SERTA APLIKASI
DALAM BIDANG OLEH KELOMPOK 4 :
1
Chapter 1 PENDAHULUAN
I.III Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di paparkan maka tujuan penulisan makalah ini
adalah :
1. Mendeskripsikan pengertian barisan dan deret
2. Memaparkan cara menghitung barisan dan deret untuk memberikan gambaran dan dasar-dasar
pengertian serta pola pikir yang logis.
3. Menerapkan pengetahuan tentang baris dan deret tersebut dalam menghitung permasalahan-
permasalahan misalkan bisnis dan ekonomi Contoh Konstan dari waktu ke waktu, masalah nilai
uang dalam hal pinjam-meminjam, investasi jangka panjang yang dihubungkan dengan tingkat
suku bunga yang diasumsikan tetap dari waktu ke waktu, dan menghitung pertumbuhan
penduduk di suatu daerah serta jumlah penduduknya pada suatu waktu tertentu.
2
Chapter 2 PEMBAHASAN
2) Deret
Deret adalah rangkaian bilangan yang tersusun secara teratur dan memenuhi kaidah-
kaidah tertentu. Bilangan-bilangan yang merupakan unsur dan pembentuk sebuah deret
dinamakan suku. Keteraturan rangkaian bilangan yang membentuk sebuah deret terlihat pada
“pola perubahan” bilangan-bilangan tersebut dari satu suku ke suku berikutnya.
Sn= a + (n-1) b
Dimana :
Sn= nilai suku ke-n
a = nilai suku pertama
n = banyaknya suku
b = selisih (bisa positif maupun negative, tetapi tidak boleh nol)
3
S1= a = 3
b=2
n = 19
suku ke-n dari suatu barisan hitung : Sn= a + (n-1) b
maka, S19= 3 + (19-1) 2
S19= 3 + 18(2)
S19= 3 + 36
S19= 39
Contoh (2) : Nilai suku pertama dari suatu barisan hitung adalah 20 dan hasil nilai suku ke-10
adalah 38, hitunglah beda antara dua suku yang berurutan
Penyelesaian :
S1= a = 20
n = 10
S10= 38
maka, S10 = 20 + (10-1) b
38 = 20 + 9b
18 = 9b
b =2
Contoh (3) : Suatu perusahaan pada tahun pertama memproduksi 5.000 unit barang. Pada tahun-
tahun berikutnya produksi turun secara bertahap sebesar 80 unit per tahun. Pada tahun ke berapa
perusahaan tersebut memproduksi 3.000 unit barang?
Penyelesaian :
Penurunan produksi bersifat tetap, berarti merupakan persoalan baris hitung dengan
beda (b) = -80, a= 5.000, Sn= 3.000, sehingga:
Sn= a + (n-1) b
3.000 = 5.000 + (n-1) (-80)
3.000 = 5.000 – 80n + 80
80n = 5.080 – 3.000
80n = 2.080
n = 2.080/80
n = 26
Jadi perusahaan memproduksi 3.000 unit barang terjadi pada tahun ke-26.
4
2) Deret Hitung
Deret hitung yaitu deret bilangan yang tersusun dengan aturan dimana suku pertamanya
sama dengan suku pertama baris hitungnya, suku keduanya merupakan penjumlahan dua suku
pertama baris hitungnya, suku ketiganya merupakan penjumlahan tiga suku pertama baris
hitungnya, dan seterusnya.
Contoh : baris hitung : 2, 4, 6, 8, 10, 12, ……. Sn
Deret hitung : 2, 6, 12, 20, 30, 42, …….
D1 = 2 D3 = 2+4+6 = 12
D2 = 2+4 = 6 D4 = 2+4+6+8 = 20 dst
Jika suku pertaman (D1) dinyatakan dengan a, selisih antara dua suku berurutan diberi notasi b,
dan deret hitung suku ke-n dilambangkan Dn, maka untuk deret hitung suku ke-n diperoleh
rumus:
Dn= n/2 (a+Sn)
ATAU
Contoh (1): Tentukan jumlah 10 suku pertama dari deret hitung : 11 + 16 + 21 + ……..
Penyelesaian :
a = D1 = 11
b = 16 – 11 = 21 – 16 = 5
n = 10
Dn = n/2 {2a + (n-1)b}
D10 = 10/2 {2(11) + (10-1)5}
D10 = 5 (22+45)
D10 = 335
Jadi jumlah 10 suku pertama dari deret hitung tersebut adalah 335
Contoh (2): Gaji seorang karyawan setiap bulan dinaikkan sebesar Rp 50.000,- Jika gaji pertama
karyawan tersebut Rp 1.000.000,- tentukan jumlah gaji selama satu tahun pertama.
Penyelesaian :
a = 1.000.000
b = 50.000
n = 1 tahun = 12 bulan
Dn = n/2 {2a + (n-1)b}
D12 = 12/2 {2(1.000.000) + (12-1)50.000}
D12 = 6 (2.000.000 +55.000)
D12 = 6 (2.055.000)
D12 = 15.300.000
Jadi jumlah gaji karyawan tersebut selama setahun adalah Rp 15.300.000,-
5
II.III Barisan dan Deret Ukur
1) Barisan Ukur
Barisan ukur terdiri dari susunan bilangan yang dibentuk menurut urutan tertentu dimana
rasio antara dua suku yang berurutan adalah sama. Dalam barisan ukur setiap suku setelah suku
pertama , diperoleh dengan mengalikan suku sebelumnya dengan sebuah bilangan dengan
besaran yang tetap yang disebut rasio atau pembanding.
Contoh : 2, 6, 18, 54, 162
Barisan 2, 6, 18, 54, 162 adalah barisan ukur yang rasio antara dua suku yang berurutan adalah 3.
Setiap bilangan setelah suku pertama, diperoleh dengan mengalikan bilangan sebelumnya
dengan 3.
Sn = a.rn-1
Dimana :
Sn = nilai suku ke-n
a = nilai suku pertama
n = banyaknya suku
r = rasio atau pembanding (r bisa positif, bisa negative, tetapi r # 1)
2) Deret Ukur
Deret ukur merupakan deret yang perubahan suku-sukunya berdasarkan perkalian
terhadap sebuah bilangan tertentu. Bilangan yang membedakan suku-suku sebuah deret ukur
dinamakan pengganda, yakni merupakan hasil bagi antara nila suatu suku terhadap nilai suku di
depannya.
Contoh : 5, 10, 20, 40,80, 160 (pengganda = 2)
512. 256, 128, 64, 32, 16 (pengganda = 0,5)
Rumus untuk menghitung jumlah deret ukur dari suatu barisan ukur sampai suku ke-n, apabila
rasio antara dua suku yang berurutan adalah lebih kecil dari satu (r < 1) adalah :
Dn = a (1-rn)/ 1-r
Rumus untuk menghitung jumlah deret ukur dari suatu barisan ukur sampai suku ke-n, apabila
rasio antara dua suku yang berurutan adalah lebih besar dari satu ( r > 1 ) adalah :
Dn = a (rn-1)/ r-1
Contoh : Hitung suku ke-10 dan jumlah deret ukur sampai suku ke-10 dari barisan ukur berikut :
2, 6, 18, 54, 162
Penyelesaian :
a = 2 ; r = 3 ; n = 10
Suku ke-n dari suatu barisan ukur :
Sn = a.rn-1
S10 = 2 (310-1)
6
S10 = 2 (19.683)
S10 = 39.366
Jumlah deret ukur sampai suku ke-n dengan r>1 :
Dn = a (rn-1) / r – 1
D10 = 2 (310-1) / 3-1
D10 = 2 (59.048) / 2
D10 = 59.048
Penyelesaian :
Peningkatan produksi setiap tahunnya dapat dinyatakan dalam barisan hitung sebagai berikut :
10.000, 15.000, 20.000, 25.000, ………………………
Jadi, a = 10.000 ; b = 5.000
Dengan demikian, tingkat produksi (Q) pada tahun ke-10 adalah
Q10 = 10.000 + (10-1) 5.000
Q10 = 10.000 + (9) 5.000
Q10 = 10.000 + 45.000
Q10 = 55.000 unit
Jumlah produksi selama 10 tahun adalah
D10 = 10/2 (10.000 +55.000)
D10 = 5 (65.000)
D10 = 325.000 unit
Peningkatan harga setiap tahunnya dapat dinyatakan dalam barisan hitung sebagai berikut:
5.000, 7.500, 10.000, 12.500, .........................
7
Jadi, a = 5.000 ; b = 2.500
Dengan demikian, tingkat harga (P) pada tahun ke-10 adalah
P10 = 5.000 + (10-1) 2.500
P10 = 5.000 + (9) 2.500
P10 = 5.000 + 22.500
P10 = 27.500
Jadi, tingkat harga pada tahun ke-10 adalah Rp 27.500,- per unit
Hasil penjualan (Total Revinue) pada tahun ke-10 adalah merupakan hasil kali antara tingkat
produksi dengan tingkat harga pada tahun tersebut
TR10 = Q10 X P10
TR10 = 55.000 X 27.500
TR10 = 1.512.500
Jadi, total revenue pada tahun ke-10 adalah Rp 1.512.500,-
Fn = P (1 + i)n
ATAU
mn
ⅈ
Fn = P ( ())
1+
m
Dimana :
Fn = jumlah nilai kredit dengan n periode
i = suku bunga kredit
P = jumlah nilai kredit awal periode
n = banyaknya tahun
m = frekuensi pembayaran suku bunga dalam setahun
Contoh (1): Mr. Dean kredit mobil dengan uang muka Rp 10.000.000,- sisa kreditnya yaitu Rp
30.000.000,- dengan suku bunga kredit 2% per bulan, dalam jangka waktu 2 tahun. Berapakah
jumlah kredit setelah jatung tempo pelunasan dan berapakah jumlah harga mobil ?
Penyelesaian :
8
Diketahui : P = 30.000.000
i = 2% = 0,02
n = 2 tahun = 24 bulan
Contoh (2): Mrs. Arini ingin menabung uangnya sebesar Rp 1.500.000,- di bank dengan tingkat suku
bunga yang berlaku 15% per tahun. Berapakah nilai uangnya dimasa datang setelah 10 tahun
kemudian, jika dibunga-majemukkan secara :
a. Semesteran c. Bulanan
b. Kuartalan d. Harian
Penyelesaian :
Diketahui : P = 1.500.000
i = 15% = 0,15 per tahun
n = 10
Pt = P1 Rt-1
9
Dimana : R = 1+r
P1 = jumlah pada tahun pertama (basis)
Pt = jumlah pada tahun ke-t
r = presentase pertumbuhan per tahun
t = indeks waktu (tahun)
Contoh : Penduduk suatu kota berjumlah 1 juta jiwa pada tahun 1991, tingkat pertumbuhan 4% per
tahun. Hitunglah jumlah penduduk kota tersebut pada tahun 2007, pertumbuhannya menurun
menjadi 2,5%, berapa jumlahnya 11 tahun kemudian?
Penyelesaian :
Diketahui : P1 = 1.000.000
r = 4% = 0,04
R = 1+r = 1,04
t = 16 (pada tahun 2007)
Pt = P1 Rt-1
P16 = 1.000.000 (1,04)16-1
P16 = 1.000.000 (1,800943)
P16 = 1.800.943 jiwa
10
Chapter 3 PENUTUP
III.I Kesimpulan
1. Suatu barisan adalah fungsi yang mempunyai daerah asal himpunan bilangan bulat positif.
Sebuah barisan bisa didefinisikan dengan cara eksplisit atau rekursif.
2. Suatu barisan disebut barisan aritmetik jika selisih dari setiap dua suku yang berurutan
bernilai tetap, selisih ini dinamakan beda (b). Suatu barisan disebut barisan geometri jika
rasio (r) dari setiap dua suku yang berurutan bernilai tetap.
3. Suku ke-n barisan aritmatika dirumuskan sebagai : S n= a + (n-1) b sedangkan untuk barisan
geometri suku ke-n dirumuskan sebagai : Sn = a.rn-1
4. Deret merupakan jumlahan dari suku-suku suatu barisan. Rumus jumlah n suku pertama
deret aritmatika adalah Dn =n/2 (a+Sn) atau Dn = n/2 {2a + (n-1)b} . rumus jumlah n suku
pertama deret geometri adalah Dn = a (rn-1) / r – 1 atau Dn = a (1- rn) / 1 – r untuk r 1.
5. Dibidang bisnis dan ekonomi, teori atau prinsip-prinsip deret sering diterapkan dalam kasus-
kasus yang mengakut perkembangan dan pertumbuhan. Apabila perkembangan atau
pertumbuhan suatu gejala tertentu berpolaseperti pertumbuhan nilai-nilai suku sebuah deret,
baik deret hitung maupun deret ukur, maka teori deret yang bersangkutan relevan diterapkan
untuk menganalisisnya.
11