Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KELOMPOK

FOKUS GROUP DISCUSSION DALAM RISET KUALITATIF

Dosen Koordinator: Yanny Trisyani S.Kp., MN

Disusun Oleh:
Alfia Safitri 220120150002

Esti D. 220120150042

Puji Rahayu 220120150043

Rusna Tahir 220120150001

Vica Sari Oktorina 220120150027

Yuliyana Kumaladewi 220120150018

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2016
1. Konsep Focus Group
a. Pengertian
FG (Focus Group) adalah suatu perkumpulan atau pertemuan sejumlah 8-10
orang yang memiliki kualifikasi untuk mendiskusikan suatu topik khusus. Kegiatan
diskusi tersebut dapat dilakukan melalui internet maupun melalui telepon (Holly,
1999).
FG merupakan suatu perkumpulan yang dipimpin oleh moderator terlatih
yang menentukan jalannya diskusi dengan menyediakan pertanyaan atau sebuah
panduan kegiatan yang bertujuan untuk menggali perasaan pasrtisipan, sikap dan
persepsi tentang suatu topik tertentu (Puchta & Potter, 2004).
FG adalah suatu label yang diberikan kepada suatu jenis khusus grup
interview yang terstruktur untuk memperoleh pendapat dan pengetahuan lengkap
tentang suatu topik dari partisipan yang terpilih atau sesuai. Penggunaan terknik
seperti bertanya dan menyimpulkan diskusi, fasilitator menstimulasi respon dari
partisipan untuk aktif (Bader& Rossi, 2002).
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa FG merupakan
suatu perkumpulan sekelompok partisipan (8-10 orang ) terpilih yang dipimpin atau
diarahkan oleh fasilitaor atau moderator untuk mendiskusikan suatu topik tertentu
untuk menggali pendapat partisipan terkait topik tersebut dan dapat dilakukan
melalui internet dan telepon.
b. Kegunaan focus grup discussion
FGD digunakan sebagai metode dalam pengujian suatu konsep, produk baru
dan pesan. Salah satu contoh fungsi focus group untuk mengkaji bagaimana
responden merespon ide baru. Para peserta FG tidak hanya merespon pertanyaan
khusus tetapi menyediakan alur dari input dan interaksi berhubungan dengan topik
atau sekelompok topik yang ditekankan (Holly, 1999)
c. Situasi yang tepat dan tidak tepat dalam menggunakan FG
FG tepat digunakan ketika ingin mengevaluasi suatu ide baru dan untuk
mendapat konsep langsung dari audien target yang tidak dapat diperoleh dari
pernyataan tertulis. FG juga digunakan untuk menguji produk tertentu, membuat
kuesioner untuk penelitian kuantitatif dimana memungkinkan peneliti memperoleh
issue dari suatu topik dan pendapat responden yang membantu peneliti
mengidentifikasi issue untuk membuat survey. Selain itu FG digunakan untuk
menginterpretasi penelitian kuantitatif, contohnya yaitu jika survey melalui telepon
memunculkan hasil persentasi signifikan pendapat yang tidak diharapkan terhadap
topik tertentu maka FG digunakan untuk menginvestigasi issue tersebut lebih dalam.
Kegunaan FG satu lagi adalah untuk menyelesaikan masalah yang memungkinkan
pemikiran hangat dan ide kreatif dari partisipan tentang masalah tersebut (Holly,
1999).
Berbeda dengan hal diatas terdapat beberapa situasi yang tidak tepat dalam
menggunakan FG yaitu dalam membuat keputusan akhir, mengkaji topik yang
sangat sensitive dan pribadi, untuk menjawab pertanyaan seberapa jumlah dan
seberapa banyak, untuk melakukan penelitian untuk audien yang tidak memahami
penelitian kualitatif, untuk mengevaluasi produk, iklan, dll dimana perbaikan tidak
akan dilakukan dan untuk menentukan harga dari produk atau layanan tertentu
(Holly, 1999)
d. Desain umum FG
Menurut (Holly, 1999) proses umum dari FG adalah:
1) Menentukan tujuan penelitian
2) Menentukan profil audien
Hal yang perlu dipersiapkan adalah siapa partisipan yang akan mengikuti FG,
siapa yang menjawab pertanyaan, jumlah partisipan yang akan mengikuti FG.
3) Menentukan apakah topik yang didiskusikan sesuai
4) Menyiapkan biaya atau dana untuk akomodasi partisipan
5) Menyediakan panduan diskusi bagi partisipan meliputi garis besar issu yang
akan dibicarakan mencakup pertanyaan spesifik yang akan ditanyakan oleh
moderator dan pernyataan yang mendorong partisipan berperan aktif dalam
diskusi.

2. Perbedaan FG dengan Metode Yang Lain

Berbagai penelitian kualitatif banyak menggunakan metode focus group sebagai alat
pengumpulan data. Sebagai salah satu metode pengumpulan data, metode focus group
memiliki berbagai kekuatan dan keterbatasan dalam penyediaan data/ informasi. Sebagai
contoh, metode focus group memberikan lebih banyak data dibanding dengan menggunakan
metode lainnya (Lehoux, Poland, & Daudelin, 2012). Kekuatan utama metode focus group
adalah kemampuan menggunakan interaksi antar partisipan untuk memperoleh kedalaman
dan kekayaan data yang lebih padat yang tidak diperoleh dari hasil wawancara mendalam.
Carey (2010) menjelaskan bahwa informasi atau data yang diperoleh melalui focus
group lebih kaya atau lebih informatif dibanding dengan data yang diperoleh dengan metode-
metode pengumpulan data lainnya. Hal ini dimungkinkan karena partisipasi individu dalam
memberikan data dapat meningkat jika mereka berada dalam suatu kelompok diskusi.
Namun, metode ini tidak terlepas dari berbagai tantangan dan kesulitan dalam
pelaksanaannya. Pelaksanaan yang optimal dari metode focus group masih seringkali menjadi
bahan perdebatan para ahli penelitian dan consensus untuk menyepakati metode focus group
sebagai metodologi yang ideal dalam penelitian kualitatif masih belum dicapai (McLafferty,
2004).

Metode focus group berdasarkan segi kepraktisan dan biaya merupakan metode
pengumpulan data yang hemat biaya/tidak mahal, fleksibel, praktis, elaborasif serta dapat
mengumpulkan data yang lebih banyak dari responden dalam waktu yang singkat (Streubert
& Carpenter, 2003). Selain itu, metode focus group memfasilitasi kebebasan berpendapat
para individu yang terlibat dan memungkinkan para peneliti meningkatkan jumlah sampel
penelitian mereka. Dari segi validitas, metode focus group merupakan metode yang memiliki
tingkat high face validity dan secara umum berorientasi pada prosedur penelitian (Lehoux,
Poland, & Daudelin, 2012).

Metode focus group juga memiliki beberapa keterbatasan sebagai alat pengumpulan
data. Dari segi analisis, data yang diperoleh melalui focus group memiliki tingkat kesulitan
yang tinggi untuk dianalisis dan banyak membutuhkan waktu. Selain itu, kelompok diskusi
yang bervariasi dapat menambah kesulitan ketika dilakukan analisis dari data yang sudah
terkumpul. Pengaruh seorang moderator atau pewawancara juga sangat menentukan hasil
akhir pengumpulan data (Leung et al., 2005). Selanjutnya, dari segi pelaksanaan, metode
focus group membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk keberlangsungan interaksi yang
optimal dari para peserta diskusi (Lambert & Loiselle, 2008). Keterbatasan lainnya dari
penggunaan metode focus group dapat terjadi pada umumnya karena peneliti seringkali
kurang dapat mengontrol jalannya diskusi dengan tepat.

Selain itu juga focus group dapat menjadi bagian kelompok yang fokusnya berbeda
dari " kelompok " biasa, seperti :

1. They are focused on a specific topic ( berfokus pada topic tertentu)


Topik diskusi ditentukan terlebih dahulu dan diatur secara berurutan. Pertanyaan
diatur sedemikian rupa sehingga dimengerti oleh peserta diskusi (Krueger,2008).
Topik penelitian yang tidak dapat dilakukan yaitu topik penelitian yang mempelajari
preferensi
manusia (seperti bahasa, sarana diseminasi, pesan kunci, dan sebagainya), topik yang
menjelaskan bagaimana pengertian dan penerimaan kelompok masyarakat terhadap
suatu hal, serta topik penelitian yang bertujuan untuk menggali respons individu
(untuk informasi kuantitatif). Sebaliknya wawancara one by one lebih tepat untuk hal
ini.
2. They have a trained facilitator (memiliki fasilitator yang terlatih)
Fasilitator haruslah seorang yang peka, serta perhatian terhadap adanya perbedaan
peserta dalam sebuah kelompok. Jika memungkinkan, fasilitator dipilih seorang yang
secara demografi mempunyai kesamaan dengan peserta (etnis, usia, penghasilan,
gender, dan lain-lain.
Standar minimal yang perlu dikuasai oleh fasilitator adalah tujuan dan topik sehingga
mampu memahami diskusi yang berlangsung dan mengembangkan pertanyaan-
pertanyaan lanjutan. Kemampuan fasilitator dalam membaca bermacam-macam
respons peserta, dengan tetap menjaga agar diskusi tetap pada jalurnya, juga sangat
penting.
Fasilitator bisa berasal dari tenaga professional (dengan menggaji seorang fasilitator
yang sudah terlatih), atau salah seorang tim peneliti yang dianggap mampu. Fasilitator
profesional adalah fasilitator yang telah dilatih untuk mampu menjaga netralitas, tidak
menghakimi, dan memimpin diskusi serta memberi pertanyaan secara jelas tapi
ringkas. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan jika memakai fasilitator
professional adalah sebagai berikut:( Howard, E., 2009).
a) Temui calon fasilitator untuk mengetahui kemampuan interpersonal dan
tingkah lakunya. Kepribadian fasilitator dapat memengaruhi respons peserta.
Apakah calon fasilitator bijaksana dan ramah, apakah orang ini pendengar dan
penanya yang baik?
b) Sedapat mungkin dengarkan hasil rekaman baik audio atau video sesi focus
group yang pernah dipimpin oleh calon fasilitator tersebut.
c) Lihatlah salinan laporan singkat maupun tuntunan wawancara yang telah
dibuat oleh fasilitator dalam focus group terdahulu.
Peranan fasilitator adalah sebagai berikut: (Hubelbank, J. & Moore, P. 2009)
a) Menjelaskan tentang topik diskusi.
b) Memahami topik diskusi sehingga dapat menguasai pertanyaan. Seorang
fasilitator tidak perlu seorang ahli yang berkaitan dengan topik diskusi.
c) Melakukan pendekatan kepada peserta sehingga peserta terdorong untuk
mengeluarkan pendapatnya. Fasilitator yang mempunyai rasa humor menjadi
nilai plus dari focus group.
d) Mampu mengarahkan kelompok, bukan sebaliknya.
e) Bertugas mengajukan pertanyaan dan tetap netral terhadap jawaban peserta.
Memastikan kepada peserta bahwa tidak ada jawaban mereka yang benar atau
salah. Tidak boleh memberikan persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap
jawaban yang akan memengaruhi pendapat peserta.
f) Mengamati peserta dan tanggap terhadap reaksi para peserta. Mendorong
semua peserta untuk berpartisipasi dan tidak membiarkan sejumlah individu
memonopoli diskusi. Perlu disadari bahwa dinamisitas sebuah kelompok bisa
menimbulkan dampak tak terprediksi bagi peserta. Sebagai contoh, seorang
peserta yang dominan, bisa menjadikan peserta lain malas berbicara. Contoh
lain adalah sebuah komentar jujur peserta, ternyata dapat memancing peserta
lain untuk memberikan respons yang lebih jujur lagi.
g) Menciptakan hubungan baik dengan peserta sehingga dapat menggali jawaban
dan komentar yang lebih dalam.
h) Fleksibel dan terbuka terhadap saran, perubahan mendadak dan lain-lain.
i) Mengamati komunikasi non verbal (gerakan tangan, perubahan raut wajah)
antar peserta dan tanggap terhadap hal tersebut.
j) Hati-hati terhadap nada suara dalam mengajukan pertanyaan. Peserta akan
merasa tidak senang apabila nada suara fasilitator memperlihatkan
ketidaksabaran, dan tidak bersahabat.
k) Mengusahakan tidak ada interupsi dari luar pada waktu focus group berjalan.
l) Menganalisa data dengan menggunakan proses induktif.
3. Members of the group are encouraged to talk openly about their opinions and respond
to other members (anggota kelompok do dorong untuk berbicara secara terbuka
tentang pendapat mereka dan menanggapi anggota lain). Untuk mendapatkan hasil
yang baik sebaiknya anggota yang akan melakukan focus group ini harus memiliki
pertanyaan yang sifatnya terbuka. oleh karena peserta idealnya terdiri dari orang-
orang yang tidak saling mengenal. Jika sulit dilakukan, minimal tidak memasukkan
orang yang selalu melakukan interaksi sehari-hari secara teratur. Demikian juga
antara fasilitator dan peserta sebaiknya tidak saling mengenal. Hal ini berkaitan
dengan analisa data, yaitu apakah hasil focus group berkaitan sepenuhnya dengan
materi yang didiskusikan atau ternyata pendapat peserta telah dipengaruhi akibat
adanya interaksi di antara mereka sebelumnya. Orang yang bertugas menganalisa
tidak dapat mengisolasi faktor-faktor apa yang memengaruhi peserta (Krueger, 2008).
Sedangkan menurut Hennink (2007) perbedaan atau karaktristik FG dengan metode
lainnya yaitu:
a. Partisipan dipilih sesuai dengan persamaan karakteristik untuk membagi
pengalamannya terkait topik
b. Kelompok terdiri dari 8-10 partisipan, dan terkadang bisa 5-10 partisipan tergantung
dari tujuan
c. Fokus pada topik khusus dan menggali sejumlah issue untuk memberikan
kesempatan partisipan mendiskusikannya secara detail
d. Tujuan dari FG tidak hanya mendrong partisipan mendiskusikan ide tetapi
mendorong partisipan untuk lebih memahami sikap, perilaku, pendapat atau persepsi
dari issu penelitian.
e. Diskusi diantara partisipan merupakan kunci pokok FGD.
f. Diskusi dipimpin oleh moderator terlatih yang memperkenalkan issu dan
memfasilitasi diskusi.
g. Kunci suksesnya ditentukan oleh memberikan kesempatan atau kebebasan kepada
semua partisipan, tersedianya kondisi atau atmosfir yang nyaman dimana terhindar
dari ejekan pertisipan lainnya.

3. Kapan Menggunakan Focus Group Discussion

Fokus grup yang terbaik digunakan ketika konsep atau ide yang di inginkan untuk
mengevaluasi hal baru dan ketika evaluasi terbaik berasal dari target pelanggan (yang dapat
berupa konsumen atau pelanggan dalam arti bisnis-ke-bisnis) melihat konsep langsung.
Contohnya adalah kampanye iklan baru. Biasanya, sebuah biro iklan akan menguji sebuah
iklan baru, dengan harapan konsumen tujuannya akan tercapai dengan kampanye. Badan ini
perlu untuk mengetahui apakah pesannya jelas, apakah konsumen melihat iklan positif atau
negatif, apakah iklan akan mendorong mereka untuk membeli produk, dan sebagainya. Badan
ini dapat menggunakan pertanyaan dengan menunjukkan iklan kepada konsumen dan
mendiskusikan reaksi mereka apakah suka dan tidak suka. komentar mereka akan
memungkinkan lembaga untuk menyempurnakan iklan atau, jika tidak disukai, untuk kembali
ke papan gambar. Aplikasi lain dari fokus grup untuk fokus penelitian adalah sebagai
mekanisme brainstorming. Jika Anda memiliki masalah untuk memecahkan, jenis
metodologi sering memberikan wawasan tentang masalah tersebut. Hal ini juga dapat
memberikan yang sangat baik, Forum untuk menghasilkan ide-ide kreatif atau ide-ide produk
baru untuk pasar baru, serta menghasilkan ide-ide baru. (Edmunds, 1999)

Kapan Gunakan Focus Groups : (Edmunds, 1999)

1. Untuk menguji konsep-konsep baru


2. Untuk mengevaluasi iklan / copy
3. Untuk mengevaluasi promosi
4. Untuk mengembangkan kuesioner
5. Untuk menghasilkan ide-ide atau dukungan Brainstorming
6. Untuk posisi produk / layanan
7. Untuk menilai kegunaan produk

Selain itu, fokus group penelitian tidak dianjurkan jika pengguna akhir hasil focus group
tidak benar-benar nyaman dan menyadari jenis hasil diperoleh dari kelompok.

Focus Groups tidak digunakan untuk : (Edmunds, 1999)

1. Untuk membuat keputusan akhir


2. Untuk mengeksplorasi topik yang sangat sensitif atau pribadi
3. Untuk menjawab "Berapa banyak?" Atau "Berapa banyak?"
4. Untuk melakukan penelitian untuk penonton yang tidak mengerti tujuan penelitian
kualitatif
5. Untuk mengevaluasi produk, iklan, dll, yang revisi tidak akan dilakukan meskipun
hasil penelitian
6. Untuk menghemat uang atau waktu yang dibutuhkan untuk penelitian kuantitatif
7. Untuk menetapkan harga produk atau layanan

4. How To Conduct Focus Group Discussion

Menurut Edmunds (1999) situasi yang dianggap ideal dalam suatu focus group

discussion adalah situasi dimana peserta tidak hanya berbicara pada moderator, tetapi harus
bisa saling berinteraksi satu sama lain. Saling berinteraksi tentunya disesuaikan dengan

aturan diskusi yang ada dibawah kendali moderator. Misalnya berbicara setelah anggota

kelompok yang lain menyelesaikan pernyataan yang diutarakan sehingga pembicaraan tidak

menjadi tumpang tindih. Terdapat tiga bagian penting yang menjadi perhatian dalam

pelaksanaan focus group discussion, yaitu

1. Persiapan sebelum meeting atau diskusi

Sebelum memulai meeting atau diskusi terlebih dahulu melakukan identifikasi

kesiapan melakukan meeting atau diskusi. Identifikasi kesiapan meliputi : meyakinkan

tujuan, mempertimbangakan adanya kemungkinan alternative metode, menemukan

pemimpin yang tepat, menentukan anggota, menyusun pertanyaan.

2. Proses meeting atau diskusi

Sebelum meeting atau diskusi dimulai, beri apresiasi pada undangan yang tekah

meluangkan waktu menghadiri meeting atau diskusi. Jelaskan tujuan, lagkah-langkah dan

aturan yang harus diikuti selama proses meeting atau diskusi berlangsung. Selama proses

meeting atau diskusi dilaksanakan, pastikan bahwa semua daftar pertanyaa sudah

diajukan kemudian persilahkan peserta untuk megajukan pendapat atau klarifikasi.

Selama diskusi berlangsung, moderator tidak boleh membiarkan anggota merasa

bingung dengan masalah yang tengah didiskusikan. Proses diskusi berlangsung dengan

cair mengikuti tema yang telah ditetapkan.

3. Setelah meeting atau diskusi

Setelah meeting atau diskusi selesai dilaksanakan, pastikan untuk membuat rangkuman

hasil meeting atau diskusi. Pastikan rangkuman mencakup semua data dan dokumen

yang dibutuhkan seperti pertanyaan atau kesimpulan hasil pertemuan. Informasikan

kepada seluruh anggota kelompok rangkuman dari hasil pertemuan.


Menurut Putcha (2004), beberapa strategi yang bisa digunakan agar proses diskusi

dalam focus group discussion berlangsung kondusif yaitu :

1. Lakukan diskusi seperti melakukan percakapan sehari-hari dengan tetap memperhatikan

kaidah-kaidah yang ada

2. Berbicara bergantian untuk menghindari tumpang tindih argument

3. Membangun interaksi antara pembicara dan pendengar

4. Pendapat yang dikemukaka oleh masing-masing peserta harus bisa

dipertanggungjawabkan

5. Melakukan klarifikasi apabila peserta yang lain menyampaikan sesutau kurang jelas.

5.Memulai Focus Group Disscussion


Awal dimulainya suatu diskusi adalah satu hal yang sangay penting, sehingga sangat
diperlukan untuk memilih moderator yang berkualitas dan dapat mensukseskan bahkan
menggagalkan suatu projek penelitian. Moderator fokus grup mungkin terlihat mudah, namun
pada kenyataannya membutuhkan keterampilan yang besar. Alangkah lebih baik untuk
memilih moderator yang profesional yang memiliki pengetahuan yang sama dengan bidang
yang akan didiskusikan.Yang paling penting, moderator yang berkualitas akan menciptakan
lingkungan yang nyaman dan bersahabat.
Kualitas seorang moderator yang baik dapat dinilai dari hal-hal berikut.
1. Kemampuan belajar dengan cepat
Moderator harus dapat belajar dengan cepat, dan memiliki kemampuan untuk dapat
memahami bahkan hal-hal yang sulit dipahami dengan konsep tekhnis yang tinggi
dalam waktu yang singkat, kemudian menyampaikannya dalam diskusi tanpa
membingungkan peserta diskusi.
2. Pengalaman
Akan sangat baik memilih seorang moderator yang telah memimpin banyak focus
group.
3. Kemampuan berorganisasi
Seorang moderator sebaiknya harus sudah mempersiapkan diri untuk memulai diskusi
tepat waktu dan telah terbiasa dengan aturan diskusi.
4. Fleksibel
Moderator harus mampu untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan arah diskusi.
5. Ingatan yang baik
Moderator mampu untuk mengingat semua aspek dalam diskusi sehingga pendapat
yang dikeluarkan dapat segera ditanggapi selama diskusi berjalan. Selain itu,
moderator harus mampu untuk mengingat kembali pendapat yang disampaikan
sebelumnya untuk menunjukkan bahwa pendapat peserta memang dibutuhkan dalam
diskusi.
6. Kemampuan mendengarkan/memperhatikan yang baik
Moderator harus bisa berkonsentrasi terhadap apa yang dikatakan oleh setiap peserta
untuk mengkaitkan tiap pendapat yang ada. Apabila moderator mencatat selama
berdiskusi maka diskusi tidak akan berjalan secara alami dan hal ini akan sangat
merugikan.
7. Kemampuan menggali informasi yang baik
Ketika peserta diskusi mengeluarkan pendapat yang membutuhkan penjelasan lebih
jauh, maka moderator harus dapat menggali informasi tersebut tanpa membuat peserta
merasa tidak nyaman.
8. Kemampuan manajemen waktu
Moderator yang baik dapat mengatur waktu selama diskusi dan memotong
percakapan yang tidak berhubungan dengan tujuan dari diskusi.
9. Kepribadian yang baik.
Moderator yang baik akan merasa nyaman dalam grup dan dapat membuat peserta
juga merasa nyaman. Moderator seperti ini akan sabar menghadapi peserta diskusi
yang arogan bahkan dapat menjangkau peserta yang pemalu.
Selain moderator, gunakan pula seorang asisten moderator untuk mengatur logistik,
melakukan perekaman, menulis catatan sebagai antisipasi apabila alat perekam tidak berjalan
dengan baik,dan mencatat bahasa tubuh peserta diskusi yang berkaitan dengan diskusi.
Standard dari pembukaan dalam memulai focus group discussion adalah sebagai
berikut.
1. Ucapan Selamat Datang
2. Tinjauan Topik
3. Tata Cara/Aturan
4. Pertanyaan Pertama
Contoh
Focus group introduction
Ucapan Selamat Datang
Terimakasih telah setuju untuk bergabung dan menjadi bagian dari diskusi kelompok
ini. Kami sangat menghargai kesediaan anda untuk ikut berpartisipasi.
Perkenalan
Oleh moderator atau asisten moderator
Tujuan dari Focus Group:
Kami diminta oleh __________________ untuk memimpin focus grup ini.
Alasan kita melakukan focus grup ini adalah untuk mencari tahu mengenai
____________
Kami membutuhkan masukan dari anda dan diharapkan anda dapat membagikan
pemikiran anda secara jujur dan terbuka
Tata Cara/Aturan
1. Kami membutuhkan anda untuk berbicara.
Kami menginginkan setiap orang ikut berpartisipasi
Kami akan menunjuk anda apabila kami tidak mendengarkan masukan dari anda.
2. Tidak ada jawaban yang benar atau salah.
Pengalaman dan pendapat setiap orang adalah hal yang penting.
Berbicaralah baik anda setuju maupun tidak setuju.
Kami menginginkan pendapat yang berbeda dan luas.
3. Apa yang dibicarakan di ruangan ini, harus ditinggalkan di ruangan ini.
Kami menginginkan setiap anggota dalam diskusi ini merasa nyaman untuk
membagikan pemikiran dan pendapatnya walaupun dalam topik yang sensitif.
4. Kami akan akan merekam pembicaraan selama diskusi.
Kami akan merekam semua yang anda katakan.
Kami tidak akan memberikan identitas dalam laporan kami.
Sebelum menanyakan pertanyaan pertama dalam diskusi, pertanyaan yang dapat
mencairkan suasana dapat dimasukan untuk meningkatkan kenyaman dari peserta diskusi.
6.) Akhir Dari Diskusi Fokus Grup: Ending Question
Wawancara fokus grup kadang disebut sebagai data kualitatif artinya mengeneralisasi
data verbal (kadang tertulis) yang berespon dari wawancara terbuka/ open ended. Banyak
tipe data bisa dikumpulkan dari grup melalai format wawancara. Diskusi fokus grup baik
formal maupun informal, sebagian besar menggunakan open ended question saat isu tidak
bisa dipahami dengan jelas dan fasilitator ingin meluangkan waktu pada peserta untuk
berespon. Selama 90 menit wawancara wawancara grup 5-7 pertanyaan sudah cukup.
Sebaiknya diskusi diawali dengan topik fokus daripada pertanyaan tentang latar
belakang.Pertanyaan open ended yang baik tidak boleh mengarahkan, samar dan
menyesatkan. (Schensul, J.J., Margarret, D.L., Bonnie, K.N. dan Stephen P. B.,1999)
- Pertanyaan mengarahkan misalnya dalam fokus grup di sekolah SD dengan guru seni
yang menananyakan menurut kalian artis itu sebaiknya diperbolehkan bekerja
independen dengan murid dikelas kan?
- Pertanyaan samar : misalnya pada fokus grup aktivitas anak Apa saja kegiatan yang
dilakukan anak laki-laki dan perempuan sepanjang hari?
- Menyesatkan: misalnya dalam fokus grup yang mengidentifikasi orang tua yang
khawatir tentang resiko remaja Apa tipe kekerasan yang menurut anda mungkin
terkena pada remaja di lingkungan anda?
Pertanyaan tidak boleh diungkapkan di negatif. Mereka dapat untuk memicu respons
individual, seperti Apakah Anda pernah menggunakan obat-obatan dengan teman-teman
Anda?" atau untuk memperoleh referensi tentang pendapat kelompok, seperti Apakah
orang usia Anda (atau teman Anda) pernah menggunakan obat-obatan? "Singkatnya
pertanyaan kelompok fokus harus memungkinkan orang untuk menggambarkan apa yang
mereka lakukan, mengapa mereka melakukan hal-hal ini, dan bagaimana mereka merasa
tentang mereka. Fasilitator harus benar-benar penasaran tentang tanggapan dan tidak
harus menyampaikan dalam kata-kata, gerak tubuh, atau ekspresi wajah apakah mereka
menghargai satu tanggapan atau bahkan respon atas yang lain. fasilitator juga harus
membiarkan responden selama beberapa menit untuk menuliskan atau untuk
merenungkan kembali tanggapan mereka, karena tidak semua peserta merespon pada
tingkat yang sama. (Schensul, J.J., Margarret, D.L., Bonnie, K.N. dan Stephen P. B.,
1999)
Selain pertanyaan-pertanyaan inti, fasilitator menggunakan sejumlah pertanyaan
tambahan dimaksudkan untuk membantu memperjelas atau menguraikan respon peserta.
Fasilitator juga harus waspada akan ada pertanyaan dari peserta, semakin baik
pemahaman fasilitator dengan topik tersebut maka semakin besar kemungkinan peserta
mengajukan pertanyaan. (Schensul, J.J., Margarret, D.L., Bonnie, K.N. dan Stephen P. B.
1999)
Tahap akhir dari diskusi fokus grup ini adalah membahas topik final. Pada fase ini
sebaiknya diselesaikan dengan catatan positif dan lengkap. Sama seperti pada wawancara
individu sebagai contoh menawarkan pendapat partisipan atau merefleksikan kembali apa
yang sudah dibahas untuk mengembangkan situasi. Hal ini penting jika terjadi kesulitan
selama diskusi. Yang harus diperhatikan untuk melangkah ke akhir diskusi adalah berikan
waktu pada grup untuk bersiap-siap dan mencegah akhir yang tiba-tiba.. Peneliti memberi
sinyal bahwa diskusi akan berakhir seperti menyebut kata topik final , akhirnya, atau
menanyakan pertanyaan sebelum berakhir apakah ada yang tertinggal yang belum kita
bahas ada lagi yang perlu kita bahas sebelum berakhir. (Ritchie, J & Jane, L.,2003)
Akhirnya peneliti mengakhiri diskusi dan berterimakasih kepada grup, kemudian
menekankan bahwa diskusi ini sangat berarti. Pada beberapa penelitian disarankan untuk
menegaskan kerahasiaan apalagi bila isu sensitif muncul dalam pembahasan, lalu
menyebutkan kembali tujuan penelitian dan kegunaan nanti. Peneliti harus bersiap
sementara perekam ditukar. Orang terkadang nampak menikmati pengalaman diskusi
grup sehingga engga meninggalkan diskusi. (Ritchie, J & Jane, L.,2003)

Daftar Pustaka:

Bader, G.E., & Rossi, C.A. 2002. Focus Groups: A Step-By-Step Guide (3rd Edition). The
Bader Group.

Edmunds, Holly. 1999. The Focus Group Research Handbook. USA: NTC/Contemporary
Publishing Group Inc

Eliot, et al. 2005. Guidelines for Conductiong a Focus Group.


https://assessment.trinity.duke.edu/documents/How_to_Conduct_a_Focus_Group.pdf,
11 Maret 2016
Hennink, M.M. 2007. International Focus Group Research A Handbook for the Health and
Social Sciences. Unated States of America: Cambridge University Press.

Krueger, R. 2008. Designing and Conducting Focus Group Interviews,


http://www.eiu.edu/ihec/Krueger-FocusGroupInterviews.pdf. 11 Maret 2016
Puscha, C., dan Potter, J. 2004. Focus Group Practice. London, Thousand Oaks dan New
Delhi: Sage Publication.

Ritchie, J & Jane, L.,2003. Qualitative Research Practice A Guide for Social Science
Students and Researchers. London: Sage Publications
Schensul, J.J., Margarret, D.L., Bonnie, K.N. dan Stephen P. B. 1999. Enhanced
Ethnographic Methods. UK : Altamira Press

Anda mungkin juga menyukai