Anda di halaman 1dari 11

tes hasil belajar dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut.

1)      Tes Lisan (Oral Test)


Tes lisan adalah suatu bentuk tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk
bahasa lisan.
2)      Tes Tertulis (Written Test)
Tes tertulis adalah suatu tes yang menuntut siswa memberikan jawaban secara tertulis. Tes
tertulis dapat dibedakan menjadi tes esai atau uraian dan tes objektif.
3). Teknik Nontes
Hasil belajar selain dievaluasi melalui teknik tes, dapat juga dievaluasi melalui teknik
nontes. Kenyataan di lapangan adalah guru cenderung lebih banyak menggunakan teknik tes
dalam melakukan evaluasi hasil belajar siswa, dibandingkan dengan teknik nontes.
Adapun jenis teknik nontes yang dimaksud, yaitu wawancara, kuesioner, skala, observasi,
studi kasus, dan sosiometri.

D.1. Assesmen Berbasis Kelas


Penilaian berbasis kelas adalah penilaian oleh guru dalam rangka proses pembelajaran
yang merupakan proses pengumpulan dan penggunaaan informasi dan hasil belajar peserta didik
untuk tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan, yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian belajar.
E.1. Assesmen berbasis kinerja
Kinerja praktikum merupakan pencapaian yang diperoleh siswa setelah memahami
berbagai keterampilan yang dipelajari dan dilatihkan. Penilaian tersebut dapat memperhatikan
aspek proses atau prosedur yang dilakukan dan atau aspek produk yang dihasilkan serta sikap
yang muncul bersamaan dengan keterampilan untuk melakukan atau menghasilkan sesuatu.
Penilaian praktikum dapat menggunakan tes tertulis, tes lisan, tes identifikasi, tes praktikum,
daftar centang atau skala penilaian, laporan, atau portofolio (Doran, 1980; Ebel & Frisbie, 1986;
Russell & Harlen, 1990;Gronlund, 1993; Berg & Giddings, 1992; Nitko, 1996) dalam Sapriati
(2006).
IPA terdiri atas substansi dan proses ilmiah dimana keduanya memiliki tingkat esensial
setara sehingga perlu dimasukkan pada kurikulum. Oleh karenanya, pengujian dan penilaian
terhadap pencapaian hasil belajar kedua hal tersebut, termasuk proses ilmiah pada praktikum,
harus dilakukan. Penilaian hasil belajar aspek substansi dengan tes dan penilaian praktikum
melalui laporan atau tes telah biasa dilakukan. Namun penilaian hasil belajar proses IPA dan atau
praktikum dengan menilai kinerjanya melalui pengamatan masih jarang dilakukan. Penilaian
atau asesmen memerlukan alat atau instrumen yang valid dan reliabel, yang diperoleh melalui
prosedur pengembangan instrumen yang benar, dan dilengkapi dengan rambu-rambu penilaian
yang jelas.
Asesmen merupakan suatu proses terintegrasi untuk menentukan ciri dan tingkat belajar
dan perkembangan belajar siswa. Menurut Mardapi dalam Rasyid (2007) bahwa prinsip-prinsip
yang harus diperhatikan dalam asesmen adalah akurat, ekonomis, dan mendorong peningkatan
kualitas pembelajaran. Oleh karena itu sistem penilaian yang digunakan di setiap lembaga
pendidikan harus mampu (1) memberi informasi yang akurat, (2) mendorong peserta didik
belajar, (3) memotivasi tenaga pendidik mengajar, (4) meningkatkan kinerja lembaga, dan (5)
meningkatkan kualitas pendidikan.  
Menurut Linn & Gronlund (1995:6-8) dalam Jacob (2011), proses asesmen  sangat efektif
apabila prinsip-prinsip berikut diperhatikan:
1. Menentukan secara jelas apa yang diases memiliki prioritas dalam proses asesmen.
2. Suatu prosedur asesmen dapat dipilih karena relevansinya terhadap karakteristik atau
kinerja yang diukur.
3. Asesmen komprehensif membutuhkan berbagai prosedur.
4. Penggunaan prosedur asesmen murni membutuhkan suatu kesadaran keterbatasannya.
5. Asesmen merupakan suatu makna terakhir, bukan suatu makna terakhir dalam dirinya-
sendiri.
Asesmen Kinerja yaitu penilaian terhadap proses perolehan penerapan pengetahuan dan
keterampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukan kemampuan siswa dalam proses
dan produk. Asesmen kinerja adalah suatu prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-
tugas untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauhmana yang telah dilakukan dalam
suatu program. Pemantauan didasarkan pada kinerja (performance) yang ditunjukkan dalam
menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang diberikan. Hasil yang diperoleh merupakan
suatu hasil dari unjuk kerja tersebut. Asesmen kinerja adalah penelusuran produk dalam proses.
Artinya, hasil-hasil kerja yang ditunjukkan dalam proses pelaksanaan program itu digunakan
sebagai basis untuk dilakukan suatu pemantauan mengenai perkembangan dari satu pencapaian
program tersebut (Marhaeni, 2007). Menurut Berk (1986) dalam Rasyid (2007), asesmen kinerja
adalah proses mengumpulkan data dengan cara pengamatan yang sistematik untuk membuat
keputusan tentang individu. Asesmen kinerja terutama sangat sesuai dalam menilai keterampilan
proses sains. Keterampilan proses siswa yang dapat dinilai meliputi keterampilan proses
intelektual (seperti keterampilan observasi, berhipotesis, menerapkan konsep, merencanakn serta
melakukan penelitian, dan lain-lain). Asesmen kinerja sangat tepat bila digunakan dalam
kegiatan praktikum biologi. Bentuk asesmen kinerja yaitu kinerja klasikal, asesmen kinerja
kelompok, asesmen kinerja personal.
Menurut Popham (1995) dalam Rasyid (2007), syarat yang digunakan untuk
menggunakan asesmen kinerja yaitu
1. Generability, yakni apakah kinerja peserta tes dalam melakukan tugas yang diberikan
sudah memadai untuk digeneralisasikan kepada tugas-tugas lain,
2. Authenticity, yakni apakah tugas yang diberikan sudah serupa dengan apa yang dihadapi
dalam praktek kehidupan nyata sehari-hari,
3. Multiple foci, yakni apakah tugas yang diberikan kepada peserta tes sudah mengukur
lebih dari satu kemampuan yang diinginkan,
4. Teachability, yakni apakah tugas yang diberikan merupakan tugas yang relevan yang
hasilnya semakin baik akibat adanya usaha mengajar pengajar di kelas,
5. Fairness, yakni apakah tugas yang diberikan sudah adil, tidak mengandung bias berdasar
latar untuk semua peserta tes,
6. Feasibility, yakni apakah tugas-tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan atau
penilaian kinerja memang relevan untuk dapat dilaksanakan mengingat faktor-faktor
seperti biaya, ruangan/tempat, atau peralatannya,
7. Scorability, yakni apakah tugas yang diberikan nanti dapat skor dengan akurat dan
reliabel, karena salah satu tahap dalam penilaian kinerja yang sensitif adalah perlakuan
dalam pemberian skor.
Asesmen kinerja tidak menggunakan kunci jawaban dalam menentukan skor, melainkan
menggunakan pedoman penskoran berupa rubrik. Untuk menjamin reliabilitas, keadilan dan
kebenaran penilaian maka perlu dikembangkan kriteria atau rubrik untuk pedoman menilai hasil
kerja pebelar. Rubrik dapat disusun bersama dengan pebelajar, sehingga jelas dasar yang dipakai
untuk menilai
Tes essay merupakan contoh yang sangat umum dari suatu asesmen berbasis kinerja,
tetapi ada banyak contoh lain, meliputi produksi artistik, eksperimen dalam sains, presentasi
lisan, dan menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah dunia-nyata. Penekanan pada
melakukan, tidak hanya mengetahui; pada proses dan juga produk. Selain itu, asesmen dari
kemampuan siswa untuk membuat observasi, memformulasikan hipotesis, mengumpulkan data,
dan menggambarkan konklusi saintifik valid dapat membutuhkan penggunaan asesmen kinerja.
Asesmen kinerja menentukan suatu basis bagi guru dengan mengevaluasi keefektivan proses
atau prosedur yang digunakan (misalnya pendekatan untuk pengumpulan data, manipulasi
instrumen) dan produk yang dihasilkan dari kinerja suatu tugas (misalnya, laporan hasil lengkap,
senikerja lengkap) (Jacob, 2011).
Asesmen kinerja seringkali menunjuk pada asesmen otentik dengan menekankan bahwa
guru mengases kinerja sementara siswa terlibat dalam pemecahan masalah dan pengalaman
belajar yang dinilai dalam kebenaran diri mereka sendiri, bukan sebagai makna menilai prestasi
siswa. Bagaimanapun, tidak semua asesmen kinerja adalah otentik dalam pengertian bahwa guru
melibatkan siswa dalam menyelesaikan masalah real (Linn & Gronlund, 1995:13) dalam Jacob
(2011). Asesmen kinerja diperlukan siswa untuk mendemonstrasikan keterampilan dengan
melakukan secara aktual. Asesmen kinerja diperlukan untuk mengobservasi dan evaluasi
keterampilan.
Menurut UPI (2011), cara melaksanakan asesmen kinerja, dapat dikelompokkan menjadi:
1. Asesmen Kinerja klasikal digunakan untuk mengases kinerja siswa secar keseluruhan
dalam satu kelas keseluruhan. Menurut Wulan Asesmen kinerja klasikal terbukti paling
mudah dan efisien untuk digunakan dalam kegiatan praktikum sehari-hari. Format
penilaiain ini paling sederhana dan dapat menilai kinerja siswa secara keseluruhan. Guru
juga dapat memperoleh feed back lebih menyeluruh tentang keterampilan siswa di
kelasnya. Melalui penilaian kinerja klasikal ini, pencapaian tujuan praktikum dapat
dilihat secara umum dan langsung pada seluruh siswa.
2. Asesmen Kinerja kelompok untuk mengases kinerja siswa secara berkelompok. Menurut
Wulan Asesmen kinerja kelompok sangat efektif untuk melihat kerjasama di antara
anggota kelompok dan kualitas kerja tim selama kegiatan praktikum. Untuk kemudahan
jalannya asesmen kinerja kelompok. Guru dapat mengawali dengan hanya mengakses
beberapa kelompok sesuai dengan kesanggupan guru. Sebagian kelompok lainnya dapat
dinilai kinerjanya pada praktikum selanjutnya, sehingga dengan beberapa kegiatan
praktikum, guru dapat menilai kinerja seluruh kelompok.
3. Asesmen Kinerja individu untuk mengases kinerja siswa secara individu. Menurut Wulan
Asesmen kinerja secara individual paling tepat dipilih untuk mengungkap sikap dan
keterampilan personal siswa. Dengan jumlah siswa yang sangat banyak, asesmen kinerja
individual ini agak sulit dilakukan. Untuk kemudahan proses asesmen kinerja individual,
guru dapat mengawali dengan dengan hanya mengakses beberapa siswa sesuai
kesanggupan guru. Sebagian siswa lainnya dapat dinilai kinerjanya pada paraktikum
selanjutnya sehingga dengan beberapa kegiatan praktikum guru dapat menilai kinerja
seluruh siswa.
Terdapat tiga komponen utama dalam asesmen kinerja, yaitu tugas kinerja (performance
task), rubrik performansi (performance rubrics), dan cara penilaian (scoring guide). Tugas
kinerja adalah suatu tugas yang berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi
penyelesaian tugas. Rubrik performansi merupakan suatu rubrik yang berisi komponen-
komponen suatu performansi ideal, dan deskriptor dari setiap komponen tersebut. Cara penilaian
kinerja ada tiga, yaitu (1) holistic scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan impresi penilai
secara umum terhadap kualitas performansi; (2) analytic scoring, yaitu pemberian skor terhadap
aspek-aspek yang berkontribusi terhadap suatu performansi; dan (3) primary traits scoring, yaitu
pemberian skor berdasarkan beberapa unsur dominan dari suatu performansi (Marhaeni, 2007).
Asesmen kinerja pada prinsipnya lebih ditekankan pada proses keterampilan dan
kecakapan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Asesmen ini sangat cocok digunakan
untuk menggambarkan proses, kegiatan, atau unjuk kerja. proses, kegiatan, atau unjuk kerja
dinilai melalui pengamatan terhadap siswa ketika melakukannya. Penilaian unjuk kerja adalah
penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang
terjadi. Misalnya penilaian terhadap kemampuan siswa merangkai alat praktikum untuk
percobaan sederhana dilakukan selama siswa merangkai alat, bukan sebelum atau setelah alat
dirancang (UPI, 2011).
Asesmen ini melibatkan aktivitas siswa yang membutuhkan unjuk keterampilan tertentu
dan/atau penciptaan hasil yang telah ditentukan. Karena itu, metodologi asesmen ini memberi
peluang kepada guru untuk menilai pencapaian berbagai hasil pendidikan yang sebenarnya tidak
dapat dijabarkan dalam tes tertulis. Melalui metodologi ini, asesmen kinerja memungkinkan guru
mengamati siswa saat siswa sedang bekerja atau melakukan tugas belajar, atau guru dapat
menguji hasil-hasil yang dapat dicapai, serta menilai (judge) tingkat penguasaan/kecakapan yang
dicapai siswa (UPI, 2011).
Asesmen kinerja tidak hanya bergantung pada jawaban benar atau salah. Sebagaimana
halnya dengan asesmen bentuk essay, observasi yang dilakukan oleh guru dalam rangka
melakukan pertimbangan-pertimbangan subyektif berkenaan dengan level prestasi yang dicapai
siswa. Evaluasi ini didasarkan pada perbandingan kinerja siswa dalam mencapai standar
excellent (keunggulan, prestasi) yang telah dicapai sebelumnya (UPI, 2011).
Sebagaimana tes essay, pertimbangan guru digunakan sebagai dasar penempatan kinerja
siswa pada suatu kesatuan/kontinum tingkatan-tingkatan prestasi yang terentang mulai dari
tingkatan yang sangat rendah sampai tingkatan yang sangat tinggi. Hal-hal yang harus kita
pahami tentang asesmen kinerja adalah kita mendesain dan mengembangkan asesmen kinerja
untuk digunakan kelak di kelas kita sendiri. Metodologi asesman kinerja bukanlan suatu obat
yang mujarab, bukan penyelamat guru, dan juga bukan merupakan suatu kunci untuk menilai
kurikulum yang sebenarnya. Asesmen ini semata-mata merupakan alat yang memberikan cara-
cara yang efisien dan efektif untuk menilai beberapa (bukan keseluruhan) hasil-hasil dari proses
pendidikan yang dipandang berguna (UPI, 2011).
Pada pelaksanaannya, guru dapat mengatur secara fleksibel kinerja-kinerja yang akan
diases dalam kurun waktu tertentu. Misalnya dalam dua semester guru merencanakan untuk
mengases keterampilan setiap siswa dalam membuat larutan. Guru merencanakan dalam dua
semester tersebut empat kali kegiatan yang menuntut siswa membuat larutan. Maka guru dapat
membagi siswa ke dalam empat kelompok siswa yang akan di akses Siswa kelompok pertama
akan diases pada kegiatan pembuatan larutan pertama, kelompok berikutnya diases pada
pembuatan larutan yang berikutnya. Sehingga setiap siswa mendapat kesempatan yang sama
untuk dinilai keterampilannya dalam membuat larutan. Asesmen kinerja yang digunakan oleh
guru tersebut adalah asesmen kinerja individu.
Untuk merealisasikan asesmen kinerja ini, dimulai dengan membuat perencanaan
asesmen kinerja yang meliputi tiga fase penting, yaitu :
 Fase 1 : mendefinisikan kinerja. Pada tahap ini ditentukan jenis kinerja apa yang ingin
dinilai. Misalnya kemampuan menggunakan mikroskop dapat diurai menjadi: membawa
mikroskop dengan benar, menggunakan lensa dengan pembesaran kecil terlebih dahulu,
mengatur pencahayaan, memasang preparat, dan memfokuskan bayangan benda.
 Fase 2 : mendesain latihan-latihan kinerja. Setelah kinerja yang akan dinilai ditentukan
tahap berikutnya adalah menyediakan pembelajaran yang memungkinkan aspek kinerja
yang akan dinilai dapat muncul. Misalnya guru akan menilai kemampuan menggunakan
mikroskop, maka KBM yang dipersiapkan adalah praktikum dengan menggunakan
mikroskop.
 Fase 3 : melakukan penskoran dan perekaman/pencatatan hasil
Assesman kinerja bersifat lugas (fleksibilitas) dalam pengembangan bagian-bagiannya,
tetapi ada beberapa yang perlu diperhatikan yaitu ketika meninjau faktor-faktor konteks
dalam rangka pengambilan keputusan tentang kapan mengadopsi metode-metoda
assesman kinerja. Pada dasarnya faktor-faktor utama yang dipertimbangkan dalam proses
seleksi assesman sesuai dengan sasaran prestasi untuk siswa dan juga dengan metodologi
assesman kinerja. Dalam klasifikasi kinerja, pemakai bebas memilih dari suatu rentangan
sasaran prestasi yang mungkin, dan asesmen kinerja dapat difokuskan pada sasaran-
sasaran khusus dengan mengambil tiga keputusan desain: merumuskan jenis kinerja yang
dinilai,mengidentifikasi siapa yang akan dinilai; dan menetapkan kriteria kinerja (UPI,
2011).
Kegiatan dalam komponen pengembangan latihan harus dipikirkan hal-hal yang
menyebabkan siswa melakukan perbuatan tertentu yang dapat merefleksikan tingkat
penguasaan/kecakapan/prestasi yang dicapai. Karena itu, dalam hal ini harus dipertimbangkan
hakekat latihan, banyaknya latihan yang dibutuhkan, dan petunjuk-petunjuk aktual bagi siswa
untuk melakukan latihan tersebut. Dalam hal penskoran, penilaian sebaiknya dilakukan oleh
lebih dari satu orang agar faktor subjektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat.
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya – tidak) atau skala
rentang (sangat baik -baik – agak baik- tidak baik).
Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, siswa mendapat nilai apabila
kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati,
siswa tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan
mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian nilai tengah
tidak ada. Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai
memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara
kontinuum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua (UPI, 2011).

F.1. Assesmen Berbasis Portofolio


F.1.1. Pengertian Portofolio
Secara etimologi, portofolio berasal dari dua kata, yaitu port (singkatan dari report) yang
berarti laporan dan folio yang berarti penuh atau lengkap. Jadi portofolio berarti laporan lengkap
segala aktivitas seseorang yang dilakukannnya (Erman S. A. 2003 dalam Nahadi dan Cartono,
2007). Secara umum portofolio merupakan kumpulan dokumen seseorang, kelompok, lembaga,
organisasi, perusahaan atau sejenisnya yang bertujuan untuk mendokumentasikan perkembangan
suatu proses dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Paulson (1991) dalam Nahadi dan Cartono (2007) mendefinisikan portofolio sebagai
kumpulan pekerjaan siswa yang menunjukan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam
satu bidang atau lebih. Kumpulan ini harus mencakup partisipasi siswa dalam seleksi isi, kriteria
isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian, dan bukti refleksi diri.
Portofolio adalah kumpulan hasil karya seorang siswa, sebagai hasil pelaksanaan tugas
kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama guru, sebagai bagian dari uasaha
mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum.
Portofolio dalam arti ini, dapat digunakan sebagai instrumen penilaian atau salah satu
komponen dari instrumen penilaian, untuk menilai kompetensi siswa, atau menilai hasil belajar
siswa. Portofolio demikian disebut juga ‘portofolio untuk penilaian’ atau ‘portofolio penilaian’.
F.1.2. Pengertian Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan satu metode penilaian berkesinambungan, dengan
mengumpulkan informasi atau data secara sistematik atas hasil pekerjaan seseorang (Pomham,
1984).
Aspek yang diukur dalam penilaian portofolio adalah tiga domain perkembangan
psikologi anak yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
F.1.3. Penilaian Portofolio
Portofolio dapat diartikan sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial
pedagogis, maupun sebagai ajektif. Sebagai suatu wujud benda fisik portofolio adalah bundel,
yaitu kumpulan atau dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan pada suatu
bundel. Misalnya hasil tes awal (pre-test), tugas, catatan anekdot, piagam penghargaan,
keterangan melaksanakan tugas terstruktur, hasil tes akhir (post-test) dan sebagainya. Sebagai
suatu proses sosial pedagogis, portofolio adalah collection of learning experience yang terdapat
di dalam pikiran peserta didik baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill),
maupun sikap (afektif). Adapun sebagai suatu ajektif portofolio seringkali dihubungkan dengan
konsep pembelajaran atau penilaian yang dikenal dengan istilah pembelajaran berbasis portofolio
atau penilaian berbasis portofolio.
Portofolio
- Sebagai benda fisik (bundle atau dokumen)
- Sebagai suatu proses social
- Sebagai adjective (Pembelajaran portofolio, assesmen portofolio)
Portofolio sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh
siswa bersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai
kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum. Portofolio dalam arti ini, dapat digunakan sebagai
instrument penilaian atau salah satu komponen dari instrument penilaian, untuk menilai
kompetensi siswa, atau menilai hasil belajar siswa. Portofolio demikian disebut juga portofolio
untuk penilaian atau asesmen portofolio.
Berdasarkan pengertian tentang evaluasi, penilaian, asesmen dan portofolio, maka dapat
disimpulkan bahwa asesmen portofolio dalam pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu usaha
untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh
tentang proses, hasil pertumbuhan, perkembangan wawasan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan peserta didik yang bersumber dari catatan dan dokumen pengalaman belajarnya di
dalam suatu pembelajaran. Dalam konteks penilaian, asesmen portofolio juga diartikan sebagai
upaya menghimpun kumpulan karya atau dokumen peserta didik yang tersusun secara sistematis
dan terorganisir yang diambil selama proses pembelajaran, digunakan oleh guru dan peserta
didik dalam mata pelajaran tertentu (Surapranata S dan Hatta M, 2004 dalam Nahadi
danCartono, 2007).
Portofolio siswa untuk penilaian atau assesmen portofolio merupakan kumpulan produksi
siswa, yang berisi berbagai jenis karya seorang siswa, misalnya:
 Hasil proyek, penyelidikan, atau praktik siswa yang disajikan secara tertulis atau dengan
penjelasan tertulis.
 Gambar atau laporan hasil pengamatan siswa, dalam rangka melaksanakan tugas untuk
mata pelajaran yang bersangkutan.
 Analisis situasi yang berkaitan atau relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan.
 Deskripsi dan diagram pemecahan suatu masalah dalam mata pelajaran yang
bersangkutan.
 Laporan hasil penyelidikan tentang hubungan antara konsep-konsep dalam mata
pelajaran atau antar mata pelajaran.
 Penyelesaian soal-soal terbuka.
 Hasil tugas pekerjaan rumah yang khas, misalnya dengan cara yang berbeda dengan cara
yang diajarkan di sekolah, atau dengan cara yang berbeda dari cara pilihan teman-teman
sekelasnya.
 Laporan kerja kelompok.
 Hasil kerja siswa yang diperoleh dengan menggunakan alat rekam vidio, alat rekam audio
dan computer.
 Fotokopi surat piagam atau tanda penghargaan yang pernah diterima oleh siswa yang
bersangkutan.
 Hasil karya dalam mata pelajaran yang bersangkutan, yang tidak ditugaskan oleh guru
(atas pilihan siswa sendiri, tetapi relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan).
 Cerita tentang kesenangan atau ketidaksenangan siswa  terhadap mata pelajaran yang
bersangkutan.
 Cerita tentang usaha siswa sendiri dalam mengatasi hambatan psikologis, atau usaha
peningkatan diri, dalam mempelajari mata pelajaran yang bersangkutan.
 Laporan tentang sikap siswa terhadap pelajaran.
Bagi seorang guru, penilaian portofolio walaupun sedikit lebih rumit tetapi bisa memiliki
banyak kegunaan. Seperti misalnya:
 Mendorong pembelajaran mandiri
 Memperjelas pandangan mengenai apa yang dipelajari
 Membantu mempelajari pembelajaran
 Mendemonstrasikan kemajuan berdasarkan keluaran yang diidentifikasikan
 Membuat interseksi antara instruksi dan penilaian
 Memberikan jalan kepada siswa untuk menilai diri mereka sebagai pemelajar
 Memberikan kemungkinan untuk pengembangan dukungan ‘peer’
 Mengetahui bagaiman Portofolio dapat memperbaiki proses persiapan
Aspek yang diukur dalam asesmen portofolio adalah tiga ranah perkembangan psikologi anak yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotorik

Anda mungkin juga menyukai