Bab Ii Nisa' PDF
Bab Ii Nisa' PDF
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
tingkah laku manusia yang terpuji, yang dilakukan demi memperoleh ridha
Allah. agama, dengan kata lain, meliputi keseluruhan tingkah laku itu
dasar percaya atau iman kepada Allah dan tanggung jawab pribadi di hari
kemudian. Dalam hal ini, agama mencakup totalitas tingkah laku manusia
sendiri.1
nilai pembentuk karakter yang sangat penting artinya. Memang ada banyak
umum menyatakan bahwa religius tidak selalu sama dengan agama. Hal
ini didasarkan pada pemikiran bahwa tidak sedikit orang beragama, tetapi
1
Ngainun Naim, Character Building Optimalisasi Peran Pendidikan Dalam Pengembangan
Ilmu Dan Pembentukan Karakter Bangsa , (Jogjakarta : Arruz Media, 2012) hal. 124
14
15
beragama, tetapi tidak atau kurang religius. Sementara itu ada, ada juga
ajaran agama.
identik dengan kata agama, kata religius, menurut Muhaimin, lebih tepat
yang sedikit banyak merupakan misteri bagi orang lain karena menapaskan
intimitas jiwa cita rasa yang mencakup totalitas ke dalam pribadi manusia,
dan bukan pada aspek yag bersifat formal. Namun demikian keberagaman
sebagai agama tetapi lebih luas dari itu yaitu keberagaman. Istilah nilai
secara pasti. Ini disebabkan karena nilai merupakan sebuah realitas yang
abstrak. Secara etimologi nilai keberagaman berasal dari dua kata yakni,:
merupakan suatu tipe kepercayaan yang berada pada suatu lingkup sistem
suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang dianggap pantaas atau tidak
2
Ibid, hal. 125
16
pantas. Ini berarti pemaknaan atau pemberian arti terhadap suatu objek.
Islam. Di samping tauhid atau akidah, dalam Islam juga ada syari‟ah dan
akhlak.4
yang terdiri dari tiga unsur pokok yaitu aqidah, ibadah dan akhlak yang
Bukan hanya kegiatan yang tampak oleh mata tetapi juga aktivitas yang
3
Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah, (Malang : UIN MALIKI
PRESS. 2010) hal. 66
4
Ngainun Naim, Character Building Optimalisasi ..., hal. 125
17
tidak tampak atau terjadi dalam hati seseorang. Karena itu, keberagaman
Nabi/Rasul, kitab-kitab Allah, surga dan mereka serta qadha‟ dan qadar.
5
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam. Upaya mngefektifkan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya) hal. 293
6
Zulkarnain, Transformasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam, (Bengkulu: Pustaka
Pelajar,2008), hal. 27
18
salat, puasa, zakat, haji, membaca al-Qur‟an, do‟a, zikir, ibadah qurban,
perintah-perintah Alloh.8
atau praktik agama dan yang terakhir adalah akhlak seseorang sebagai
7
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’anil Karim Robbani , (Jakarta : Surya
Prisma Sinergi, 2013),
8
Zulkarnain, Transformasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam hal. 28
9
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam. hal. 298
19
tak bisa terpisahkan, karena saling melengkapi satu sama lain. Jika
akidah, ibadah dan akhlak. ketiganya saling berhubungan satu sama lain.
Kontek pendidikan agama atau yang ada dalam religius terdapat dua
bentuk yaitu ada yang bersifat vertikal dan horizotal. Yang vertikal
berwujud hubungan antar manusia atau antar warga sekolah (habl min
dimensi keyakinan atau akidah dan syari‟ah sama halnya dengan bentuk
10
Ngainun Naim, Character Building ..., hal. 125
11
Muhaimin, Nuansa baru Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006) hal.
hal. 107
20
tetapi juga penting dalam rangka untuk memantabkan etos kerja dan etos
tugas dan tanggung jawab dengan baik. Selain itu juga agar tertanam
uang, tetapi merupakan bagian dari ibadah. Berbagai nilai akan dijelaskan
a. Nilai Ibadah
berikut:
mengabdi kepada-Ku.13
12
Agus Maimun dan Agus Zainul Fitri, Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan
Alternatif di Era Kompetitif, (Malang : UIN MALIKI PRESS, 2010) h.83
13
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’anil Karim Robbani , (Jakarta : Surya
Prisma Sinergi, 2013), h 523
21
bermuara pada satu tujuan mencari ridho Allah SWT. Suatu nilai ibadah
terletak pada dua hal yaitu sikap batin (yang mengakui dirinya sebagai
Nilai ibadah bukan hanya merupakan nilai moral etik, tetapi sekaligus
didalamnya terdapat unsur benar atau tidak benar dari sudut pandang
benar.15
14
Ibid hal. 599
15
Agus Maimun dan Agus Zainul Fitri, Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan
Alternatif Di Era Kompetitif, (Malang : UIN MALIKI PRESS, 2010) hal. 84
22
sangatlah urgen. Bahkan tidak hanya siswa, guru dan karyawan yang
alam.
16
Agus Maimun dan Agus Zainul Fitri, Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan ...,
hal..84
23
ibadah yang mahdoh dan khos (shalat) serta ibadah sosial (berbakti
kepada orang tua) berarti tanpa adanya jihad manusia tidak akan
menunjukkan eksistensinya.
kelola. (2) amanah dari pada orang tua, berupa: anak yang dititipkan
untuk dididik, serta uang yang dibayarkan, (3) amanah harus berupa
religious culture).
e. Keteladanan
24
yaitu: “ing ngarso sung tuladha, ing ngarso mangun karsa, tutwuri
handayan.”17
agama atau kebergaman dan harus ada pada setiap insan, setiap manusia
menjauhi larangan-Nya.
17
Ibid, hal.90
25
terdapat beberapa sikap religius yang tampak dalam diri seseorang dalam
orang lain, rendah hati, bekerja koefisien, visi ke depan, disiplin tinggi,dan
keseimbangan.19
begitu pahit. Dan Keadilan, merupakan salah satu skill seseorang yang
religius adalah mampu bersikap adil kepada semua pihak, bahkan saat ia
terdesak sekalipun. Mereka berkata, “pada saat saya berlaku tidak adil,
Bermanfaat bagi orang lain, Hal ini merupakan salah satu bentuk
sikap religius yang tampak dari diri seseorang. Sebgaaimana sabda Nabi
manusia lain”. Sedangkan Rendah hati, sikap rendah hati merupakan sikap
18
Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah..., hal. 116
19
Ibid, hal.67-68
26
dirinyalah yang selalu benar mengingat kebenaran juga selalu ada pada diri
mereka pada pekerjaan saat itu, dan begitu juga saat mengerjakan
terincim cara-cara untuk menuju kesana. Tetapi pada saat yang sama ia
dengan mantap menatap realitas masa kini. Selain itu juga berdisiplin
semangat penuh gairah dan kesadaran, bukan berangkat dari keharusan dan
disampaikan lewat mata pelajaran agama saja, tetapi juga guru pelajaran
umum.
20
Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah..., hal.67-68
27
agama saja. Pendidikan agama pun tidak hanya terbatas pada aspek
21
Ngainun Naim, Character Building Optimalisasi Peran Pendidikan dalam ..., hal. 125
28
ketika menghadapi sikap atau perilaku peserta didik yang tidak sesuiai
22
Ibid, hal. 128
29
berbagai kegiatan yang dilkukan oleh guru dan peserta didik. Oleh karena
sholat (masjid atau mushola); alat-alat shalat seperti sarung, peci, mukena,
Al-Qur‟an, adzan, sari tilawah. Selain itu untuk mendorong peserta didik
sekolah mencintai kitab suci dan meningkatkan minat peserta didik untuk
tentang nilai sosial, yaitu peserta didik bersosialisasi atau bergaul dengan
yang lainnya, nilai akhlak, yaitu dapat embedakan yang benar dan yang
Seperti suara, seni musik, seni tari, atau seni kriya. Seni adalah sesuatu
kekuasaan atau melali people’s power. Dalam hal ini, peran kepala
23
Ngainun Naim, Character Building Optimalisasi Peran Pendidikan dalam..., hal. 125-
129
31
yang baru.24
sekolah, para pendidik/guru dan semua tata usaha dan anggota masyarakat
yang ada di sekitar sekolah. Setelah itu peserta didik harus mengikuti dan
Pola hubungan dan pergaulan sehari-hari antara guru dengan guru, antara
dan bangsa.
26
Ibid, hal. 263
33
tertentu.
Selain faktor di atas yaitu harus adanya beberapa pihak yang ikut
tetapi juga dari pihak keluarga atau orang tua seperti yang dikemukakan
tanggung jawab orang tua dan sekolah. Menurut ajaran Islam, sejak anak
belum lahir sudah harus ditanamkan nilai-nilai agama agar si anak kelak
anak telah lahir, penanaman religius juga harus lebih intensif lagi. Di
anak. Selain itu, orangtua juga harus menjadi tauladan yang utama bagi
27
Ibid, hal. 266
34
rujukan.28
28
Ngainun Naim, Character Building Optimalisasi Peran Pendidikan dala ..., hal. 125
29
Departemen Pendidikan Nasional, Model Mata Pelajaran Lokal, (Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, 2006) hal. 3
35
pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahawa dalam satu
muatan lokal.30
Karena bahan muatan lokal sifatnya mandiri dan tidak terikat oleh
merencanakan pengembangan
30
Ibid, hal. 4-5
36
silabus.31
subtopik bahasan yang bernaung dalam bidang studi IPA dan IPS dan
31
Ibid, hal. 5
37
untuk mencari atau menyeleksi bahan muatan lokal yang sesuai dengan
peserta didik yang berbeda; seperti perbedaan sense akan nilai moral dan
dari proses belajar mengajar yang merupakan proses inti yang terjadi di
32
Aprilisa ningrum dalam http://sweetcher.blogspot.co.id/2012/10/pengembangan-
muatan-lokal.html diakses pada tgl 15 januari 2015 pukul: 11.28
33
Moh. Uzer Usman, Lilis Setiawati, “Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar”,
(Bandung: remaja Rosdakarya, 1993). hal. 22
34
Akhmad sudrajad, “Pedoman Kegiatan Ekstrakurikuler”, dalam http://akhmad
sudrajat.file.wordpress.com/2013/08/lampiran-iii-pedoman-kegiatan-ekstrakurikuler.pdf
diakses:29 april 2014
38
bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Hal ini
35
Al-khafiy dalam http. alkhafy.blogspot.com/.../pengembangan-pendidikan-agama-
islam.htm, diakses pada tanggal 16 januari 2015
36
Bedalyzone.blogspot.cp.id/2014/01/lepesantrenan.html?m=1. diakses pada tanggal 29
November 15, pkl. 11.40 wib
39
sistem pendidikan yang tumbuh dan lahir dari kultur Indonesia yang
program ini merupakan program unggulan yang menjadi ciri khas suatu
siswa.
sekedar Muslim.38
37
Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi, (Penerbit : Erlangga, tt) hal. 82
38
Binti Maunah, Tradisi Intelektual Santri, (Yogyakarta: Teras, 2009) hal. 26
40
39
Aprilisa ningrum dalam http://sweetcher.blogspot.co.id/2012/10/pengembangan-
muatan-lokal.html diakses pada tgl 15 januari 2015 pukul: 11.28
41
(3S) atau dalam aplikasinya yaitu mencium tangan guru sebelum masuk
kelas dan mengucap salam ketika bertemu guru, selain itu pembiasaan
sholat berjama‟ah dhuhur dan dhuha dan kegiatan keagamaan lain yang
berupa action atau penerapan langsung seperti istighosah dan majlis dzikir.
Namun selain itu juga ada yang membutuhkan pengajaran di dalam kelas
tenggang rasa, toleran dan rasa hormat. Hal-hal yang perlu dilakukan
landasan normatif yang kuat. Dalam al-Qur‟an surat al- hujurat ayat: 10
40
Ibid, hal. 117
42
arus globalisasi juga karena piranti untuk penangkal arus budaya negatif
nilai luhur tersebut yang sangat dibutuuhkan oleh generasi saat ini.
baik siswa, guru maupun karyawan adalah salah satu bentuk pemberian
religius culture).
e. Shalat dhuha
f. Tadarus al-Qur‟an
pada sikap dan perilaku positif, dapat mengontrol diri, dapat tenang,
Allah SWT.) Jika manusia sebagai hamba selalu dekat dengan sang
siswa-siswi yang memiliki tiga dasar yaitu iman, Islam, ihsan atau
Islam, dapat dibentuk melalui sistem pendidikan yang integratif. Yaitu sistem
42
Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah... , hal. 117-120
43
Mujtahid, Reformulasi Pendidikan Islam Meretas Mindset Baru, Meraih Peradaban
Unggul. (Malang : UIN Maliki Press, 2011) hal. 109.
45
Karena muatan lokal merupakan suatu ciri khas yag dimiliki oleh sekolah
ilmu, diantaranya adalah diperoleh atau tidaknya ilmu tidak hanya semata-
hati untuk berusaha, tetapi sangat bergantung pada kesucian hati, do‟a restu
kiai-ustadz dan upaya ritual lainnya, seperti puasa sunnat, salat malam, do‟a
ritual lainnya‟.44
yang berlaku di pesantren adalah sikap hormat, takzim, dan kepatuhan kepada
para kepatuhan kepada para kiai dan ustadz, ulama pengarang kitab, dan kitab
yang dipelajarainya dan sistem tersebut merupakan bagian intregal dari ilmu
yang akan dikuasainya. Sedangkan menurut Nur Ali dalam buku yang sama,
44
Ibid, h. 125
46
religius di atas.
seperti apa yang ada di lingkungan pesantren, yaitu dengan mencotoh akhlak
wujud keta‟dziman atau bentuk rasa hormat santri kepada kyainya dan
sholat berjama‟ah dhuha dan berakhlak (hablum minan nas) seperti bersikap
perbuatan menanamkan sesuatu pada tempat yang semestinya (dalam hal ini
mengenai niai-nilai agama Islam yang berupa nilai keimanan, nilai ibadah dan
45
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam. Upaya ..., hal. 304
47
nilai akhlak pada diri seseorang agar terbentuk pribadi muslim yang Islami).
Dan dalam upaya penanaman tersebut terdapat beberapa metode yang dapat
tujuan secara efektif dan efisien dalam menanamkan nilai-nilai agama Islam.
a. Metode Keteladanan
b. Metode Pembiasaan
c. Metode nasehat
d. Metode Perhatian/Pengawasan
e. Metode Hukuman.46
madrasah, ada beberapa hal yang perlu diterapkan atau dicontohkan oleh
ada di pesantren yang menjadikan suatu ciri khas pada pesantren tersebut.
46
http://mustanginbuchory89.blogspot.co.id/2015/06/penanaman-nilai-nilai-agama-
islam.html, diaksespada tgl 3 februari 2016 pukul 15.05
48
4. Semangat menolong diri sendiri amat terasa dan nyata di kalangan santri di
pondok pesantren
5. Jiwa tolong-menolong dan persaudaraan sangat mewarnai pergaulan
pondok pesantren
6. Pendidikan disiplin sangat ditekankan dalam kehidupan pondok
pesantren.47
tawadhu‟ memang merupakan sikap yang baik, sikap yang harus dimiliki oleh
santri. Tidak ubahnya sikap yang harus dimiliki siswa terhadap gurunya.48
olah tidak ada jarak yang memisahkan mereka, terlihat ketika mereka
walaupun demikian dalam interaksi sosial ini, santri tetap menujunjung tinggi
mencontoh suri tauladan yang baik yang dimiliki oleh pesantren. Maka
47
Binti Maunah, Tradisi Intelektual Santri, (Yogyakarta: Teras, 2009) hal. 32
48
Ibid, hal.. 130
49
tangan ketika bertemu dengan guru; Bertutur kata sopan, Rajin beribadah
dzuhur berjama‟ah
mencintai hal baik (berpakaian rapi, suk tempat bersih) dan peduli orang
Panggung Tulungagung.
Penelitian ini ditulis oleh : Ahmad Zaki Ghufron (2015) , dan hasil
saat istirahat, sholat dhuhur berjama‟ah, istighosah setiap satu bulan sekali,
51
ziaroh kubur auliya setiap tahun sekali, tahfizul qur‟an, pondok romadhon,
Trenggalek (2015)
dilaksanakan enam kali dalam satu minggu yaitu setiap hari senin sampai
sabtu sebelum bel berbunyi pada pukul 06.30-07.00 dari kelas 1 sampai
sekolah yang terlibat langsung dan menjadi contoh atau tauladan yang
baik, motivasi dan dukungan orang tua, antusias dan semangat siswa yang
tinggi dan adanya sarana dan prasaran yang mendukung, dan terakhir
dan teknis analisis data yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan
akan terlihat ciri khas pada penelitian ini, karena setiap penelitian memiliki
sekedar hal itu saja yang membedakan penelitian satu dengan yang lainya.
kesamannya.
- Teknik analisis
data
3. Religiusitas Siswa Di Ma Al- - Pendekatan dan - Fokus
Ma‟arif Pondok Pesantren jenis penelitian penelitian
Panggung Tulungagung., oleh sama : kualitatif - Lokasi
Ahmad Zaki Ghufron (2015) deskriptif penelitian
- Teknik - Pengecekan
pengumpulan keabsahan
data data
- Teknik analisis
data
4 Pembiasaan Shalat Dhuha Dalam - Pendekatan - Fokus
Pembinaan Nilai-Nilai Religius penelitian penelitian
Siswa Di Mi Jumog Tumpuk - Variabel - Alat yang
Kecamatan Tugu Kabupaten penelitian sama digunakan
Trenggalek (2015) oleh Ika yaitu untuk berbeda
yuanita sari menanamkan - Lokasi
nilai-nilai penelitian
religius - Pengecekan
- Teknik keabsahan
pengumpulan data
data
- Teknik analisis
data
- Tahap-tahap
penelitian
E. Paradigma Penelitian
yang bukan hanya memiliki pengetahuan yang luas, pemikiran yang cerdas
dan kritis tetapi juga harus mampu membentuk manusia yang memiliki
keimanan yang kuat dan mantab serta memiliki akhlak yang mampu menjadi
tinggi agamanya dalam segala keadaan dan jaman seperti saat ini, yang penuh
tantangan dan godaan dengan adanya era globalisasi, umat muslim harus tetap
berusaha untuk tidak menyimpang dari Qur‟an dan hadits. Pendidikan Islam
pendidikan umum, tidak boleh tergeser keurgensiannya, baik dari segi sistem
Saat ini moral bangsa semakin turun terlihat dari perilaku atau akhlak
para remaja sebagai peserta didik yang tidak baik, pergaulan bebas serta
antara madrasah dan pesantren memiliki hubungan yang sangat erat terkait
pendidikan dan pengajaran yang ada di Madrasah dan sistem yang ada di
keagamaan yang mencakup tiga hal, yaitu iman, ibadah dan akhlak. Kegiatan-
aktif di dalamnya baik siswa maupun guru, sehingga terciptalah suasana dan
PROGRAM KEPESANTRENAN
1. Bagaimana
perencanaan program
PLANING
kepesantrenan dalam
menanamkan nilai-
nilai religius siswa
2. Bagaimana
pelaksanaan program ACTUATING
kepesantrenan dalam
menanamkan nilai-
nilai religius siswa
3. Bagaimana
pelaksanaan program EVALUATING
kepesantrenan dalam
menanamkan nilai-
nilai religius siswa
MENANAMKAN NILAI-
NILAI RELIGIUS