Anda di halaman 1dari 9

STRATEGI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENGEMBANGAN

SEKTOR PERIKANAN BUDIDAYA PERIKANAN

ARI KURNIAWAN

PEMINATAN BUDIDAYA IKAN


BOGOR
2020
STRATEGI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENGEMBANGA SEKTOR PERIKANAN
(TANGKAP & BUDIDAYA) | 1

Daftar Isi
I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 2
1.1 Tinjauan Umum Paradigma Pengembangan Perikanan Budidaya............................ 2
II DEFINISI DAN TUJUAN .............................................................................................. 3
2.1 Pemberdayaan Fungsi Sosial Ekonomi Masyarakat Pembudidaya........................... 3
2.2 Tujuan ....................................................................................................................... 3
III OBJEK ISI DAN BAHASAN ....................................................................................... 4
IV STRATEGI KEBIJAKAN PENINGKATAN ............................................................... 4
4.1 Peningkatan Peranserta Masyarakat dalam Pengelolaan Sumberdaya Kelautan
dan Perikanan .................................................................... 4
4.1.1 Peningkatan Kemampuan Teknis Manajerial Masyarakat Pembudidaya
perikanan ..................................................................................................................... 5
4.1.2 Peningkatan Fungsi Diversifikasi Usaha Bersama ............................................ 6
4.2 Peningkatan Ketersediaan Informasi Teknis Pengelolaan dan Harga....................... 6
4.3 Reformulasi Kebijakan Tataniaga Produksi Kelautan dan Perikanan ...................... 7
4.3.1 Pembatasan Tataniaga kepada Tingkat Kualitas Produksi Tertentu .................. 7
4.3.2 Pembangunan Badan Usaha Khuus Pembudidaya Ikan..................................... 7
V PENUTUP ....................................................................................................................... 8
STRATEGI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENGEMBANGA SEKTOR PERIKANAN
(TANGKAP & BUDIDAYA) | 2

STRATEGI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENGEMBANGAN


SEKTOR PERIKANAN (TANGKAP & BUDIDAYA)

I PENDAHULUAN

1.1 Tinjauan Umum Paradigma Pengembangan Perikanan Budidaya

Paradigma pembangunan yang selama ini dikembangkan oleh pemerintah


lebih banyak terorientasi kepada pembangunan wilayah terestial dan masih belum
menyeluruh pada pembangunan perikanan khusunya pada sektor budidaya. Selain
itu, stigma yang menyebutkan Indonesia merupakan negara agraris sering kali
memberikan konotasi yang minor terhadap sektor perikanan. Rendahnya perhatian
terhadap potensi sumberdaya perikanan tersebut telah mengakibatkan
terdegradasinya potensi pengembangan perikanan budidaya yang ada di Indonesia.
Lemahnya kondisi serta integrasi hulu-hilir proses budidaya dari mulai pembenihan
pemebsaran hingga penjualan merupakan tantangan besar dalam perikanan
budidaya.
Keadaan ini merupakan faktor yang berpengaruh terhadap penurunan
produktivitas sekor budidaya. Bahkan secara sistemik akan mengakibatkan
penurunan pendapatan pembudidaya ikan, yang secara langsung akan berdampak
meningkatkan jumlah penduduk miskin serta menurunkan kontribusi sektor
kelautan dan perikanan terhadap pembangunan nasional. Hal ini terus berlanjut
sejalan dengan adanya kegiatan impor hasil budidaya dari luar. Faktor lain yang
juga secara langsung atau tidak langsung ikut berperan terhadap terjadinya
degradasi potensi perikanan budidaya adalah tingginya inkonsistensi kebijakan
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan oleh departemen dan instansi
terkait. Inkonsistensi kebijakan perencanaan tersebut terjadi akibat tidak
dilaksanakannya kegiatan perencanaan pembangunan di tingkat pusat sesuai
dengan pendekatan aliran bawah-atas (bottom up approach), yaitu perencanaan
pembangunan yang mencerminkan muatan lokal dan aspirasi masyarakat setempat.
Dalam pembangunan sektor perikanan budidaya, secara umum masih
diperlukan reformulasi strategi dan penyusunan kebijakan pembangunan.
Kebijakan ini diharapkan mampu mengarahkan dan menghasilkan rencana dan
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang dapat memberikan kepastian terhadap
peningkatan kelestarian ekosistem dan produksi sektor kelautan dan perikanan,
sesuai dengan karakteristik lokal, bertahap, dan berkesinambungan.Untuk
mencapai tujuan tersebut, diperlukan penguatan pengkajian strategi dan
penyusunan kebijakan yang mampu mengarahkan pembangunan sektor kelautan
dan perikanan kepada upaya (a) pemberdayaan fungsi sosial ekonomi masyarakat
pembudidaya perikanan, (b) peningkatan kinerja setiap komponen organisasi
Departemen Kelautan dan Perikanan, serta (c) peningkatan koordinasi
antardepartemen dan instansi terkait.
STRATEGI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENGEMBANGA SEKTOR PERIKANAN
(TANGKAP & BUDIDAYA) | 3

II DEFINISI DAN TUJUAN

2.1 Pemberdayaan Fungsi Sosial Ekonomi Masyarakat Pembudidaya

Dikotomi yang terjadi dalam perekonomian perikanan saat ini adanya


kecenderungan pemisahan yang kuat antara kelompok masyarakat yang berfungsi
sebagai faktor produksi yang menyediakan hasil perikanan dengan kelompok
masyarakat lainnya yang memegang tataniaga hasil perikanan. Dengan kata lain,
kelompok masyarakat yang memegang tataniaga produksi perikanan akan
meningkatkan kemampuan tataniaganya yang mengarah kepada pasar monopoli
atau oligopoli. Artinya secara langsung atau tidak langsung, kelompok pemegang
tataniaga produksi perikanan akan mempertahankan atau menekan kelompok
masyarakat pembudidaya perikanan yang hanya difungsikan sebagai penyedia hasil
perikanan.
Kekuatan kelompok masyarakat pemegang tataniaga untuk
mempertahankan eksklusivitasnya dicirikan oleh penguasaan informasi pasar
secara regional dan nasional, serta tingginya kemampuan modal dalam menguasai
hasil tangkapan. Di sisi lain, kelompok pembudidaya yang difungsikan sebagai
faktor produksi hanya memiliki informasi yang bersifat lokal dan hanya memiliki
kekuatan tawar menawar yang rendah. Selain itu, informasi lokal cenderung
bersumber pada informasi dari mulut ke mulut dengan akurasi dan ketersediaan
yang rendah. Rendahnya marjin keuntungan yang diperoleh oleh kelompok
masyarakat pembudidaya penyedia hasil perikanan menyebabkan timbulnya
ketergantungan kelompok tersebut kepada kelompok tataniaga.Dengan kata lain
hubungan sosial ekonomi yang terbentuk di dalam masyarakat pembudidaya
membuktikan bahwa sistem perekonomian masih terbatas dalam peranan yang
belum terkait secara signifikan.
2.2 Tujuan

Dari uraian tersebut di atas, tampak bahwa penyusunan strategi dan


pengembangan kebijakan pemerintah perlu diarahkan kepada upaya pemberdayaan
fungsi sosial ekonomi masyarakat pembudidaya perikanan yang merujuk pada
upaya
a. peningkatan peranserta masyarakat dalam mealukan pengelolaan perikanan
budiaya komperhensif dan terpadu,
b. peningkatan informasi teknis pengelolaan dan harga, dan
c. reformulasi kebijakan tataniaga produksi.
STRATEGI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENGEMBANGA SEKTOR PERIKANAN
(TANGKAP & BUDIDAYA) | 4

III OBJEK ISI DAN BAHASAN

Meskipun dalam arti luas subsektor perikanan air tawar atau budidaya
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sosial budaya
masyarakat pertanian, akan tetapi antara sektor kelautan dengan pertanian terdapat
perbedaan yang sangat mendasar. Perbedaan ini terletak pada karakteristik
pengelolaan sumberdayanya. Pengelolaan sumberdaya pertanian yang terpusat
pada peningkatan produktivitas per satuan lahan menunjukkan bahwa lahan
merupakan faktor produksi yang cenderung bersifat tetap. Kandungan biofisik dan
kimia lahan secara konsisten dapat diperbaiki untuk dapat dipertahankan dalam
menghasilkan produksi pertanian. Karakteristik pengelolaan sumberdaya pertanian
inilah yang mampu meningkatkan kepastian kegiatan produksi di sektor pertanian.
Sebaliknya dalam sektor kelautan dan perikanan, produktivitas satu satuan
lahan tidak dapat ditetapkan secara pasti. Perbaikan kandungan biofisik dan kimia
tidak dapat dilakukan secara parsial, sehingga pengelolaan sektor perikanan dan
perikanan memiliki resiko dan ketidakpastian produksi yang jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan sektor pertanian. Tingginya resiko dan ketidakpastian dalam
proses produksi perikanan laut menyebabkan pertumbuhan investasi di dalam
perekonomian masyarakat menjadi rendah. Investasi yang hanya terbatas pada
pengadaan sarana produksi mula yang membuat perkembangan ekonomi
masyarakat pembudidaya masih bersifat subsisten.
Pola produksi yang bersifat subsisten inilah yang masih kuat dirasakan
mewarnai persepsi dan kegiatan kolektif masyarakat, sehingga terjadi dikotomi
dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dari hulu ke hilir.Sesuai dengan tujuan
pembangunan perikanan, yaitu mewujudkan kelestarian dan keamanan produk
pangan perikanan, memperkuat perekonomian rakyat serta mendukung
perekonomian nasional bagi kesejahteraan rakyat, secara langsung atau tidak
langsung akan mengarahkan stakeholder pemegang kebijakan perikanan serta
instansi terkait lainnya untuk terus meningkatkan peran dan fungsinya dalam upaya
pengelolaan perikanan khusunya pengembangan budidaya perikanan.

IV STRATEGI KEBIJAKAN PENINGKATAN

4.1 Peningkatan Peranserta Masyarakat dalam Pengelolaan Sumberdaya


Kelautan dan Perikanan

Sebagaimana telah dijelaskan secara garis besar dalam uraian sebelumnya,


tujuan peningkatan peranserta masyarakat pembudidaya perikanan mencakup
upaya peningkatan kemampuan teknis manajerial dan fungsi pengawasan lokal
STRATEGI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENGEMBANGA SEKTOR PERIKANAN
(TANGKAP & BUDIDAYA) | 5

teritorial terhadap kelestarian dan keamanan sumberdaya kelautan. Tingginya


keikutsertaan masyarakat pembudidaya perikanan secara langsung akan
meningkatkan produkstivitas pembudidaya perikanan dan meningkatkan intensitas
transaksi ekonomi secara lokal, regional, dan nasional.

4.1.1 Peningkatan Kemampuan Teknis Manajerial Masyarakat


Pembudidaya perikanan
Di dalam struktur masyarakat pembudidaya perikanan masalah-masalah
yang terkait dengan rendahnya produktivitas kelautan dan perikanan lebih
disebabkan oleh (a) rendahnya kemampuan teknis manajerial masyarakat
pembudidaya perikanan dalam pengelolaan kegiatan produksi, (b) rendahnya
investasi, (c) kesulitan untuk memperoleh sarana produksi, (d) harga komoditas
hasil produksi lebih rendah dari biaya produksi, serta (e) rendahnya ketersediaan
bahan pangan di pedesaan. Setiap faktor atau interaksi keseluruhan faktor tersebut
secara langsung mengakibatkan menurunnya kemampuan dan meningkatnya
keragu-raguan masyarakat pedesaan untuk melakukan investasi.
Hal ini dipersulit oleh pola hubungan sosial masyarakat pembudidaya yang
belum berkembang sepenuhya, seperti rendahnya rata-rata tingkat pendidikan
masyarakat pembudidaya perikanan, pola produksi yang bersifat subsisten, serta
tingginya kemampuan kelompok tataniaga dalam memonopoli produksi secara
lokal menjadikan upaya peningkatan kemampuan teknis manajerial masyarakat
pedesaan menjadi tidak berarti. Program penyuluhan dan bantuan modal kerja dari
pemerintah cenderung hanya memiliki pengaruh yang bersifat sesaat. Tingginya
efektivitas program hanya terjadi pada saat lembaga pemerintah atau non
pemerintah masih aktif berperan dalam program. Ketika aktivitas lembaga tersebut
menurun, kekuatan kelompok tataniaga kembali menguasai perekonomian
masyarakat pedesaan dengan pola dan cara seperti sebelum ada program. Keadaan
ini hanya dapat diubah sepenuhnya oleh masyarakat itu sendiri, yaitu melalui upaya
perubahan persepsi masyarakat yang secara kolektif mampu menghadapi kekuatan
kelompok tataniaga.
Dalam program pembangunan sebelumnya memang sudah ditawarkan dan
dilaksanakan pemberian insentif ekonomi untuk membangun persepsi masyarakat
pembudidaya perikanan dalam peningkatan produktivitas usaha. Akan tetapi
insentif yang ditawarkan tersebut belum bermuatan insentif sosial, dimana secara
sosial terdapat kelompok kelompok yang memiliki aspirasi dan teknis produksi
yang berbeda. Dengan kata lain, insentif ekonomi hanya mampu berperan secara
makro dalam proses pembentukan persepsi masyarakat, sedangkan insentif sosial
merupakan pendekatan program terhadap kelompok atau individu dengan aspirasi
yang sama.
Pendekatan insentif sosial diberikan kepada masyarakat pembudidaya
melalui pembentukan program yang mampu mewujudkan setiap aspirasi
masyarakat dalam melaksanakan usaha di sektor kelautan dan perikanan. Artinya,
STRATEGI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENGEMBANGA SEKTOR PERIKANAN
(TANGKAP & BUDIDAYA) | 6

program tersebut mampu meningkatkan diversifikasi kegiatan usaha sesuai dengan


aspirasi masyarakat. Pembentukan diversifikasi usaha mensyaratkan setiap detail
kegiatan usaha bagi setiap individu, sehingga mampu mengarahkan masyarakat
peserta program kepada persepsi kemandirian usaha. Program peningkatan teknis
manajerial ini mencakup kegiatan penjaringan aspirasi, pelatihan dan magang,
pendampingan, sampai pada pembentukan kelembagaan ekonomi terhadap masing-
masing jenis kegiatan usaha di dalam masyarakat pembudidaya perikanan. Dengan
demikian program tersebut akan menuntut biaya dan kemampuan penguasaan
karakteristik sosial dan ekonomi tinggi dari individu pelaksana yang bertugas di
wilayah dan sub wilayah pembangunan pelaksana kegiatan. Diharapkan melalui
pelaksanaan program tersebut akan dapat diatasi masalah keragu-raguan
masyarakat untuk berinvestasi dan secara bersamaan terbentuk pola diversifikasi
usaha yang mampu meningkatkan nilai ekonomis sumberdaya dalam kerangka
pelestarian sumberdaya kelautan dan perikanan.

4.1.2 Peningkatan Fungsi Diversifikasi Usaha Bersama


Terbentuknya diversifikasi usaha yang tinggi di dalam perekonomian
masyarakat pembudidaya perikanan, secara sosial akan terbentuk fungsi
pengawasan oleh setiap individu masyarakat pembudidaya perikanan terhadap
setiap kegiatan ekonomi dalam masing-masing wilayah setempat. Kemandirian dan
pengawasan sosial secara swadaya tersebut secara langsung atau tidak langsung
merupakan sumbangan material dan fungsional masyarakat pembudidaya
perikanan
4.2 Peningkatan Ketersediaan Informasi Teknis Pengelolaan dan Harga

Sejalan dengan upaya peningkatan kemampuan teknis manajerial dari


masyarakat pembudidaya perikanan, diperlukan upaya peningakatan ketersediaan
informasi teknis pengelolaan dan harga. Selama ini, informasi teknis pengelolaan
dan harga dipegang oleh kelompok tataniaga sebagai cara untuk menguasai pasar
dan mempertahankan marjin keuntungan yang tinggi dari usaha kelautan dan
perikanan. Ketersediaan informasi yang diperlukan masyarakat pembudidaya
perikanan adalah informasi yang terkait dengan permintaan pasar terhadap produksi
perikanan. Informasi ini dapat berupa permintaan terhadap tingkat kualitas dan jenis
produksi tertentu, atau informasi tentang tingkat harga pasar dari waktu ke waktu.
Rendahnya ketersediaan informasi terkait dengan permintaan dan harga
produksi memposisikan kelompok tataniaga pada posisi tawar yang tinggi dan tetap
rendahnya harga yang diterima pembudidaya perikanan. Dampak yang ditimbulkan
oleh rendahnya ketersediaan informasi adalah terbentuknya pola produksi dengan
produktivitas dan kualitas yang rendah.
Upaya pemerintah dalam mengatasi masalah ketersediaan informasi baru
pada penyediaan sarana dan prasarana di tingkat kecamatan. Sistem pembangunan
ketersediaan informasi ini menjadi tidak efektif ketika masyarakat diharuskan
STRATEGI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENGEMBANGA SEKTOR PERIKANAN
(TANGKAP & BUDIDAYA) | 7

berhadapan dengan aparat desa atau kecamatan untuk meminta informasi.


Kegagalan sistem ini bukan dalam penentuan unit terkecil dalam program,
melainkan belum dipertimbangkannya kondisi hubungan sosial masyarakat
pembudidaya perikanan dengan pejabat desa atau kecamatan. Dengan
mempertimbangkan kondisi sosial masyarakat pembudidaya perikanan, penyediaan
informasi dapat dilakukan dengan membentuk pusat-pusat pertumbuhan produksi
hasil kelautan dan perikanan dalam wilayah lokal, regional, dan nasional. Dalam
hal ini, pemerintah pusat, provinsi, maupun kabupaten memberikan prioritas tinggi
terhadap wilayah produksi tersebut dan terus menerus dikembangkan kepada
perluasan wilayah produksi lainnya. Di dalam wilayah pengembangan produksi ini
akan terjadi intensitas transaksi yang tinggi, yang secara langsung atau tidak
langsung akan menyediakan informasi permintaan sesuai dengan pola hubungan
sosial antara konsumen dengan produsen.

4.3 Reformulasi Kebijakan Tataniaga Produksi Kelautan dan Perikanan

Peningkatan keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya


kelautan dan perikanan akan cenderung diikuti oleh meningkatnya kegiatan
masyarakat pembudidaya perikanan dalam mengeksploitasi sumberdaya kelautan
dan perikanan. Untuk mencegah timbulnya dampak negatif dari kegiatan tersebut
perlu dilakukan pengkajian ulang terhadap kebijakan tataniaga produksi kelautan
dan perikanan. Pengkajian dilaksanakan sesuai dengan karakteristik daerah
setempat, sehingga penerapan kebijakan tataniaga produksi akan meningkatkan
diversifikasi dan kualitas produksi dan bukan sebaliknya mematikan pertumbuhan
ekonomi setempat. Beberapa masalah tataniaga yang perlu mendapat perhatian
khusus antara lain adalah:
4.3.1 Pembatasan Tataniaga kepada Tingkat Kualitas Produksi Tertentu
Pembatasan tataniaga kepada tingkat kualitas produksi tertentu merupakan
kebijakan yang diarahkan untuk membatasi terjadinya permasalah keamanan
pangan . Kebijakan ini mencakup ketentuan terhadap jenis ikan yang dapat
diekstraksi sesuai dengan tujuan akhir pemanfaatan hasil produksi. Kebijakan ini
merupakan syarat kecukupan bagi kegiatan pengelolaan sumberdaya dengan tujuan
ekonomis, dimana tujuan dari pembatasan tersebut adalah untuk
mempertahankanikan ikan pada kualitas produksi dan jenis tertentu dalam upaya
mempertahankan dan meningkatkan kelangsungan produksi perikanan.

4.3.2 Pembangunan Badan Usaha Khuus Pembudidaya Ikan


Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang sangat besar hampir tidak
dilirik oleh pemerintah sebagai salah satu sumber devisa negara yang secara tetap
dan berkesinambungan selalu dapat diusahakan. Kenyataan ini ditunjukkan oleh
tidak berkembangnya badan usaha yang bergerak di sektor perikanan khususnya
masyarakat budidaya baik dalam skala nasional maupun daerah.
STRATEGI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENGEMBANGA SEKTOR PERIKANAN
(TANGKAP & BUDIDAYA) | 8

Terlepas dari perlu atau tidaknya didirikan badan usaha dari sisi
perekonomian nasional dan regional, badan usaha sektor di sektor perikanan sangat
diperlukan sebagai lembaga (a) percontohan usaha, (b) sumber informasi dan
laboratorium penyusunan kebijakan pembangunan regional dan nasional, (c) pusat
penelitian terapan, (d) komponen pengembangan dan advokasi pembangunan, (d)
mitra usaha masyarakat, dan lain lain.

V PENUTUP

Dalam upaya meningkatkan distribusi manfaat sosial ekonomi yang


berkeadilan, uraian strategi dan pengembangan kebijakan pembangunan sektor
kelautan dan perikanan merupakan pendekatan struktural dalam penyusunan
program pembangunan yang diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan program
pembangunan secara berkesinambungan. Pendekatan struktural tersebut
mengarahkan pengakajian strategi dan penyusunan kebijakan agar mampu (a)
meningkatkan pemberdayaan fungsi sosial ekonomi masyarakat, (b) meningkatkan
kinerja setiap komponen organisasi departemen, dan (c) meningkatkan koordinasi
pihak dari hulu- hilir dibidang budidaya.
Dalam penerapannya, pengakajian strategi dan pembentukan kebijakan
tersebut masih memerlukan penjabaran secara rinci dalam membentuk dan
mengarahkan pembangunan secara terintegrasi, baik secara vertikal maupun
horizontal.

Anda mungkin juga menyukai