Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional yang mengalami perjalanan sejarah yang panjang.
Perjalanan yang ditempuh oleh bahasa indonesia tak terpisahkan dengan perjalanan yang ditempuh oleh bangsa
Indonesia untuk merdeka.

Peristiwa bersejarah yang monumental bagi bangsa dan bahasa indonesia adalah diikrarkannya sumpah
pemuda pada 28 Oktober 1928 di Jakarta. Ikrar sumpah pemuda yang terdiri dari tiga butir yang diantaranya
berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa indonesia”. Hal ini
membuktikan bahwa adanya kebulatan tekad untuk menjunjung bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan.

Nama bahasa indonesia baru dikenal sejak 28 Oktober 1928, yang sebelumnya bernama bahasa melayu.
Bahasa melayu yang mendasari bahasa indonesia yang kemudian dijadikan bahasa persatuan. Namun, dari hal
ini para sosiologi bahasa tertarik untuk meneliti kondisi apa yang memungkinkan bahasa melayu dipilih dan
disepakati untuk dijadikan sebagai bahasa persatuan, mengapa tidak bahasa yang lainnya seperti bahasa jawa,
sunda yang jumlah penuturnya lebih banyak dari pada bahasa melayu. Para ahli pun ikut berpendapat tentang
kapan sebenarnya bahasa Indonesia itu lahir.

1.2.Rumusan Masalah

1. Mengapa bahasa melayu dipilih menjadi bahasa asli bangsa Indonesia?


2. Bagaimana tahap perkembangan bahasa Indonesia?
3. Kapan bahasa Indonesia lahir?

1.3. Tujuan Dan Manfaat

a. Tujuan

1. Mengetahu alasan pemilihan bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia.

2. Mengetahui Perkembangan bahasa dari bahasa melayu sampai bahasa Indonseia.


3. Mengetahui kelahiran bahasa Indonesia.

4. Mengetahui para ahli yang menhgemukakan kelahiran bahasa inondonesia

b. Manfaat

1. Menambah wawasan tentang faktor-faktor pemilihan bahasa melayu yang menjadi bahasa Indonesia

2. Menambah wawasan tetang tahap perkembangan bahasa Indonesia

3. Menambah wawasan terhadap lahirnya bahasa Indonesia besrta para ahli yang mengemukakan pendapat
tentang waktu lahirnya bahasa Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Faktor yang mempengaruhi bahasa melayu dipilih menjadi

bahasa asli bangsa Indonesia

Menurut para ahli ada beberapa faktor yang mendasar mengapa bahasa melayu menjadi bahasa asli dari
bahasa Indonesia, yaitu :

4. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa
perdagangan
5. Sistem bahasa melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam dalam bahasa ini tidak dikenal
tingkatan bahasa seperti dalam bahasa jawa (ngoko,kromo)
6. Suku jawa, suku sunda, dan suku-suku yang lain dengan suka rela menerima bahsa melayu sebagai
bahasa Nasioanal

2.2.Perkembangan bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia


2.3. Lahirnya Bahasa Indonesia

perjalanan panjang bahasa Melayu sebagai lingua franca membuktikan, bahasa ini bisa
mempersatukan bangsa Indonesia yang majemuk. Bahasa Melayu kemudian dikukuhkan menjadi bahasa
Indonesia dan sebagai bahasa pemersatu bangsa pada 28 Oktober 1928.

kelahiran bahasa Indonesia memang pada momen Kongres Pemuda Indonesia II. Ketika itu, para
pemuda Indonesia dari pelosok Nusantara berkumpul dan berikrar bahwa mereka, (1) bertumpah darah yang
satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia. Tiga ikrar ini kita kenal sebagai Sumpah Pemuda.

"Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia
merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya
sebagai bahasa nasional," demikian dilansir Badan Bahasa.

Secara yuridis, pernyataan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara tercantum dalam
Undang-Undang Dasar 1945 yang disahkan pada 18 Agustus 1945. Dalam Undang-Undang Dasar 1945
disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36).

Hingga kini, perkembangan bahasa Indonesia terus berjalan, termasuk melahirkan varian baru dalam
bahasa Indonesia: bahasa gaul. Ini semua tidak lepas dari peranan kegiatan politik, perdagangan, dan media
massa dalam memodernkan bahasa Indonesia.

Ada beberapa pendapat mengenai lahirnya bahasa Indonesia, yaitu sebagai berikut.
· Menurut Gusti Ngurah Putrawan, bahasa Indonesia lahir pada awal abad ke-20 karena pada waktu itu
pergerakan menentang penjajah Belanda memerlukan alat komunikasi yang dipahami oleh seluruh bangsa
Indonesia, yaitu bahasa Indonesia.

· Menurut Nugroho Notosusanto, bahasa Indonesia lahir pada tahun 1908 karena pada tahun tersebut rasa
kebanggaan dan kebangsaan bangsa Indonesia mulai tumbuh dan berkembang di seluruh kawasan
nusantara.

· Menurut Umar Yunus, bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928 karena pada waktu itu
diadakan Sumpah Pemuda.

· Menurut Slamet Mulyono, bahasa Indonesia lahir sejak dikumandangkan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia pada 17 Agustus 1945 karena sejak itu negara Indonesia lahir.

· Drs. C.A. Mees, seorang sarjana Belanda yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia lahir pada 25 Juni
1918 karena pada tanggal, bulan, dan tahun tersebut bahasa Melayu mendapat pengakuan secara resmi
dalam Dewan Rakyat Pemerintahan Belanda.

BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan

Berdasarkan pendapat tersebut, kelahiran bahasa Indonesia secara umum dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai
berikut.

· Bahasa Indonesia lahir pada tahun 1908, dikarena pada waktu itu mulai muncul rasa nasionalisme yang
akhirnya melahirkan Budi Utomo. Tahun 1908 merupakan kelahiran bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional.
· Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Karena pada tanggal 28 Oktober 1928 para
pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dan berikrar: Kami Putra dan Putri Indonesia
mengaku menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

· Bahasa Indonesia lahir pada 18 Agustus 1945. Hal yang mendasari pendapat ini adalah pengesahan UUD
1945 yang salah satu pasalnya, yaitu Pasal 36 yang menunjukkan kedudukan bahasa Indonesia. Kelahiran
bahasa Indonesia sehari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia itu adalah dalam kapasitas
sebagai bahasa resmi.

Jadi, sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia lahir pada tahun 1908; sebagai bahasa persatuan, bahasa
Indonesia lahir pada 28 Oktober 1928; dan sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia lahir pada 18 Agustus
1945.

3.2 .Saran

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, karena bahasa Indonesia terus menghasilkan kata-
kata baru dari penyerapan bahasa daerah dan bahasa asing.

Namun pada zaman modern sekarang banyak penyalahgunaan bahasa yang sebenarnya tidak kita
ketahui arti nya. Selain itu penggunaan kata-kata yang tidak baku oleh remaja saat ini menyebabkan kurangnya
minat para remaja menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Sebaliknya warga negara asing lebih tertarik
untuk mempelajari bahasa Indonesia.

Kapan pun bahasa indonesia itu lahir, yang terpenting bagi kita adalah pada saat ini, kita para generasi muda
haru terus melestarikan bahasa persatuan kita, bahasa indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sairin. 2012. Sejarah Indonesia. Blog. http://sairin296.blogspot.com/2012/10/sejarah-lahirnya-bahasa-


indonesia.html [diakses tanggal 24 September 2014].

2. Pustaka Digital Indonesia. 2011. Sejarah Lahirnya Bahasa Indonesia. Blog.


http://pustakadigitalindonesia.blogspot.com/2011/11/sejarah-lahirnya-bahasa-indonesia.html
[diakses tanggal 24 September 2014].

3. Dhanu Thirta. 2012. Kapan Bahasa Indonesia Lahir?. Blog


http://dhanutirtha.blogspot.com/2012/11/kapan-bahasa-indonesia-lahir_1.html [diakses tanggal 26
September 2014].

4. Angin Malam. 2012. Asal mula bahasa indonesia dan perkembangan nya. Wordpress.
http://uccyjhe.wordpress.com/2012/11/19/asal-mula-bahasa-indonesia-dan-perkrmbangannya/
[diakses tanggal 26 September 2014]

5. Rahmat Sasind UHO. 2016. makalah lahirnya bahasa indonesia. Blog http://rahmat-sasind-
uho.blogspot.com/2016/09/makalah-lahirnya-bahasa-indonesia.html
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kita tahu bahwa bahasa sebagai alat komunikasi lingual manusia, baik secara terlisan
maupun tertulis. Ini adalah fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan status dan nilai-
nilai sosial. Setelah dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, yang di dalamnya selalu ada
nilai-nilai dan status. Bahasa tidak dapat ditinggalkan, ia selalu mengikuti kehidupan manusia
sehari-hari, baik sebagai manusia anggota suku maupun anggota bangsa. Karena kondisi dan
pentingnya bahasa itulah, maka ia diberi ‘label’ secara eksplisit oleh pemakainya yang berupa
kedudukan dan fungsi tertentu.

Semuanya itu dituangkan dalam bentuk kebijaksanaan pemerintah yang bersangkutan. Di


negara kita itu disebut Politik Bahasa Nasional, yaitu kebijaksanaan nasional yang berisi
perencanaan, pengarahan, dan ketentuan-ketentuan yang dapat dipakai sebagai dasar bagi
pemecahan keseluruhan masalah bahasa.

1.2 Perumusan Masalah

a. Bagaimana Kedudukan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional?

b. Apakah Fungsi Bahasa Indonesia Secara Umum dan Secara Khusus?

c. Bagaimana Eksistensi Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi?

d. Bagaimana Tantangan Bahasa Indonesia di Era Globalisasi?

1.3 Maksud dan Tujuan

a. Mengetahui Kedudukan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional.

b. Mengetahui Fungsi Bahasa Indonesia Secara Umum dan Secara Khusus.

c. Mengetahui Tantangan Bahasa Indonesia di Era Globalisasi.


d. Mengetahui Eksistensi Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Dan Kedudukan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional

Janganlah sekali-kali disangka bahwa berhasilnya bangsa Indonesia mempunyai bahasa


Indonesia ini bagaikan anak kecil yang menemukan kelereng di tengah jalan. Kehadiran bahasa
Indonesia mengikuti perjalanan sejarah yang panjang. (Untuk meyakinkan pernyataan ini,
silahkan dipahami sekali lagi Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia.) Perjalanan itu dimulai
sebelum kolonial masuk ke bumi Nusantara, dengan bukti-bukti prasasti yang ada, misalnya
yang didapatkan di Bukit Talang Tuwo dan Karang Brahi serta batu nisan di Aceh, sampai
dengan tercetusnya inpirasi persatuan pemuda-pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928
yang konsep aslinya berbunyi:

Kami poetera dan poeteri Indonesia

mengakoe bertoempah darah satoe,

Tanah Air Indonesia.

Kami poetera dan poeteri Indonesia

mengakoe berbangsa satoe,

Bangsa Indonesia.

Kami poetera dan poeteri Indonesia

mendjoendjoeng bahasa persatoean,


Bahasa Indonesia.

Dari ketiga butir di atas yang paling menjadi perhatian pengamat (baca: sosiolog) adalah
butir ketiga. Butir ketiga itulah yang dianggap sesuatu yang luar biasa. Sebab di negara lain,
khususnya negara tetangga kita, mencoba untuk membuat hal yang sama selalu mengalami
kegagalan yang dibarengi dengan bentrokan sana-sini. Oleh pemuda kita, kejadian itu dilakukan
tanpa hambatan sedikit pun, sebab semuanya telah mempunyai kebulatan tekad yang sama. Kita
patut bersyukur dan angkat topi kepada mereka.

Kita tahu bahwa saat itu, sebelum tercetusnya Sumpah Pemuda, bahasa Melayu dipakai
sebagai lingua franca di seluruh kawasan tanah air kita. Hal itu terjadi sudah berabad-abad
sebelumnya. Dengan adanya kondisi yang semacam itu, masyarakat kita sama sekali tidak
merasa bahwa bahasa daerahnya disaingi. Di balik itu, mereka telah menyadari bahwa bahasa
daerahnya tidak mungkin dapat dipakai sebagai alat perhubungan antar suku, sebab yang diajak
komunikasi juga mempunyai bahasa daerah tersendiri. Adanya bahasa Melayu yang dipakai
sebagai lingua franca ini pun tidak akan mengurangi fungsi bahasa daerah. Bahasa daerah tetap
dipakai dalam situasi kedaerahan dan tetap berkembang.Kesadaran masyarakat yang semacam
itulah, khusunya pemuda-pemudanya yang mendukung lancarnya inspirasi sakti di atas.

Apakah ada bedanya bahasa Melayu pada tanggal 27 Oktober 1928 dan bahasa Indonesia
pada tanggal 28 Oktober 1928? Perbedaan ujud, baik struktur, sistem, maupun kosakata jelas
tidak ada. Jadi, kerangkanya sama. Yang berbeda adalah semangat dan jiwa barunya. Sebelum
Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa bahasa Melayu masih bersifat kedaerahan atau jiwa
Melayu. Akan tetapi, setelah Sumpah Pemuda semangat dan jiwa bahasa Melayu sudah bersifat
nasional atau jiwa Indonesia. Pada saat itulah, bahasa Melayu yang berjiwa semangat baru
diganti dengan nama bahasa Indonesia.

2.1.1 Fungsi Bahasa Indonesia

Fungsi bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu fungsi bahasa secara umum
dan secara khusus.
a. Fungsi bahasa secara umum.

Fungsi bahasa secara umum yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri.

Mampu mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, dan perasaan. Melalui bahasa kita
dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam hati dan pikiran kita. Ada
2 unsur yang mendorong kita untuk mengekspresikan diri, yaitu:

a) Agar menarik perhatian orang lain terhadap diri kita.

b) Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.

2. Sebagai alat komunikasi.

Bahasa merupakan saluran maksud seseorang, yang melahirkan perasaan dan


memungkinkan masyarakat untuk bekerja sama. Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh
dari ekspresi diri. Pada saat menggunakan bahasa sebagai komunikasi, berarti memiliki tujuan
agar para pembaca atau pendengar menjadi sasaran utama perhatian seseorang. Bahasa yang
dikatakan komunikatif karena bersifat umum. Selaku makhluk sosial yang memerlukan orang
lain sebagai mitra berkomunikasi, manusia memakai dua cara berkomunikasi, yaitu verbal dan
non verbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan menggunakan alat atau media bahasa (lisan
dan tulis), sedangkan berkomunikasi secara non verbal dilakukan menggunakan media berupa
aneka simbol, isyarat, kode, dan bunyi seperti tanda lalu lintas atau sirene setelah itu
diterjemahkan kedalam bahasa manusia.

3. Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial.

Pada saat beradaptasi dilingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasa yang
digunakan tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang akan menggunakan bahasa
yang non standar pada saat berbicara dengan teman-teman dan menggunakan bahasa standar
pada saat berbicara dengan orang tua atau yang dihormati. Dengan menguasai bahasa suatu
bangsa memudahkan seseorang untuk berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa.

4. Sebagai alat kontrol sosial.

Yang mempengaruhi sikap, tingkah laku, serta tutur kata seseorang. Kontrolsosial dapat
diterapkan pada diri sendiri dan masyarakat, contohnya buku-buku pelajaran, ceramah agama,
orasi ilmiah, mengikuti diskusi serta iklan layanan masyarakat. Contoh lain yang
menggambarkan fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan
adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif
untuk meredakan rasa marah kita.

b. Fungsi bahasa secara khusus:

Fungsi bahasa secara umum yaitu sebagai berikut:

1. Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari.

Manusia adalah makhluk sosial yang tak terlepas dari hubungan komunikasi dengan
makhluk sosialnya. Komunikasi yang berlangsung dapat menggunakan bahasa formal dan non
formal.

2. Mewujudkan seni (sastra).

Bahasa yang dapat dipakai untuk mengungkapkan perasaan melalui media seni, seperti
syair, puisi, prosa dan lain-lain. Terkadang bahasa yang digunakan yang memiliki makna
denotasi atau makna yang tersirat. Dalam hal ini, diperlukan pemahaman yang mendalam agar
bisa mengetahui makna yang ingin disampaikan.

3. Mempelajari bahasa-bahasa kuno.

Dengan mempelajari bahasa kuno, akan dapat mengetahui peristiwa atau kejadian dimasa
lampau. Untuk mengantisipasi kejadian yang mungkin atau dapat terjadi kembali dimasa yang
akan datang, atau hanya sekedar memenuhi rasa keingintahuan tentang latar belakang dari suatu
hal. Misalnya untuk mengetahui asal dari suatu budaya yang dapat ditelusuri melalui naskah
kuno atau penemuan prasasti-prasasti.

4. Mengeksploitasi IPTEK.

Dengan jiwa dan sifat keingintahuan yang dimiliki manusia, serta akal dan pikiran yang
sudah diberikan Tuhan kepada manusia, maka manusia akan selalu mengembangkan berbagai
hal untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia akan
selalu didokumentasikan supaya manusia lainnya juga dapat mempergunakannya dan
melestarikannya demi kebaikan manusia itu sendiri.
2.1.2 Kedudukan Bahasa Indonesia

Kedudukannya berada diatas bahasa-bahasa daerah. “Hasil Perumusan Seminar Politik


Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975 antara lain
menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai:

a. Lambang kebanggaan nasional.

Sebagai lambang kebanggaan nasional bahasa Indonesia memancarkan nilai- nilai sosial
budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita
harus bangga, menjunjung dan mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan terhadap
bahasa Indonesia, harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. Kita
harus bangga memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya.

b. Lambang identitas nasional.

Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan lambang bangsa


Indonesia. Berarti bahasa Indonesia dapat mengetahui identitas seseorang, yaitu sifat, tingkah
laku, dan watak sebagai bangsa Indonesia. Kita harus menjaganya jangan sampai ciri kepribadian
kita tidak tercermin di dalamnya. Jangan sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran
bangsa Indonesia yang sebenarnya.

c. Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya
dan bahasanya.

Dengan fungsi ini memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang
sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-
cita, dan rasa nasib yang sama. Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman dan
serasi hidupnya, karena mereka tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi ‘dijajah’ oleh
masyarakat suku lain. Karena dengan adanya kenyataan bahwa dengan menggunakan bahasa
Indonesia, identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam bahasa
daerah masing-masing. Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah
sedikit pun. Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia.

d. Alat penghubung antar budaya antar daerah.


Manfaat bahasa Indonesia dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa
Indonesia seseorang dapat saling berhubungan untuk segala aspek kehidupan. Bagi pemerintah,
segala kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan, dan kemanan mudah diinformasikan kepada warga. Apabila arus informasi
antarmanusia meningkat berarti akan mempercepat peningkatan pengetahuan seseorang. Apabila
pengetahuan seseorang meningkat berarti tujuan pembangunan akan cepat tercapai.

2.2 Eksistensi Bahasa Indonesia

Eksistensi Bahasa Indonesia pada era globalisasi sekarang ini, jati diri bahasa Indonesia
perlu dibina dan dimasyarakatkan oleh setiap warga negara Indonesia. Hal ini diperlukan agar
bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan
bahasa dan budaya bangsa Indonesia. Pengaruh alat komunikasi yang begitu canggih harus
dihadapi dengan mempertahankan jati diri bangsa Indonesia, termasuk jati diri bahasa Indonesia.
Ini semua menyangkut tentang kedisiplinan berbahasa nasional,pemakai bahasa Indonesia yang
berdisiplin adalah pemakai bahasa Indonesia yang patuh terhadap semua kaidah atau aturan
pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi dan kondisinya.

Disiplin berbahasa Indonesia akan membantu bangsa Indonesia untuk mempertahankan


dirinya dari pengaruh negatif asing atas kepribadiannya sendiri. Peningkatan fungsi bahasa
Indonesia sebagai sarana keilmuan perlu terus dilakukan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Seirama dengan ini, peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia
di sekolah perlu terus dilakukan.

2.3 Tantangan Bahasa Indonesia di Era Globalisasi

Era globalisasi yang ditandai dengan arus komunikasi yang begitu dahsyat menuntut para
pengambil kebijakan di bidang bahasa bekerja lebih keras untuk lebih menyempurnakan dan
meningkatkan semua sektor yang berhubungan dengan masalah pembinaan bahasa. Sebagaimana
dikemukakan oleh Featherston (dalam Lee, 1996), globalisasi menembus batas-batas budaya
melalui jangkauan luas perjalanan udara, semaki luasnya komunikasi, dan meningkatnya turis
(wisatawan) ke berbagai negara.

Melihat perkembangan bahasa Indonesia di dalam negeri yang cukup pesat,


perkembangan di luar negeripun sangat menggembirakan. Data terakhir menunjukkan setidaknya
52 negara asing telah membuka program bahasa Indonesia (Indonesian Language Studies).
Bahkan, perkembangan ini akan semakin meingkat setelah terbentuk Badan Asosiasi Kelompok
Bahasa Indonesia Penutur Asing di Bandung tahun 1999. Walaupun perkembangan bahasa
Indonesia semakin pesat di satu sisi, di sisi lain peluang dan tantangan terhadap bahasa Indonesia
semakin besar pula. Berbagai peluang bahasa Indonesia dalam era globalisasi ini antara lain
adanya dukungan luas dari berbagai pihak, termasuk peran media massa. Sementara itu,
tantangannya dapat dikategorikan atas dua, yaitu tantangan internal dan tantang eksternal.
Tantangan internal berupa pengaruh negatif bahasa daerah berupa kosakata, pembentukan kata,
dan struktur kalimat. Tantangan eksternal datang dari pengaruh negatif bahasa asing (terutama
bahasa Inggris) berupa masuknya kosakata tanpa proses pembentukan istilah dan penggunaan
struktur kalimat bahasa Inggris.

Mencermati berbagai peluang dan tantang tersebut, memunculkan serangkaian


pertanyaan berikut.

1) Mampukah bahasa Indonesia mempertahankan jati dirinya di tengah arus tarik-menarik dari
dua tantangan tersebut?

2) Apakah peluang-peluang yang mendukung pembinaan bahasa Indonesia dalam


mempertahankan jati diri bahasa Indonesia?

3) Apa saja tantangan-tantangan masa depan terhadap perkembangan bahasa Indonesia dalam
arus tarik-menarik tersebut?

4) Bagaimana upaya penanggulangan terhadap tantangan-tantangan tersebut?

Berbagai fenomena dan kenyataan itu akan semakin mendukung ke arah terjadinya suatu
pertentangan (paradoks) dan arus tarik-menarik antara globalisasi dan lokalisasi. Persoalan
berikutnya adalah mampukah bahasa Indonesia mempertahankan jati dirinya di tengah-tengah
arus tarik-menarik itu? Untuk menjawab persoalan ini, marilah kita menengok ke belakang
bagaimana bahasa Indonesia yang ketika itu masih disebut bahasa Melayu mampu bertahan dari
berbagai pengaruh bahasa lain baik bahasa asing maupun bahasa daerah lainnya di nusantara.
Sejauh ini tanpa terasa banyak kosakata yang sebenarnya hasil serapan dari bahasa lain tetapi
sudah kita anggap sebagai kosakata bahasa Melayu atau Indonesia.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat
penting bagi bangsa Indonesia. Dimana kedudukannya sebagai lambang kebanggan nasional,
lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar
belakang sosial budaya dan bahasanya, dan alat penghubung antarbudaya antar daerah.

Setelah mengetahui kedudukan dan fungsinya, pertanyaan kita selanjutnya mampukah


bahasa Indonesia mempertahankan jati dirinya di tengah-tengah arus arus Globalisasi? Untuk
menjawab persoalan ini, marilah kita menengok ke belakang bagaimana bahasa Indonesia yang
ketika itu masih disebut bahasa Melayu mampu bertahan dari berbagai pengaruh bahasa lain,
baik bahasa asing maupun bahasa daerah lainnya di Nusantara. Sejauh ini tanpa terasa banyak
kosakata yang sebenarnya hasil serapan dari bahasa lain tetapi sudah kita anggap sebagai
kosakata bahasa Melayu atau Indonesia.

3.2 Saran

1. Sebaiknya kita harus memahami fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia sesuai dengan
pemakaiannya
2. Mengetahui penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai dengan fungsi dan kedudukannya
menjadi lebih efektif dalam berkomunikasi

3. Dan kita juga harus bisa berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Moulina Bella. Makalah Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa
Nasional.

http://gogreenbella.wordpress.com/2012/04/30/tantangan-berbahasa-indonesia-di-masa-kini/

2. Zulfadli Mauludi. Makalah Fungsi dan Kedudukan Bahasa.

http://misterpanjoel.blogspot.com/2012/11/makalah-fungsi-dan-kedudukan-bahasa.html

3. Anonim. Bahasa Indonesia: Tantangan dan Peluang pada Era Globalisasi.


http://simpleon7.wordpress.com/2011/06/11/bahasa-indonesia-tantangan-dan-peluang-
pada-era-globalisasi/

4. Anonim. Artikel Peranan Bahasa Indonesia dalam Era Globalisasi.

http://all-be-on.blogspot.com/2012/11/artikel-peranan-bahasa-indonesia-dalam.html

5. Muslich, Mansur. (2007).

http://muslich-m.blogspot.com/2007/04/kedudukan-dan-fungsi-bahasa-indonesia.html

6. Putri, Rahma E. (2010).

http://rahmaekaputri.blogspot.com/2010/09/fungsi-dan-kedudukan-bahasa-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai