Anda di halaman 1dari 7

Misna Vol.

GALENIKA Journal of Pharmacy et al./Galenika


2 (2) : 138Journal
- 144 of Pharmacy ISSN : 2442-8744
October 2016

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KULIT BAWANG MERAH (Allium cepa L.)


TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus

ANTIBACTERIAL ACTIVITY EXTRACT OF GARLIC (Allium cepa L.) SKIN


AGAINST Staphylococcus aureus

Misna1, Khusnul Diana2*


1
Akademi Farmasi Tadulako Farma, Palu, Indonesia
2
Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

Received 28 Agustus 2016, Accepted 28 September 2016

ABSTRAK

Salah satu tanaman yang juga digunakan dalam pengobatan yaitu bawang merah (Allium cepa L.).
Selain digunakan sebagai pengobatan dapat juga digunakan sebagai bumbu masakan, bawang merah hanya
dimanfaatkan bagian umbinya saja,sedangkan kulit bawang merah yang kaya serat dan flavonoid dibuang.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah kulit bawang merah memiliki aktivitas antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus.Kulit bawang merah dibuat esktrak dengan metode maserasi menggunakan etanol 96%.
Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi cara sumuran. Parameter yang digunakan pada
penentuan aktivitas antibakteri yaitu zona hambat yang terbentuk. Konsentrasi yang digunakan adalah 5%b/v,
10%b/v, 20%b/v, 40%b/v, 60%b/v, 80%b/v. Uji aktivitas dilakukan dengan cara menambahkan ekstrak di
lubang pada media yang telah diberi suspensi bakteri Staphylococcus aureus, kemudian diinkubasi pada suhu
370C selama 24 jam. Dari hasil pengujian didapat zona hambat 5% adalah 7,00mm, 10% adalah 8,30mm, 20%
adalah 9,60mm, 40% adalah 11,00mm, 60% adalah 12,33m dan 80% adalah 14,33mm.

Kata Kunci : Antibakteri, kulit bawang merah, zona hambat, Staphylococcus aureus

ABSTRACT

One of the plants tat used in medicine is garlic (Allium cepa L.). In addition as medicinal traditional
plant, garlic is used as food spice. Garlic utillizated for the root only, and the skin which is rich with fibrous and
flavonoid is wasted. This research aim is to know if the garlic skin have antibacterial activity against
Staphylococcus aureus. Garlic skin made into extract with maseration methode using 96% ethanol.Antibacterial
activity test with hollow diffusion methode. Te parameter used are inhibition zone created. Variation of
concentration are 5%b/v, 10%b/v, 20%b/v, 40%b/v, 60%b/v, 80%b/v. Activity test made with extract added in
the hole in the Staphylococcus aureus media, then incubated at temperature 370C 24 hours. The inhibition zone
5%, 10%, 20%, 40%, 60%, and 80% extract respectively were 7,00mm, 8,30mm, 9,60mm, 11,00mm, 12,33m
and 14,33mm.

Keywords : Antibacterial, garlic skin, inhibition zone, Staphylococcus aureus

*Coresponding author : Khusnul Diana, khusnul_diana@yahoo.com (ph:+62-821-5568-0815)

138
Misna et al./Galenika Journal of Pharmacy

PENDAHULUAN aktifitas antibakteri ekstrak kulit bawang


Bawang merah (Allium cepa L.) merah terhadap Staphylococcus aureus .
merupakan salah satu jenis sayuran yang
banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Waktu dan tempat Penelitian
Sebagai salah satu komoditas sayuran yang Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
secara ekonomis menguntungkan dan Juni sampai dengan Agustus 2015. Penelitian
mempunyai prospek pasar yang luas, bawang ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan dan
merah cukup banyak digemari oleh Akademi Farmasi Tadulako Farma Palu.
masyarakat, terutama sebagai bumbu
penyedap masakan, namun dapat pula sebagai Jenis dan Sumber Data
bahan obat, seperti: untuk menurunkan kadar Jenis data yang diperoleh berupa data
kolesterol, sebagai obat terapi, antioksidan, primer dari hasil penelitian laboratorium dan
dan antimikroba (Randle, 1997 dan Havey, juga data sekunder yang didapat dari berbagai
1999). sumber. Data-data tersebut berupa dokumen,
Bawang merah memiliki karakteristik laporan dan bahan-bahan lain secara tertulis
senyawa kimia, yaitu senyawa kimia yang dan relevan mengenai aktifitas antibakteri
dapat merangsang keluarnya air mata jika ekstrak kulit bawang merah terhadap
bawang merah tersebut disayat pada bagian Staphylococcus aureus.
kulitnya dan senyawa kimia yang
mengeluarkan bau yang khas (Lancaster and Tehnik Pengumpulan Data
Boland,1990). Data yang diperoleh untuk penyusunan
Salah satu penghasil bawang merah Karya Tulis Ilmiah ini berasal dari pustaka,
yaitu Kota Palu, Sulawesi Tengah yang pengambilan bahan, dan hasil penelitian secara
menjadi penghasil oleh-oleh bawang merah, langsung.
karena pengetahuan masyarakat yang terbatas
tentang pemanfaatan kulit bawang merah yang Instrumen Penelitian
dapat digunakan sebagai antibakteri dan dapat Alat
menyembuhkan penyakit-penyakit lainnya. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
Bawang merah mempunyai kandungan sulfur adalah autoclave, batang pengaduk, beker
compound seperti Allyl Propyl Disulphida gelas 1000 ml (Pirex), lubang tips atau
(APDS) dan flavonoid seperti quercetin yang pencadang, cawan petri (Pirex), erlenmeyer
dipercaya bisa mengurangi resiko kanker, 200 ml (Pirex), gelas ukur 100 ml (Pirex),
penyakit jantung dan kencing manis. Kulit inkubator (Mammert), karet gelang, Laminer
bagian luar bawang yang mengering dan kerap Air Flow (Eyela), lampu bunsen, ose, oven,
berwarna kecoklatan kaya serat dan flavonoid pipet tetes, pipet mikro, kapas lidi steril,
serta antibakteria terhadap Stapylococcus tabung reaksi, wadah maserasi, rotavapor,
aureus dan E. coli (Harsawardana.S, 2011).
Bakteri Staphylococcus aureus Bahan
merupakan bakteri yang hidup dipermukaan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
tubuh individu sehat tanpa membahayakan, adalah alumunium foil, NaCl fisiologi 96%,
terutama sekitar hidung, mulut, alat kelamin, aquadest, kulit bawang merah, etanol 95%,
dan rectum. Namun, ketika kulit kita Stapylococcos aureus , kapas, kertas HVS,
mengalami luka atau tusukan, bakteri ini akan kertas saring, nutrient agar.
masuk melalui luka dan menyebabkan infeksi.
(Jawetz et al.,1995). Sterilisasi Alat
Dari paparan diatas maka perlunya Alat-alat kaca seperti beker gelas, gelas ukur,
dilakukan penelitian mengenai aktifitas erlenmeyer, dan tabung reaksi, cawan petri,
antibakteri ekstrak kulit bawang merah (Allium cakram kertas steril, batang pengaduk
cepa L.) terhadap Stapylococcus aureus. dibungkus dengan kertas HVS. Kemudian alat-
alat tersebut dimasukkan ke dalam oven
METODE PENELITIAN dengan suhu 1800 C selama 1 jam. Ose
Jenis penelitian disterilisasi dengan cara dibakar di atas lampu
Jenis penelitian ini yaitu penelitian bunsen sampai pijar.
kualitatif dengan metode pendekatan
eksperimental laboratorium untuk mengetahui
139
Misna et al./Galenika Journal of Pharmacy

Proses Pengolahan Simplisia Diambil 1 ose bakteri dan digoreskan dimedia


Diambil kulit bawang merah yang segar, kulit agar miring, lalu diinkubasi selama 24 jam.
bawang merah segar akan disortasi basah,
kemudian kulit yang telah disortasi basah Pembuatan suspensi bakteri
dicuci dengan air mengalir. Setelah disortasi Membuat larutan suspensi bakteri
basah kulit bawang merah di potong kecil- Staphylococcus aureus diambil 1 ose bakteri,
kecil (dirajang), kulit bawang merah yang dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi
sudah dipotong kecil-kecil kemudian 10 ml larutan NaCl fisiologi 0,9%, dengan
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. biakan murni Staphylococcus aureus didalam
Setelah kulit bawang merah dikeringkan tabung reaksi dikocok sampai homogen,
dilakukan sortasi kering terhadap kulit bawang kemudian disamakan dengan standar Mc
yang mengalami kerusakan pada saat proses Farland.
pengeringan. Kulit bawang merah yang telah
disortasi kering kemudian siap di ekstraksi. Perlakuan
Penentuan aktifitas antibakteri Staphylococcus
Proses Ekstraksi aureus dilakukan dengan menggunakan
Penelitian ini menggunakan metode metode difusi dengan cara sumuran.
ekstraksi maserasi. Ditimbang simplisia Prosedurnya yaitu:
seberat 50 gram, Simplisia direndam di dalam a. Dibuat sumuran pada media agar yang telah
wadah maserasi yang telah berisi cairan dipadatkan dengan menggunakan alat
penyari yaitu etanol 96 % sebanyak 8 Liter lubang tips atau pencadang
selama 3 hari dan sesekali diaduk. Setelah b. Diberi label pada masing-masing lubang
diperoleh ekstrak dari perendaman ekstrak sumuran dengan masing-masing
tersebut dirotavapor untuk memperoleh konsentrasi serta control negative dan
ekstrak kental. positif
c. Setelah diberi label dimasukkan ekstrak
Pembuatan Variasi Konsentrasi kedalam lubang sumuran pada masing-
Ekstrak kulit bawang merah yang diuji masing konsentrasi, perlakuan ini diulang
untuk menghambat atau membunuh sebanyak tiga kali
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus d. Cawan agar diinkubasi selama 1x24 jam
dibuat dalam beberapa konsentrasi yaitu pada suhu 370C
konsentrasi 5% b/v, konsentrasi 10% b/v, e. Setelah diinkubasi, zona hambatan yang
konsentrasi 20% b/v, konsentrasi 40% b/v, terbentuk diamati dan diukur.
konsentrasi 60% b/v, konsentrasi 80% b/v.
Uji Aktifitas Antibakteri dengan Metode
Pembuatan Media Nutrient agar (Plating) Sumuran
Ditimbang seberat 15 gram nutrient Penentuan aktivitas antibakteri
agar dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, Staphylococcus aureus dilakukan dengan
ditambahkan dengan 1000 ml aquadest, lalu metode difusi agar menggunakan cara
dipanaskan di atas hot plate hingga mendidih sumuran.
sambil diaduk sampai homogen. Kemudian
media disterilisasi dengan cara bagian mulut Teknik Analisis
erlenmeyer ditutup dengan kapas dan dengan Perhitungan statistik data diameter zona
kertas yang diikat dengan karet gelang, hambat ekstrak kulit bawang merah (Allium
kemudian dimasukkan ke dalam autoclave cepa L.) terhadap pertumbuhan
selama 15 menit pada suhu 121 0C. Tuang Staphylococcus aureus menggunakan
media steril ke dalam cawan petri steril secara Rancangan Acak Lengkap (RAL)
aseptis didalam LAF. (Sastrosupadi, 1995).

Inokulasi Bakteri (Peremajaan) HASIL DAN PEMBAHASAN


Inokulasi bakteri adalah menumbuhkan Hasil
bakteri dalam tabung reaksi agar yang telah Hasil pengujian ekstrak kulit bawang
dibuat.Cara yang dilakukan dalam inokulasi merah (Allium cepa L.) terhadap bakteri
bakteri adalah: Staphylococcus aureus yang ditumbuhkan
pada media nutrien agar ternyata menunjukan
140
Misna et al./Galenika Journal of Pharmacy

kemampuan yang berbeda disetiap konsentrasi


yang diberikan dan dilakukan uji pendahuluan
kandungan zat aktif dari ekstrak kulit bawang
merah (Allium cepa L.) dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :

Tabel 1. Uji kandungan ekstrak kulit bawang


merah menggunakan metode reaksi
warna

No Zat Aktif Hasil Teori Hail Uji Ket Gambar 2. Zona hambat ekstrak kulit bawang
merah terhadap Staphylococcus aureus Perlakuan
II
1 Flavanoid Merah Merah +

Hitam Hitam
2 Tanin Kehijau- Kehijau- +
hijauan hijauan

Tidak ada
3 Saponin Ada busa _
busa

Tabel 2.Diameter zona hambat ekstrak kulit Gambar 3. Zona hambat ekstrak kulit bawang
bawang merah terhadap merah terhadap Staphylococcus aureus Perlakuan
Stapylococcus aureus dengan metode III
sumuran.

Ulangan (mm) Rata-


Konse
Total rata
ntrasi I II III
(mm)
80% 15,00 14,00 14,00 43,00 14,33
60% 12,00 13,00 12,00 37,00 12,33
40% 10,00 12,00 11,00 33,00 11,00
20% 8,00 11,00 10,00 29,00 9,60
10% 6,00 10,00 9,00 25,00 8,30
5% 5,00 8,00 9,00 21,00 7,00 Gambar 4. Kontrol positif dan negatif
K (-) 0 0 0 0 0
K (+) 21,00 21,00 21,00 63,00 21,00 Tabel 3. Hasil analisis zona hambat ekstrak
kulit bawang merah (Allium cepa L.)
terhadap Staphylococcus aureus
dengan metode cara sumuran.

SK DB JK KT F.
F.
(Sumber (Derajat (Jumlah (Kuadrat Tabel
Hit
Keberagaman) Bebas) Kuadrat) Tengah) 1%
Perlakuan 3 394,283 65,713
40,
Galat 14 22,677 1,619 5,95
588
Total 416,96 67,332

Berdasarkan hasil pengujian F. Hitung pada


Gambar 1. Zona hambat ekstrak kulit bawang analisis sidik ragam menunjukan perbedaan
merah terhadap Staphylococcus aureus Perlakuan I yang sangat nyata.

141
Misna et al./Galenika Journal of Pharmacy

Pembahasan pengerjaanya, alat yang digunakan lebih


Setelah dilakukan penelitian terhadap sederhana dan ekstrak yang diperoleh tidak
ekstrak kulit bawang merah (Allium cepa L.) mudah ditumbuhi kapang atau khamir. Dalam
terhadap Staphylococcus aureus diperoleh proses maserasi yang dilakukan yaitu
hasil bahwa ekstrak kulit bawang merah menimbang simplisia seberat 50 gram,
mempunyai daya hambat terhadap simplisia direndam menggunakan 3 wadah
pertumbuhan bakteri dengan melihat adanya (toples) maserasi yang telah berisi cairan
zona hambat disekeliling ekstrak yang telah di penyari yaitu etanol 96% sebanyak 8 liter
buat cara sumuran dan membandingkan masing-masing wadah 2,5 liter pelarut selama
sampel tersebut dengan antibiotik golongan 3-5 hari dan sesekali diaduk. Setelah diperoleh
penisilin. ekstrak dari perendaman tersebut dirotavapor
Adapun cara sterilisasi alat meliputi untuk memperoleh ekstrak kental, ekstrak
alat-alat kaca seperti beker gelas, gelas ukur, kental yng diperoleh yaitu sebanyak 16,62
Erlenmeyer, dan tabung pereaksi, cawan petri gram. Alasan penggunaan pelarut etanol 96%
pencadang, batang pengaduk dibungkus dalam yaitu bersifat lebih selektif yaitu hanya
kertas HVS. Kemudian alat-alat tersebut menarik zat berkhasiat yang dikehendaki,
dimasukkan kedalam oven dengan suhu 1800C absorbsinya baik, kapang dan khamir sulit
selama 1 jam. Ose disterilisasi dengan cara tumbuh, mudah menguap dan mendapatkan
dibakar diatas lampu bunsen sampai pijar. ekstrak kental lebih cepat dibandingkan
Prinsip kerja sterilisasi dengan uap panas pelarut etanol 70%.
kering yaitu oven protein mikroba akan Metode yang digunakan dalam
mengalami dehidrasi hingga terjadi penelitian ini adalah metode difusi cara
kekeringan, selanjutnya teroksidasi oleh sumuran dengan menggunakan lubang tips
oksigen diudara sehingga menyebabkan atau pencadang untuk membuat lubang pada
matinya mikroba dan tidak menimbulkan media Nutrient agar yang telah padat dan
embun/ kondensasi pada alat yang disterilisasi ditambahkan suspensi bakteri dengan cara
serta sterilisasi media nutrient agar sebar mengguankan kapas lidi steril. Setelah
menggunakan sterilisasi uap yaitu autoclave, lubang terbentuk kemudian dimasukkan
prinsip kerjanya yaitu mikroba akan ekstrak yang telah dibuat dengan masing-
mengalami denaturasi dan koagulasi yang masing konsentrasi. Alasan pengguanaan
menyebabkan mikroba tersebut mati. metode difusi ndengan cara sumuran yaitu
Hal pertama yang dilakukan yaitu ekstrak langsung dimasukkan disetiap lubang
menggambil bahankulit bawang merah yang maka efek untuk menghambat bakteri lebih
segar, lalu disortasi basah, setelah disortasi kuat. Pada metode sumuran terjadi proses
basahkemudian dicuci bersih dengan osmolaritas dari konsentrasi ekstrak yang lebih
menggunakan air yang mengalir sehingga tinggi dari metode difusi disk, setiap lubang
kotoran yang terdapat pada bahan tersebut diisi dengan konsentrasi ekstrakmaka
hilang. Setelah itu dilakukan pengubahan osmolaritas terjadi lebih menyeluruh dan lebih
bentuk dengan cara dipotong kecil-kecil atau homogen serta konsentrasi ekstrak lebih kuat
dirajang, lalu dikeringkan dengan cara dan lebih tinggi untuk menghambat
diangin-anginkan, setelah kulit bawang merah pertumbuhan bakteri. (Novel dkk)
dikeringkan dilakukan sortasi kering terhadap Pada pengamatan dan pengukuran
kulit bawang yang mengalami kerusakan pada zona hambat dilakukan pada hari pertama (24
proses pengeringan. Kulit bawang yang telah jam) zona hambat terbentuk. Untuk
disortasi kering kemudian siap untuk mengetahui apakah ekstrak kulit bawang
diekstraksi. merah memiliki sifat bakterisid maka
Pada uji pendahuluan untuk dilakukan pengamatan zona hambat
mengetahui kandungan kimia dari ekstrak kulit dilanjutkan selama 48 jam. Setelah diamati
bawang merah menggunakan metode reaksi pada 48 jam bakteri tidak tumbuh pada daerah
warna diperoleh hasil yaitu ekstrak kulit hambat. Hal ini menunjukan bahwa ekstrak
bawang merah positif mengandung flavanoid kulit bawang merah dapat membunuh bakteri
dan tanin sedangkan untuk uji saponin (bakterisid).Dari penjelasan tersebut bahwa
diperoleh hasil negative. ekstrak kulit bawang merah bersifat
Proses ekstraksi menggunakan metode bakteriostatik dan bakterisid terhadap bakteri
maserasi alasannya karena lebih mudah dalam Staphylococcus aureus.
142
Misna et al./Galenika Journal of Pharmacy

Uji ekstrak dibuat dalam beberapa konsentrasi hambat yang ditujukan dengan terbentuknya
yaitu 80% b/v, 60% b/v, 40% b/v, 20% b/v, zona hambat.
10% b/v, 5% b/v, untuk mengetahui KHM dari Terbentuknya zona hambat seperti
ekstrak kulit bawang merah, aquadest sebagai yang diganbarkan dalam grafik(gambar 4.1),
kontrol negative dan ampicilin sebagai kontrol menunjukan bahwa ekstrak kulit bawang
positif sebagai pembanding terhadap hasil merah (Allium cepa L.) mampu menghambat
ekstrak yang diujikan. Hal ini dilakukan untuk pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
mengetahui pada konsentrasi berapa ekstrak Dari hasil penelitian menunjukan bahwa
kulit bawang merahdapat memberi efek diameter zona hambat terbentuk dimulai pada
antibakteri yang paling efektif dengan ditandai konsentrasi 5% adalah sebesar 7,00 mm,
adanya zona hambat. kemudian pada konsentrasi 10% sebesar 8,30
Media yang digunakan untuk mm, konsentrasi 20% yaitu 9,60 mm,
pertumbuhan bakteri yaitu media nutrient agar konsentrasi 40% yaitu 11,00 mm, konsentrasi
yang merupakan salah satu media umum yang 40% yaitu 12,33 mm, konsentrasi 60% yaitu
digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti 14,33, konsentrasi 80% yaitu 21,00 mm
uji biasa dari air, sewage, produk pangan, sedangkan perlakuan kontrol positif dengan
untuk membawa stok kultur, untuk menggunakan cara sumuran yang berisi
pertumbuhan sampel uji pada bakteri, dan larutan Ampicillin, zona hambat yang
untuk mengisolasi organisme dalam kultur terbentuk sebesar 21,00 mm.
murni. Dari penguatan hipotesis dilakukan
Hasil pada tabel 4.2 menunjukan perbandingan antara F hitung dengan F tabel
bahwa adanya perbedaan daerah hambat yang daya hambat ekstrak kulit bawang merah
terbentuk pada masing- masing perlakuan , (Allium cepa L.) pada tabel 4.2 menunjukan
dimana dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. bahwa hasil F. hitung lebih besar dari F tabel ,
Rata- rata daerah hambat tersebut menunjukan dimana nilai F hitung yaitu 40,88 sedangkan F
bahwa adanya perubahan yang terjadi terhadap tabel 5,95 (1%). Dengan demikian H 0 ditolak
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan H1 diterima, yaitu terdapat pengaruh
dari zat aktif dalam ekstrak kulit bawang berbeda nyata dari semua konsentrasi ekstrak
merah yang digunakan sebagai sampel. Pada kulit bawang merah (Allium cepa L.) terhadap
perlakuan kontrol positif dengan menggunakan terbentuknya daerah hambat pada bakteri
ampicillin, dalam hal ini kontrol antibiotik Staphylococcus aureus.Jadi terdapat perbedaan
ampicillin memperlihatkan rata-rata zona perlakuan terhadap pertumbuhan bakteri
hambat yang yang lebih besar dibandingkan Staphylococcus aureus pada masing-masing
dengan sampel uji.Hal ini terjadi karena konsentrasi.
ampicilinsebagai kontrol positif pada uji
aktivitas antimikroba karena penisilin DAFTAR PUSTAKA
merupakan antibiotik yang sering
digunakan.Penisilin G merupakan obat pilihan Anonim. (1979). Farmakope Indonesia, edisi
untuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri III. Departemen Kesehatan Republik
gram positif aerob, streptokokus, Indonesia; Jakarta.
pneumokokus, meningokokus, spiroketha,
klostridia, stafilokokus, danaktinomices yang Dwidjoseputro.D, (1994). Dasar-Dasar
bukan penghasil penicilase.(Jawet et al., 2005) Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta
Dalam Tabel 4.2, perlakuan dengan
konsentrasi 0% (kontrol negatif) yang Ganiswarna, S.G. (1995). Farmakologi dan
menggunakan aquadest steril menunjukan terapi, edisi IV (cetak ulang 2006).
bahwa kontrol tidak memperlihatkan adanya Gaya Baru ;Jakarta
zona hambat yang terbentuk, ini terjadi karena
aquadest merupakan senyawa netral yang tidak Jawetz, et al. (2005). Mikrobiologi
mengandung racun ataupun zat-zat yang dapat Kedokteran, Edisi 23, Alih Bahasa
menghambat dan membunuh pertumbuhan Huriwati Hartanto, Penerbit Buku
bakteri Staphylococcus aureus. Kedokteran ECG; Jakarta.
Berdasarkan pada gambar
4.2,menunjukan bahwa pada konsentrasi Khusan, Pritiyantoro, W., & Slipranata, M.
terendah yaitu (5% b/v) masih memiliki daya (2012). Identifikasi dan Karakteristik
143
Misna et al./Galenika Journal of Pharmacy

Fenotipe Staphylococcus Aureus asal Sastrosupadi, A. (1995). Rancangan


Kasus Bumblefoot dan Arthritis Pada Percobaan Praktis Untuk Bidang
Boiler, J Kedokteran Hewan, VI(2). Pertanian, Kamisius, Jakarta

Manullang, L. (2010). Karakterisasi Simplisia, Soebagio, B., Rusdiana, T., & Khairudin.
Skrining Fitokimia dan Uji Toksisitas (2007). Pembuatan Gel Dengan
Ekstrak Kulit Umbi Bawang Merah Aqupec HV-505 dari Ekstrak Umbi
(Alliicepaevar. Ascalonicum ) dengan Bawang Merah (Allium cepa, L.)
metode uji Brine Shrimp Test (BST). sebagai Antioksidan. Fakultas
Universitas Sumatera Utara Press. Farmasi, Universitas Padjadjaran.
Medan. Bandung.

Syamsuni. (2007). Ilmu Resep, Buku


Kedokteran, Jakarta.

144

Anda mungkin juga menyukai