Anda di halaman 1dari 28

PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

Bab III
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
Analisis isu-isu strategis mencakup analisis permasalahan pembangunan daerah dan
analisis isu strategis daerah. Analisis permasalahan pembangunan daerah berisi analisis
terhadap kesenjangan antara kinerja yang dicapai dengan target kinerja yang
direncanakan serta faktor-faktor penentu keberhasilannya. Analisis isu strategis berisi
analisis terhadap isu strategis pada level nasional dan global yang akan mempengaruhi
perjalanan pembangunan hingga 2025.
III.1 Permasalahan Pembangunan Daerah
Permasalahan yang signifikan mempengaruhi pembangunan daerah Kota Makassar
hingga tahun 2025 dapat dilihat berdasarkan urusan sebagai tabel berikut:

Tabel 3.1
Identifikasi Permasalahan Pembangunan untuk Penentuan Program Prioritas
Kota Makassar
No BIDANG URUSAN INTERPRETASI PERMASALAHAN PEMBANGUNAN FAKTOR –FAKTOR
DAN INDIKATOR DAERAH PENENTU
Belum tercapai
KINERJA KEBERHASILAN
(<)
PENYELENGGARAA
N PEMERINTAH
Sesuai (=)
DAERAH
Melampaui (>)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Pendidikan (>) 1 Distribusi guru pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah
tidak merata sesuai dengan
kualifikasi dan kompetensi yang
dibutuhkan. Pada sekolah di pulau-
pulau, selain guru yang
ditempatkan di sana sebagian
kompetensinya terbatas, juga
kehadirannya kurang optimal,
sehingga rasio guru yang aktif
dengan jumlah siswa rendah.
2 Jumlah penduduk buta huruf masih
tinggi, baik yang berusia produktif
maupun yang sudah berusia tidak
produktif. Meskipun secara
prosentase penduduk buta huruf
Kota Makassar terendah di
Sulawesi Selatan, tetapi dari segi
jumlah sangat besar.
3 Belum tercukupinya
sarana/prasarana pendidikan dasar
dan menengah, khususnya dalam
mengaplikasikan pembelajaran
berbasis teknologi informasi serta
kelengkapan perpustakaan.

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 1


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

4 Masih rendah dan belum


meratanya kompetensi guru dalam
proses belajar-mengajar. Selain
dalam hal penguasaan materi
pelajaran yang difasilitasi, juga
terkait dengan kompetensi dalam
penguasaan teknologi
pembelajaran, khususnya
pemanfaatan teknologi informasi.
5 Belum tercukupinya
sarana/prasarana pendidikan dasar
dan menengah, khususnya dalam
mengaplikasikan pembelajaran
berbasis teknologi informasi serta
kelengkapan perpustakaan.
6 Rasio antara guru dengan sekolah,
rasio antara guru dengan murid,
rasio murid dengan sekolah belum
mencapai kondisi ideal, terutama
pada kawasan padat penduduk
jumlah sekolah belum mencukupi
kebutuhan.
7 Masih kurangnya pendidikan
tentang kebudayaan daerah
terhadap murid/siswa sebagai
upaya dalam merespons budaya
global.
2. Kesehatan 1 Tingkat pelayanan kesehatan
masyarakat masih rendah. Kasus
penolakan pasien dan
penelantaran pasien miskin sering
menjadi isu publik. Di sisi lain,
pemerintah provinsi dan kota telah
menjalankan kebijakan kesehatan
gratis. Tantangan kedepan terkait
masalah ini adalah pelaksanaan
sistem jaminan kesehatan nasional
yang memerlukan sosialisasi
komprehensif, kesiapan sistem
yang akurat, dan komitmen
pelayanan yang tinggi. Selain itu,
diperlukan perbaikan terus-
menerus atas terobosan pelayanan
yang langsung ke rumah (terutama
rumah miskin) dalam 24 jam.
2 Sarana dan prasarana puskesmas,
poliklinik dan pustu masih kurang
jumlahnya dan kualitasnya agak
rendah, terutama di pulau-pulau
dan pinggiran kota. Selain itu,
sistem dan teknologi dalam
pelayanan posyandu agak
tertinggal dengan dinamika
perkembangan dan kebutuhan.
3 Tenaga medis dan perawat
terbatas jumlahnya, khususnya
yang melayani masyarakat pulau-
pulau dan pinggir kota. Kualitas
tenaga kesehatan juga sebagian
masih rendah.

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 2


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

4 Belum berkembangnya perilaku


hidup sehat pada sebagian
masyarakat, selain itu pemahaman
dan kesadaran tentang kesehatan
lingkungan masih terbatas,
termasuk kurangnya pemahaman
tentang septik-tank yang ramah
lingkungan dan konsumsi air
bersih yang layak minum,
khususnya pada pemukiman padat.
5 Dengan bertambahnya jumlah
penduduk termasuk penduduk usia
muda tantangan yang dihadapi
adalah rendahnya kualitas
kesehatan penduduk, tingginya
angka kematian bayi dan angka
kematian ibu serta tingginya
proporsi anak balita yang
mengalami gizi kurang. Sehingga
untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan penyelenggaraan
pembangunan bidang kesehatan
dibutuhkan upaya pengembangan
1.000 Hari Pertama Kehidupan.
3. Pekerjaan Umum Belum 1 Rendahnya porsi panjang jalan 1. Membangun tol
memenuhi dibanding jumlah kendaraan, layang dalam kota.
khususnya terkait dengan belum 2. Memperlebar badan
berfungsinya jalan alternatif dari jalan.
jalan utama selama ini. Porsi jalan 3. Membuat jalan
berkualitas dan berkapasitas baik alternatif
juga belum sepenuhnya tercapai, 4. Membatasi jumlah
sebagian jalan mengalami angkutan kota
kerusakan pada musim hujan.
Belum 2 Masih kurangnya under-pass pada 1. Membangun tol
memenuhi pada panjang jalan di titik tertentu. layang dalam kota.
Titik-titik ini potensil menyebabkan 2. Memperlebar badan
macet. Ini berkonsekuensi pada jalan.
perlunya penambahan ruas jalan 3. Membuat jalan
dengan membangun jalur bebas alternatif
hambatan atau tol dalam kota, 4. Membatasi jumlah
serta penambahan jalur-jalur lain angkutan kota diganti
menuju keluar kota. dengan angkutan
massal
Belum 3 Efektivitas kanal dan drainase 1. Menormalisasikan
memenuhi dalam menampung dan kanal
mengalirkan air masih rendah. 2. Ini terkait dengan
masih kurangnya
intersection drainase
sehingga sedimetasi
kanal tinggi, dengan
sedimentasi tinggi maka
fungsinya terganggu. Ini
berkonsekuensi pada
perlunya revitalisasi
kanal dan pengadaan
rumah pompa dan pintu
air di setiap muara,
pengembangan
koneksivitas drainase
antara perumahan
dengan perumahan

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 3


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

yang sementara
dibangun, serta
peninggian jalan pada
kawasan cekungan
rawan banjir.

4 Meskipun telah tercapai 1. Penambahan IPA


peningkatan akses air bersih Mamminasata.
dimana hingga tahun 2015 jumlah 2. Membangun
rumah tangga yang dapat waterpump
mengakses air bersih sebesar
60,42% yang bersumber dari PDAM
dan Sumur Bor/Pompa, sekitar 40%
sisanya merupakan tantangan yang
harus dipenuhi akses air bersihnya.
Belum 5 Adanya tantangan peningkatan 1. Penambahan IPAL
memenuhi akses sanitasi khususnya komunal dan IPAL
penggunaan IPAL Komunal, IPAL kawasan dan
Industri Rumah Tangga dan IPAL pembangunan IPAL
Kawasan serta peningkatan Losari
pemeliharaan bak kontrol bagi
rumah tangga yang telah memiliki
sambungan rumah dalam rangka
pencapaian target program kota
tanpa kumuh
4. Perumahan Belum 1 Rumah tangga yang tidak memiliki 1. Membangun rumah
memenuhi rumah atau tinggal pada rumah rumah susun
tidak layak huni masih banyak,
khususnya pada rumah tangga
miskin.
2 Sebagian permukiman belum 1. Perbaikan rumah bagi
tertata dengan baik. Ini terutama Masyarakat
pada lorong-lorong, kawasan Berpenghasilan Rendah
kumuh, pinggiran kota, dan pulau- (MBR)
pulau. Kekumuhan ini
berdampingan dengan realitas
kemiskinan pada sebagian
penghuninya.
3 Realitas rumah tidak layak huni dan 1. Perbaikan lingkungan
pemukiman kumuh permukiman pada
berkonsekuensi pada perlunya kawasan kumuh
penataan dan pengembangan
rumah susun sewa bagi masyarakat
berpenghasilan rendah akibat
keterbatasan lahan dan tingginya
nilai lahan; perlunya pembenahan,
peremajaan, pemugaran,
permukiman kembali pada
kawasan kumuh seluas 740 Ha
tersebar pada 103 kelurahan;
perlunya dikembangkan rumah
deret dan rumah khusus nelayan
dan pekerja; dan perlunya

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 4


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

dikembangkan apartemen lorong.

5. Penataan Ruang 4 Kawasan terbuka hijau masih 1. Menambah luasan


terbatas, luasnya belum mencapai Ruang Terbuka Hijau
batas minimal untuk sebuah kota. 2. Penambahan luas
Jalur swasta, pemerintah maupun kawasan privat dan
komunitas belum optimal taman tematik
mengembangkan taman kota.
5 Peruntukan ruang masih banyak Peraturan Daerah
yang tidak sesuai dengan arahan Rencana Detail Tata
rencana tata ruang wilayah. Ruang
Program indikatif dalam RTRW dan
RDTR masih banyak yang belum
diimplementasikan dengan
konsisten. Ini juga terkait dengan
pengawalan dan penegakan
RTRWdan RDTR yang kurang
optimal.
6 Masih terdapatnya perubahan alih Revisi Peraturan
fungsi dari lahan fasilitas Daerah Fasum dan
umum/fasilitas sosial khususnya Fasos
pada kompleks perumahan. Ruang
publik lainnya juga banyak yang
mengalami alih fungsi karena
pemanfaatan untuk pembangunan
atau bisnis swasta.
7 Kurang diperhatikannya RDTR,
RTBL, Rencana Tapak dalam
pembangunan permukiman dan
perumahan.
6. Perencanaan 1 Data dan informasi perencanaan
Pembangunan belum tersedia dengan substansi
dan akurasi yang sesuai dengan
indikator kinerja kunci/utama yang
dibutuhkan dalam pembangunan
daerah sesuai dengan peraturan
baru (PP 06/2008, Permendagri
54/2010 dan Permenpan 20/2008).

2 Penyelenggaraan musrenbang Menyusun buku


belum sepenuhnya mencapai petunjuk teknis
efektivitas dalam mensinkronkan pelaksanaan
antara arahan top-down Musrenbang
(rancangan RKPD) dengan aspirasi
masyarakat terkait permasalahan
pembangunan daerah.

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 5


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

7 Perhubungan 1 Masih seringnya terjadi Melakukan rekayasa


kemacetan lalu lintas pada ruas- lalulintas
ruas jalan tertentu dan pada waktu
tertentu. Sebagian dari kemacetan
itu disebabkan oleh faktor
eksternal tupoksi urusan seperti
karena adanya demontrasi atau
keramaian di pinggir jalan.
Sebagiannya lagi memang
disebabkan oleh rasio jumlah
kendaraan dengan panjang jalan
yang tidak seimbang, kurang
efektifnya rambu lalu lintas, serta
kesemrautan parkir.
2 Belum berkembangnya sistem Pembangunan
angkutan massal yang terkelola monorail
sebagai moda transportasi modern
berbasis teknologi komunikasi dan
informatika.
3 Keberadaaan pedagang kaki lima Pembangunan PKL
pada badan jalan menyebabkan center
penyempitan jalan dan
mengganggu drainase.
4 Terbatasnya personil pengaturan Penambahan personil
lalu lintas dan rendahnya brigade anti macet
kesadaran masyarakat terhadap
perilaku tertib berlalu-lintas
8 Lingkungan Hidup 1 Masih buruknya perilaku Melakukan sosialisasi
masyarakat dalam mengelola dan dan penegakan perda
membuang sampah. Dalam
pengelolaan sampah masyarakat
belum memisahkan sampah basah
dan sampah kering. Dalam
membuang sampah masih banyak
masyarakat yang melakukannya di
tempat umum seperti jalan raya.
Kesadaran masyarakat untuk
membersihkan sampah di tempat
umum masih sangat rendah.
2 Adanya pencemaran air pada lokasi Mengintensifkan
industri, pemukiman, pasar, kanal pengendalian
dan selokan, dan pantai. Ini diikuti pencemaran
dengan pencemaran tanah dan
udara.
3 Semakin berkurangnya sumber Membuat biopori
mata air. Ini disebabkan oleh daya
serap tanah atas air yang makin
rendah.
4 Masih lemahnya penegakan Melakukan sosialisasi
regulasi lingkungan, termasuk pada stakeholder
penegakan dokumen Amdal pada terkait penegakan
aktivitas usaha/pembangunan. hukum dibidang
lingkungan
5 Masih rendahnya kesadaran dan Melakukan sosialisasi
upaya dari para stakeholder untuk terkait perubahan iklim
merespon fenomena perubahan
iklim dalam bentuk tindakan
adaptasi dan mitigasi.

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 6


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

9 Pertanahan 1 Masih terdapatnya lahan yang alas Melakukan


haknya atau sertifikatnya tumpang inventarisasi terkait
tindih. Ini potensil mengakibatkan lahan milik pemkot
konflik dan sengketa pertanahan
serta menghambat pemanfaatan
lahan untuk kepentingan publik.

2 Belum akuratnya data status lahan Melakukan


yang bersertifikat dan yang tidak inventarisasi terkait
bersertifikat, serta data lahan yang lahan milik pemkot
milik negara dan lahan milik
masyarakat.
10. Kependudukan dan 1
Catatan Sipil

2 Masih adanya warga belum Penjangkauan langsung


memiliki kartu penduduk, akta kepada masyarakat
kelahiran dan akta nikah. yang belum memiliki
dokumen
kependudukan
11 Pemberdayaan 1 Eksploitasi pekerja di bawah umur Kerjasama dengan
Perempuan dan dan kasus trafficking masih terjadi. lintas sektor
Perlindungan Anak

12 Keluarga Berencana 1 Masih tingginya fertility rate


dan Keluarga (tingkat kelahiran) khususnya pada
Sejahtera keluarga miskin.
2 Masih tingginya jumlah keluarga
prasejahtera.
13 Sosial 1 Anak Jalanan dan Penyandang
masalah kesejahteraan sosial terus
bertambah. Selain disebabkan oleh
masalah sosial perkotaan, sebagian
dari PMKS merupakan migran dari
luar kota.
2 Tingginya kerentanan atas bencana
dan masih terbatasnya kapasitas
dalam menangani bencana,
khususnya bencana kabakaran.
3 Data tentang kemiskinan tidak
seragam sehingga hal ini
mempengaruhi proses penanganan
pengentasan kemiskinan.
14 Ketenagakerjaan 1 Masih kurangnya bursa tenaga
kerja. Ini berefek pada kurang
efektifnya informasi lapangan kerja
diketahui oleh pencari kerja, begitu
pula perusahaan yang
membutuhkan tenaga kerja kurang
mengetahui potensi pencari kerja
yang ada.
2 Masih besarnya jumlah angkatan
kerja yang belum mendapatkan
pekerjaan. Jumlah ini juga banyak
diisi oleh pencari kerja dari luar
Kota Makassar.

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 7


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

3 Masih kurangnya pemberlakuan


Jamsostek bagi semua perusahaan.
Ini juga disertai dengan seringnya
muncul masalah terkait penerapan
hubungan industrial.

4 Hubungan antara tenaga kerja


dengan pengusaha yang kurang
kondusif mempengaruhi nilai
investasi sehingga untuk
menciptakan iklim yang kondusif
antara tenaga kerja dan pengusaha
dibutuhkan upaya perlindungan
dan pengembangan pengawasan
ketenaga kerjaan serta
pengembangan hubungan
industrial dan lembaga ketenaga
kerjaan.
15 Koperasi, Usaha 1 Masih rendahnya kapasitas SDM
Kecil dan Menengah pengusaha kecil dan menengah
dalam produksi dan pemasaran
hasil UKM.
2 Belum berkembangnya koperasi
sebagai gerakan sosial yang
melembaga dalam masyarakat.
Koperasi lebih bermakna sebagai
usaha ekonomi dengan orientasi
profit tetapi kurang berkembang
sebagai wahana kemasyarakatan.
16 Penanaman Modal 1 Masih adanya regulasi terkait
penanaman modal yang masih
terpusat di Jakarta. Ini berakibat
pada lambatnya penyelesaian
layanan investasi.
2 Belum adanya Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (PTSP). Ini juga
berakibat pada lambatnya
penyelesaian izin investasi.
17 Kebudayaan 1 Tidak aktualnya nilai budaya
maritim sebagai identitas dan
warisan sejarah orang Makassar.
Budayawan, tokoh masyarakat,
pengamat sejarah dan pemangku
kepentingan Kota Makassar
menggambarkan bahwa masa lalu
dan masa depan Makassar adalah
sebagai Kota Martim. Tetapi, nilai-
budaya kemaritiman belum
signifikan sebagai identitas warga
Kota Makassar.
2 Masih minimnya kekayaan budaya
lokal asli (cagar, situs, dan benda
budaya) yang dikembangkan dan
dilestarikan, sehingga ia kurang
optimal berfungsi sebagai daya
tarik wisata maupun sebagai
warisan sejarah bagi generasi
muda.

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 8


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

3 Masih minimnya apresiasi seni-


budaya yang bisa mengaktualkan
keragaman budaya Makassar dan
Sulawesi Selatan secara umum ke
pentas nasional dan internasional.
Ia juga terkait dengan aktivitas
pusat kesenian dan kebudayaan
yang kurang bergaung.
18 Kepemudaan dan 1 Masih kurangnya atlet berprestasi
Olah Raga nasional maupun internasional baik
olah raga perorangan maupun olah
raga beregu. Cabang olah raga
yang pernah menjadi kebanggaan
dan identitas Kota Makassar yakni
sepak bola dan olah raga perairan,
saat ini kurang berkembang.

2 Masih kurangnya event olahraga


nasional maupun internasional.
Kota Makassar sudah lama tidak
menjadi tuan rumah pekan olah
raga nasional (PON), juga tidak
pernah menjadi tempat
penyelenggaraan kompetisi olah
raga bertaraf internasional seperti
kejuaran sepakbola dan
bulutangkis antar klub level dunia.
3 Terbatasnya sarana dan prasana
olahraga yang bisa digunakan
untuk event nasional dan
internasional.
19 Kesatuan Bangsa 1 Banyaknya gangguan ketertiban,
dan Politik Dalam keamanan dan kenyamanan karena
Negeri kenakalan remaja, demonstrasi dan
tauran mahasiswa/pelajar, serta
konflik antar kelompok.

2 Rendahnya kesadaran dan


pengetahuan politik masyarakat
yang berefek pada partisipasi
politik yang rendah.
3 Lemahnya kapasitas partai politik
dalam pendidikan politik
masyarakat yang berefek pada
pemahaman dan kualitas praktek
demokrasi yang rendah.
20 Otonomi Daerah, 1 Masih besarnya jumlah penduduk
Pemerintahan miskin. Kordinasi program
Umum, penanggulangan kemiskinan yang
Administrasi dijalankan oleh pemerintah
Keuangan Daerah, maupun pihak non pemerintah
Perangkat Daerah, belum efektif melindungi dan
Kepegawaian dan memberdayakan rumah tangga
Persandian miskin dan rentan miskin.

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 9


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

2 Belum optimalnya fungsi polisi


pamong praja dalam pemeliharaan
ketertiban, ketenteraman dan
kenyamanan dalam masyarakat. Ini
terkait dengan jumlah polisi
pamong praja dan petugas
perlindungan masyarakat yang
rasionya belum berimbang
sehingga jam patroli dalam 24 jam
oleh satpol PP masih terbatas.
3 Belum optimalnya pelayanan
perizinan terpadu. Meskipun
kantor pelayanan terpadu sudah
berfungsi, tetapi beberapa tahapan
pelayanan secara teknis masih
harus berlangsung pada SKPD
terkait, sehingga mempengaruhi
efektivitas pelayanan serta
kepuasan masyarakat yang
dilayani.
4 Belum optimalnya kapasitas
legislasi daerah dan masih
lemahnya penegakan regulasi
daerah. Sejumlah Perda dan
Perwali untuk berbagai bidang
belum sepenuhnya
terimplementasikan. Ini terkait
dengan lemahnya upaya
penegakan dan pengawasan dari
pelaksanaan regulasi daerah
tersebut, termasuk fungsi Satpol
PP di dalamnya.
5 Belum optimalnya kompetensi dan
profesionalisme aparatur. Sebagian
aparatur terbatas kompetensinya
dalam tugas teknis dan substantif
pemerintahan, pembangunan dan
pelayanan. Ini berkonsekuensi
pada tidak optimalnya capaian
kinerja.
6 Belum optimalnya transparansi
dalam penyelenggaraan
pembangunan dan pemerintahan.
Ini terkait dengan belum terbuka
penuhnya akses informasi bagi
masyarakat/publik tentang
program/kegiatan serta
pembiayaannya. Ini juga terkait
dengan fungsi pengawasan yang
belum sepenuhnya efektif
mencegah dan menangani
penyimpangan adminstratif dalam
penyelenggaraan pembangunan
dan pemerintahan. Ini juga terkait
dengan masalah masih kurangnya
aparat PPNS.
21 Ketahanan Pangan 1 Masih lemahnya pemantauan dan
pengendalian keamanan pangan.
Ini mengakibatkan rentannya
masyarakat konsumen atas pangan
yang kurang higenis, kadaluarsa,

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 10


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

ataupun tidak halal.

2 Masih adanya penduduk dan balita


gizi buruk atau gizi kurang. Ini
disebabkan oleh adanya rumah
tangga-rumah tangga yang tingkat
kemiskinannya parah dan kurang
memiliki wawasan gizi.
22 Pemberdayaan 1 Masih kurangnya keberlanjutan
Masyarakat dan program pemberdayaan
Kelurahan masyarakat. Ini ditandai dengan
banyaknya kelembagaan (seperti
KSM, BKM, BPSPAM, KPP, BPS)
ataupun hasil fisik pemberdayaan
seperti jalan setapak, sarana air
minum, dan sebagainya yang tidak
terpelihara.
2 Belum optimalnya pemberdayaan
masyarakat. Ini terlihat dengan
belum berkembangnya kelompok
binaan lembaga pemberdayaan
masyarakat (LPM).
3 Belum optimalnya identifikasi
swadaya masyarakat. Ini berakibat
pada tidak adanya pemetaan
swadaya masyarakat untuk
menjadi dasar bagi pembangunan
selanjutnya.
4 Terbatasnya kapasitas
pemerintahan kelurahan dalam
pemberdayaan masyarakat untuk
penanganan masalah spesifik lokal
terkait pendataan kependudukan,
penguatan RT/RW, penguatan
lembaga pemberdayaan
masyarakat (LPM), dan sebagainya.

24 Kearsipan 1 Belum optimalnya sistem dan Membuat Standar


manajemen kearsipan pada SKPD Operasional Prosedur
dalam dalam menerapkan standar tentang kearsipan
yang baku.
25 Komunikasi Dan 1 Belum optimalnya komunikasi dan Melakukan sosialisasi
Informatika informasi daerah. Proses dan
capaian pembangunan serta
kebijakan yang berjalan belum
terkomunikasikan optimal kepada
pemangku kepentingan, khususnya
lapisan masyarakat bawah.
2 Masih kurangnya implementasi Penambahan sistem
electronic government. Fungsi informasi elektronik
pelayanan dan pemerintahan
belum tertata secara kordinatif
dalam suatu sistem informasi
elektronik yang menjamin
efektivitas dan transparansi.

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 11


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

26 Perpustakaan 1 Masih rendahnya kapasitas SDM Peningkatan kualitas


serta sarana perpustakaan dalam SDM dan peningkatan
mendorong dan melayani sarana perpustakaan
2 Masih terbatasnya koleksi bahan Menambahn koleksi
bacaaan perpustakaan. Selain buku
bahan bacaan dalam bentuk buku
secara fisik, perpustakaan juga
belum optimal dalam koleksi bahan
bacaan berbasis elektronik.
27 Pertanian 1 Lemahnya inovasi dalam Melakukan inovasi
pengembangan pertanian kota. pertanian perkotaan
Sementara itu lahan pertanian padi
sawah semakin terkonversi untuk
perumahan dan peruntukan
lainnya.
28 Pariwisata 1 Belum optimalnya pengembangan Membangun ikon
potensi daya tarik wisata dan wisata yang baru
destinasi wisata pada pulau-pulau
kecil, kawasan pantai, kawasan
pusat perbelanjaan, kawasan pusat
kuliner, kawasan ekosiwisata,
kawasan pinggiran kanal dan
kawasan lainnya.
29 Kelautan dan 1 Belum optimalnya pemberdayaan Melakukan pelatihan
Perikanan masyarakat pesisir dan pulau, teknis kepada
termasuk kordinasinya dengan masyarakat pesisir
pemenuhan pelayanan dasar.
2 Masih kurangnya pelestarian Melakukan konservasi
ekosistem laut dan pesisir. Ini mangrove dan terumbu
berefek pada degradasi lingkungan karang buatan
pesisir, khususnya mangrove yang
terus menyusut.
3 Masih terjadinya abrasi pantai. Membangun pemecah
Abrasi pantai disebabkan oleh tidak ombak
adanya penahan gelombang
sehingga pasir terbawa air.
4 Belum optimalnya produksi Melakukan penerapan
penangkapan dan pengolahan hasil teknologi penangkapan
perikanan. ikan
30 Perdagangan 1 Belum optimalnya penataan pasar Melakukan penataan
tradisional. Pasar tradisional dan pengembangan
cenderung makin terpinggirkan pasar tradisional
oleh kehadiran pasar swalayan,
mini market dan super market.

2 Masih rendahnya daya saing Melakukan agroindustri


komoditi. Ini menyebabkan nilai dan home industri
ekspor komoditas rendah.
31 Perindustrian 1 Masih minimnya peningkatan nilai Melakukan
tambah produk industri. Industri pendampingan dan
kecil dan rumah tangga kurang penerapan teknologi
berkembang, sementara itu serta penambahan
industri besar juga belum berdaya modal usaha.
saing.

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 12


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

III.1.1. Pendidikan
1. Distribusi guru pada jenjang pendidikan dasar dan menengah tidak merata sesuai
dengan kualifikasi dan kompetensi yang dibutuhkan. Pada sekolah di pulau-
pulau, selain guru yang ditempatkan di sana sebagian kompetensinya terbatas,
juga kehadirannya kurang optimal, sehingga rasio guru yang aktif dengan jumlah
siswa rendah.
2. Jumlah penduduk buta huruf masih tinggi, baik yang berusia produktif maupun
yang sudah berusia tidak produktif. Meskipun secara prosentase penduduk buta
huruf Kota Makassar terendah di Sulawesi Selatan, tetapi dari segi jumlah sangat
besar.
3. Belum tercukupinya sarana/prasarana pendidikan dasar dan menengah,
khususnya dalam mengaplikasikan pembelajaran berbasis teknologi informasi
serta kelengkapan perpustakaan.
4. Masih rendah dan belum meratanya kompetensi guru dalam proses belajar-
mengajar. Selain dalam hal penguasaan materi pelajaran yang difasilitasi, juga
terkait dengan kompetensi dalam penguasaan teknologi pembelajaran,
khususnya pemanfaatan teknologi informasi.
5. Belum tercukupinya sarana/prasarana pendidikan dasar dan menengah,
khususnya dalam mengaplikasikan pembelajaran berbasis teknologi informasi
serta kelengkapan perpustakaan.
6. Rasio antara guru dengan sekolah, rasio antara guru dengan murid, rasio murid
dengan sekolah belum mencapai kondisi ideal, terutama pada kawasan padat
penduduk jumlah sekolah belum mencukupi kebutuhan.
7. Masih kurangnya pendidikan tentang kebudayaan daerah terhadap murid/siswa
sebagai upaya dalam merespons budaya global.
III.1.2. Kesehatan
1. Tingkat pelayanan kesehatan masyarakat masih rendah. Kasus penolakan pasien
dan penelantaran pasien miskin sering menjadi isu publik. Di sisi lain, pemerintah
provinsi dan kota telah menjalankan kebijakan kesehatan gratis. Tantangan
kedepan terkait masalah ini adalah pelaksanaan sistem jaminan kesehatan
nasional yang memerlukan sosialisasi komprehensif, kesiapan sistem yang
akurat, dan komitmen pelayanan yang tinggi. Selain itu, diperlukan perbaikan
terus-menerus atas terobosan pelayanan yang langsung ke rumah (terutama
rumah miskin) dalam 24 jam.
2. Sarana dan prasarana puskesmas, poliklinik dan pustu masih kurang jumlahnya
dan kualitasnya agak rendah, terutama di pulau-pulau dan pinggiran kota. Selain
itu, sistem dan teknologi dalam pelayanan posyandu agak tertinggal dengan
dinamika perkembangan dan kebutuhan.
3. Tenaga medis dan perawat terbatas jumlahnya, khususnya yang melayani
masyarakat pulau-pulau dan pinggir kota. Kualitas tenaga kesehatan juga

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 13


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

sebagian masih rendah.


4. Belum berkembangnya perilaku hidup sehat pada sebagian masyarakat, selain
itu pemahaman dan kesadaran tentang kesehatan lingkungan masih terbatas,
termasuk kurangnya pemahaman tentang septik-tank yang ramah lingkungan
dan konsumsi air bersih yang layak minum, khususnya pada pemukiman padat.
5. Dengan bertambahnya jumlah penduduk termasuk penduduk usia muda
tantangan yang dihadapi adalah rendahnya kualitas kesehatan penduduk,
tingginya angka kematian bayi dan angka kematian ibu serta tingginya proporsi
anak balita yang mengalami gizi kurang. Sehingga untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan penyelenggaraan pembangunan bidang kesehatan dibutuhkan
upaya pengembangan 1.000 Hari Pertama Kehidupan.
III.1.3. Pekerjaan Umum
1. Rendahnya porsi panjang jalan dibanding jumlah kendaraan, khususnya terkait
dengan belum berfungsinya jalan alternatif dari jalan utama selama ini. Porsi
jalan berkualitas dan berkapasitas baik juga belum sepenuhnya tercapai,
sebagian jalan mengalami kerusakan pada musim hujan.
2. Masih kurangnya under-pass pada pada panjang jalan di titik tertentu. Titik-titik
ini potensil menyebabkan macet. Ini berkonsekuensi pada perlunya penambahan
ruas jalan dengan membangun jalur bebas hambatan atau tol dalam kota, serta
penambahan jalur-jalur lain menuju keluar kota.
3. Efektivitas kanal dan drainase dalam menampung dan mengalirkan air masih
rendah. Ini terkait dengan masih kurangnya intersection drainase sehingga
sedimetasi kanal tinggi, dengan sedimentasi tinggi maka fungsinya terganggu.
Ini berkonsekuensi pada perlunya revitalisasi kanal dan pengadaan rumah
pompa dan pintu air di setiap muara, pengembangan koneksivitas drainase
antara perumahan dengan perumahan yang sementara dibangun, serta
peninggian jalan pada kawasan cekungan rawan banjir.
4. Meskipun telah tercapai peningkatan akses air bersih dimana hingga tahun 2015
jumlah rumah tangga yang dapat mengakses air bersih sebesar 60,42% yang
bersumber dari PDAM dan Sumur Bor/Pompa, sekitar 40% sisanya merupakan
tantangan yang harus dipenuhi akses air bersihnya.
5. Adanya tantangan peningkatan akses sanitasi khususnya penggunaan IPAL
Komunal, IPAL Industri Rumah Tangga dan IPAL Kawasan serta peningkatan
pemeliharaan bak kontrol bagi rumah tangga yang telah memiliki sambungan
rumah dalam rangka pencapaian target program kota tanpa kumuh.
III.1.4. Perumahan
1. Rumah tangga yang tidak memiliki rumah atau tinggal pada rumah tidak layak
huni masih banyak, khususnya pada rumah tangga miskin.
2. Sebagian permukiman belum tertata dengan baik. Ini terutama pada lorong-
lorong, kawasan kumuh, pinggiran kota, dan pulau-pulau. Kekumuhan ini

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 14


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

berdampingan dengan realitas kemiskinan pada sebagian penghuninya.


3. Realitas rumah tidak layak huni dan pemukiman kumuh berkonsekuensi pada
perlunya penataan dan pengembangan rumah susun sewa bagi masyarakat
berpenghasilan rendah akibat keterbatasan lahan dan tingginya nilai lahan;
perlunya pembenahan, peremajaan, pemugaran, permukiman kembali pada
kawasan kumuh seluas 740 Ha tersebar pada 103 kelurahan; perlunya
dikembangkan rumah deret dan rumah khusus nelayan dan pekerja; dan
perlunya dikembangkan apartemen lorong.
III.1.5. Penataan Ruang
1. Kawasan terbuka hijau masih terbatas, luasnya belum mencapai batas minimal
untuk sebuah kota. Jalur swasta, pemerintah maupun komunitas belum optimal
mengembangkan taman kota.
2. Peruntukan ruang masih banyak yang tidak sesuai dengan arahan rencana tata
ruang wilayah. Program indikatif dalam RTRW dan RDTR masih banyak yang
belum diimplementasikan dengan konsisten. Ini juga terkait dengan pengawalan
dan penegakan RTRWdan RDTR yang kurang optimal.
3. Masih terdapatnya perubahan alih fungsi dari lahan fasilitas umum/fasilitas sosial
khususnya pada kompleks perumahan. Ruang publik lainnya juga banyak yang
mengalami alih fungsi karena pemanfaatan untuk pembangunan atau bisnis
swasta.
4. Kurang diperhatikannya RDTR, RTBL, Rencana Tapak dalam pembangunan
permukiman dan perumahan.
III.1.6. Perencanaan Pembangunan
1. Ketersediaan dokumen perencanaan pembangunan daerah seperti Renstra
SKPD, Renja SKPD, RKPD dan APBD belum sesuai kalender perencanaan dan
status penetapan yang ditentukan. Ini terkait dengan relasi SKPD, Bappeda,
DPRD dan stakeholder pembangunan yang sering tidak sinkron dalam
penyelesaian dokumen.
2. Data dan informasi perencanaan belum tersedia dengan substansi dan akurasi
yang sesuai dengan indikator kinerja kunci/utama yang dibutuhkan dalam
pembangunan daerah sesuai dengan peraturan baru (PP 06/2008, Permendagri
54/2010 dan Permenpan 20/2008).
3. Penyelenggaraan musrenbang belum sepenuhnya mencapai efektivitas dalam
mensinkronkan antara arahan top-down (rancangan RKPD) dengan aspirasi
masyarakat terkait permasalahan pembangunan daerah.
III.1.7. Perhubungan
1. Masih seringnya terjadi kemacetan lalu lintas pada ruas-ruas jalan tertentu dan
pada waktu tertentu. Sebagian dari kemacetan itu disebabkan oleh faktor
eksternal tupoksi urusan seperti karena adanya demontrasi atau keramaian di
pinggir jalan. Sebagiannya lagi memang disebabkan oleh rasio jumlah kendaraan

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 15


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

dengan panjang jalan yang tidak seimbang, kurang efektifnya rambu lalu lintas,
serta kesemrautan parkir.
2. Belum berkembangnya sistem angkutan massal yang terkelola sebagai moda
transportasi modern berbasis teknologi komunikasi dan informatika.
3. Keberadaaan pedagang kaki lima pada badan jalan menyebabkan penyempitan
jalan dan mengganggu drainase.
4. Terbatasnya personil pengaturan lalu lintas dan rendahnya kesadaran
masyarakat terhadap perilaku tertib berlalu-lintas
III.1.8. Lingkungan Hidup
1. Masih buruknya perilaku masyarakat dalam mengelola dan membuang sampah.
Dalam pengelolaan sampah masyarakat belum memisahkan sampah basah dan
sampah kering. Dalam membuang sampah masih banyak masyarakat yang
melakukannya di tempat umum seperti jalan raya. Kesadaran masyarakat untuk
membersihkan sampah di tempat umum masih sangat rendah.
2. Adanya pencemaran air pada lokasi industri, pemukiman, pasar, kanal dan
selokan, dan pantai. Ini diikuti dengan pencemaran tanah dan udara.
3. Semakin berkurangnya sumber mata air. Ini disebabkan oleh daya serap tanah
atas air yang makin rendah.
4. Masih lemahnya penegakan regulasi lingkungan, termasuk penegakan dokumen
Amdal pada aktivitas usaha/pembangunan.
5. Masih rendahnya kesadaran dan upaya dari para stakeholder untuk merespon
fenomena perubahan iklim dalam bentuk tindakan adaptasi dan mitigasi.
III.1.9. Pertanahan
1. Masih terdapatnya lahan yang alas haknya atau sertifikatnya tumpang tindih. Ini
potensil mengakibatkan konflik dan sengketa pertanahan serta menghambat
pemanfaatan lahan untuk kepentingan publik.
2. Masih adanya kasus sengketa tanah negara yang belum terselesaikan.
3. Masih sulitnya penyelesaian izin lokasi.
4. Belum akuratnya data status lahan yang bersertifikat dan yang tidak
bersertifikat, serta data lahan yang milik negara dan lahan milik masyarakat.
III.1.10. Kependudukan dan Catatan Sipil
1. Data base kependudukan belum tersedia secara lengkap dan tertata sebagai
dasar pelayanan.
2. Masih adanya warga belum memiliki kartu penduduk, akta kelahiran dan akta
nikah.
III.1.11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
1. Eksploitasi pekerja di bawah umur dan kasus trafficking masih terjadi.
2. Partisipasi perempuan pada lembaga pemerintah dan legislatif serta lembaga
swasta masih rendah.

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 16


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

3. Ketersediaan sarana dan fasilitas untuk perkembangan dan perlindungan anak


masih terbatas.
III.1.12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
1. Masih tingginya fertility rate (tingkat kelahiran) khususnya pada keluarga miskin.
2. Masih tingginya jumlah keluarga prasejahtera.
III.1.13. Sosial
1. Anak Jalanan dan Penyandang masalah kesejahteraan sosial terus bertambah.
Selain disebabkan oleh masalah sosial perkotaan, sebagian dari PMKS
merupakan migran dari luar kota.
2. Tingginya kerentanan atas bencana dan masih terbatasnya kapasitas dalam
menangani bencana, khususnya bencana kabakaran.
3. Data tentang kemiskinan tidak seragam sehingga hal ini mempengaruhi proses
penanganan pengentasan kemiskinan.
III.1.14. Ketenagakerjaan
1. Masih kurangnya bursa tenaga kerja. Ini berefek pada kurang efektifnya
informasi lapangan kerja diketahui oleh pencari kerja, begitu pula perusahaan
yang membutuhkan tenaga kerja kurang mengetahui potensi pencari kerja yang
ada.
2. Masih besarnya jumlah angkatan kerja yang belum mendapatkan pekerjaan.
Jumlah ini juga banyak diisi oleh pencari kerja dari luar Kota Makassar.
3. Masih kurangnya pemberlakuan Jamsostek bagi semua perusahaan. Ini juga
disertai dengan seringnya muncul masalah terkait penerapan hubungan
industrial.
4. Hubungan antara tenaga kerja dengan pengusaha yang kurang kondusif
mempengaruhi nilai investasi sehingga untuk menciptakan iklim yang kondusif
antara tenaga kerja dan pengusaha dibutuhkan upaya perlindungan dan
pengembangan pengawasan ketenaga kerjaan serta pengembangan hubungan
industrial dan lembaga ketenaga kerjaan.

III.1.15. Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah


1. Masih rendahnya kapasitas SDM pengusaha kecil dan menengah dalam produksi
dan pemasaran hasil UKM.
2. Belum berkembangnya koperasi sebagai gerakan sosial yang melembaga dalam
masyarakat. Koperasi lebih bermakna sebagai usaha ekonomi dengan orientasi
profit tetapi kurang berkembang sebagai wahana kemasyarakatan.
III.1.16. Penanaman Modal
1. Masih adanya regulasi terkait penanaman modal yang masih terpusat di Jakarta.
Ini berakibat pada lambatnya penyelesaian layanan investasi.
2. Belum adanya Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Ini juga berakibat pada
lambatnya penyelesaian izin investasi.

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 17


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

III.1.17. Kebudayaan
1. Tidak aktualnya nilai budaya maritim sebagai identitas dan warisan sejarah orang
Makassar. Budayawan, tokoh masyarakat, pengamat sejarah dan pemangku
kepentingan Kota Makassar menggambarkan bahwa masa lalu dan masa depan
Makassar adalah sebagai Kota Martim. Tetapi, nilai-budaya kemaritiman belum
signifikan sebagai identitas warga Kota Makassar.
2. Masih minimnya kekayaan budaya lokal asli (cagar, situs, dan benda budaya)
yang dikembangkan dan dilestarikan, sehingga ia kurang optimal berfungsi
sebagai daya tarik wisata maupun sebagai warisan sejarah bagi generasi muda.
3. Masih minimnya apresiasi seni-budaya yang bisa mengaktualkan keragaman
budaya Makassar dan Sulawesi Selatan secara umum ke pentas nasional dan
internasional. Ia juga terkait dengan aktivitas pusat kesenian dan kebudayaan
yang kurang bergaung.
III.1.18. Kepemudaan dan Olah Raga
1. Masih kurangnya atlet berprestasi nasional maupun internasional baik olah raga
perorangan maupun olah raga beregu. Cabang olah raga yang pernah menjadi
kebanggaan dan identitas Kota Makassar yakni sepak bola dan olah raga
perairan, saat ini kurang berkembang.
2. Masih kurangnya event olahraga nasional maupun internasional. Kota Makassar
sudah lama tidak menjadi tuan rumah pekan olah raga nasional (PON), juga tidak
pernah menjadi tempat penyelenggaraan kompetisi olah raga bertaraf
internasional seperti kejuaran sepakbola dan bulutangkis antar klub level dunia.
3. Terbatasnya sarana dan prasana olahraga yang bisa digunakan untuk event
nasional dan internasional.
III.1.19. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
1. Banyaknya gangguan ketertiban, keamanan dan kenyamanan karena kenakalan
remaja, demonstrasi dan tauran mahasiswa/pelajar, serta konflik antar
kelompok.
2. Rendahnya kesadaran dan pengetahuan politik masyarakat yang berefek pada
partisipasi politik yang rendah.
3. Lemahnya kapasitas partai politik dalam pendidikan politik masyarakat yang
berefek pada pemahaman dan kualitas praktek demokrasi yang rendah.
III.1.20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,
Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
1. Masih besarnya jumlah penduduk miskin. Kordinasi program penanggulangan
kemiskinan yang dijalankan oleh pemerintah maupun pihak non pemerintah
belum efektif melindungi dan memberdayakan rumah tangga miskin dan rentan
miskin.
2. Belum optimalnya fungsi polisi pamong praja dalam pemeliharaan ketertiban,
ketenteraman dan kenyamanan dalam masyarakat. Ini terkait dengan jumlah

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 18


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

polisi pamong praja dan petugas perlindungan masyarakat yang rasionya belum
berimbang sehingga jam patroli dalam 24 jam oleh satpol PP masih terbatas.
3. Belum optimalnya pelayanan perizinan terpadu. Meskipun kantor pelayanan
terpadu sudah berfungsi, tetapi beberapa tahapan pelayanan secara teknis
masih harus berlangsung pada SKPD terkait, sehingga mempengaruhi efektivitas
pelayanan serta kepuasan masyarakat yang dilayani.
4. Belum optimalnya kapasitas legislasi daerah dan masih lemahnya penegakan
regulasi daerah. Sejumlah Perda dan Perwali untuk berbagai bidang belum
sepenuhnya terimplementasikan. Ini terkait dengan lemahnya upaya penegakan
dan pengawasan dari pelaksanaan regulasi daerah tersebut, termasuk fungsi
Satpol PP di dalamnya.
5. Belum optimalnya kompetensi dan profesionalisme aparatur. Sebagian aparatur
terbatas kompetensinya dalam tugas teknis dan substantif pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan. Ini berkonsekuensi pada tidak optimalnya
capaian kinerja.
6. Belum optimalnya transparansi dalam penyelenggaraan pembangunan dan
pemerintahan. Ini terkait dengan belum terbuka penuhnya akses informasi bagi
masyarakat/publik tentang program/kegiatan serta pembiayaannya. Ini juga
terkait dengan fungsi pengawasan yang belum sepenuhnya efektif mencegah
dan menangani penyimpangan adminstratif dalam penyelenggaraan
pembangunan dan pemerintahan. Ini juga terkait dengan masalah masih
kurangnya aparat PPNS.
III.1.21. Ketahanan Pangan
1. Masih lemahnya pemantauan dan pengendalian keamanan pangan. Ini
mengakibatkan rentannya masyarakat konsumen atas pangan yang kurang
higenis, kadaluarsa, ataupun tidak halal.
2. Masih adanya penduduk dan balita gizi buruk atau gizi kurang. Ini disebabkan
oleh adanya rumah tangga-rumah tangga yang tingkat kemiskinannya parah dan
kurang memiliki wawasan gizi.
III.1.22. Pemberdayaan Masyarakat dan Kelurahan
1. Masih kurangnya keberlanjutan program pemberdayaan masyarakat. Ini ditandai
dengan banyaknya kelembagaan (seperti KSM, BKM, BPSPAM, KPP, BPS)
ataupun hasil fisik pemberdayaan seperti jalan setapak, sarana air minum, dan
sebagainya yang tidak terpelihara.
2. Belum optimalnya pemberdayaan masyarakat. Ini terlihat dengan belum
berkembangnya kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM).
3. Belum optimalnya identifikasi swadaya masyarakat. Ini berakibat pada tidak
adanya pemetaan swadaya masyarakat untuk menjadi dasar bagi pembangunan
selanjutnya.

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 19


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

4. Terbatasnya kapasitas pemerintahan kelurahan dalam pemberdayaan


masyarakat untuk penanganan masalah spesifik lokal terkait pendataan
kependudukan, penguatan RT/RW, penguatan lembaga pemberdayaan
masyarakat (LPM), dan sebagainya.
III.1.23. Statistik
1. Masih rendahnya validitas data. Data-data yang digunakan untuk perencanaan
pembangunan sebagian kurang valid dan kurang aktual.
2. Belum cocoknya data statistik yang disediakan BPS dengan indikator kinerja yang
perlu disediakan datanya.
III.1.24. Kearsipan
1. Belum optimalnya sistem dan manajemen kearsipan pada SKPD dalam dalam
menerapkan standar yang baku.
III.1.25. Komunikasi Dan Informatika
1. Belum optimalnya komunikasi dan informasi daerah. Proses dan capaian
pembangunan serta kebijakan yang berjalan belum terkomunikasikan optimal
kepada pemangku kepentingan, khususnya lapisan masyarakat bawah.
2. Masih kurangnya implementasi electronic government. Fungsi pelayanan dan
pemerintahan belum tertata secara kordinatif dalam suatu sistem informasi
elektronik yang menjamin efektivitas dan transparansi.
III.1.26. Perpustakaan
1. Masih rendahnya kapasitas SDM serta sarana perpustakaan dalam mendorong
dan melayani
2. Masih terbatasnya koleksi bahan bacaaan perpustakaan. Selain bahan bacaan
dalam bentuk buku secara fisik, perpustakaan juga belum optimal dalam koleksi
bahan bacaan berbasis elektronik.
III.1.27. Pertanian
1. Lemahnya inovasi dalam pengembangan pertanian kota. Sementara itu lahan
pertanian padi sawah semakin terkonversi untuk perumahan dan peruntukan
lainnya.
III.1.28. Pariwisata
1. Belum optimalnya pengembangan potensi daya tarik wisata dan destinasi
wisata pada pulau-pulau kecil, kawasan pantai, kawasan pusat perbelanjaan,
kawasan pusat kuliner, kawasan ekosiwisata, kawasan pinggiran kanal dan
kawasan lainnya.
2. Belum optimalnya pengembangan dan pelestarian keragaman wisata, termasuk
interaksi antara nilai budaya asli dan kearifan lokal dengan nilai budaya yang
dibawa oleh modernisasi dan globalisasi.
3. Belum adanya event seni-budaya level internasional yang terselenggara
secara berkala.

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 20


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

III.1.29. Kelautan dan Perikanan


1. Belum optimalnya pemberdayaan masyarakat pesisir dan pulau, termasuk
kordinasinya dengan pemenuhan pelayanan dasar.
2. Masih kurangnya pelestarian ekosistem laut dan pesisir. Ini berefek pada
degradasi lingkungan pesisir, khususnya mangrove yang terus menyusut.
3. Masih terjadinya abrasi pantai. Abrasi pantai disebabkan oleh tidak adanya
penahan gelombang sehingga pasir terbawa air.
4. Belum optimalnya produksi penangkapan dan pengolahan hasil perikanan.
III.1.30. Perdagangan
1. Belum optimalnya penataan pasar tradisional. Pasar tradisional cenderung makin
terpinggirkan oleh kehadiran pasar swalayan, mini market dan super market.
2. Masih rendahnya daya saing komoditi. Ini menyebabkan nilai ekspor komoditas
rendah.
3. Belum optimalnya penataan pedagang informal (kaki lima). Keberadaan
pedagang kaki lima sering identik dengan gangguan ketertiban dan keindahan
kota.
III.1.31. Perindustrian
1. Masih minimnya peningkatan nilai tambah produk industri. Industri kecil dan
rumah tangga kurang berkembang, sementara itu industri besar juga belum
berdaya saing.

III.2 Isu Strategis


III.2.1 Isu Strategis Global
1. Berlakunya Tujuan Pembangunan Global
Pembangunan Kota Makassar pada 2005-2025 dipengaruhi oleh agenda
pembangunan global yang tertuang dalam Millenium Development Goals (MDGs) pada
2000-2015 dan Sustainable Development Goals (SDGs) pada 2015-2030. SDGs mencakup 17
tujuan yakni: (1) Mengentaskan segala bentuk kemiskinan; (2) Menghentikan kelaparan,
meningkatkan ketahanan pangan dan nutrisi, serta mempromosikan pertanian
berkelanjutan; (3) Menjamin kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan
bagi semua penduduk dalam segala usia; (4) Menjamin kualitas pendidikan yang inklusif
dan merata serta mempromosikan kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua; (5)
Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak
perempuan; (6) Menjamin ketersediaan dan manajemen air bersih serta sanitasi yang
berkelanjutan untuk semua; (7) Menjamin akses energi yang terjangkau, handal,
berkelanjutan dan modern untuk semua; 8. Mempromosikan keberlanjutan pertumbuhan
ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja yang produktif dan
menyeluruh, serta pekerjaan yang layak bagi semua; 9. Membangun infrastruktur yang
tangguh, mempromosikan industri yang inklusif dan berkelanjutan serta mendorong
inovasi; 10. Mengurangi kesenjangan di dalam negara dan antar negara; 11. Membangun

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 21


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

kota dan permukiman yang inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan; (12) Menjamin
pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan; (13) Membuat langkah segera untuk
mengatasi perubahan iklim dan dampaknya; 14. Melakukan konservasi dan pemanfaatan
sumber daya laut, samudera dan maritim untuk pembangunan yang berkelanjutan; 15.
Melindungi, merestorasi dan mempromosikan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem
daratan, manajemen hutan lestari, mengurangi penggurunan, menghentikan dan
mengembalikan degradasi lahan serta menghentikan kehilangan keanekaragaman hayati;
16. Mempromosikan perdamaian dan masyarakat yang inklusif untuk pembangunan
berkelanjutan, menyediakan akses keadilan untuk semua dan membangun lembaga yang
efektif, akuntabel, dan inklusif di semua tingkatan; 17. Menguatkan cara pelaksanaan dan
revitalisasi kerjasama global untuk pembangunan berkelanjutan.
Dari 17 SDGs ini, tujuan yang relevan sebagai isu strategis Kota Makassar adalah:
(1)Penghapusan Kemiskinan; (2) Penghapusan Kelaparan;(3) Kesehatan dan
Kesejahteraan;(3) Pendidikan Berkualitas;(4) Pendidikan Berkualitas;(5) Kesetaraan
Gender;(6) Air bersih dan Sanitasi; (7); Energi Bersih dan Terjangkau;(8) Pertumbuhan
Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak; (9) Infrastruktur Tangguh, Industri Inklusif dan
Inovatif;(10) Penurunan Kesenjangan; (11) Kota Inklusif dan Berkelanjutan; (12) Konsumsi
dan Produksi Berkelanjutan;(13) Perubahan Iklim dan Pengurangan Resiko Bencana; (14)
Pelestarian dan Pemanfaatan Berkelanjutan Ekosistem Laut;(15) Pelestarian dan
Pemanfaatan Berkelanjutan Ekosistem Darat;(16) Perdamaian, Keadlian dan
Kelembagaan yang Kokoh; (17) Kemitraan untuk semua tujuan Pembangunan.
2. Berlakunya kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
MEA merupakan kerjasama pengintegrasikan ekonomi ASEAN dengan cara
membentuk sistem perdagangan bebas atau free trade antara negara-negara anggota
ASEAN.Tujuan yang ingin dicapai MEA adalah adanya aliran bebas barang, jasa, dan
tenaga kerja terlatih, serta aliran investasi yang lebih bebas. Terdapat empat hal yang
menjadi fokus MEA yakni Pertama, negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini akan
dijadikan sebuah wilayah kesatuan pasar dan basis produksi. Dengan terciptanya
kesatuan pasar dan basis produksi maka akan membuat arus barang, jasa, investasi,
modal dalam jumlah yang besar, dan skilled labour menjadi tidak ada hambatan dari satu
negara ke negara lainnya di kawasan Asia Tenggara. Kedua, MEA dibentuk sebagai
kawasan ekonomi dengan tingkat kompetisi yang tinggi. Dengan demikian, dapat
tercipta iklim persaingan yang adil. Ketiga, MEA dijadikan kawasan yang memiliki
perkembangan ekonomi yang merata, dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil
Menengah (UKM). Keempat, MEA akan diintegrasikan secara penuh terhadap
perekonomian global, dengan membangun sebuah sistem untuk meningkatkan
koordinasi terhadap negara-negara anggota.
Isu strategis jangka panjang yang relevan dengan kota Makassar dari berlakunya
Masyarakat Ekonomi Asean adalah: (1) Kompetensi dan dayasaing tenaga kerja; (2)
Persiangan usaha yang adil; (3) daya saing usaha kecil dan menengah.

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 22


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

III.2.2 Isu Strategis Nasional


Dalam RPJPN 2005-2025, terdapat sejumlah isu strategis nasional yang
pengaruhnya diperhitungkan akan berlaku secara jangka panjang. Pertama, isu sosial
budaya dan kehidupan beragama. Isu ini memiliki relevansi dengan Kota Makassar
mengingat Kota Makassar memiliki akar historis budaya maritim serta didalamnya
berdampingan sejumlah suku bangsa di Nusantara. Kota Makassar juga terkenal dengan
masyarakatnya yang religius, tetapi di sisi lain terdapat isu kerukunan ummat beragama
yang perlu terus dijaga. Kedua, isu ekonomi. Isu ini juga sangat relevan dengan Kota
Makassar sebagai pintu gerbang Indonesia Timur, sehingga perekonomian Kota
Makassar mempengaruhi perkembangan ekonomi daerah lain. Dalam kaitan ini,
Makassar sebagai pusat perdagangan dan pusat jasa di Indonesia Timur merupakan
substansi isu yang sangat strategis. Ketiga, isu ilmu pengetahuan dan teknologi. Isu ini
juga relevan dengan Makassar sebagai kota pendidikan, dimana berbagai siswa dan
mahasiswa dari seluruh Indonesia menjadikan Kota Makassar sebagai tujuan di dalam
mereka menuntut ilmu. Isu ini juga berkaitan dengan tuntutan pengembangan sistem
inovasi dalam menunjang kemajuan dan daya saing daerah. Keempat, isu sarana-
prasarana. Isu ini relevan dengan Kota Makassar dalam konteks pemenuhan sarana-
prasarana perkotaan mencakup transportasi, perhubungan, pemukiman dan perumahan
serta utilitas kota. Kelima, isu politik. Meskipun secara nasional isu ini dianggap prioritas
secara jangka panjang, untuk Kota Makassar isu ini lebih terkait dengan pendidikan
demokrasi dalam masyarakat agar terbangun budaya politik yang lebih menjamin
terselenggaranya demokrasi yang substantif. Keenam, isu pertahanan-keamanan. Untuk
Kota Makssar, isu ini lebih relevan dengan masalah ketertiban umum dan keamanan
dalam masyarakat. Ketujuh, isu hukum dan aparatur. Untuk Kota Makassar, isu ini terkait
dengan reformasi birokrasi dan penertiban aparatur dalam mencapai perwujudan
kepemerintahan yang baik. Kedelapan, isu wilayah dan tata ruang. Isu ini terkait dengan
pemanfaata ruang secara konsisten dengan RTRW baik di wilayah pusat perkotaan
maupuan pinggiran kota dan pantai/pesisir serta masalah ruang terbuka hijau. Kedelapan,
isu sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Kesembilan, isu sumberdaya alam dan
lingkungan hidup. Isu ini relevan dengan Kota Makassar terutama dalam hal pencemaran
dan kebersihan kota.

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 23


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

III.2.3 Isu Strategis Provinsi dan Regional Sulawesi


Isu utama pada level provinsi dan regional Sulawesi pada dapat di lihat tabel Berikut
:
Tabel 3.2
Identifikasi Kebijakan Nasional
No. Kebijakan Nasional

RPJPN RPJP Provinsi Lain-lain

(1) (2) (3) (4)

1. Peningkatan kemampuan Capaian indikator kinerja Pemenuhan terhadap hak


SDM dan IPTEK dilakukan pembangunan yang belum masyarakat untuk mendapatkan
melalui penyediaan SDM yang memperlihatkan kinerja yang pendidikan yang layak.
memiliki kompetensi yang diharapkan adalah tingkat
disesuaikan dengan pengetahuan masyarakat Sulawesi
kebutuhan pengembangan Selatan hingga tahun 2013 relatif
industri di masing-masing rendah, yang diindikasikan oleh
pusat-pusat pertumbuhan besarnya porsi penduduk yang buta
dan kemampuan pengelolaan huruf dan rendahnya angka rata-rata
kawasan di wilayah lama sekolah yang mengakibatkan
belakangnya (hinterland). lambatnya pertumbuhan indeks
pendidikan. Kinerja pembangunan
bidang pendidikan tercermin dalam
akumulasi angka IPM Sulawesi Selatan
yang masih dibawa angka rata-rata
IPM nasional.
2. Keterkaitan desa-kota Permasalahan pada pekerjaan umum Jalur Kereta Api Transportasi
bertujuan untuk mengurangi terletak pada langkahnya sarana dan Maminasata kebijakan
kesenjangan antara prasarana transportasi yang pengembangan trans-Sulawesi
perkotaan dan perdesaan menghubungkan wilayah produksi melalui jalur kereta api. Sarana
dengan menghubungkan dengan kota-kota terdekat. Kondisi ini transportasi ini menempatkan Kota
keterkaitan fungsional antara memberikan dampak yang cukup Makassar sebagai kota asal sekaligus
pasar dan kawasan produksi besar terhadap kinerja sistem kota tujuan dari jalur kereta api
perekonomian Sulawesi Selatan tersebut, sehingga akan memiliki
secara keseluruhan, karena cenderung multiplier effect dari segi
memicu peningkatan biaya tidak perekonomian dan mobilitas
langsung (indirect cost) transportasi manusia dan menuju Kota Makassar.
yang bermuara pada meningkatnya
harga jual komoditas sehingga sulit
mempertahankan pangsa pasarnya
3. Menyediakan sarana Masih terdapat permukiman yang
permukiman beserta belum layak huni akibat keterbatasan
sarana akses terhadap penguasaan lahan dan
parasananya yang layak dan pembiayaan perumahan, Belum
terjangkau maksimalnya cakupan pelayanan
sanitasi terhadap rumah tangga serta
belum diterapkannya Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) oleh
masyarakat, Belum optimalnya
pelaksanaan identifikasi lokasi dan
kebutuhan penanganan lingkungan
permukian kumuh dan, belum
optimalnya pengetahuan dan

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 24


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

pemahamam akan perilaku hidup


bersih dan sehat

Tabel. 3.3
Identifikasi RPJPD Daerah Lain

No. Daerah Lain Periode RPJMD Kebijakan Terkait Keterangan


1 Mengembangkan 2018-2025 Pengembangan jalur Mammnisata
sistem transportasi Kerata Api
publik yang
terintegrasi dan
multimoda sesuai
dengan tipologi kota
dan kondisi
geografisnya;
Menyediakan sarana 2018-2025 Penambahan terhadap
prasarana yang Ruang Terbuka Hijau
berorientasi pada
konsep hijau dan
berketahanan, antara
lain: green
openspace (ruang
terbuka hijau),
greenwaste
(pengelolaan sampah
dan limbah), green
water (efisiensi
pemanfaatan dan
pengelolaan air
permukaan), green
transportation
(transportasi ramah
lingkungan), green
energy (pemanfaatan
sumber energi yang
ramah lingkungan
dan terbarukan),
serta green economy
(pengembangan
ekonomi yang
berwawasan
lingkungan
Tabel. 3.4
Identifikasi Isu-isu Strategis
No Isu Strategis
Dunia Internasional Kebijakan Nasional Regional Lain-lain
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Mendorong percepatan Fasilitasi, pembinaan,
pembangunan pusat-pusat maupun
pertumbuhan ekonomi, sebagai pendampingan dalam
penggerak utama pertumbuhan pengembangan usaha,

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 25


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

(engine of growth), di masing- bantuan


masing pulau, dengan menggali permodalan/kredit,
potensi dan keunggulan daerah, kesempatan berusaha,
terutama untuk pengembangan pemasaran dan
pangan, energi, maritim, kewirausahaan; dan
pariwisata dan industri.
Industrialisasi perlu didorong
untuk mengolah bahan
mentah, agar dapat
meningkatkan nilai tambah
serta menciptakan kesempatan
kerja baru
2. Percepatan pembangunan Percepatan
ekonomi wilayah berbasis pengembangan
maritim (kelautan) dengan ekonomi kemaritiman
memanfaatkan sumber daya melalui pengembangan
kelautan dan jasa maritim, yaitu industri perikanan dan
peningkatan produksi parawisata bahari
perikanan; pengembangan
energi dan mineral kelautan;
pengembangan kawasan wisata
bahari; dan kemampuan industri
maritim dan perkapalan
3. Adanya keterbatasan dana
pemerintah, maka tidak semua
wilayah dapat dikembangkan
pada saat yang bersamaan. Oleh
karena itu, perlu dipilih pusat-
pusat pertumbuhan yang
mempunyai komoditas
prospektif (nilai tambah tinggi
dan menciptakan kesempatan
kerja tinggi), terutama yang
berada di masing-masing
koridor ekonomi. Selain itu,
prioritas juga akan diberikan
pada pengembangan kawasan
pesisir yang mempunyai sumber
daya kelautan dan jasa maritim

III.2.4 Isu Strategis Kota Makassar


Berdasarkan analisis terhadap permasalahan pembanguan secara internal serta
identifikasi isu-isu eksternal secara global, nasional dan regional, maka isu-isu strategis
Kota Makassar secara jangka panjang yang dianggap prioritas adalah sebagai berikut.
a. Pendidikan dan literasi masyarakat kota
Isu ini memiliki dua dimensi. Pertama, isu yang terkait dengan kinerja pelayanan
pendidikan yang diukur dengan berbagai indikator urusan pendidikan. Kedua, isu yang
terkait dengan posisi Makassar sebagai kota tujuan dalam mengakses pendidikan tinggi
dari berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, isu pendidikan juga terkait dengan tingkat
literasi masyarakat dalam menyadari dan merespons berbagai kecenderungan global

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 26


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

sehingga terwujud sebuah kota yang adaptif dan kreatif dalam merespon dinamika yang
dibawa oleh kecenderungan global.
b. Kesehatan dan pola hidup sehat
Berbagai kemajuan telah didorong dalam pelayanan kesehatan. Namun demikian,
Kota Makassar tidak hanya berposisi melayani warganya, tetapi juga menjadi kota tujuan
bagi warga daerah lain untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di kota ini. Karena itu,
tantangan yang dihadapi terkait dengan perbaikan akses dan kualitas layanan secara
terus menerus bagi warga kota di satu sisi, dan di sisi lain tantangan yang terkait dengan
kesiapan Kota Makassar bagi warga daerah lain yang ingin mendapatkan layanan pada
berbagai sarana dan fasilitas kesehatan di Kota Makassar. Secara internal, derajat
kesehatan warga Makassar tidak hanya terkait dengan pelayanan kesehatan secara
kuratif, tetapi juga sangat ditentukan oleh ketercukupan sarana dan fasilitas serta pola
hidup dala mewujudkan budaya hidupa sehat dan bersih dalam masyarakat dan
lingkungannya.
c. Kemaritiman, tata kelola pesisir dan pemanfaatan sumberdaya perikanan
Berdasarkan latar historis, prioritas nasional dan kecenderunga global, Kota
Makassara sangat relevan dengan isu kemaritiman khususnya dalam posisinya sebagai
kota pelabuhan. Selain itu, telah menjadi fakta bahwa ruang pantai dan pesisir telah
berkembang dengan berbagai upaya reklamasi, sehingga menjadi tantangan bagi
penataannya dalam memenuhi kriteria keberlanjutan secara ekologis, ekonomis dan
sosiologis. Aspek lain yang terkait dengan ini adalah pemanfaatan potensi perikanan dan
kelautan dalam menunjang ketahanan pangan akan protein serta kesejahteraan
masyarakat pesisir dan pulau-pulau. Berbagai dinamika ekologis terkait perubahan iklim
juga menjadi tantangan dalam isu ini.
d. Perdagangan dan jasa sebagai basis perekonomian
Globalisasi dan kesepakatan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang semakin
menuntut integrasi perekonomian, memberi tantangan jangka panjang bagi Kota
Makassar untuk dapat memainkan peran di dalamnya. Karena itu, pengembangan kondisi
dan infrastruktur yang menjadikan Kota Makassar sebagai kota niaga sekaligus kota jasa,
merupakan isu yang sangat strategis secara jangka panjang. Ini juga terkait dengan posisi
Makassar sebagai kota pelabuhan sekaligus memiliki bandar udara berskala internasional.
e. Infrastruktur dan fasilitas kota
Penataan dan pemenuhan infrastruktur serta fasilitas kota merupakan tantangan
yang terus menerus dihadap sebuah kota, bukan hanya karena populasi yang terus
bertambah tetapi juga karena perkembangan gaya hidup. Kota Makassar masih
berhadapan dengan tantangan dalam memenuhi standar kelayakan atau pelayanan
minimal terkait infrastruktur dan fasilitas transportasi, air bersih, perumahan,
pemukiman, sanitasi, lalu lintas, drainase dan berbagai utilitas perkotaan.

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 27


PERUBAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD) PEMERINTAH KOTA MAKASSAR 2005 - 2025

f. Lingkungan hidup dan tata ruang kota


Dalam mencapai keberlanjutan secara ekologis, tantangan jangka panjang Kota
Makassar terkait dengan aspek pencemaran lingkungan dan berbagai dampak ekologis
dari pembangunan, penataan kebersihan dan keindahan kota, kepatuhan kepada kaidah
tata ruang yang baik serta perhatian terhadap perubahan iklim. Aspek-aspek penting ini
memiliki kaitan dengan berbagai aspek lain khususnya dinamika sosial ekonomi dan
perkembangan fisik material kota.
g. Kemiskinan dan kesejahteraan sosial
Isu kemiskinan di Kota Makassar terutama karena dimensi kedalaman kemiskinan
yang terkait dengan kesenjangan antara lapisan kaya dengan lapisan miskin. Selain itu,
Makassar juga berhadapan dengan isu penyadang masalah kesejahteraan sosial yang
jumlahnya cukup besar dan berefek pada munculnya masalah lain seperti ketertiban
umum. Ini terutama dengan PMKS anak jalanan dan peminta-minta.
h. Ketertiban, ketenteraman dan kenyamanan masyarakat
Isu ini menjadi prioritas karena dimensinya sangat luas dan terkait langsung dengan
tujuan dari hadirnya negara dalam melindungi rakyatnya. Tantangan pokok yang dihadapi
adalah gangguan ketertiban umum dalam bentuk kenakalan remaja dan kejadian begal di
jalanan, penegakan terhadap regulasi yang menjamin ketertiban umum dan perlindungan
masyarakat, serta tindakan kriminalitas dalam masyarakat. Selain itu, realitas
heterogenitas sosial dan budaya dalam masyarakat juga menyimpan potensi laten atas
terjadinya insiden bahkan konflik terkait suku, agama, ras dan antar golongan (SARA).
i. Reformasi birokrasi dan kepemerintahan yang baik
Reformasi birokrasi dalam berbagai ranah tetap merupakan tantangan secara
jangka panjang. Seiring dengan menguatnya kekuatan civil society dan perkembangan
demokrasi, pemerintah dituntut untuk semakin memenuhi kaidah akuntabilitas,
transparansi dan partisipatif. Hal ini terkait pula dengan perbaikan pelayanan publik
secara kontinyu.

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III - 28

Anda mungkin juga menyukai