Anda di halaman 1dari 6

I.

proses terbentuknya bahasa indonesia sehingga berkedudukan sebagai bahasa nasyonal

Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari Sumpah Pemuda, pada tanggal
28 Oktober 1928. Pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, dicanangkanlah penggunaan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa untuk negara Indonesia pascakemerdekaan. Soekarno tidak memilih bahasanya
sendiri, Jawa (yang sebenarnya juga bahasa mayoritas pada saat itu), namun beliau memilih Bahasa
Indonesia yang beliau dasarkan dari Bahasa Melayu yang dituturkan di Riau.

Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu yang pokoknya dari bahasa Melayu Riau
sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di
Solo, Jawa Tengah, "jang dinamakan 'Bahasa Indonesia' jaitoe bahasa Melajoe jang soenggoehpoen
pokoknja berasal dari 'Melajoe Riaoe', akan tetapi jang soedah ditambah, dioebah ataoe dikoerangi
menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat di
seloeroeh Indonesia; pembaharoean bahasa Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes
dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan Indonesia". atau sebagaimana
diungkapkan dalam Kongres Bahasa Indonesia II 1954 di Medan, Sumatra Utara, "...bahwa asal bahasa
Indonesia ialah bahasa Melaju. Dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju jang disesuaikan dengan
pertumbuhannja dalam masjarakat Indonesia". 

Secara sejarah, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal dari bahasa Melayu yang struktur
maupun khazanahnya sebagian besar masih sama atau mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu
seperti bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno. 

Secara sosiologis, Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928 merupakan peristiwa
yang sangat penting antara lain, dalam kaitannya dengan pemakaian bahasa Melayu dalam kehidupan
bangsa Indonesia. Putusan atau ikrar yang dibacakan pada peristiwa tersebut yang sejak tahun 1878
selalu diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda dan sekaligus dijadikan sebagai Hari Pemuda antara lain
adalah sebagai berikut. 

Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.
Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Putusan Kongres Pemuda tersebut berisi tiga butir kebulatan tekad yang saling berkaitan. Butir pertama
adalah pengakuan terhadap tanah air yang satu dengan ribuan pulau yang dihubungkan oleh laut sebagai
satu kesatuan. Butir kedua adalah pengakuan bahwa manusia Indonesia dengan berbagai suku yang
menempati tanah air Indonesia merupakan satu kesatuan yang disebut dengan bangsa Indonesia. Butir
ketiga adalah pernyataan kebulatan tekad dari bangsa yang satu yang menempati tanah air yang satu,
Indonesia, untuk menjunjung bahasa persatuan, yakni bahasa Indonesia. Makna yang dikandung dalam
pernyataan tersebut adalah bukan pengakuan “berbahasa satu” sehingga keberadaan bahasa daerah lain
masih diakui yang kedudukannya berada di bawah bahasa Indonesia. Dengan adanya ikrar tersebut,
resmilah bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia yang kedudukannya sebagai bahasa nasional. Pada
tanggal 18 Agustus 1945, bahasa Indonesia secara konstitusional—seperti yang tercantum dalam UUD
1945, Bab XV, Pasal 36—dikukuhkan sebagai bahasa negara.

2. sebutkan salah satu factor penentu bahasa Indonesia yang memungkinkan diangkatnya sebagai bahasa
nasyonal
 . Faktor Konstitusional
 Faktor kedua yang memperkuat kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia adalah UUD 1945. Dengan
dicantumkannya bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dalam undang-undang dasar negara itu,
kukuhlah kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia itu. Pencantuman bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara dalam konstitusi itu amat besar pengaruhnya terhadap upaya pengembangan bahasa.
Tercancumnya bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dalam UUD 1945 tidak dapat dilepaskan dari
adanya pernyataan bahasa Indonesia sebagai bahasa Indonesia dalam Sumpah Pemuda 1928.

Faktor konstitusional itu amat penting karena memberikan peluang bagi terselenggaranya upaya
pengembangan bahasa Indonesia. Dapat dikatakan faktor konstitusional memperhadapkan kita dengan
keharusan memelihara dan mengembangkan bahasa Indonesia agar segala fungsi bahasa Indonesia
dapat terselenggara dengan baik. Untuk itu, kita dituntut untuk bersikap positif terhadap bahasa
Indonesia. Sikap positif itu, antara lain, dapat diwujudkan dalam bentuk kesediaan kita mengadakan
berbagai upaya pembinaan dan pengembangan bahasa.

UUD 1945 sebagai faktor konstitusional yang memberikan landasan konstitusi bagi kedudukan bahasa
Indonesi. Hal ini bahwa untuk keperluan pengembangan bahasa ada titik pangkal yang memiliki
kekuatan yuridis yang tidak tergugat. Yang penting adalam kesadaran peyelenggara negara untuk dapat
menciptakan kondisi yang memungkinkan terwujudnya fungsi bahasa Indonesia dengan baik. Landasan
ini tentulah dapat diperkongkrit lagi dengan putusan-putusan yang lebih operasional yang dapat
melandasi kebijakanaan pemerintah dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.

Tentulah faktor UUD 1945 ini tidak akan mempunyai arti kalau penyelengagaran negara dan penampung
suara rakyat dalam lembaga legislatif tidak tanggap akan adanya faktor yang sangat penting ini.
Segalanya terpulang kepada manusia yang menjalankan konstitusi itu.

3. Apabila anda bertemu dengan teman luar daerah (di kawasan Indonesia ) yang berbeda bahasa
daerahnya, tentunya anda akanberkomunikasi dengan bahasa yang di mengerti oleh teman anda tersebut.
Saya menduga, yang anda gunakan adalah bahasa Indonesia. Apa bila demikian, bahasa Indonesia
tersebut berfungsi dan berkedudukan sebagai apa?

I. Fungsi Bahasa Indonesia

Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia mempunyai fungsi sebagai berikut.
1.   Sebagai lambang kebanggaan nasional. Artinya, bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial
budaya yang mendasari kebangsaan kita. Dengan bahasa itu bangsa Indonesia menyatakan harga diri dan
nilai-nilai budaya yang dijadikan sebagai pegangan hidup. Atas dasar itu pula bahasa Indonesia dipelihara
dan dikembangkan untuk memupuk rasa kebanggaan bagi pemakainya.
2.  Sebagai lambang jati diri (identitas) nasional. Artinya, bahasa Indonesia dijunjung sejajar dengan
bendera dan lambang negara Indonesia. Di dalam melaksanakan fungsi itu, bahasa Indonesia harus
mempunyai identitas sendiri sehingga bahasa itu serasi dengan lambang kebangsaan yang lain. Hal itu
dapat dicapai apabila masyarakat pemakainya membina dan mengembangkan bahasa Indonesia.
3.   Sebagai alat pemersatu bangsa. Artinya, dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia yang berbeda
latar belakang sosial budaya, suku, agama, dan bahasanya, dapat dipersatukan ke dalam satu
kebangsaan Indonesia tanpa harus meninggalkan identitas kesukuan, seperti nilai-nilai sosial budaya lokal
dan bahasa daerah masing-masing suku bangsa. 
4.  Sebagai alat perhubungan antarwarga, antarbudaya, dan antardaerah. Artinya, bahasa Indonesia
merupakan sarana komunikasi yang tepat untuk menghubungkan suku-suku yang berbeda bahasa
daerahnya.
II. Kedudukan Bahasa Indonesia

Pada butir ketiga ikrar Sumpah Pemuda dinyatakan bahwa Kami putra dan putri Indonesia menjunjung
bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Kata menjunjung mempunyai arti ‘membawa di atas kepala’. Hal itu
menunjukkan, seperti telah disinggung di depan, bahwa bahasa Indonesia mempunyai kedudukan di atas
bahasa-bahasa daerah. Dengan demikian, Sumpah Pemuda telah menempatkan bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa nasional yang menjadi lambang kebulatan semangat kebangsaan
Indonesia.

Pada tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia secara legal konstitusional dikukuhkan sebagai bahasa
negara, seperti yang tercantum dalam UUD 1945, Bab XV, Pasal 36, yang berbunyi “Bahasa Negara ialah
Bahasa Indonesia”.

Dasar hukum itu memberikan landasan yang kuat dan resmi bagi pemakaian bahasa Indonesia, bukan
saja sebagai bahasa nasional, melainkan juga sebagai bahasa resmi kenegaraan.

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, bahasa Indonesia mempunyai
fungsi yang sangat mendasar dalam konteks berbangsa dan bernegara. Berikut dipaparkan berbagai
fungsi yang disandang oleh bahasa Indonesia sesuai dengan kedudukannya.

4. Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Negara/ resmi di dasarkan atas landasan
konstitusional. Sebutkan landasan itu!

Landasan yuridis bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara ialah Undang-undang Dasar 1945. Bab XV
Pasal 36, yang berbunyi “ Bahasa Negara ialah bahasa Indonesia” pencapaian hal itu melalui usaha serius
yang berlangsung lama. Di antara usaha-usaha tersebut dapat dicatat, yaitu
1. Usaha Pujangga Baru
    Pujangga Baru sebagai organisasi sastrawan yang didirikan pada tahun 1933 dalam membina dan  
mengembangkan bahasa Indonesia.

2. Kongres Bahasa Indonesia Pertama di Solo ( 1938)


    Pencinta bahasa Indonesia kembali berhasil menunjukkan kemampuannya untuk menyelenggarakan
suatu kongres yang khusus menangani masalah kebahasan.
3. Usaha pada Zaman Jepang
    Sejak Jepang menginjakkan kakinya di Indonesia pada tahun 1942 bahasa Indonesia semakin mantap
kedudukannya. 

Pada masa ini, oleh pemerintah Jepang berhasil didirikan sebuah badan Khusus yang dapat menglola
usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia yaitu Komisi Bahasa Indonesia.
Pada tahun 1945 Jepang meyerah dan bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Sehari
sesudah proklamsi, yakni pada tanggal 18 Agustus 1945. Undang-undang Dasar RI diresmikan
berlakunya, yang kemudian disebut UUD 1945. Sejak itulah pula bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
bahasa Negara di samping kedudukannya sebagai bahasa Nasional sejak tahun 1928 .

5.apa tanggung jawab saudara dalam rangka pembinaan bahasa Indonesia?


6.carilah 5 bentuk tidakbaku dalam media massa! Betulkan !
8.berikan contoh pemakayan :

a) Bahasa yang baik tetapi tidak benar.


b) Bahasa yang tidak baik tetapi benar.

Contoh kalimat yang baik tetapi tidak benar :

1. Ke pasar kemiri bang, berapa?


2. Ia menduduki juara pertama.
3. Budi membawa mobil ke kampus.
4. Berapa nih, bang, rotinya?
5. Angkot itu menaiki penumpang.
Contoh kalimat yang baik dan benar :
1. Berapa harganya sayur bayem ini bu?
2. Ia menjadi juara pertama.
3. Apakah abang becak bersedia mengantar saya ke pasar kemiri dan ongkosya berapa?
4. Budi pergi ke kampus dengan mengendarai sepeda motor.
5. Ia membelikan adiknya sepeda motor.

Anda mungkin juga menyukai