Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/325756277

Wound Dressing Formulation in Hydrogel-Shape Sourced From Carragenan of


Red algae Extract (Euchema spinossum) Using Honey in Accelerating Burns
Healing

Research · June 2018


DOI: 10.13140/RG.2.2.34175.30887

CITATIONS READS

0 638

1 author:

Melvern Theodorik
Universitas Negeri Gorontalo
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

KARAGENAN View project

All content following this page was uploaded by Melvern Theodorik on 14 June 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Penelitian

Formulasi Wound Dressing Bentuk Hidrogel Dari Karagenan Ekstrak Alga Merah
(Euchema spinossum) Menggunakan Madu dalam Percepatan Penyembuhan Luka
Bakar

Melvern Theodorik Salindeho Biu1, Nur Ain Thomas, S.Si., M.Si., Apt2,
dan Moh Adam Mustapa, S.Si, M.Sc2.
1)
Mahasiswa Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FOK, UNG
2)
Dosen Jurusan Farmasi, FOK, UNG
Email : tmetheos@Gmail.com

ABSTRAK

Penyembuhan luka dapat terjadi secara alamiah, hanya membutuhkan waktu yang cukup
lama, sehingga dibutuhkan upaya pengelolaan luka yang tepat seperti penggunaan wound
dressing. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan wound dressing bentuk hidrogel
dari karagenan ekstrak alga merah (Euchema spinossum) menggunakan madu serta
efektivitasnya dalam percepatan penyembuhan luka bakar. Penelitian diawali dengan
ekstraksi alga merah, selanjutnya dilakukan optimasi basis hidrogel dengan variasi
konsentrasi karagenan F1 (1,5%), F2 (2%), F3 (2.5%), F4 (3%), semua basis dievaluasi
meliputi organoleptis, rasio swelling dan fraksi gel. Basis optimum diformulasikan dengan
madu masing-masing F1b (Madu 10%) dan F1c (Madu 20%), kemudian dilakukan uji
iritasi selama 3 x 24 jam serta diuji efektivitas dengan menggunakan mencit (Mus
musculus) dalam 6 kelompok yaitu kelompok tanpa perlakuan, F1a, F1b, F1c, madu
tunggal 10% dan 20%. Data uji efektivitas diolah dengan metode One Way Anova dengan
taraf kepercayaan 99% (α=0.01). Hasil penelitian menunjukkan karagenan dari ekstrak alga
merah yang dikombinasikan dengan madu dapat diformulasikan menjadi wound dressing
bentuk hidrogel serta efektif dalam penyembuhan luka bakar, Formula F1c merupakan
formula yang lebih efektif, dengan waktu penyembuhan selama 12 hari dan hasil analisis
statistik dengan One Way Anova p=0,000 (sig < α).

Kata kunci : Alga Merah, Karagenan, Hidrogel, Madu, Penyembuhan Luka Bakar
PENDAHULUAN Karagenan adalah senyawa polimer
natural (biopolimer) larut air yang
Alga merupakan komoditas yang diekstraksi dari alga merah jenis
masuk dalam program revitalisasi Euchema, Chondrus, Gigartina, Hypnea,
perikanan. Komoditas ini terus Iradea dan Phyllophora. Karagenan
dikembangkan pada beberapa daerah di sebagai senyawa hidrokoloid terdiri dari
Indonesia, termasuk pada Provinsi amonium, kalsium, magnesium, potasium
Gorontalo (Kabupaten Gorontalo Utara, dan sodium sulfat ester galaktosa dan
Kabupaten Boalemo dan Kabupaten kopolimer 3.6 anhidrogalaktosa. Heksosa
Pohuwato). Dalam bidang industri, ini dihubungkan dengan ikatan glikosidik
terdapat beberapa senyawa polimer α-1.3-galaktosa & β-1.4-3.6
yang secara alami dihasilkan dari anhidrogalaktosa secara bergantian pada
pengolahan alga diantaranya agar-agar, polimer (FAO, 1986).
alginat dan karagenan. Menurut Tarigan dkk (2007),
penyembuhan luka (wound healing)

84
terkait dengan regenerasi sel sampai mendapat pemberian madu memberikan
fungsi organ tubuh kembali pulih, penurunan jumlah leukosit yang sama
ditunjukkan dengan tanda tanda dan dengan kelompok kontrol positif yang
respon yang berurutan dimana sel secara mendapat pemberian salep silver
bersama-sama berinteraksi, melakukan sulfadiazin.
tugas dan berfungsi secara normal. Akhir- Berdasarkan uraian di atas, maka
akhir ini bermunculan inovasi terbaru peneliti akan melakukan formulasi
dalam hal pengembangan sediaan sediaan wound dressing bentuk hidrogel
pembalut luka (wound dressing) sebagai dari karagenan ekstrak alga merah
salah satu upaya pengelolaan luka. (Euchema spinossum) dengan
Salah satu jenis dari wound dressing menggunakan madu sebagai salah satu
yang sampai saat ini banyak digunakan alternatif sediaan pembalut luka dalam
adalah hidrogel. Hidrogel sering mempercepat proses penyembuhan luka
digunakan karena sifatnya biokompatible, bakar. Karagenan dipilih sebagai basis
biodegradable, memiliki kemampuan sediaan pembalut luka karena sifatnya
rehidrasi luka kering karena kandungan yang biokompatibel, biodegradable dan
airnya sangat tinggi, memberikan efek tidak toksik. Selain itu, kekuatan gel
menghaluskan dan mendinginkan serta karagenan berperan dalam pembentukkan
dapat melepaskan obat tepat waktu film yang transparan, kuat, bersih dan
(Singh, 2017). fleksibel meskipun pada kelembaban
Dalam pengelolaan luka, seringkali yang rendah (Setiawan, 2012).
masyarakat memanfaatkan bahan-bahan
herbal sebagai agen penyembuhan luka, BAHAN DAN METODE
yang digunakan secara tradisional karena
telah dipercaya dan diwariskan secara Bahan
turun temurun oleh masyarakat. Madu Aquades, Alga merah (Euchema
bersifat antibakteri, antioksidan dan spinossum), CaCl3 (Kalsium Klorida),
memiliki kandungan nutrisi tinggi yang DMDM Hydantoin, HCl (Asam Klorida),
bagus untuk proses penyembuhan luka. NaOH (Natrium Hidroksida), Madu, PVP
Berdasarkan penelitian Gupta dkk K-30 (Polivinil Pirolidon), PVA
(2011), yang membandingkan efektivitas (Polivinil Alkohol), PEG 400 (Poly
antara dressing madu dan dressing silver Etilenglykol).
sulfadiazin (SSD) terhadap penyembuhan
luka bakar, dilaporkan bahwa durasi Ekstraksi Karagenan dari Alga Merah
penyembuhan rata-rata dengan dressing (Euchema spinossum)
madu lebih cepat yaitu 18,16 hari Alga yang telah bersih diekstraksi
dibandingkan dressing silver sulfadiazin dengan pelarut berupa NaOH 0,9 N
yaitu 32.68 hari. Penelitian lainnya juga sebanyak 1000 ml dengan berat alga 50
dilakukan oleh Dharma (2015), yang gram (perbandingan berat sampel :
berjudul “Penurunan Jumlah Leukosit voume pelarut adalah 1:20 g/ml).
Produk Lebah Madu Pada Luka Bakar Ekstraksi dilakukan selama 30 menit pada
Tikus Putih Jantan Rattus Norvegicus suhu 80-90 0C. Setelah proses ekstraksi
Galur Wistar”, didapatkan dari uji LSD selesai dilakukan proses penyaringan,
pada hari ke–21 terhadap kelompok yang dalam keadaan panas sehingga

85
memudahkan penyaringan. Setelah itu, Optimasi Basis Wound dressing
dilakukan pencucian dengan HCl hingga Hidrogel
pH = ± 7. Kemudian dilakukan presipitasi Optimasi basis wound dressing
dengan cara memasukkan filtrat ke dalam Hidrogel dilakukan dengan memasukkan
larutan CaCl3 1,5 % b/v. Selanjutnya serbuk karagenan yang telah dihaluskan
dilakukan penyaringan kembali untuk hasil dari ekstraksi alga merah (Euchema
memisahkan filtrat dengan endapan spinossum) ke dalam aquadest sambil
o
karagenan. Karagenan basah kemudian dipanaskan pada suhu 80 C sambil
dikeringkan di dalam oven dengan suhu diaduk dengan batang pengaduk hingga
50°C sampai kering menjadi film larutan homogen. Setelah itu
karagenan. Selanjutnya dihaluskan ditambahkan PVP-K30, PVA, PEG 400
dengan blender sehingga diperoleh serbuk dan DMDM Hydantoin yang masing
karagenan. masing telah dilarutkan dengan air sisa
stock (volume sediaan 40 ml). Campuran
Karakterisasi Karagenan dengan diaduk dalam pemanasan selama 15
Spektrometri Massa menit. Kemudian campuran dimasukkan
Sebanyak 0,05 g sampel serbuk ke dalam tabung reaksi untuk selanjutnya
ekstrak alga merah (Euchema spinossum) disentrifuge dengan kecepatan 250 rpm
ditimbang dan dilarutkan dalam 5 ml selama 5 menit untuk mengeluarkan
ultrawater sehingga diperoleh larutan gelembung yang terperangkap pada
baku 10.000 ppm. Kemudian sampel campuran basis. Setelah itu campuran
diencerkan menjadi larutan 10 ppm dimasukkan ke dalam cawan petri dan
sebanyak 15 ml. Sampel dianalisis diletakkan dalam oven pada suhu 50oC
dengan menggunakan instrumen selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan
spektrometri massa (Mass evaluasi terhadap basis hidrogel, berupa
Spectrometry/MS) kemudian evaluasi organoleptik, fraksi gel dan rasio
dibandingkan berat molekul sampel swelling.
dengan karagenan sintetis.
Tabel 1. Optimasi Basis Wound
Analisis Kualitatif Senyawa Flavonoid dressing Hidrogel
dalam Madu Menggunakan F1 F2 F3 F4
Spektrofotometer UV-VIS Bahan
(%) (%) (%) (%)
Sebanyak 0,1 gram madu ditimbang
dan dilarutkan dengan 100 ml pelarut Karagenan 1,5 2 2,5 3
dalam labu ukur, sehingga diperoleh PVP K-30 7 7 7 7
larutan baku 1000 ppm. Selanjutnya
diencerkan menjadi larutan 10 ppm, PVA 5 5 5 5
kemudian dianalisis dengan PEG 400 10 10 10 10
menggunakan spektrofotometer UV-VIS, DMDM
dengan melihat peak absorbansi pada 0,5 0,5 0,5 0,5
Hydantoin
panjang gelombang 300-560 nm, sebagai
salah satu parameter penentu adanya Ad Ad Ad Ad
Aquadest
senyawa flavonoid dalam madu. 100 100 100 100

86
Evaluasi Basis Wound dressing Formulasi Wound dressing Hidrogel
Hidrogel Formulasi wound dressing hidrogel
1. Pengamatan Organoleptik dilakukan dengan menyiapkan basis
Dilakukan dengan mengamati hidrogel terbaik dari hasil optimasi,
secara visual bentuk, warna, dan bau kemudian dikombinasikan dengan madu
sediaan wound dressing hidrogel. yang divariasikan konsentrasinya 0, 10
dan 20%.
2. Rasio Swelling
Adapun prosedur evalauasi rasio Tabel 2. Formulasi Wound dressing
swelling, awalnya dipotong wound Hidrogel
dressing hidrogel dengan ukuran 2 cm x Bahan F1a F1b F1c
2 cm, lalu wound dressing hidrogel (%) (%) (%)
ditimbang (Wd). Selanjutnya wound Madu 0 10 20
dressing hidrogel direndam dalam Karagenan 1,5 1.5 1,5
aquades 100 ml pada suhu ruang selama PVP K-30 7 7 7
60 menit. Selanjutnya wound dressing PVA 5 5 5
hidrogel dikeluarkan dari bejana PEG 400 10 10 10
perendaman, air yang menempel di DMDM 0,5 0,5 0,5
permukaan wound dressing hidrogel Hydantoin
basah dikeringkan dengan kertas tisu, dan Aquadest Add Add Add
wound dressing hidrogel ditimbang (Ws). 100 100 100
Lalu, dilakukan perhitungan rasio
swelling dengan rumus berikut: Uji Iritasi
Rasio swelling = ws – wd x 100% Uji iritasi dilakukan pada punggung
wd mencit yang sebelumnya telah
dibersihkan dengan alat pencukur,
3. Fraksi Gel kemudian sebelum perlakuan, mencit
Adapun prosedur evaluasi fraksi gel dibiarkan selama 24 jam. Mencit yang
awalnya dipotong wound dressing digunakan harus sehat, tidak boleh ada
hidrogel dengan ukuran 2 cm x 2 cm, luka dan kelainan pada kulit. Kemudian
kemudian wound dressing hidrogel sediaan wound dressing hidrogel dengan
dikeringkan pada suhu 50oC ± 24 jam dan luas 2 x 2 cm dibalut pada mencit dan
ditimbang (W0). Lalu, wound dressing dibiarkan selama 24 jam. Setelah 24 jam
hidrogel kering dibungkus dengan kain sediaan dilepaskan dan dibiarkan selama
kasa dan direndam dalam aquades sampai 1 jam lalu diamati. Perlakuan ini
terendam sempurna selama 24 jam. dilakukan juga pada kulit setelah 48 dan
wound dressing hidrogel yang tersisa di 72 jam.
kain kasa dikeringkan kembali dalam
oven pada suhu 50oC. Setelah itu, wound Uji Efektivitas Wound dressing
dressing ditimbang kembali sebagai Hidrogel
bobot kering akhir (W1). Lalu dilakukan Mencit yang akan digunakan
perhitungan persentase fraksi gel diaklimatisasi selama 3 hari sebelum
menggunakan rumus berikut : penelitian agar hewan uji dapat
Fraksi Gel = w1 x 100% beradaptasi dengan lingkungan dan
w0
87
perlakuan yang baru, ditempatkan di kelompok dengan syarat normalitas dan
dalam kandang dan diberi makan cukup varians datanya sama.
setiap harinya.
Sebelum melakukan perlakuan, HASIL & PEMBAHASAN
bulu disekitar punggung dicukur dan
melakukan pencukuran diberikan krim Ekstraksi Karagenan dari Alga Merah
khusus pencukur bulu, hal ini bertujuan (Euchema spinossum)
untuk meminimalkan cedera yang terjadi Ekstraksi merupakan proses
pada kulit mencit. Lempeng logam penarikan suatu senyawa, dalam hal ini
dengan ukuran 1,5 cm x 1,5 cm yang ekstraksi dari sampel alga merah
sebelumnya sudah dipanaskan selama 1 bertujuan untuk menarik senyawa
menit di atas bunsen, kemudian karagenan. Sampel alga merah yang
ditempelkan pada kulit mencit selama 5 digunakan adalah jenis Euchema
detik, setiap 1 mencit diberikan 1 luka. spinossum, diperoleh dari Desa Langge,
Pada masing-masing kelompok Kecamatan Kwandang, Kabupaten
hewan coba uji yang telah dibuat luka Gorontalo Utara. Menurut Van de valde
bakar dengan lempeng logam diberikan (2002) dalam penelitian Diharmi dkk
perlakuan yaitu : (2011), alga merah jenis Euchema
a. Kelompok 1 : tidak diberikan spinossum merupakan spesies utama yang
perlakuan apapun menghasilkan iota-karagenan. Jenis iota-
b. Kelompok 2 : diberikan basis wound karagenan di pilih karena menghasilkan
dressing hidrogel gel yang lembut dan elastis dibandingkan
c. Kelompok 3 : diberikan sediaan dengan Kappa-karagenan yang
wound dressing hidrogel karagenan menghasilkan gel yang rapuh (Philllips
dengan madu 10% and Williams, 2009 dalam Gadri dkk,
d. Kelompok 4 : diberikan sediaan 2014).
wound dressing hidrogel karagenan Ekstraksi dari alga merah dilakukan
dengan madu 20% melalui perendaman sampel dengan
e. Kelompok 5 : diberikan madu 10% larutan NaOH 0,9 N, penggunaan larutan
f. Kelompok 6 : diberikan madu 20% alkali dengan konsentrasi yang tinggi
Tiap kelompok mencit diberikan pada ekstraksi bertujuan untuk memecah
perlakuan sebanyak dua kali sehari, dinding sel alga menjadi lisis, sehingga
kemudian diamati proses karagenan terekstrak semakin banyak.
penyembuhannya melalui diameter luka. Larutan alkali berfungsi untuk
Pengukuran dilakukan setiap hari pada mengkatalisis hilangnya gugus-6-sulfat
masing-masing mencit sampai luka bakar dari unit monomernya dengan
dinyatakan sembuh. membentuk 3,6-anhidrogalaktosa
sehingga mengakibatkan kenaikan
Analisis Data kekuatan gelnya. Berdasarkan penelitian
Data yang diperoleh kemudian Jati (2012), bahwa penggunaan NaOH 0,9
dianalisis secara statistik dan dilanjutkan N menghasilkan rendamen tertinggi yakni
dengan uji One-Way ANOVA untuk 59,07 %, sementara itu penambahan basa
membandingkan mean lebih dari dua yang lebih tinggi menghasilkan
kenampakan karagenan yang tidak baik

88
disertai penurunan rendamen. Proses memisahkan serat-serat karagenan
ekstraksi karagenan harus dilakukan pada dengan sisa pelarut yang masih tersisa.
suhu panas 80-90o C karena gel Serat karagenan yang masih basah
karagenan bersifat termoreversibel, pada diletakkan dalam wadah sambil diratakan
suhu panas karagenan akan tetap mencair untuk selanjutnya dikeringkan dalam
sehingga memudahkan proses oven dengan suhu 50o C hingga
penyaringan, selanjutnya dalam keadaan dihasilkan film karagenan kering,
panas, disaring hasil ekstrak sehingga pengeringan dilakukan agar
diperoleh filtrat dan residu. Filtrat memperpanjang masa simpan dari
diasamkan dengan HCl sampai pH 7, karagenan. Film karagenan dihaluskan
tujuannya untuk mengembalikan pH dengan blender dan diayak dengan
karagenan dari pH basa ke pH netral ayakan mesh sehingga diperoleh serbuk
setelah sebelumnya diekstraksi dengan karagenan, hasil pengamatan ekstrak
larutan NaOH 0.9 N. Menurut Arfini karagenan dari alga merah dapat dilihat
(2011), karagenan dalam larutan memiliki pada tabel 3.
stabilitas pada pH 6-9, sedangkan pada
pH yang lebih rendah akan terhidrolisis. Tabel 3. Hasil pengamatan Ekstrak
Selanjutnya dilakukan presipitasi Karagenan dari Alga Merah
dengan menambahkan larutan CaCl3 1,5 Pengamatan
% b/v ke dalam filtrat, tujuannya untuk Bentuk Warna Bau
menarik serat serat karagenan. Karagenan
Serbuk Putih hingga Berbau
akan membentuk gel dengan adanya
hablur putih khas
kation-kation tertentu seperti K+, Rb+
kekuningan alga
dan Cs, karagenan tipe iota lebih
merah
sensisitif terhadap adanya ion Ca2+.
Kalsium klorida akan membentuk
Karakterisasi Karagenan dengan
jembatan antar heliks yang berdekatan
Spektrometri Massa
dan mengikat gugus sulfat sehingga
Serbuk karagenan hasil ekstraksi
menstabilkan dan menguatkan jaringan
dari alga merah (Euchema spinossum)
serta menghasilkan tipe gel yang lembut
dikarakterisasi dengan menggunakan
dan elastis (Gadri dkk, 2014).
LCMS untuk melihat apakah karagenan
Penyaringan kembali dilakukan untuk
yang dihasilkan sama dengan karagenan

Gambar 1. Spektrum LCMS Karagenan Sintetis (atas) dan Spektrum Ekstrak


Alga Merah (bawah)
89
sintetis dengan membandingkan spektrum Neldawaty (2013), spektrum khas
berat molekul antara karagenan sintetis flavonoid terdiri atas dua panjang
dengan sampel ekstrak alga merah. Hasil gelombang maksimal pada rentang 230-
karakterisasi karagenan dengan LCMS 295 (pita II) dan 300-560 (pita I). Hasil
dapat dilihat pada gambar 1, diperoleh 6 analisis kualitatif flavonoid dengan
spektrum berat molekul yang sama pada Spektrofotometer UV-VIS pada sampel
karagenan standar dan ekstrak alga merah madu dapat dilihat gambar 4.2,
yakni 157, 309, 425, 507, 639 dan 803 menunjukkan peak panjang gelombang
m/z, spektrum 803 m/z diduga merupakan maksimum pada 351.90 nm dengan
fragmen iota-karagenan, pada spektrum absorbansi 0.6 A, hasil panjang
309 m/z diduga merupakan fragmen 2 gelombang maksimum ini masuk pada
molekul galaktosa sementara pada rentang 300-560 nm sesuai dengan
spektrum 157 m/z diduga merupakan literatur, sehingga dapat disimpulkan
fragmen 1 molekul Galaktosa, sehingga bahwa madu mengandung flavonoid.
dapat disimpulkan bahwa ekstrak alga
merah (Euchema spinossum) Optimasi dan Evaluasi Basis Wound
mengandung karagenan dengan berat dressing Hidrogel
molekul yang serupa dengan karagenan Pada penelitian ini setelah
sintetis. diperoleh serbuk karagenan, dilakukan
optimasi basis Wound Dressing Hidrogel
Analisis Kualitatif Senyawa Flavonoid dengan memvariasikan konsentrasi
dalam Madu Menggunakan karagenan yaitu F1 (1.5%), F2 (2%), F3
Spektrofotometer UV-VIS (2.5%) dan F4 (3%). Variasi ini dilakukan
untuk mendapatkan formula basis
hidrogel dengan mutu yang baik ketika
diaplikasikan di kulit. Menurut Utomo
(2016), kegunaan karagenan dalam
sintesis hidrogel ini adalah untuk
menaikkan viskositas dengan cara
mengekang air sehingga diperoleh suatu
Gambar 2. Spektrum Flavonoid sistem padatan yang mudah dalam
dalam Madu penanganannya membentuk produk yang
diinginkan. Gadri dkk (2004),
Flavonoid merupakan salah satu menjelaskan bahwa kombinasi antara
senyawa alami terdapat di dalam madu, karagenan dengan PVP dan PVA
berfungsi sebagai antioksidan dan dilakukan untuk membentuk suatu ikatan
antibakteri yang menunjang efektivitas silang antar polimer jaringan sehingga
madu dalam menyembuhkan luka. Oleh dapat memperbaiki sifat fisik hidrogel
karena itu, sampel madu yang akan karagenan. Penggunaan DMDM
digunakan sebagai zat aktif dianalisis Hydantoin berfungsi sebagai pengawet
secara kualitatif dengan Spektrofotometer untuk mencegah kontaminasi mikroba ke
UV-VIS untuk melihat adanya senyawa dalam sediaan. Pada formulasi ini juga
flavonoid, dengan melihat peak panjang ditambahkan plastiscizer, tujuannya
gelombang maksimum. Menurut untuk meningkatkan elastisitas dan sifat

90
Tabel 4. Hasil Evaluasi Basis Wound dressing Hidrogel

Formula
Evaluasi F1 F2 F3 F4
Organoleptis Warna kuning Warna kuning Warna Warna
keemasan keemasan kuning kuning
Transparan, Transparan, keemasan, keemasan,
terbentuk film terbentuk film sedikit keruh, sedikit keruh,
dan tidak dan tidak terbentuk terbentuk
mudah sobek mudah sobek film dan tidak film dan
mudah sobek tidak mudah
sobek
Rasio Swelling
(%) 64.8 52.38 42.17 47.55
Fraksi Gel (%)
18.10 18.35 18.29 17.23
plastis dari film. PEG sebagai plasticizer sebesar 64,86%, F2 sebesar 52,38%, F3
dapat meningkatkan elastisitas dan sifat sebesar 42,17% dan F4 sebesar 47,55%,
adhesive dan daya lekat dari hidrogel hal ini menunjukkan bahwa kapasitas
(Murat dkk, 2004). penyerapan hidrogel paling baik adalah
Pada Tabel 4 disajikan hasil pada formula dengan konsentrasi
evaluasi wound dressing hidrogel, karagenan 1,5%. Karagenan adalah
meliputi evaluasi organoleptis, rasio polimer anionik, kapasitas penyerapan air
swelling dan fraksi gel. Evaluasi yang tinggi disebabkan oleh adanya
organoleptis dilakukan dengan gugus hidrofilik yang kuat yaitu OSO3-.
mengamati fisik sediaan wound dressing Menurut Tariqul (2016), Pembengkakan
hidrogel secara visual. Dari hasil (swelling) adalah hasil dari keseimbangan
pengamatan diperoleh formula F1 antara dua gaya, yaitu gaya osmotik dan
memiliki warna kuning keemasan, gaya pendispersi. Gaya osmotik
transparan, terbentuk film dan tidak mendorong air masuk ke dalam jaringan
mudah sobek. F2 memiliki warna kuning polimer, sedangkan gaya pendispersi
keemasan, transparan, terbentuk film dan yang diberikan oleh rantai polimer
tidak mudah sobek. F3 memiliki warna menahannya. Jadi dengan peningkatan
kuning keemasan, sedikit keruh, densitas ikatan-silang membatasi
terbentuk film dan tidak mudah sobek. F4 kapasitas air yang masuk ke dalam
memiliki warna kuning keemasan, keruh, jaringan polimer.
terbentuk film dan tidak mudah sobek. Evaluasi terakhir yaitu fraksi gel
Kekeruhan dari sediaan juga dipengaruhi yang dilakukan untuk memprediksi
oleh konsentrasi karagenan, semakin banyaknya ikatan silang antar polimer
tinggi konsentrasi karagenan maka yang berbentuk. Hasil yang diperoleh
semakin keruh warna sediaan tersebut. adalah sebagai berikut, F1 sebesar
Evaluasi rasio swelling dilakukan 18.10%, F2 sebesar 18.35%, F3 sebesar
untuk mengetahui kapasitas penyerapan 18.29% dan F4 sebesar 17.23%. Dari
cairan yang dapat masuk ke dalam hasil tersebut diperoleh data fraksi gel
kerangka jaringan wound dressing yang yang perbedaanya tidak terlalu
hidrogel (Gadri dkk, 2004). Hasil yang signifikan diantara keempat formula.
diperoleh adalah sebagai berikut, F1

91
Tabel 5. Hasil Uji Iritasi
Formula 24 jam 48 jam 72 jam Indeks
Eritema Edema Eritema Edema Eritema Edema Iritasi
F1a 0 0 0 0 0 0 0
F1b 0 0 0 0 0 0 0
F1c 0 0 0 0 0 0 0
Berdasarkan evaluasi yang telah dijumpai di permukaan luka saat
dilakukan didapatkan bahwa secara digunakan pembalut luka menggunakan
keseluruhan Formula F1 merupakan madu. Fakta ini menunjukkan bahwa
formula yang memenuhi kriteria hasil madu yang telah terdilusi oleh eksudat
evaluasi yaitu memiliki fisik yang baik, luka masih memiliki aktivitas antibakteri
fraksi gel yang cukup serta swelling ratio lebih dari cukup untuk menghambat
paling baik. pertumbuhan bakteri. Oleh karena itu,
peneliti menggunakan variasi madu
Formulasi Wound Dressing Hidrogel minimum yaitu 0, 10 dan 20% dalam
Karagenan Ekstrak Alga Merah formulasi untuk melihat efektivitasnya
(Euchema spinossum) dan Madu terhadap percepatan penyembuhan luka
Setelah diperoleh basis hidrogel bakar.
yang optimum, dilakukan formulasi
Wound Dressing Hidrogel dari karagenan Uji Iritasi Wound Dressing Hidrogel
yang dikombinasikan dengan madu Karagenan Ekstrak Alga Merah
sebagai zat aktif untuk meningkatkan (Euchema spinossum) dan Madu
efektifitasnya terhadap penyembuhan
luka. Madu memiliki beberapa Uji iritasi dilakukan untuk melihat
karakteristik penting dalam proses adanya gejala iritasi yang ditimbulkan
penyembuhan luka seperti aktivitas setelah pemberian sediaan wound
antibakteri, aktivitas antiinflamasi, dressing hidrogel pada kulit mencit
aktivitas antioksidan, kemampuan selama 24, 48 dan 72 jam. Reaksi iritasi
menstimulasi proses pengangkatan kulit positif ditandai dengan adanya
jaringan mati serta mempertahankan reaksi kemerahan (eritema) dan edema
kelembaban luka yang pada akhirnya pada kulit yang diberi perlakuan (Irsan
membantu percepatan penyembuhan luka dkk., 2013). Pada tabel 5 disajikan hasil
(Gunawan, 2007). uji iritasi masing-masing formula F1a,
Pemilihan konsentrasi dari madu F1b dan F1c, dari ketiga formula tersebut
didasarkan pada The Joanna Briggs tidak ditemukan adanya eritema dan
institude (2011), bahwa potensi edema, sehingga dapat disimpulkan
antibakteri madu yang berguna dalam bahwa formula wound dressing hidrogel
penyembuhan luka pada rentang karagenan yang dikombinasikan dengan
konsentrasi 20-100%. Gunawan (2017), madu tidak menghasilkan iritasi pada
juga menambahkan bahwa aktivitas kulit mencit.
antibakteri madu umumnya sudah dapat
dicapai pada konsentrasi kurang dari 11%
- kisaran konsentrasi madu yang umum

92
Tabel 6. Hasil Uji Efektivitas

Kelompok Diameter Luka/Hari (cm)


Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tanpa
1.2 1.2 1.2 1.2 1.15 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 1 0.9
Perlakuan
F1a 1.2 1.15 1.1 1.1 1.1 1.1 1 1 1 0.9 0.8 0.65
F1b 1.2 1.1 1 1 1 0.9 0.85 0.8 0.8 0.6 0.6 0.2
F1c 1.2 1.1 0.95 0.9 0.8 0.8 0.7 0.6 0.55 0.4 0.3 0
Madu 10% 1.2 1 0.95 0.9 0.9 0.9 0.9 0.9 0.8 0.7 0.55 0.4
Madu 20% 1.2 0.9 0.8 0.8 0.7 0.7 0.7 0.7 0.7 0.65 0.65 0.3
sedangkan mencit kelima dan keenam
Uji Efektivitas Wound Dressing masing masing diberikan madu tunggal 10
Hidrogel Karagenan Ekstrak Alga dan 20%. Perlakuan diberikan 2 kali
Merah (Euchema spinossum) dan sehari, kemudian dilakukan pengamatan
Madu terhadap diameter luka sekali sehari
selama 12 hari.
Setelah dilakukan uji iritasi, Berdasarkan hasil pengamatan,
dilakukan uji efektivitas sediaan wound pada hari ke 2 sudah didapatkan
dressing hidrogel karagenan dengan madu perubahan diameter luka pada kelompok
pada hewan uji yaitu mencit (Mus perlakuan. Kelompok dengan perlakuan
musculus), tujuannya untuk melihat madu 10 dan 20% masing masing
efektivitas percepatan penyembuhan luka memiliki diameter luka sebesar 1 dan 0,9
bakar oleh sediaan hidrogel karagenan cm, F1a memiliki diameter 1,15 cm, F1b
ekstrak alga merah dengan madu. Hasil uji memiliki diameter 1,1 cm sementara F1c
efektivitas dapat dilihat pada tabel 6. memiliki diameter 1.1 cm. Pada kelompok
Uji efektifitas diawali dengan yang diberikan perlakuan dengan sediaan
pengelompokkan mencit menjadi 6 hidrogel yaitu F1a, F1b dan F1c, tampak
kelompok yang tiap kelompok terdapat luka dalam keadaan lembab, sementara
satu ekor mencit, setelah itu dibuat luka yang mendapat perlakuan hanya dengan
bakar pada punggung mencit dengan madu 10 dan 20% dihasilkan luka dalam
menempelkan logam panas ukuran 1,5x1,5 keadaan yang kering. Hal ini tentunya
cm2 selama 10 detik. Mencit pertama didukung oleh sifat dari hidrogel yang
dibiarkan tanpa perlakuan, mencit kedua mampu mengekang air sehingga dapat
diberikan hidrogel karagenan tanpa madu menyediakan lingkungan sekitar luka tetap
(F1a), mencit ketiga diberikan hidrogel lembab guna untuk membantu
karagenan yang dikombinasikan dengan pembentukkan jaringan granulasi dan
madu 10% (F1b), mencit keempat epithelium dari luka, semakin cepat
diberikan hidrogel karagenan yang pertumbuhan jaringan granulasi dan
dikombinasikan dengan madu 20% (F1c), jaringan epitel maka luka akan semakin

93
cepat mengalami penyembuhan (Dhivya menunjukkan pengecilan diameter luka
dkk, 2015). hingga 0,3 cm disertai adanya
Umumnya pada hari kedua terjadi pembentukan jaringan parut (keropeng).
proses inflamasi pada luka, dimana Dibandingkan dengan kelompok mencit
pembuluh darah yang terputus pada luka yang mendapat perlakuan dengan hidrogel
akan menyebabkan perdarahan dan tubuh karagenan dan madu 10% (F1b) hingga
akan berusaha menghentikannya dengan hari ke-11 diameter luka adalah 0,6 cm,
cara vasokontriksi. Setelah itu pembuluh diameter luka dari kelompok yang
darah akan mengalami vasodilatasi yang mendapat madu tunggal 10 dan 20%
dimediasi oleh serotonin, histamin, kinin, masing-masing yaitu 0,55 cm dan 0,65
prostaglandin, leukotrien dan produk cm. Mencit yang mendapat perlakuan
endotel. Sel mast yang terdapat pada dengan basis hidrogel (F1a), hingga hari
permukaan endotel mengeluarkan ke-11 diameter luka adalah 0,6 cm,
histamin dan serotonin yang menyebabkan sedangkan pada kelompok yang tidak
vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas mendapat perlakuan diameter luka tidak
vaskuler, mengakibatkan leukosit jauh berbeda dengan pengamatan pada
berpindah ke jaringan yang luka. Leukosit hari sebelumnya.
yang tedapat pada luka didua hari pertama Berdasarkan penelitian Zohdi
adalah neutrofil. Sel ini membuang (2012), bahwa pada hari ke 7 hidrogel
jaringan mati dan bakteri dengan madu secara signifikan melemahkan
fagositosis (Leong dkk, 2012). respon peradangan (P <0,05)
Selanjutnya pada hari ke-5 dibandingkan dengan dressing lain. Luka
pengamatan, beberapa kelompok yang diobati dengan hidrogel madu
perlakuan menunjukkan penyembuhan menunjukkan pembentukan jaringan
berupa penurunan diameter luka dan granulasi lanjutan, pembentukan kapiler
pembentukkan jaringan granulasi. Semua dan sintesis kolagen. Pembentukkan
kelompok mencit menunjukkan penurunan jaringan granulasi yang terlihat pada luka
diameter luka dibandingkan pengamatan yang diobati dengan hidrogel madu
pada hari-hari sebelumnya. Kelompok F1a disebabkan oleh hidrogen peroksida yang
memiliki diameter sebesar 1.1 cm, dihasilkan oleh madu, suatu zat yang pada
kelompok F1b memiliki diameter sebesar konsentrasi rendah dapat merangsang
1 cm, kelompok F1c memiliki diameter angiogenesis dan merangsang
sebesar 0,8 cm, kelompok madu 10% pertumbuhan fibroblas. Peningkatan
memiliki diameter sebesar 0,9 cm tingkat penyembuhan juga bisa dikaitkan
sementara kelompok Madu 20% memiliki dengan aksi osmotik madu menarik
diameter 0,7 cm. Pada kelompok tanpa eksudat, dan dengan demikian
perlakuan hingga hari ke-5 pengamatan, menyediakan aliran nutrisi yang konstan
keaadaan luka tetap basah dan memiliki dari fungsi kapiler.
eksudat, belum ada tanda penurunan Pada hari ke-12, kelompok mencit
diameter luka yang cukup memadai. F1c menunjukkan penyembuhan luka total
Pada hari ke-7 hingga hari ke-11 ditandai dengan terlepasnya keropeng dan
pengamatan, kelompok mencit yang menutupnya luka, sementara F1b
mendapat perlakuan dengan hidrogel mengalami pengecilan luka hingga 0,2 cm.
karagenan dan madu 20% (F1c) Kelompok madu 10 dan 20% juga

94
menunjukkan pengecilan luka yang cukup signifikan (p <0,05) meningkatkan
baik yakni, 0,3 dan 0,4 cm. Sementara itu kecepatan penyembuhan luka
kelompok F1a menghasilkan pengecilan dibandingkan dengan kelompok kontrol
luka hingga hari ke-12 sebesar 0.65 cm pada 21 hari posting terbakar. Hasil
disertai dengan adanya keropeng yang penelitian ini juga sejalan dengan
belum terlepas, sedangkan kelompok penelitian Tasleem (2013), madu dengan
tanpa perlakuan menunjukkan diameter konsentrasi 20% diformulasikan ke dalam
0,9 cm. Dari hasil dapat dikatakan bahwa sediaan salep untuk digunakan dalam
perlakuan dengan pemberian formula penyembuhan luka bakar, diperoleh
hidrogel karagenan yang dikombinasikan penyembuhan luka sampai 100% dengan
dengan madu 20% (F1c) memberikan waktu penyembuhan rata-rata 12-18 hari.
penyembuhan luka bakar yang sangat Selanjutnya, setelah diperoleh data
cepat dibandingkan perlakuan lainnya. diameter dari masing-masing kelompok
Yapucu (2007) dalam jurnal perlakuan, dilanjutkan dengan uji statistik
penelitian Rembulan (2015), menyatakan untuk melihat apakah terdapat pengaruh
bahwa penyembuhan luka yang dirawat pemberian madu yang diformulasikan
dengan madu lebih cepat empat kali dalam bentuk hidrogel dari karagenan
daripada waktu penyembuhan luka yang ekstrak alga merah terhadap
dirawat dengan obat lain. Sebagai lapisan penyembuhan luka bakar, dalam hal ini
pada luka, madu mengandung hidrogen digunakan analisis One Way Anova
peroksida sehingga memiliki osmolaritas dengan taraf kepercayaan 99% dan
yang tinggi dan memiliki sifat antibakteri kesalahan 1% (α=0,01). Pada tabel 4.7
yang membuat lingkungan lembab, dapat dilihat hasil analisis data dengan
membantu pembersihan infeksi, metode One Way Anova, berdasarkan
menghilangkan bau busuk, mengurangi hasil diperoleh bahwa nilai P (sig) sebesar
inflamasi, edema, eksudasi, dan 0,000 (sig < α) yang berarti ada pengaruh
meningkatkan proses penyembuhan oleh pemberian madu yang diformulasikan
stimulasi angiogenesis, granulasi, dan dalam bentuk hidrogel dari karagenan
epitelisasi sehingga tidak diperlukan ekstrak alga merah terhadap
pencakokan kulit dan memberikan hasil penyembuhan luka bakar pada mencit.
kosmetik yang sangat baik Untuk melihat kelompok yang berbeda
Dalam penelitian sebelumnya yang tersebut dilakukan uji lanjutan Post Hoc
dilakukan oleh Zohdi dkk (2012), madu LSD. Pada hasil uji LSD diperoleh
dari Malaysia dimasukkan ke dalam perbedaan bermakna pada kelompok F1a
formulasi hidrogel menggunakan teknik terhadap kelompok F1c dengan nilai
iradiasi berkas elektron (disebut sebagai p=0,001 (sig < α), juga terdapat
Honey Hydrogel Dressing), efek perbedaan bermakna pada kelompok
penyembuhan luka dinilai berdasarkan tanpa perlakuan terhadap F1c nilai
penampakan luka, kecepatan p=0,000 (sig < α), sehingga dapat
penyembuhan luka dan perubahan disimpulkan bahwa formula F1c
histopatologis. Hasil dari penelitian ini memberikan pengaruh terhadap
adalah luka yang dirawat dengan Honey penyembuhan luka yang bermakna
Hydrogel Dressing menunjukkan (signifikan) dibanding kelompok F1a
penyembuhan yang lebih baik dan secara

95
(basis hidrogel tanpa madu) dan Seminar Nasional Sains dan Teknologi
kelompok tanpa perlakuan. 2015 hal:1-9. Denpasar.

Diharmi, A., D. Fardiaz, N. Andarwulan


KESIMPULAN & SARAN
dan E. Heruwati. 2011. Karakteristik
Karagenan Hasil Isolasi Eucheuma
Kesimpulan spinosum (Alga merah) dari Perairan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat Semenep Madura. Jurnal Perikanan dan
Kelautan 16,1 (2011) :117-124.
disimpulkan bahwa :
1. Karagenan dari ekstrak alga merah Food and Agriculture Organization (FAO)
yang dikombinasikan dengan madu of the United Nation. 1986. Spesification
dapat diformulasikan menjadi wound for Identity and Purity of Certain Food
dressing bentuk hidrogel, formula F1 additives. FAO Food and Nutrition Paper.
adalah basis terbaik dengan Page. 47-54. Rome.
organoleptis berupa film berwarna
Gadri, A., D. Mulyanti, dan S. Aprilianti.
kuning keemasan dan transparan, rasio 2014. Formulasi Pembalut Luka Hidrogel
swelling sebesar 64.8 % serta fraksi gel Berbasis I-Karagenan Dengan Metode
sebesar 18.10%. Freezing And Thawing Cycle. Prosiding
2. Formula wound dressing bentuk SNaPP2014 Sains, Teknologi, dan
hidrogel dari karagenan ekstrak alga Kesehatan ISSN 2089-3582
merah (Euchema spinossum)
Gunawan , N.M. 2017. Madu :
menggunakan madu efektif dalam Efektivitasnya Untuk Perawatan Luka.
penyembuhan luka bakar, Formula F1c Journal CDK-249/ vol 44 no 2 th 2007 hal
(dengan kombinasi madu 20%) : 138-142
merupakan formula yang lebih efektif
dibanding formula lainnya dengan Gupta, S., S. Onkar, S.B. Praveen, M.
waktu penyembuhan luka bakar selama Sonia, S. Sumit dan Raj K. 2011. Honey
Dressing Versus Silver Sulfadiazene
12 hari dan hasil analisis statistik
Dressing for Wound Healing in Burn
dengan One Way Anova p=0,000 (sig < Patients: A Retrospective Study. Journal of
α). Cutaneous and Aesthetic Surgery, Volume
Saran 4, Issue 3 hal 183-187.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Jati, M. 2012. Ekstraksi, Identifikasi dan
mengenai efektivitas penyembuhan luka Produksi Karagenan Rumput Laut Merah
sediaan wound dressing bentuk lain, Euchem Spinossum. Skripsi. Program Studi
dengan menggunakan karagenan jenis dan Kimia Universitas Kristen Satya Wacana.
konsentrasi yang berbeda, juga dengan
kombinasi bahan herbal lainnya. Molan, Peter and T. Rhodes. 2015. Honey
: a Biologic Wound Dressing. Wounds
Review 2015; 27(6):141-151 Vol. 27, No.
DAFTAR PUSTAKA 6.
Dharma, S., R. Dewi dan A. Subawa. Murat S¸ en, Esra Nazan Avcı. 2004.
2015. Penurunan Jumlah Leukosit Produk Radiation Synthesis Of Poly(N-vinyl-2-
Lebah Madu Pada Luka Bakar Tikus Putih pyrrolidone) Carrageenan Hydrogels and
Jantan Rattus norvegicus Galur Wistar. Their Use In Wound Dressing
Applications I Preliminary laboratory

96
Tests Wiley. InterScience Zohdi, RM, Md. Zuki Abu Bakar,
(www.interscience.wiley.com). DOI: Norimah Yusof, Noordin Mohamed
10.1002/jbm.a.30308 hal 187-196 Mustapha1, Muhammad Nazrul Hakim
Somchit and Asnah Hasan. 2012. Honey
Neldawaty, Ratnawulan dan Gusnaedi. Hydrogel Dressing to Treat Burn Wound
2013. Analisis Nilai Absorbansi dalam in Rats - A Preliminary Report. Pertanika
Penentuan Kadar Flavonoid Untuk J. Trop. Agric. Sci. 35 (1): 67 – 74.
Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat. Pillar
Of Physics, Vol.2 hal 76-83.

Rembulan, Vidianka. 2015. Potency Of


Honey In Treatment Of Burn Wounds.
JOURNAL MAJORITY | Volume 4 Nomor
1: 105-112.

Setiawan. 2012. Pengaruh Metode


Pembuatan Gel dari Karagenan dan
Kalsium Klorida Sebagai Basis Film.
Skripsi. Program Studi Farmasi
Universitas Indonesia. Jakarta.

Singh, S.K., D. Archana dan J. Divya.


2017. Hydrogel: Preparation,
Characterization and Applications. The
Pharma Innovation Journal 2017; 6(6): 25-
32.

Tarigan, R dan Pemila, U. 2007.


Perawatan Luka. Universitas Indonesia.
Jakarta.

Tasleem, S., S. Naqvi, S. Ali Khan, K.


Hashmi. 2013. Efficacy Of Newly
Formulated Ointment Containing 20%
Active Antimicrobial Honey In Treatment
Of Burn Wound Infections. J Ayub Med
Coll Abbottabad 2013; 25 (1-2) hal 145-
148.

The Joanna Briggs Institute. 2011. The


Use Of Medical-Grade Honey In Wound
Care. Wound Practice and Research
Volume 19 Number 3.

Wulandari, R. 2010. Pembuatan


Karaginan dari Rumput Laut Eucheuma
Cottoni dengan Dua Metode. Laporan
Tugas Akhir. Program Studi D3 Teknik
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

97

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai