Pasal 1
Nama, Waktu dan Tempat
1. Musyawarah ini adalah. Musyawarah Daeah II Dewan Masjid Indonesia Kabupaten Lebak.
2. Musyawarah Daerah II berlangsung pada tanggal 02 Februari 2020 bertepatan dengan
tanggal………..
3. Musyawarah Daerah berlangsung di Kabupaten Lebak
Pasal 2
Tema
Pasal 3
Kedudukan
BAB II
ASAS, SIFAT DAN TUJUAN
Pasal 4
Asas
Pasal 5
Sifat
Dewan Masjid Indonesia adalah organisasi kemasjidan yang bersifat independen, pemberdayaan,
pembinaan dan kekeluargaan, serta tidak berafiliasi dengan organisasi sosial politik.
Pasal 6
Tujuan
Dewan Masjid Indonesia bertujuan mewujudkan fungsi masjid sebagai pusat ibadah,
pengembangan masyarakat serta persatuan umat dalam rangka meningkatkan keimanan, ketaqwaan,
ahlak mulia, kecerdasan umat dan tercapainya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah
Subhanahu wa Ta'ala dalam wilayah negara Republik Indonesia.
BAB III
USAHA
Pasal 7
Usaha
Untuk mencapai tujuan di atas, Dewan Masjid Indonesia melakukan usaha antara lain:
1. Mengembangkan pola Idarah (manajemen), Imarah (pengelolaan program) dan Ri'ayah
(pengelolaan fisika).
2. Mengembangkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam.
3. Mengembangkan dakwah pendidikan (sejak usia dini sampai lansia) dan perpustakaan.
4. Mengembangkan program kesejahteraan dan kesehatan masyarakat.
5. Mengembangkan ekonomi jamaah dan pemberdayaan perempuan, remaja, pemuda serta
Pramuka/Kepanduan.
6. Mengusahakan rehabilitasi dan pembangunan masjid baru.
7. Mengembangkan masjid-masjid percontohan.
BAB IV
KEANGGOTAAN
Pasal 8
Anggota
BAB V
KEORGANISASIAN
Pasal 9
Struktur Organisasi
1. Di Tingkat Nasional organisasi ini disebut Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia, disingkat
DMI, berkedudukan di ibukota negara.
2. Di Tingkat Propinsi organisasi ini disebut Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia, disingkat
PW DMI, berkedudukan di ibukota propinsi.
3. Di Tingkat Kabupaten dan Kota organisasi ini disebut Pimpinan Daerah Dewan Masjid Indonesia,
disingkat PD DMI, berkedudukan di ibukota kabupaten atau kota.
4. Di Tingkat Kecamatan organisasi ini disebut Pimpinan Cabang Dewan Masjid Indonesia, disingkat
PC DMI, berkedudukan di ibukota kecamatan.
5. Di Tingkat Kelurahan/Desa organisasi ini disebut Pimpinan Ranting Dewan Masjid Indonesia,
disingkat PR DMI berkedudukan di ibukota kelurahan/desa.
BAB VI
KEPENGURUSAN DAN MASA BAKTI
Pasal 10
Pengurus
1. Pengurus terdiri : Majelis Mustasyar, Majelis Pakar, Pimpinan Harian, Departemen, Badan Otonom
dan Badan Usaha.
2. Badan Otonom dan Badan Usaha dapat dibentuk sesuai dengan keperluan dan setelah memenuhi
persyaratan.
Pasal 11
Masa Bakti
1. Masa bakti kepengurusan DMI pada semua tingkat organisasi adalah selama 5 tahun.
2. Ketua Umum DMI pada semua tingkat organisasi dapat dipilih kembali hanya untuk satu masa
bakti berikutnya.
BAB VII
KEDAULATAN, PERMUSYAWARATAN DAN RAPAT-RAPAT
Pasal 12
Kedaulatan Dewan Masjid Indonesia berada di tangan anggota dan dilaksanakan sepenuhnya oleh
Muktamar.
Pasal 13
Permusyawaratan
Pasal 14
Rapat-Rapat
1. Rapat Kerja Nasional, Rapat Kerja Wilayah, Rapat Kerja Daerah, Rapat Kerja Ranting.
2. Rapat Pimpinan Nasional, Rapat Pimpinan Wilayah, Rapat Pimpinan Daerah, Rapat Pimpinan
Ranting.
3. Status, fungsi mekanisme permusyawaratan, rapat-rapat dan kuorum diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga Dewan Masjid Indonesia.
BAB VIII
KEKAYAAN
Pasal 15
Sumber Kekayaan dan Keuangan
1. Kekayaan Dewan Masjid Indonesia adalah seluruh asset dan inventaris kepengurusan disemua
tingkat organisasi.
2. Kekayaan organisasi diperoleh dari:
a. Iuran dan sumbangan anggota organisasi
b. Zakat infak, sodaqoh waqaf dan hibah umat Islam
c. Sumbangan dan bantuan yang tidak mengikat
d. Usaha-usaha lain yang sah dan halal.
3. Mekanisme perolehan, pengadaan dan penghapusan/penghibahan kekayaan organisasi diatur lebih
lanjut dalam Anggaran rumah Tangga Dewan Masjid Indonesia.
BAB IX
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 16
Penetapan dan Perubahan
Pasal 17
Pembubaran
1. Pembubaran organisasi Dewan Masjid Indonesia hanya dapat dilakukan oleh Muktamar dan atau
oleh Mukatamar Luar Biasa yang diadakan khusus untuk hal tersebut.
2. Tata cara dan mekanisme pembubaran organisasi Dewan Masjid Indonesia diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga Dewan Masjid Indonesia.
BAB XI
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 18
Aturan Tambahan
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB XII
KHATIMAH
Pasal 19
Khatimah
1. Anggaran Dasar ini merupakan perubahan dan penyempurnaan dari Anggaran Dasar hasil
Muktamar IV Dewan Masjid Indonesia tahun 1999 di Jakarta.
2. Anggaran Dasar ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 26 Agustus 2006/ 02 Sya'ban 1427
Pasal 1
Pengertian Umum
1. Dewan Masjid Indonesia (DMI) adalah organisasi kemasyarakatan dan wahana komunikasi
pengelola masjid seluruh Indonesia yang melaksanakan gerakan dakwah, serta menjadikan masjid
sebagai pusat kegiatan pembinaan aqidah, ibadah, akhlak, ukhuwah, keilmuan, keterampilan dan
kesejahteraan umat.
2. Dewan Masjid Indonesia (DMI) adalah organisasi independen yang mandiri dan tidak terkait secara
struktural dengan organisasi sosial kemasyarakatan dan organisasi sosial politik manapun.
BAB II
KEORGANISASIAN
Pasal 2
Sifat Organisasi
1. Pemberdayaan, yaitu menjadikan masjid sebagai subjek dan membangun otonomi masjid dengan
meningkatkan kualitas SDM Pengurus Masjid.
2. Pembinaan, yaitu menjadikan masjid sebagai tempat pembinaan kader umat dan kader bangsa
melalui berbagai aktifitas pendidikan dan dakwah serta kegiatan lainnya
3. Kekeluargan yaitu semua aktifitas pembinaan dan pemberdayaan dilakukan dengan semangat
ukhuwah Islamiah, komunikatif, informatif, konsultatif dan koordinatif.
BAB III
KEANGGOTAAN
Pasal 3
Jenis Anggota
Pasal 4
Kewajiban Anggota
Pasal 5
Hak Anggota
1. Setiap anggota berhak untuk berpartisipasi aktif daJam semua kegiatan Dewan Masjid Indonesia.
2. Setiap anggota mempunyai hak bicara dalam semua pemusyawaratan Dewan Masjid Indonesia
pada semua tingkat organisasi.
3. Anggota Biasa mempunyai hak memilih dan dipilih dalam permusyawaratan Dewan Masjid
Indonesia sesuai dengan tingkatannya.
4. Anggota Fungsional mempunyai hak memilih dan dipilih dalam permusyawaratan Dewan Masjid
Indonesia pada semua tingkat organisasi.
5. Anggota Kehormatan memiliki hak dipilih dalam permusyawaratan.
Pasal 6
Prosedur Keanggotaan
BAB IV
MAJELIS MUSTASYAR DAN PAKAR
Pasal 8
Majelis Mustasyar
1. Majelis Mustasyar adalah Badan yang memberikan bimbingan dan nasehat terhadap kegiatan
Dewan Masjid Indonesia diminta ataupun tidak diminta.
2. Keanggotaan Majelis Mustasyar terdiri dari para Ulama, Urmara dan pemuka masyarakat yang
jumlahnya sesuai keperluan.
3. Susunan Majelis Mustasyar terdiri dari seorang Ketua, seorang Wakil Ketua dan beberapa anggota.
Pasal 9
Majelis Pakar
1. Majelis Pakar adalah Badan memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan
organisasi Dewan Masjid sesuai dengan keahlian dan profesionalismenya.
2. Keanggotaan Majelis Pakar terdiri dari dari para ilmuwan dan cendekiawan muslim.
3. Susunan Majelis Pakar terdiri dari seorang Ketua, Sekretaris dan Anggota.
4. Keberadaan Majelis Pakar sampai dengan tingkat wilayah dan atau daerah yang memungkinkan.
BAB V
KEPENGURUSAN
Pasal 10
Pimpinan Pusat
1. Pimpinan Pusat adalah pelaksana keputusan Muktamar dan ketentuan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga.
2. Pimpinan Harian terdiri dari Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, Ketua-ketua, Sekretaris Jenderal,
Wakil-wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum dan Bendahara-bendahara.
3. Pimpinan lengkap (pleno) terdiri dari Pimpinan Harian, Seluruh Ketua dan anggota Departemen-
departemen dan Ketua-ketua Badan Otonom.
4. Ketua-ketua mengkoordinasikan Departemen-departemen.
5. Ketua Umum dipilili oleh Muktamar maksimal untuk dua (2) periode.
6. Ketua Umum terpilih bersama-sama dengan formatur menyusun Pengurus Harian PimpinanPusat
Dewan Masjid Indonesia.
7. Pengurus Harian menyusun pengurus lengkap Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia paling
lambat tigapuluh hari setelah Muktamar ditutup.
8. Departemen adalah unit operasional yang melaksanakan program dan kebijakan Dewan Masjid
Indonesia sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
9. Departemen-departemen Dewan Masjid Indonesia terdiri dari:
a. Departemen Pemberdayaan Organisasi dan Idarah
b. Departemen Dakwah dan Pengkajian
c. Departemen Pendidikan dan Latihan
d. Departemen Sarana, Hukum dan Wakaf
e. Departemen Usaha / Pemberdayaan Ekonomi Umat
f. Departemen Kepemudaan dan Remaja
g. Departemen Pemberdayaan Perempuan
h. Departemen Kesehatan dan Lingkungan
i. Departemen Jaringan dan Pusat Informasi Masjid
j. Departemen Humas, Publikasi dan Perpustakaan
k. Departemen Sosial Kemanusiaan dan Pembinaan Mualaf
l. Departemen Hubungan Luar Negeri
10. Departemen dipimpin oleh seorang Ketua dan beberapa Anggota serta dalam menjalankan tugasnya
berada di bawah koordinasi seorang Ketua Pimpinan Dewan Masjid Indonesia.
11. Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia bertanggung jawab kepada muktamar
Pasal 11
Pimpinan Wilayah
1. Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia adalah Pimpinan Organisasi di tingkat Propinsi,
Daerah Khusus Ibukota, dan Daerah Istimewa. Berkedudukan di Ibukota Propinsi.
2. Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia terdiri dari Pimpinan Harian dan Biro-biro.
3. Pimpinan Harian terdiri dari Ketua Umum, para Ketua, Sekretaris Umum, dan para Sekretaris,
Bendahara Umum dan para Bendahara. Para Ketua mengkoordinasikan beberapa Biro.
4. Ketua Umum dipilih oleh Musyawarah Wilayah.
5. Ketua Umum terpilih bersama-sama dengan formatur menyusun Pengurus Harian Pimpinan
Wilayah Dewan Masjid Indonesia untuk disahkan dalam Musyawarah Wilayah.
6. Pengurus Harian Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia menyusun Pengurus lengkap
Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia paling lambat 30 (tigapuluh) hari setelah Musyawarah
Wilayah ditutup.
7. Biro-biro adalah unit operasional di tingkat Wilayah yang melaksanakan program dan
kebijaksanaan Dewan Masjid Indonesia sesuai dengan AD/ART. Jumlah dan nama Biro disesuaikan
dengan kebutuhan Wilayah masing-masing.
8. Biro-biro dipimpin oleh seorang Ketua dan mempunyai beberapa anggota.
9. Pimpinan Wilayah bertanggung jawab kepada Pimpinan Pusat dan Musyawarah Wilayah.
Pasal 12
Pimpinan Daerah
1. Pimpinan Daerah Dewan Masjid Indonesia adalah Pimpinan Organisasi di tingkat Kabupaten /
Kotamadya dan berkedudukan di Ibukota Kabupaten / Kotamadya.
2. Pimpinan Daerah Dewan Masjid Indonesia terdiri dari Pimpinan Harian dan Bidang-bidang.
3. Pimpinan Harian terdiri dari Ketua Umum, para Ketua, Sekretaris Umum, dan para Sekretaris,
Bendahara Umum dan para Bendahara. Para Ketua mengkoordinasikan beberapa Bidang.
4. Ketua Umum dipilih oleh Musyawarah Daerah.
5. Ketua Umum terpilih bersama-sama dengan formatur menyusun Pengurus Harian Pimpinan Daerah
Dewan Masjid Indonesia untuk disahkan dalam Musyawarah Daerah.
6. Pengurus Harian Pimpinan Daerah Dewan Masjid Indonesia menyusun Pengurus lengkap Pimpinan
Daerah Dewan Masjid Indonesia paling lambat 30 (tigapuluh) hari setelah Musyawarah Daerah
ditutup.
7. Bidang-bidang adalah unit operasional di tingkat Daerah yang melaksanakan program dan
kebijaksanaan Dewan Masjid Indonesia sesuai dengan AD/ ART. Jumlah dan nama Bidang
disesuaikan dengan kebutuhan Daerah masing-masing.
8. Bidang-bidang dipimpin oleh seorang Ketua dan mempunyai beberapa anggota.
9. Pimpinan Daerah bertanggung jawab kepada Pimpinan Wilayah dan Musyawarah Daerah.
Pasal 13
Pimpinan Cabang
1. Pimpinan Cabang Dewan Masjid Indonesia adalah Pimpinan Organisasi di tingkat Kecamatan.
2. Pimpinan Cabang Dewan Masjid Indonesia terdiri dari Pimpinan Harian dan Seksi-seksi.
3. Pimpinan Harian terdiri dari Ketua, para Wakil Ketua, Sekretaris, dan para Wakil Sekretaris
Bendahara dan Wakil Bendahara. Para Wakil Ketua mengkoordinasikan beberapa Seksi.
4. Ketua dipilih oleh Musyawarah Cabang.
5. Ketua terpilih bersama-sama dengan formatur menyusun Pengurus Harian Pimpinan Daerah Dewan
Masjid Indonesia untuk disahkan dalam Musyawarah Cabang.
6. Pengurus Harian menyusun Pengurus lengkap Pimpinan Cabang Dewan Masjid Indonesia paling
lambat 30 (tigapuluh) hari setelah Musyawarah Cabang ditutup.
7. Seksi-seksi adalah unit operasional di tingkat Cabang yang melaksanakan program dan
kebijaksanaan Dewan Masjid Indonesia sesuai dengan AD/ART. Jumlah dan nama Seksi
disesuaikan dengan kebutuhan Cabang masing-masing.
8. Seksi-seksi dipimpin oleh seorang Ketua dan mempunyai beberapa anggota.
9. Pimpinan Cabang bertanggung jawab kepada Pimpinan Daerah dan Musyawarah Cabang.
Pasal 14
Pimpinan Ranting
1. Pimpinan Ranting Dewan Masjid Indonesia adalah Pimpinan Organisasi di tingkat Desa/Kelurahan.
2. Pimpinan Ranting terdiri dari paling kurang seorang Ketua, seorang Sekretaris dan seorang
Bendahara.
3. Pimpinan Ranting berfungsi sebagai pelaksana dari kebijaksanaan dan program kerja Pimpinan
Cabang.
4. Pimpinan Ranting dipilih oleh Musyawarah Ranting yang dihadiri oleh anggota yang diwakili oleh
Pengurus Masjid/Mushalla dan disahkan dalam Musyawarah Ranting.
5. Pimpinan Ranting bertanggung jawab kepada Pimpinan Cabang dan Musyawarah Ranting.
Pasal 15
Pergantian Pengurus Antar Waktu
1. Pergantian pengurus antar waktu terjadi karena pengurus mengundurkan diri, berhalangan tetap
atau meninggal dunia sebelum masa kepengurusan berakhir.
2. Apabila Ketua Umum tidak dapat melakukan tugasnya karena berhalangan tetap, atau
mengundurkan diri maka pengisian jabatan tersebut ditetapkan melalui Rapat Pimpinan.
3. Apabila Ketua Umum berhalangan tidak tetap, maka pejabat sementara Ketua Umum (Pjs)
dipegang oleh Wakil Ketua Umum.
4. Apabila Pimpinan Harian selain mandataris berhalangan tetap, maka pengisian jabatan tersebut
ditetapkan oleh Rapat Harian.
Pasal 16
Reshufle Pengurus
Pasal 17
Rangkap Jabatan
Ketua Umum/Ketua Dewan Masjid Indonesia disemua tingkatan dapat merangkap sebagai ketua
Ta'mirul Masjid Negara/Masjid Raya Propinsi/Masjid Agung Kabupaten Kota/Masjid Besar
Kecamatan/Masjid Jami' Desa/Kelurahan.
Pasal 18
Tanggung Jawab Pembinaan
Pembinaan Ta'mirul Masjid Raya Propinsi adalah Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia,
Ta'milur Masjid Agung Kabupaten Kota adalah Tanggung jawab Pimpinan Wilayah Dewan Masjid
Indonesia, Ta'mirul Masjid Besar Kecamatan adalah tanggung jawab Pimpinan Daerah Dewan
Masjid Indonesia, Ta'mirul Masjid Jami' Desa/Kelurahan adalah tanggung jawab Pimpinan Cabang
Dewan Masjid Indonesia mempunyai tanggung jawab.
BAB VI
BADAN OTONOM DAN BADAN USAHA
Pasal 19
Badan Otonom
Pasal 20
Badan Usaha
BAB VII
PERMUSYAWARATAN
Pasal 21
Muktamar
1. Muktamar Dewan Masjid Indonesia memegang kekuasaan tertinggi dan diselenggarakan lima
tahun sekali.
2. Muktamar diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia untuk memutuskan dan
menetapkan AD/ART, Program Kerja dan memilih Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia.
3. Muktamar dihadiri oleh Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, utusan Pengurus
masjid raya Propinsi serta Badan Otonom.
4. Dalam keadaan mendesak dapat diadakan Muktamar luar biasa atas usul Pimpinan Pusat dengan
dukungan 1/3 (sepertiga) dari jumlah Pimpinan Wilayah.
5. Ketentuan tentang hak suara, hak bicara dan tata cara penyelenggaraannya diatur dalam peraturan
tersendiri.
6. Muktamar dianggap sah apabila dihadiri oleh Pimpinan Pusat dan ditambah dengan lebih separoh
jumlah Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah.
7. Muktamar harus dilaksanakan paling lambat 1 (satu) tahun setelah berakhir periode kepengurusan,
dan apabila masa tersebut terlewati maka hak pengelolaan kepengurusan dinyatakan gugur dan
Pimpinan Dewan Masjid Indonesia harus memberlakukan ketentuan Pasal 19 Ayat 4.
Pasal 22
Musyawarah Wilayah
1. Musyawarah Wilayah diadakan 5 (lima) tahun sekali oleh Pimpinan Wilayah Dewan Masjid
Indonesia dan dihadiri oleh Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, utusan Pengurus
Masjid Agung dan Pimpinan Cabang sesuai dengan kondisi wilayahnya.
2. Musyawarah Wilayah menetapkan program kerja dan memilih Pengurus Pimpinan Wilayah Dewan
Masjid Indonesia.
3. Dalam keadaan mendesak dapat diadakan Musyawarah Wilayah Iuar biasa atas usul Pimpinan
Wilayah dengan dukungan 1/3 (sepertiga) dari jumlah Pimpinan Daerah.
4. Ketentuan tentang hak suara, hak bicara dan tatacara penyelenggaraannya diatur dalam peraturan
tersendiri.
5. Musyawarah Wilayah dianggap sah apabila dihadiri oleh Pimpinan Wilayah dan ditambah dengan
Iebih separoh jumlah Pimpinan Daerah.
6. Musyawarah Wilayah harus dilaksanakan paling lambat 1 (satu) tahun setelah berakhir periode
kepengurusan, dan apabila masa tersebut terlewati maka hak pengelolaan kepengurusan dinyatakan
gugur dan Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Inonesia harus memberlakukan ketentuan pasal 20
ayat 3.
Pasal 23
Musyawarah Daerah
1. Musyawarah Daerah diadakan 5 (lima) tahun sekali oleh Pimpinan Daerah Dewan Masjid
Indonesia dan dihadiri oleh Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah dan Pimpinan Cabang.
2. Musyawarah Daerah menetapkan program kerja dan memilih Pengurus Pimpinan Daerah Dewan
Masjid Indonesia.
3. Dalam keadaan mendesak dapat diadakan Musyawarah Daerah luar biasa atas usul Pimpinan
Daerah dengan dukungan 1/3 (sepertiga) dari jumlah Pimpinan Cabang.
4. Ketentuan tentang hak suara, hak bicara dan tatacara penyelenggaraannya diatur dalam peraturan
tersendiri.
5. Musyawarah Daerah dianggap sah apabila dihadiri oleh Pimpinan Daerah dan ditambah dengan
lebih separoh jumlah Pimpinan Cabang.
6. Musyawarah Daerah harus dilaksanakan paling laling lambat 1 (satu) tahun setelah berakhir
periode kepengurusan, dan apabila masa tersebut terlewati maka hak pengelolaan kepengurusan
dinyatakan gugur dan Piminan Daerah Dewan Masjid Indonesia harus memberlakukan ketentuan
pasal 21 ayat 3.
Pasal 24
Musyawarah Cabang
1. Musyawarah Cabang diadakan 5 (lima) tahun sekali oleh Pimpinan Cabang Dewan Masjid
Indonesia dan dihadiri oleh Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang dan Pimpinan Ranting.
2. Musyawarah Cabang menetapkan program kerja dan memilih Pengurus Pimpinan Cabang Dewan
Masjid Indonesia.
3. Ketentuan tentang hak suara, hak bicara dan tatacara penyelenggaraannya diatur dalam peraturan
tersendiri.
4. Musyawarah Cabang dianggap sah apabila dihadiri oleh Pimpinan Cabang dan ditambah dengan
lebih separoh jumlah Pimpinan Ranting.
Pasal 25
Musyawarah Ranting
1. Musyawarah Ranting diadakan 5 (lima) tahun sekali oleh Pimpinan Ranting Dewan Masjid
Indonesia dan dihadiri oleh Pimpinan Cabang, Pimpinan Ranting dan Pengurus Masjid/Mushalla.
2. Musyawarah Ranting menetapkan program kerja dan memilih Pengurus Pimpinan Ranting Dewan
Masjid Indonesia.
3. Ketentuan tentang hak suara, hak bicara dan tatacara penyelenggaraannya diatur dalam peraturan
tersendiri.
4. Musyawarah Ranting dianggap sah apabila dihadiri oleh Pimpinan Ranting dan ditambah dengan
lebih separoh jumlah Pengurus Masjid/Mushalla di Kelurahan/Desa tersebut.
BAB VIII
RAPAT-RAPAT
Pasal 26
Rapat Kerja
1. Rapat Kerja Nasional Dewan Masjid Indonesia diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Dewan
Masjid Indonesia paling kurang satu kali antara dua Muktarmar. Dihadiri oleh Pimpinan Pusat dan
Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia. Membahas masalah pelaksanaan program kerja dan
keputusan-keputusan Muktamar.
2. Rapat Kerja Wilayah Dewan Masjid Indonesia MI diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah
Dewan Masjid Indonesia paling kurang satu kali antara dua Musyawarah Wilayah. Dihadiri
oleh Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah Dewan Masjid Indonesia. Membahas masalah
pelaksanaan program kerja dan keputusan-keputusan Musyawarah Wilayah.
3. Rapat Kerja Daerah Dewan Masjid Indonesia.diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Dewan
Masjid Indonesia paling kurang satu kali antara dua Musyawarah Daerah. Dihadiri oleh
Pimpinan Daerah dan Pimpinan Cabang Dewan Masjid Indonesia. Membahas masalah
pelaksanaan program kerja dan keputusan-keputusan Musyawarah Daerah.
4. Rapat Kerja Cabang Dewan Masjid Indonesia diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang
Dewan Masjid Indonesia paling kurang satu kali antara dua Musyawarah Cabang. Dihadiri oleh
Pimpinan Cabang dan Pimpinan Ranting Dewan Masjid Indonesia. Membabas masalah
pelaksanaan program kerja dan keputusan-keputusan Musyawarah Cabang.
5. Rapat Kerja Ranting Dewan Masjid Indonesia diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting
Dewan Masjid Indonesia paling kurang satu kali antara dua Musyawarah Ranting. Dihadiri oleh PR
dan Pengurus Masjid/Mushalla. Membahas masalah pelaksanaan program kerja dan
keputusan-keputusan Musyawarah Ranting.
Pasal 27
Rapat Pimpinan
1. Rapat Pimpinan Nasional diselenggarakan oleh Pimpinan pusat Dewan Masjid Indonesia
dihadiri oleh para Pimpinan Harian, Majelis Mustasyar Pusat, Ketua Umum Pimpinan Wilayah
Dewan Masjid Indonesia dan Ketua Majelis Mustasyar Wilayah, berwenang memutuskan ketentuan
organisasi yang bersifat strategis di tingkat nasional dan mempunyai kekuatan hukum setingkat di
bawah Muktamar atau Muktamar Luar Biasa.
2. Rapat Pimpinan Wilayah diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia
dihadiri oleh para Pimpinan Harian, Majelis Mustasyar Wilayah, Ketua Umum Pimpinan Dewan
Dewan Masjid Indonesia Ketua Majelis Mustasyar Daerah, berwenang memutuskan ketentuan
organisasi yang bersifat strategis di tingkat Wilayah dan mempunyai kekuatan hukum setingkat di
bawah Musyawarah Wilayah atau Musyawarah Wilayah Luar Biasa.
3. Rapat Pirnpinan Daerah diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Dewan Masjid Indonesia
dihadiri oleh para Pimpinan Harian, Majelis Mustasyar Daerah, Ketua Umum Pimpinan Cabang
Dewan Masjid Indonesia dan Ketua Majelis Mustasyar Cabang, berwenang memutuskan ketentuan
organisasi yang bersifat strategis di tingkat Daerah dan mempunyai kekuatan hukum setingkat di
bawah Musyawarah Daerah atau Musyawarah Daerah Luar Biasa.
4. Rapat Pirnpinan Cabang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang Dewan Masjid Indonesia
dihadiri oleh para Pimpinan Harian, Majelis Mustasyar Cabang, Ketua Umum Pimpinan Ranting
Dewan Masjid Indonesia dan Ketua Majelis Mustasyar Ranting, berwenang memutuskan ketentuan
organisasi yang bersifat strategis di tingkat Cabang dan mempunyai kekuatan hukum setingkat di
bawah Musyawarah Cabang.
5. Rapat Pimpinan Ranting diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting Dewan Masjid Indonesia
dihadiri oleh para Pimpinan Harian, Majelis Mustasyar Ranting, Pengurus Masjid/Mushalla
Kelurahan/Desa, berwenang memutuskan ketentuan organisasi yang bersifat strategis di
tingkat Ranting dan mempunyai kekuatan hukum setingkat di bawah Musyawarah Ranting.
Pasal 28
Rapat- Rapat Lainnya
1. Unuk melaksanakan program kerja Dewan Masjid Indonesia di semua tingkat, Dewan Masjid
Indonesia mengadakari rapat-rapat sebagai berikut:
a. Rapat Pleno, paling kurang satu kali dalam 6 (enam) bulan dan dihadiri oleh Anggota
Pimpinan yang bersangkutan, Ketua-ketua Departemen atau Biro, Bidang atau Seksi.
b. Rapat Harian dilaksanakan paling kurang satu kali dalam sebulan yang dihadiri oleh Ketua Umum,
Wakil Ketua Umum, para Ketua, Sekretaris jenderal para Wakil Sekretaris jenderal, Bendahara
Umum dan para Bendahara.
c. Rapat Departemen, Biro, Bidang, Seksi diadakan sekali dalam 3 (tiga) bulan dan dihadiri oleh
fungsionarisnya.
d. Rapat-rapat lain yang dianggap perlu.
2. Rapat dianggap sah apabila dihadiri lebih dari separoh yang berhak hadir.
3. Keputusan-keputusan diambil dengan jalan musyawarah dan mufakat.
BAB IX
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 29
Hak Suara dan Hak Bicara
Pasal 30
Kuorum dan Persyaratannya
1. Permusyawaratan dan rapat adalah sah apabila memenuhi kuorum yakni dihadiri lebih
separoh dari jumlah peserta yang berhak hadir.
2. Khusus tentang perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga harus dihadiri
oleh 2/3 dari jumlah peserta dan mendapat persetujuan 2/3 dari jumlah peserta yang hadir.
Pasal 31
Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan pada asasnya dilakukan secara musyawarah untuk mufakat, dan
apabila hal ini tidak mungkin maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
BABX
ATRIBUT ORGANISASI
Pasal 32
Atribut Organisasi
1. Atribut organisasi terdiri dari panji, lambang, bendera, lagu dan kartu tanda anggota,
penggunaannya diatur mela1ui ketetapan organisasi.
2. Bentuk Lambang Dewan Masjid Indonesia adalah : Masjid dalam Lingkaran Hijau Persegi Delapan
Putih didasari LOGO BADGE STEMPEL
3. Arti Lambang adalah sebagai berikut:
a. Masjid :
1) Memiliki 6 anak tangga mempresentasikan dasar Rukun Iman sebagai azas akidah pendirian
masjid.
2) Memiliki 5 pintu masuk mempresentasikan Rukun Islam untuk mewujudkan keshalehan individual
dan keshalehan sosial.
3) Kubah dengan puncak mengarah kepada Allah yang Esa sebagai tujuan.
4) Warna hijau sebagai representasi potensi wadah yang memiliki manfaat dan kesejukan bagi umat.
b. Bentuk Persegi delapan putih merupakan dampak pemberdayaan potensi masjid yang memancar
keseluruh penjuru mata angin (Rahmatan lil 'Alamin).
c. Lingkaran hijau sebagai ikatan keseluruhan dalam wadah yang bulat wujud kebulatan tekad Dewan
Masjid Indonesia untuk memberdayakan potensi masjid dalam meningkatkan kesejahteraan umat.
4. Masing-masing Badan Otonom dan Badan Usaha Dewan Masjid Indonesia diizinkan
mempunyai lambang tersendiri yang diatur dalam ketetapan PIMPINAN PUSAT Dewan Masjid
Indonesia.
BAB XI
KEUANGAN
Pasal 33
Pengelolaan Keuangan
BAB XII
PERUBAHAN AD / ART
Pasal 34
Perubahan AD / ART
BAB XIV
KHATIMAH
Pasal 36
Hal Lain dan Pemberlakuan
1. Anggaran Rurnah Tangga ini merupakan perubahan dan penyempurnaan dan anggaran
Rumah Tangga Dewan Masjid Indonesia hasil Muktamar IV tahun 1999 di Jakarta.
2. Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku sejak ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta