Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ASESMEN KINERJA

ASESMEN DAN EVALUASI HASIL BELAJAR IPA

OLEH
I.B DIMAS MAHENDRA WIJAYA (1923071011)

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SEPTEMBER
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan Kurikulum 2013 tingkat sekolah menuntut guru untuk
kreatif dalam sistem penilaian. Penilaian atau dikenal juga dengan asesmen
merupakan suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang
menggunakan instrumen tes maupun non tes. Asesmen (penilaian)
memberikan nilai tentang kualitas sesuatu, tidak hanya mencari jawaban
terhadap pertanyaan tentang apa, tetapi lebih diarahkan kepada menjawab
pertanyaan bagaimana suatu proses atau suatu hasil yang diperoleh seseorang
atau suatu program.
Pelaksanaan penilaian hasil belajar di sekolah, masih terdapat
kecenderungan dari para guru untuk mengutamakan penggunaan tes (paper
and pencil test) sebagai satu-satunya alat ukur yang terpenting dalam proses
pendidikan. Sejatinya, tes tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menunjukkan kemampuan atau potensi masing-masing. Hal serupa juga
dikemukakan oleh Wulan (2007) bahwa tes prestasi belajar sering dijadikan
sebagai alat utama pengambilan keputusan tentang siswa. Informasi hasil tes
dijadikan sebagai alat utama untuk mengetahui pencapaian tujuan penting
pembelajaran. Padahal penggunaan tes memiliki beberapa kelemahan yang
telah diajukan para ahli asesmen, contohnya tes objektif. Tes ini kurang
mampu menilai kemampuan berpikir siswa, hasil belajarnya, serta belum
menampilkan potensi siswa yang sesungguhnya. Oleh sebab itu, asesmen
alternatif diperlukan untuk menilai dimensi proses dan hasil belajar siswa
yang tidak tergali melalui tes.
Asesmen alternatif yang memberikan kontribusi dalam pelaksanaan
penilaian pembelajaran di kelas adalah asesmen kinerja. Asesmen kinerja
muncul dan mulai dilakukan di sekolah sebagai kritikan terhadap kelemahan
tes baku atau tes tradisional dengan menggunakan tes objektif. Penggunaan tes
tradisional atau paper and pencil test yang mendominasi di sekolah

2
mengakibatkan asesmen kinerja ini menjadi bagian yang terisolir dari proses
pembelajaran secara keseluruhan. Asesmen kinerja menjadi bagian penting
dalam proses pembelajaran di sekolah, sehingga proses pengukuran hasil
belajar tidak lagi dianggap sebagai hal yang kurang menantang bagi siswa
untuk menggunakan kemampuan atau keterampilan berpikirnya. Pola asesmen
yang baik dapat memberikan kontribusi positif terhadap proses belajar
mengajar dan hasil belajar siswa. Pernyataan ini diperkuat oleh Sudrajat, dkk
(2012) yang menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif, efesien dan
produktif tidak mungkin ada tanpa asesmen yang baik.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah definisi dari asesmen kinerja?
1.2.2 Apa sajakah karakteristik dan kriteria dari asesmen kinerja?
1.2.3 Apakah kelebihan dan kekurangan dari asesmen kinerja?
1.2.4 Bagaimanakah tahapan penyusunan asesmen kinerja?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi dari asesmen kinerja.
1.3.2 Mengetahui karakteristik dan kriteria dari asesmen kinerja.
1.3.3 Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari asesmen kinerja.
1.3.4 Mengetahui tahapan penyusunan asesmen kinerja

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Asesmen


A. Definisi Asesmen Secara Umum
Asesmen berasal dari serapan bahasa Inggris yaitu assessment.
Asesmen atau penilaian merupakan bagian dari kegiatan evaluasi dalam
pembelajaran yang di dalamnya juga melakukan tes dan pengukuran
(Abidin, 2014). Asesmen adalah suatu proses yang sistematis dan
mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis serta
menginterpretasikan informasi untuk menentukan karakteristik siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dimulai dengan kegiatan
pengukuran (Kusaeri dan Suprananto, 2012).
Asesmen mengenal dua jenis istilah, yaitu istilah asesmen
tradisional dan asesmen otentik. Asesmen tradisional adalah asesmen
dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik pen and paper tests,
yaitu tes menggunakan soal-soal. Asesmen tradisional lebih lanjut
dijelaskan oleh Gulikers (2006) bahwa asesmen tradisional pada
pembelajaran di kelas meliputi tes dengan jawaban singkat atau pilihan
ganda. Salah satu asesmen alternatif yang menyediakan cara
mengevaluasi pembelajaran selain asesmen tradisional adalah asesmen
otentik. Kemendikbud (2013) menyatakan asesmen otentik merupakan
asesmen yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari
masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang
meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ataç (2012) juga
mendefinisikan asesmen otentik sebagai bentuk asesmen dengan
menggunakan aktivitas dan tugas yang mencerminkan tujuan
pembelajaran, kurikulum sesuai dengan real life situation. Asesmen ini
menekankan pada evaluasi yang bermakna dalam pembelajaran, yang
menggunakan bermacam-macam bentuk asesmen yang menggambarkan
pelajaran, kemampuan, motivasi dan sikap siswa yang relevan dengan
aktivitas kelas. Tugas-tugas asesmen otentik dalam pembelajaran yang

4
diberikan bukan hanya mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh siswa,
melainkan pengaplikasian keterampilan dalam menyelesaikan masalah
yang ada dalam kehidupan nyata. Adapun prinsip-prinsip yang harus
dipegang dalam pengimplementasian asesmen otentik yaitu (1)
merupakan bagian tak terpisahkan dari pembelajaran, (2) harus
mencerminkan masalah dunia nyata, (3) harus menggunakan berbagai
ukuran, metode dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi
pengalaman belajar, dan (4) meliputi semua aspek dari tujuan
pembelajaran, baik kognitif, afektif maupun sensori motorik.
B. Definisi Asesmen Kinerja
Asesmen kinerja adalah suatu prosedur yang menggunakan
berbagai bentuk tugas-tugas untuk memperoleh informasi tentang apa
dan sejauhmana yang telah dilakukan dalam suatu program. Pemantauan
didasarkan pada kinerja (performance) yang ditunjukkan dalam
menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang diberikan. Hasil yang
diperoleh merupakan suatu hasil dari unjuk kerja tersebut. Abidin, (2014)
menjelaskan bahwa asesmen kinerja yaitu penilaian oleh peserta didik
untuk dapat mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan
menggunakan tes praktik atau keterampilan melakukan suatu aktivitas,
proyek, dan penilaian portofolio. Berdasarkan hal tersebut, dapat
disimpulkan bahwa asesmen kinerja merupakan proses penilaian kinerja
peserta didik oleh pendidik yang dilakukan secara sistematis.
Terdapat tiga komponen utama dalam asesmen kinerja, yaitu tugas
kinerja (performance task), rubrik performansi (performance rubrics),
dan cara penilaian (scoring guide). Tugas kinerja adalah suatu tugas yang
berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi penyelesaian
tugas. Rubrik performansi merupakan suatu rubrik yang berisi
komponen-komponen suatu performansi ideal, dan deskriptor dari setiap
komponen tersebut. Cara penilaian kinerja ada tiga, yaitu (1) holistic
scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan impresi penilai secara umum
terhadap kualitas performansi; (2) analytic scoring, yaitu pemberian skor
terhadap aspek-aspek yang berkontribusi terhadap suatu performansi; dan

5
(3) primary traits scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan beberapa
unsur dominan dari suatu performansi (Dantes, 2008).

2.2 Karakteristik dan Kriteria Asesmen Kinerja


Abidin, (2014) menjelaskan bahwa terdapat beberapa karakteristik dan
kriteia untuk asesmen kinerja, diantaranya adalah:
Karakteristik
 Multikriteria, kinerja siswa harus menggunakan penilaian yang
memiliki lebih dari satu kriteria,
 Standar kualitas yang spesifik, masing-masing kriteria kinerja
siswa dapat dinilai secara jelas dan eksplisit dalam memajukan
evaluasi kualitas kinerja siswa, dan
 Adanya judgement penilaian, asesmen kinerja membutuhkan
penilaian yang bersifat manusiawi untuk menilai bagaimana kinerja
siswa dapat diterima secara nyata, bukan menilai dengan
menggunakan angka pada komputer atau mesin
Kriteria
 Generalisasi, hasil penilaian kinerja harus dapat digeneralisasikan
dengan penilaian yang lain,
 Autentik, penilaian harus mencerminkan konteks kehidupan nyata,
 Banyak fokus, dapat mengukur berbagai hasil belajar,
 Dapat diterapkan dalam pembelajaran,
 Adil, harus memberikan penilaian sesuai dengan kemampuan
siswa,
 Layak, dapat digunakan karena ekonomis, praktis dan efisien,
 Berbasis skor, penilaian harus menggunakan skor dan prosedur
penskoran yang jelas.

2.3 Kelebihan dan Kelemahan Asesmen Kinerja


Hasan, (2008) mengemukakan dalam penerapan asesmen kinerja
terdapat beberapa kelebihan dan kelemahannya yaitu:

6
2.3.1 Kelebihan Asesmen Kinerja
 Dapat mengevaluasi hasil belajar yang kompleks dan keterampilan
yang tidak dapat dievaluasi dengan tes kertas dan pensil.
 Memotivasi peserta didik dalam belajar secara lebih baik.
Keterlibatan langsung peserta didik dalam perumusan tujuan
belajar, pemilihan jenis tugas, penetapan kriteria penilaian akan
membuat para peserta didik lebih tahu apa yang seharusnya
dilakukan. Cara seperti ini dapat memotivasi belajar dan membuat
pembelajaran lebih bermakna. Kreativitas dan kemandirian belajar
peserta didik, serta proses dialog antara peserta didik dan guru
merupakan faktor penting dalam asesmen kinerja.
 Dapat mengevaluasi beberapa keterampilan yang berupa
kemampuan lisan maupun fisik.
 Mendorong aplikasi pembelajaran pada situasi kehidupan nyata.
Hal ini dikarenakan asesmen kinerja lebih menekankan pada apa
yang dapat dilakukan oleh peserta didik, bukan apa yang dapat
diketahui peserta didik.Oleh karena itu unjuk kerja yang
ditunjukkan oleh peserta didik sebaiknya ditekankan pada
kehidupan nyata terutama kehidupan nyata di sekitar lingkungan
sekolah atau rumah peserta didik.
2.3.2 Kelemahan Asesmen Kinerja
 Membutuhkan waktu dan usaha-usaha yang harus dipertimbangkan
dalam penggunaannya. Asesmen kinerja tidak bisa disusun dengan
waktu yang tergesa-gesa karena akan menghasilkan suatu
perangkat penilaian yang tidak akan mencapai sasaran tujuan yang
dikehendaki.
 Dibutuhkan perhatian yang sangat besar bagi guru dalam
penggunaannya, laporan dari hasil asesmen harus dibuat sesegera
mungkin, karena penundaan pembuatan laporan akan menimbulkan
bias sehingga hasil belajar itu menjadi tidak berarti

7
 Penilaian dan penskoran kinerja subjektif dan memiliki reliabilitas
rendah. Hal ini disebabkan asesmen kinerja membutuhkan
penilaian yang besar dari guru sehingga subjektivitas penskoran
dan penilaian akan tinggi. Dampak dari subjektivitas yang tinggi
akan menyebabkan reliabitas rendah. Untuk meminimalkan
subjektivitas dalam asesmen kinerja guru harus membuat kriteria
penilaian (rubric) yang jelas.
 Frekuensi melakukan evaluasi secara individual harus lebih banyak
daripada kelompok. Asesmen kinerja lebih menuntut penilaian
secara individual daripada kelompok. Pekerjaan seperti ini
membutuhkan waktu yang banyak dan biaya yang cukup besar
sehingga apabila guru mengerjakannya dengan tidak serius akan
menjadi pekerjaan yang sia-sia.

2.4 Penyusunan Asesmen Kinerja


Rasyid, (2007) menyatakan bahwa asesmen kinerja adalah proses
mengumpulkan data dengan cara pengamatan yang sistematik untuk
membuat keputusan tentang individu. Asesmen kinerja terutama sangat
sesuai dalam menilai keterampilan proses sains. Keterampilan proses
siswa yang dapat dinilai adalah keterampilan proses intelektual seperti
keterampilan observasi, berhipotesis, menerapkan konsep, merencanakan
serta melakukan penelitian, dan lain-lain. Asesmen kinerja sangat tepat
untuk digunakan dalam kegiatan praktikum.
Menurut Popham (1995) dalam Rasyid (2007), indikator dalam
penggunaan asesmen kinerja yaitu :
1. Generability, yakni apakah kinerja peserta tes dalam melakukan tugas
yang diberikan sudah memadai untuk digeneralisasikan kepada tugas-
tugas lain,
2. Authenticity, yakni apakah tugas yang diberikan sudah serupa dengan
apa yang dihadapi dalam praktek kehidupan nyata sehari-hari,
3. Multiple foci, yakni apakah tugas yang diberikan kepada peserta tes
sudah mengukur lebih dari satu kemampuan yang diinginkan,

8
4. Teachability, yakni apakah tugas yang diberikan merupakan tugas
yang relevan yang hasilnya semakin baik akibat adanya usaha
mengajar pengajar di kelas,
5. Fairness, yakni apakah tugas yang diberikan sudah adil, tidak
mengandung bias berdasar latar untuk semua peserta tes,
6. Feasibility, yakni apakah tugas-tugas yang diberikan dalam penilaian
keterampilan atau penilaian kinerja memang relevan untuk dapat
dilaksanakan mengingat faktor-faktor seperti biaya, ruangan/tempat,
atau peralatannya,
7. Scorability, yakni apakah tugas yang diberikan nanti dapat skor
dengan akurat dan reliabel, karena salah satu tahap dalam penilaian
kinerja yang sensitif adalah perlakuan dalam pemberian skor.

A. Metode dan Tahapan Penyusunan Asesmen Kinerja


Metode-metode yang dapat digunakan untuk penilaian kinerja antara
lain: 1) observasi; 2) interview; 3) portofolio; 4) penilaian essay; 5) ujian
praktek (practical examination); 6) paper; 7) penilaian proyek; 8)
kuesioner; 9) daftar cek (checklist); 10) penilaian oleh teman (peer
rating); 11) penilaian diskusi; dan 13) penilaian jurnal kerja ilmiah siswa.
Langkah-langkah utama yang perlu ditempuh ketika menyusun
penilaian kinerja yaitu: 1) menentukan indikator kinerja yang akan dicapai
siswa; 2) memilih fokus asesmen (menilai proses/prosedur, produk, atau
keduanya); 3) memilih tingkatan realisme yang sesuai (menentukan
seberapa besar tingkat keterkaitannya dengan kehidupan nyata); 4)
memilih metode observasi, pencatatan dan penskoran; 5) mengujicoba
task dan rubrik pada pembelajaran; serta 6) memperbaiki task dan rubrik
berdasarkan hasil ujicoba untuk digunakan pada pembelajaran berikutnya.
B. Rubrik atau Pendoman Penskoran
Wulan (2007) menyatakan bahwa standar diperlukan dalam
penilaian kinerja untuk mengidentifikasi secara jelas apa yang seharusnya
siswa ketahui dan apa yang seharusnya siswa dapat lakukan. Standar
tersebut dikenal dengan istilah rubrik. Rubrik dapat dinyatakan sebagai

9
panduan pemberian skor yang menunjukkan sejumlah kriteria performance
pada proses atau hasil yang diharapkan.
Rubrik menurut Muslich (2011) adalah suatu pedoman penskoran
yang digunakan untuk menentukan tingkat kemahiran (proficiency) peserta
didik dalam mengerjakan suatu tugas. Di dalam suatu rubrik, guru
mendeskripsikan masing- masing tingkat kemahiran peserta didik untuk
setiap kriteria.
Terdapat dua macam rubrik, yaitu rubrik dengan daftar cek
(checklist) dan rubrik dengan skala penilaian (rating scale).
1. Rubrik dengan Daftar Cek
Penilaian kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek
(ya – tidak). Pada penilaian kinerja yang menggunakan daftar cek,
peserta didik mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan
tertentu dapat diamati oleh guru. Jika tidak dapat diamati, siswa tidak
memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya
mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-
tidak dapat diamati. Dengan demikian tidak terdapat nilai
(kemampuan) tengah. Berikut merupakan contoh rubrik dengan daftar
cek (tabel 2.1).

Tabel 2.1 Contoh Rubrik dengan Daftar Cek


Nama Siswa : .........................
Kelas : .........................
Berilah tanda √ untuk setiap penampilan yang benar dari setiap tindakan yang
dilakukan peserta didik seperti yang diuraikan di bawah ini!
… 1) Mengeluarkan termometer dari tempatnya dengan memegang bagian
ujung yang tidak berisi air raksa.
… 2) Menurunkan posisi air raksa dalam pipa kapiler termometer serendah-
rendahnya.
Memasang termometer pada tubuh pasien (di mulut, di ketiak, atau
… 3) di dubur) sehingga bagian yang berisi air raksa kontak dengan tubuh
orang yang diukur suhu tubuhnya.
… 4) Menunggu beberapa menit termometer yang tinggal dalam tubuh
orang yang diukur suhunya.
… 5) Mengambil termometer dari tubuh orang yang diukur dengan
memegang bagian ujung yang tidak berisi air raksa.

10
… 6) Membaca tinggi air raksa dalam pipa kapiler termometer dengan
posisi mata tegak lurus.
Total Skor =

Rubrik di atas memiliki karakteristik butir-butir yang mengandung


uraian perbuatan yang sudah pasti. Jika perbuatan dalam rubrik nampak
dalam setiap kriteria, maka guru hanya menuliskan tanda cek saja
sedangkan jika perbuatan itu tidak nampak maka kolom cek dikosongkan.
Contoh lain rubrik penilaian dengan daftar cek ditunjukkan pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Contoh Rubrik dengan Daftar Cek


Hari, Tanggal : ............................
Materi Pembelajaran : ............................
Aspek yang Dinilai
Ide Argumentasi baik/ Bersikap Orisinal
Nama berhubungan Pedapat Tepat/benar Ide disampaikan mempertahankan menghargai (ide yang
Siswa erat dengan (sesuai konsep jelas dan sistematis pendapat dengan alasan pendapat orang disampaikan
topik biologi) yang logis dan lain baru)
permasalahan ilmiah
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

2. Rubrik dengan Skala Penilaian


Pada rubrik ini, guru menetapkan derajat standar. Penilaian kinerja
menggunakan skala rentang memungkinkan guru untuk memberi
nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu karena
pemberian nilai secara berkelanjutan di mana pilihan kategori nilai
lebih dari dua. Skala rentang tersebut misalnya ditetapkan skala 1
sampai 5. Skala 1 berarti “tidak baik” dan skala 5 “sangat baik”.
Penilaian sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu penilai agar faktor
subjektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat.
Penilaian dengan skala penilaian yang baik pada dasarnya masih harus
dilengkapi dengan rubrik. Rubrik diperlukan untuk mendeskripsikan
kinerja pada setiap kategori: sangat baik–baik–cukup–kurang agar
hasil penilaian konsisten dan obyektif.

11
Skala penilaian dalam rubrik ini terbagi atas 2 macam yaitu skala
holistik dan analitik. Dalam rubrik holistik, baik peserta didik
melakukan kegiatan dinilai dengan memperhatikan semua kriteria
secara bersama-sama atau menyeluruh. Berikut merupakan contoh
rubrik dengan skala penilaian holistik terdapat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Contoh Rubrik dengan Skala Penilaian Holistik


Skor Deskripsi
5 Menunjukkan pemahaman yang sempurna tentang permasalahan.
Semua yang diperlukan dalam tugas dimasukkan
dalam respon/jawaban.
4 Menunjukkan pemahaman yang substansial tentang permasalahan.
Semua yang diperlukan dalam tugas dimasukkan
dalam respon/jawaban.
3 Menunjukkan pemahaman parsial/sebagian tentang permasalahan.
Sebagian besar yang diperlukan dalam tugas dimasukkan dalam
respon/jawaban.
2 Menunjukkan pemahaman sedikit/kurang tentang permasalahan.
Banyak yang diperlukan dalam tugas dimasukkan
dalam respon/jawaban.
1 Tidak menunjukkan pemahama terhadap permasalahan.
0 Tidak ada respon/jawaban atau tidak ada usaha

Rubrik dengan skala penilaian yang lain yaitu skala analitik. Dalam
rubrik skala analitik, unjuk kerja dinilai secara terpisah-pisah untuk
setiap kriteria. Sistem penilaian holistik lebih efisien dibandingkan
dengan skala analitik, tetapi sistem penilaian analitik memberikan
informasi yang lengkap yang dapat dimanfaatkan dalam perencanaan
dan peningkatan pembelajaran peserta didik (Muslich, 2011).
Berikut ini merupakan contoh rubrik dengan skala penilaian analitik
yang terdapat pada tabel 2.5.

12
Tabel 2.5 Rubrik dengan Skala Penilaian Analitik
Lingkarilah angka 5 jika sangat tepat, angka 4 jika tepat, angka 3 jika
agak tepat, angka 2 jika tidak tepat dan angka 1 jika sangat tidak tepat
untuk setiap tindakan di bawah ini!
5 4 3 2 1 Mengeluarkan termometer dari tempatnya dengan
memegang bagian ujung yang tidak berisi air raksa
5 4 3 2 1 Menurunkan posisi air raksa dalam pipa kapiler termometer
serendah-rendahnya.
5 4 3 2 1 Memasang termometer pada tubuh pasien (di mulut, di
ketiak, atau di dubur) sehingga bagian yang berisi air raksa
kontak dengan tubuh orang yang diukur suhu tubuhnya.
5 4 3 2 1 Menunggu beberapa menit termometer yang tinggal dalam
tubuh orang yang diukur suhunya.
5 4 3 2 1 Mengambil termometer dari tubuh orang yang diukur
dengan memegang bagian ujung yang tidak berisi air raksa.
5 4 3 2 1 Membaca tinggi air raksa dalam pipa kapiler termometer
dengan posisi mata tegak lurus.

13
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa asesmen
kinerja merupakan suatu prosedur yang menggunakan berbagai bentuk
tugas-tugas untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauhmana
yang telah dilakukan dalam suatu program. Pemantauan didasarkan pada
kinerja (performance) yang ditunjukkan dalam menyelesaikan suatu tugas
atau permasalahan yang diberikan.
Asesmen kinerja memiliki karakteristik multikriteria, strandar
kualitas yang spesifik, dan judgement penilaian. Dengan kriteria meliputi
generalisasi, autentik, banyak fokus, dapat diterapkan dalam pembelajaran,
adil, layak, dan berbasis skor. Tentunya asesmen kinerja memiliki
kelebihan dan kelemahannya tersendiri.
Tahapan yang harus dilakukan dalam penyusunan penilaian kinerja
adalah menentukan indikator kinerja, memilih fokus asesmen, memilih
tingkatan realisme, memilih metode observasi observasi, pencatatan, dan
penskoran, menguji coba task dan rubrik, dan memperbaiki task. Terkait
dengan penilaian, terdapat dua macam rubrik, yaitu rubrik dengan daftar
cek (checklist) dan rubrik dengan skala penilaian (rating scale). Skala
penilaian dalam rubrik terbagi atas 2 macam yaitu skala holistik dan
analitik.
3.2 Saran
Penyusunan makalah ini masih banyak menemukan hambatan dari segi
isi maupun literatur, penyusun menyarankan pembaca untuk memberikan kritikan
dan saran yang membangun untuk kesuksesan makalah selanjutnya.

14
DAFTAR RUJUKAN

Abidin, Y. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.


Bandung: PT Refika Aditama.
Dantes, N. 2008. Hakikat Asesmen Otentik Sebagai Penilaian Proses dan Produk
dalam Pembelajaran yang Berbasis Kompetensi. Makalah disampaikan pada
In House Training (IHT) SMA N 1 Kuta Utara
Gulikers. 2006. Authentic Assessment, Student and Teacher Perceptions: The
Practical Value of The Five-Dimensional Framework. Journal of Vocational
Education and Training. 58: p. 337-357.
Hasan, S. H. (2008). Bahan Ajar Pengembangan Asesmen Kinerja dan Portofolio
dalam Pembelajaran Sejarah. Sejarah Sebuah Penilaian (Refleksi 70 tahun
Prof. Dr. H. Asmawi Zainul, M. Ed).
Kusaeri dan Suprananto, 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Muslich, Masnur. 2011. Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan
Kompetensi.
Rasyid, Harun dan Mansur. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana
Prima.
Sudrajat, A., Permanasari, A., & Zainul, A. 2012. Pengembangan Rubrik
Asesmen Kinerja untuk Mengukur Kompetensi Mahasiswa Melakukan
Praktikum Kimia Analisis Volumetri. CHEMICA, 12(1), 1-8.
Wulan, A. R. 2007. Penggunaan asesmen alternatif pada Pembelajaran
biologi. Jurnal Perkembangan Biologi dan Pendidikan Biologi untuk
Menunjang Profesionalisme Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

15

Anda mungkin juga menyukai