MUKADIMAH
" Sesungguhnya masjid yang didirikan atas ,dasar taqwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih
patut kamu Shalat di dalamnya terdapat orang-orang yang membersihkan diri. Dan Allah menyukai
orang-orang yang bersih." (QS. At - Taubah (9): 108)
"Hanya mereka yang memakmurkan masjid-masjjd Allah-lah orang-orang yang beriman kepada Allah
dan hari kemudian,serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapapun)
selain Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golonganorang-orang yang
mendapat petunjuk." (QS. At-Taubah. 9: 18)
"Dan sesungguhnya masjid-masjid adalah milik Allah, maka janganlah kamu menyembah
"Barang siapa berangkat ke atau pulang dari masjid, niscaya Allah menyediakan tempat kediaman di
surga setiap ia berangkat atau pulang." (HR. Bukhari dan Muslim).
"Apabila kamu melihat orang-orang ke masjid berulang datang, maka saksikanlah, sesungguhnya ia
adalah orang-orang yang beriman" (HR. Ahmad dan Tarmizi ).
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, masjid didirikan semata-mata untuk mengabdi kepada Allah
atas dasar taqwa, mencapai ridha-Nya,membina umat yang berakhlaq al-karimah dan melaksanakan
amar ma'ruf nahi munkar.
Untuk mencapai maksud di atas, maka masjid harus berfungsi sebagai pusat ibadah dan pengembangan
masyarakat dalam meningkatkan keimanan, ketaqwaan, pendidikan, ketrampilan, kecerdasan,
sebagaimana dilakukan umat Islam sejak awal sejarah perkembangan Islam.
Dalam upaya berpartisipasi aktif pada proses pembangunan, yakni untuk memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, maka Dewan Masjid Indonesia sangat perlu
mengoptimalkan peran serta masjid dalam mewujudkan persatuan umat Islam Indonesia.
Maka dibentuklah organisasi Dewan Masjid Indonesia dengan Anggaran Dasar sebagai berikut:
BAB I
NAMA WAKTU DAN KEDUDUKAN
Pasal 1
Nama
Pasal 2
Dewan Masjid Indonesia didirikan di Jakarta pada tanggal 10 Jumadil Ula 1392 H bertepatan dengan
tanggal 22 Juni 1972 untuk waktu yang tidak terbatas.
Pasal 3
Kedudukan
BAB II
Pasal 4
Asas
Organisasi Dewan Masjid Indonesia berasaskan Islam.
Pasal 5
Sifat
Dewan Masjid Indonesia adalah organisasi kemasjidan yang bersifat independen, pemberdayaan,
pembinaan dan kekeluargaan, serta tidak berafiliasi dengan organisasi sosial politik.
Pasal 6
Tujuan
Dewan Masjid Indonesia bertujuan mewujudkan fungsi masjid sebagai pusat ibadah, pengembangan
masyarakat serta persatuan umat dalam rangka meningkatkan keimanan, ketaqwaan, ahlak mulia,
kecerdasan umat dan tercapainya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta'ala
dalam wilayah negara Republik Indonesia.
BAB III
USAHA
Pasal 7
Usaha
Untuk mencapai tujuan di atas, Dewan Masjid Indonesia melakukan usaha antara lain:
1. Mengembangkan pola Idarah (manajemen), Imarah (pengelolaan program) dan Ri'ayah (pengelolaan
fisika).
3. Mengembangkan dakwah pendidikan (sejak usia dini sampai lansia) dan perpustakaan.
BAB IV
KEANGGOTAAN
Pasal 8
Anggota
a. Anggota Biasa
b. Anggota Fungsional
c. Anggota Kehormatan
2. Anggota Biasa dan Anggota Fungsional mempunyai hak bicara dan hak suara.
KEORGANISASIAN
Pasal 9
Struktur Organisasi
1. Di Tingkat Nasional organisasi ini disebut Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia, disingkat DMI,
berkedudukan di ibukota negara.
2. Di Tingkat Propinsi organisasi ini disebut Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia., disingkat PW
DMI, berkedudukan di ibukota propinsi.
3. Di Tingkat Kabupaten dan Kota organisasi ini disebut Pimpinan Daerah Dewan Masjid Indonesia,
disingkat PD DMI, berkedudukan di ibukota kabupaten atau kota.
4. Di Tingkat Kecamatan organisasi ini disebut Pimpinan Cabang Dewan Masjid Indonesia, disingkat PC
DMI, berkedudukan di ibukota kecamatan.
5. Di Tingkat Kelurahan/Desa organisasi ini disebut Pimpinan Ranting Dewan Masjid Indonesia, disingkat
PR DMI berkedudukan di ibukota kelurahan/desa.
BAB VI
Pasal 10
Pengurus
1. Pengurus terdiri : Majelis Mustasyar, Majelis Pakar, Pimpinan Harian, Departemen, Badan Otonom
dan Badan Usaha.
2. Badan Otonom dan Badan Usaha dapat dibentuk sesuai dengan keperluan dan setelah memenuhi
persyaratan.
Pasal 11
Masa Bakti
1. Masa bakti kepengurusan DMI pada semua tingkat organisasi adalah selama 5 tahun
2. Ketua Umum DMI pada semua tingkat organisasi dapat dipilih kembali hanya untuk satu masa bakti
berikutnya.
BAB VII
Pasal 12
Kedaulatan Dewan Masjid Indonesia berada di tangan anggota dan dilaksanakan sepenuhnya oleh
Muktamar.
Pasal 13
Permusyawaratan
Bentuk permusyawaratan dalam Dewan Masjid Indonesia meliputi: Muktamar, Musyawarah Wilayah,
Musyawarah Daerah, Musyawarah Cabang, Musyawarah Ranting
Pasal 14
Rapat-Rapat
1. Rapat Kerja Nasional, Rapat Kerja Wilayah, Rapat Kerja Daerah, Rapat Kerja Ranting.
2. Rapat Pimpinan Nasional, Rapat Pimpinan Wilayah, Rapat Pimpinan Daerah, Rapat Pimpinan Ranting.
3. Status, fungsi mekanisme permusyawaratan, rapat-rapat dan kuorum diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga Dewan Masjid Indonesia.
BAB VIII
KEKAYAAN
Pasal 15
1. Kekayaan Dewan Masjid Indonesia adalah seluruh asset dan inventaris kepengurusan disemua tingkat
organisasi.
BAB IX
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 16
2. Tata cara dan mekanisme perubahan Anggaran Dasar diatur dalam Anggaran Rumah Tangga Dewan
Masjid Indonesia.
BAB X
PEMBUBARAN
Pasal 17
Pembubaran
1. Pembubaran organisasi Dewan Masjid Indonesia hanya dapat dilakukan oleh Muktamar dan atau oleh
Mukatamar Luar Biasa yang diadakan khusus untuk hal tersebut.
2. Tata cara dan mekanisme pembubaran organisasi Dewan Masjid Indonesia diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga Dewan Masjid Indonesia.
BAB XI
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 18
Aturan Tambahan
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB XII
KHATIMAH
Pasal 19
Khatimah
1. Anggaran Dasar ini merupakan perubahan dan penyempurnaan dari Anggaran Dasar hasil Muktamar
IV Dewan Masjid Indonesia tahun 1999 di Jakarta.
Ditetapkan di : Jakarta
PENGERTIAN UMUM
Pasal 1
Pengertian Umum
1. Dewan Masjid Indonesia (DMI) adalah organisasi kemasyarakatan dan wahana komunikasi pengelola
masjid seluruh Indonesia yang melaksanakan gerakan dakwah, serta menjadikan masjid sebagai pusat
kegiatan pembinaan aqidah, ibadah, akhlak, ukhuwah, keilmuan, keterampilan dan kesejahteraan umat.
2. Dewan Masjid Indonesia (DMI) adalah organisasi independen yang mandiri dan tidak terkait secara
struktural dengan organisasi sosial kemasyarakatan dan organisasi sosial politik manapun.
BAB II
KEORGANISASIAN
Pasal 2
Sifat Organisasi
1. Pemberdayaan, yaitu menjadikan masjid sebagai subjek dan membangun otonomi masjid dengan
meningkatkan kualitas SDM Pengurus Masjid.
2. Pembinaan, yaitu menjadikan masjid sebagai tempat pembinaan kader umat dan kader bangsa
melalui berbagai aktifitas pendidikan dan dakwah serta kegiatan lainnya
3. Kekeluargan yaitu semua aktifitas pembinaan dan pemberdayaan dilakukan dengan semangat
ukhuwah Islamiah, komunikatif, informatif, konsultatif dan koordinatif.
BAB III
KEANGGOTAAN
Pasal 3
Jenis Anggota
1. Anggota Biasa adalahTakmir Masjid dan Mushalla seluruh Indonesia.
2. Anggota Fungsional adalah semua fungsionaris Pengurus Dewan Masjid Indonesia sesuai dengan
jenjang struktur organisasi.
3. Anggota Kehormatan, adalah setiap orang baik secara pribadi maupun yang berasal dari organisasi
kelembagaan Islam dan instansi pemerintah sesuai dengan tingkatannya yang ditetapkan oleh Pimpinan.
Pasal 4
Kewajiban Anggota
Pasal 5
Hak Anggota
1. Setiap anggota berhak untuk berpartisipasi aktif daJam semua kegiatan Dewan Masjid Indonesia
2. Setiap anggota mempunyai hak bicara dalam semua pemusyawaratan Dewan Masjid Indonesia pada
semua tingkat organisasi.
3. Anggota Biasa mempunyai hak memilih dan dipilih dalam permusyawaratan Dewan Masjid Indonesia
sesuai dengan tingkatannya.
4. Anggota Fungsional mempunyai hak memilih dan dipilih dalam permusyawaratan Dewan Masjid
Indonesia pada semua tingkat organisasi.
Pasal 6
Prosedur Keanggotaan
a. Semua aktifis Pengurus Masjid dan Musholla di Indonesia dan Pengurus Dewan Masjid Indonesia dari
tingkat nasional sampai tingkat Desa / kelurahan secara otomatis dinyatakan sebagai Anggota Dewan
Masjid Indonesia.
b. Pimpinan Dewan Masjid Indonesia setempat mengeluarkan Kartu Anggota Fungsional Dewan Masjid
Indonesia sebagai tanda Anggota Fungsional DMI.
a. Pimpinan Dewan Masjid Indonesia melakukan penilaian terhadap orang baik secara pribadi maupun
yang berasal dari organisasi atau instansi pemerintah yang dianggap pantas diangkat menjadi Anggota
Kehormatan sesuai tingkatan.
3. Panduan tata cara pengelolaan administrasi penerimaan anggota model sertifikat anggota dan kartu
anggota diatur dalam Keputusan Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia.
Pasal 7
Berakhirnya Keanggotaan
2. Setiap anggota yang melanggar ketentuan / kewajiban setelah diperingatkan tiga kali secara tertulis
dinyatakan berakhir keanggotaannya.
3. Anggota yang digugurkan hak-haknya dapat mengajukan pembelaan pada permusyawaratan sesuai
tingkatnya.
4. Apabila pembelaan dari Anggota tersebut diterima, maka Pimpinan Dewan Masjid Indonesia harus
mencabut keputusan tersebut.
5. Prosedur lebih rinci mengenai pemberhentian, pembelaan dan rehabilitasi anggota akan diatur dalam
Keputusan Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia.
BAB IV
Pasal 8
Majelis Mustasyar
1. Majelis Mustasyar adalah Badan yang memberikan bimbingan dan nasehat terhadap kegiatan Dewan
Masjid Indonesia diminta ataupun tidak diminta.
2. Keanggotaan Majelis Mustasyar terdiri dari para Ulama, Urmara dan pemuka masyarakat yang
jumlahnya sesuai keperluan.
3. Susunan Majelis Mustasyar terdiri dari seorang Ketua, seorang Wakil Ketua dan beberapa anggota.
Pasal 9
Majelis Pakar
1. Majelis Pakar adalah Badan memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan
organisasi Dewan Masjid sesuai dengan keahlian dan profesionalismenya.
2. Keanggotaan Majelis Pakar terdiri dari dari para ilmuwan dan cendekiawan muslim.
3. Susunan Majelis Pakar terdiri dari seorang Ketua, Sekretaris dan Anggota.
4. Keberadaan Majelis Pakar sampai dengan tingkat wilayah dan atau daerah yang memungkinkan.
BAB V
KEPENGURUSAN
Pasal 10
Pimpinan Pusat
1. Pimpinan Pusat adalah pelaksana keputusan Muktamar dan ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga.
2. Pimpinan Harian terdiri dari Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, Ketua-ketua, Sekretaris Jenderal,
Wakil-wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum dan Bendahara-bendahara.
3. Pimpinan lengkap (pleno) terdiri dari Pimpinan Harian, Seluruh Ketua dan anggota Departemen-
departemen dan Ketua-ketua Badan Otonom.
5. Ketua Umum dipilili oleh Muktamar maksimal untuk dua (2) periode.
6. Ketua Umum terpilih bersama-sama dengan formatur menyusun Pengurus Harian PimpinanPusat
Dewan Masjid Indonesia.
7. Pengurus Harian menyusun pengurus lengkap Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia paling lambat
tigapuluh hari setelah Muktamar ditutup.
8. Departemen adalah unit operasional yang melaksanakan program dan kebijakan Dewan Masjid
Indonesia sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
10. Departemen dipimpin oleh seorang Ketua dan beberapa Anggota serta dalam menjalankan tugasnya
berada di bawah koordinasi seorang Ketua Pimpinan Dewan Masjid Indonesia.
11. Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia bertanggung jawab kepada muktamar
Pasal 11
Pimpinan Wilayah
1. Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia adalah Pimpinan Organisasi di tingkat Propinsi, Daerah
Khusus Ibukota, dan Daerah Istimewa. Berkedudukan di Ibukota Propinsi.
2. Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia terdiri dari Pimpinan Harian dan Biro-biro.
3. Pimpinan Harian terdiri dari Ketua Umum, para Ketua, Sekretaris Umum, dan para Sekretaris,
Bendahara Umum dan para Bendahara. Para Ketua mengkoordinasikan beberapa Biro.
5. Ketua Umum terpilih bersama-sama dengan formatur menyusun Pengurus Harian Pimpinan Wilayah
Dewan Masjid Indonesia untuk disahkan dalam Musyawarah Wilayah.
6. Pengurus Harian Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia menyusun Pengurus lengkap Pimpinan
Wilayah Dewan Masjid Indonesia paling lambat 30 (tigapuluh) hari setelah Musyawarah Wilayah
ditutup.
7. Biro-biro adalah unit operasional di tingkat Wilayah yang melaksanakan program dan kebijaksanaan
Dewan Masjid Indonesia sesuai dengan AD/ART. Jumlah dan nama Biro disesuaikan dengan kebutuhan
Wilayah masing-masing.
9. Pimpinan Wilayah bertanggung jawab kepada Pimpinan Pusat dan Musyawarah Wilayah.
Pasal 12
Pimpinan Daerah
1. Pimpinan Daerah Dewan Masjid Indonesia adalah Pimpinan Organisasi di tingkat Kabupaten /
Kotamadya dan berkedudukan di Ibukota Kabupaten / Kotamadya.
2. Pimpinan Daerah Dewan Masjid Indonesia terdiri dari Pimpinan Harian dan Bidang-bidang.
3. Pimpinan Harian terdiri dari Ketua Umum, para Ketua, Sekretaris Umum, dan para Sekretaris,
Bendahara Umum dan para Bendahara. Para Ketua mengkoordinasikan beberapa Bidang.
5. Ketua Umum terpilih bersama-sama dengan formatur menyusun Pengurus Harian Pimpinan Daerah
Dewan Masjid Indonesia untuk disahkan dalam Musyawarah Daerah.
6. Pengurus Harian Pimpinan Daerah Dewan Masjid Indonesia menyusun Pengurus lengkap Pimpinan
Daerah Dewan Masjid Indonesia paling lambat 30 (tigapuluh) hari setelah Musyawarah Daerah ditutup.
7. Bidang-bidang adalah unit operasional di tingkat Daerah yang melaksanakan program dan
kebijaksanaan Dewan Masjid Indonesia sesuai dengan AD/ ART. Jumlah dan nama Bidang disesuaikan
dengan kebutuhan Daerah masing-masing.
9. Pimpinan Daerah bertanggung jawab kepada Pimpinan Wilayah dan Musyawarah Daerah.
Pasal 13
Pimpinan Cabang
1. Pimpinan Cabang Dewan Masjid Indonesia adalah Pimpinan Organisasi di tingkat Kecamatan.
2. Pimpinan Cabang Dewan Masjid Indonesia terdiri dari Pimpinan Harian dan Seksi-seksi.
3. Pimpinan Harian terdiri dari Ketua, para Wakil Ketua, Sekretaris, dan para Wakil Sekretaris Bendahara
dan Wakil Bendahara. Para Wakil Ketua mengkoordinasikan beberapa Seksi.
5. Ketua terpilih bersama-sama dengan formatur menyusun Pengurus Harian Pimpinan Daerah Dewan
Masjid Indonesia untuk disahkan dalam Musyawarah Cabang.
6. Pengurus Harian menyusun Pengurus lengkap Pimpinan Cabang Dewan Masjid Indonesia paling
lambat 30 (tigapuluh) hari setelah Musyawarah Cabang ditutup.
7. Seksi-seksi adalah unit operasional di tingkat Cabang yang melaksanakan program dan kebijaksanaan
Dewan Masjid Indonesia sesuai dengan AD/ART. Jumlah dan nama Seksi disesuaikan dengan kebutuhan
Cabang masing-masing.
9. Pimpinan Cabang bertanggung jawab kepada Pimpinan Daerah dan Musyawarah Cabang.
Pasal 14
Pimpinan Ranting
1. Pimpinan Ranting Dewan Masjid Indonesia adalah Pimpinan Organisasi di tingkat Desa/Kelurahan.
2. Pimpinan Ranting terdiri dari paling kurang seorang Ketua, seorang Sekretaris dan seorang Bendahara.
3. Pimpinan Ranting berfungsi sebagai pelaksana dari kebijaksanaan dan program kerja Pimpinan
Cabang.
4. Pimpinan Ranting dipilih oleh Musyawarah Ranting yang dihadiri oleh anggota yang diwakili oleh
Pengurus Masjid/Mushalla dan disahkan dalam Musyawarah Ranting.
5. Pimpinan Ranting bertanggung jawab kepada Pimpinan Cabang dan Musyawarah Ranting.
Pasal 15
1. Pergantian pengurus antar waktu terjadi karena pengurus mengundurkan diri, berhalangan tetap atau
meninggal dunia sebelum masa kepengurusan berakhir.
2. Apabila Ketua Umum tidak dapat melakukan tugasnya karena berhalangan tetap, atau mengundurkan
diri maka pengisian jabatan tersebut ditetapkan melalui Rapat Pimpinan.
3. Apabila Ketua Umum berhalangan tidak tetap, maka pejabat sementara Ketua Umum (Pjs) dipegang
oleh Wakil Ketua Umum.
4. Apabila Pimpinan Harian selain mandataris berhalangan tetap, maka pengisian jabatan tersebut
ditetapkan oleh Rapat Harian.
Pasal 16
Reshufle Pengurus
b. Tidak menghadiri Rapat Pleno 3 (tiga) kali tanpa alasan yang jelas.
d. Meninggal dunia.
2. Reshufle Pengurus dilakukan melalui Rapat Harian, kecuali Ketua Umum melalui Rapim sesuai dengan
tingkatan organisasinya.
Pasal 17
Rangkap Jabatan
Ketua Umum/Ketua Dewan Masjid Indonesia disemua tingkatan dapat merangkap sebagai ketua
Ta'mirul Masjid Negara/Masjid Raya Propinsi/Masjid Agung Kabupaten Kota/Masjid Besar
Kecamatan/Masjid Jami' Desa/Kelurahan
Pasal 18
Pembinaan Ta'mirul Masjid Raya Propinsi adalah Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia, Ta'milur
Masjid Agung Kabupaten Kota adalah Tanggung jawab Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia,
Ta'mirul Masjid Besar Kecamatan adalah tanggung jawab Pimpinan Daerah Dewan Masjid Indonesia,
Ta'mirul Masjid Jami' Desa/Kelurahan adalah tanggung jawab Pimpinan Cabang Dewan Masjid Indonesia
mempunyai tanggung jawab
BAB VI
Pasal 18
Badan Otonom
2. Badan Otonom adalah kepanjangan tangan kelembagaan Dewan Masjid lndonesia yang terstruktur
mulai dari tingkat Pusat, Wilayah, Daerah, Cabang dan Ranting.
3. Mekanisme kerja Badan Otonom adalah mengembangkan program yang seluas-luasnya sesuai bidang
masing-masing dengan melakukan konsultasi, koordinasi dan harmonisasi dengan Dewan Masjid
Indonesia.
4. Dalam proses pembentukan Pengurus Badan Otonom, berlaku secara Otonom dan Dewan Masjid
Indonesia menganut asas Pengayoman Tutwuri Handayani.
5. Badan Otonom berkewajiban melaporkan kegiatannya paling kurang sekali dalam setahun.
6. Mekanisme hubungan antara Dewan Masjid Indonesia dengan Badan Otonom diatur lebih lanjut oleh
Peraturan Organisasi.
Pasal 19
Badan Usaha
2. Badan Usaha dibentuk oleh Dewan Masjid Indonesia untuk membantu kegiatan dan jalannya
organisasi, dengan persyaratan yang ditentukan.
3. Mekanisme hubungan antara Dewan Masjid Indonesia dengan Badan Usaha diatur lebih lanjut oleh
Peraturan Organisasi.
BAB VII
PERMUSYAWARATAN
Pasal 20
Muktamar
1. Muktamar Dewan Masjid Indonesia memegang kekuasaan tertinggi dan diselenggarakan lima tahun
sekali.
2. Muktamar diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia untuk memutuskan dan
menetapkan AD/ART, Program Kerja dan memilih Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia.
3. Muktamar dihadiri oleh Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, utusan Pengurus
masjid raya Propinsi serta Badan Otonom.
4. Dalam keadaan mendesak dapat diadakan Muktamar luar biasa atas usul Pimpinan Pusat dengan
dukungan 1/3 (sepertiga) dari jumlah Pimpinan Wilayah.
5. Ketentuan tentang hak suara, hak bicara dan tata cara penyelenggaraannya diatur dalam peraturan
tersendiri.
6. Muktamar dianggap sah apabila dihadiri oleh Pimpinan Pusat dan ditambah dengan lebih separoh
jumlah Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah.
7. Muktamar harus dilaksanakan paling lambat 1 (satu) tahun setelah berakhir periode kepengurusan,
dan apabila masa tersebut terlewati maka hak pengelolaan kepengurusan dinyatakan gugur dan
Pimpinan Dewan Masjid Indonesia harus memberlakukan ketentuan Pasal 19 Ayat 4.
Pasal 21
Musyawarah Wilayah
1. Musyawarah Wilayah diadakan 5 (lima) tahun sekali oleh Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia
dan dihadiri oleh Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, utusan Pengurus Masjid Agung
dan Pimpinan Cabang sesuai dengan kondisi wilayahnya.
2. Musyawarah Wilayah menetapkan program kerja dan memilih Pengurus Pimpinan Wilayah Dewan
Masjid Indonesia.
3. Dalam keadaan mendesak dapat diadakan Musyawarah Wilayah Iuar biasa atas usul Pimpinan
Wilayah dengan dukungan 1/3 (sepertiga) dari jumlah Pimpinan Daerah.
4. Ketentuan tentang hak suara, hak bicara dan tatacara penyelenggaraannya diatur dalam peraturan
tersendiri.
5. Musyawarah Wilayah dianggap sah apabila dihadiri oleh Pimpinan Wilayah dan ditambah dengan
Iebih separoh jumlah Pimpinan Daerah.
6. Musyawarah Wilayah harus dilaksanakan paling lambat 1 (satu) tahun setelah berakhir periode
kepengurusan, dan apabila masa tersebut terlewati maka hak pengelolaan kepengurusan dinyatakan
gugur dan Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Inonesia harus memberlakukan ketentuan pasal 20 ayat 3.
Pasal 22
Musyawarah Daerah
1. Musyawarah Daerah diadakan 5 (lima) tahun sekali oleh Pimpinan Daerah Dewan Masjid Indonesia
dan dihadiri oleh Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah dan Pimpinan Cabang.
2. Musyawarah Daerah menetapkan program kerja dan memilih Pengurus Pimpinan Daerah Dewan
Masjid Indonesia.
3. Dalam keadaan mendesak dapat diadakan Musyawarah Daerah luar biasa atas usul Pimpinan Daerah
dengan dukungan 1/3 (sepertiga) dari jumlah Pimpinan Cabang.
4. Ketentuan tentang hak suara, hak bicara dan tatacara penyelenggaraannya diatur dalam peraturan
tersendiri.
5. Musyawarah Daerah dianggap sah apabila dihadiri oleh Pimpinan Daerah dan ditambah dengan lebih
separoh jumlah Pimpinan Cabang.
6. Musyawarah Daerah harus dilaksanakan paling laling lambat 1 (satu) tahun setelah berakhir periode
kepengurusan, dan apabila masa tersebut terlewati maka hak pengelolaan kepengurusan dinyatakan
gugur dan Piminan Daerah Dewan Masjid Indonesia harus memberlakukan ketentuan pasal 21 ayat 3.
Pasal 23
Musyawarah Cabang
1. Musyawarah Cabang diadakan 5 (lima) tahun sekali oleh Pimpinan Cabang Dewan Masjid Indonesia
dan dihadiri oleh Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang dan Pimpinan Ranting.
2. Musyawarah Cabang menetapkan program kerja dan memilih Pengurus Pimpinan Cabang Dewan
Masjid Indonesia.
3. Ketentuan tentang hak suara, hak bicara dan tatacara penyelenggaraannya diatur dalam peraturan
tersendiri.
4. Musyawarah Cabang dianggap sah apabila dihadiri oleh Pimpinan Cabang dan ditambah dengan lebih
separoh jumlah Pimpinan Ranting.
Pasal 24
Musyawarah Ranting
1. Musyawarah Ranting diadakan 5 (lima) tahun sekali oleh Pimpinan Ranting Dewan Masjid Indonesia
dan dihadiri oleh Pimpinan Cabang, Pimpinan Ranting dan Pengurus Masjid/Mushalla.
2. Musyawarah Ranting menetapkan program kerja dan memilih Pengurus Pimpinan Ranting Dewan
Masjid Indonesia.
3. Ketentuan tentang hak suara, hak bicara dan tatacara penyelenggaraannya diatur dalam peraturan
tersendiri.
4. Musyawarah Ranting dianggap sah apabila dihadiri oleh Pimpinan Ranting dan ditambah dengan lebih
separoh jumlah Pengurus Masjid/Mushalla di Kelurahan/Desa tersebut.
BAB VIII
RAPAT-RAPAT
Pasal 25
Rapat Kerja
1. Rapat Kerja Nasional Dewan Masjid Indonesia diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Dewan
Masjid Indonesia paling kurang satu kali antara dua Muktarmar. Dihadiri oleh Pimpinan Pusat
dan Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia. Membahas masalah pelaksanaan program
2. Rapat Kerja Wilayah Dewan Masjid Indonesia MI diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah
Dewan Masjid Indonesia paling kurang satu kali antara dua Musyawarah Wilayah. Dihadiri
oleh Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah Dewan Masjid Indonesia. Membahas masalah
3. Rapat Kerja Daerah Dewan Masjid Indonesia.diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Dewan
Masjid Indonesia paling kurang satu kali antara dua Musyawarah Daerah. Dihadiri oleh
Pimpinan Daerah dan Pimpinan Cabang Dewan Masjid Indonesia. Membahas masalah
Dewan Masjid Indonesia paling kurang satu kali antara dua Musyawarah Cabang. Dihadiri oleh
Pimpinan Cabang dan Pimpinan Ranting Dewan Masjid Indonesia. Membabas masalah
5. Rapat Kerja Ranting Dewan Masjid Indonesia diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting
Dewan Masjid Indonesia paling kurang satu kali antara dua Musyawarah Ranting. Dihadiri oleh
Pasal 26
Rapat Pimpinan
1. Rapat Pimpinan Nasional diselenggarakan oleh Pimpinan pusat Dewan Masjid Indonesia
dihadiri oleh para Pimpinan Harian, Majelis Mustasyar Pusat, Ketua Umum Pimpinan Wilayah
Dewan Masjid Indonesia dan Ketua Majelis Mustasyar Wilayah, berwenang memutuskan
ketentuan organisasi yang bersifat strategis di tingkat nasional dan mempunyai kekuatan
2. Rapat Pimpinan Wilayah diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia
dihadiri oleh para Pimpinan Harian, Majelis Mustasyar Wilayah, Ketua Umum Pimpinan Dewan
Dewan Masjid Indonesia Ketua Majelis Mustasyar Daerah, berwenang memutuskan ketentuan
organisasi yang bersifat strategis di tingkat Wilayah dan mempunyai kekuatan hukum setingkat
3. Rapat Pirnpinan Daerah diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Dewan Masjid Indonesia
dihadiri oleh para Pimpinan Harian, Majelis Mustasyar Daerah, Ketua Umum Pimpinan Cabang
Dewan Masjid Indonesia dan Ketua Majelis Mustasyar Cabang, berwenang memutuskan
ketentuan organisasi yang bersifat strategis di tingkat Daerah dan mempunyai kekuatan hukum
setingkat di bawah Musyawarah Daerah atau Musyawarah Daerah Luar Biasa.
4. Rapat Pirnpinan Cabang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang Dewan Masjid Indonesia
dihadiri oleh para Pimpinan Harian, Majelis Mustasyar Cabang, Ketua Umum Pimpinan Ranting
Dewan Masjid Indonesia dan Ketua Majelis Mustasyar Ranting, berwenang memutuskan
ketentuan organisasi yang bersifat strategis di tingkat Cabang dan mempunyai kekuatan hukum
5. Rapat Pimpinan Ranting diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting Dewan Masjid Indonesia
dihadiri oleh para Pimpinan Harian, Majelis Mustasyar Ranting, Pengurus Masjid/Mushalla
tingkat Ranting dan mempunyai kekuatan hukum setingkat di bawah Musyawarah Ranting.
Pasal 27
1. Unuk melaksanakan program kerja Dewan Masjid Indonesia di semua tingkat, Dewan Masjid
a. Rapat Pleno, paling kurang satu kali dalam 6 (enam) bulan dan dihadiri oleh Anggota
Pimpinan yang bersangkutan, Ketua-ketua Departemen atau Biro, Bidang atau Seksi.
b. Rapat Harian dilaksanakan paling kurang satu kali dalam sebulan yang dihadiri oleh Ketua
Umum, Wakil Ketua Umum, para Ketua, Sekretaris jenderal para Wakil Sekretaris jenderal,
c. Rapat Departemen, Biro, Bidang, Seksi diadakan sekali dalam 3 (tiga) bulan dan dihadiri oleh
fungsionarisnya.
2. Rapat dianggap sah apabila dihadiri lebih dari separoh yang berhak hadir.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 28
Musyawarah Ranting, Muktamar/Musyawarah Luar Biasa mempunyai hak suara dan hak
bicara, sedangkan peninjau dan undangan lainnya tidak mempunyai hak suara.
Pasal 29
1. Permusyawaratan dan rapat adalah sah apabila memenuhi kuorum yakni dihadiri lebih
2. Khusus tentang perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga harus dihadiri
oleh 2/3 dari jumlah peserta dan mendapat persetujuan 2/3 dari jumlah peserta yang hadir.
Pasal 30
Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan pada asasnya dilakukan secara musyawarah untuk mufakat, dan
apabila hal ini tidak mungkin maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
BABX
ATRIBUT ORGANISASI
Pasal 31
Atribut Organisasi
1. Atribut organisasi terdiri dari panji, lambang, bendera, lagu dan kartu tanda anggota,
a. Masjid :
1) Memiliki 6 anak tangga mempresentasikan dasar Rukun Iman sebagai azas akidah pendirian
masjid.
3) Kubah dengan puncak mengarah kepada Allah yang Esa sebagai tujuan.
4) Warna hijau sebagai representasi potensi wadah yang memiliki manfaat dan kesejukan bagi
umat.
b. Bentuk Persegi delapan putih merupakan dampak pemberdayaan potensi masjid yang mem
c. Lingkaran hijau sebagai ikatan keseluruhan dalam wadah yang bulat wujud kebulatan tekad
kesejahteraan umat.
5. Masing-masing Badan Otonom dan Badan Usaha Dewan Masjid Indonesia diizinkan
mempunyai lambang tersendiri yang diatur dalam ketetapan PIMPINAN PUSAT Dewan Masjid Indonesia.
BAB XI
KEUANGAN
Pasal 32
Pengelolaan Keuangan
a. Uang Pangkal
b. Uang luran Anggota
2. Pelaksanaan pengumpulan serta pembagian uang pangkal, iuran dan hasil usaha akan
3. Laporan keuangan tahunan Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia yang telah diaudit,
disampaikan pada forum Rakernas, untuk Pimpinan Wilayah/ Pirnpinan Daerah Pirnpinan
4. Laporan keuangan akhir masa jabatan dipertanggung jawabkan dalam forum Muktamar
untuk Pimpinan Pusat Dewan Masjid dan forum Musyawarah untuk masing-masing Pimpinan
BAB XII
PERUBAHAN AD / ART
Pasal 33
Perubahan AD / ART
2. Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga harus dihadiri oleh 2/3 dari
jumlah peserta dan mendapat persetujuan 2/3 dari jumlah peserta yang hadir.
3. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur secara tersendiri
BAB XIII
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 34
Aturan Tambahan
1. Setiap Anggota dianggap telah mengetahui AD/ART Dewan Masjid Indonesia
2. Setiap Anggota dan Pengurus harus mentaati AD/ART serta ketentuan-ketentuan lainnya.
BAB XIV
KHATIMAH
Pasal 35
1. Anggaran Rurnah Tangga ini merupakan perubahan dan penyempurnaan dan anggaran
Rumah Tangga Dewan Masjid Indonesia hasil Muktamar IV tahun 1999 di Jakarta.
Ditetapkan di : Jakarta