ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُنوا ا َّتقُوا هّٰللا َ َح َّق ُت ٰقىتِهٖ َواَل َتم ُْو ُتنَّ ِااَّل َواَ ْن ُت ْم مُّسْ لِم ُْو َن
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan
sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam
keadaan muslim”.
Di antara nikmat yang harus kita syukuri dalam kehidupan di dunia ini adalah
keberadaan keluarga yang merupakan elemen dan komunitas awal pembelajaran
hidup setiap manusia. Setiap insan mesti mengidam-idamkan keluarga yang bisa
menjadi tempat belajar tentang kehidupan sekaligus tempat beristirahat,
bercengkrama, penuh dengan tawa bahagia, dan tentunya harmonis serta
senantiasa dilindungi dan diberkahi oleh Allah swt. Tidak ada yang menginginkan
keluarga yang ketika pulang selalu diwarnai dengan keributan, ketidakharmonisan,
dan penuh dengan suasana tidak nyaman. Semua ingin memiliki rumah
sebagaimana ungkapan bijak “Baiti jannati” rumahku adalah surgaku. Rumah yang
selalu nyaman ditempati, penuh dengan kebahagiaan, senantiasa dihisai dengan
ibadah kepada Allah swt, layaknya surga.
Untuk mewujudkan hal ini, tentulah tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Semua itu melalui sebuah proses panjang yang diawali dari niat seseorang
membina rumah tangga melalui sebuah pernikahan. Pernikahan yang diniati
dengan benar, alias bukan untuk tujuan main-main, apalagi hanya untuk tujuan
kemewahan, popularitas, dan nafsu belaka, akan menghasilkan sebuah keluarga
yang baik dan mampu menyempurnakan keislaman seseorang. Sebagaimana
hadits Rasulullah:
َ ٰيٓاَۤيُّهَا الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْوا قُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم َواَ ْهلِ ْي ُك ْم نَارًا َّوقُ ْو ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َج
ارةُ َعلَ ْيهَا
َم ٰل ِٕى َكةٌ ِغاَل ظٌ ِش َدا ٌد اَّل يَ ْعص ُْو َن هّٰللا َ َمٓا اَ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُ ْو َن َما يُْؤ َمر ُْو َن
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.
Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak
durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Selain niat yang benar dan menanamkan nilai-nilai agama, ikhtiar lain yang
perlu dilakukan guna mewujudkan keluarga harmonis adalah senantiasa
mengeratkan ikatan hubungan baik dengan sesama anggota keluarga.
Masing-masing harus bisa memerankan perannya dengan tidak
merendahkan peran anggota keluarga yang lain. Semua yang ada dalam
keluarga adalah satu tim layaknya para awak kapal yang mengarungi
bahtera untuk menuju satu dermaga. Masing-masing memiliki kewajiban
dan hak yang berbeda.
Namun tidak boleh merasa lebih tinggi derajatnya dari yang lain.
Perbedaan-perbedaan yang ada inilah yang justru akan menjadi sebuah
kelebihan dalam mengelola rumah tangga karena bisa saling melengkapi
satu sama lain. Kesetaraan ini juga sudah ditunjukkan dalam Al-Qur’an
yang tidak menyebut kata ‘istri’ dengan kata zaujah ( )زوجة. Namun, Al-
Qur'an menyebut kata istri dengan lafal zauj ( )زوجselayaknya menyebut
seorang suami. Seperti termaktub dalam Surat An-Nisa ayat 1:
ق ِم ْنهَا َز ْو َجهَا
َ َاح َد ٍة َّو َخل ٍ ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُ ْوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذيْ َخلَقَ ُك ْم ِّم ْن نَّ ْف
ِ س َّو
Artinya: "Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan
pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya..."
Ini menunjukkan bahwa sejatinya antara suami dan istri dalam keluarga
memiliki kesetaraan sebagai dua insan yang bersatu yang menjadikan
masing-masing sebagai belahan jiwa dan saling melengkapi. Dengan
menjadikan anggota keluarga sebagai belahan jiwa, maka tentu tidak akan
muncul fenomena yang sekarang banyak muncul dan diekspos di media
terkait dengan kekerasan dalam rumah tangga. Jika masing-masing
mengetahui bahwa anak adalah darah daging sendiri, istri adalah pakaian
suami dan suami adalah pakaian istri, maka mereka tidak akan tega
menyakiti terlebih melakukan KDRT dalam keluarga.
Allah berfirman:
َ ِون َربَّنَا هَبْ لَنَا ِم ْن َأ ْز ٰ َو ِجنَا َو ُذرِّ ٰيَّتِنَا قُ َّرةَ َأ ْعي ٍُن َوٱجْ َع ْلنَا لِ ْل ُمتَّق
ين َ َوٱلَّ ِذ
َ ُين يَقُول
ِإ َما ًما
Artinya: “Dan orang-orang yang berkata, ‘Ya Tuhan kami, anugerahkanlah
kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati
(kami), dan jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang
bertakwa’,”
Ulama menafsirkan kalimat "jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-
orang yang bertakwa" adalah sebuah harapan agar mereka menjadi
panutan bagi orang-orang bertakwa baik dalam lembutnya perbuatan
mereka maupun halusnya perkataan mereka. Sehingga kita bisa
menyimpulkan bahwa indikator orang bertakwa adalah orang-orang yang
bisa berbuat paling baik kepada pasangannya dan keluarganya baik dalam
perbuatan maupun perkataan mereka.
Semoga kita senantiasa dikaruniai keluarga yang terbaik oleh Allah swt.
Keluarga yang senantiasa harmonis, tersemai dan tumbuh nilai-nilai agama
di dalamnya, saling mencintai dan menjaga satu sama lain, jauh dari
kekerasan dalam rumah tanggan, serta menjadi pemimpin bagi orang-
orang yang bertakwa. Amin.