tak membalik)
V,"r : Yoltase pada masukan inverting (membalik)
L(Ve,, -V,"r) : Perubahan dari perbedaan antara Voltase pada kedua masukan
Op-Amp.
$l

t70 Dasar Elektronika

CMRR. CMRR, sering dinyatakan dengan huruf besar G, adalah perbandingan


antara penguatan diferensial Ap dan penguatan bersama 16.:

G=Ao (12.3)
,4C

Kalau selisih dari kedua masukan berubah atau potensial bersama ber-
ubah maka akan terdapat perubahan keluaran baik dari penguatan diferensial
Gambar l2.l: Httbungan antara
maupun dari penguatan bersama sesuai dengan persamaan (12.1) dan (12.2).
voltase keluaran dan perbedaan
Kedua perubahan keluaran akan berjumlah sehingga terdapat perubahan voltase
voltase masukan pada Op-AmP real. keluaran total sbb.:
L4u, = AD.LVd,jJ + A4..L,V,n 6"on.n (12.4)
Besar Apbiasanya dalam orde =105. Tetapi adajuga tipe khusus dengan Kalau voltase masukan bersama berubah dan voltase keluaran tidak
penguatan Ap sampai =107. Dalam buku data penguatan ini biasanya disebut se- boleh berubah, maka voltase masukan diferensial juga harus berubah. Dengan
bagii large signal voltage gain (petguatan voltase sinyal besar) dan dinyatakan perubahan voltase keluaran nol terdapat dari (12.4):
dalam satuan jf,. Ivtisalnya untuk Op-Amp LM301 terdapat large signal LV,n u"rro,rn
voltage gain sebesar 160#, berarti lD : 160 000. @)+= A,Vaift
(12.s)

Pada op-Amp real biasanya terdapat hubungan antara voltase output Dari (12.5) dapat dilihat berapa besar perubahan selisih voltase input
dan perbedaan voltase input kira-kira seperti dalam gambar 12.1. Dalam gambar yang dibutuhkan untuk menghilangkan perubahan voltase keluaran yang timtul
oleh perubahan potensial pada kedua masukan bersama. Misalnya penguatan
tersebut keterbatasan penguatan Ap narnpaksebagai kemiringan grafik +y.
LVin
diferensial sebesar Ao: 160 {mV', cunn sebesar c: 100 000, berarri penguat-
Dalam gambar ini juga voltase offset yang akan dibicarakan dua pasal berikut
kelihatan.
an bersama sebesar ,4. : --.l!9+* = 1.6. Voltase pada kedua masukan berubah
100 000
12.1.3. Penguatan Bersama (CommonAmplification) bersama-sama dari 0v menjadi 8v, berarti perubahan voltase bersama LVi,
t",,n,n,
Pada op-Amp ideal voltase keluaran hanya tergantung dari perbedaan sebesar 8v. Sebagai akibat dari perubahan voltase bersama ini terdapat perubah-
voltase pada kedua masukannya dan tidak tergantung dari besar potensial pada an voltase keluaran sebesar Al/o,t = 1.6.8V = 12.8V. Tetapi dengan memberikan
masukannya. Berarti keluaran sama persis ketika kedua masukan sama-sama perubahan dari selisih voltase masukan A,V,1,r1.yanghanya sekecil
mempunyai potensial 1V terhadap GND atau mempunyai potensial 8V terhadap
CNO. piaa bp-emp real potensial bersama dari input akan mempengaruhi ke- 6va,l
AV,, b"rrnrn 8 V
= 0.08mV
luaran. Terdapat penguatan bersama As (Common Amplification) dengan definisi G 100000
sbb.: voltase keluaran bisa tetap konstan. Karena pada kebanyakan rangkaian
LVo* = ,4c'LVin (12.2) op-Amp voltase keluaran terdapat dengan rangkaian umpan balik negatif dengan
b"rn,*n
faktor umpan balik yang kuat, maka perubahan dari voltase masukan akan me-
di mana: nentukan sifat rangkaian, berarti CMRR, bukan penguatan bersama. Satu contoh
' LVou, : perubahan voltase output. mengenai pengaruh dari penguatan bersama dijelaskan dalam pasal "12.2.4.
LV,, b",,n^o : perubahan voltase bersama pada kedua masukan, di mana voltase Pengaruh Penguatan Bersama dan Penguatan Diferensial yang Terbatas dalam
bersama terdefinisi sebagai V,,u",,n^n : *('*- *V.-) Penguat Tak Membalik".

Pada buku data biasanya bukan penguatan bersama yang dinyatakan,


tetapi yang dinyatakan dalam buku data adalah common mode rejection ratio,
,l

172 Dasar Elektronika

CMRR biasanya dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Di sini satuan


dB menunjukkan perbandingan antara voltasell, maka perbandingan dalam satu-
an dB, lGl*, adalah duapuluh kali logaritmus dari perbandingan voltase:

I G | * = 20dB.logc = 20dB'
' beyl
"lA"l
(12"6)
= 20 dB beW:r::i1,.,,
_ ro,,,
Gambar 12.3: Rangkaian pengganti
mengenai sifat input dari Op-Amp kalau
12.1.4. Input Op-Amp arus masuk dan resistivitas masuk diper-
Untuk Op-Amp ideal voltase keluaran nol ketika perbedaan voltase in- hatikan.
put nol, tetapi dalam Op-Amp real voltase input biasanya berbeda dari nol ketika
keluaran nol. Perbedaan voltase input di mana voltase output nol disebut input rangkaian gambar 12.2.
offset, Yo1y. Definisi dari input offset dapat dilihat dalam gambar 12.1. Besar dari Satu perbedaan lagi yang harus diperhatikan pada Op-Amp real adalah
input offset tergantung Op-Amp dan biasanya besarnya attara 25pY dan 5mV. arus yang terdapat pada inputnya. Arus tersebut sebenarnya merupakan arus yang
Kalau suhu berubah, voltase offset juga berubah. Besar perubahan voltase offset terdiri dari dua macam arus, yaitu satu bagian yang besamya tidak tergantung
pada besar voltase input dan satu bagian yang tergantung pada voltase input (arus
A,V.n perperubahan suhu AI, (ry) disebut koefisien suht (temperature co- yang terjadi karena adanya resistivitas input). Bagian arus pertama yang tidak
terganfung dari besar voltase pada input mempunyai sifat seperti satu sumber
fficient). Pada berbagai Op-Amp ada masukan khusus untuk menghilangkan arus pada input op-Amp. Rangkaian pengganti dalam gambar 12.3 memperlihat-
input offset (input offset adjttst). Dengan rangkaian tambahan dan memakai
kan sifat dari.input Op-Amp real.
masukan tersebut, besar dari voltase offset bisa diatur. Biasanya perlengkapan ini
dipakai untuk menghilangkan voltase offset, berarti mengaturnya menjadi nol. Resistivitas masukan diferensial ra adalah resistivitas antara kedua
Hal ini disebut menolkan voltase offset. Kalau offset sudah dinolkan pada suhu masukan op-Amp, resistivitas masukan bersama r. merupakan resistivitas
tertentu, voltase offset hanya timbul kalau suhu berbeda dengan suhu tersebut. diferensial antara kedua masukan op-Amp dan GND. Kedua resistivitas ini
Tetapi kalau offset diatur dengan rangkaian pengatur tersebut, maka pengaruh biasanya sebesar ra : 106... l0l2 C), r" : 10e...1014 C).
suhu lingkungan pada besar voltase offset biasanya menjadi lebih besar. Berarti Pada masing-masing input Op-Amp terdapat satu sumber arus, dalam
koefisien suhu menjadi lebih besar. Besar koefisien suhu dan pengaruh dari
skema rangkaian gambar 12.3 digambar sebagai 16- dan 16*. Arah arus bisa
menolkan voltase offset kepada koefisien suhu tercantum dalam buku data.
keluar atau masuk ke dalam op-Amp. Berdasarkan besar dari kedua arus itu
Pengaruh voltase offset dalam rangkaian Op-Amp sama dengan satu terdefinisi input bias current (arus bias masukan) .Is sebagai rata-rata dari kedua
sumber voltase pada masukan dari Op-Amp ideal diperlihatkan dalam skema arus itu dan input offset currenl (arus offset masukan) log,"t sebagai selisih antara
kedua arus tersebut:

,, =I(,; * r, ); Io6,"t =f; * r;l (12.7)

Arus bias 16 biasanya sebesar =5pA...=100nA Arus offset lo6,,biasa-


nya sebesar
Gambar 12.2: Op-Amp dengan voltase offset se- ^rlpA...::100nA.
bagai Op-Amp ideal dengan sumber voltase
pada masukan Op-Anp.

I I Kalau satuan dB dipakai dengan daya, faktor bukan lagi duapuluh, melainkan sepuluh. I

il
tv4 Dasar Elektronika P enguat Op erasiona I (L an j utan) 175

12.1.5. Output Op-Amp


Pada keluaran terdapat resistivitas keluaran. Resistivitas keluaran biasa-
nya sebesar beberapa puluh ohm sampai orde kc). Juga terdapat batas maksimal
dan batas minimal untuk voltase keluaran. Voltase keluaran maksimal positif bia-
sanya I sampai 3 V (tergantung Op-Amp dan beban pada output) di bawah volta-
se sumber positif dan voltase keluaran minimal negatif biasanya I sampai 3 V
(tergantung Op-Amp dan beban pada output) di atas voltase sumber negatif. Gambar 12.4: Arus
Tetapi terdapat juga Op-Amp yang bisa memiliki voltase output sampai voltase output dari Op-Amp
sumber negatifnya atau sampai voltase sumber positifnya. diperbesar dengan
pengikut emitor.
Selain terdapat resistivitas output juga terdapat suatu pembatasan arus
pada keluaran Op-Amp untuk melindungi Op-Amp dari penyerapan daya yang
terlalu besar. Op-Amp biasanya bisa dipakai hanya dengan arus keluaran maksi- besar yang masuk ke dalam keluaran rangkaian, maka resistivitas resistor emitor
mal sebesar beberapa mA. Kalau ams yang lebih besar dibutuhkan pada keluaran harus kecil. Kalau resistivitas resistor emitor kecil, maka arus dalam resistor
rangkaian, Op-Amp perlu dilengkapi dengan rangkaian tambahan pada keluaran tersebut akan selalu besar, bahkan kalau terdapat arus besar yang keluar dari
untuk menguatkan arus dari Op-Amp. Rangkaian tambahan tersebut dibicarakan keluaran rangkaian. Arus yang mengalir dalam resistor emitor dalam situasi ini
dalam pasal 12.2.l. "Keterbatasan Arus Keluaran dan Cara Mengatasinya". disediakan melalui transistor, maka arus dalam transistor dan daya yang diserap
Kecepatan perubaharr dari voltase keluaran juga terbatas. Berarti voltase dalam transistor menjadi besar. Oleh sebab itu rangkaian ini hanya baik kalau
keluaran bisa hanya berubah sebesar voltase tertentu dalam waktu tertentu. Kece- tidak perlu ada arus (besar) yang masuk ke dalam keluaran rangkaian.
Umpan balik tidak disambungkan dari keluaran Op-Amp, tetapi dari
patan perubahan maksimal 1( alr"U., t slew rate. Besar dari slew rate biasanya
Lt keluaran rangkaian. Dengan cara ini penguatan transistor yang tidak linear tidak
akan mempengaruhi penguatan dari rangkaian secara keseluruhan. Penguatan
beberapa ratus millivolt sampai beberapa puluh volt per pdet. Terdapat juga Op-
keseluruhan tanpa umpan balik tetap sangat besar sehingga penguatan dari
Amp yang dirancang khusus untuk kecepatan tinggi dan mempunyai slew rate
rangkaian ini hanya ditentukan oleh perbandingan resistor dalam rangkaian
sampai beberapa ratus volt per pdet.
umpan balik.
Rangkaian dalam gambar 12.5 bisa menyediakan arus keluar dan bisa
menyerap arus dari keluaran rangkaian. Kalau arus mengalir keluar dari rangkai-
12.2. Rangkaian Op-Amp dan Pengaruh Sifat Op-Amp yang
Tidak Ideal

12.2.1. Keterbatasan Arus Keluaran dan Cara Mengatasinya


Karena arus keluaran dari Op-Amp sangat terbatas, maka sering dibu-
tuhkan rangkaian untuk memperbesar arus keluaran. Satu rangkaian penguat
membalik dengan pembesar arus pada keluaran diperlihatkan dalam gambar
12.4. Di situ Op-Amp dilengkapi dengan satu pengikut emitor, berarti keluaran
Op-Amp disambungkan dengan basis. Kolektornya dihubungkan dengan sumber
positif dan omitornya merupakan keluaran dari rangkaian. Emitor juga disam-
bungkan dengan sumber negatif sehingga ada juga arus yang bisa mengalir ke
dalam output rangkaian ini. Pada rangkaian ini arus emitor 1a lebih besar dari-
pada arus basisnya. Terdapat arus keluaran rangkaian sebesar arus keluaran Op-
Amp dikalikan dengan faktor penguatan arus hps dai ffansistor. Tetapi kalau Gambar 12.52 Rangkaian push-pull untuk menguatkan arus keluaran dari Op-
rangkaian ini mau dipakai dengan arus keluaran negatif yang besar, berarti arus I
A*p.
I

il
t76 Dasar Elektronika

an, transistor T'1 (transistor npn) akan buka dan menyediakan arus tersebut dan 12.2.2. Penguatan yang Terbatas pada Penguat Membalik
kalau arus mengalir ke dalam dari rangkaian, transistor Tl (transistor pnp) akan Kalau penguatan terbatas, maka voltase keluaran baru memiliki nilai
terbuka dan menyerapkan arus tersebut. Transistor yang sedang tidak dipakai yang berbeda dari nol ketika terdapat voltase antara kedua masukan op-Amp.
selalu terhrtup sehingga tidak ada arus dalam transistor itu. Rangkaian ini terdiri Hal ini berarti dengan voltase v,u, tertentv terdapat voltase selisih v, antaia
dari dua rangkaian pengikut emitor, satu untuk arus positif dan satu untuk arus kedua masukan op-Amp. Karena adanya voltase selisih z" tersebut prinsip bumi
negatif. Rangkaian ini disebut rangkaian "push-pull", atau bisa juga disebut semu tidak lagi berlaku secara sempurna. Terdapat hubungan antara voltase pada
sebagai rangkaian "dorong-tarik". Kekurangan rangkaian ini adalah kalau ada resistor vp; dan vRrt voltase inplt v;,, voltase selisih z, dan voltase keluararr vo,,
perubahan voltase keluaran yang cepat ketika T1 harus tutup danT2 harus buka. sbb.:
Supaya ada arus keluar dari Tl, potensial basis harus =0.7V di atas potensial
keluaran dan supaya T2 terbuka, potensial basis harus =0.7V di bawah potensial
V^, =V, -Vr; V*, : -Vnf +V, (12.8)
keluaran. Berarti untuk mengalihkan tugas dari T1 ke T2 (atau terbalik) voltase Arus dalam kedua resistor Ri dan Ri tetap sama sehingga perbandingan
keluaran Op-Amp harus berubah sebesar 1.4V. Perubahan ini membufuhkan voltase pada kedua resistor tersebut dan perbandingan resistivitas tetap sama.
waktu yang ditentukan oleh slew rate dari Op-Amp. Kalau frekuensi sinyal Hubungan antara besar voltase selisih z, dan voltase keluaran vou, sesvai dengan
besar, waktu ini membuat distorsi sinyal ketika keluaran lewat nol. Kekurangan persamaan (12.1). Maka terdapat:
ini bisa diatasi dengan rangkaian seperti dalam gambar 12.6. Dalam rangkaian
tersebut masing-masing satu dioda antara keluaran Op-Amp dan basis transistor
Yi,-v, Rt) v,,_!vo,,
menghasilkan selisih voltase 0.7V sehingga voltase keluaran Op-Amp tidak perlu -Vo* +v,= *, ,n Ao o,, vo,,_Lv
-E/ out out

berubah lagi untuk mengalihkan tugas dari T1 ke T2. Di sini perlu diperhatikan
l * +' _o

bahwa arus dari resistor basis harus cukup besar untuk arus basis dari masing- v.=vou, I & Rf

masing transistor.
"- h )
( n,. Ri Ri ),,
Masih ada beberapa rangkaian lain untuk menyediakan arus keluaran :)
-t, tt,,=l-C. (12.e)
yang cukup besar. Mengenai rangkaian-rangkaian tersebut bisa dipelajari dari O;*ffi1'r*,
berbagai buku elektronika. Rr Ao
9 1-/o,' =
. v,n -R, .Ao + R, + R,

Kalau (12.9) dihitung dengan pendekatan bahwa AD tak berhingga,


maka terdapat penguatan dari penguat tak membalik dengan op-Amp ideal.
sebagai contoh, digunakan op-Amp dengan Ao:105 dan resistivitas daii kedua
resistor sebesar R7:lMC), R;: l0kQ. Maka besar penguatan A:gg.ggg.
Sedangkan perhitungan dengan menggunakan sifat op-Amp ideal terdapat
penguatan sebesar Ai,t"nt :100. Jadi selisih antara Op-Amp ideal dan Op-Amp
real dengan penguatan diferensial sebesar 105 dalam rangkaian ini hanya sebesar
=0.1%o" Kesalahan ini tergantung dari besar penguatan yang diatur oleh kedua
resistor dan dari besar penguatan diferensial dari Op-Amp.

12.2.3" Pengaruh Voltase Offset dan Arus pada Masukan

12.2.3.1. Prinslp Dasar


Untuk mengerti pengaruh dari berbagai sifat Op-Amp yang tidak ideal,
Gambar 12.6: Rangkaian push-pull dengan dioda-dioda pada basis untuk rangkaian pengganti seperti dijelaskan dalam pasal "12.1 Karakteristik dan
mengatasi selisih potensial basis antara kedua transistor
Parameter OP-AMP" dipakai dalam skema rangkaian untuk menggantikan op-
r78 Dasar Elektronika Penguat Operasional (Laniutan) t79

Amp ideal. Dengan cara ini pengaruh voltase offset dan arus pada masukan Op- Karena tetap tidak ada arus pada masukan Op-Amp, maka arus pada
Amp pada rangkaian bisa dimengerti. Untuk pengaruh voltase offset dan arus resistor R1 akan sama dengan arus dalam R;, sehingga terdapat voltase keluaran
pada masukan Op-Amp bisa dihitung sendiri-sendiri dan kemudian gangguannya sebesar:
dijumlahkan. Jelas harus diperhatikan bahwa dari data dalam buku data tidak
diketahui arah dari arus pada masukan ataupun voltase offset, maka untuk V*, = -Vnf +Voy,a : -'I'Rt *Vof,a = -(V,, -t'*r)ff+v"o",
mengerti besar dari pengaruh harus diperhatikan bahwa arus/voltase bisa mem- (t2.12)
punyai arah positif maupun negatif. Dalam beberapa pasal berikut ini beberapa
o R, ( n.\
contoh rangkaian akan dibicarakan.
vou, = -r- -& *lt *
T )r*"
Dari (12.12) dapat dilihat hubungan antara voltase keluaran dengan vol-
12.2.3.2. Pengaruh Voltase Offset pada Penguat Membalik tase masukan hampir sama dengan sifuasi tanpa voltase offset, hanya sebagai
Karena adanya voltase offbet, maka sifat dari Op-Amp berubah dari per- akibat dari voltase offset yang mendapat satu tambahan voltase konstan pada
samaan keluaran, berarti terdapat tambahan voltase DC pada keluaran. Tambahan itu
mempunyai dua bagian, yaitu bagian pertama adalah voltase offset yang
v,,, =(v* -, ) * dikuatkan dengan penguatan yang sama besar seperti penguatan dari voltase
menjadi: masuk. Bagian ini ada karena voltase masuk dikurangi oleh voltase offset.
Bagian kedua adalah voltase offset yang dijumlahkan pada voltase keluaran.
Vo,, =(vt -r- +V,x,",).a. ( 12. l0) Bagian kedua biasanya tidak begitu mengganggu karena voltase keluaran dari
penguat biasanya jauh lebih besar daripada voltase offset. Berapa jauh bagian
Perubahan ini bisa digambarkan dengan skema rangkaian yang mema- pertama mengganggu hasil penguatan tergantung dari besar voltase masuk
kai Op-Amp ideal. Itu berarti Op-Amp yang tidak memiliki voltase offset dan dibandingkan dengan besar voltase offset. Kalau sinyal yang dikuatkan
pada satu masukan terdapat satu sumber voltase dengan voltase sebesar voltase merupakan voltase AC dan besar dari potensial DC pada sinyal tidak penting,
offset. Untuk contoh penguat membalik terdapat skema rangkaian seperti dalam voltase offset sama sekali tidak akan mengganggu, karena gangguan dari voltase
gambar 12.7.
offset ini merupakan satu voltase DC yang konstan, berarti tidak mempengaruhi
Dalam skema rangkaian seperti dalam gambar 12.7, prinsip bumi semu besarnya voltase AC. Tetapi kalau penguat dipakai untuk menguatkan sinyal DC,
hanya berlaku untuk Op-Amp ideal dan bukan lagi untuk Op-Amp real. Oleh maka voltase offset akan mempengaruhi hasil keluaran.
sebab itu akan ada voltase pada kedua masukan Op-Amp. Dalam contoh rangkai-
an ini akan didapatkan arus dalam resistor R; sebesar:
12.2.3.3. Pengaruh dari Arus Input Op-Amp pada Penguat Membalik
, v,n -vo6rn (12.11) Kalau hanya ada arus lin- pada masukan Op-Amp, tetapi tidak terdapat
& voltase offset, maka prinsip bumi semu tetap berlaku pada masukan Op-Amp
sehingga voltase antara kedua masukan tetap nol. Kalau seandainya voltase pada
input rangkaian nol, maka tidak akan ada arus pada resistor masukan Ri karena
sesuai dengan prinsip bumi semu potensial pada masukan membalik juga nol
sehingga arus yang mengalir keluar dari masukan Op-Amp akan mengalir
seluruhnya dalam resistor R1 dan akan menimbulkan voltase tambahan pada
keluaran Op-Amp sebesar:

Vort n,rh,,h,,, = lir' Rt (12.13)

Op-Amp real (dg. V,n) Kalau ada voltase pada masukan, maka terdapat arus dalam R1 sama
dengan tidak ada arus dari masukan Op-Amp. Arus dalam R1 terdapat dari arus
dalam \ ditambah dengan arus dari masukan Op-Amp. Dengan demikian terda-
Gambar 12.7: Voltase ffiet dari Op-Amp real mempunyai pengaruh seperti pat voltase keluaran sebesar:
satu sumber tegangan pada masukan Op-Amp.
r80 Dasar Elektronika

sehingga arus yang mengalir keluar dari masukan op-Amp akan mengalir
secara
penuh ke dalam kondensator dan akan menimbulkin voliase konderisator
26.7;,
yang naik terus-menerus:

vr,,, =!!*,,,- o, (12.t6)


Dalam (12.16) terdapat tanda * sebelum I;,' karena arus bisa keluar dari
masukan Op-Amp atau masuk ke dalam masukan Op-Amp. Kalau terdapat
voltase offset, maka voltase antara kedua masukan OplAmp- bukan nol, tetapi
sebesar voltase offset. Maka voltase pada input harus ditambahkan/dikurangi
Gambar 12.82 Pengaruh dari arus masukan Op-Amp kepada sifat rangkaian dengan voltase offset sehingga terdapat voltase vc n,.
ron pada kondensator
penguat membalik. sebesar:

[ V, tv"n,",) d t
vc r,*.no11. =
"r
I*t=l&+1.-) # (12.17)

, =^l=',,,=-*, (?. ',,-)=-r,,ff-n,


'^-&J
r,, (12.14)
, Dalam (12.17) terdapat tanda + sebelum Vog,",karena arah dari voltase
offset bisa ke atas atau ke bawah. vortase kondeniitor yang timbul dari arus
input dan voltase kondensator yang timbul dari input serta ioltase offset akan
Berarti terdapat voltase keluaran seperti dengan Op-Amp ideal ditambah bergabung menjadi satu sehingga dari (12.161 aai
62.fi) didapatkan voltase
dengan voltase tambahan yang sama dengan yang telah dihitung dalam (12.13). kondensator keseluruhan Z6 sebesar:
Voltase ini merupakan voltase DC dan tidak akan berpengaruh kalau penguat ini
v, =
dipakai sebagai penguat AC.
Arus yang mengalir dari masukan Op-Amp didapatkan dari arus bias
# I (u, xrqr,",)dt * t I u,,- at (12.t8)
dan arus offset sesuai dengan definisi dari arus bias dan arus offset dalam persa- * n, =t!+(v,,trt*",)xr,,- d,t
maat(12.7):
Voltase keluaran dari rangkaian ini sebesar Vou, =-VcTV,ff*, di mana
I,n -Ie*l,r*- atat 1,, =tu-1ry1,, (12. l5)
voltase offset biasanya lebih kecil dibandingkan dengan voltase kondensator.
Persamaan dalam (12.15) yang berlaku tidak diketahui karena arah dari Berarti besar voltase offset hanya mempengaruhi karena akan ikut diintegrasikan
arus offset tidak diketahui dan tidak selalu sama, tetapi berbeda pada setiap Op-
Amp. Untuk mengetahui situasi dalam sebuah Op-Amp tertentu, arus pada
masukan perlu diukur. Vg dai lin
Karena arus dari masukan Op-Amp kecil, voltase tambahan ini biasanya
bisa diabaikan, kecuali dengan resistivitas umpan balik Rlyang sangat besar dan
kalau rangkaian membutuhkan ketelitian yang tinggi.

12.2.3.4. Pengaruh Voltase Offset dan Arus pada Masukan Op-Amp dalam
Rangkaian Integrator
Kalau yang ada hanya arus f,- pada masukan Op-Amp, tetapi tidak
terdapat voltase oflset, maka prinsip bumi semu tetap berlaku pada masukan Op-
Amp sehingga voltase antara kedua masukan tetap nol. Kalau seandainya voltase Gambar 12.9: Rangkaian Integrator dengan arus patla input menimbulkan
pada input rangkaian nol, maka tidak akan ada arus pada resistor masukan R;, perubahan voltase pada kondensator yang sebanding tleigan besar arus
tersebut.
Dasar Elektronika Penguat Operasional (Lanjutan) _ 183

voltase pada kondensator R,


sehingga dalam jangka waktu lama bisa menimbulkan (12.1e)
yungT.tut. Kalau Integrator mau dipakai untuk fiekuensi yang kecil' berarti R,+R2
,ntrit me.tglntegrasikan-dalam jangka waktu yang lama, maka pengaruh voltase Dengan definisi ini dan dari skema rangkaian gambar 12.10 maka dida-
dan diperlukan
offset dan urus pada masukan bisa menjadi sangat mengganggu patkan:
gangguan ini'
rangkaian tambahan untuk mengurangi atau menghilangkan efek
V, = t'Vo*
Vou, = LV,n. Ao +V,, v*, =(v,. -t .vou,). lo *v,,, .
4
12.2.3.5. Rangkaian-Rangkaian lain
Dalam semua rangkaian lain prinsip yang telah dibicarakan di atas tetap
LV* =V,n -Y, "l=
berlaku dan saudara bisa
-menghitung
sendiri pengaruh voltase oflset dan arus +l/,,,-A. (12.20)
€)Vou, =V,r-Ao -t-Vou,'Ao
pada masukan. /.)
<=> (1+r . Ao)vo,,, =v,,-(Ao +

eA=Ao+4= oo (l*
12.2.4. Pengaruh Penguatan Bersama dan Penguatan Diferensial
yang ' )
l+r.Ao 1+t.An\ CMRR)
Terbatas dalam Penguat Tak Membalik
pada kedua Dari (12.20) dapat dilihat hubungan antara voltase masukan dan voltase
Dalam rangkaian penguat tak membalik, voltase bersama keluaran kalau terdapat penguatan yang terbatas dan juga terdapat penguatan
penguatan ber-
masukan bisa berubah cukup Jauh sehingga ada kemungkinan bersama 16. Terlihat bahwa pengaruh dari A6 tidak tergantung besar 16 sendiri
diselidiki dalam pasal ini'
sama bisa mempengaruhi sifat iangkaian. Hal ini akan tetapi tergantung dari besar dari common mode rejection ratio CMRR. Kalal
lagi dalam gambar 12.10.
Skema rangkaian pinguat tak membalik diperlihatkan faktor t.Ap dan CMRR besar dibanding l, maka terdapat penguatan sebesar:
voltase
Ketika uoliur" masukan dari rangkaian ini sebesar Vin, maka terdapat
bersama pada kedua masukan oplA*p sebesar vin juga' Dengan input bersama . I R,+R,
n--- (r2.2r)
ini sebenarnya terdapat voltase keluaran sebesar Vou,: Ac'V,,, tetapi voltase tR.
keluaran ini akan dikurangi oleh umpan balik' Penguatan ini sama besar dengan perhirungan ketika Op-Amp meni-
Besardarikeluaranop.Ampterdapatdari(12.4)denganmemperhati. punyai sifat ideal. CMRR biasanya jauh lebih besar daripada I dan dalam keban-
ke dalam
kan bahwa Vi,t",,n*,, sebesar Vi^ dan dengan menghitung umpan balik yakan situasi bisa diabaikan. Faktor t.AD serilgjuga jauh lebih besar daripada I
masukan op-Amp membalik dari rangkaian seri kedua resistor Rl dan R2. Vdi/J karena penguatan diferensial Op-Amp Ap yang besar sekali.
seperti
akan disebut LV,, dalam perhitungan berikut. Definisi voltase-voltase (Contoh: AD:100 000, l:0.001, berarti terdapat penguatan sebesar
rangkaian kedua resistor
dalam gambar 12.10. Besai umpan balik r terdapat dari I 000, masih terdapat t.AD:lOO. Dengan CMRR: lOa terdapat A:990.198,
dengan definisi sbb.: berarti kesalahan yang timbul sebesar 1%o.)

Silahkan menghitung sendiri pengaruh voltase offset dan arus pada


masukan dengan memakai prinsip seperti dalam pasal di atas.

12.3. Contoh Rangkaian: Generator Fungsi

12.3.1. Prinsip Kerja


Skema rangkaian dalam gambar l2.ll memperlihatkan satu rangkaian
generator fungsi untuk fungsi segitiga dan fungsi persegi. Bagian yang dibutuh-
kan adalah: sumber voltase simetris, yang berarti terdapat voltase positif dan vol-
Gambar l2,l0z Penguat non-inverting tase negatif dengan harga mutlaknya sama besar; dua Op-Amp untuk integrator
dengan Op-AmP.
-il
I

Dasar Elektronika P en suat Op erasiona I (Lan i utan ) 185


184

yang bisa dirangkai dengan integrator. Proses ini berlangsung terus-menerus. Dengan proses melingkar ini
membalik dan untuk Schmitt Trigger; sakelar analog
masuk tidak simetris, tetapi harga terdapat fungsi segitiga pada keluaran integrator membalik dan fungsi persegi
menggunakan dua transistor. ruta., voltase pada keluaran Schmitt Trigger. Kemiringan dari fungsi segitiga ditentukan oleh
mutlakdarivoltasepo,i.iraunnegatifbisadiatursendiri-sendiri,panjangsinyal konstanta integrator dan voltase masukan sesuai dengan (12.22). Kalau voltase
untuk voltase tinggi dan untuk u"oltu'" rendah
dari persegi atau-.waktu untuk
bisa diatur sendiri-sendiri. masukan simetris, maka segitiga akan simetris (kemiringan naik sama dengan
voltase naik dan.rottase-tu*n dalam sinyal segitiga
kemiringan turun), kalau kedua voltase masukan berbeda, maka segitiga akan
dapat dilihat dalam gambar
Prinsip kerja dari generator fungsi ini seperti lebih miring pada satu sisi. Tinggi puncak dari voltase segitiga ditentukan oleh
.n"#tin voltase input yang diteruskan kepada integrator'
l2.ll, sakelar analog voltase switch positif dan voltase switch negatif dari Schmitt Trigger. Pada
Ketikasinyalpada*u..,ku"darisakelar(dalamgambar12'llatas)positif'maka voltase persegi terdapat nilai positifselama fungsi segitiga turun dan nilai negatif
voltase masukan positii
y' dit.rurkun dan diintegrasikan pada integrator. Karena
selama fungsi segitiga naik. Kecepatan voltase segitiga naik/turun tergantung
voltase masuk prda lnteg.ator konstan, maka
intigrator membalik menghasilkan
dari besar voltase masukan negatif/positif. Voltase-voltase keluaran seperti diper-
konstan' di mana kecepatan turun
satu fungsi linear yang hlrun dengan kecepatan lihatkan dalam gambar 12.12. Untuk waktu periode terdapat perhitungan sbb.:
dari voltase keluaran ,"igur*rrf dari konstanta-konstanta integrator dan besar
Dari (12.22) terdapat hubungan antara perubahan voltase keluaran
dari voltase masukan.
integrator LVout integrator dan selang waktu Al:
Vortirt"grnto, - -Kr'!V,r,n,"rnrord't = -Kt'Vrrrn,"n,'o''t
(vout
+Vo'tanol (12'22)
yang pada
gryd =lK,'v,,,,,,r^,o,.1 o a', (12.23)
Sinyal keluaran yang dihasilkan seperti garis tebal 'nsi'ieo)
awalnya turun di sebelah kiri gambar 12'12'
Selama voltase segitiga turun terdapat voltase input pada integrator
Ketikavoltasekeluarandariintegratormembalikmencapaibesaran sebesar l(,*1. Voltase segiiiga turun mulai dari voltase switch positif, 2,,,*,
maka keluaran dari Schmitt
switch negatif, 4,,, , aari rangkaian Schmitt frigger' Keluar-
sampai voltase switch negatif, V,n.,berarti terdapat perubahan voltase keluaran
ingg".uJ.u"rir. a"i t"rrut"i positif menjaal les,ar o"t"1ii^Tqatifnya'
yang tadi memi- integrator, Lvou,ir,"grn,o. sebesar Vrrr* -Vrrr- . Maka terdapat selang waktu 11
persegi
an dari rangkaian s.t"rltt i.igg.. -"*pukan
keluaran
bernilai negatif (V-o.''.puu'' d&l?n untuk voltase turun sebesar:
liki nilai positif aur, ,"[ut*g"6aralih menjadi dari sakelar
inijuga menentukanposisi
gambar 12.12).f.frrut* itt'"titt Trigger vn,* -Vru'- (12.24)
Ir"r"g *n-ggu ,uL.tu.-urulog beriii puta, tiaat lagi memilih voltase positif' ,, =_
Xay;
i"-t-upirrofturJ"negatif untuk riasuk ke ialam integrator membalik. Sebab itu'
mulaidarisaatswitchi*(t...ituvoltasekeluarandariintegratormembalikmen. Selama voltase segitiga naik terdapat voltase input pada integrator
fungsi linear
menghasilkan satu
capai besaran switch..g"f'V"l integratorakan sebesar lVi,l dan perubahan voltase keluaran integrator, A.Vey1ia1"gra1sy, szlrr?
dalam gambat 12'12'ketika
yang naik seperti dit qi;lA; oftf i*it Vour sesitisa naik
Vou,pn,,"si menjadi ,r"guiir Voltase keluu'u" i'itgtutor membalik akan
dari rangkaian.schmitt Trigger'
sampai mencapai be.i.u.t switch positif, V,"!' negatifnya
pada saat itu Schmitt i.*;t beralih dari keluaran positif ke keluaran
negatif untuk
sehingga sakelar u.ruio-g'f,.rutih pula memilih ,oltur" masukan

V out segitiga Vout p"rr"gi i

Gambar 12.12: Voltase keluaran dari rangkaian generator ftrngsi dengan duo
Op-Amp.
Gambar 12.11: Prinsip keria generatorfungsi' I

il
Dasar Elektronika Penguat Operasional (Lani utan) 187
186

rr +l- R3 ,, /1
dengan tadi sebesar Vn"n -V,u: . Maka terdapat selang wakfu 7n2 untuk voltase , sr, - , o", (t2.30)
4.
naik sebesar:
Di mana
(12.25) V,u,-'* , voltase keluaran Op-Amp maksimal negatif atau positif.
Sakelar analog dalam rangkaian ini dibentuk oleh fransistor Tl, T2 dan
resistor R4. Ketika keluaran dari Schmitt Trigger (keluaran dari OA2) tinggi,
Waktu periode 7 sebesar Tt + 72. Untuk frekuensi sinyal/terdapat: transistor T2 tutup dan T1 buka sehingga masukan integrator tersambung dengan
I masukan Vt yang positif. Ketika keluaran dari Schmitt Trigger (keluaran dari
t =- (r2.26)
"T OA2) rendah, transistor Tl tutup danT2 terbuka sehingga masukan integrator
K.v; -
-vn-
v,,,: , vn,: -vru.
Kil tersambung dengan masukan V- yang negatif. Resistivitas dari resistor R4 dipilih
dengan besar resistivitas sedemikian hingga arus yang mengalir dalam resistor
ini lebih besar daripada arus yang mengalir dalam masukan integrator. Berarti
Dari (12.26) terdapat frekuensi ketika voltase input simetris, berarti
ketika keluaran Schmitt Trigger positif ada arus yang masuk ke dalam basis Tl
V ,+ : lV ,-l: Vin:
dan arus basis itu lebih besar daripada arus yang keluar dari emitor. Dalam
,-- K, .u. (12.27) situasi ini voltase pada basis akan lebih besar daripada voltase pada kolektor
' z.(t *: -r," ) '' sehingga sambungan pn antara basis dan kolektor dibias maju dan ada arus yang
mengalir dari basis ke kolektor dan dari situ masuk ke dalam sumber voltase
Dari (12.27) dapat dilihat bahwa frekuensi berbanding lurus dengan yang tersambung dengan masukan V*. Jadi sumber voltase itu harus mempunyai
voltase masuk dari rangkaian. Faktor pengalihan ditentukan oleh konstanta K1 kemampuan unfuk menyerap arus. Situasi dengan transistor T2 dan masukan V-
dari integrator dan voltase-voltase switch. sama ketika keluaran Schmitt Trigger negatif, hanya arus dan voltasenya terba-
lik.
12.3.2. Implementasi Rangkaian Generator Fungsi Kalau frekuensi yang diatur dengan generator fungsi ini besar, maka ada
l2.ll bisa dirangkai sifat tak ideal dari Op-Amp yang mempengaruhi hasil fungsi yang didapatkan.
Rangkaian sesuai dengan prinsip dalam gambar
Keluaran dari Op-Amp OA2 seharusnya langsung berubah dari keluaran voltase
dengan n1.rrrukui rangkaian Op-Amp untuk integrator dan Schmitt Trigger dan
positif menjadi negatif ketika masukan sudah mencapai voltase switch sehingga
denlan dua transistor sebagai sakelar analog. Skema rangkaian yang didapatkan
masukan integrator langsung berubah. Tetapi voltase keluaran dari Op-Amp ber-
seperti dalam gambar 12.13.
ubah dengan kecepatan yang terbatas sesuai dengan slew rate-nya. Oleh sebab
Dalam rangkaian tersebut integrator dibentuk dengan Op-Amp OAl, itu persegi mempunyai sisi yang miring. Karena fungsi persegi berubah dalam
resistor Rl dan kondensator C. Pada rangkaian integrator ini terdapat hubungan
antara voltase masukan dan voltase keluaran seperti dibicarakan dalam pasal
"Dasar mengenai Penguat Operasional (Operational Amplifier)" :

(12.28)
,*, =_*,!v,,,dt

Jadi konstanta K1 dari (12.22)sebesar: f , =;z (12.2e)

Schmitt Trigger didapatkan dari op-Amp oA2 dan kedua resistor R2


dan R3. Rangkaian S-chml6 Trigger seperti ini juga telah dibicarakan dalam pasal
"Dasar mengenai Penguat Operasional (Operational Amplifier)". Disitu terdapat
voltase switch sebesar:
I
Gambar 12.13: Implementasi rangkoian generator fungsi
r88 Dasar Elektronika

waktu yang terbatas, maka perubahan voltase masukan dari integrator juga tidak
terjadi seketika. Maka perubahan kemiringan keluaran integrator dari garis naik 13
menjadi garis turun memerlukan waktu sehingga ujung atas dan ujung bawah
dari fungsi segitiga tidak tajan! tetapi membelok membentuk kurva. Karena
adanya waktu pengalihan ini, waktu periode menjadi lebih besar daripada waktu
Transistor Efek Medan
yang dihitung dalam (12.24) dan (12.25). Kalau waktu periode dari fungsi yang
dibentuk lebih besar dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan Op-Amp OA2
untuk berubah dari keluaran positif ke negatif dan terbalik, maka sifat tidak ideal
ini bisa diabaikan. Kalau waktu periode yang mau didapatkan mendekati waktu
pengalihan tersebut, maka perlu Op-Amp dengan slew rate yang lebih besar.

13.1. Arti FET (Field Effect Transistor)


FET adalah satu komponen semikonduktor di mana fungsi komponen
tidak ditentukan oleh persambungan pn seperti dalam transistor biasa, tetapi satu
saluran dari semikonduktor n saja atau satu saluran dari semikonduktor p saja
yang menentukan sifat komponen. Berarti hanya terdapat satu jenis pembawa
muatan mayoritas. oleh sebab itu FET juga disebut sebagai transistor unipolar.
Sifat dari saluran arus tersebut tidak dikendalikan oleh arus, tetapi oleh satu
medan listrik. Karena yang mengendalikan FET adalah medan listrik dan bukan
arus, maka pada sambungan pengendalian (dalam transistor biasa yang dibentuk
oleh basis) tidak ada arus, tetapi hanya dibutuhkan voltase tertentu.
Supaya tidak ada arus yang mengalir pada sambungan pengendali maka
sambungan tersebut harus diisolasi terhadap saluran arus. Terdapat tiga jenis
isolasi, yaitu isolasi oleh sambungan pn yang dibias balik, isolasi oleh isolator
(paling sering oksida logam) dan isolasi oleh sambungan logam semikonduktor
-
yang dibias balik12. Oleh sebab itu terdapat tiga jenis FET yang umumnya dipa-
kai, yaitu: JFET, MOSFET, dan MeSFET. Dalam JFET (Junctior FET) terdapat
isolasi oleh sambungan pn (junction) dan dalam MOSFET (Metal-oxitre-semi-
conductor FET) terdapat isolasi oleh oksida logam. Sedangkan dalam MeSFET
(Metal-semiconductor FET) terdapat isolasi oleh sambungan semikonduktor
logam.
Pertama akan dibicarakan JFET yang mana sambungan pengendali
terisolasi dari saluran arus dengan memakai sambungan pn yang dibias balik.

Sambungan antara logam dan semikonduktor memiliki sifat yang mirip dengan sambungan pn.
Dengan sambungan tersebut terdapatjuga sejenis dioda, yaitu dioda Schottky.
i

*l
il 10n
190 Dasar Elektronika Transistor Efek Medan 191

13.2. JFET Saluran n

13.2.1. Bangun JFET Saluran n


Prinsip bangun dari JFET seperti diperlihatkan dalam gambar 13.1. Ada
dua jenis JFEI yaitu JFET saluran n dan JFET saluran p. Dalam contoh ini akan
dibicarakan JFET saluran n. Dalam JFET saluran n terdapat satu bahan semikon-
duktor n yang membentuk saluran arus antara kedua sambungan pada ujungnya.
Kedua sambungan ini disebut dengan drain (D) atau pengosongan dan source (S)
atau sumber. Di samping balok saluran n dibentuk dua daerah semikonduktor p*. Gambar 13.2:, Transistor JFET
Semikonduktor p* adalah semikonduktor p dengan konsentrasi atom asing yang saluran n kalau ada voltase Yes.
tinggi, sehingga terdapat banyak pembawa muatan positif (maka dinamakan p*).
Kedua daerah semikonduktor p* tersambung dan membentuk sambungan
sambungan drain akan lebih besar daripada voltase yang dekat dengan sambung-
keluaran yang disebut sebagai gate (G) atau gerbang. Antara semikonduktor p
afl source. Maka dekat dengan drain daerah pengosongan akan lebih lebar
dan semikonduktor n terdapat daerah pengosongan di mana tidak ada pembawa
daripada dekat dengan source. Terdapat situasi seperti diperlihatkan dalam gam-
muatan. Karena konsentrasi atom asing dalam semikonduktor p* jauh lebih
bar 13.2. Karena daerah pengosongan melebar sesuai dengan bertambahnya vol-
tinggi daripada yang terdapat dalam semikonduktor n, maka daerah pengosongan
tase gate-source, maka lebar dari saluran n akan berkurang sehingga resisitivitas
lebih jauh masuk ke dalam daerah semikonduktor n. Besar arus yang mengalir
saluran n bertambah besar.
dari drain ke source ditentukan oleh resistivitas dari saluran n yang terdapat
antara kedua daerah pengosongan di samping saluran. Resistivitas tersebut Kalau voltase antara drain dan gate semakin besar, berarti potensial di
tergantung dari konsentrasi pembawa muatan n dandari ukuran saluran (panjang, gate semakit kecil atau potensial di drain semakin besar, maka daerah pengo-
lebar dan tinggi saluran n). songan semakin lebar sampai kedua daerah pengosongan di atas dan di bawah
saling menyentuh. Dalam situasi ini saluran n mesti hilang dan tidak lagi ada
Dalam pengoperasian FET saluran n, drain disambungkan positif terha-
arus yang mengalir dari drain ke source tetapi saluran n tidak bisa hilang secara
dap source, sehingga elektron akan masuk ke dalam saluran dari source dan ke-
penuh, namun masih tetap terdapat satu saluran sempit. Dalam saluran sempit
luar dari drain. Gate disambungkan dengan voltase negatif terhadap source
tersebut hanya tinggal beberapa muatan yang bisa bergerak dan muatan tersebut
sehingga sambungan pn antara gate dan saluran n dibias balik. Ketika sambung-
bergerak pada saluran itu dengan kecepatan tinggi yang didapatkan karena ada-
an pn tersebut dibias balik, lebar daerah pengosongan akan bertambah. Lebarnya
nya medan listrik yang besar di daerah itu. Daerah di mana saluran n hampir
akan tergantung dari voltase antara daerah semikonduktor p* dan daerah semi-
hilang disebut sebagai daerah "pinch-off'. Panjang daerah pinch-offtergantung
konduktor n. Semakin besar voltase, semakin lebar daerah pengosongan. Karena
dari voltase gate-source dan hanya sedikit tergantung dari voltase drain-source.
drain positif terhadap source, maka voltase antara semikonduktor n dekat dengan
Arus yang mengalir ditentukan oleh resistivitas dalam daerah saluran n yang

Gambar 13.32 Transistor JFET


Gambar l3.l: Transistor JFET dengan vo ltas e drain-source,
saluran n. Vos > Vr.

tl
t92 Dasar Elektronika Trgl;!;tor Efek Medan 193

berada di luar daerah pinch-off. Karena pada voltase gate-source yang konstan,
bentuk dan panjang dari daerah itu konstan danjuga voltase yang terdapat di situ
konstan (perubahan voltase drain-source mengubahkan voltase pada daerah
pinch-off, tetapi tidak mengubahkan voltase di luarnya), maka arus yang menga-
lir hampir konstan. Kalau voltase antara gate dan source bertambah besar, maka
jumlah muatan yang terdapat dalam saluran yang tinggal pada daerah pinch-off
semakin berkurang sehingga medan listrik dan voltase di situ semakin bertam-
bah, voltase di luar daerah pinch-offberkurang dan arus juga akan berkurang.
Jadi sifat FET adalah sbb.: Ketika voltase drain-source kecil dan voltase
gate-source kecil juga, belum terjadi pinch-off sehingga sifat FET ditentukan
oleh saluran n dengan bentuk geometris tertentu. Karena bentuk geometris dari
saluran n tetap, maka terdapat resistivitas tetap antara drain dan source. Hal ini
berarti arus 1p yang mengalir ke dalam drain sebanding dengan voltase Zp5
antara drain dan source. Ketika voltase drain-source atau voltase gate-source
bertambah dan terjadi pinch-off, arus 1p dari drain ke source akan hampir 8 9 l0 VosN
konstan terhadap perubahan voltase drain-source Vps. Tetapi hanya akan
tergantung dari besar voltase V6s ar,ttara source dan gate, di mana gate harus Gambar 13.42 Grafik output dori JFET saluran n.
negatif terhadap source.

menjadi nol pada satu nilai V6s yang disebut sebagai voltase pinch-off. Mengapa
13.2.2. Grafik Keluaran JFET terjadi seperti ini sudah jelas dari penjelasan mengenai fungsi dari JFET dalam
Dalam gambar 13.4 diperlihatkan hubungan antara arus drain lp dan pasal sebelumnya.
voltase drain-source Vps yang secara khas didapatkan dari FET. (Data dalam Dalam daerah saturasi arus drain 1p tergantung dari voltase V5s antara
grafik ini hanya sebagai contoh - data untuk transistor tertentu perlu dicari dari gate dan source, di mana pada V65:0 terdapat arus drain yang maksimal, lpnu
buku data.) Grafik ini disebut sebagai grafik output FET. Grafik ini mirip dengan (arus drain saturasi atau drain saturation current). Ketika harga mutlak dari
grafik output dari transistor bipolar. Pada voltase drain-source yang kecil arus
naik dengan cepat dengan kenaikan 225 sampai nilai arus tertentu, kemudian arus
menjadi hampir konstan dan hanya naik sedikit ketika Vps semakin besar. Daerah
dalam grafik di mana 1p konstan disebut daerah saturasi. Daerah saturasi pada
FET mulai pada voltase Vp5 yang lebih tinggi daripada voltase Y6s pada
transistor bipolar yang mana daerah aktif transistor tercapai. Voltase di mana
daerah saturasi mulai disebut sebagai threshold voltage V7. Besar dari threshold
voltage V7 terganttng dari voltase yGS attara gate dan source. Threshold voltage
ini merupakan voltase di mana pinch off mulai terjadi. Ketika lZ65l semakin
besar, V7 semakin kecil. Terdapat hubungan sbb.:
Vr =Vcs-Vo=lVrl-lVcsl (r3. l)
di mana
V, : Yoltase pinch-ffi yaitu voltase g(tte-source di mana arus drain
menjadi nol (kecuali adanya arus bocor yang kecil). Gambar 13.5: Hubungan antora arus drain dan
Besar dari voltase arfiara gate dan source menentukan besar arus drain voltase gate-source.
-, 1 -l
dalam daerah saturasi. Kalau voltase V65 dari gate ke source semakin kecil, ber-
arti harga mutlaknya semakin besar, arus drain akan berkurang sampai arus drain
t94 Dasar Elektronika Transistor Efek Medan 195

voltase V6s antara gate dan source bertambah besar, arus drain akan berkurang. Dalam gambar 13.6 diperlihatkan grafik dari data sebuah JFET sebagai
Terdapat hubungan antara Ip dan I/65 sbb.: contoh. Batas-batas toleransi untuk arus drain terhadap voltase gate-source pada
FET ini diperlihatkan oleh garis putus-putus dalam bagian kiri grafik tersebut.
t Dari penjelasan di atas bisa dilihat bahwa fungsi dari FET mirip dengan
Io=Ioo,,{r-?) (13.2) fungsi transistor bipolar. Pada transistor bipolar arus kolektor dikendalikan oleh
\Yp ) voltase basis-emitor, sedang pada FET arus drain dikendalikan oleh voltase gate-
source. Karena grafik output mirip, maka cara memakai FET juga mirip dengan
Hubungan antara Ip dan V6s ini seperti diperlihatkan dalam gambar cara memakai transistor bipolar. Oleh sebab itu besaran yang dipakai untuk tran-
13.5. Grafik hubungan attara Ip dan I/6s disebut sebagai lengkung transkonduk- sistor bipolar juga dipakai untuk FET.
tansi. Dari persamaan (13.2) kelihatan 1p menjadi nol ketika Vcs: Vp. Tetapi hal Transkonduktivitas untuk FET disebut g. dan terdefinisi sbb.:
ini hanya merupakan suatu pendekatan. Arus drain tidakakan menjadi nol persis,
tetapi persamaan ini berlaku untuk arus drain yang agak besar saja. Kalau nilai dI"
6m (13.4)
dari Vo yang berlaku dalam persamaan (13.2) mau ditentukan dari hasil dvo,
pengukuran, maka Ip terhadap 265 perlu diukur dan 1[to digambar terhadap Seperti pada transistor bipolaq transkonduktivitas ini menunjukkan hu-
bungan antara perubahan arus drain yang kecil terhadap perubahan kecil voltase
Z65.Untuk ,[to terdapathubunganlineardengan Z65sepertidilihatdari(13.2):
gate-source. Berarti merupakan suatu konduktivitas diferensial yang dipakai
untuk voltase AC dengan amplirudo kecil. Dari (13.4) langsung terdapat peru-
ro=rouu(r-?)' +,[t, = *(r -e") bahan arus drain dari perubahan voltase gate-source:
t/P)
\ (r 3.3) dlp=g..dV6s ( 13.5)

'rp =-+ vcsrJG;


e,[r, Besar dari transkonduktivitas ini didapatkan dari def,rnisi dalam (13.4)
danhubungan antara arus drain dengan voltase gate-source dalam(13.2):
Kemudian Vo didapatkan dari interpolasi bagian linear dalam grafik
tersebut sampai ke nilai arus : ,_ =dto =2.t^
bm f,_rc")[_r)
dVo, - '""'['
^12 0.
tr, )l Y, )

ve .-ff=17V^-',,1
I prn,.. yGS
_ -2. I pr,,,
:21_r2. oo,, I

( 13.6)
=2{;
lVrl {;(ffi-')
2
6m Ioro,'Io
lV, I

Sebagai contoh transkonduktivitas atau kemiringan dari FET dihitung


untuk arus drain sebesar 1o: 5mA dengan transistor yang memiliki arus drain
4
maksimal sebesar 12,.1 : lOmA dan voltase p inch-off sebesar Vo: 5V. Dari ( 13.6)
terdapat:
2

0 8. =2.83+
r/o(v)5 4 3 2 I 0 2 4 6 8 10 ZD(V)15
Gambar 13.62 Sebelah kanan grafik output dari sebuah contoh transistor FET,
dan sebelah kiri hubungan antara arus drain dan voltase gate-soutce dari
transistor tersebut. Garis penuh merupakan sifat yang biasanya dimiliki oleh ti
196 Dasar Elektronika

Sebagai perbandingan transkonduktivitas atau kemiringan untuk transis- panah. Pada JFET saluran n sambungan pn dibias balik untuk voltase gate yar,g
tor bipolar dengan arus kolektor sebesar arus drain dalam contoh FET dihitung negatil sehingga panah menuju ke arah saluran drain source. Dalam JFET
juga:
saluran p saluran arus antara drain dan sotffce dibentuk oleh semikonduktor p
dl l 5mA ^^mA dan gate dibentuk oleh lapisan semikonduktor n, sehingga arah dioda antara
ar dlee=--l-=
Vr 25mV= 'rlrl- V saluran drain source dan gate terbalik dibanding dengan JFET saluran n. Maka
untuk JFET saluran p arah panah dalam lambang terbalik dengan arah panah
Dari contoh ini dapat dilihat bahwa besar transkonduktivitas atau kemi- dalam JFET saluran n,
ringan jauh lebih besar untuk transistor bipolar daripada FET. Sebab itu penguat-
an dari penguat memakai transistor bipolar menjadi jauh lebih besar daripada
,-l
t-h .-l
penguatan dalam rangkaian penguat FET.
Resistivitas drain-source rp5 menunjukkan kemiringan dari grafik out-
put di daerah saturasi. Definisinya sbb.: Gambar 13.7: Lambang JFET saluran n di sebelah
dv^"
kii dan JFET saluran p di sebelah kanan.
,rs = (13.1)
d; I'Gs =konst
13.2.4. Rangkaian Penguat dengan JFET
Dari rps hubungan antara arus drain dan voltase drain-source dilihat:

dlo =J--6yo" (13.8) 13.2.4.1. Rangkaian Source (Rangkaian Dasar)


los
Rangkaian source dengan FET sama dengan rangkaian emitor pada
transistor bipolar, sehingga hasil untuk penguatan, resistivitas input dan resistivi-
Besar rp5 didapatkan: ,o, =
*6il =:P
.rrl ,Drn, +
lrD
tas output, juga sama. Rangkaian source dengan FET diperlihatkan dalam skema
rangkaian gambar 13.8. Untuk penguatan terdapat hasil sbb.:
Di mana p merupakan penguatan maksimal dari FET dan terdefinisi Penguatan voltase:
dengan cara yang sama dengan penguatan maksimal p pada transistor bipolar.
Besarnya p untuk FET adalah:
vor, = ip'Rp
]
: io = g..vcs = gr.vn )
p 50...300
Berarti nilai p untuk FET jauh lebih kecil daripada nilai p untuk ) vout = g^ - Ro.r,r) (r3. l0)
transistor bipolar. ,r I - A= g-'Ro
Dari (13.5) dan (13.8) terdapat perubahan arus drain secara keseluruh- ^:-vo*
,- )
an: Persamaan (13.10) menunjukkan penguatan yang didapatkan, tetapi
belum memperhatikan bahwa voltase drain-source vp5 berubah ketika voltaie
dlo=8.-dvor+J-.dVo, (13.e)
ros

13.2.3. Lambang JFET


Lambang JFET saluran n dan saluran p yang biasanya dipakai dalam
skema rangkaian elektronik seperti terlihat dalam gambar 13.7. Karena sambung-
an antara drain dan source dalam FET merupakan sarnbungan langsung, maka
dalam lambang juga digambar seperti sambungan langsung. Untuk JFET antara Gambar 13.8: Rangkaian penguat yang sederhana
sambungan drain source dan gate terdapat sambungan pn yang digambar sebagai I

dengan memakai JFET saluran n dalam rangkaian


cornmon source.
198 Dasar Elektronika Transistor Efek Medan 199

Gambar 13.92 Rangkaian ekuivalen AC


untuk pengual common source dengan
FET.
Gambar 13.10: Mengatur titik kerja
dengan resistor source R5.

keluaran berubah sehingga terdapat perubahan arus drain dari perubahan voltase
mengatur besarnya voltase v6s antara gate dan source. Satu cara untuk mengatur
keluaran. Kalau perubahan arus drain tetsebtt diperhatikan, maka resistivitas voltase tersebut didapatkan dengan menyambungkan gate ke GND melalui satu
dari resistor Rp dalam pelsamaan (13.10) perlu diganti dengan resistivitas dari resistor gate Rq seperti diperlihatkan dalam skema rangkaian gambar 13.10.
rangkaian paralel dengan Rp dan resistivitas drain-source rps dari FET. Karena
Karena arus yang mengalir dari gate FET sangat kecil, maka voltase pada
itu terdapat penguatan: resistor gale R6 hampir nol, berarti potensial gate menjadi nol. Untuk mendapat-
A= g..(n, ll .", ) (13.1 1 ) kan v55 yang negatif potensial pada source perlu diatur positif terhadap GND.
Hal ini bisa didapatkan dengan resistor R5 pada source. Resistor R5 berfungsi
Hasil ini mudah dimengerti dengan rangkaian ekuivalen AC seperti
sebagai resistor umpan balik seperti resistor emitor dalam rangkaian common
diperlihatkan dalam gambar 13.9. Rangkaian ekuivalen AC ini sama dengan emitor dengan transistor bipolar dan menolong supaya pengaturan titik kerja
rangkaian ekuivalen AC dari penguat common emitor dengan transistor bipolar.
stabil. Besar resistivitas dari resistor R5 terdapat dari arus drain (: arus source)
Pada input dari FET terdapat resistivitas gate-source antara gate dan source. yang dikehendaki dan voltase gote-source pada arus tersebut. Hubungan antara
Besar resistivitas ini memang sangat tinggi dan untuk kebanyakan rangkaian bisa
ants drain dan voltase gate-source terdapat dari data FET dan bisa dihitung
dinyatakan tak berhingga. Antara drain dan source terdapat sumber arus konstan,
dengan (13.2) atau diambil dari grafik.Ip terhadap v6s. Karena voltase gate-
di mana sumber arus ini dikendalikan oleh voltase antara gate dan source (v6s). source pada FET berubah cukup jauh ketika arus drain berubah, maka besar
Karena FET merupakan sumber arus konstan, maka rangkaian ekuivalen Norton voltase vGS tidak bisa dianggap konstan saja seperti besar vs6 dari transistor
paling cocok untuk menggambarkan sifat dari rangkaian ini. Dalam rangkaian
bipolar.
irite, Norton sumber arus konstan dirangkai paralel dengan resistivitas
"k
dalam dari sumber daya listrik. Resistivitas dalam tersebut terdapat sebagai resis- Misalnya dipakai FET dengan data seperti dalam contoh gambar 13.6
tivitas clrain-source (rp5). Dalam rangkaian ekuivalen AC, RD dirangkai paralel dan arus drain diingirJ..an sebesar kira-kira 3mA, maka dari grafik lengkung
dengan rp5, sehingga terdapat rangkaian ekuivalen AC seperti dalam gambar transkonduktansi dalam gambar 13.6 terdapat voltase gate-source sebesar
=l.gv
13.9.
sehingga resistivitas dari resistor source harus sebesar O" 8 t
" = 3mA = 600a
ini: r'n : rGS = @
.
(13.r2) ''
Resistivitas input dari rangkaian
Fungsi kondensator C5 |ang dirangkai paralel dengan resistor source
Resistivitas output dari rangkaian ini: r*,: Rrllrps (13'13)
sama dengan kondensator cs dalam rangkaian emitor dengan transistor bipolar,
yaifu supaya arus AC tersambung langsung dengan GND dan resistor source
berfungsi hanya untuk voltase DC yang mengatur titik kerja.
13.2.4.2. Pengaturan Titik Kerja pada Rangkaian Source
Seperti dalam rangkaian penguat dengan transistor bipolar, titik kerja
Karena toleransi untuk arus drain sattrasi lpur, berarti arus drain
juga perlu diatur dalam rangkaian penguat yang memakai FET. Mengatur titik maksimal, dan untuk voltase pinch-offpada FET besar, maka rancangan rangkai-
an dipersulit" Kalau garis lengkungan transkonduktansi (hubungan antara Ip dan
kerja berarti mengatur voltase keluaran DC yang didapatkan antara sambungan
265) bergeser jauh sampai garis putus-putus dalam gambar 13.6, maka arus drain
clriin dan GND. Untuk mengatur voltase tersebut, arus drain perlu diatur pada
akan berubah jauh. Dalam gambar 13.11, satu contoh untuk lengkungan trans-
besar arus tert€ntu sehingga terdapat besar voltase Vno G Ip'R)) pada resistor
konduktansi minimum dan maksimum digambar bersama dengan hubungan
clrain rjrtertu. Mengatur besar arus drain ya'ng tertentu bisa dilakukan dengan
Tiansistor Efek Medan 201
200 Dasar Elektronika

+30v

2oko 8,2kO
:i\ +l0v ++22,4Y
i rltit teria
Gambar l3.ll: Iitik kerja akan berubah
kalau lengkung transkonduktansi FET
berubah, berarti untuk transistor lain dsri +-+9,3V
model yang sama terdapat titik keria yang
-2 Ycs o lokf)
berbeda.

Gambar 13.13; Pengaturan titik kerja pada rangkaian penguat dengan


memakai sumber arus konstan sebagai pengganti resistor source. Sebelah kiri
secara umum, sebelah kanan satu contoh.

seperti dalam gambar 13.12. Dengan memakai sumber arus konstan sebagai re-
sistor sozrce, voltase gate-source berubah sehingga ants drain tetap sama kalau
Gambar l3.l2t Mengatur titik keria lengkung transkonduktansi FET lain. Rangkaian dengan sumber arus konstan
dengan sumber arus sebagai pengganti sebagai pengganti resistor source seperti dalam gambar 13.13. Satu cara lain
-6 -4 -2 Ycs o
resistor source. untuk mendapatkan garis resistor source yang lebih mendatar dengan arus drain
yang sama terdapat dengan memakai voltase negatif pada resistor source atau
dengan mengatur besar potensial gate yang lebih tinggi dari GND. Dengan cara
antara arus dan voltaSe pada resistor source. HubUngan antara arus dan voltaSe ini resistivitas dari resistor source menjadi lebih besar. Tetapi dengan mengatur
pada resistor source selanjutnya disebutkan sebagai garis resistor source. Garis potensial gate lebth tinggi akan mengurangi daerah kerja pada voltase keluaran
resistor source ini terdapat dari hukum Ohm dan hukum-hukum Kirchhoff sbb': AC.

';:*#,^kvo::-ro & (r3. 14)


13.2.5. FET Sebagai Resistor dengan Resistivitas yang Bisa Diatur
Pada perpotongan antara garis resistor source dan lengkungan transkon-
Ketika voltase drain-source masih kecil, maka FET tidak berfrmgsi
sebagai sumber arus. Fungsi FET menjadi seperti sebuah resistor, di mana besar
duktansi teraapai titik kerja. Kalau lengkung transkondultansi berbeda-beda
untuk FET yang lain, maka arus drain meniadi berbeda dan besar voltase output resistivitasnya tergantung dari besar voltase gate-source Y6s. Dalam gambar
13.14 diperlihatkan grafik ouput FET unruk voltase kecil. Dari situ kelihatan
DC akan berbeda juga. Supaya perubahan ini berkurang peilu mencari konstruksi
sehingga garis resislor source lebih mendatar sehingga perubahan arts drain bahwa hubungan antara arus drain dan voltase clrain-source hampir linear untuk
voltase kecil. Kalau voltase kecil FET bisa juga dipakai pada arah terbalik, ber-
lebih-leci'i ketika lengkungan transkonduktansi berbeda. Dcngan resistivitas
yang lebih besar maka garis resistor menjadi lebih mendatar, tetapi ants drain arti dengan voltase clrain-source Vpsdananss drain Ipyang negatif
ieUif, kecil juga. Untuk mendapatkan garis mendatar pada arus yang cukup besar
perlu sumbeiarus sebagai resistor source sehingga resistivitas. diferensial besar
ian terdapat besar arus iertentu. Garis resistor source dari sumber arus kira-kira
202 Dasar Elektt'onika Transistor Efek Medan 203

1o (mA) or0V 13.3. Bangun dari JFET dan MeSFET Secara Praktis
-o5 FET sering dibuat dalam benitkplanar seperti yang biasa dipakai untuk
-1,0 IC. Dalam sistem bangun yang planar, selain membuat FET-FET masing-masing
-1,5 sendiri, banyak FET bisa dibuat di atas satu kristal semikonduktor. Berarti FET
2,0 bisa dipakai dalam IC yang menggunakan banyak komponen. Arti dari kata pla-
nar adalah mendatar. Dalam struktur planar satu bahan semikonduktor dengan
1 Vns{Y\ atom asing tertentu dipakai sebagai dasar dari komponen-komponen. Misalnya
-4 dalam gambar 13.16 terdapat semikonduktor p dengan konsentrasi atom asing
yang rendah sebagai bahan dasar.l3 Bahan dasar tersebut diberi satu lapisan
-6
dengan atom asing yang kelebihan elektron sehingga terdapat semikonduktor n.
-8
Kemudian struktur komponen diperoleh dengan memberikan doping sesuai
kebutuhan untuk komponen tersebut. Dalam contoh gambar tersebut diberikan
Gambar l3.l4z Pada voltase drain-source ya ng kecil hubwtgan antara arus
doping nn dan doping p* untuk mendapatkan drain, source dan gate. Di atas
drain dan voltase drain-source hantpir linear sehingga FET merupakan resistor
semikonduktor dipasang logam untuk menyambungkan bagian komponen keluar.
dengan resistivitas yang bisa diatur.
Gambar sebelah kiri dalam gambar 13.16 adalah satu JFET saluran n. Saluran
terdapat antara daerah dengan doping pt dan bahan dasar yang mempunyai do-
ping p. Daerah dengan doping pt merupakafl gate. Antara semikonduktor n dan
bahan dasar semikonduktor p terdapat sambungan pn yang selalu dibias balik
L3,2.6. SumberArus dengan FET
dalam pengoperasian komponen sehingga sambungan pn ini merupakan isolasi
FET bisa dirangkai sebagai rangkaian arus konstan seperti transistor antara komponen dan bahan dasar. Doping n dengan konsentrasi tinggi pada
bipolar. Dalam gambar 13.15. diperlihatkan dua rangkaian arus konstan. Rang- drain dan source (n*) membuat kontak antara semikonduktor dan sambungan
kaian sebelah kanan dalam gambar tersebut sama dengan rangkaian arus konstan logam lebih baik. Dalam gambar 13.16 sebelah kanan diperlihatkan satu MeS-
yang telah dijelaskan sebagai rangkaian arus konstan untuk transistor bipolar. FET saluran n dalam struknar planar.DalamMeSFET sambungan gate dibentuk
Rangkaian sebelah kiri memanfaatkan voltase gate'source yang negatif, sehingga oleh satu sambungan logam yang langsung tersambung di atas semikonduktor n.
dengan memakai satu resistor source saja sudah terdapat sumber arus konstan.
Rangkaian ini hanya mempunyai dua sambungan dan bisa dipasang di mana saja
dalam suatu rangkaian besar. Resistivitas dalam dari kedua rangkaian sumber
arus ini sebesar:
ra=tos(l*g,&) (13.1s)

Gambar 13.16: FET saluran n sebagai JFET planar sebelah kiri. MeSFET
dalam bentuk planar sebelah kanan.

Gambar 13.15: Dtta jenis sumber arus


l3 Dalam gambar konsentrasi rendah ditunjukkan dengan tanda":'di sebelah kanan atas dari
yang bisa dirangkai dengan JFET
hurufyang menunjukkan jenis doping. Jadi semikonduktor p tersebut dinyatakan dengan simbol
p-. Konsentrasi tinggi ditunjukkan dengan1snd3 "+" pada posisi yang sama. Berarti
semikonduktor p dengan konsentrasi tinggi ditunjukkan dengan simbol p*.

,l
1t
Dasar Elektronika Transistor Efek Medan 205
204

Sambungan ini disebut sebagai kontak Schottky dan mempunyai sifat yang
hampir sama dengan sambungan Pn.
,_1
K-
13.4. MIS-FET .;l
Dalam Mos-FET terdapat satu saluran semikonduktor seperti pada Gambar 13.18: Lambang untuk enhancement MOSFET.
JFE! tetapi tidak ada sambungan pn. Sambungal gate terisolasi dari saluran
muatan oleh satu isolator, sebab itu FET ini disebut sebagai Metal Isolator Semi- semakin berkurang. Kalau voltase gate-source cukup besar, maka muatan bebas
concluctor f'Ef (MISFET). Sering satu oksida dipakai sebagai isolator sehingga dalam seluruh saluran n hilang sehingga terjadi pinch-off seperti yang terdapat
terdapat Meral Oxide Semicontluctor FET (MOSFET). Dalam contoh gambar pada JFET. Jadi fungsi dari MOSFET hampir sama dengan fungsi dari JFET.
13.li sebelah kiri diperlihatkan MOSFET saluran n. Sambungan gate dan sam- Tetapi kalau MOSFET diberi voltase positif dari gate ke soltrce, maka tetap tidak
bungan r/rain dibentuk dengan bahan semikonduktor n* seperti pada JFET. timbul arus pada sambungan gate. Detgan voltase positif antara gate dan source
Saluran n terisolasi dari bahan dasar semikonduktor p dengan sambungan pn terdapat muatan positifpada sisi logam dari kondensator gate dan muatan negatif
yang dibias balik. Kontak logam pada gate dan saluran n dengan isolasi di pada sisi saluran n. Berarti jurnlah muatan dalam saluran n bertambah dan arus
antaianya membentuk satu kondensator. Kalau pada gate terdapat voltase negatif yang mengalir antara drain dan source bisa menjadi lebih besar. Karena
terhadap source, maka pada logam terdapat muatan negatif dan pada sahuan n MOSFET bisa dipakai dengan voltase positif, maka grafik arus drain terhadap
yang merupakan sisi kedua dari kondensator, timbul muatan positif. Muatan voltase gate-source tidak berhenti pada voltase nol, tetapi diteruskan ke daerah
jumlah elektron sehingga ada lebih
iosl=tif ini didapatkan dari berkurangnya voltase positif.
tanyak muatan positif dari inti-inti. Dekat dengan isolasi akdn terdapat daerah
Lambang MOSFET saluran n dalam skema rangkaian diperlihatkan
yung *u.tu semua elektron bebas hilang. Dalam saluran n ini elektron merupakan
dalam gambar 13.17 sebelah kanan. Dalam MOSFET ini terdapat pembawa
*utu, bebas yang bisa membawa arus. Dengan berkurangnya atau hilangnya muatan dalam saluran ketika tidak ada voltase pada gate dan dalam pemakaian
elektron maka terdapat daerah dengan lebih sedikit atau bahkan tanpa muatan biasa jumlah muatan dalam saluran dikurangi dengan memberikan voltase pada
dekat dengan logam samburrgarl gate. Oleh sebab itu arus akan berkurang. Kalau gate. Oleh sebab itu MOSFET ini disebut sebagai depletion MOSFET. Arti dari
voltase teisebut tambah besar, maka daerah tanpa muatan semakin besar dan
depletion adalah penghilangan. Jadi bisa juga disebut MOSFET penghilanganl4,
saluran n yang bisa membawa arus semakin sempit sehingga arus yang mengalir
karena pembawa muatan dalam saluran n dihilangkan oleh voltase gate-source.
Satu versi MOSFET lain didapatkan apabila tidak memakai saluran n.
Kalau tidak ada saluran n, dengan tanpa adanya voltase antara gate dan source
maka tidak ada muatan bebas yang bisa membawa arus antara drain dan source.
Baru dengan adanya voltase positif arl/tara gate dan source maka akan terdapat
si-02 muatan bebas di bawah logam sambungan gate. Muatan bebas ini merupakan
satu saluran antara drain dan source di mana arus bisa mengalir. Dalam MOS-
FET asli tidak ada muatan bebas dalam saluran, tetapi dengan memberikan volta-
I ],1rffiH1ilil@iiliil'ffiiil
l{ffitJ -rl:.iffi.l_/
i se gate-source muatan bebas ditambahkan. Sebab itu MOSFET seperti ini
disebut sebagai enhancement MOSFET atau bisa juga disebut sebagai MOSFET
itt---ttt u---' penambahanls. Karena dalam keadaan dasar arus tidak mengalir dalam MOS-
Bahan dasar Si-p FET ini, maka saluran dalam lambang digambar secara terputus seperti diperli-
hatkan dalam gambar 13. 18.

Gambar l3.l7z Bangun MOSFET dalam bentukplanat (datar) dan lambang 14 Kata ini tidak biasa dipakai.
MOSFET dalam skema rangkaian' l5 Kata ini tidak biasa dipakai.
r.+ €a NJ
V-H
;:- F)
o,
'd iD
tD-
Sv,
*o.P(D
da
B=
!r ! oE
Eitr
PrhA)
'DN
H'E 5E
i.d
irio KE.
:1 q 6P
E'*
F.*
EE
) 2
!r co-
7r P.
r
t
<H
oa
B-E \--
F! lr1a)
a@3
xOB'
H=
rt
HPt
HH
Ii-A) p+
xo
xHNj <5
fo ,r.
o- 9z L
'6;;\
o
1 =v q
^'@
iJ t'i
s\
A)
t.r
N6@ (\
i3 0aN F.
o.
A)
3.E ci
'IF)
6i 65 F.
JI

FET
\)
(,) *
UT 4
JFET MOSFET -.
depletion MOSFET Enhancemenl MOSFET (D
rq
n channel p channel n channel p channel n channel p channel 0 F-,
-t
9D 9D r! (\
,J ,J (n
B ^I B ^ lF+--oB ^ ;r---oB
G"-l Lio- UfFr (iHFl
E
6s 6s H
rj
,rl ,rl DT

vos vo, 0q

,rl V
,r+ ZVo (o
V v.

=
vo,

Penguat diskrit Penguat diskrit Penguat diskrit Penguat diskrit Penguat diskrit Penguat diskrit
lC analog IC analog frekuensi tinggi frekuensi tinggi daya besar daya besar
IC digital IC digital IC digital IC digital
l*
!
14
Umpan Balik Negatif

14.1. Prinsip Kerja


Umpan balik$eedbaclr) berarti sebagian keluaran dari rangkaian dikem-
balikan ke dalam masukannya. Berarti satu sinyal campuran, yaitu sinyal masuk-
an asli dari rangkaian seluruhnya dan bagian yang dikembalikan dari keluaran
akan dimasukkan ke dalam masukan penguat. Yang dikembalikan bisa merupa-
kan arus keluaran atau voltase keluaran dan bisa dimasukkan ke dalam masukan
sebagai arus atau sebagai voltase tertentu. Buku ini hanya membahas penguat
voltase, yaitu voltase keluaran yang dikembalikan pada masukan sebagai voltase.
Prinsip umpan balik ini bisa digambarkan seperti dalam diagram blok dalam
gambar 14.1. Masukan Yirpada penguat dikuatkan dengan penguatan sebesar I/e
sehingga mendapatkan keluaran sebesar V*,:I/o.Vio. Keluaran ini melewati
satu rangkaian pengembali yang mana sinyal dikalikan dengan faktor t yang
lebih kecil dari satu, yang berarti sinyal keluaran dikurangi. Hasil v, dari redam-
an ini sebesar Y, =Y*,.r . Sinyal ini digabungkan dengan masukan V;n dairang-
kaian keseluruhan dengan membuat selisih antara vn dan v, agar menghasilkan
masukan I!, sebesar V,o =V,n -Y,yang dimasukkan ke dalam masukan penguat.
Dengan rangkaian melingkar ini terdapat umpan balik negatif, karena besar
sinyal pada input dikurangi oleh umpan balik. Kalau seandainya sinyal pada
masukan penguat bertambah, maka akan ada proses melingkar yang membuat
sinyal pada masukan berkurang kembali. Dalam situasi stabil masukan vi, yang
dihasilkan melalui rantai melingkar ini sama dengan v;o padt awal rangkaian.

.'i
:i,i
Gambar l4.l; Umpan balik
negatif dengan penguat positif dan
il pembuat selisih pada input.

il
210 Dasar Elektronika Umpan Balik Negatif 211

Maka terdapat persamaan untuk berbagai voltase dalam rangkaian ini sbb.: dan oleh sebab itu menghasilkan distorsi pada sinyal yang diperkuat. Tetapi
dengan memakai umpan balik, besar dari Vs tidak lagi mempengaruhi besar
Vor, = Vir'Vg
) penguatan, sehingga distorsi yangada dalampenguat asli (dalam V)bisa hilang.
v11, -v, I _
=v,n vo,, =(vi, -vo,,'t)'vo e (t + vo't)'v*, =vo'vi, Hal ini memang merupakan satu pendekatan. Kalau rumus yang persis, yaitu
V, = Vor, 't ) (14.1) (14.1) dan (14.2), dipakai, maka dapat dilihat bahwa masih tetap ada pengaruh
dari besarnya faktor penguatan Vn dari penguat. Berapa besar sifat dari penguat
,-Vou,-
e^ n-T- Vo
asli (ketidaklinearan atau ketergantungan suhu misalnya) masih mempengaruhi
t.w hasil penguatan bisa dilihat pada perbandingan antara penguatan asli Z6 dari
Berarti terdapat faktor penguatan A dari rangkaian penguat keseluruhan penguat tanpa umpan balik dan penguatan A yang dihasilkan dengan memakai
yang berbeda dengan faktor penguatan V6 dari penguat asli, yaitu penguat tanpa umpan balik. Perbandingan ini disebut faktor umpan balik G:
umpan balik.
Satu rangkaian lain yang menghasilkan umpan balik negatif dapat dili-
G=+:+=t+vo-t = Vo't ( l4.s)
Kalau I/0./>>l
hat dalam garnbar 14.2. Dalam rangkaian ini terdapat penguatan negatif dan ke- l+Vo.t
mudian sinyal V, yang dikembalikan kepada masukan dijumlahkan dengan input
Kalau G besar, maka sifat dari penguat asli semakin tidak mempenga-
rangkaian seluruh Z;,. Di sini terdapat penguatan sebesar:
ruhi sifat penguatan dengan umpan balik. Faktor G menunjukkan, berapa besar
, Vou, Vo umpan balik mengurangi faktor penguatan. Kalau dianggap bahwa penguatan
(14.2)
V,n I +Vo.t semestinya sebesar penguatan Ai,1",,1 !&ng terdapat dari (14.3), maka dalam
penguat seluruhnya terdapat perbedaan relatif antara besar penguatan ideal itu
Kala:u Vs.t>>1, maka (14.1) menjadi: A-L (14.3) dengan besar penguatan yang sebenarnya sebesar:
t
L- vo
dan (14.2) menjadi: A= -Lt (r4.4) 4,u,r -A_t l+Vo.t= I
Aa"or I l+Vo't=lG (14.6)
Dalam situasi ini faktor penguatan A dari rangkaian seluruhnya dengan t.
umpan balik (hampir) tergantung hanya dari besar umpan balik t, dan (hampir)
Kalau dalam rangkaian seluruhnya umpan balik dilepaskan, berarti
tidak lagi tergantung dari besar penguatan Vs dari penguat asli. Rangkaian umpan
rangkaian lingkaran yang menghasilkan umpan balik dibukakan, maka tinggal
balik yang menentukan r bisa dirangkai dengan menggunakan resistor saja,
penguat asli dengan penguatan sebesar 26. Sebab itu Z6 disebut jlga open loop
sehingga besar faktor redaman r bisa diatur secara konstan dan stabil. Faktor I
amp liJic atio n atau penguatan lingkar terbuka.
yang ditentukan oleh perbandingan resistivitas tidak tergantung dari amplitudo
sinyal seperti penguatan dari penguat transistor di mana faktor penguatan tergan- Penguatan lingkaran dari masukan penguat sampai ke voltase V, yang
tung dari kemiringan transistor, 91 Kemiringan transistor 37 itu berubah sesuai dikembalikan pada masukan sebesar Vst. Besar penguatan ini disebut loop am-
dengan amplitudo sinyal. Penguatan Vn dari penguat yang dirangkai dengan p lific atio n atau penguatan lingkar.
menggunakan transistor selalu tergantung dari sifat transistor yang tidak linear

14.2. Penerapan Umpan Balik


Untuk menjumlahkan atau membentuk selisih voltase input dan voltase
umpan balik, kedua voltase dirangkai secara seri atau secara paralel seperti diper-
lihatkan dalam gambar 14.3. Gambar di sebelah kiri menunjukkan penjumlahan
dan di sebelah kanan menunjukkan selisih. Untuk merangkai secara seri seperti
Gambar 14.22 Umpan balik negatif
sebelah kiri dalam gambar 14.3 sering sulit dilakukan karena pada kebanyakan
dengan penguat negatif dan fl1t
tt rangkaian potensial dasar dari input (sumber voltase yang digambar sebagai V,,
penjumlah pada input. II

lt
2r2 Dasar Elektronika Umpan Balik Negatif 213

Kala:.r Vn.t >> l, penguatan terdapat sesuai dengan ( la.3) sebesar:


+ll
. I R,+R,
n--- (14.8)
tRz
Berarti penguatan ditentukan oleh resistivitas dari dua resistor. Resisti-
Gambar 14.3 z P enj umlahan vitas resistor bisa diatur dengan mudah dan resistivitas resistor juga selalu kon-
(kiri)
elan pembuatan selisih stan, sehingga dengan menggunakan rangkaian ini penguatan bisa diatur dengan
(kanan) dengan voltase input mudah dan teliti.
dan voltase umpan balikYr. Satu contoh untuk rangkaian dengan umpan balik adalah pengikut emi-
tor. Dalam gambar 14.5 diperlihatkan skema rangkaian dari pengikut emitor.
dalam gambar ini) dan dari V, adalah GND dan sering tidak bisa diubah. Tetapi Dalam gambar ini sebutan masing-masing voltase dicantumkan seperti yang
untuk merangkai seperti dalam skema rangkaian ini, voltase input harus dirang- dipakai dalam pasal mengenai prinsip kerja umpan balik pada gambar 14.1. Um-
kai dengan potensial dasar yang besarnya sama dengan voltase umpan ballk V,. pan balik didapatkan dari resistor emitor RE yang mengurangi voltase penguat
Kalau V;n dan V, dirangkai paralel seperti dalam gambar 14.3 sebelah kanan, asli, yaitu rangkaian transistor di mana voltase masukan langsung merupakan
input dari penguat V;, hants bisa memiliki potensial dasar yang berbeda-beda. voltase basis-emitor. Maka voltase masukan v,n dari penguat asli adalah voltase
Biasanya lebih mudah untuk menerapkan pola rangkaian ini. basis-emitor sehingga dari hukum Kirchhoff mengenai voltase terdapat besar v;,,:

Skema rangkaian dalam gambar 14.4 merupakan satu rangkaian yang V, = Vt, =Vi, -VM = Vi, *V, (14.e)
menerapkan umpan balik seperti dalam gambar 14.3 di sebelah kanan. Voltase pada resistor emitor sekaligus merupakan voltase oueut dari
Dalam rangkaian ini umpan balik lewat resistor Rl dan R2 dengan rangkaian ini, sehingga besar dari umpan balik r yang didefinisikan sebagai
faktor I sebesar perbandingan antara voltase keluaran dan voltase umpan balik menjadi satu:

,_v, _ R2 (14.7) V,=V*,* r=*=, (14. l0)


V*, &+Rz
Voltase V;, pada input penguat terdapat sebagai selisih antara voltase Berarli tegangan simpal terbuka V6 didapatkan kalau penguatan dari
input Vi, pada input rangkaian dan voltase V, darirangkaian umpan balik: penguat tanpa umpan balik dihitung" Dalam rangkaian ini penguat tanpa umpan
Y* =Vrn -V, balik adalah penguat dengan masukan sebagai voltase basis-emitor v6s, berarti
rBE:vip, dan keluaran adalah voltase pada resistor emitor vRE, atau vo,,. Maka
penguatan dari penguat ini adalah sbb.:

y-
t', f",,
Gambar 14,42 Rangkaian umpan Gambar 14.5: Rangkaian pengikut emitor
balik dengan dua resistor sebagai rangkaian umpan balik.
2t4 Dasar Elektronika Umpan Balik Negatif 215

n, =Y =+ ='iy = sr Rt = md va, (14.11)

Dengan data ini besar dari faktor umpan balik G didapatkan sebesar:

G :l+Vo.t x Vo = Ef - Re = O+-VRE (14.12)

Misalnya terdapat voltase DC pada resistor emitor sebesar Vps:10Y,


maka terdapat penguatan simpal terbuka sebesar Vo:400, dan juga faktor
umpan balik sebesar G: 400. Berarti faktor umpan balik menjadi besar sekali, Gambar 14.6: Impedansi
masukan bertambah bes ar
sehingga penguatan dari penguat ini sangat konstan. Besar penguatan =l sesuai
dengan besar umpan balik dalam persamaan (14.10) dan dari besar penguatan dengan adanya umpan balik
dalam persamaan ( 14.3):
Berarti dengan adanya umpan balik impedansi masukan dari rangkaian
,a -!t =t ( 14.13)
penguat asli akan bertambah besar dengan faktor umpan balik G.
Untuk contoh pengikut emitor terdapat dari (14.15), (14.12) dan (l4.lt):
r. = G. r-.0 = G. rae = g r . Rt -E-=BR, (r4.16)
14.3. Impedansi Masukan pada Penguat dengan Umpan Balik 8t
Kalau umpan balik ditambahkan pada suatu penguat dengan penguatan Dengan contoh data seperti dalam pasal "14.2 Penerapan Umpan Balik"
Ve, rtaka impedansi masukan akan bertambah besar. Berarti kita harus membeda- dengan Vps: l}Y, dengan resistivitas dari resistor emitor sebesar 500e dan
kan antara impedansi masukan r;,,n dari penguat asli tanpa umpan balik dan im- penguatan arus dari transistor sebesar 100, maka terdapat resistivitas masukan
pedansi masukan r;n dari rangkaian keseluruhan dengan umpan balik. Dalam sebesar:
pasal ini kita menghitung impedansi masukan dari rangkaian umpan balik yang
membuat selisih seperti dalam gambar 14.4. Sebutan untuk arus dan voltase se- ti, = G' rin.p - G' ran = I t' Rt'I=
8t
tOO'SO0O =50k4
perti terlihat dalam gambar 14.6.Impedansi masukan dari penguat tanpa umpan
balik sebesar: Berarti dengan memakai umpan balik resistivitas masukan bisa menjadi
vi, besar sekali.
( 1 4.14)
' lin

Impedansi masukan dari rangkaian seluruhnya terdapat dari voltase


input dan arus input pada rangkaian keseluruhan. Arus i;, yang masuk ke dalam 14.4. Impedansi Keluaran pada Penguat dengan Umpan
penguat asli sama dengan arus yang masuk ke dalam rangkaian keseluruhan. Balik
Voltase pada masukan rangkaian didapatkan sebagai jurnlah dari voltase pada Untuk menentukan resistivitas output dari rangkaian penguat dengan
masukan penguat asli v;, dan voltase umpan balik v,. Maka terdapat resistivitas umpan balik, definisi dari resistivitas output sebagai voltase output tanpa beban
masukan dari rangkaian seluruhnya: vou.,6 dlbagi dengan arus 4, pada hubungan singkat bisa dipakai:
+vg' t' vtp y!-
tj, = ..*', =vb
+tin =',, lin = (t + vo. r) f out.tb
- li, (14.r7)
Y:y ,in,p
(14. l s) lh,

Untuk menghitung resistivitas output dari rangkaian seluruhnya t vout.rb


> ti, =G'h,p dan i1,, yang didapatkan pada voltase input v;, yang sanu perlu dihitung.
:
Umpan Balik Nesatif 217
216 Dqsar Elektronika

Dengan (14.17), (14.20) dan (14.21) terdapat besar dari resistivitas out-
Pertama-tamakitatentukanarushubungsingkati6lansdidapatkan put dari seluruh rangkaian dengan umpan balik:
voltase
pada voltase input sebesar v;,,. Ketika arus hrrbung singkat i1, mengalir' vo
juga menjadi nol' maka voltase .,,
lutp"t .n"rjudi nol, maka uoitur. umpan balik v, _ _vort.rb _l+Vo.t "' _ ror,.p _llrt,p
input pada penguat, v;r, akan menjadi tu*u dengan voltase input v;' dari seluruh ,*,=-= =l+W= (14.22)
rangkaian:
@ G
rort,p
(14.18)
vou, =0*\ =0) vrn =Y,,
Dari (14.22) terlihat bahwa dengan umpan balik, faktor umpan balik
Penguatan oleh penguat tanpa umpan balik, I/e, voltase pada input
dan
akan membuat resistivitas output menjadi lebih kecil dibandingkan dengan situa-
pada sumber
(14.18) dipak'ai untuk mengtritung l,o1tut" output veilplmsterdapat si tanpa umpan balik. Sebab itu resistivitas output dari rangkaian yang memakai
voltase dari rangkaian ekuivalen Th6venin: umpan balik bisa menjadi kecil sekali, khususnya kalau faktor umpan baliknya
(14.1e) besar.
lour,O =1tr. 'VO =V.'Vg
Dalam contoh pengikut emitor terdapat resistivitas output dari penguat
Dengan vor,,6 dar. besar resistivitas output ror,,, dari penguat tanPa
tanpa umpan balik kira-kira sebesar resistivitas dari resistor emitorl6, R6. Maka
umpan balik terdapat arus hubung singkat sbb':
dengan umpan balik, berarti pada rangkaian pengikut emitor sebenarnya,
. Vour.o Vo . Vin (14.20) terdapat resistivitas output sebesar:
fort,P frrt,P fou,-o I
Langkah kedua, voltase output tanpa beban, v,,,,,6, dihitung' v'u"6 diper-
'oul G R,
' -J--
I
(14.23)
Bt.Re Bt 40+ /c
oleh dari .,roltur" input dikalikan dingan penguatan dari penguat keseluruhan.
sumber voltase
Pada situasi tanpa biban voltase vos,16 s?rr|a dengan voltase dari Dalam contoh di atas dengan arus kolektor sebesar 20mA terdapat
vod1 padarangkaian ekuivalen Th6venin' resistivitas output sebesar:

vout.tb =lAl.u,, =fu ,,, (r4.2t) t'out >


I
-=-;--=
40+.20mA
1.25 A .

Jadi rangkaian pengikut emitor seperti ini memiliki resistivitas output


yang sangat kecil bila dibandingkan dengan penguat common emitor. Karena
rangkaian pengikut emitor sekaligus memiliki resisitivitas masukan yang besar,
maka rangkaian pengikut emitor menghasilkan impedance transformation, atau
transformasi impedansi. Kalau terdapat satu sumber voltase dengan resistivitas
keluaran yang besar dan terdapat satu beban dengan resistivitas masukan yang
kecil, maka antara sumber dan beban ini dibutuhkan satu rangkaian yang
memiliki resistivitas masukan yang besar dan resistivitas keluaran yang kecil.
Resistivitas masukan yang besar akan menyebabkan voltase penguat tidak turun
jauh karena adanya beban. Sedangkan resistivitas keluaran yang kecil menyebab-
kan arus yang dibutuhkan oleh beban beresistivitas kecil tidak mengurangi volta-

l6 Kalau voltase masukan dipasang anlara basis dan emitor, maka voltase basis-emitor itu akan
menentukan arus. Situasi ini sama dengan situasi pada penBuat common emitorbiasa dan fungsi
dari resistor emitor akan sama dengan fungsi dari resistor kolektor pada pefiEual comnron emitor
biasa. Berarti resistivitas output diperoleh dari rangkaian paralel antara resistor emitor dengan
resistivitas kolektor-emitor. Karena resistivitas kolektor-emitor 166 biasanyajauh lebih besar
daripada resistivitas resistor emitor, maka rcr biasanya bisa diabaikan.

Gambar 14.72 (lmpan balik mengubah resistivitas output'


218 Dasar Elektronika

se keluaran terlalu besar. Pengikut emitor adalah rangkaian yang cocok untuk
kebutuhan ini. Pengikut emitor tidak menguatkan voltase, tetapi mengubah impe-
15
dansi, berarti menguatkan arus.
Osilasi

15.1. Rangkaian dengan Umpan Balik Positif


Terdapat rangkaian seperti dalam gambar 15.1. Di situ terdapat suatu
penguat dengan penguatan sebesar v6 dan pergeseran fase dalam penguat sebesar
<pa.Keluaran dari penguat dikembalikan kepada masukannya melalui rangkaian
redaman yang meredam dengan faktor I dan mempunyai pergeseran fase sebesar
gs. Sinyal yang dikembalikan dijumlahkan dengan masukan vin yang asli. Besar
dan fase redaman / tergantung dari frekuensi sinyal. Di sini keluaran yang
dikembalikan kepada masukan akan menambah besar sinyal asli. Berarti terdapat
umpan balik positif. Setelah input 4, sudah tidak ada lagi, masih ada sinyal
umpan balik v, yang akan masuk ke dalam input penguat yang menghasilkan
voltase masukan pada penguat v;,r. Maka tetap akan ada sinyal pada keluaran
penguat. Kalau sinyal keluaran, yang dihasilkan oleh sinyal masukan vr, sama
besar dengan keluaran sebelumnya, maka sinyal tidak akan hilang, tetapi tetap
konstan. Besar voltase keluaran vou,bisa dihifung sbb.:
vou, = vrr'Vg
vt = t.vout ) tor, = (vr, + vou, . t).Vo
(l s.l)
vip =vin +vt
A voil = vrr -Vg + vou, . t. Vg
Dari hasil perhitungan (15.1), v,u, pada ruas kiri dari persamaan bisa
ditafsirkan sebagai voltase keluaran yang dihasilkan setelah sinyal yang tadinya

Gambar 15.1.: Umpan balik


positif.

219
220 Dasar Elektronika Osilasi 221

ada pada output mengelilingi seluruh rangkaian, di mana von yar.g ada dalam 40
ruas kanan merupakan voltase ouQut yang tadinya sudah ada. Kalau vo,, yang
20
baru sama dengan vout yang lama, maka situasi akan stabil dan voltase keluaran
akan konstan. Kalau voltase keluaran yang baru lebih kecil daripada voltase
keluaran yang lama, maka voltase keluaran akan semakin kecil dan terbalik;
kalau voltase keluaran yang baru lebih besar daripada voltase keluaran yang -20
lama, maka voltase keluaran akan bertambah besar sampai mencapai batas kerja
dari penguat sehingga penguatan akan berkurang. Kalau rangkaian seperti ini -40
dipakai sebagai osilator, maka tidak diberi sinyal masuk pada input, yang berarti
pada masukan penguat hanya terdapat sinyal dari jalur umpan balik sebesar v,- -60 Gambar 15.32 Osilasi membesar
Dengan voltase masukan sama dengan nol, (15.1) menjadi:
Vou, : lop 't 'Vg ( 1s.2) dart vou, akan konstan. Berarti sinyal yang sudah ada akan berada terus menerus
pada rangkaian ini dan amplitudonya akan konstan. Supaya situasi ini terjadi,
Di mana, sama dengan tadi, vou, pada ruas kiri merupakan voltase maka untuk penguatan Vs dan t terdapat dari ( I 5.2):
keluaran yang dihasilkan setelah sinyal yang tadinya ada pada keluaran telah
Vo.t =1 ( l s.s)
mengelilingi seluruh rangkaian dan vou, dalam ruas kanan merupakan voltase
output yang tadinya sudah ada. Seperti dikatakan di atas: Persamaan (15.5) disebut syarat osilasi dan menunjukkan kapan akan
Kalau v,,, yang baru lebih kecil daripada vout yang lama, maka vo,, akan terjadi osilasi dalam suatu rangkaian. Syarat osilasi ini sebenarnya terdiri dari
semakin berkurang dan sinyal akan menghilang dengan waktu. Setelah terjadi dua bagian, satu bagian adalah bagian amplitudo atau harga mutlak dari penguat-
suatu gangguan pada rangkaian yang membuat adanya sinyal akan terdapat an:
sinyal pada keluaran seperti diperlihatkan dalam gambar 15.2. Supaya situasi ini (15.6)
terjadi, maka untuk penguatan Vs dan t terdapat dari (15.2):
lv,l''l=r
Bagian kedua adalah syarat untuk fase. Perkalian menjadi satu kalau
Vo.t <l ( 15.3)
bagian imajiner hilang atau dengan kata lain pergeseran fase menjadi 0 atau n.2r,
Kalau yang baru lebih besar daripada vout yang lama, maka vo,, akan
vou, di mana r merupakan satu bilangan bulat:
semakin besar sampai mencapai batas dari besar sinyal yang bisa didapatkan dari
g,t+eo =0,2r.n ( 15.7)
penguat. Setelah terjadi suatu gangguan kecil akan terdapat suatu sinyal seperti
yang diperlihatkan dalam gambar 15.3. Supaya situasi ini terjadi, maka untuk Kalau syarat (15.5) terpenuhi dalam suatu rangkaian, maka suatu osilasi
penguatan Vp dan t terdapat dari (l 5.2): yang sudah ada akan berlangsung terus-menerus. Tetapi kalau belum ada osilasi,
maka osilasi tidak akan timbul dengan sendirinya. Supaya timbul osilasi, maka
vo.t>l (15.4)
syarat (15.4) harus terpenuhi di mana penguatan loop lebih besar dari satu. Kalau
Kalau vo,, yang baru sama dengan von yafig lama, maka situasi stabil syarat (15.4) terpenuhi, maka untuk memulai suatu osilasi cukup kalau ada fluk-
tuasi voltase kecil (derau). Fluktuasi voltase kecil (derau) seperti itu selalu ada
dalam suatu sistem elektronik.
Jadi supaya terdapat osilasi yang stabil perlu penguatan loop (fo.l)
yang lebih besar dari safu pada awal ketika belum ada osilasi. Ketika osilasi
sudah memiliki amplitudo yang dikehendaki, maka penguatan harus otomatis
berkurang dan menjadi l. Kalau seandainya amplitudo sudah terlalu besar, maka
amplitudo perlu dikurangi. Hal ini terjadi kalau penguatan loop lebih kecil dari
0 satu. Jadi dalam sebuah osilator, penguatan tidak bisa dibuat konstan tetapi harus
dibuat supaya tergantung pada besar amplitudo osilasi. Kalau amplitudo semakin
besar, penguatan harus semakin kecil.
-0.5 Gambar 15.22 Osilasi teredam.
222 Dasar Elektronika Osilasi 223

15.2. Contoh Rangkaian syarat osilasi terpenuhi. Kalau frekuensi berbeda dengan frekuensi resonansi dari
rangkaian LC maka akan terdapat pergeseran fase antara arus dan voltase dalam
rangkaian LC sehingga akan terdapat pergeseran fase lagi antara voltase pada
15.2.1. Osilator Meissner kolektor dan voltase pada kumparan sekunder yang tersambung dengan basis.
Dalam osilator Meissner, umpan balik didapatkan melalui satu trafo. Maka dalam situasi ini syarat fase untuk osilasi tidak terpenuhi dan osilasi tidak
Skema rangkaian seperti dalam gambar 15.4. Satu sisi dari trafo dirangkai paralel bisa terjadi. Sebab itu rangkaian ini bisa berosilasi hanya dengan frekuensi
dengan sebuah kondensator. Induktansi L dari kumparan trafo tersebut bersama resonansi dari rangkaian LC. Osilasi memang terjadi apabila syarat fase maupun
dengan kapasitansi C dari kondensator merupakan satu osilator LC yang dirang- syarat amplitudo terpenuhi.
kai pada kolektor transistor. Sisi kedua dari trafo tersambung dengan basis tran- Dioda Zener bersama dengan resistor Rl dan R2 dipakai untuk menga-
sistor yang berfungsi sebagai penguat. Rangkaian LC mempunyai impedansi tur titik kerja transistor. Dalam rangkaian ini penguatan dan pergeseran fase
paling besar pada frekuensi resonansinya. Juga pergeseran fase antara arus dan dalam penguat sendiri tergantung frekuensi sedangkan besar dari umpan balik
voltase dalam rangkaian LC menjadi nol pada frekuensi resonansi, maka pada tidak tergantung frekuensi. Kalau amplitudo bertambah besar dalam rangkaian
frekuensi tersebut rangkaian LC mempunyai sifat seperti resistor biasa. Tran- ini, maka arus dalam rangkaian LC akan bertambah besar dengan menghasilkan
sistor bersama dengan rangkaian LC sebagai resistor kolektor merupakan safu penambahan pemborosan daya dalam kumparan ffafo, maka perbandingan antara
penguat common emitor. Penguatan dari penguat ini tergantung dari impedansi besar voltase pada kumparan sekunder dengan besar voltase pada kumparan
pada kolektor, berarti pada frekuensi resonansi terdapat penguatan yang paling primer akan berkurang, yang berarti penguatan loop dari seluruh rangkaian akan
besar. Ketika voltase basis emitor dari transistor dalam rangkaian ini bertambah berkurang. Dengan cara ini penguatan menjadi lebih besar untuk amplitudo kecil
besar, maka arus kolektor bertambah besar dan voltase pada resistor kolektor dan lebih kecil untuk amplitudo besar. Dengan mengatur perbandingan antara
(disini rangkaian LC paralel) bertambah besar. Agar supaya terdapat umpan balik voltase primer dan voltase sekunder dari trafo, penguatan bisa diatur sehingga
positif, ketika voltase pada kumparan bertambah besar, potensial basis harus menjadi 1 pada amplitudo yang dikehendaki. Kalau voltase sekunder dari trafo
bertambah besar. Hal ini tercapai dengan menyambungkan kumparan sekunder terlalu besar, maka penguatan loop akan terlalu besar sehingga menghasilkan
pada basis dengan arah terbalik (lihat titik dalam gambar 15.4). Dengan cara ini amplitudo yang melebihi batas amplitudo penguat. Maka akan terdapat pemba-
voltase yang positif di atas pada kumparan primer di kolektor menjadi positif di tasan amplitudo oleh batas-batas kerja penguat. Pembatasan amplitudo ini tidak
bawah pada kumparan sekunder di basis. Dengan demikian syarat fase dari linear dan oleh sebab itu pembatasan ini menghasilkan osilasi yang tidak memi-
liki bentuk cosinus yang benar.

15.2.2. Osilator LC
Dalam osilator LC seperti yang digambarkan dalam skema rangkaian
gambar 15.5, suatu penguat tak membalik dengan Op-Amp dipakai sebagai
penguat. Resistivitas dari resistorRl dan R2 menentukan penguatan dari penguat
ini. Rangkaian seri dengan resistor R3 dan rangkaian paralel dengan L dan C
merupakan sistem umpan balik yang tergantung frekuensi. Rangkaian paralel
kumparan dan kondensator bersama dengan resistor R3 merupakan satu tapis
lolos pita. Pada frekuensi resonansi harga mutlak dari impedansi rangkaian LC
menjadi besar dan pergeseran fase antara arus dan voltase menjadi nol sehingga
pada frekuensi resonansi itu keluaran dari tapis lolos pita menjadi besar dan
pergeseran fase antara masukan tapis dan keluaran tapis menjadi nol. Pergeseran
fase antara arus dan voltase pada rangkaian paralel dari kondensator dan
kumparan berubah dari 90" pada frekuensi kecil sampai -90o pada frekuensi
Gambar 15.4: Osilator Meissner (Titik pada besar dan menjadi 0o pada frekuensi resonansi. Pergeseran fase antara arus dan
kumparan menunjukkan sambungan nol dari voltase pada rangkaian paralel LC menimbulkan pergeseran fase antara voltase
kumparan.) pada masukan tapis lolos pita (voltase antara sisi kiri dari R3 dan GND) dan
224 Dasar Elektronika
Osilasi 225

15.2.3. Regulasi Amplitudo pada Osilator LC


Salah satu cara untuk mengatur penguatan diperlihatkan dalam skema
'rangkaian gambar 15.6. Di situ resistor R2 dari gambar 15.5 diganti dengan
rangkaian seri resistor R2' dan JFET. Gerbang dari JFET tersambung dengan
detektor puncak yang terdiri dari dioda Zener Z, dioda D, kondensator Co dan
resistor Ro. Dioda D akan tutup ketika voltase pada keluaran rangkaian positif
dan buka ketika voltase keluaran negatif. Dioda Zener Z akan buka kalau voltase
keluaran negatif dan harga mutlak voltase lebih besar daripada voltase Zener.
Jadi kalau voltase puncak negatif pada keluaran sebesar vp,,"nk, maka voltase
puncak yang didapatkan pada kondensator akan sebesar lV6l:lVp*n,r,l- V,",",-
0.6V (0.6V dari voltase bias maju pada dioda). Maka kondensator Co akan terisi
dengan voltase negatif sebesar voltase I/6, tersebut. Ketika amplitudo keluaran
Gambar 15.5: Osilator LC turun, muatan dari kondensator Co turun melalui resistor Ro sehingga voltase Z6
pada kondensator tetap menunjukkan besar amplitudo keluaran. Voltase Vg pada
voltase pada keluaran rangkaian tapis lolos pita (voltase yang dibalikkan ke Co negatif. Voltase negatif ini tersambung dengan gerbang JFET. Di sini JFET
masukan). Jadi syarat fase untuk terjadinya osilasi (g,r +er = 0,2n.n) hanya dipakai sebagai resistor dengan resistivitas yang tergantung dari voltase gerbang-
sumber, /65. Supaya JFET mempunyai sifat sebagai resistor, voltase drain-
terpenuhi untuk ffekuensi resonansi. Maka rangkaian ini bisa berosilasi hanya
source-nya, Vps, harus kecil. Oleh sebab itu R2 tidak bisa diganti secara penuh
pada frekuensi resonansi dari rangkaian paralel LC.
oleh JFE! tetapi rangkaian seri dengan JFET yang mempunyai resistivitas R7p67
Supaya osilasi memang te{adi pada frekuensi resonansi, syarat amplitu- dan resistor R2'bisa dipakai. Ketika amplitudo dari voltase keluaran bertambah
ao (lzrl'lll= 1) harus terpenuhi juga. Pada frekuensi selain frekuensi resonansi, besar, harga mutlak voltase Vs juga bertambah besar dan resistivitas IFET, RrFEr
juga bertambah sehingga resistivitas pengganti R2, yaitu R:'* RLrer bertambah.
harga mutlak dari impedansi rangkaian LC berkurang sehingga keluaran (faktor
l) dari tapis lolos pita menjadi lebih kecil dan syarat amplitudo juga tidak
terpenuhi.
Frekuensi resonansi tersebut sebesar:

JO
rl _';EE ( 15.8)

Supaya rangkaian ini bisa berfungsi dengan baik, maka penguatan perlu
diatur dengan seksama sehingga pada frekuensi resonansi penguatan loop
menjadi 1. Tetapi ketika suhu berubah, penguatan juga akan berubah. Dan kalau
amplitudo kecil, penguatan harus lebih besar dari satu. Oleh sebab itu pengaturan
ini tidak bisa dilakukan cukup teliti dan tetap. Jadi untuk mengatur amplitudo
dengan baik, maka diperlukan satu regulasi amplifudo. Regulasi amplitudo bisa
dilakukan dengan membuat resistivitas dari Rl atau R2 dengan suatu komponen
yang resistivitasnya tergantung dari amplitudo. Tetapi kalau suatu komponen
non-linear dipakai, fungsi keluaran akan mengalami distorsi dan tidak lagi Gambar 15.6:
merupakan bentuk cosinus yang benar. Kalau memerlukan osilasi dengan bentuk Osilator LC dengan
cosinus tanpa cacat (atau cacat yang kecil), maka pengaturan amplitudo bisa JFET untuk mengatur
dibuat dengan menggunakan transistor FET yang diatur oleh besar voltase penguatan tergantung
amplitudo. dari amplitudo
i
keluaran.

lr
226 Dasar Elektronika Osilasi 227

buku elektronika.
Karena R2 bertambah, maka penguatan dari penguat sebesar A=t+l akan

berkurang sehingga amplitudo dari voltase keluaran kembali menjadi lebih kecil.
Jadi kalau penguatan melingkar lt rll4 diatur sebesar satu untuk 15.3. Osilasi yang Tidak Dikehendaki pada Penguat
amplitudo tertentu, maka penguatan akan lebih besar untuk amplitudo yang lebih Sering timbul suatu osilasi pada sebuah penguat. Osilasi irri tidak dike-
kecil dan lebih kecil untuk amplitudo yang lebih besar. Dengan sifat ini terdapat hendaki, namun munculnya dapat dimengerti dengan teori mengenai osilasi. Ka-
amplitudo yang stabil. Juga kalau ada gangguan yang mingubah penguatan lau muncul suatu osilasi pada frekuensi tertentu, berarti syarat osilasi terpenuhi
dalam salah satu bagian rangkaian, maka gangguan itu akan dikompensasikan untuk frekuensi ifu, yang berarti terdapat umpan balik positif dengan pergeseran
oleh regulasi amplitudo ini. fase nol pada frekuensi osilasi itu. Kadang-kadang sulit dimengerti bagaimana
umpan balik ini terjadi. Hal-hal yang sering menyebabkan terjadinya umpan
balik tersebut adalah:
15.2.4. Osilator Jembatan Wien 1. Umpan balik melalui kapasitansi liar atau impedansi liar antara
Pada osilator ini rangkaian jembatan Wien dipakai untuk mendapatkan keluaran dan masukan.
sistem umpan balik. Satu Op-Amp dipasang antara ujung-ujung jernbatan Wien 2. Umpan balik melalui sambungan GND.
sehingga satu cabang dari jembatan Wien menjadi penguat dan cabang kedua 3. Umpan balik melalui sambungan sumber.
menjadi bagian umpan balik yang tergantung frekuensi. Skema rangkaian dari
osilator ini seperti dalam gambar 15.7. Rangkaian umpan balik terdiri dari rang-
kaian seri LC resistor R3 dan kondensator Cl dan rangkaian LC paralel resistor 15.3.1. Umpan Balik Melalui Kapasitansi Liar
R4 dan kondensator C2. Resistivitas dari R3 dan R4 dipilih sama besar dan juga Kalau ada voltase (muatan) antara dua permukaan loganl maka selalu
kapasitansi dari Cl dan C2 dipilih sama besar. Rangkaian umpan balik ini terdapat medan listrik antara kedua permukaan logam itu. Dengan adanya
memiliki pergeseran fase nol antara voltase masuk dengan voltase keluar hanya muatan dan medan listrik, maka antara kedua permukaan logam selalu terdapat
pada frekuensi resonansi. Kalau frekuensi berbeda sedikit, maka pergeseran fase kapasitansi. Besar kapasitansi ini tergantung dari jarak dan luas permukaan dari
langsung berubahiauh dari nol. Oleh sebab itu besar dari frekuensi osilasi stabil kedua logam. Maka antara dua kawat sambungan dalam rangkaian juga selalu
dengan rangkaian umpan balik ini. Supaya syarat amplitudo untuk osilasi terpe- terdapat kapasitansi. Kapasitansi ini tidak dikehendaki dan disebut sebagai kapa-
nuhi, resistivitas dari Rl dan R2 harus diatur sangat teliti. Karena rangkaian ini sitansi liar. Memang kapasitansi liar biasanya kecil kalau dibandingkan dengan
sangat peka terhadap pengaturan tersebut, maka diperlukan pengaturan penguat- kapasitansi kondensator yang biasa dipakai dalam rangkaian elektronik, tetapi
an yang otomatis. Satu cara pengafuran penguatan adalah dengan menggunakan untuk frekuensi yang tinggi impedansi dari kapasitansi kecilpun bisa agak kecil.
FET seperti telah dijelaskan dengan rangkaian osilator LC. Kalau frekuensi tinggi, maka impedansi dari kapasitansi liar bisa menjadi cukup
Mengenai detil-detil dari rangkaian ini bisa dipelajari dari berbagai kecil sehingga ams yang mengalir cukup kuat untuk mengubah sifat rangkaian.
Kalau kabel pada keluaran penguat dekat dengan kabel pada masukan penguat,
maka kapasitansi antara kedua kabel tersebut bisa menjadi cukup besar untuk
menyambungkan keluaran dengan masukan penguat pada frekuensi tinggi. Kalau
penguatan dari penguat pada frekuensi itu cukup besaq maka bisa terjadi bahwa
syarat resonansi terpenuhi. Dengan adanya kapasitansi liar antara keluaran dan

Gambar 15.7: Wien-Bridge Gambar 15.8: Kapasitansi liar C' membuot


Osilator (Osilator Jembatan Wien) umpan balik positif sehingga timbul osilasi.
228 Dasar Elektronika Osilasi 229

kapasitansi liar. Kapasitansi liar bisa dikurangi dengan mengubah rangkaian


Di daerah ini terdapat sehingga jarak antara sambungan masuk dengan sambungan keluar lebih besar.
kapasitanpi liar.
Cara yang lain adalah dengan menggunakan safu logam pemisah yang
dimasukkan antara sambungan masukan dan sambungan keluaran. Logam terse-
but disambungkan dengan GND. Dengan adanya logam tersebut, kapasitansi
antara masukan dan keluaran diganti dengan dua kapasitansi, yaitu kapasitansi
Gambar 15.9: Kapasitansi liar terjadi C.l antara masukan dan GND (logu.r, pemisah tersebut) dan'kapasitansi C.2
antara sambungan masukan dan sam- antara keluaran dan GND (logam pemisah tersebut). Terdapat situasi seperti
bungan keluaran. dalam gambar 15.10. C-1 dan C.2 tidak akan menghasilkan umpan balik, kaiena
tidak menyarnbungkan masukan dengan keluaran, melainkan kedua kapasitansi
masukan penguat akan didapatkan rangkaian seperti dalam gambar 15.8. Di situ ini menyambungkan masukan dan keluaran ke GND untuk frekuensi tinggi.
umpan balik terjadi melalui kapasitansi liar C.. Besar voltase masukan yang di- Untuk kebutuhan ini terdapat kabel terlindung di pasaran. Kabel terlindung
adalah satu kabel dengan satu kawat di dalam dan satu pipa logam yang fleksibel
hasilkan melalui C. tergantung dari besar kapasitansi, frekuensi dan dari besar
yang mengelilingi kawat tersebut. Pipa logam itu disebut screen. Screen biasanya
resistivitas masukan penguat.
disambungkan dengan GND seperti telah dijelaskan di atas. Dengan cara ini
Gambar 15.9 memperlihatkan satu contoh di mana sambungan masukan kabel masukan bukan hanya terlindung dari medan listrik yang terdapat pada
dekat dengan sambungan keluaran sehingga terdapat kapasitansi liar seperti sambungan keluaran rangkaian, tetapi juga terlindung dari semua medan listrik
diperlihatkan dalam gambar 15.8. yang terdapat di lingkungan rangkaian. Ini penting kalau masukan peka, berarti
Untuk menghindari umpan balik positif sebagai akibat dari kapasitansi voltase yang kecil pada masukan dikuatkan menjadi cukup besar untuk mempe-
liar, rangkaian perlu diubah sehingga syarat osilasi tidak lagi terpenuhi, berarti ngaruhi sinyal keluaran. Misalnya besar voltase keluaran dari mikrofon yang
kuat umpan balik I harus dikurangi dengan memperkecil besar kapasitansi antara kecil maka penguat yang dipakai harus peka. Kalau medan listrik yang terdapat
keluaran dan masukan atau dengan memperkecil penguatan dari penguat. Kalau dalam ruangan dari kabel-kabel sambungan PLN kena kabel antara mikrofon dan
mengurangi penguatan dari penguat, cukup dengan menguranginya pada penguat, maka terdapat voltase masukan dengan frekuensi 50Hz dan voltase
frekuensi tinggi di mana ada osilasi. Cara ini mencegah osilasi dengan efektif, masukan tersebut ikut dikuatkan dan terdengar denganjelas pada speaker. Untuk
tetapi hanya bisa dipakai kalau penguat tidak perlu bekerja pada frekuensi menghindari ini kabel yang dipakai untuk menyambungkan mikrofon dengan
tersebut. Cara kedua untuk mencegah osilasi adalah dengan mengurangi besar penguat selalu kabel terlindung dengan screen (pelindung) yang tersambung
dengan GND"

Logam yang ter-


sambung ke GND 15.3.2. Umpan Balik Melalui Induktivitas Liar
Seperti halnya dengan kapasitansi kabel, setiap kabel sambungan juga
memiliki induktivitas. Itu berarti baik kabel keluaran maupun kabel masukan
memiliki induktivitas dan kalau keduanya berdekatan maka arus bolak-balik
dalam kabel keluaran akan menginduksi voltase dalam kabel masukan. voltase
induksi tersebut mungkin menimbulkan umpan balik positif. Induktivitas
tersebut kecil dan hanya pada frekuensi yang tinggi terdapat sambungan antara
keluaran dengan masukan melalui induktivitas liar ini. Sambungan induktif ini
bisa dihindari dengan memasukkan bagian-bagian dari rangkaian ke dalam
sebuah wadah logam yang menyerap medan magnet di antaranya. Terdapatjuga
beberapa rnacam cara lain untuk mengurangi induktivitas kabel sehingga
Gambar 15.10: Umpan balik sebagai aki- sambungan induktif, baik dalam satu rangkaian maupun gangguan dari alat
bat dari kapasitansi liar bisa dihindari listrik yang lain, bisa dikurangi. Hal ini bisa dipelajari lebih detil dari buku
dengan logam pelindung. mengenai derau dalam rangkaian elektronik.

tl
Dasar Elektronika Osilasi 23t
230

Arus terbesar yang mengalir dalam rangkaian ini adalah arus pada resis-
f 533. Umpan Balik Melalui Sambungan GND dan Sambungan Sumber
tor kolektor T2 yang memzrng merupakan arus kolektor dari T2 tersebut ditam-
Dalam gambar l5.ll diperlihatkan skema rangkaian dari satu rangkaian bah dengan arus keluar dari rangkaian, namun kita menyebutnya sebagai i6.2
penguat dua tahap dengan penguatan yang besar. Biasanya sambungan kabel saja. Juga arus pada emitor dari transistor tersebut memiliki nilai yang besar.
dianggap tidak mempunyai resistivitas karena resistivitasnya kecil dibandingkan Kita sebutkan arus pada emitor sebagai rs. Arus bolak-balik ic.3 akan mengalir
dengan besar resistivitas-resistivitas lain yang terdapat dalam rangkaian elektro- dari sumber tegangan melalui kabel dan akhirnya sampai ke dalam resistor Rs2.
nik. Tetapi pada rangkaian yang peka, misalnya pada penguat dengan penguatan Karena sumber tegangan memiliki resistivitas dalam Rr,.6o dan kabel juga
yang besar, bahkan voltase kecil sudah cukup mengganggu kerja rangkaian. memiliki resistivitas RKob"t t, maka terdapat voltase bolak-balik v, pada kedua
Voltase yang timbul pada resistivitas kabel memang kecil, tetapi bisa cukup besar resistivitas tersebut. Voltase v" tersebut sebesar:
untuk mempengaruhi sifat dari rangkaian yang peka. Khususnya kalau arus
dalam kabel agak besaq maka voltase pada kabel juga menjadi lebih besar. v, = icz. (R*nur, + Rs,,bn) ( l5.e)
Dalam gambar 15.11 resistivitas dalam dari sumber voltase dan beberapa dari
resistivitas kabel digambar dalam skema rangkaian. Selain resistivitas tersebut
Voltase v, ini terdapat pada pembagi tegangan basis Tl, Rs1 dan Rg2 dan
menghasilkan voltase pada basis Tl sesuai dengan besar dari v, dan besar per-
juga terdapat induktivitas dalam kabel. Induktivitas itu juga kecil, tetapi untuk
bandingan dari kedua resistor tersebut. Ketika arus pada T2 naik, maka voltase v,
frekuensi besar induktivitas tersebut memiliki besar impedansi yang cukup besar
akan ikut naik sehingga potensial pada basis Tl akan turun dan Tl semakin
sehingga bisa mempengaruhi kerja dari rangkaian yang peka. Dalam gambar
tutup, maka T2 semakin membuka dan memperbesar arus i6.1. Berarti terdapat
I 5. 1 1 digambar satu induktivitas kabel juga dalam skema rangkaian. Resistivitas
umpan balik positif. Kalau resistivitas-resistivitas dan penguatan dari penguat
kabel dan induktivitas kabel dalam skema rangkaian gambar 15.11 disebut
dengan: RK"b"l l, Rrou"r z, Rr"u"r r dan Lxu6";.
vs = icz.(**nu, t + Rsu^ur)

"c ;;ilnu,,r)
Gambar 15.11l. Rangkaian penguat dengan resistivitas kabel dan resistivitrts
dalam dari catu daya.
232 Dasar Elektronika Osilasi 231

memenuhi syarat osilasi untuk suatu frekuensi tertentu maka akan timbul osilasi.
Osilasi ini bisa dicegah kalau Rpn6"1 dan R5u,6", bisa dibuat cukup kecil.
Catu daya biasanya memiliki resistivitas keluaran yang agak besar untuk
frekuensi rendah sehingga syarat osilasi bisa terpenuhi untuk frekuensi yang
rendah (beberapa Hz). Osilasi ini bisa dihindari dengan memakai catu daya
teregulasi yang mempunyai resistivitas keluaran yang kecil. Kalau kabel antara
catu daya dan rangkaian agak panjang, resistivitas kabel tersebut bisa menjadi
cukup besar sehingga timbul osilasi. Osilasi ini bisa dicegah dengan memakai Output
kondensator antara sambungan sumber dekat dengan rangkaian dan GND rang-
kaian. Kondensator tersebut membentuk satu tapis lolos rendah dan mengurangi
perubahan voltase pada sumber rangkaian.
Satu jalur umpan balik lain juga digambarkan dalam skema rangkaian
gambar 15.l1.Arus is2dari emitorT2 lewatresistorkabelRxn6"l j daninduktivi-
tas kabel Lyn6"1 mengh?silkan voltase vcrrD sebesar:
,14
vGND = ir, -(iaL*ru", + Rxnoa t) ( 1s. r0)

Voltase v6sp ini tersambung ke emitor Tl melalui kondensator emitor Rxru"t


Cs sehingga potensial pada emitor bertambah dengan v6yp. Tambahan potensial
pada emitor dari Tl mengurangi voltase basis-emitor Tl sehingga Tl semakin GND dari
tertutup, T2 semakin membuka, arus i62 bertambah, maka v6,,,,p juga bertambah, catu daya
memperbesar potensial pada emitor Tl. Berarti terdapat umpan balik positif yang
bisa menghasilkan osilasi.
Gambar 15.12: Penyambungan GND dan sumber yang mencegah timbulnya
umpqn balik positif.

osilasi seperti ini bisa dicegah dengan mengatur letak jalur-jalur


rangkaian sesuai,dengan 'prinsip titik GND" dan dengan memakai kondensator
antara sumber positif dan GND yang menghubung-singkatkan frekuensi tinggi
antara sumber dan GND. Kalau memakai "prinsip titik GND" semua sambungan
ke GND disambungkan pada satu titik tertentu. Titik itu disebut "titik GNb".
Dengan cara ini tidak terdapat jalur GND yang dipakai bersama-sama oleh
berbagai bagian rangkaian seperti dalam gambar 15.l r. Juga sambungan ke sum-
ber daya disambungkan pada satu titik bersama. satu contoh unflil *"r,y"m-
bungkan rangkaian dari gambar l5.ll diperlihatkan dalam gambar 15.12. Dalam
skema rangkaian tersebut beberapa resistivitas kabel, yaitu RKub"l r sampai
Rrub"rn, diperlihatkan. Kalau misalnya arus ic'r dalam T2 berubah, maka teiap
timbul voltase dalam kabel sambungannya, tetapi voltase ini tidak lagi mempc-
ngaruhi potensial pada basis Tl karena voltase untuk mengatur titik kerja, berarti
untuk mengatur potensial pada basis Tl disambungkan sebelum resistivitas kabel
Rx,t"tt.Masih terdapat resistivitas dalam dari catu daya yang dilalui oleh semur
ams yang terdapat dalam berbagai bagian rangkaian dan yang bisa menimbulkan
gangguan dari satu bagian rangkaian kepada bagian rangkaian yapg lain. cara
\

234 Dasar Elektronika

mengatasi kesulitan ini telah dibicarakan; Satu kondensator C,,.6o dipasang 16


antara titik GND dan titik sambungan sumber. Kondensator ini menghubung-
singkatkan derau atau osilasi dengan frekuensi tinggi antara sumber dan GND
sehingga osilasi ini tidak bisa masuk ke dalam rangkaian. Juga catu daya perlu Sumber Daya
dipilih dengan resistivitas keluaran yang cukup kecil. Dalam rangkaian ini semua
resistivitas dan induktivitas kabel tetap ada (walaupun hanya sebagian digambar-
kan dalam skema rangkaian), tetapi tidak lagi menghasilkan umpan balik, karena
setiap bagian rangkaian memiliki jalur sambungan tersendiri. Dalam praktek
akan sulit menerapkan prinsip titik GND ini secara total. Biasanya cukup kalau
jalur dengan arus besar dipisahkan dari jalur yang berhubungan dengan masukan
yang peka. Itu berarti masukan yang akan menguatkan sinyal pada jalur itu
dengan faktor penguatan yang besar. 16.f . Prinsip Dasar
Rangkaian elektronik biasanya membutuhkan voltase DC dengan volta-
se yang lebih rendah dibanding dengan voltase sambungan listrik yang biasanya
tersedia, yaitu sebesar 220Y AC. Sedangkan voltase yang dipakai dalamrangkai-
an elektonik biasanya hanya sekitar 3V sarnpai 50V DC. Voltase tersebut biasa-
nya bisa diperoleh dari baterai, tetapi penggunaan baterai sebagai sumter daya
listrik jauh lebih mahal dibanding dengan menggunakan sumber daya listrik dari
PLN. Untuk itu diperlukan satu alat yang dapat rnengubah daya voltase 220V AC
menjadi voltase DC sebesar voltase yang dibutuhkan.
Terdapat dua jenis power supply / sumber daya (atau bisa juga disebut
sebagai catu daya) yang memenuhi keperluan tersebut, yaitu sumber daya
dengan regulasi linear (linear regulated power supply) dan sumber daya dengan
regulasi switching (swilching regulated supply). Dalam pasal ini akan dibicara-
kan sumber daya dengan regulasi linear.
Sumber daya pada prinsipnya terdiri dari ernpat bagian: trafo, penye-
arah, kondensator sebagai tapis lolos rendah dan regulasi elektonik. Trafo diper-
gunakan untuk mentransformasikan voltase AC dari 220V menjadi lebih kecil
sehingga bisa dikelola oleh rangkaian regulasi linear. Penyearah yang terdiri dari
dioda-dioda mengubah voltase bolak-balik menjadi voltase searall tetapi voltase
hasil dari penyearahan itu masih kurang konstan, artinya masih mengalami per-
ubahan periodik yang besar. Sebab itu diperlukan kondensator sehingga voltase
tersebut cukup rata untuk diregulasi oleh rangkaian regulasi yang bisa meng-
hasilkan voltase DC yang baik dan konstan. Dalam pasal-pasal berikut fungsi
dari bagian-bagian ini akan ddelaskan.

16.2. Trafo
Sebuah trafo pada dasarnya terdiri dari dua kumparan yang digulung di
atas satu kern (bahan besi) yang dimiliki secara bersama-sarna. Kumparan per-
236 Dasar Elekfionika Sumber Daya 237

tama disebut kumparan primer dan kumparan kedua disebut kumparan sekunder. mengalir dari trafo lewat dioda dan kondensator. Memang sebagian arus dari
Perbandingan jumlah lilitan antara kedua kumparan menentukan perbandingan trafo akan lewat bebanjuga, tetapi biasanya bagian yang lewat kondensator lebih
voltase antara kedua kumparan tersebut. Jumlah lilitan, tebal, bahan kawat lilit- besar. Ketika voltase pada kondensator lebih besar daripada voltase positiftrafo,
an, serta besar, bentuk dan bahan kem menentukan sifat trafo ketika trafo dibe- maka dioda dibias balik (dioda dalam keadaan tutup) sehingga tidak ada arus
bani, yaitu ketika ada ams yang keluar dari kumparan sekunder. Sifat dari trafo dari trafo. Dalam situasi ini, arus mengalir dari kondensator melalui beban
adalah berapa banyak arus bisa keluar tanpa trafo menjadi terlalu panas dan sehingga muatan pada kondensator semakin berkurang dan voltase pada konden-
berapa besar resistivitas keluarannya. Karena setiap trafo memiliki resistivitas sator akan turun. Kecepatan penurunan voltase pada kondensator tergantung dari
keluaran, maka kalau ada arus yang mengalir keluar dari kumparan sekunder, besar kapasitansi kondensator dan besar arus yang mengalir dalam beban.
maka voltase akan berkurang. (Sifat ini dapat digambarkan dengan rangkaian Apabila kapasitansi besar, maka voltase turun pelan, karena terdapat banyak
ekuivalen Th6venin atau Norton.) muatan per voltase. Kalau arus dalam beban besar, maka voltase turun dengan
Jadi sifat listrik pada trafo ditentukan oleh voltase keluaran tanpa beban, cepat, karena banyak muatan per waktu yang keluar dari kondensator. Bentuk
resistivitas output dan arus maksimal. dari voltase pada keluaran seperti diperlihatkan dalam gambar 16.2.c.
Voltase keluaran akan naik ketika voltase positif trafo tinggi karena
pada waktu itu kondensator diisi dan voltase akan turun ketika voltase trafo
kurang tinggi atau negatif. Selisih voltase output antara puncak atas dan besar
16.3. Penyearah dengan Kondensator voltase paling rendah (voltase terendah) disebut ripple voltage peak to peak atal
voltase riak dari puncak ke puncak, V,or.Yang ditandai dengan Vs* dalam gam-
16.3.1. Penyearah Setengah Gelombang bar adalah voltase DC yang didapatkan bila kapasitansi kondensator tak berhing-
ga. Kalau kapasitansi kondensator tak berhingga, maka kondensator memang
Kalau satu dioda dirangkai seri dengan kumparan sekunder dan satu
diisi dengan muatan ketika voltase trafo lebih besar daripada Vs- dan dikosong-
kondensator dirangkai paralel dengan beban, maka terdapat rangkaian seperti
kan ketika voltase trafo lebih kecil. Tetapi perubahan muatan itu tidak akan
dalam gambar 16. l. Rangkaian ini merupakan penyearah setengah gelombang
dengan tapis lolos rendah yang berfungsi menghaluskan riak voltase dari penyea-
menghasilkan perubahan voltase. Vs- hanya tergantung dari voltase keluaran
rah. Karena tapis lolos rendah ini berfungsi untuk menghaluskan riak voltase, trafo tanpa beban dan dari resistivitas dalam pada trafo serta besar resistivitas
beban.
maka sering disebut sebagai tapis penghalus.
Kalau kondensator penghalus Co tidak dipasang, maka dioda akan dibias Kalau rangkaian ini tidak dibebani, maka tidak ada arus yang keluar,
maju ketika voltase positif trafo di atas dan voltase negatif di bawah sehingga tetapi kondensator diisi dari trafo sampai voltase pada kondensator menjadi
sebesar voltase puncak dari trafo dikurangi voltase pada dioda. Berarti voltase
akan ada arus dari dioda melalui beban kembali ke trafo. Ketika voltase negatif
trafo di atas dan voltase positif di bawah, maka dioda dibias balik dan tidak ada maksimal yang didapatkan pada kondensator sebesar
arus yang mengalir. Kalau voltase pada output diukur, maka akan terdapat hu- Vtpurrok -- V, 0 . ( l6.l )
bungan voltase terhadap waktu seperti diperlihatkan dalam gambar 16.2.b. "n'
Dalam grafik tersebut voltase keluaran ini digambar bersama dengan voltase
trafo dalam grafik a. Grafik b ini berada pada voltase yang 0.7Y lebih rendah
daripada grafik a yang menunjukkan voltase pada kumparan sekunder. Selisih ini
diperoleh dari voltase pada dioda. Kalau kondensator penghalus dipasang maka
ketika voltase positif trafo di atas, kondensator akan diisi oteh arus yang

i\,.,,
,V
Gambar 16.22 Voltase keluaran dari trafo (a.), voltase keluaran kalau memakai
Gambar 16.l: Penyearah setengah dioda saja (h.) dan voltose keluaran dari dioda (penyearah setengah gelombang)
gelombang. dengan kondens ator penghalus (c.).
238 Dasar Elektronika Sumber Daya 239

Rumus untuk menghitung besar voltase pada kondensator tersebut


terdapat dalam buku-buku elektronika, misalnya Tietze Schenk, Electronic circu'
its, design and application.
Kekurangan besar dari penyearah setengah gelombang adalah bahwa
selang waktu antara pengisian-pengisian kondensator lama. Karena waktu untuk
pengosongan kondensator lama, maka voltase pada kondensator turun jauh,
kecuali arus keluar sangat kecil atau kapasitansi kondensator sangat besar. Solusi
yang lebih efektif adalah dengan memakai jembatan dioda/penyearah gelombang
Gambar 16.4: Voltase keluaran dari trafo (a.), voltase keluaran kalau memakai
penuh.
jembatan dioda saja (b) dan voltase keluaran clari jembatan clioda (penyearah
gelombang penuh) dengan kondensator penghalus (c.).
16.3.2. Penyearah Gelombang Penuh
Dalam penyearah gelombang penuh, bagian gelombang dengan voltase tutup, dioda Dl dan D4 dibias maju atau dalam keadaan buka, maka arus menga-
negatif yang tidak dimanfaatkan dalam penyearah setengah gelombang dipakai lir dari trafo melalui dioda D4 ke kondensator dan keluar melalui beban, kemu-
juga sehingga waktu antara dua pengisian kondensator menjadi jauh lebih kecil dian kembali ke trafo melalui dioda Dl. Berarti keluaran yang ditandai dengan
(lebih kecil daripada setengah dari waktu ketika memakai penyearah setengah "+" juga dalam situasi ini tetap merupakan sambungan positif dari sumber daya
gelombang). Skema rangkaian penyearah gelombang penuh diperlihatkan dalam ini.
gambar 16.3. Rangkaian dengan empat dioda dalam skema rangkaian ini (berarti Kalau seandainya kondensator penghalus tidak dipasang maka akan ter-
tanpa trafo dan kondensator) disebutjembatan dioda. Ada IC dengan rangkaian dapat voltase pada keluaran seperti dalam gambar 16.4.b. Grafik gambar 16.4.b
jembatan dioda, berarti empat dioda dalam satu IC. IC tersebut memiliki empat
menunjukkan voltase keluaran dari trafo di mana voltase negatif dicerminkan ke
sambungan, dua sambungan untuk voltase bolak-balik, satu sambungan positif atas menjadi voltase positif. Pencerminan voltase ini disebabkan oleh dioda-
(biasanya ditandai dengan "+") dan satu sambungan negatif. IC itu disebut dioda yang selalu membukakan jalur untuk arus sehingga ams keluar pada
keluaran *+", berarti pada "+" selalu terdapat voltase positif. Selain voltase
jembatan dioda juga, sama seperti rangkaian yangada di dalamnya.
Fungsi dari rangkaian ini bisa dijelaskan sbb.: negatif trafo dicerminkan ke atas, besar voltase juga dikurangi sebesar voltase
Ketika voltase positif trafo di atas, maka dioda Dl dan D4 dibias balik pada dua dioda, karena arus selalu melewati dua dioda yang masing-masing
atau dalam keadaan tutup dan dioda D3 dan D2 akan dibias maju atau dalam memiliki voltase bias maju sebesar 0.7V. Ketika kondensator dipasang maka
keadaan buka. Dalam situasi ini arus mengalir dari trafo melalui dioda D3 ke voltase menjadi seperti dalam gambar 16.4.c. Ketika voltase dari jembatan dioda
kondensator dan keluar melalui beban, kemudian kembali ke trafo melalui dioda (gambar 16.4.b) lebih besar daripada voltase pada kondensator, maka
D2. Berarti keluaran yang ditandai dengan "+" merupakan sambungan positif kondensator diisi oleh arus dari hafo dan besar voltase keluaran yang sama
dari sumber daya ini. Ketika voltase pada trafo sudah membalik dan menjadi dengan voltase pada kondensator akan naik. Pada waktu voltase dari jembatan
negatif di atas, maka dioda D2 dan D3 akan dibias balik atau dalam keadaan dioda (gambar 16.4.b) lebih kecil daripada voltase kondensator, maka semua
dioda dibias balik atau dalam keadaan tutup sehingga tidak ada arus dari trafo.
Dalam situasi ini terdapat arus dari kondensator yang masuk ke dalam beban
sehingga voltase keluaran (: voltase kondensator) turun.
Jadi secara keseluruhan, rangkaian ini merupakan rangkaian penyearah
bersama dengan kondensator sebagai tapis penghalus, secara singkat biasa
disebut sebagaifilter rectifier atau tapis penyearah.

16.33. Rangkaian Center Tap


Penyearahan gelombang penuh bisa juga didapatkan dengan menye-
arahkan dua voltase AC yang berlawanan fase dengan penyearah setengah ge-
Gambar 16.3: Rangkaian penyearah gelombang penuh dengan jembatan dioda.
240 Dasar Elektronika Sumber Daya 241

lombang. Dua voltase AC yang berlawanan fase diperoleh dari trafo yang mem-
punyai sambungan di tengah (sambungan CT atau Center Tap). Rangkaian cen-
ter tap atau rangkaian sambungan tengah diperlihatkan dalam gambar 16.5.
Rangkaian sambungan tengah seolah-olah terdiri dari dua penyearah setengah
gelombang untuk kedua voltase AC yang berlawanan fase dan keluaran dari
kedua rangkaian digabungkan. Sifatnya seperti rangkaian dengan jembatan
dioda, tetapi pada rangkaian ini arus mengalir hanya dalam satu dioda sehingga
voltase yang terboros dalam dioda hanya separuh. Tetapi resistivitas dalam pada
trafo menjadi dua kali lipat. Jadi keuntungan rangkaian sambungan tengah dalam
pemborosan daya tergantung dari perbandingan antara voltase keluaran dan Center tap baru untuk
voltase pada dioda. Untuk voltase rendah rangkaian sambungan tengah lebih
baik daripada rangkaian jembatan dioda, tetapi untuk voltase tinggi, rangkaian
jembatan dioda lebih efektif daripada rangkaian sambungan tengah. Gambar 16.62 Rangkoian double center tap.

16,4. Regulasi Voltase

16.4.1. Prinsip Regulasi Secara Umum


Gambar 16.5: Arti kata regulasi adalah pengaturan. Yang biasanya dimaksud dengan
Rangkaian center tap. regulasi adalah suatu besaran yang diatur pada nilai tertentu. Untuk mengatur
satu besaran pada nilai tertentu, maka besaran itu diukur dan dibandingkan
dengan satu nilai standar ydng dipakai sebagai referensi. Kalau besar nilai yang
16.3.4. Rangkaian Double Center Tap didapatkan lebih besar dari besarnya nilai referensi, maka diambil langkah untuk
Dalam rangkaian sambungan tengah hanya setengah gelombang dari mengurangi besar nilai tersebut. Kalau besar nilai yang didapatkan lebih kecil
masing-masing kumparan trafo yang digunakan. Bagian gelombang yang kedua daripada besar nilai referensi diusahakan supaya besarnya nilai tersebut menjadi
bisa dipakai untuk mendapatkan satu sumber voltase negatif dengan besar volta- lebih besar. Misalnya suhu dalam ruangan mau diatur pada suhu 2,4 Maka suhu
se yang sama dengan besarnya voltase positif. Bagian negatif ini bisa dimanfaat- dalam ruangan diukur dan kalau suhu lebih tinggi daripada 7,"1, maka AC dihi-
kan dengan menyambungkan lagi satu rangkaian sambungan tengah pada keluar- dupkan dan kalau suhu lebih rendah daripada T,"rt AC dimatikan. Berarti proses
an trafo, tetapi dengan arah dioda yang terbalik sehingga bagian voltase negatif regulasi merupakan satu rangkaian umpan balik dengan umpan balik negatif.
akan melewati dioda baru itu. Rangkaian ini disebut sebagai double center tap
atau rangkaian dua sambungan tengah. Rangkaian komplit diperlihatkan dalam
gambar 16.6. Keempat dioda dalam rangkaian dua sambungan tengah ini dirang-
16.4.2. Prinsip Regulasi pada Regulasi Yoltase
kai sama dengan keempat dioda dalam rangkaian jembatan dioda, sehingga jem- Voltase yang didapatkan dari rangkaian penyearah dan tapis penghalus
batan dioda bisa dipakai sebagai rangkaian dua sambungan tengah. (filter rectifier, dari pasal 16.3..) belum rata dan belum stabil, sehingga masih ter-
dapat voltase riak seperti diperlihatkan dalam gambar 16.4 dan kalau arus ber-
ubah, voltase berubah sesuai dengan resistivitas keluaran dari trafo. Untuk men-
dapatkan voltase yang benar rata dan konstan perlu rangkaian regulasi. Tugas
dari rangkaian regulasi adalah mengatur voltase sehingga voltase riakhilangdan
voltase keluaran tidak lagi tergantung arus yang mengalir.
Regulasi voltase berfungsi dengan satu voltase referensi dan satu
penguat diferensial seperti diperlihatkan dalam gambar 16.7. voltase darifilter
242 Dasar Elektronika Sumber Daya 243

Supaya penguat bisa bekerja dengan benar, voltase keluaran tidak bisa
(belum terregulasi) menjadi sama besar dengan voltase sumber, tetapi voltase sumber selalu harus
lebih besar daripada voltase keluaran. Selisih minimal antara voltase sumber dan
voltase keluaran disebut dropout voltage.
Selain data di atas, yang menunjukkan seberapa bagus fungsi regulasi
voltase, juga terdapat data batas kerja yang perlu diperhatikan supaya regulator
Gambar 16.7: Prinsip Regulasi tidak rusak.
Voltase. Satu batas adalah penyerapan daya maksimal Pr"st tnto, -ok";.n1. Daya yang
harus diserap oleh regulator adalah voltase pada regulator dikalikan arus pada
regulator. Voltase pada regulator adalah selisih antara voltase sumber dan voltase
rectifier yang belum teregulasi dipakai sebagai sumber voltase dari penguat
diferensial. Rangkaian yang menyediakan voltase referensi biasanya juga melna-
keluaran dan arus pada regulator sarna dengan arus keluaran, sehingga daya
regulator sebesar:
kai voltase sumber darifilter rectifier sebagai sumber daya.
Kalau voltase sumber dari filter rectifier berubah, berarti terdapat Prrgrtnto, = (Y*ppty - V*,)' I *, ( l6.s)
LVsuppry, maka sifat penguat dan voltase referensi yang biasanya juga terdapat
Selain batas daya, voltase pada regulator dan arus pada regulator
dari sumber yang sama akan berubah sehingga voltase keluaran ikut berubah.
masing-masing juga mempunyai batas maksimal.
Kalau regulator baik, perubahan voltase keluaran akan kecil walaupun voltase
sumber berubah jauh. Perbandingan antara perubahan voltase sumber dengan
perubahan voltase keluaran disebut line regulatio,r atau regulasi sumber. Besaran 16.43. Rangkaian Regulasi Sederhana
regulasi sumber ini menunjukkan seberapa baik riak dari surnber dihilangkan Dalam skema rangkaian gambar 16.8 diperlihatkan satu rangkaian regu-
(diregulasikan) oleh regulator. Definisinya dalam bentuk rumus sbb.: lasi yang sederhana. Penguat diferensial dibentuk oleh satu transistor, di mana
basis dari transistor merupakan masukan tak membalik dan emitor merupakan
regulasi sumber / line regulation =ff (16.2)
masukan membalik dari penguat ini. Karena emitor sekaligus merupakan voltase
keluaran dari rangkaian ini, maka umpan balik terdapat secara otomatis. Rang-
Kalau line regulation lebih besar, berarti perubahan pada keluaran rang- kaian ini adalah pengikut emitor dengan voltase referensi dari dioda Zener seba-
kaian lebih kecil. gai masukan.
Besaran lain yang penting untuk catu daya adalah resistivitas output, Sebagai pendekatan pertama fungsi dari rangkaian ini bisa dimengerti
yaitu berapa jauh voltase keluaran berubah ketika arus keluaran berubah: sbb.: Voltase pada dioda Zener yang stabil bisa dipakai sebagai voltase referensi.
LVo,, Voltase basis-emitor konstan walaupun arus emitor berubah, maka voltase kelu-
- --E (16.3)
'o* aran juga menjadi konstan. Kalau voltase keluaran mulai turun, misalnya karena
arus pada beban yang dipasang pada rangkaian bertambah besaq maka voltase
Kalau resisitivitas keluaran kecil, maka voltase keluaran akan lebih basis-emitor bertambah besar sehingga arus yang mengalir dalam transistor
konstan walaupun arus keluaran berubah jauh. bertambah besar. Dengan arus yang semakin besar, voltase pada beban atau
Sifat rangkaian juga berubah kalau suhu komponen berubah, misalnya voltase keluaran juga akan bertambah besar. Karena voltase basis-emitor selalu
karena suhu lingkungan berubah. Pengaruh dari suhu kepada voltase keluaran konstan pada =0.7V, maka voltase keluaran akan selalu:0.7V di bawah voltase
disebut koefisien suhu dan terdefinisi sebagai perubahan voltase keluaran LVo,, pada dioda Zener yang konstan.
per voltase keluaran Vou, per derajat perubahan suhu: Tetapi baik voltase pada dioda Zener sebagai voltase referensi konstan
LVorr maupun voltase basis-emitor konstan merupakan satu pendekatan. Kalau voltase
V sumber pada regulator ini berubah maka voltase pada resistor juga akan berubah
koeJisien trhu=-ff (16.4) sehingga arus yang mengalir dalam resistor dan dalam dioda Zener ikut berubah.
Jadi voltase pada dioda Zener berubah sesuai dengan resistivitas diferensial dari
244 Dasar Elektronika Sumber Daya 24s

dalam dioda Zener bisa stabil. Jadi dropout voltage pada rangkaian rni besarnya
beberapa volt.
Regulasi sederhana ini untuk banyak pemakaian tidak cukup baik
karena line regulation kurang baik dan juga resistivitas keluaran terlalu besar.
Apabila arus keluaran kecil, resistivitas keluaran akan lebih besar lagi.
Gambar 16,8: Rangkaian regulasi voltase
Kalau resistor R di depan dioda Zener diganti dengan rangkaian arus
yang sederhana.
konstan, maka sifat line regulation menjadi jauh lebih bagus. Karena rangkaian
arus konstan bisa memiliki resistivitas diferensial yang besar, maka dari (16.6)
dioda Zener. Perubahan voltase referensi V,nyhampirl7 sama dengan perubahan terdapat line regulatior yang besar.
voltase keluaran akibat perubahan voltase sumber Vsurr1,. Maka besar line
regulation terdapat dari rangkaian seri resistor dan dioda Zener:
16.4.4. Regulasi dengan Op-Amp
) R+r' R
LVou, = 6YnI line regulatio,
- =LYW\'' - - ( 16.6) Pada gambar 16.9 diperlihatkan rangkaian regulasi voltase. Rangkaian
L/ou, t= f. ini memakai satu Op-Anp dengan transistor T sebagai penguat arus. Rangkaian
Besamya line regulatior dalam rangkaian ini antara l0 dan 100. Berarti dengan resistor R dan dioda Zener Z menyediakan voltase referensi seperti
voltase riak pada keluaran sebesar 1%o sampai 10Yo dari voltase riak pada dalam rangkaian pasal 16.4.3. Tetapi di sini rangkaian voltase referensi tersebut
masukan. Kalau R diperbesar, arus dalam dioda Zener menjadi lebih kecil memakai voltase keluaran yang sudah teregulasi sebagai sumber daya sehingga
sehingga resistivitas diferensialny?, 17 . menjadi lebih besar juga. Resistivitas perubahan dari voltase sumber tidak mempengaruhi arus dalam resistor R dan
diferensial dioda Zener kira-kira berbanding terbalik dengan arus yang mengalir dalam dioda Zener. Maka voltase referensi V,"1 yang terdapat pada dioda Zener
di dalamnya. Maka perubahan resistivitas dari resistor R di depan dioda Zener sangat konstan. Op-Amp bersama dengan kedua resistor Rl dan R2 bekerja
hampir tidak mempengaruhi line regulation. sebagai penguat tak membalik dengan voltase keluaran sebesar:

Resistivitas output diperoleh dari resistivitas diferensial pada emitor:


(16.8)
LVou,_l,rn_Vr,4, - lV g 'rrr=Y'V*,
'ou'--To* -|-G-C-G- 00.,"*' hr"
(16.7)
Transistor T pada keluaran Op-Amp dipakai supaya arus yang keluar
dari rangkaian bisa lebih besar daripada arus keluaran maksimal dari Op-Amp.
Di mana 16 resistivitas diferensial pada basis, berarti resistivitas
Transistor T bisa merupakan Transistor Darlington atau rangkaian Darlington
pengganti dari rangkaian paralel dioda Zener dan resistor depan dioda Zener.
sehingga arus yang didapatkan lebih besar.
Contoh: Arus keluaran 200mA, R -- 5000, 17: l0{1, hy":100. Op-Amp sendiri mempunyai penguatan voltase yang sangat besar
I = 0.25fi
5009-ll-10Q sehingga selisih antara voltase referensi dan voltase yang diumpan-balikkan pada
8 t ht" - 100
= 0.0980 = 0.lo ; maka terdapat resistivitas
resistor R2 menjadi sangat kecil, lebih persis menjadi sebesar voltase offset dari
keluaran sebesar ro,,: 0.35{1. Op-Amp. Jadi perubahan voltase keluaran terjadi hanya kalau voltase offset dari
Op-Amp berubah. Voltase offset dari Op-Amp berubah kalau voltase sumber ber-
Dropout voltage dalam rangkaian ini ditentukan oleh voltase minimal
ubah. Perbandingan antara perubahan voltase sumber terhadap perubahan voltase
yang dibutuhkan oleh rangkaian resistor - dioda Zener supaya bisa berfungsi
dengan baik dan menghasilkan voltase referensi yang diinginkan. Voltase offset disebut power supply rejection ratio dan biasanya sebesar =104. Maka
referensi saja sudah 0.7V di atas voltase keluaran karena adanya voltase basis- dengan rangkaian ini line regulation menjadi sebesar =10 000.
emitor. Voltase masukan harus cukup jauh di atas voltase referensi supaya arus Pada keluaran rangkaian ini terdapat pengikut emitor transistor T yang
mempunyai resistivitas keluaran yang kecil. Melalui umpan balik, resistivitas
keluaran dari seluruh rangkaian dibagi lagi dengan faktor umpan balik. Faktor
umpan balik dari rangkaian ini besar karena penguatan voltase dari Op-Amp
17 Memang ada perubahan voltase karena transistor mempunyai besar resistivitas r(:E yang sangat besar. Oleh sebab itu resistivitas keluaran dari rangkaian ini sangat kecil.
terbatas antara kolektor dan emitor, tetapi perubahan ini jauh lebih kecil dibanding dengan
perubahan voltase referensi sehingga bisa diabaikan.
246 Dasar Elektronika Sumber Dava 241

IC 78xx mempunyai tiga kaki, satu untuk Vi,, satu untuk Vou, dan satu
untuk GND. Sambungan tersebut diperlihatkan dalam gambar 16.8. Dalam IC ini
selain rangkaian regulasi voltase juga sudah terdapat rangkaian pengaman yang
melindungi IC dari arus atau daya yang terlalu tinggi. Terdapat pembatasan arus
yang mengurangi voltase keluaran kalau batas arus terlampaui. Besar dari batas
arus ini tergantung dari voltase pada IC sehingga arus maksimal lebil kecil kalau
selisih voltase antara V,n dan Vo,, lebih besar. Juga terdapat pengukuran suhu
yang mengurangi arus maksimal kalau suhu IC menjadi terlalu tinggi. Dengan
rangkaian-rangkaian pengaman ini IC terlindung dari kerusakan sebagai akibat
beban yang terlalu besar.
Data tentang IC bisa didapatkan dari buku datanya.
Gambar 16.9: Regulasi voltase dengan
memakai Op-Amp.

Gangguan paling besar pada rangkaian ini disebabkan oleh voltase


Zener dali dioda Zener yang berubah terhadap suhu. Besar perubahan voltase Gambar 16.10: Regulasi voltase memakai IC
78rx.
Zener terhadap suhu dinyatakan dengan koefisien suhu yang terdefinisi sbb.:
AI'Z
16.4.6. Prinsip Kerja dari IC 78xx
koefisien suhu=! (16.9) Prinsip rangkaian dari IC 78xx seperti tampak dalam gambar 16.11.D2
AT
adalah dioda Zener yang menyediakan voltase referensi. Arus untuk D2 terdapat
Koefisien suhu dari dioda Zener besarnya sekitar l'l0r/K, berarti kalau dari sumber arus konstan [1. Karena arus dari sumber arus maka pengaruh dari
suhu berubah sejauh l0 derajat, maka voltase berubah sebesar l%o.Pada voltase voltase sumber terhadap arus dalam dioda Zener kecil.
Zener sebesar 5 ... 6V koefisien suhu dioda Zener lebih kecil.
Voltase referensi dari D2 masuk ke dalam penguat diferensial yang
Dropout voltage tergantung berapa jauh keluaran Op-Amp bisa mende- dibenhrk oleh T3, T4, R7 dan 12. Keluaran dari penguat diferensial tersambung
kati voltase sumber dari Op-Amp. Selisih minimal antara voltase keluaran Op- dengan transistor daya T1 yang dibuat sebagai transistor Darlington. Keluaran IC
Amp dan voltase masukannya antara satu dan dua volt. Dropout voltage sebesar tersambung dengan pembagi tegangan R2 dan Rl dan voltase pada Rl disam-
selisih minimal tersebut ditambah dengan voltase basis-emitor dari transistor bungkan dengan basis dari T4 sebagai masukan membalik dari penguat diferen-
penguat arus. Arus maksimal dan daya maksimal ditentukan oleh batas-batas
sial. Berarti voltase pada R1 selalu dibandingkan dengan voltase referensi dan
kerja transistor T. kalau voltase keluaran terlalu tinggi maka voltase pada Rl juga terlalu tinggi
Rangkaian ini juga sering dipakai sebagai rangkaian voltase referensi sehingga keluaran menjadi berkurang.
untuk rangkaian regulasi yang lain. Karena pada rangkaian voltase referensi R3 dirangkai dalam jalur arus keluar sehingga voltase pada R3 seban-
biasanya tidak memerlukan arus keluaran yang besar, maka transistor T tidak ding dengan arus keluar. Kalau voltase pada R3 lebih besar dari 0.6V maka
diperlukan, dan keluaran Op-Amp langsung dipakai sebagai keluaran rangkaian. voltase basis-emitor pada transistor T2 akan lebih besar dari 0.6V dan transistor
ini akan buka sehingga voltase basis dari Tl berkurang dan voltase keluaran ber-
16.4.5. Regulasi dengan Regulator IC kurang juga. Jadi dengan R3 dan T2 terdapat pembatasan arus yang membatasi
arus keluaran sebesar Iout.okri
Karena regulasi voltase untuk catu daya seringkali dibutuhkan, maka
tersedia berbagai jenis IC yang memenuhi kebutuhan ini. Salah satu IC adalah . 0.6v
(16.r0)
seri 78xx, di mana xx menunjukkan voltase keluaran dari IC tersebut. Terdapat 'outnktks
&
xx:05 untuk 5Y xx:75 untuk 7.5Y xx:09 untuk 9Y xx: 12 untuk 12Y
xx: 15 untuk l5V danjuga terdapat voltase yang lebih tinggi.
I
248 Dasar Elektronika

16.4.7. Regulasi Voltase Untuk Voltase Negatif


vlt
tnt
Kalau dalam suatu rangkaian voltase negatif dibutuhkan dan sumber

I daya sebelum regulator tidak mempunyai sambungan GND, maka regulator vol-
tase positifbisa dipakai seperti yang diperlihatkan dalam skema rangkaian pada
gambar 16.12. Tetapi kalau rangkaian penyedia daya sudah mempunyai iam-
bungan GND, maka regulator untuk voltase positif tidak bisa dipakii untuk me-
nyediakan voltase negatif.
Satu contoh untuk situasi ini adalah catu daya yang mempunyai keluar-
an voltase negatif yang teregulasi bersama dengan keluaran voltaie positif yang
teregulasi. Rangkaian untuk kebutuhan ini diperlihatkan dalam gambar 16.13.
Dalam situasi ini dibutuhkan regulator khusus untuk voltase negatif di mana arus
masuk ke dalam keluaran regulator.
contoh rangkaian regulasi untuk voltase negatif terlihat dalam gambar
16.14. Prinsip rangkaian seperti ini dipakai dalam IC seri 79xx. ciri utama regu-
Gambar 16.llz Prinsip rangkaian IC 78xx. lator voltase negatif adalah bahwa arus masuk ke dalam keluaran rangkaian
sehingga voltase keluarannya negatif terhadap GND. Rangkaian regulator seder-
hana seperti pada gambar 16.8 bisa diubah menjadi regulator uoltur" negatif
Dioda Dladalah dioda Zener dan ketika selisih voltase antara emitor
kalau transistor npn diganti dengan ffansistor pnp dan dioda Zener dibalikkan
dan kolektor dari Tl
melebihi voltase Zener dari Dl, maka ada arus yang melalui
sehingga terdapat rangkaian seperti skema rangkaian dalam gambar 16.15.
R5 dan R4. Ketika ada arus dalam R4, maka terdapat voltase pada R4. R4
dirangkai seri dengan R3 antara basis dan emitor dari T2, sehingga T2 akan
membuka ketika jumlah voltase pada R3 dan R4 menjadi lebih besar dari 0.6V.
Dengan cara ini pembatas arus akan mulai berfungsi ketika voltase pada R3
masih lebih kecil dari 0.6V, yang berarti batas arus untuk keluaran menjadi lebih
kecil ketika selisih voltase antara masukan dan keluaran IC sudah melebihi
voltase Zener dari Dl. Semakin besar selisih voltase tersebut, semakin kecil
batas arus:

=9!#, r*o = ((4, - v,,,) - Yr)'Ek


I o,t^nk
Gambar 16.12z Regulator positif dipakai untuk menyecliakan voltase negattf.
(16.11)
) Io,t.nk, =Y -(r,, -r"-) -d *r# n)
Persamaan (16.ll) baru benar kalau selisih voltase antara input dan
output suciah melebihi voltase Zener. Kalau selisih voltase tersebut lebih kecil,
maka (16.10) berlaku.
Dalam rangkaian ini terdapat dropout voltage sebesar kira-kira 2,5Y, di
mana voltase ini didapatkan dari voltase sebesar 0,6V pada resistor R3, voltase
basis emitor pada Tl sebesar ^,1,6Y dan voltase minimal pada sumber arus 12
sebesar !0,3V.

Gambar 16.13z Catu daya untuk voltase positif dan voltase negatif.
250 Dasar Elektronika

17

Pendingin
Gambar 16.14: Rangkaian regulasi untuk
voltase negatif seperti yang dipakai dalam IC
79xx.

17.1. Fungsi dan Tujuan Pendingin


Komponen-komponen elektronik dialiri arus ketika ada voltase, maka
Gambar 16.15: Rangkaian regulasi terdapat dayayang diberikan kepada komponen itu. Daya tersebut biasanya ber-
sederhana untuk voltase negatif. ubah menjadi energi panas di dalam komponen sehingga suhu komponen ber-
tambah. Kalau suhu komponen terlalu tinggi, maka komponen akan terbakar dan
rusak. Untuk menghindari kerusakan akibat komponen yang terlalu panas, maka
energi panas yang timbul dalam komponen harus dialirkan keluar dari kompo-
nen. Kadang komponen sendiri tidak mampu untuk mengalirkan seluruh energi
panas keluar sehingga perlu tambahan pendingin pada komponen (misalnya
pendingin transistor) yang mempermudah energi panas mengalir keluar dari
komponen ke udara lingkungan. Dalam pasal ini akan dibahas mengenai dasar
fisika mengenai energi panas dan sifat-sifat pendingin.

17.2" Fisika
Kalau terdapat dua tempat yang saling berhubungan secara termis, di
mana satu tempat lebih panas dan yang lain lebih dingin, maka lama-kelamaan
yang lebih dingin akan menjadi lebih panas dan yang lebih panas akan menjadi
lebih dingin. Ini berarti energi panas pindah dari tempat yang lebih panas ke
tempat yang lebih dingin. Bisa dikatakan terdapat arus energi panas. Besar energi
panas yang pindah dari satu tempat ke tempat lain akan kita sebut sebagai A,Q.
Kalau energi AQ pindah dalam waktu At, maka terdapat arus energi panas 1r:

t,,
"
=*-
Lt
P, alaulebih persis secara rnatematis:
-.-(t1,, =P=
dt n
-I (17.1)

Arus energi panas juga bisa disebut sebagai daya termis P,, karena arus
energl panas memang daya termis yang mengalir antara dua tempat.
Kalau ada situasi sebagai berikut: terdapat tempat dengan suhu ft yang
konstan di sebelah kiri, dan di sebelah kanan terdapat tempat dengan suhu 72
yang konstan dan satu batang zat padat dengan panjang / dan luas I menghu-

)< I
252 Dasar Elektronika Pendingin 2s3

Selain resistivitas panas yang didapatkan ketika energi panas mengalir


dalam satu benda, terdapat juga resistivitas panas ketika arus energi panas /,,
mengalir dari satu benda ke benda yang lain melewati permukaan seluas l.
Dalam situasi ini terdapat hubungan antara arus energi panas 1,,, dan luas per-
Gambar l7.lz Aliran panas dalam satu dimensi. mukaan,4 yang dilewati sbb.:
P,=Io=a'A'A'T (17.5)
bungkan kedua tempat ini seperti dalam gambar 17.1, maka terdapat hubungan
linear antara arus energi panas I, (atau daya panas P,), perbedaan suhu, besar sehingga terdapat resistivitas panas sebesar:
luasanl dan invers jarak: _LTt (r7.6)
, +€I,t=Y o,
'ns.A
4=tr=^ (r7.2)
Di mana o merupakan satu konstanta yang menggambarkan sifat dari
=fi permukaan yang dilewati energi panas.

Di mana konstanta l, adalah konduktivitas panas jenis dari zatbatang


penghubung.
Dalam persamaan (17.2) dapat dilihat hubungan antara arus energi 17.3. Pendingin Transistor
panas 1,, yang mengalir antara dua tempat dan perbedaan suhu LT yang
berbanding lurus. Situasi ini sama dengan hubungan antara arus listrik dan
17.3.1. Prinsip-Prinsip Dasar
tegangan listrik. Sebab itu resistivitas termis atau resistivitas panas ft, bisa
didehnisikan sebagai perbandingan antara perbedaan suhu AI dan arus energi Suhu maksimal pada persambungan pn antara kolektor dan basis dalam
panas Ir: transistor membatasi daya maksimal yang bisa diserap oleh transistor. Sambung-
an pn ini menjadi tempat paling panas dalam transistor karena di situ terdapat
^ATAT voltase yang paling besar. Dan arus yang mengalir di situ adalah arus kolektor
'1,1 4 ( 17.3)
yang besar sehingga daya pada sambungan pn tersebut sebesar:
Resistivitas panas ini merupakan satu konstanta yang tergantung pada 4 =Vcc'Ic (r7.7)
besar konduktivitas panas jenis dari bahan yang dialiri energi panas dan dari
Supaya transistor tidak terbakar, sambungan tersebut tidak boleh men-
geometri, seperti situasi dengan resistivitas listrik. Persamaan (17.3) ekuivalen
jadi lebih panas daripada suhu maksimal T1*o, (maximum junction temperature).
dengan hukum Ohm untuk listrik, di mana resistivitas termis R, sesuai dengan
Nilai dari T6o, atau dengan singkat disebut 71, tercatat dalam buku data transis-
resistivitas, perbedaan suhu AI sesuai dengan voltase dan arus energi panas
tor. Untuk transistor Si biasanya terdapat Tj utx antara l50oC dan 200'C. Berarti
sesuai dengan arus listrik. Dalam contoh situasi linear dalam persamaan (17.2)
dan gambar l7.l terdapat resistivitas panas batang penghubung dari geometri terdapat daya dorong AZunruk arus energi panas paling besar sebesar perbedaan
dan konduktivitas panas jenis: antara suhu maksimal persambungaa Tr.o, dan suhu udara lingkungan. Arus
energi panas sebesar daya pada sarnbungan kolektor basis P7 harus mengalir
^LTl lewat resistivitas termis sebesar R1 61n1 lznlg terdapat antara sambungan kolektor
' n
rt, -
-
)\'A
(17.4)
basis dan udara lingkungan. Hubungan antara daya persambungan maksimal
Kalau resistivitas termis antara dua tempat diketahui, maka daya panas P7,o,, perbedaan suhu AI dan resistivitas termis total tersebut terdapat dari
yang mengalir antara kedua tempat itu bisa dihitung dari perbedaan suhu, seperti (17.3):
arus listrik yang dihitung dari voltase dan resistivitas. Resistivitas termis bisa LT- TJrr.* - Tlingkungn,
juga dirangkai seri atau paralel seperti resistor dan semua perhitungannya akan P,
rnare= (17.8)
R.rtntnt R,,ra
sarna.
Arus energi panas tergantung dari besar resistivitas termis Rt d4 antara
persambungan pn dan udara lingkungan.
'!

254 Dasar Elektronika Pendingin 255

Misalnya terdapat resistivitas termis total sebesar 3 K./W, suhu persam- R.


bungan maksimal sebesar Tr.nk, : I 75'C dan suhu lingkungan dalam alat sebesar
Tti,gku,gnn:35"C, maka terdapat daya maksimal yang bisa diserap transistor
sebesar: Gambar 17.3: Gambar ekuivalen ttntuk resistivitas-resistivitas termis pado
LT__ l75K-35K trans is tor de ngan p endin gin.
P. = R,,ou,r
Jntut*s =46-7W (n.e)
3 K/W
wati resistivitas termis kemasan R,4, kemudian panas harus mengalir dari per-
Supaya daya yang diserap bisa menjadi lebih besar, maka resistivitas
mukaan kemasan ke pendingin melewati resistivitas termis R,6, lalu dari tempat
termis harus lebih kecil.
transistor pada pendingin ke permukaan pendingin melewati resistivitas termis
Resistivitas termis total bisa dibagi menjadi resistivitas termis antara R,r, dari permukaan pendingin ke udara melewati resistivitas termis R,r,,. Semua
sambungan kolektor basis dan permukaan kemasan dan resistivitas termis antara resistivitas tersebut terangkai secara seri seperti diperlihatkan dalam gambar 17.3
permukaan kemasan dan udara lingkungan, di mana kedua resistivitas termis ini sehingga terdapat resistivitas termis total sebagai jurnlah dari resistivitas termis
terangkai secara seri. Resistivitas termis antara permukaan kemasan dan udara di masing-masing:
lingkungan biasanya menjadi resistivitas termis yang paling besar. Resistivitas
ini terutama tergantung dari luas permukaan transistor. Sebab itu kemasan untuk R. .=R..+R..
ttotdt tt thp +R.
,l' +R,,pu (r 7.10)
transistor yang bisa menyerap daya lebih tinggi menjadi lebih besar. Tetapi untuk Kolektor transistor daya biasanya tersambung ke kemasan sehingga
transistor daya yang harus menyerap daya yang besar, permukaan transistor yang kemasan transistor harus diisolasi secara listrik dari kotak alat dan dari bagian
luas saja tidak bisa cukup besar untuk mengalirkan seluruh energi panas ke udara rangkaian yang lain. Salah safu cara adalah dengan memasang pendingin secara
lingkungan. Sebab itu transistor daya sering perlu dilengkapi dengan pendingin. terisolasi dari box dan dari bagian rangkaian lain dan mencegahnya dari sentuhan
Pendingin adalah suatu benda, biasanya dari bahan almunium dengan sambungan listrik lain. Cara lain adalah dengan mengisolasi transistor dari pen-
luas permukaan yarrg besar. Pendingin dipasang erat pada transistor sehingga dingin. Tetapi isolasi listrik ini tidak boleh merupakan isolasi termis, melainkan
panas bisa mengalir dengan mudah dari transistor ke pendingin atau, dengan kata secara termis kemasan transistor harus tersambung dengan baik (resistivitas
lain, resistivitas termis antara permukaan transistor dan permukaan pendingin termis kecil) ke pendingin. Tujuan ini tercapai dengan sebuah lempeng mika
menjadi kecil. Satu konstruksi yang sering dipakai seperti diperlihatkan dalam yang dipasang antara transistor dan pendingin. Supaya resistivitas termis antara
gambar 17.2. Bahan pendingin biasanya almunium karena almunium memiliki permukaan transistor dan permukaan pendingin kecil rnaka perlu sentuhan erat.
resistivitas termis yang kecil sehingga energi panas mengalir ke permukaan Sentuhan ini bisa menjadi lebih baik dengan mengoleskan semua permukaan
pendingin dengan mudah. yang akan bersentuhan dengan pasta pendingin sebelum dipasang. Pasta pen-
Pada contoh gambar 17.2 terdapat situasi sbb.: Persambungan kolektor dingin merupakan satu zat yang mengurangi resistivitas termis antara permuka-
basisdi mana panas timbul, berada dalam kemasan transistor sehingga energi an-permukaan.
panas harus mengalir dari persambungan ini ke permukaan kemasan dulu, mele- Resistivitas termis dalam pendingin R, biasanya kecil dibanding dengan
resistivitas termis antara permukaan pendingin dan udara R,r,, sehingga besar luas
permukaan akan menentukan resistivitas termis dari sebuah pendingin. Kedua
resistivitas ini (R, dan R,r,,) digabungkan sebagai resistivitas termis pendingin
yang tercantum dalam informasi data pendingin. Mengenai resistivitas termis
kemasan perlu kita cari informasi dari data transistor (Contoh di bawah). Resisti-
vitas termis antara kemasan dan pendingin biasanya kecil kalau pendingin
dipasang dengan baik pada transistor.

Gambar 17.2: Aliran energi panas dari sambungan kolektor basis sampai ke
udara lingkungan melewati pendingin transistor.
256 Dasar Elektronika Pendingin 257

17.3.2. Contoh-Contoh Data Dalam contoh ini suhu lingkungan dianggap maksimal sebesar 35"C
(kalau pendingin dipasang di luar box alat), maka terdapat daya maksimal untuk
transistor sebesar:
17.3.2.1. Contoh I
P, LT _2ooK-35K=77.8W
Terdapat transistor daya dengan informasi sbb.: Suhu persambungan = R,,onrl
rma6s 2,I2KJW
(17.15)
maksimal, Tt:200oC, dan mengenai daya maksimal tercantum dalam buku data:
Pror: llswc, berarti 115 W Mengenai "C" terdapat informasi dari lampiran Daya ini jauh lebih besar daripada yang didapatkan pada (17.13), tetapi
buku data: "dengan rumah digenggam pada 25oC", berarti ini merupakan daya juga masih jauh lebih kecil daripada daya maksimal yang tercantum dalam buku
maksimal ketika kemasan transistor berada pada suhu 25"C. Dari informasi ini data.
diketahui bahwa dengan perbedaan suhu antara Tl (200"C) dan kemasan (25"C)
sebesar 175" terdapat arus energi panas antara sambungan kolektor basis dan
kemasan sebesar P/: 115W. Maka terdapat resistivitas termis antara sambungan 17.3,2.2. Contoh 2

kolektor basis dan kemasan sebesar: Dari buku data terdapat informasi untuk transistor BCl6l:
_175"C
Tr,o,: 175oC, Pror-- 3200MWH.
n.
' =LT
n ll5w=1.52"s
w
(r7.11)
Informasi pada lampiran buku data mengenai arti dari "H": "Dalam
udara bebas pada 25"C dan dengan "heatsinV', berarti terdapat daya maksimal
Transistor ini dipasang pada pendingin dengan resistivitas termis sebe-
sebesar 3200mW ketika udara di lingkungan sebesar 25oC dan transistor telah
sar 2,4[ . Resistivitas termis antara transistor dan pendingin kita anggap kecil dilengkapi dengan pendingin standar sebagai heatsink. Arti dari kata heatsink
w adalah "pembuangan panas", berarti satu tempat di mana panas dibuang. Ini
sehingga bisa diabaikan. Maka terdapat resistivitas termis total sebesar: memang fungsi dari pendingin: membuang panas ke luar.

(17.12)
Dari data ini terdapat resistivitas termis antara sambungan kolektor
&,ou,t = R,o"rnrnn + Rrpentlingin =3rg2"# basis dan udara lingkungan sebesar:
Dengan resistivitas termis ini suhu persambungan maksimal sebesar
200"C dan suhu udara lingkungan sebesar 40'C (dalam box alat suhu menjadi
R,
' ={= -]:9"9=. =46,s:
n 3200mW W
(17.16)

lebih besar karena disipasi daya dari berbagai komponen) terdapat daya maksi-
mal yang bisa diserap oleh transistor sebesar: Dengan suhu lingkungan maksimal sebesar 35"C terdapat daya maksi-
mal sebesar:
p, = LT _ 2ooK-4oK =40-8w
tmaKs R',o,nl 3'92ww
(1 7.13)
P, = LT _ 175'C-35'C =2ggomw (17.r7)
Jmaks R,,n,nr 46,9"c[w
Daya ini ternyata jauh lebih kecil daripada daya maksimal yang tercan-
tum dalam buku data, karena situasi dalam buku data dengan suhu kemasan Kalau tidak memakai pendingin, resistivitas termis total akan menjadi
sebesar 25"C tidak bisa tercapai dalam keadaan biasa.
lebih besar karena luas permukaan transistor lebih kecil daripada luas permukaan
pendingin, maka daya maksimal yang bisa diserap oleh transistor menjadi lebih
Kalau pakai pendingin yang lebih besar dan yang memiliki resistivitas kecil.
termis hanya sebesar O,U# (pendingin ini memang besar sekali), maka resisti-

vitas termis total menjadi sebesar: 17.3.2.3. Contoh 3


Dari buku data terdapat informasi untuk transistor CS90l3:
R,,o,ol = R,rr.ornn + Rtperttirgin =2,n#, (17.t4) Tr,o, : l50oC, Pror : 600MWF.
Informasi pada lampiran buku data mengenai arti dari "F": "Dalam
udara bebas pada 25"C", berarti terdapat daya maksimal sebesar 600mW ketika
2s8 Dasar Elektronika

udara di lingkungan sebesar 25"C dan transistor tidak dilengkapi dengan pen-
dingin. 18
Dari data ini terdapat resistivitas termis antara sambungan kolektor
basis dan udara lingkungan sebesar: Elektronika Digital
n, =Lr =
,1r'!, =0,208j9 (17.18)
' 600mW mW
n
Dengan suhu lingkungan maksimal sebesar 35"C terdapat daya maksi-
mal sebesar:

D LT I 50'C- 35" C
-- - = 553mW (17.t9)
'imaAs R,,o,,,t 0,208"C/mW
18.1. Prinsip Dasar
Elektronika digital tidak menunjuk pada besar dari voltase atau arus
pada suatu tempat dalam rangkaian, tetapi suatu keadaan yang berkaitan dengan
17.4. Contoh Untuk Beberapa Data Daya Maksimal pada voltase atau arus tertentu. Hanya terdapat dua keadaan, yaitu keadaan yang
Berbagai Jenis Kemasan Transistor diartikan satu dan keadaan yang diartikan nol. Misalnya voltase "ada" diartikan
sebagai 1 dan voltase "tidak ada" diartikan sebagai 0. Dalam praktek kata "volta-
Besar daya termis yang bisa dialirkan keluar dari transistor, paling se ada" atau "voltase tidak ada" harus dijelaskan lebih rinci. Misalnya "voltase
utama ditentukan oleh besar dari luas permukaan kemasan. Dengan demikian ada" terdapat kalau voltase pada sambungan tersebut antara 3V dan 5V dan
data-data untuk daya panas maksimal tergantung pada jenis kemasan. Dalam "tidak ada voltase" berarti voltase pada sambungan tersebut lebih kecil dari 0.4V.
tabel berikut tercantum beberapa contoh untuk daya maksimal. Tetapi perlu Dengan cara ini voltase tidak perlu terlalu tepat, tetapi cukup kalau voltase ter-
diperhatikan bahwa ini hanya merupakan contoh. Juga pada jenis kemasan yang sebut memiliki kira-kira suatu nilai tertentu. Dengan ketentuan ini rangkaian-
sama, transistor tertentu bisa memiliki daya maksimal yang berbeda karena rangkaian digital menjadi kurang peka terhadap derau atau perubahan voltase
geometrinya di dalam kemasan berbeda. supply atau gangguan yang lain.
Dengan mengartikan keadaan pada suatu rangkaian listrik sebagai angka
Tabel 17.1: Daya maksimal pada beberapa contoh transistot
0 atau angkal, maka suatu rangkaian listrik digital dapat dianalisis mengguna-
kan bilangan dalam sistem dual. Dengan aljabar boolean transformasi-transfor-
Dalam udara tenang pada Kemasan digenggam pada
Jenis kemasan masi tertentu bisa dilakukan dengan bilangan-bilangan tersebut. Hal ini yang
suhu 25'C 25"C
dilakukan dalam komputer.
Rt ror,l
Logam Plastik PJrn* PJro, R,,","1 (T;l50oC)
(Ir150"C)
TO-18 TO-92 300mW 417 "C/W 600mW 208 "C^V 18.2. Bilangan dalam Sistem Dual/Biner
Dalam sistem desimal yang biasa kita pakai terdapat sepuluh angka
TO- 5 TO-126 lw 125'CAV 5W 25"ClW
dasar yang berbeda, yaitu angka 0 sampai 9. Angka itu diurutkan dan diartikan
TO-66 TO-220 2W 63'CAV 25W IO'CAV dengan nilai sesuai dengan posisi dalam urutannya. Kalau memakai bilangan
dengan beberapa angka, nilai dari angka masing-masing diartikan sesuai dengan
TO- 3 TO- 3P 3W 42"C[W l00w I,2'CAV posisinya dalam urutan angka yang disebut bilangan. Angka yang ditulis sebelah
kiri dari koma diartikan sesuai dengan besar nilai dasar dari angka itu. Angka
kedua dari koma diartikan sebagai besar nilai dasarnya dikalikan dengan 10,
angka ketiga dikalikan dengan 100, angka keempat dikalikan dengan 1000 dst..
260 Dasar Elektronika Elektronika Digital 261

Dengan cara ini semua bilangan bisa dibuat. Jadi arti dari satu bilangan x dengan
Tabel 18.1: Tabel 18.2: Tabel 18.3:
angka a b c d e dalam urutan ini akan dibaca sbb.:
Operasi AND Operasi OR Operasi NOT
x=a.l}a + b.lO3 + c.102 + d .l}t +e.100 (18.1)
.t1 X2 v -x; X2 v x v
Karena arti dari satu angka dikalikan dengan pangkat dari 10, maka
0 0 0 0 0 0 0 I
sistem ini disebut sistem desimal (desimal : sepuluh) dan jumlah angka dasar
yang dibutuhkan adalah 10. Ini hanya salah satu sistem bilangan yang bisa 0 I 0 0 I I I 0
dipakai. Kalau seandainya mau memakai sistem oktal (delapan), maka dibutuh- I 0 0 I 0 I
kan 8 angka dasar dan setiap angka dikalikan bilangan dengan angka dasar 8 dan I I I I I I
pangkat sesuai dengan urutannya. Juga bisa dipakai sistem enambelas (memang
sering dipakai dalam ilmu komputer) yang mana 16 angka dasar dibutuhkan . Negatron / NOT: /=7
(0...9 dan A...F biasa dipakai dalam sistem ini) dan setiap angka dikalikan
bilangan dengan angka dasar l6 dan pangkat sesuai dengan urutannya. Arti dari suatu operasi bisa dijelaskan dalam tabel kebenaran seperti
dalam tabel l8.l sampai tabel 18.3. Dalam tabel kebenaran ditulis satu kolom
Sistem dasar yang dipakai dalam komputer adalah sistem biner di mana
untuk setiap variabel dan satu kolom untuk hasil perhitungan. Dalam setiap baris
terdapat dua angka dasar (0 dan l) dan setiap angka dikalikan bilangan dengan
satu kombinasi nilai dari variabel ditulis, berarti untuk setiap kombinasi dibutuh-
angka dasar 2 dan pangkat sesuai dengan urutannya. Dalam sistem ini bilangan x
kan satu baris. Karena setiap variabel hanya memiliki dua nilai tertentu, maka
dengan angka a b c d e dalam urutan ini akan dibaca sbb.:
jurnlah kombinasi yang bisa didapatkan tidak begitu banyak kalau jumlah varia-
x =a.24 +b.23 +c.22 +d.2t +e.20 bel tidak terlalu besar dan tabel kebenaran seperti ini mudah dimengerti. Dengan
( 18.2)
= a.16+ b.8+ c.4 + d.2+ e.l dua variabel x1 dan x2 dibutuhkan empat baris seperti dalam tabel l8.l dan tabel
18.2. Dengan satu variabel hanya dua baris yang dibutuhkan.
Misalnya bilangan x: ll0l00 dite{emahkan ke dalam sistem desimal
mer{adi: Operasi AND atau DAN dalam bahasa Indonesia bisa dibaca: kalau x1
dan x2 dua-duanya mempunyai nilai 1, maka hasil dari operasi ini adalah l.
x=1.25 +1.2a +0.23 +1.22 +0.2t +0.20 Kalau syarat ini tidak terpenuhi, berarti kalau salah satu variabel mempunyai
( 18.3)
= 1.32 +1. 16 +0.8+ I . 4 + 0. 2 + 0.1 = 52 nilai 0, maka hasil dari operasi ini adalah 0. Rangkaian yang menghasilkan
Sistem biner hanya membutuhkan dua angka dasar. Dalam elektronika operasi AND dilambangkan dengan salah satu lambang dalam gambar 18.1.
dua angka dasar itu bisa diterapkan dengan mudah dengan dua keadaan "ada Operasi OR atau ATAU dalam bahasa Indonesia bisa dibaca: kalau x1
voltase" atau "tidak ada voltase" atau dengan dua keadaan "ada arus" atau "tidak atau x2 mempunyai nilai l, maka hasil dari operasi ini adalah l. Kalau syarat ini
ada arus". Karena kemudahan ini sistem biner dipakai dalam elektronika digital. tidak terpenuhi, berarti kalau dua-duanya variabel mempunyai nilai 0, maka hasil
Terdapat logika positif di mana "ada voltase" ditafsir sebagai 1 dan "tidak ada dari operasi ini adalah 0. Rangkaian yang menghasilkan operasi OR dilambang-
voltase" ditafsir sebagai 0 dan logika negatif di mana tafsiran terbalik, berarti kan dengan salah satu lambang dalam gambar 18.2.
"ada voltase" ditafsir sebagai 0 dan "tidak ada voltase" ditafsir sebagai l

x1
.,
--{l
18.3. Operasi-Operasi Dasar dalam Aljabar Bool -l u l--r= xt.x2,' xn :lIlts" = xt^xz
Dalam aljabar bool satu variabel bisa memiliki dua nilai yang biasanya
disebut "0" dan "1". Pada kedua variabel ini terdapat tiga operasi dasar yang bisa
'n_-[--]
XrtJ\
dilakukan. Ketiga operasi ini adalah sbb.: x, J---l r)--1-1-)'= xt^x2
Conjunction /AND: y=XtrrX2=X1'X2=X1X2 ,i_{1l-Y=\^x2
Disjunction IOP.: y=\vx2=x1 *x2 Gambar l8.l: Dua lambang untuk operasi AND: lambang baru di sebt'lrth lu t
lambang lama di sebelah kanan.
262 Dasar Elektronika Elektroniko Digital 263

x1>{>-fl Tabel 18.4: Operasi NAND


,F] ,n ;l=Dtr-" =xtvx2 "r1 X2 v
tn>tl l--,=rrv,2, 00 I
.r,'-r\
r;*f)n'=rrv12 0t I
xlr[f--,= \^x2
Xllfl--r'=rrv12 l0 I
Gambar 18.4: Lanbong ),ang dipakai
Gambar 18.22 Dua lambang untuk operasi oR: lambang baru di sebelah kiri, l1 0 unttrk operosi NAND.
lambang lama di sebelah kanan.
C)perasi NOR adalah satu operasi OR yang digabungkan dengan operasi
NOT sehingga terdapat persamaan sbb.:
operasi NoT atau TIDAK dalam bahasa Indonesia merupakan pemba-
likan dari masukan, berarti keluaran memiliki besar nilai yang lain dari masukan, y=\vx) ( 18.5)
berarti kalau masukan 1, maka keluaran menjadi 0 dan terbalik. Rangkaian yang
Tabel kebenaran dari fungsi NOR diperlihatkan dalam tabel 18.5 dan
menghasilkan operasi NOT dilambangkan dengan salah satu lambang dalam
lambang yang dipakai seperti dalam gambar 18.5.
gambar 18.3.
Mengenai fungsi-fungsi dasar ini terdapat berbagai hukurn matematis.
,*fr-r,=t ,*)--r=o Hukum-hukum tersebut tidak dijelaskan di sini, tetapi bisa dipelajari dalam buku
yang membahas elektronika digital (misalnya: U. Tietze, Ch. Schenk; Electrcnic

,-.|ll'r-r=t r>>>/=; Circtrits, Design and Appliccttions; chapter 9). Di sini hanya akan dibicarakan
bagaimana fungsi-fungsi dasar tersebut bisa dirangkai.
Satu rangkaian yang menghasilkan suatu fungsi logika terlentu biasanya
Gambar t8'3: Dua di sebetah kiri' disebut satu gerbang (gate).
''"'i:;f#;i::,:,";:::{""^T |:r::ngbaru
Tabel 18.5; Operasi NOR

18.4. Fungsi Lain yang Penting


Selain tiga fungsi dasar ini terdapat beberapa fungsi lain yang merupa- xl
dari tiga fungsi dasar ini, tetapi karena sering sekali dipakai, Y= \vx2
kan gabungan x2
nrngii-f""gsi itu diberikan nama tersendiri. Di antara fungsi-fungsi tersebut ada Gambar 18.5: Lambang yang dipakai
tungsi NAND dan tungsi NOR. untuk operosi NOR.
Operasi NAND adalah satu operasi AND yang digabungkan dengan
operasi NOT sehingga terdapat persamaan sbb.:
y=\^.xz (18.4)
18.5. Rangkaian Dasar dari NAND Atau NOR
Tabel kebenaran dari fungsi NAND diperlihatkan dalam tabel 18.4 dan Rangkaian NAND dan rangkaian NOR, dalam banyak jenis rangkaian,
lambang yang dipakai seperti dalam gambar 18.4. lebih mudah untuk dirangkai daripada rangkaian dasar yang lain. Oleh sebab itu
sering rangkaian dasar yang lain direalisasikan dengan suatu kombinasi dari
Dasar Elektronika Elektronika Digital 26s
264

rangkaian tersebut. Tabel 18.6 memperlihatkan rangkaian-rangkaian yang mema-


Dalam buku ini yang akan kita bicarakan hanya sistern logika ringkat
voltase.
kai rangkaian NAND dan rangkaian NOR untuk menghasilkan fungsi dasar.

Tabel 18.6: Rangkaian dengan menggunakan rangkaian NAND dan rangkaian 18.6.2. Rangkaian Dioda
NOR yang menghasilkanfungsi dasat
- Resistor
Rangkaian sederhana seperti dalam gambar 18.6 menghasilkan satu
fungsi AND untuk logika positif. Rangkaian dalam gambar 18.7 membentuk
Operasi NAND sebagai rangkaian dasar NOR sebagai rangkaian dasar fungsi OR untuk logika positif.
Supaya rangkaian-rangkaian ini berfungsi, resistivitas dari resistor R
NOT harus jauh lebih besar daripada resistivitas dari resistor R*.
Fungsi rangkaian dalam gambar 18.6 sbb.: Ketika masukan-masukan
(xt x2,...) semua berada pada voltase tinggi, berarti tidak ada arus yang
mengalir keluar dari masukan-masukan, maka juga tidak ada arus yang mengalir
dalam resistor R dan besar voltase pada keluaran (v) akan tinggijuga. Jadi ketika
AND
semua masukan berada pada H (potensial high / voltase tinggi), di mana H
menunjukkan angka 1, maka keluaran juga berada pada H, berarti memiliki nilai
l. Ketika salah satu masukan berada pada voltase rendah (berada pada L - poten-
sial low), maka akan ada arus yang mengalir dalam resistor R dan dalam dioda
pada masukan. Karena resistivitas dari R jauh lebih besar daripada resistivitas
dari R,, maka keluaran juga akan berada pada voltase rendah (L). Katau lebih
OR banyak masukan berada padaL, maka keluaran tetap pada L. Jadi kalau minimal
satu masukan berada pada L (memiliki nilai 0 dalam logika positif), maka
keluaran juga akan memiliki nilai 0 (L). sifat seperti ini merupakan fungsi AND.
Dengan pengertian dari sifat fungsi OR silahkan selidiki fungsi dari
rangkaian gambar 18.7 sendiri.
Logika Dioda - Resistor tidak dipakai dalam rangkaian-rangkaian,
18.6. Implementasi Rangkaian Logika

18.6.1. Sistem Logika


Angka I atau 0 bisa didefinisikan dengan berbagai cara. Dalam sistem
logika arus searah atau logika tingkat, tingkat voltase menentukan angka mana
xl
yang didapatkan. Dibedakan dua sistem, yang satu disebut sistem positif dan di
situ voltase tinggi didefinisikan sebagai I dan voltase rendah didefinisikan Gambar 18,6: AND dengan
xl x2 rangkaian logika resistor - dioda
sebagai 0. Yang kedua disebut sistem negatif dengan tingkat rendah sebagai I x2 ^
dalam logika positif.
dan tingkat tinggi sebagai 0.
Dalam sistem dinamis, atau sistem logika pulsa, bukan tingkat voltase
yang menentukan angka, tetapi "adanya pulsa" atau "tidak adanya pulsa" pada x1
x2
\v
waktu tertentu. Di sini juga dibedakan antara sistem positif di mana "adanya
pulsa" menunjukkan angka I dan sistem negatif di mana "adanya pulsa" x2
menunjukkan angka 0.
Gambar 18.7: OR dengan
rangkaian logika resistor - dioda
dalam logika positif.
Dasar Elektronika Elektronika Disital 267
266

gerbang 2 yang menyusul mempunyai sifat terjelek, yaitu ketika masukan hanya
karena voltase keluaran semakin tidak tajam pada L atau H kalau beberapa
sedikit di atas V7, potensial sudah tidak lagi ditafsir sebagai L oleh gerbang ini.
rangkaian digabungkan. Syarat yang dibicarakan dalam pasal berikut ini tidak
Dalam situasi ini bahkan dengan derar.r/gangguan sampai sebesar 57- rangkaian
dapat terpenuhi dengan logika resistor - dioda.
masih akan berfungsi dengan benar. Walaupun potensial keluaran yang sebesar
Vou,,y terganggu menjadi sebesar Vou,.,_+Sr, masih terdapat potensial pada ma-
18.6.3. Syarat untuk Hubungan antara Input dan Output sukan gerbang2 yarg ditafsir sebagai L potensial belum melebihi besar 21.
-
Dalam suatu rangkaian kompleks banyak gerbang digabungkan, satu di
Untuk H perlu syarat pada keluaran bahwa potensial lebih tinggi
belakang yang lain. Berarti keluaran dari safu gerbang menggerakkan masukan
daripada Vo,,,s dan pada masukan potensial yang sebesar Vs ata:u lebih tinggi
dari gerbang berikutnya dan keluaran itu sendiri juga akan menggerakkan ma-
ditafsir sebagai H. 217 harus lebih rendah daripada Vop.s1. Di sini terdapat jarak
sukan dari gerbang berikutnya, dst.. Supaya rangkaian-rangkaian seperti ini bisa
gangguan Sg untuk potensial tinggi sebesar:
berfungsi, maka voltase pada keluaran harus memiliki besar nilai yang cukup
besar pada potensial H dan cukup kecil pada potensial L sehingga gerbang Ss =V*,.s -Vs ( 18.7)
berikutnya bisa menafsirkan potensial tersebut dengan jelas dan menggerakkan Sebagai contoh akan kita bicarakan satu gerbang NOT. Gerbang NOT
keluarannya dengan hasil yang benar. harus memiliki keluaran H ketika masukan pada potensial L dan terbalik. Jadi
Misalnya keluaran dari gerbang l, Kl, disambungkan dengan masukan ketika masukan memiliki potensial sebesar V1 atatt lebih rendah, maka keluaran
M2 dari gerbang 2, di mana gerbang 2 merupakan gerbang NOT. Dalam contoh harus sebesar Vou,,s atat lebih tinggi. Vo,,,s harus lebih besar daripada Vp. Ketika
ini kita pakai logika positif. Misalnya keluaran dari gerbang I adalah L. Perlu masukan memiliki potensial sebesar Vs atau lebih tinggi, maka keluaran harus
didefinisikan, seharusnya berapa besar potensial keluaran L. Misalnya Kl sebesar Vo,,1 ata.u lebih rendah. Vo,.L harus lebih rendah daripada Vy Misalnya
mempunyai sifat bahwa pada keluaran L mempunyai besar potensial antara 0V pada masukan suatu sistem rangkaian ditentukan Vo:2.0Y dan V1:0.8V.
dan 0.5V. Ketika keluaran dari gerbang I yang sekaligus merupakan masukan Untuk sifat dari keluaran ditetapkan Vo,t,tt:2.4Y dan Vout.L:0.6V. Dengan
dari gerbang 2 pada L, seharusnya keluaran dari gerbang 2 sebagai gerbang NOT persyaratan ini terdapat grafik seperti dalam gambar 18.8. sebagai pedoman
berada pada potensial tinggi. Jadi gerbang 2 harus memiliki sifat sedemikian untuk merancang rangkaian. Dalam grafik terdapat daerah terlarang, berarti
sehingga pada masukan sebesar 0.5V (atau lebih rendah) keluaran akan mem- hubungan antara voltase input dengan voltase output tidak boleh masuk ke dalam
punyai potensial yang tinggi. Kalau seandainya pada masukan 0.4V gerbang 2 daerah terlarang tersebut. Dalam grafik tersebut juga digambarkan satu garis
masih memiliki keluaran L, maka rangkaian tidak akan berfungsi, karena poten- hubungan antara masukan dan keluaran dari gerbang ini yang memenuhi syarat
sial 0.4 V sudah merupakan L pada keluaran gerbang I dan mesti menghasilkan konstruksi ini dan bisa diterima. Kalau suatu sistem gerbang-gerbang logika
H pada keluaran gerbang 2. memenuhi persyaratan seperti ini maka dapat dipastikan bahwa keluaran dari
Supaya gerbang bisa selalu berfungsi, maka diminta sifat sbb.: Pada
keluaran L secara logika, potensial listrik pada keluaran rangkaian lebih rendah
4.8
daripada Vou,,1. Kalau potensial pada masukan lebih kecil dari V6 maka potensial
dimengerti oleh rangkaian sebagai L dan keluaran akan menunjukkan besarnya 4.0
potensial sesuai dengan fungsi logika dari gerbang tersebut. Supaya rangkaian 3.2 daerah
terlarang
berfungsi dengan balk Vl harus lebih tinggi daripada Vo,,.1. Kalau kedua besar Vor1.p -2.4
potensial ini sama dan terjadi derau atau gangguan lain antara keluaran dari 1.6
gerbang I dan masukan dari gerbang 2 yang menyusul, maka rangkaian sudah
0.8
tidak lagi berfungsi dengan benar. Selisih antara V1 dan 2,,,,,1 disebut jarak VortL

gangguan 51 untuk potensial rendah:


0 0.4 0.8 1.2 1.6 2.0 ---------)
2.4 2.8
St=Vt-Vort.r_ ( 18.6) I
VL
,Va Vi,lY
Kalau terjadi situasi terburuk, yaitu keluaran dari gerbang pertama yang
Gambar 18"8: Contoh untuk batas-batas toleransi dari rangkaian inverting
berada pada keadaan L memiliki besar potensial yang pas sebesar Vo,,.1,berarti
dengan satu garis sfot hubungan antara voltase masukan dan voltase keluaran
memiliki potensial maksimal yang bisa terjadi pada keadaan L, dan masukan dari
yang memenuhi syarat.
ql
I

268 Dasar Elektronika Elektronika Disital 269

satu gerbang dimengerti dengan jelas oleh gerbang berikutnya. Bahkan kalau t l.(rV
terdapat derau yang tidak lebih besar daripada jarak gangguan Si7 dan 51
rangkaian masih akan berfungsi dengan benar. Kalau voltase keluaran dari satu l.5k Rc;
gerbang mengalami derau atau gangguan, maka hanya ketika gangguan itu sudah
mengubah voltase lebih jauh daripada jarak gangguan, baru akan terjadi
kesalahan dalam fungsi logika. nr-+
Dengan rangkaian Dioda - Resistor syarat seperti yang dibicarakan
dalam pasal ini tidak bisa dipenuhi. Untuk memenuhi syarat-syarat ini perlu
komponen yang aktif, berarti yang menguatkan suatu sinyal yang ada seperti
misalnya transistor.
f'*rl
t
vrrl
-t
t
Gamhar 18.9: Gerbang NOR dalam RTL (logika resistor - transistor).
18.6.4. Fan-out
Kalau keluaran dari satu gerbang dihubungkan dengan masukan dari aman, maka voltase maksimal pada resistor kolektor dari gerbang sebelumnya
beberapa gerbang lain, maka daya kerja yang dibutuhkan pada masukan dari sebesar 3.6V - l.5V : 2.lY,berarti arus keluaran maksimal sebesar
gerbang berikutnya harus disediakan oleh gerbang pertama. Karena arus keluaran
dari suatu gerbang terbatas, maka jumlah masukan gerbang yang bisa disam- , =fi
I*, 2.lV
-V*, -= ** =-l l.4rnA . Arus yang diserap oleh masukan padd V;, sebesar
bungkan dengan satu keluaran gerbang terbatas. Jumlah masukan gerbang yang
bisa disambungkan dengan satu keluaran gerbang disebut Fan-out. o'tua
Kalau Fan-out dari suatu sistem rangkaian terlalu kecil untuk kebutuhan 'tn=vi' -0'7Y
l,- = 3.6k0 =222.2ttA. Maka terdapat fan-out sebesar
&,
sambungan masukan pada satu keluaran tertenfu, maka daya dari keluaran ter-
sebut perlu dikuatkan. Gerbang yang memiliki keluaran yang lebih kuat disebut l.4mA
:=:?
222.4A =
6 . Fan-out akan menjadi jauh lebih kecil kalau voltase keluaran
Buffer.
minimal untuk keadaan H yang diminta lebih tinggi atau kalau penguatan transis-
tor lebih kecil. Rangkaian RTL sekarang tidak dipakai lagi karena Fan-outnya
18.6.5. Logika Resistor - Transistor (RTL)
yang kurang besar dan kerja rangkaian seperti ini terlalu pelan. Kerja rangkaian
Dalam rangkaian logika RTL transistor dipakai dalam keadaan saturasi, ini pelan karena transistor dipakai dalam keadaan saturasi. Kalau transistor ber-
berarti kalau transistor buka, arus yang mengalir hanya dibatasi oleh resistor ada dalam keadaan saturasi, maka akan perlu waktu agak lama sampai transistor
kolektor dan tidak dibatasi oleh transistor. Arus basis harus minimal sebesar arus bisa beralih dari keadaan terbuka menjadi teftutup.
kolektor yang ditentukan oleh resistor kolektor dibagi dengan penguatan arus
Data untuk rangkaian RTL: disipasi daya: 5mW, gate propagation delay
transistor hps.Dalam rangkaian yang diperlihatkan dalam gambar 18.9 terdapat
(waktu yang dibutuhkan sampai keluaran menjadi benar setelah masukan
keluaran H (potensial tinggi) ketika kedua transistor tutup, berarti ketika kedua
berubah): toa: 25ns.
masukan mempunyai potensial L (potensial rendah). Ketika salah satu transistor
buka, berarti ketika salah satu masukan menjadi H, maka keluaran akan menjadi
L. Dalam logika positif terdapat fungsi NOR dari rangkaian ini. 18.6.6. Logika Dioda - Transistor (DTL)
Perkiraan untuk Fan-oal: ketika satu transistor buka, maka arus dari Rangkaian DTL dalam gambar 18.10 merupakan satu gerbang NAND
dalam logika positif. Juga dalam logika DTL gate propagation delay agak besar
resistor kolektor akan mengalir dalam transistor itu: ' +& =:*l.skc) =2.4mA
.Ic = .
karena transistor tetap dipakai dalam keadaan saturasi.
Dengan penguatan arus dari transistor sebesar 100 dibutuhkan arus basis sebesar Cara kerja dari rangkaian dalam gambar 18.10 bisa dimengerti dengan
241tA, maka voltase minimal yang dibutuhkan pada masukan supaya transistor mudah: ketika potensial pada kedua masukan tinggi, maka dioda Dl dan D2
buka sebesar V*: Is'RB + 0.7V: 0.7864V. Kalau kita tentukan voltase masukan akan tertutup karena potensial di sebelah kanan (anoda) lebih rendah daripada
harus minimal sebesar l.5V pada keadaan H supaya kerja rangkaian masih cukup potensial di sebelah kiri (katoda) dari dioda tersebut. Dalam keadaan H tidak ada
T

270 Dasar Elektronika Elektronika Digital 271

lv*'
Gambar l8.l0z Gerbang NAND
dalam DTL (logika dioda'
transistor).

arus pada masukan gerbang, tetapi akan ada arus yang mengalir dari supply
melalui Rl dan dioda dobel Ds pada basis dan arus akan masuk ke dalam basis
sehingga membuat transistor terbuka. Pada keadaan transistor terbuka keluaran Gambar l8.ll: Gerbang NAND dalam logika positif dengan TTL biasa.
tersambung dengan GND, berarti keluaran memiliki keadaan L, di mana voltase
keluaran pada keadaan L sebesar voltase kolektor-emitor di mana transistor Ketika keluaran gerbang ini berada pada H, maka T4 akan buka dan T3 akan
clalam keadaan saturasi, berarti terdapat voltase yang kecil. Karena keluaran tutup. Dengan cara ini rangkaian tersebut juga dalam keadaan di mana H
dalam keadaan L tersambung dengan GND melalui transistor terbuka, maka arus menyediakan arus keluar yang bisa dengan cepat mengisi kapasitansi-kapasitansi
yang bisa diserap oleh keluaran ini besar dan banyak masukan gerbang menyusul (misalnya kapasitansi liar) yang dibebankan pada keluaran gerbang.
bisa disambungkan dengan keluaran ini (Fan-out besar.) Kalau pada salah satu
Contoh untuk data dari suatu rangkaian dalam TTL biasa adalah sbb.:
masukan terdapat potensial L, maka arus akan mengalir dari Rl ke Dl atau D2
Disipasi daya: l0mW; Gate propagation delay: t a : l0ns.
dan keluar dari rangkaian ini sehingga potensial pada tempat O akan memiliki
besar potensial pada masukan ditambah dengan voltase pada dioda (-0.6V). Dalam gerbang TTL biasa transistor masih dipakai dalam keadaan jenuh
Kareni basis tersambung dengan tempat O melalui dioda dobel Ds, berarti dua sehingga kerja gerbang tetap pelan. Dengan memakai dioda Schottky maka
dioda yang dirangkai secara seri, maka kalau potensial di O lebih besar dari kejenuhan dari transistor bisa dihindari. Dioda Schottky adalah suatu dioda yang
l.2V baru akan ada ams yang mengalir dalam Dg yang cukup besar untuk terdiri dari sambungan antara logam dan semikonduktor dan memiliki sifat
membuat transistor terbuka. Karena pada potensial yang lebih kecil juga akan sebagai penyearah seperti dioda semikonduktor biasa, tetapi waktu untuk beralih
ada arus dalam Ds, walaupun arus itu kecil, maka transistor R2 dipasang antara dari keadaan terbuka ke dalam keadaan tertutup lebih cepat dan voltase dalam
Ds dan basis untuk menyerap arus kecil tersebut. Jadi dengan kedua masukan arah bias maju hanya :0.3V. Unfuk menghindari kejenuhan transistor maka satu
pada H, keluaran akan berada pada L dan dengan minimal satu masukan pada L, dioda Schottky dirangkaikan di antara basis dan kolektor seperti diperlihatkan
keluaran akan berada pada H. Sifat ini memang merupakan fungsi NAND' dalam gambar 18"12. Dengan cara ini voltase kolektor-emitor tidak akan turun di
bawah Kalau V6s mau menjadi lebih kecil, dioda Schottky akan terbuka,
Contoh untuk data dari gerbang DTL: Disipasi daya: l5mW; Gate pro- ^r0.3V.
menarik arus dari basis dan mengurangi voltase basis-emitor sehingga transistor
pogation dclay: tna - 25ns.
kembali tutup sedikit dan tidak sampai masuk ke dalam keadaan jenuh atau
bahkan kejenuhan berlebihan. Rangkaian ini mempunyai lambang sendiri seperti
18.6.7. Logika Transistor-Transistor (TTL)
Dalam rangkaian TTL seperti dalam gambar 18.11, dioda pada input
rangkaian DTL diganti dengan satu transistor yang mempunyai beberapa emitor.
Pada keluaran terdapat satu penguatpush-pull. Ketika keluaran dalam keadaan L
transistor T4 akan tutup dan T3 buka sehingga keluaran dari rangkaian ini bisa )-/
#r I

Gambar 18.12: Transistor clengan tliodu


-= --L Schottky tmtuk mcnghinrlari saturasi datt lum-
menyerap arus dari gerbang berikutnya dan dari kapasitansi liar dalam rangkaian. -f
I I bang dari rangkaian ini.
-i\
272 Dasar Elektronika

Daftar Pustaka

a Gerthsen, Kneser, Vogel; Physik; Springer Yerlag, 1977


a Malvino, A.P.; Prinsip-Prinsip Elektronika, edisi ketiga, jilid I dan jilid 2;
t, ,.,,1
Penerbit Erlangga, 1987
+ + Millmann, Jacob; Mikroelektronika, Sistem Digital dan Rangkaian
o? Analog, jilid I dan jilid 2; Penerbit Erlangga, 1986
_:_ ll _t- Pregla, Reinhold; Grundlagen der Halbleiterelektronik, Vorlesungsskript;
Gambar 18.1 3z NAND dengan rangkaian TTLlowpo wer Schottk v. Fernuniversitiit-Gesamthochschule in Hagen Fachbereich Elektrotechnik,
1979

dalam gambar 18.12 sebelah kanan. Storey, Neil; Electronics: A System Approach; Addison Wesley, 1992
Dengan rangkaian yang memakai transistor dengan dioda Schottky bisa Tietze, Ulrich, Schenk, Christoph; Electronic circuits, Design and
didapatkan rangkaian low power Schottky seperti dalam gambar 18.13. Fungsi- Application; Springer Verlag, l99l
nya sama dengan rangkaian dalam gambar l8.ll, tetapi dengan kecepatan yang
sama daya yang diserap jauh lebih kecil. Data dari rangkaian ini adalah sbb.:
Disipasi daya: 2mW; Gate propagation delay: loa : 10ns.
7
x
o
! F..
c\
I
E
Index #-D 277

break through 2t
# breakthrough voltage 105
C,.... l3 Buffer 266
p.... 117,194 bumi semu t57,159,160

A C
AC, Alternating Current 23 catu daya zt)
Ag 168 Cg 124
activation energ/ center tap 238
lihat: energi aktivasi ci., 125
4D.... t67, t68 ciptaanpasangan 86,92
akseptor 9t CMRR 169
aljabar boolean 257 dB .... ttj
amperemeter ideal 52 Common Amplification Ag 168
amplitude 25 common mode rejection ratio 168
AND 2s8 Coulomb 4
anoda t7 cutoff l4l
arus balik l8 cutofffrequency 70,71
arus basis 103
arus bias (Op-Amp) t7t D
arus bocor 18,20
daerah aktiftransistor 105, 107, 108
arus campur 24
arus difusi 93
daerahkonduktivitas 97
daerah pengosongan
arus efektif 30,31,32
arus emitor
96,97,98,99, 100
103
arus energi panas 249
daerahpinch off 190
daerah saturasi (FET) 190
Arus hubung singkat 50
arus kolektor 103
Darlington 138
Darlington komplementer 140
arus medan 92
daya disipasi maksimal 110
arus offset (Op-Amp) t7t daya listrik 8
daya maksimal, powersupply 241
B
daya termis 249
basis 103 dB (desibel) 58
batas kerja penguat corrlmon emitor DC, Direct Current 23
tt7 depletion MOSFET 203
bati tegangan simpal terbuka 2ll deretnorma 14, 15
bias balik 18, 98 diagrampanah 26,27,28
bias maju 18, 98, 99 diferensiator 162
bias mundur 18 dioda Schottky 269
bidang bilangan Gauss 27 doping 87
bilangan kompleks 26 double center tap 238
bistableJlip-/lop 143 drain 188
278 E-t Dasar Elektronika Index J-O 279

dropo ut vo ltage, p ow ers upP lY bistabil


flip-flop 143 impedansi masukan dengan umpan kumparan real 68
241,242,243,244,246 RS
flip-flop 142 balik negatif 212
DTL 267 flip-floptakstabil 144 induktivitas liar 227 L
frekuensi 25 input offset 170 lengkung transkonduktansi 192
E frekuensi batas 3dB lihat: cutoff input offset adjust 110 line regulation 240,242,243
frequency integrator 163
Et2 t4 loop amplification 209
t4 Frequency response 59 intrins ic s emiconductor
low power Schottky
E6 270
lihat: semikonduktor murni lowong
elektron
G inverting input 155
mobilitas 82 85, 86, 87, gg, 90, gl, 92, 93, 94,
elektron bebas o t7 9s,96,97.98.99,100
81, 83, 84, 86, 88, 89, 90, 92, 95 G.... l3 J
kerapatan 81 garis beban 39, ll3 jarak gangguan 264 M
elekffon konduksi 85, 86 garis karakteristik 39 jembatan dioda 236 masukan membalik 155
elektron konduktivitas 86 gate 188 JFET 187,201 masukan tak membalik 155
elektroskop 3 gate propagation delaY
maximum j unc tio n temp erature
emitor 103 267 ,268,269,210 K ll0,25l
energi aktivasi 8s, 86, 92 generasi lihat: ciptaan Pasangan kapasitansi 62 maximum voltage gain 117
enhancement MOSFET 203 generation lihat: ciptaanpasangan kapasitansi liar 225 medan listrik
generator fungsi, rangkaian 181
katoda 17 l, 3, 4, 5, 6, 61, 64, 92, 92, 94,
F gerbang (FET) 188
keadaan putus l4l 96, 97, 98, 100, lg7, 199, 225,
108
faktor umpan balik 209 c.f kejenuhan 142 227
Fan-out 266 o 193 kemasan ffansistor 256 medan potensial 4
fase grafik output 105 kern 233 MeSFET 187,201
pergeseran 25 grafik ouQut JFET 191 ketergantungan frekuensi 59 metode gralik 38
fasor 26,27,28 Kirchhoff's current law 9 mika 2s3
feedback 207 H Kirchhoff's voltage law 7 MISFET 202
negatif 126, 134,207 heatsink 255 kode warna 14,15 MOSFET t87,202
atur titik kerja 121 hole lihat: lowong koefisien suhu transistor 119 muatan listrik 3,4,8
impedansi masukan 212 hole conductivity koefi sien suhu, powersupply multivibrator 144
penguatan 208 lihat: konduktivitas lowong 240,244
prinsip kerja 207 ,208 hukum Kirchhoff mengenai arus 9 kolektor 103 N
resistivitas keluaran 213 hukum Kirchhoff mengenai voltase kondensator 6l NAND 260
positif 217 7 kondensator emitor 124 non - inverting input ls5
pada rangkaian OP-AmP 164 hukum Ohm 13 kondensator penghalus 234 NOR 261
FET 187 konduktivitas l3 Norton, rangkaian ekuivalen 49
filter konduktivitas diferensial t7
t_ Norton, teorema 50
bandpass 76 konduktivitas diri 86, 88,91
highpass 72,73,14
ikatan elektron 83, 84, 86
konduktivitas elektron 83, 85, gg
NOT 259,260
ikatan kovalen 84
konduktivitas lowong 86,90
lowpass o
ikatan pasangan 84
69,10,7 1,72,73,74,75 konduktivitas p 9t
impedance matching 58
ffiet voltage
orde 79
impedance transformation 215
konduktivitas panas 250
Ohm
170

filter rectifier 237 kumparan 13


65
280 P-R Dasar Elektronika Index s-7 .rlt I

Op-Amp 155 penyearahgelombangpenuh 236 Resistivitas droin-source 194 Schmitt-Trigger l(rl. ltr"
arus bias / offset 171 penyearah setengah gelombang 236 resistivitas emitor 122 self conductivity
resistivitas keluaran t72 pinch off 189,190 resistivitasinput 54,55,56,57 lihat: konduktivitas tlrr r
resistivitas masukan 17t planar 201 resistivitas input rangkaian semikonduktor murni tl (r
Op-Amp ideal 155,156 potensial 5 common emitor 125 semikonduktor n 89
Op-Amp Real 167 potensial semu 159, 161 resistivitas i nput rangkaian semikonduktor p 9l
open loop amplification 209 potensiometer 37,39 cofilmon source 196 Siemens l3
operational amplifier 155 poti 37 resistivitas input transistor 104, 109 sistem biner 258
OR 2s8 power gain 58 resistivitas keluaran 46 sistem dinamis 262
orde filter lihat: filter, orde power supply 233 resistivitas keluaran (Op-Amp) 172 sistem dual 257
osilasi power supply rejection ratio 243 resistivitas kolektor 108 sistem logika arus 262
syarat 2t9 ID TOT 110,254 resistivitas kolektor emitor 109 sistem logika pulsa 262
osilasi tidak dikehendakr 225 push-pull, rangkaian 173,174 resistivitas masukan 51,52 sistem negatif 262
osilator 218 resistivitas output 46 sistem positif 262
osilator jembatan Wien 224 R resistivitas output dengan umpan slew rate 112
osilator LC 220,221 r l6 balik negatif 2t3 source 188
osilator Meissner 220 R t2 resistivitas output rangkaian strtktw planar 201
rangkaian "dorong-tarik" 174 colmnon emitor 116, 126 sumber (FET) 188
P rangkaian ekuivalen resistivitas output rangkaian sumber arus 200
pasta pendingin 253 44, 45, 46, 49, 50, 51, 54, 55 cornmor. source 196 sumber arus konstan 134
pembagi tegangan 37,43,44, 45, rangkaian ekuivalen Norton lihat resistivitasoutputtransistor 108 syarat osilasi 219
46,55 Norton, rangkaian ekuivalen resistivitas output, powersupply
pendingin rangkaian ekuivalen Th6venin lihat 234,239,240,242,243 T
249, 252, 253, 254, 255, 256 Th6venin, rangkaian ekuivalen resistivitas panas 250
penghitung logaritmus
tahanan 13
164 rangkaian ekuivalen transistor resistivitas termis 250,252 tapis
pengikut emitor t3l,21t 115, l16 resistivitas variabel FET 199 lolos pita llhat: filter, bandpass
pengosongan (FET) 188 rangkaian source 195 resistor t2 lolos rendah llhat: filtea lowpass
penguat membalik l 58, 160 rangkaian tercermin 153 resistor pengganti
lolos tinggi llhat: filtea highpass
penguat non-inverting 161 rae 109 36,37,38,42, 46,47 tapis penghalus 234
penguat operasional 155 rct 108 ripple voltage 235 penyearah
tapis 237
penguatan arus 54, 105 rp5 (FET) 194 Rt 250 tegangan 4
penguatan bersama r68 t6 122 RTL 266 teorema Norton
penguatan daya 58 recombination lihat: rekombinasi rumus Euler 26 lihat Norton, teorerna
penguatan diferensial 167 regulasi ampiitudo pada osilator teorerna Th6venin
penguatan lingkar 209 223 S lihat: Th6venin, teorema
penguatan lingkar terbuka 209 regulasi sumber 240 S l3 Th6venin, rangkaian ekuivalen 49
penguatan maksimal FET 194 rekombinasi g6,gg
sambunganAC 150 Th6venin, teorema 49
penguatan rangkaian cofilmon resistivitas 12,13 sambungan DC l5l threshold voltage 190
emitor n4, tt6 resistivitas basis emitor 109 pakai dioda I Zener 152 titikGND 230
penguatan voltase 54, 58 resistivitas dalam pakai resistor l5l titik jenuh tr7
penguatan voltase maksimal ll7 37,40,49, 50, 52, 53, 54,57 saturasi ll8,190 titik kerja
penjumlah 164 resistivitas diferensial 16, t7 saturation 118,t42.
'ir
! I ,l.ttx
282 U-V Dasar Elektronika

ll2,ll3,114, ll5, 117, 118, offset


voltase 170
120,126,130 suhu
koefisien 170
mengatur 118 voltasepinchof 190
dengan,I3 120 voltase referensi
dengan R6 239, 240, 24r, 242, 243, 244,
121,122,123,124, t26, 245
127 voltaseriak 235,239,242
denganVes 118, ll9 voltaseZener 2l
mengatur (rangkaian FET) voltmeter ideal 53
196,199 vr GET) 190
pada pengikut emitor 131
TJ.o, 251
transconductance 108
transformasi impedansi 215
transistor
cutoff l4l
keadaan putus 141
kejenuhan 142
sqturation 142
fitik jenuh 142
transistor npn , 99
transistor pnp 99
transistor turipolar 187
transkonduktivitas FET 193
TTL 268

U
umpan balik llhat: feedback
negatif 134
atur titik kerja 121

v
voltage gain 58
voltase 4
voltase basis emitor 103
voltase breakthrough
llhat: breakthrough vo ltage
voltase campur 24
voltase Early 109
voltase efektif 31,32,56
voltase induksi 65
voltase kolektor emitor 103
M
!r&l

Anda mungkin juga menyukai