Dalam wawancara, peneliti mengambil peran sebagai investigator yang mengajukan pertanyaan,
mengendalikan dinamika diskusi dan terlibat dalam dialog dengan satu individu dalam suatu waktu.
Sebaliknya dalam FGD, peneliti mengambil peran sebagai fasilitator atau moderator yang
mengupayakan interaksi antara partisipan dengan partisipan lainnya, bukan antara peneliti dengan
partisipan. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam FGD, peneliti mengambil peran perifer, tidak
sebagai ‘pusat’ diskusi.1,2
Setiap sesi kelompok FGD dipandu oleh satu orang moderator dan satu orang asisten. Moderator
bertugas untuk memandu diskusi, mengelola dinamika kelompok dan memastikan seluruh partisipan
berkontribusi terhadap diskusi. Moderator dibantu oleh seorang asisten bertugas sebagai panitera
yang mencatat serta melakukan pengamatan (menjadi observer). Asisten mencatat isi diskusi,
termasuk siapa mengatakan apa dan urutan berbicara. Tidak hanya respon verbal, asisten juga
mencatat respon non-verbal yang dianggap penting seperti ekspresi wajah atau gerakan tangan dan
pengaruhnya terhadap diskusi. Respon partisipan dalam FGD dapat direkam dalam bentuk catatan
tertulis ataupun rekaman audio atau video. 1
Referensi
1. O.Nyumba T, Wilson K, Derrick CJ, Mukherjee N. The use of focus group discussion
methodology: Insights from two decades of application in conservation. Methods Ecol Evol.
2018;9(1):20–32.
2. Stalmeijer RE, McNaughton N, Van Mook WNKA. Using focus groups in medical education
research: AMEE Guide No. 91. Med Teach. 2014;36(11):923–39.
3. P WL. Medical Education Singapore Med Focus group discussion: a tool for health and
medical research. J [Internet]. 2008;49(3):256. Available from:
http://smj.sma.org.sg/4903/4903me1.pdf