Anda di halaman 1dari 12

BARISAN DAN DERET

SERTA APLIKASI
DALAM BIDANG OLEH KELOMPOK 4 :

EKONOMI Adella Mayasari (19311006)


Anna Wahyunisti (19311017)
Shinta Diana (19311008)
Jurusan Akuntansi Keuangan (AK-K31/19)

POLITEKNIK DHARMA PATRIA


KEBUMEN
2020

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Matematika Bisnis, Dosen Pengampu Ajeng Tiara
Wulandari, S.PD.,M.PD.
DAFTAR ISI
Chapter 1 PENDAHULUAN...........................................................................................................................2
I.I Latar Belakang.................................................................................................................................2
I.II Rumusan Masalah.......................................................................................................................2
I.III Tujuan..........................................................................................................................................2
Chapter 2 PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
II.I Pengertian Barisan dan Deret......................................................................................................3
II.II Barisan dan Deret Hitung.............................................................................................................3
II.III Barisan dan Deret Ukur................................................................................................................6
II.IV Aplikasi Barisan dan Deret dalam Bidang Ekonomi......................................................................7
1) Penerapan dalam perkembangan usaha.....................................................................................7
2) Model bunga majemuk................................................................................................................8
3) Model pertumbuhan penduduk................................................................................................10
Chapter 3 PENUTUP...................................................................................................................................11
III.I Kesimpulan................................................................................................................................11
III.II Daftar Pustaka...........................................................................................................................11

1
Chapter 1 PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang


Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang semakin dirasakan retinteraksinya dengan
bidang-bidang lainnya seperti Ekonomi dan Bisnis. Peran matematika dalam interaksi ini terletak
pada struktur ilmu dan peralatan yang digunakan dalam berbagai bidang seperti indutri, asuransi,
ekonomi, peralatan, dan banyak bidang sosial maupun teknik.
Barisan dan deret yang disajikan meliputi pengertian tentang barisan dan deret. Perhitungan
bunga bank, penyusutan nilai barang, merupakan salah satu contoh penerapan dari barisan dan deret
dalam bidang ekonomi. Dalam kehidupan sehari – sehari, sering menjumpai sesuatu yang bersifat teratur
dan memiliki pola suatu bilangan ? Yaitu seperti kenaikan jumlah penduduk suatu daerah atau
pembelahan suatu sel. Permasalahan seperti tersebut merupakan contoh dari aplikasi barisan dan deret
suatu bilangan.

I.II Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang permasalahan yang di paparkan di atas, rumusan masalah dalam
makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan barisan dan deret?
2. Bagaimana cara menghitung barisan dan deret?
3. Bagaimana penerapan barisan dan deret dalam bidang ekonomi?

I.III Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di paparkan maka tujuan penulisan makalah ini
adalah :
1. Mendeskripsikan pengertian barisan dan deret
2. Memaparkan cara menghitung barisan dan deret untuk memberikan gambaran dan dasar-dasar
pengertian serta pola pikir yang logis.
3. Menerapkan pengetahuan tentang baris dan deret tersebut dalam menghitung permasalahan-
permasalahan misalkan bisnis dan ekonomi Contoh Konstan dari waktu ke waktu, masalah nilai
uang dalam hal pinjam-meminjam, investasi jangka panjang yang dihubungkan dengan tingkat
suku bunga yang diasumsikan tetap dari waktu ke waktu, dan menghitung pertumbuhan
penduduk di suatu daerah serta jumlah penduduknya pada suatu waktu tertentu.

2
Chapter 2 PEMBAHASAN

II.I Pengertian Barisan dan Deret


1) Barisan
Barisan adalah suatu rangkaian bilangan yang tersusun secara teratur dan mempunyai
pola tertentu dari suatu suku ke suku berikutnya. Secara umum, barisan dapat didefinisikan
sebagai suatu set bilangan yang di mulai dari indeks satu, dua, tiga, dan seterusnya,
misalkan S1, S2, S3, ………., Sn.
Bilangan-bilangan yang merupakan unsur yang membentuk suatu barisan disebut dengan
suku. Jadi, S1, S2, S3, ………., Sn, masing-masing adalah suku pertama, suku kedua, suku ketiga,
sampai dengan suku ke-n suatu barisan.

2) Deret
Deret adalah rangkaian bilangan yang tersusun secara teratur dan memenuhi kaidah-
kaidah tertentu. Bilangan-bilangan yang merupakan unsur dan pembentuk sebuah deret
dinamakan suku. Keteraturan rangkaian bilangan yang membentuk sebuah deret terlihat pada
“pola perubahan” bilangan-bilangan tersebut dari satu suku ke suku berikutnya.

II.II Barisan dan Deret Hitung


1) Barisan Hitung
Barisan Hitung yaitu baris bilangan dimana pola perubahan dari suatu suku ke suku
berikutnya besarnya tetap dan pola perubahan tersebut dapat diperoleh dari selisih antara satu
suku ke suku sebelumnya.
Contoh: 2, 4, 6, 8, 10, 12, ....Sn
S1= 2 (suku pertama)
S2= 4 (suku kedua)
S3= 6 (suku ketiga) ……
Sn= n (suku ke-n)
Jika suku pertama (S1) dinyatakan dengan a, selisih antara dua suku berurutan diberi notasi b,
dan suku barisan ke-n dilambangkan Sn, maka untuk suku ke-n diperoleh rumus :

Sn= a + (n-1) b
Dimana :
Sn= nilai suku ke-n
a = nilai suku pertama
n = banyaknya suku
b = selisih (bisa positif maupun negative, tetapi tidak boleh nol)

Contoh (1) : Hitung suku ke-19 dari barisan hitung berikut


3, 5, 7, 9, ……
Penyelesaian :

3
S1= a = 3
b=2
n = 19
suku ke-n dari suatu barisan hitung : Sn= a + (n-1) b
maka, S19= 3 + (19-1) 2
S19= 3 + 18(2)
S19= 3 + 36
S19= 39
Contoh (2) : Nilai suku pertama dari suatu barisan hitung adalah 20 dan hasil nilai suku ke-10
adalah 38, hitunglah beda antara dua suku yang berurutan
Penyelesaian :
S1= a = 20
n = 10
S10= 38
maka, S10 = 20 + (10-1) b
38 = 20 + 9b
18 = 9b
b =2
Contoh (3) : Suatu perusahaan pada tahun pertama memproduksi 5.000 unit barang. Pada tahun-
tahun berikutnya produksi turun secara bertahap sebesar 80 unit per tahun. Pada tahun ke berapa
perusahaan tersebut memproduksi 3.000 unit barang?

Penyelesaian :
Penurunan produksi bersifat tetap, berarti merupakan persoalan baris hitung dengan
beda (b) = -80, a= 5.000, Sn= 3.000, sehingga:
Sn= a + (n-1) b
3.000 = 5.000 + (n-1) (-80)
3.000 = 5.000 – 80n + 80
80n = 5.080 – 3.000
80n = 2.080
n = 2.080/80
n = 26
Jadi perusahaan memproduksi 3.000 unit barang terjadi pada tahun ke-26.

4
2) Deret Hitung
Deret hitung yaitu deret bilangan yang tersusun dengan aturan dimana suku pertamanya
sama dengan suku pertama baris hitungnya, suku keduanya merupakan penjumlahan dua suku
pertama baris hitungnya, suku ketiganya merupakan penjumlahan tiga suku pertama baris
hitungnya, dan seterusnya.
Contoh : baris hitung : 2, 4, 6, 8, 10, 12, ……. Sn
Deret hitung : 2, 6, 12, 20, 30, 42, …….
D1 = 2 D3 = 2+4+6 = 12
D2 = 2+4 = 6 D4 = 2+4+6+8 = 20 dst
Jika suku pertaman (D1) dinyatakan dengan a, selisih antara dua suku berurutan diberi notasi b,
dan deret hitung suku ke-n dilambangkan Dn, maka untuk deret hitung suku ke-n diperoleh
rumus:
Dn= n/2 (a+Sn)
ATAU

Dn= n/2 {2a + (n-1)b}

Contoh (1): Tentukan jumlah 10 suku pertama dari deret hitung : 11 + 16 + 21 + ……..

Penyelesaian :
a = D1 = 11
b = 16 – 11 = 21 – 16 = 5
n = 10
Dn = n/2 {2a + (n-1)b}
D10 = 10/2 {2(11) + (10-1)5}
D10 = 5 (22+45)
D10 = 335
Jadi jumlah 10 suku pertama dari deret hitung tersebut adalah 335

Contoh (2): Gaji seorang karyawan setiap bulan dinaikkan sebesar Rp 50.000,- Jika gaji pertama
karyawan tersebut Rp 1.000.000,- tentukan jumlah gaji selama satu tahun pertama.

Penyelesaian :
a = 1.000.000
b = 50.000
n = 1 tahun = 12 bulan
Dn = n/2 {2a + (n-1)b}
D12 = 12/2 {2(1.000.000) + (12-1)50.000}
D12 = 6 (2.000.000 +55.000)
D12 = 6 (2.055.000)
D12 = 15.300.000
Jadi jumlah gaji karyawan tersebut selama setahun adalah Rp 15.300.000,-

5
II.III Barisan dan Deret Ukur
1) Barisan Ukur
Barisan ukur terdiri dari susunan bilangan yang dibentuk menurut urutan tertentu dimana
rasio antara dua suku yang berurutan adalah sama. Dalam barisan ukur setiap suku setelah suku
pertama , diperoleh dengan mengalikan suku sebelumnya dengan sebuah bilangan dengan
besaran yang tetap yang disebut rasio atau pembanding.
Contoh : 2, 6, 18, 54, 162
Barisan 2, 6, 18, 54, 162 adalah barisan ukur yang rasio antara dua suku yang berurutan adalah 3.
Setiap bilangan setelah suku pertama, diperoleh dengan mengalikan bilangan sebelumnya
dengan 3.

Nilai suku ke-n dari suatu barisan ukur dapat dirumuskan :

Sn = a.rn-1
Dimana :
Sn = nilai suku ke-n
a = nilai suku pertama
n = banyaknya suku
r = rasio atau pembanding (r bisa positif, bisa negative, tetapi r # 1)

2) Deret Ukur
Deret ukur merupakan deret yang perubahan suku-sukunya berdasarkan perkalian
terhadap sebuah bilangan tertentu. Bilangan yang membedakan suku-suku sebuah deret ukur
dinamakan pengganda, yakni merupakan hasil bagi antara nila suatu suku terhadap nilai suku di
depannya.
Contoh : 5, 10, 20, 40,80, 160 (pengganda = 2)
512. 256, 128, 64, 32, 16 (pengganda = 0,5)
Rumus untuk menghitung jumlah deret ukur dari suatu barisan ukur sampai suku ke-n, apabila
rasio antara dua suku yang berurutan adalah lebih kecil dari satu (r < 1) adalah :

Dn = a (1-rn)/ 1-r
Rumus untuk menghitung jumlah deret ukur dari suatu barisan ukur sampai suku ke-n, apabila
rasio antara dua suku yang berurutan adalah lebih besar dari satu ( r > 1 ) adalah :

Dn = a (rn-1)/ r-1

Contoh : Hitung suku ke-10 dan jumlah deret ukur sampai suku ke-10 dari barisan ukur berikut :
2, 6, 18, 54, 162

Penyelesaian :
a = 2 ; r = 3 ; n = 10
Suku ke-n dari suatu barisan ukur :
Sn = a.rn-1
S10 = 2 (310-1)

6
S10 = 2 (19.683)
S10 = 39.366
Jumlah deret ukur sampai suku ke-n dengan r>1 :
Dn = a (rn-1) / r – 1
D10 = 2 (310-1) / 3-1
D10 = 2 (59.048) / 2
D10 = 59.048

II.IV Aplikasi Barisan dan Deret dalam Bidang Ekonomi


Di bidang ekonomi yang berkaitan dengan kegiatan suatu perusahaan, rumus-rumus yang berlaku
dalam suatu barisan dan deretdapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menjelaskan
perkembangan beberapa kegiatan usaha secara kuantitatif.
Kegiatan usaha tersebut misalnya perkembangan produksi, biaya, harga, hasil penjualan, laba dan
perkembangan dinyatakan dalam angka-angka dengan perkembangan yang mengikuti pola
perubahan seperti yang diisyaratkan dalam barisan hitung atau barisan ukur, maka nilai-nilainya pada
berbagai periode waktu yang diinginkan dapat ditentukan.

1) Penerapan dalam perkembangan usaha


Contoh :
PT. XYZ menghasilkan suatu produk sebesar 10.000 unit pada tahun pertama produksinya dan
menjualnya dengan harga sebesar Rp. 5.000 per unit. Jika tiap tahunnya perusahaan mampu
meningkatkan produksinya sebesar 5.000 unit dan harga jual meningkat sebesar Rp. 2.500 per unit,
tentukanlah :
o Tingkat produksi pada tahun ke-10 dan jumlah produksi selama 10 tahun tersebut.
o Tingkat harga pada tahun ke-10
o Hasil penjualan pada tahun ke-10

Penyelesaian :
Peningkatan produksi setiap tahunnya dapat dinyatakan dalam barisan hitung sebagai berikut :
10.000, 15.000, 20.000, 25.000, ………………………
Jadi, a = 10.000 ; b = 5.000
 Dengan demikian, tingkat produksi (Q) pada tahun ke-10 adalah
Q10 = 10.000 + (10-1) 5.000
Q10 = 10.000 + (9) 5.000
Q10 = 10.000 + 45.000
Q10 = 55.000 unit
 Jumlah produksi selama 10 tahun adalah
D10 = 10/2 (10.000 +55.000)
D10 = 5 (65.000)
D10 = 325.000 unit

Peningkatan harga setiap tahunnya dapat dinyatakan dalam barisan hitung sebagai berikut:
5.000, 7.500, 10.000, 12.500, .........................

7
Jadi, a = 5.000 ; b = 2.500
Dengan demikian, tingkat harga (P) pada tahun ke-10 adalah
P10 = 5.000 + (10-1) 2.500
P10 = 5.000 + (9) 2.500
P10 = 5.000 + 22.500
P10 = 27.500
Jadi, tingkat harga pada tahun ke-10 adalah Rp 27.500,- per unit

Hasil penjualan (Total Revinue) pada tahun ke-10 adalah merupakan hasil kali antara tingkat
produksi dengan tingkat harga pada tahun tersebut
TR10 = Q10 X P10
TR10 = 55.000 X 27.500
TR10 = 1.512.500
Jadi, total revenue pada tahun ke-10 adalah Rp 1.512.500,-

2) Model bunga majemuk


Merupakan penerapan deret ukur (geometri) dalam kasus simpan pinjam dan kasus investasi.
Dengan model ini dapat dihitung, misalnya, besarnya pengembalian kredit di masa datang
berdasarkan tingkat bunganya. Atau sebaliknya, untuk mengukur nilai sekarang dari suatu jumlah
hasil investasi yang akan diterima di masa datang.
Jika misalnya modal pokok sebesar P dibungakan secara majemuk dengan suku bunga per tahun
setingkat i, maka jumlah akumulatif modal tersebut di masa datang setelah n tahun (Fn) dapat
dihitung :
Setelah 1 tahun : F1 = P + P.i = P (1 + i)
Setelah 2 tahun : F2 = P (1 + i) + P (1 + i) = P (1 + i)2
Model deret untuk bunga majemuk ialah baris geometri khususnya bagi hutang piutang. Hal ini
berlaku bagi dunia perbankan. Transaksi dengan model ini disebut kredit, dengan rumus

Fn = P (1 + i)n
ATAU
mn

Fn = P ( ())
1+
m

Dimana :
Fn = jumlah nilai kredit dengan n periode
i = suku bunga kredit
P = jumlah nilai kredit awal periode
n = banyaknya tahun
m = frekuensi pembayaran suku bunga dalam setahun

Contoh (1): Mr. Dean kredit mobil dengan uang muka Rp 10.000.000,- sisa kreditnya yaitu Rp
30.000.000,- dengan suku bunga kredit 2% per bulan, dalam jangka waktu 2 tahun. Berapakah
jumlah kredit setelah jatung tempo pelunasan dan berapakah jumlah harga mobil ?

Penyelesaian :

8
Diketahui : P = 30.000.000
i = 2% = 0,02
n = 2 tahun = 24 bulan

Jumlah kredit setelah jatuh tempo pelunasan :


Fn = P (1+i)n
F24 = 30.000.000 (1 + 0,02)24 Jadi jumlah kredit setelah jatuh tempo
F24 = 30.000.000 (1,02)24 pelunasan adalah Rp 48.253.117,48
F24 = 30.000.000 (1,6084372495)
F24 = 48.253.117,48

Jumlah harga mobil (Total Harga Perolehan)


THP = 48.253.117,48 + 10.000.000 Jadi harga mobil tersebut adalah
THP = 58.253.117,48 Rp 58.253.117,48

Contoh (2): Mrs. Arini ingin menabung uangnya sebesar Rp 1.500.000,- di bank dengan tingkat suku
bunga yang berlaku 15% per tahun. Berapakah nilai uangnya dimasa datang setelah 10 tahun
kemudian, jika dibunga-majemukkan secara :
a. Semesteran c. Bulanan
b. Kuartalan d. Harian
Penyelesaian :
Diketahui : P = 1.500.000
i = 15% = 0,15 per tahun
n = 10

a. Pembayaran bunga majemuk c. Pembayaran bunga majemuk bulanan


semesteran (m=2) (m=12)
(2)(10 ) (12)(10)
0,15 0,15
F10 = 1.500.000 ( ( ) )
1+
2
F10 = 1.500.000 ( ( ) )
1+
12
F10 = 1.500.000 (1,075)20 F10 = 1.500.000 (1,0125)120
F10 = 6.371.776,65 F10 = 6.660.319,85

b. Pembayaran bunga majemuk kuartalan d. Pembayaran bunga majemuk harian


(m=4) (m=364)
(4 )(10) (364)(10)
0,15 0,15
F10 = 1.500.000 1+( ( ) )
4
F10 = 1.500.000 1+( ( ) )
364
F10 = 1.500.000 (1,0375)40 F10 = 1.500.000 (1,0004120879)3640
F10 = 6.540.568,14 F10 = 6.720.456,79

3) Model pertumbuhan penduduk


Penerapan deret ukur yang paling konvensional di bidang ekonomi dalah dalam hal perhitungan
pertumbuhan penduduk, sebagaimana pernah dinyatakan oleh Malthus, penduduk dunia tumbuh
mengikuti pola deret ukur. Yang dirumuskan

Pt = P1 Rt-1
9
Dimana : R = 1+r
P1 = jumlah pada tahun pertama (basis)
Pt = jumlah pada tahun ke-t
r = presentase pertumbuhan per tahun
t = indeks waktu (tahun)

Contoh : Penduduk suatu kota berjumlah 1 juta jiwa pada tahun 1991, tingkat pertumbuhan 4% per
tahun. Hitunglah jumlah penduduk kota tersebut pada tahun 2007, pertumbuhannya menurun
menjadi 2,5%, berapa jumlahnya 11 tahun kemudian?

Penyelesaian :
Diketahui : P1 = 1.000.000
r = 4% = 0,04
R = 1+r = 1,04
t = 16 (pada tahun 2007)
Pt = P1 Rt-1
P16 = 1.000.000 (1,04)16-1
P16 = 1.000.000 (1,800943)
P16 = 1.800.943 jiwa

Jumlah pada 11 tahun kemudian adalah


Diketahui : P1 = 1.800.943
r = 2,5% = 0,025
R = 1+r = 1,025
t = 11 (untuk 11 tahun kemudian)
Pt = P1 Rt-1
P11 = 1.800.943 (1,025)11-1
P11 = 1.800.943 (1,280084)
P11 = 2.305.359
Jadi, penduduk 11 tahun kemudian adalah 2.305.359 jiwa.

10
Chapter 3 PENUTUP

III.I Kesimpulan

1. Suatu barisan adalah fungsi yang mempunyai daerah asal himpunan bilangan bulat positif.
Sebuah barisan bisa didefinisikan dengan cara eksplisit atau rekursif.
2. Suatu barisan disebut barisan aritmetik jika selisih dari setiap dua suku yang berurutan
bernilai tetap, selisih ini dinamakan beda (b). Suatu barisan disebut barisan geometri jika
rasio (r) dari setiap dua suku yang berurutan bernilai tetap.
3. Suku ke-n barisan aritmatika dirumuskan sebagai : S n= a + (n-1) b sedangkan untuk barisan
geometri suku ke-n dirumuskan sebagai : Sn = a.rn-1
4. Deret merupakan jumlahan dari suku-suku suatu barisan. Rumus jumlah n suku pertama
deret aritmatika adalah Dn =n/2 (a+Sn) atau Dn = n/2 {2a + (n-1)b} . rumus jumlah n suku
pertama deret geometri adalah Dn = a (rn-1) / r – 1 atau Dn = a (1- rn) / 1 – r untuk r  1.
5. Dibidang bisnis dan ekonomi, teori atau prinsip-prinsip deret sering diterapkan dalam kasus-
kasus yang mengakut perkembangan dan pertumbuhan. Apabila perkembangan atau
pertumbuhan suatu gejala tertentu berpolaseperti pertumbuhan nilai-nilai suku sebuah deret,
baik deret hitung maupun deret ukur, maka teori deret yang bersangkutan relevan diterapkan
untuk menganalisisnya.

III.II Daftar Pustaka

Dumairy.1999.Matematika Terapan Untuk Bi i sn s dan Ek i onom , Y k ogya arta, BPFE UGM


Joseph Kalangi, Matematika Ekonomi dan Bisnis, Penerbit Salemba Empat, 2002
https://www.academia.edu/17270342/Aplikasi_Deret_dalam_Ekonomi
http://ikachan22.blogspot.com/2017/05/makalah-deret-dan-terapannya-dalam.html
Anwar, Cecep dan Pesta. 2008. “Matematika Aplikasi Untuk SMA dan MA Kelas XII Program
Studi Ilmu Alam”.Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Sari, Ratna. 2014. “Barisan dan Deret Aritmatika” (Online)
(http://ratnasari15.blogspot.co.id/2014/11/barisan-dan-deret-aritmatika.html)
https://docplayer.info/36285829-Konsep-dasar-barisan-dan-deret-serta-penerapan.html
www.resistav.wordpress.com(category:MatematikaEkonomi) referansi M. Nababan. Pengantar
Matematika untuk Ilmu Ekonomi dan Bisnis. 1994. Penerbit Erlangga, Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai