Disusun oleh :
PENDAHULUAN
4. Apa bahan dasar dari pembuatan industri keramik tradisional dan modern?
1. Fungsi Furnace
2. Kapasitas
1.4.1. Fungsi Funace
1.4.2. Kapasitas
TINJAUAN PUSTAKA
Fine ceramics (keramik modern atau biasa disebut keramik teknik, advanced
ceramic, engineering ceramic, techical ceramic) adalah keramik yang dibuat dengan
menggunakan oksida-oksida logam atau logam, seperti: oksida logam (Al2O3, ZrO2,
MgO,dll). Penggunaannya: elemen pemanas, semikonduktor, komponen turbin, dan
pada bidang medis.
Keramik memiliki sifat kimia, mekanik, fisika, panas, elektrik, dan magnetik.
Yang membedakan mereka dari material lain seperti logam dan plastik. Industri
keramik merubah sifat keramik dengan cara mengontrol jenis dan jumlah material
yang digunakan untuk pembuatan.
A. Sifat Kimia
Keramik industri sebagian besar adalah oksida (senyawa ikatan
oksigen). Akan tetapi ada juga senyawa carbida (senyawa ikatan karbon dan
logam berat), nitrida (senyawa ikatan nitrogen), borida (senyawa ikatan
boron), dan silida (senyawa ikatan silikon). Sebagai contoh, pembuatan
keramik aluminium menggunakan 85 sampai 99 persen aluminum oksida
sebagai bahan utama dan dikombinasikan dengan berbagai senyawa kompleks
secara kimia. Beberapa contoh senyawa kompleks adalah barium titanat
(BaTiO3) dan zinc ferrit (ZnFe2O4). Material lain yang dapat disebut juga
sebagai jenis keramik adalah berlian dan graphit dari karbon.
Keramik lebih resisten terhadap korosi dibanding plastik dan logam.
Keramik biasanya tidak bereaksi dengan sebagian besar cairan, gas, alkali, dan
asam. Jenis-jenis keramik memiliki titik leleh yang tinggi dan beberapa
diantaranya masih dapat digunakan pada temperatur mendekati titik lelehnya.
Keramik juga stabil dalam waktu yang lama.
B. Sifat Mekanik
Ikatan keramik dapat dibilang sangat kuat, dapat kita lihat dari
kekakuan ikatan dengan mengukur kemampuan keramik menahan tekanan dan
kelengkungan. Bend Strength atau jumlah tekanan yang diperlukan untuk
melengkungkan benda biasanya digunakan untuk menentukan kekuatan
keramik. Salah satu keramik yang keras adalah Zirkonium dioksida yang
memiliki bend strength mendekati senyawa besi. Zirkonias (ZrO2) mampu
mempertahankan kekuatannya hingga temperatur 900oC (1652oF), dan bahkan
silikon karbida dan silikon nitrida dapat mempertahankan kekuatannya pada
temperatur diatas 1400oC (2552oF). Material-material silikon ini biasanya
digunakan pada peralatan yang memerlukan panas tinggi seperti bagian dari
Gas-Turbine Engine. Walaupun keramik memiliki ikatan yang kuat dan tahan
pada temperatur tinggi, material ini sangat rapuh dan mudah pecah bila
dijatuhkan atau ketika dipanaskan atau didinginkan seketika.
C. Sifat Fisika
Sebagian besar keramik adalah ikatan dari karbon, oksigen atau
nitrogen dengan material lain seperti logam ringan dan semilogam. Hal ini
menyebabkan keramik biasanya memiliki densitas yang kecil. Sebagian
keramik yang ringan mungkin dapat sekeras logam yang berat. Keramik yang
keras juga tahan terhadap gesekan. Senyawa keramik yang paling keras adalah
berlian, diikuti boron nitrida pada urutan kedua dalam bentuk kristal
kubusnya. Aluminum oksida dan silikon karbida biasa digunakan untuk
memotong, menggiling, menghaluskan dan menghaluskan material-material
keras lain.
D. Sifat Panas
Sebagian besar keramik memiliki titik leleh yang tinggi, artinya
walaupun pada temperatur yang tinggi material ini dapat bertahan dari
deformasi dan dapat bertahan dibawah tekanan tinggi. Akan tetapi, perubahan
temperatur yang besar dan tiba-tiba dapat melemahkan keramik. Kontraksi dan
ekspansi pada perubahan temperatur tersebutlah yang dapat membuat keramik
pecah. Silikon karbida dan silikon nitrida lebih dapat bertahan dari kontraksi
dan ekspansi pada perubahan temperatur tinggi daripada keramik-keramik
lain. Oleh karena itu, material ini digunakan pada bagian-bagian mesin seperti
rotor pada turbin dalam mesin jet yang memiliki variasi perubahan temperatur
yang ekstrim.
E. Sifat Elektrik
Beberapa jenis keramik dapat menghantarkan listrik. Contohnya
Chromium dioksida yang mampu menghantarkan listrik sama baiknya dengan
sebagian besar logam. Jenis keramik lain seperti silikon karbida, kurang dapat
menghantarkan listrik tapi masih dapat dikatakan sebagai semikonduktor.
Keramik seperti aluminum oksida bahkan tidak menghantarkan listrik sama
sekali. Beberapa keramik seperti porselain dapat bertindak sebagai insulator
(alat untuk memisahkan elemen-elemen pada sirkuit listrik agar tetap pada
jalurnya masing-masing) pada temperatur rendah tapi dapat menghantarkan
listrik pada temperatur tinggi.
F. Sifat Magnetik
Keramik yang mengandung besi oksida (Fe2O3) dapat memiliki gaya
magnetik mirip dengan magnet besi, nikel dan cobalt. Keramik berbasis besi
oksida ini biasa disebut ferrit. Keramik magnetik lainnya adalah oksida-oksida
nikel, senyawa mangan dan barium. Keramik bermagnet biasanya digunakan
pada motor elektrik dan sirkuit listrik dan dapat dibuat dengan resistensi tinggi
terhadap demagnetisasi. Ketika elektron-elektron disejajarkan sedemikian
rupa, keramik dapat menghasilkan medan magnet yang sangat kuat dan sukar
demagnetisasi (menghilangkan medan magnet) dengan memecah barisan
elektron tersebut.
Keramik industri dibuat dari bubuk yang telah diberi tekanan
sedemikian rupa kemudian dipanaskan pada temperatur tinggi. Keramik
tradisional seperti porselain, ubin (keramik lantai) dan tembikar dibuat dari
bubuk yang terdiri dari berbagai material seperti tanah liat (lempung), talc,
silika dan faldspar. Akan tetapi, sebagian besar keramik industri dibentuk dari
bubuk kimia khusus seperti silikon karbida, alumina dan barium titanat.
Material yang digunakan untuk membuat keramik ini biasanya digali
dari perut bumi dan dihancurkan hingga menjadi bubuk. Produsen seringkali
memurnikan bubuk ini dengan mencampurkannya dengan suatu larutan hingga
terbantuk endapan pengotor. Kemudian endapan tadi disaring dan bubuk
material keramik dipanaskan untuk menghilangkan impuritis dan air.
Hasilnya, bubuk dengan tingkat kemurnian tinggi dan berukuran sekitar 1
mikrometer (0.0001 centimeter).
1. Pengolahan Bahan
Gambar 1
Gambar 2
Pembentukan dengan teknik putar
Pembentukan dengan teknik putar adalah teknik
yang paling mendasar dan merupakan cirri khas
dalam kerajinan keramik. Karena ciri khasnya
tersebut, sehingga teknik ini menjadi semacam ikon
dalam bidang keramik. Dibandingkan dengan teknik
yang lain, teknik ini mempunyai tingkat kesulitan
yang paling tinggi. Seseorang tidak begitu saja
langsung bisa membuat benda keramik begitu
mencobanya. Diperlukan waktu yang tidak sebentar
untuk melatih jari-jari agar terbentuk ’feeling’
dalam membentuk sebuah benda keramik. Keramik
dibentuk diatas sebuah meja dengan kepala putaran
yang berputar. Benda yang dapat dibuat dengan
teknik ini adalah benda-benda yang berbentuk dasar
silinder, misalnya piring, mangkok, vas, guci dan
lain-lain. Alat utama yang digunakan adalah alat
putar (meja putar). Meja putar dapat berupa alat
putar manual mapupun alat putar masinal yang
digerakkan dengan listrik.
Secara singkat tahap-tahap pembentukan
dalam teknik putar adalah: centering (pemusatan),
coning (pengerucutan), forming (pembentukan),
rising (membuat ketinggian benda), refining the
contour (merapikan).
Pengeringan
Setelah benda keramik selesai dibentuk,
maka tahap selanjutnya adalah pengeringan. Tujuan
utama dari tahap ini adalah untuk menghilangkan air
plastis yang terikat pada badan keramik. Ketika
badan keramik plastis dikeringkan akan terjadi 3
proses penting : (1) Air pada lapisan antarpartikel
lempung mendifusi ke permukaan, menguap,
sampai akhirnya partikel-partikel saling bersentuhan
dan penyusutan berhenti; (2) Air dalam pori hilang
tanpa terjadi susut; dan (3) air yang terserap pada
permukaan partikel hilang. Tahap-tahap ini
menerangkan mengapa harus dilakukan proses
pengeringan secara lambat untuk menghindari
retak/cracking terlebih pada tahap 1. Proses yang
terlalu cepat akan mengakibatkan keretakkan
dikarenakan hilangnya air secara tiba-tiba tanpa
diimbangi penataan partikel tanah liat secara
sempurna, yang mengakibatkan penyusutan
mendadak.
Untuk menghindari pengeringan yang terlalu
cepat, pada tahap awal benda keramik diangin-
anginkan pada suhu kamar. Setelah tidak terjadi
penyusutan, pengeringan dengan sinar matahari
langsung atau mesin pengering dapat dilakukan.
Pembakaran
Pembakaran merupakan inti dari pembuatan
keramik dimana proses ini mengubah massa yang
rapuh menjadi massa yang padat, keras, dan kuat.
Pembakaran dilakukan dalam sebuah tungku
(furnace) suhu tinggi. Ada beberapa parameter yang
mempengaruhi hasil pembakaran : suhu sintering
(matang), atmosfer tungku dan mineral yang
terlibat.
Pada proses pemanasan, partikel-partikel
bubuk menyatu dan memadat. Proses pemadatan ini
menyebabkan objek keramik menyusut hingga 20
persen dari ukuran aslinya. Tujuan dari proses
pemanasan ini adalah untuk memaksimalkan
kekerasan keramik dengan mendapatkan struktur
internal yang tersusun rapih dan sangat padat
(Sumahamijaya, 2009).
Pembakaran biskuit
Pembakaran biskuit merupakan tahap yang
sangat penting karena melalui pembakaran ini suatu
benda dapat disebut sebagai keramik. Biskuit
(bisque) merupakan suatu istilah untuk menyebut
benda keramik yang telah dibakar pada kisaran suhu
700 – 1000oC. Pembakaran biskuit sudah cukup
membuat suatu benda menjadi kuat, keras, kedap
air. Untuk benda-benda keramik berglasir,
pembakaran biskuit merupakan tahap awal agar
benda yang akan diglasir cukup kuat dan mampu
menyerap glasir secara optimal.
Pengglasiran
Pengglasiran merupakan tahap yang
dilakukan sebelum dilakukan pembakaran glasir.
Benda keramik biskuit dilapisi glasir dengan cara
dicelup, dituang, disemprot, atau dikuas. Untuk
benda-benda kecil-sedang pelapisan glasir dilakukan
dengan cara dicelup dan dituang, untuk benda-benda
yang besar pelapisan dilakukan dengan
penyemprotan. Fungsi glasir pada produk keramik
adalah untuk menambah keindahan, supaya lebih
kedap air, dan menambahkan efek-efek tertentu
sesuai keinginan.
Kesemua proses dalam pembuatan keramik akan
menentukan produk yang dihasilkan. Oleh karena itu,
kecermatan dalam melakukan tahapan demi tahapan
sangat diperlukan untuk menghasilkan produk yang
memuaskan.
2.9. Densifikasi
Proses densifikasi menggunakan panas yang tinggi untuk menjadikan sebuah
keramik menjadi produk yang keras dan padat. Setelah dibentuk, keramik dipanaskan
pada tungku (furnace) dengan temperatur antara 1000 sampai 1700 oC. Pada proses
pemanasan, partikel-partikel bubuk menyatu dan memadat. Proses pemadatan ini
menyebabkan objek keramik menyusut hingga 20% dari ukuran aslinya. Tujuan dari
proses pemanasan ini adalah untuk memaksimalkan kekerasan keramik dengan
mendapatkan struktur internal yang tersusun rapih dan sangat padat.
2.10. Kegunaan Keramik Industri
2.11. Furnace
Gambar
Prinsip kerja dari dari furnace listrik adalah memanaskan bahan sampel dengan
memasukkan dalam ruang pemanas. Panas pada termokopel berasal dari filament yang diberi
tegangan sehingga akan menimbulkan panas. Filament yang biasa digunakan terbuat dari
nikel karena memiliki titik leleh tinggi. Panas akan merambat secara radiasi menuju sampel.
Beberapa furnace memiliki control waktu yang dimanfaatkan untuk mengubah suhu
pemanasan secara otomatis. Dinding bagian dalam furnace didesain tahan terhadap suhu
tinggi dengan menggunakan bahan alumina. Di bagian dalam furnace terdapat sensor suhu
berupa termokopel.
Termokopel adalah perangkat yang terdiri dari dua konduktor yang berbeda (biasanya
paduan logam) yang menghasilkan tegangan, sebanding dengan perbedaan suhu antara kedua
ujung konduktor. Termokopel banyak digunakan sebagai jenis sensor suhu untuk pengukuran
dan kontrol serta dapat juga digunakan untuk mengubah gradien temperatur menjadi listrik.
Termokopel biasanya memakai suhu standar untuk suhu referensi 0 derajat Celcius
(www.heater.co.id). Gambar rangkaian sensor suhu termokopel di tampilkan pada gambar 3.
Pemanfaatan furnace pada fabrikasi kaca adalah dengan memanaskan material atau
bahan kaca, kemudian melakukan pendinginan secara cepat. Hal ini dilakukan agar bahan
yang dipanaskan memiliki struktur amorf. Struktur amorf terjadi ketika bahan yang diberi
suhu tinggi kemudian didinginkan secara cepat, agar struktur atom dalam bahan tidak sempat
berubah menjadi Kristal.
Pengoprasian furnace harus hati-hati agar furnace tidak cepat rusak. Setelah furnace
selesai digunakan tidak dibenarkan untuk mematikan langsung alat ketika suhu masih sangat
tinggi. Ini akan mengakibatkan putusnya filament-filamen pemanas karena di shutdown
secara tiba-tiba. Penggunaan yang tepat adalah, ketika furnace selesai di gunakan, suhu
furnace dibiarkan turun secara alami mencapai suhu kamar. Barulah kemudian alat dapat
dimatikan.
Gambar 4 dan 5 merupakan salah satu contoh furnace yang ada di laboratorium Pusat
FMIPA UNS. Gambar 4 merupakan furnace dengan merek Termoline yang memiliki suhu
maksimum pemanasan maksimun sekitar 1100 0C. Gambar 5 merupakan furnace dengan
merek Nobertherm yang dapat mengatur kenaikan suhu selang waktu tertentu.
Muffle furnace
Muffle furnace juga digunakan dalam banyak penelitian, misalnya oleh ahli
kimia untuk menentukan berapa proporsi sampel yang mudah terbakar dan non-
volatile. jenis Vecstar, sekarang bisa menghasilkan kerja suhu sampai 1800 derajat
Celcius, yang memfasilitasi aplikasi metalurgi lebih canggih. Muffle furnace yang
panjang juga dapat digunakan untuk memanaskan benda yang dibangun di banyak
prinsip yang sama dengan jenis kiln kotak tersebut, bentuk tabung hampa panjang,
lebar, dan tipis yang digunakan dalam roll untuk menggulung proses manufaktur.
Kedua furnace yang disebutkan di atas biasanya dipanaskan sampai suhu yang
diinginkan untuk konduksi, konveksi, atau radiasi dan hambatan listrik dari elemen
pemanas. Oleh karena itu biasanya tidak ada pembakaran yang terlibat dalam kontrol
suhu sistem, yang memungkinkan untuk kontrol jauh lebih besar keseragaman suhu
dan menjamin isolasi bahan yang dipanaskan dari produk sampingan pembakaran
bahan bakar.
Vacuum furnace
Vacuum furnace adalah jenis furnace yang dapat memanaskan bahan, biasanya
logam, pada temperatur sangat tinggi dan melaksanakan proses seperti mematri,
sintering dan perlakuan panas dengan konsistensi tinggi dan kontaminasi
rendah.Dalam sebuah vacuum furnace produk dalam tungku dikelilingi oleh ruang
hampa. Tidak adanya udara atau gas lainnya mencegah perpindahan panas dengan
produk melalui konveksi dan menghilangkan sumber kontaminasi. Beberapa manfaat
dari vakum furnace adalah:
1. Uniform dalam rentang temperatur 2000-2800 ° F (1100-1500 ° C)
2. Suhu dapat dikontrol dalam area kecil
3. Kontaminasi dari karbon oksigen dan gas-gas lain pada produk rendah
4. pendinginan produk cepat
5. Proses dapat dikendalikan komputer untuk memastikan berulangnya fasa dalam
metalurgi.
Penggunaan umum dari vakum furnace adalah untuk heat treatment baja paduan.
Banyak perlakuan panas yang dapat menggunakan vakum furnace misalnya hardening
dan tempering dari baja untuk menambah kekuatan dan ketangguhan. Pengerasan
melibatkan pemanasan baja ke suhu yang sudah ditentukan, kemudian didinginkan secara
cepat. Vacuum furnace yang ideal untuk aplikasi mematri. Mematri merupakan proses
perlakuan panas yang digunakan untuk menggabung dua atau lebih komponen dasar
logam dengan pelelehan lapisan tipis logam pengisi dalam celah antara logam tersebut.
Aplikasi lainnya dari vakum furnace adalah Vacuum karburasi, yang juga dikenal sebagai
Tekanan Rendah karburasi atau LPC.
Dalam proses ini, gas (seperti asetilen) dimasukkan dengan tekanan parsial ke
zona panas pada suhu biasanya antara 1600F dan 1950F. Gas dimasukkan ke dalam
molekul konstituen (dalam hal ini karbon dan hidrogen). karbon tersebut kemudian
menyebar ke daerah permukaan logam. Hal ini biasanya diulang dalam berbagai durasi
input gas dan waktu difusi. Setelah benda kerja sesuai dengan apa yang diinginkan
kemudian diinduksi biasanya menggunakan minyak atau gas bertekanan tinggi (HPGQ)
berupa nitrogen atau helium kemudian diquenching dengan cepat. Proses ini juga dikenal
sebagai pengerasan khusus.
Fluidized-bed furnace
Produk jadi (misalnya, sinter) dibuang dari tungku melalui sebuah pintu di
bagian atas dari fluidized bed. Alat penukar panas dipasang di zona fluidized untuk
melakukan pemanasan dalam bed selama proses eksotermik (pembakaran) atau untuk
memasok panas ke fluidized bed selama proses endotermik (pengurangan).Tungku
fluidized-bed Multichamber dengan beberapa bed fluidized sekuensial digunakan
untuk proses yang melibatkan pengolahan bahan dalam beberapa langkah pada
berbagai suhu dan berbagai komposisi fasa gas.Dibandingkan dengan furnace listrik
jenis lain (misalnya, rotary kiln), di dalam fluidized-bed furnace gas dan bahan lebih
efektif berinteraksi dan lebih seragam pada produk akhir, fluidized bed furnace juga
membuat seintensive mungkin dan otomatisasi proses berlangsung di dalamnya.
Tungku induksi
Tungku induksi atau Tanur induksi bekerja dengan prinsip transformator
dengan kumparan primer dialiri arus AC dari sumber tenaga dan kumparan sekunder.
Kumparan sekunder yang diletakkan didalam medan mahnit kumparan primer akan
menghasilkan arus induksi. Berbeda dengan transformator, kumparan sekunder
digantikan oleh bahan baku peleburan serta dirancang sedemikian rupa agar arus
induksi tersebut berubah menjadi panas yang sanggup mencairkannya.
Sistem Pembakaran
Bahan dan produk keramik dapat dibakar dalam bermacam-macam tipe tungku
pembakaran baik yang beroperasi secara periodik ataupun secara kontinyu. Tungku
keramik berdasarkan aliran nyala api di dalam tungku, dari sumber produksi nyala api di
kantong api, ke susunan barang yang dibakar/dipanasi kemudian dibuang ke udara
atmosfer ada tiga macam:
Tungku Api Naik (Up Draft Kiln)
Tungku Api Berbalik (Down Draft Kiln)
Tungku Api Mendatar (Cross Draft Kiln).
Tungku api naik umumnya untuk pembakaran produk keramik secara tradisional
yang efisiensi pembakarannya rendah yaitu kurang dari 20%. Produk yang dibakar
misalnya bata merah, genteng, dan gerabah kasar (Mayolica). Tungku api berbalik
umumnya digunakan untuk membakar genteng natural atau berglasir suhu rendah antara
800 - 900°C dan tungku api berbalik jenis shuttle kiln yaitu lantai/ruang penyusunan
barang dikonstruksi di atas lori yang bisa didorong keluar dan masuk dan dilengkapi tutup
pintu tungku. Barang yang dibakar dalam tungku Shuttle lebih beragam, demikian juga
temperatur pembakarannya bervariasi lebar (800 oC - 1400 °C). Barang keramik di dalam
Shuttle kiln disusun di atas dudukan refraktori yang berupa plat atau Saggers
(kotak/silinder) dan penyangga dari refraktori untuk menyusun plat-plat secara bersusun
(shelves). Apabila digunakan susunan yang tertutup, tidak diperlukan penyangga
(refractory supporter) dan tungku shuttle ini berfungsi sebagai tungku "muffle" yang
diaplikasi apabila barang yang dibakar diinginkan tidak bersinggungan dengan nyala api
(pembakaran netral).
Tungku Shuttle berkembang menjadi lebih produktif dan beroperasi
kontinyu/semi kontinyu, yaitu menjadi tunnel kiln dan kemudian menjadi Roller Hearth
Kiln. Perkembangan proses pembakaran dengan tunnel kiln dan Roller Hearth Kiln
merubah teknologi produksi keramik, dari mulai mutu bahan mentah, penyiapan bahan
baku, proses pembentukan dan pengeringan yang harus mampu memfasilitasi
implementasi fast firing (proses pembakaran yang lebih cepat). Lama pembakaran yang
sebelumnya mencapai 24-50 jam dalam shuttle Kiln atau Tunnel Kiln kini menjadi hanya
30-90 menit untuk pembakaran ubin, 2-4 jam genteng/table wares dan 6-7 jam untuk
Sanitair Wares.
Proses pembakaran keramik merupakan unit operasi yang padat energi,
sehingga perbaikan teknologi diarahkan kepada peningkatan efisiensi bahan bakar
dari sekitar 30-40% menggunakan tungku konvensional (shuttle & tunnel kiln) kini
bisa dicapai efisiensi hingga 60% dengan Roller Hearth Kiln.
Gambar
Pada temperatur 800-1160 C, talc akan berubah menjadi enstalite dan amorphous
o
silika.
3 MgO . 4 SiO2 3 MgO . SiO2 + SiO2
Setelah pembakaran sampai puncak temperatur, maka body keramik
mengalami pendinginan secara cepat dengan memperhatikan harus didinginkan
secara lambat pada daerah 573 oC. Pendinginan dilakukan sampai sedikit di atas
suhu kamar, sehingga keramik yang keluar kiln tidak mengalami retak.