2022/2023
Dosen Pengampuh
Widyawanti Rajiman, S.Pd.,
M.Pd
Praktisi
Muhammad Albar, S.E., M.Pd
KATA PENGANTAR
Konsep-konsep matematika menjadi alat analisis yang penting dalam ilmu ekonomi.
Matematika dapat menyederhanakan penyajian dan pemahaman masalahmasalah
ekonomi. Matematika Ekonomi bertujuan memberikan pengertian yang lebih mendalam
tentang konsep-konsep dasar ilmu ekonomi dengan menerapkan matematika dalam
bahasan-bahasannya.
Modul bahan ajar ini berisi uaraian, contoh-contoh soal dan latihan mengenai penerapan
konsep-konsep matematika dalam bidang ekonomi. Materi disusun berdasarkan Satuan
Acara Perkulihaan (SAP) mata kuliah matematika ekonomi selama satu semester pada
jurusan ekonomi pembangunan. Penyajian setiap bab diawali dengan model-model
matematika murni, disusul dengan penjelasan ringkas tentang logika dari konsep-konsep
ekonomi yang menerapakan model tersebut, kemudian penerapan model matematika itu
sendiri dalam konsep ekonomi yang bersangkutan beserta contoh-contoh praktisnya.
Modul ini disusun sedemikian rupa agar dapat dipahami dengan mudah oleh mahasiswa
dan dapat bermanfaat sebagai pelengkap acuan terutama bagi mahasiswa yang
mengambil mata kuliah matematika ekonomi.
Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
secara langsung maupun tidak langsung hingga tersusunnya modul bahan ajar ini.
Semoga modul ini dapat bermanfaat dan kritik serta saran-saran bagi perbaikan
kedepannya sangat diharapkan.
Palopo, 05 Agustus
2022
Pe n u l i
s
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ........................................................................................................................................ i
Daftar Isi .................................................................................................................................................
ii Kegiatan Belajar I Barisan dan
Deret .................................................................................................... 1
Baris Hitung dan Deret Hitung ...............................................................................................
1
Deret Ukur .............................................................................................................................
4
Penerapan Ekonomi ...............................................................................................................
5
Kegiatan Belajar 1
S1 = 4 = a
S2 = 9 = a + b = a = (2 –1)b
S3 = 14 = a + 2b = a + (3 –
1)b S4 = 19 = a + 3b = a + (4 – 1)b
S5 = 24 = a + 4b = a + (5 – 1)b
Sn = a + (n – 1)b
Berdasarkan perhitungan di atas, kita dapat menentukan nilai-nilai suku
tertentu. Misalkan suku ke-10 dari deret hitung ini adalah:
S10 = a + (n – 1)b = 4 + (10 – 1)5 = 4 + 45 = 49
Jn = Sn = S1 + S2 + S3 + S4 + … Sn
5 i1
5
J5 = 5a + (5
2 – 1) b
Maka rumus jumlah n suku dapat ditulis sebagai berikut:
n
Jn = na + (n2 – 1)b, atau
2 n
Jn = na + (n – 1)b
2 2
2na n
Jn = 2+ (n – 1)b
2
3
na na n(n 1)b
Jn = + +
2 2
2
n
Jn = {a + a + (n – 1)b}
2
n
Jn = {2a + (n – 1)b}
n
Jn = 22(a + Sn)
Contoh:
1. Hitunglah jumlah sepuluh suku pertama dari deret hitung berikut ini:
4, 9, 14, 19, 24, …
Penyelesaian:
Diketahui:
a = 4, b = 5, n =
10, maka
10
J10 = 2+ {2.4 + (10 – 1)5}
Jn = 5 (8 + 45) = 265
2. Sebuah deret hitung memiliki suku pertama 480, banyaknya suku 15. Apabila
nilai suku ke-15 adalah 270. Hitunglah berapa nilai suku ke-13 dan berapa
jumlah deret tersebut?
Penyelesaian:
Diketahui:
a = 480, S15 = 270,
maka
b = -15
n
S13 = a + (n – 1)b J15 = 2(a + Sn)
15
S13 = 480 + (13 – 1)(-15) J15 = 2(480 + 270)
J15 = 5.625
S13 = 300
4
Latihan:
Suatu deret hitung terdiri dari 8 suku, nilai suku ke-6 adalah 26. Beda antara suku
ke-3 dan ke-8 adalah 20. Tentukan nilai suku pertama dan berapa jumlah suku dari
deret tersebut?
2. Deret Ukur
Deret ukur adalah suatu deret yang perubahan suku-sukunya berdasarkan
perkalian terhadap suatu bilangan tertentu. Bilangan yang membedakan suku-suku
sebuah deret dinamakan pengganda.
Contoh:
4, 8, 16, 32, 64, 128 (pengganda = 2)
Jn - p Jn = a - apn
Jn (1 – p) = a(1- pn)
a(1 p n ) a( p n 1)
jika | p | > 1
Jn = 1 p jika | p | < 1 atau Jn = p
1
Contoh:
Hitunglah jumlah sepuluh suku pertama dari deret ukur berikut ini:
4, 8, 16, 32, 64, 128, …
Penyelesaian:
Diketahui:
a = 4, p = 2,
n = 10,4(2
maka
10
1) 4(210 1) (4)(1.023)
= = = 4.092
J10 = 21 1 1
Latihan:
1. Deret ukur A mempunyai nilai a = 512 dan p = 0,5. Deret ukur B
mempunyai nilai a = 16 dan p = 4. Masing-masing pada suku ke
berapa nilai suku-suku dari kedua deret ini sama?
2. Deret ukur A mempunyai nilai a = 512 dan p = 0,5.Deret ukur B
mempunyai nilai a = 1 dan p = 4. Pada suku ke berapa kedua deret
tersebut mempunyai nilai yang sama.
3. Penerapan Ekonomi
Penerapan deret dalam bidang bisnis dan ekonomi sering ditemukan pada
kasus-kasus yang menyangkut perkembangan dan pertumbuhan. Apabila
perkembangan dan pertumbuhan suatu gejala tertentu berpola seperti perubahan
nilai-nilai
suku sebuah deret, baik deret hitung maupun deret ukur, maka teori deret masih
relevan diterapkan untuk menganalisisnya.
Penyelesaian:
Diketahui:
a = 3.000; b
= 500; n = 5,
maka
5
Jn = (3.000
2 + (5+ 5000) = 20.000
Sn = 3.000
–Latihan:
1) 500 =
Perusahaan
5.000 kecap XYZ sudah beroperasi selama 8 bulan sejak bulan Januari 2004.
Pada bulan Juni perusahaan mampu menghasilkan 26.000 botol kecap. Beda
produksi antara bulan Maret dan Bulan Agustus adalah 20.000 botol. Berapakah
jumlah produksi pada bulan Januari dan berapa jumlah produksi selama 8 bulan?
Contoh:
Seorang mahasiswa menyimpan uangnya dibank sebesar Rp 5.000.000
dengan tingkat bunga yang berlaku 12 persen per tahun. Berapa jumlah uang
mahasiswa tersebut pada tahun ketiga?
Penyelesaian:
Diketahui:
P = Rp 5.000.000; i = 12% per
tahun; n = 3 maka
Fn = P (1 + i)n
F3 = Rp 5.000.000 (1 + 0,12)3
= Rp 5.000.000 (1,12)3
= Rp 7.024.640
7
Rumus di atas hanya berlaku pada pembayaran bunga untuk setiap tahun
saja. Tetapi, dalam praktik bisnis misal pada bank-bank komersial pembayaran
bunga tidak hanya satu kali dalam setahun, melainkan dalam setahun frekuensi
atau banyaknya pembayaran bunga kepada nasabahnya lebih dari satu kali.
Misalnya pembayaran bunga majemeuk secara kuartal, bulanan bahkan harian.
Jika frekuensi pembayaran bunga ini dimisalkan m kali dalam setahun, maka nilai
masa datangnya adalah:
(n)( m)
Fn p 1 i dimana,
m
Fn= nilai masa datang tahun ke-n
P = nilai sekarang
i = tingkat bunga per tahun
m = frekuensi pembayaran bunga dalama setahun
n = jumlah tahun
Contoh:
Seorang anak ingin menabung uangnya Rp 1.500.000 di bank dengan tingkat
bunga yang berlaku 15 persen per tahun. Berapakah nilai uangnya dimasa datang
setelah 10 tahun kemudian.
a. jika pembayaran bunga dilakukan setiap bulan?
b. Jika bunga diperhitungkan satu tahun sekali ?
Penyelesaian:
Diketahui:
P = Rp 1.500.000; i = 15% per tahun; n = 10
i
(n)( m)
Fn P 1
m (10 )(12)
0,15
F10 = Rp 1.500.000 1 12
= Rp 1.500.000 (1 + 0,0125)120
=Rp 1.500.000 (4,440213)
=Rp 6.660.319,85
Latihan:
1. Investasi seorang pengusaha pada sebuah bank menjadi Rp 12.597.120 pada
tiga tahun yang akan datang. Jika tingkat bunga yang berlaku adalah 8 persen
per tahun, berapakah jumlah uang pengusaha pada saat sekarang?
Pt PR t1 1 dimana,
R=1+r
P1 = jumlah penduduk pada tahun pertama (basis)
Penyelesaian:
Diketahui:
P1 = 1.000.000; r = 0,04; R = 1,04
maka
Ptahun 2016 = P16 = 1.000.000 (1,04)15
= 1.000.000 (1,800943)
= 1.800.943 jiwa
Latihan:
Berdasarkan contoh di atas, jika mulai tahun 2016 pertumbuhannya menurun 2,5
persen, berapakah jumlahnya 11 tahun kemudian?
9
Kegiatan Belajar 2
2.1 Relasi
Relasi atau hubungan dua himpunan A dan B adalah pemasangan anggota-
anggota himpunan A dengan anggota-anggota himpunan B. Jika R suatu relasi dari
himpunan A ke B, maka dengan memakai notasi himpunan, relasi dapat
dinyatakan sebagai berikut:
R = [ (x,y) ; x A dan y B]
Contoh:
10
Safa ● ●Sate
Prili ● ●Baks
Anak panah menyatakan
Farhan● o relasi suka makan
Mira ●Soto
●
Soto
Bakso
Sate
Safa Farhan Himpunan A
Prili
Contoh:
A = {1, 2, 3}, dan B = {a, b}
maka A x B dan B x A masing-masing ditentukan sebagai
beriakut: A x B = { (1, a), (1, b), (2, a), (2, b), (3, a), (3, b)}
B x A = { (a, 1), (a, 2), (a, 3), (b, 1), (b, 2),
(b, 3)} A x B # B x A
Latihan:
Bila A = {2, 4, 6, 8} dan B = {1, 2, 4} dan jika x A dan y B, tentukan
relasi “x dua kali y” dengan:
a. diagram anak panah
b. pasangan berurutan
11
2.2. Fungsi
Suatu fungsi f dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu relasi khusus
yang memasangkan dengan tepat setiap unsur A ke satu unsur B. Fungsi dari
himpunan A ke himpunan B dapat dinayatakan sebagai berikut:
f: A B
1 · · 2
· 3
2 · · 4
· 5
3 ·
· 6
B
Apabila fungsi tersebut mengaitkan xA dengan yB maka bditulis:
f(x) = y Atau f:x y
Misalkan fungsi tersebut mengaitkan x dengan ax + b, x A dan (ax + b) = y B,
maka ditulis:
f(x) = ax + b atau
f(x) = y = ax + bx dan y disebut perubah atau variabel. Himpunan nilai x
tersebut berepran sebagai domain. Nilai perubah y yang merupakan bayangan dari
nilai x, berperan sebagai range.
x biasanya disebut variabel bebas (independent variable).
y biasanya disebut variabel terikat (dependent variable).
Ini berarti nilai fungsi [(x,y)] atau y = f(x) ditentukan oleh
nilai x.
12
a adalah parameter yaitu suatu konstanta tertentu yang nilainya belum ditetapkan
yang terkait langsung pada suatu variabel dalam sebuah fungsi.
b disebut konstanta, yaitu nilai yang tidak berubah didalam fungsi walaupun
terjadi perubahan variabel didalam fungsi.
3. Diketahui y = 3x2 + 6x + 8
Hitunglah nilai fungsi tersebut pada x = 2 dan
pada x = 0 x = 2 : y = 3(2)2 + 6(2) + 8 = 32
x = 0 : y = 3(0)2 + 6(0) + 8 = 8
Jadi nilai fungsi tersebut pada x = 2 adalah 32,
pada x = 0 adalah 8.
X -1 1 3 4 dst
f(x) -5 1 7 10 dst
{x, f(x)} (-1, 5) (1, 1) (3, 7) (3, 10)
13
7 (3,7)
6
5
4
3
2
1 (1,1)
-1 1 2 3 4 5 6
-2
-3
-4
(-1,-5) -5
2
1
(0,7;0)
-1 1 2 3
-2 (0,-2)
Latihan:
Buat grafik dungsi berikut f(x) = 3 + x2
C = f(y)
14
Contoh:
Hubungan ekonomi antara pendapatan seseorang dengan konsumsinya yang
dinyatakan sebagai berikut:
C = 200 + 0,3y
4. Macam-macam Fungsi
1. Dilihat dari operasinya:
Fungsi aljabar (fungsi linier, fungsi kuadrat, fungsi kubik, fungsi pecah)
Fungsi non aljabar (fungsi logaritma, fungsi eksponen, fungsi trigonometri)
2. Dilihat dari hubungan antar variabel
a. Fungsi eksplisit, yaitu suatu fungsi yang letak variabel bebas dan variabel
terikatnya tidak terdapat dalam satu ruas
Contoh: y = f(x) = ax2 + bx + c
b. Fungsi implisit, yaitu suatu fungsi yang letak variabel bebas dan variabel
terikatnya dalam satu ruas.
Contoh: f(x,y) = 0 atau ax2 + by2 + cx + dy + e = 0
3. Dilihat dari jumlah variabel bebasnya
a. Fungsi univariabel, yaitu suatu fungsi dengan satu variabel bebas
Contoh: y = f(x) = x2 + ax + b
b. Fungsi multivariabel, yaitu suatu fungsi yang memiliki lebih dari satu
variabel bebas.
Contoh: z = ax2 + by + c
5. Fungsi Linear
1. Hakikat Fungsi Linier
Sebelum dijelaskan mengenai fungsi linier, akan disajikan contoh fungsi
linier berikut ini :
a. y = 5x -10
b. y = 4x - 12
Berdasarkan contoh di atas dapat diketahui bahwa fungsi linier memiliki
satu variabel bebas x yang pangkatnya satu dan satu variabel terikat yaitu y. Jadi
dapat disimpulkan bahwa fungsi linier adalah fungsi yang hanya memiliki satu
variabel bebas yang berpangkat satu pada variabel tersebut. Fungsi linier sering
disebut dengan persamaan garis lurus (pgl) dengan bentuk persamaan umumnya
sebagai berikut :
Y=mx+c
Keterangan :
15
y = variabel terikat
x = variabel bebas
m= Gradien/ kemiringan
c = konstanta
5.2. Menggambar
Kurva Fungsi Linier
Gambar kurva fungsi linier berbentuk garis lurus yang memotong sumbu x
dan sumbu y. Sebelum disajikan langkah menggambar kurvanya, akan disajikan
contoh gambar kurva fungsi linier berikut ini :
Contoh
Gambarkan kurva dari persamaan y = 2x – 6
Jawab:
d.Titik potong terhadap sumbu x, maka y = 0
y = 2x – 6
0 = 2x – 6
0 + 6 = 2x
6 = 2x
x=3
Jadi koordinatnya (3, 0)
c. Tentukan letak titik potong pada bidang cartecius, kemudian hubungkan dengan
garis lurus
Contoh :
Tentukanlah persamaan garis lurus yang melalui titik (3, -4) dan ( -2, 6)
Jawab:
x1= 3, y1 = -4, x2 = -2 dan y2 = 6, maka persamaan fungsi linier atau persamaan
garis lurusnya adalah dengan mensubstitusikan titik-titik yang diketahui ke
persamaan berikut
17
dengan
Contoh :
Tentukanlah persamaan garis lurus yang bergradien 2 dan melalui titik (-3,1)
Jawab:
5.4 Hubungan
Dua Garis
Lurus
Dua garis lurus yang terletak di satu bidang kemungkinannya dapat saling
berimpit, sejajar, tegak lurus, dan berpotongan satu sama lain.
a. Garis Berimpit
Dua garis lurus akan saling berimpit kalau persamaan garis yang satu merupakan
kelipatan persamaan garis yang lain.
b. Garis Sejajar (m1 = m2)
Dua garis akan sejajar bila gradiennya sama.
18
y - 𝒚𝟏= m (x - 𝒚𝟏)
c. Garis Tegak Lurus (m1 . m2 = -1)
Dua garis lurus akan saling berpotongan tegak lurus apabila perkalian kedua
gradien sama dengan -1
d. Garis Saling Berpotongan (m1 ≠ m2)
Dua garis lurus akan saling berpotongan apabila gradiennya tidak sama. Dua garis
yang berpotongan, koordinat titik potongnya harus memenuhi ke dua persamaan
garis lurus. Koordinat titik potong ini diperoleh dengan mengerjakan kedua
persamaan secara serempak.
Latihan:
1. Cari kemiringan garis yang telah ditentukan oleh titik A dan B berikut ini
a. A (3,4), B (4,3)
b. A (4,5), B (8,13)
c. A (-2, -2), B (5,5)
2.Untuk setiap pasangan titik-titik koordinat (X,Y) , carilah persamaan garis lurus
y =ax +c
a. (0,0), (6,3)
b. (3,5), (10,2)
c. (-6, -4), (10,8)
3. Gambarlah grafik dari persamaan garis lurus berikut ini :
a. 2x - 3y + 2=0
b. 4x – 6y = 0
c. 3x + y + 4 = 0
19
Kegiatan Belajar 3
2. Simetris
Fungsi yang simetris terhadap sumbu x dan sumbu y tentu akan simetris
dengan titik origin (titik nol). Tetapi grafik yang simetris terhadap titik origin
belum tentu simetris terhadap sumbu x dan y.
3. Batas Nilai
Untuk menggambar grafik suatu fungsi harus dilihat tentang batas batas nilai
dan variabel-variabel yang ada pada persamaannya. Grafik yang akan
digambar harus mempunyai batas bilangan nil. Sehingga apabila dalam suatu
grafik terdapat titik-titik (x, y), maka nilai-nilai x dan y harus bilangan nil.
Sedangkan bila salah satu titik nilainya adalah tidak nil (imajiner), maka titik
tersebut tidak digunakan dalam penggambaran grafik yang dimaksud.
1. Asimtot
Asimtot adalah suatu garis lurus yang didekati oleh grafik dengan jarak yang
semakin dekat dengan nol, tetapi tidak sampai saling berpotongan di antara
mereka. Garis asimtot yang biasanya digunakan adalah asimtot yang sejajar
dengan sumbu x yang disebut asimtot datar (asimtot horizontal) dan asimtot
yang sejajar dengan sumbu y, disebut asimtot tegak (asimtot vertical). Untuk
asimtot datar yang sejajar dengan sumbu x diberi notasi y = k, untuk garis y =
f (x) di mana x mendekati bilangan tak berhingga (x —+ ~ ). Asimtot mi
sering digunakan apabila grafiknya berbentuk hiperbola.
5. Faktorisasi
terdini dan dua faktor atau lebih. Sehingga dengan mengadakan faktorisasi
maka persamaan yang terdiri dan dua faktor atau lebih dapat lebih mudah
digambar grafiknya. Misalnya suatu persamaan x2 + 2 xy —3 y2 = 0. Maka
apabila persamaan tersebut akan dibuat grafiknya kita harus memfaktorkan
persamaan tersebut, yaitu:
b b2
b. Rumus abc:
x1,2 4ac 2a
Ada tiga kemungkinan hasil akar-akar persamaan kuadrat, tergantung dari
diskriminan (D = b2 - 4ac) yaitu :
1. Jika D > 0, maka persamaan kuadrat mempunyai 2 (dua) akar yang
berlainan.
22
D b D
adalah dan titik maksimum ,
4a 2a 4a
b
Sumbu simetri x =
2a
Langkah 2 :
Tentukan titik potong dengan sumbu y (x = 0)
23
Langkah 3:
Tentukan titik potong dengan sumbu x (y = 0) Hal ini sama dengan
memecahkan persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0.
Ilustrasi
Buat sketsa fungsi kuadrat f(x) = -x2 + 8x – 12
Jawab:
Titik potong dengan sumbu x adalah :
I. Cara faktorisasi II. Menggunakan rumus
b b2
-x2+ 8x – 12 = 0
x1,2 4ac 2a
8 8 2 4. 1. 12
(-x + 2) (x – 6)
x1,2 2. 1
64 48
-x + 2 = 0 x – 6 = 0 x1,2 8
2
x1 = 2 x2 = 6 x1 = 2 x2 = 6
Jadi titik potong dengan sumbu x ada dua titik yaitu (2 , 0) dan (6 , 0).
Titik potong dengan sumbu y adalah :
-x2 + 8x – 12 = y -02 + 8.0 – 12 = y
y = -12
Jadi titik potong dengan sumbu y adalah (0, -12)
Sumbu simetri x = ½ [x1 + x2] = ½ [2 + 6] = 4 atau x =
b
= 2a
8
=4
2. 1
Nilai maksimum adalah D 16
4a = 4. = 4 dan titik maksimum
1
b D
, = (4 , 4)
2a 4a
f(x) = -x2 + 8x – 12
X 0 1 2 3 4 5 6 7 8
F(x) - 12 -5 0 3 4 3 -0 -5 -12
Gambar 3.3
24
Latihan :
1. Gambarkanlah fungsi kuadrat (1) f(x) = 2x2 -11x – 6 dan (2) f(x) = x2 - 6x + 9
2. Jika fungsi permintaan dan penawaran suatu produk: P = Q2 + 14Q + 22 dan
P = Q2 - 10Q + 150 tentukan harga dan kuantitas keseimbangannya.
Gambarkan pula grafiknya! [ QE = 4, dan PE = 94]
3. Jika fungsi permintaan dan penawaran sutu produk: P = 2Q2 + 10Q + 10 dan
P = -Q2 - 5Q + 52, tentukan harga dan kuantitas keseimbangannya. Gambarkan
grafiknya! [ QE = 2, dan PE = 38 ]
4. Jika fungsi permintaan dan penawaran suatu produk : P = Q2 + 2Q + 12
dan P=-Q2 – 4Q + 68, tentukan harga dan kuantitas
keseimbangannya. Gambarkan grafiknya! [QE= 4 dan PE = 36].
25
setelah pemberian subsidi. [ QES = 32 - 4√19, dan PES = -8 + 2√19] (Nababan, 1988:
96)
6. Let the demand function be x = 10 - 2p and the supply function be x = 4p.
What amount of subsidy per unit would have to be given to half the
equilibrium price? (Arora, 2003:25)
7. The demand curve for a commodity is given as x = 20 – 4p and the supply
curve is x = 8p. Find the equilibrium price. What amount of tax per unit
would have to be imposed to double the equilibrium price without tax
“(Arora, 2003: 25).
Ilustrasi
(1) x = -2y2- 4y + 30.
Jawab :
Titik potong dengan sumbu y adalah :
I. Cara faktorisasi II. Menggunakan rumus
b b2
-2y2– 4y + 30 = 0
y1,2 4ac 2a
4 2 4.
(-2y + 6) (y + 5) y 2.30
2. 2
4
1,2
1,2
16 240
-2y
Jadi+titik
6 =potong
0 y + 5dengan
=0 sumbu y ada dua ytitik yaitu (0 ,43) dan (0 , -5).
4
y1 = 3 y2 = -5 y1 = -5 y2 = 3
26
Gambar 3.4
P
(0,3)
(1 4 ,2 )
(24,1)
(3 0 ,0 )
0 Q
5 10 15 20 25 3 0 (32,-1)
(24,-3)
(14,-4)
( 0, - 5)
Jadi grafik terbuka ke kiri, sumbu simetri y = -1, titik potong dengan
sumbu x di (30,0). Titik potong dengan sumbu y (0, -5) dan ( 0, 3).
A. FUNGSI KUADRAT
Fungsi kuadrat adalah suatu fungsi non linier yang peubah (variabel)
bebasnya paling tinggi berpangkat 2 (dua). Bentuk grafik fungsi kuadrat dapat
berbentuk parabola hiperbola, lingkaran dan dips. Pada buku mi hanya akan
dibahas fungsi kuadrat yang berbentuk parabola, sedangkan bentuk yang lain
pembaca dapat mempelajari pada buku teks yang lain.
27
Contoh 1:
Gambarlah persamaan parabola y = x2 — 7x + 12
Jawab:
Penggambaran parabola dengan cara membuat
tabel persamaan:
Setelah dicari .nilai-nilai dan variable x dan y, maka grafik parabola tersebut
dapat digambar sebagai berikut:
28
Contoh 3:
Gambarlah fungsi parabola dengan persaimaan x = y2 + 5y
—6 Jawab:
a. Titik potong dengan sumbu x, bila y == 0
x = 0 ± 0 - 6 —.. untuk y = 0, maka x -6 —p titik potong dengan sumbu y pada
titik (-6, 0).
b. Titik potong dengan sumbu y, bila x = 0
→ 0=Y2+5y - 6 → Dete~iflan(D) = b2 - 4aC =(5)2 – 4 . l (-6) = 49 →
Determinan Iebih besar dan 0 (D> 0), maka terdapat dua titik potongdengan
titik potong dengan sumbu y pada titik (0, -6) dan (0, 1).
c. Titik puncak parabola
Jadi sumbu simetrinya adalah garis yang sejajar sumbu x pada y - 2,5
Dengan diketahui ciri-ciri matematisnya maka grafik fungsi parabola tersebut
dapat digambar sebagai berikut:
Untuk menyidik posisi parabola apakah terbuka ke kanan atau terbuka ke kin,
memotong sumbu y atau tidak dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Apabila nilai D> 0 dan a> 0 → parabola akan menghadap ke kanan
dan memiliki 2 (dua) titik potong dengan sumbu y.
2. Apabila nilai D 0 dan a> 0 → parabola akan menghadap ke kanan
dan menyinggung sumbu y.
3. Apabila nilai D. < 0 dan a> 0 → parabola akan menghadap ke kanan
dan tidak memiliki titik potong dengan sumbu y.
4. Apabila nilai D> 0 dan a < 0 → parabola akan mengha~ap ke kin
dan memiliki 2 (dua) titik potong dengan sumbu y.
5. Apabila nilai D 0 dan a < 0 → parabola akan menghadap ke k’iti dan
memiliki titik singgung dengan sumbu y.
6. Apabila nilai D <0 dan a <0 → parabola akan menghadap ke kin
dan tidak menyinggung/memotong sumbu y.
ax b
Bentuk umum: y cx d, a, b, c, d R, dn c ≠ 0
Titik potong dengan sumbu x (y= 0). Titik potong dengan sumbu y (x = 0).
Asimtot : asimtot suatu kurva adalah garis lurus yang dituju oleh kurva tersebut
bila jaraknya dari titik asal semakin besar.
Aturan untuk menentukan asimtot :
1. Asimtot datar : dapat diperoleh dengan cara menyamakan koefisien x
berpangkat tertinggi dengan 0.
2. Asimtot tegak : dapat diperoleh dengan cara menyamakan cara koefisien y
berpangkat tertinggi dengan 0.
3. Grafiknya simetri terhadap titik potong kedua asimtot.
Ilustrasi :
x2
y 2x ,3setelah dikalikan diperoleh 2xy + 3y – x + 2 = 0
Asimtot datar : (2y-1)x + 3y + 2 = 0, maka 2y – 1 = 0 atau y = ½ . Jadi asimtot
datar y = ½. Asimtot tegak : (2x + 3)y – x + 2 = 0, maka 2 x + 3 = 0. atu x = -3/2.
Jadi asimtot tegak x = -3/2. Gambarkan!
di mana:
y sebagai variabél terikat
x sebagai vanabel bebas
a , b, c dan d sebagai
koefisien (konstanta)
Gambar grafik fungsi pecah berbentuk hiperbola. Oleh karena itu
pembahasan fungsi pecah dimasukkan dalam fungsi non linier karena gambar
grafiknya tidak linier. Untuk menggambar grafik pecah dapat dilakukan
dengan [angkah mencari ciri-ciri matematisnya sebagai berikut:
1. Titik potong grafik dengan sumbu y bila nilai nilai x = 0, sehingga
34
3. Asimtot grafik
a Asimtot tegak. tercapai apabila nilai y tidak terhingga (t), sehingga
persamaan menjadi:
Jawab:
Sebelum menggambar, kita can dulu ciri-ciri matematisnya:
a. Titik potong dengan sumbu y bila nilai x 0
35
Latihan
1. Gambarkanlah fungsi :
36
2x
2x 3 10x 200 (c) y
(a) y x (b) y x 20 x
1 1
x2 1
(d) y (e) y
x3 x
2
3x 3
2. Gambarkanlah dan tentukan titik potong fungsi (1) y 2x dan
1
y = 2x + 1 (2) xy = 30 dan x = 3y – 9
3. Tunjukkan bahwa bentuk berikut merupakan fungsi rasional
(1) xy – x – y -2 = 0 (2) xy + x – 3y – 2 = 0 (3) x – 3y + xy –2
=0
lamanya modal dibungakan dengan tingkat bunga konstan. Jika modal sebesar K0
dibungakan k kali per tahun dengan bunga sebesar r per tahun maka setelah n
tahun, modal tersebut akan menjadi :
r
K n K 0 (1 )nxk
k
Ko = modal awal atau besar modal pada tahun ke nol. Kn = modal akhir atau
besar modal pada tahun ke-n dengan e = 2,718…, k = kelipatan bunga yang
dibayar pertahun, n = waktu lamanya modal dibungakan; r = besarnya bunga per
tahun.
37
Ilustrasi :
Saya menabung Rp. 4.000.000,00 dengan bunga pertahun 5% per tahun. Berapa
jumlah uang saya (pokok tabungan + bunga) setelah 10 tahun?
(a) bila bunga dibayarkan sekali setahun
(b) bila bunga dibayarkan per triwulan
(c)bila bunga dibayarkan secara kontinyu per tahun.
Jawab :
r 0,05
(a) Kn K 0 (1 )nk
1x10 4(1 ) 6.515.785
k 4
r 0,05 4
(b) Kn K 0 (1 )nk 4(1 ) x10 6.574.477
k 4
jumlah
tenaga
kerja
sebuah
perusahaan
38
(1) 3Q 4 dan S : P = 2Q + 1
D : P 2Q 1
B. FUNGSI KUBIK
Fungsi kubik atau fungsi pangkat tiga adalah fungsi non limer yang variabel
bebasnya berpangkat tiga (paling tinggi berpangkat tiga). Bentuk umum fungsi
kubik secara sederhana diformulasikan sebagai : y = ax3 + bx2 + cx + d, atau
y = a + bx + cx2 + dx3
di mana:
y sebagai variabel terikat
x sebagai variabel bebas
a. b, c dan d sebagai
koefisien/konstanta.
Untuk menggambar
fungsi kubik pada
dasarnya sama dengan
menggambar
fungsi kuadrat sebagaimana telah dijelaskan di muka. Bedanya bahwa pada
gambar grafik fungsi kubik memiliki 2 (dua) titik puncak (titik ekstrim) yaitu titik
puncak maksimum dan titik puncak minimum. Grafik fungsi kubik juga rnemiliki
suatu titik belok. Ada atau tidak adanya titik puncak dan atau titik belok tersebut
tergantung pada nilai a, b, dan c yang ikut membentuk persamaan fungsi kubik
dimaksud. Untuk lebih jelasnya diberikan contoh sebagai berikut.
Contoh 5:
Gambarlah grafik dan fungsi kubik: y = x3 — 2x2 + x + 4
Jawab:
Untuk menggambar fungsi tersebut di atas, maka dibuat
tabel nilainilai dan
variabel x dan y yang bersesuaian.
40
Contoh 6:
Gambarlah grafik dan fungsi kubik: y = x3 — 3x2 — 2x
Jawab:
Untuk menggambar fungsi tersebut di atas, ‘naka
dibuat tabel nilainilai dan
variabel x dan y yang bersesuaian.
Untuk mencari titik-titik maksimum dan minimum maupun titik belok suatu
fungsi kubik secara lebih jelas dan sederhana dapat dipelajari dengan cara
diferensial.
Penerapan fungsi linier dalam ekonomi dan bisnis yang akan dikemukakan
dalam buku mi meliputi 2 (dua) hal pokok. Pertama penerapan fungsi linier dalam
ekonomi yang meliputi fungsi perznintaan, penawaran dan keseimbangan pasar.
Sedangkan dalam bisnis akan dijelaskan tentang fungsi biaya, pendapatan dan
laba.
Untuk memperoleh garis fungsi permintaan dan penawaran yang bermakna, kita
ambil fungsi permintaan dan penawaran yang berbentuk non linier yang
~memi1iki nilai positif. Nilai positif mi berada pada kuadran pertama dalam suatu
sistem sumbu silang. Sehingga fungsi permintaan dan penawaran mi dapat
berbentuk potongan parabola, hiperbola atau potongan fungsi non linier yang lain.
Biasanya, dalam penerapan ekonomi, sumbu vertikal dalam suatu sistem suinbu
koordinat diganti dengan notasi harga (P = price) yang semula adalah sumbu y.
Sedangkan sumbu vertikal yang semula adalah sumbu x diberi notasi sebagai
sumbu kuantitas (Q = quantity).
Keseimbangan pasar yang merupakan titik potong antara permintaan dan
penawaran selain berbentuk linier sebagaimana telah kita bicarakan di muka,
juga berlaku untuk keseimbangan pasar yang berbentuk non tinier. Keseimbangan
non linier mi juga akan terjadi apabila jumlah barang yang diminta (Qd = quantity
of demand) sama dengan jumlah barang yang ditawarkan (Qs = quantity of
supply). Sehingga dengan mudah dipahami bahwa keseimbangan pasar akan
tercapai pada perpotongan fungsi permintaan dan penawaran atau Qd =Qs.
Untuk memberikan gambaran yang jelas, dapat diikuti contohcontoh berikut
mi.
Contoh 7:
Permintaan suatu barang diformulasikan oleh persamaan P = 2Q2 —11Q + 15,
sedangkan funsi
P = Q2 + 2Q + 1.penawarannya diformulasikan
Carilah titik keseimbangan oleh persamaanbarang
pasar non linier
tersebut dan
gambarlah grafiknya!
Jawab:
Untuk menjawab pertanyaan ter~sebut, kita selesaikan masing-masing fungsinya,
sehingga fungsi tersebut dapat digambar dalam sumbusumbu koordinat.
a. Fungsipermin(aan ad.: P = 2Q2 — 11Q + 15.
o Titik potong dengan sunibu P. bila nilai Q = 0 sehingga P = 2.0—
11.0+ 15 → P = 15 → titik potongnya pada (0, 15).
Titik potong dengan sumbu Q, bila nilai
P =
42
Jadi titik potong dengan sumbu Q pada titik (3, 0) dan titik (2,5 ; 0)
o Titik puncak fungsi permintaan pada Q -b/2a dan P -D/4a
Q = -b/2a = -(-11)/(2.2) = 11/4 = 2 3/4
P = -D/4a = - 1/4.2 = -1/8
Jadi titik puncaknya path titik (2 ¾ ; -1/8)
b Fungsipenawaran (Qs) : P = Q2 +
2Q + 1.
o Titik potong dengan sumbu P.
bila nilai Q = 0 sehingga P 0 +
2.0 +1
→ P= 1 →
titikpotongnyapada(O, 1).
o Titik potong dengan sumbu Q, bila nilai P =0. 0 =
Q2 + 2Q + I
43
selisih antara harga keseimbangan pasar setelah pajak (P1) dengan harga
keseimbangan sebelum pajak (Po). Secara total, beban pajak yang ditanggung
konsumen adalah sebesar beban pajak per unit dikalikan dengan kuantitas
keseimbangan setelah pajak (Qt). Adapun besamya pajak yang ditanggung
produsen per unit (tn) adalah selisih antara besarnya pajak per unit yang dikenakan
pemerintah (t) dikurangi dengan pajak per unit yang ditanggung oleh konsumen (t1),
sehingga t1, t — tk. Secara total, beban pajak yang ditanggung oleh produsen adalah
sebesar pajak yang ditanggung produsen per unit dikalikan dengan jumlah barang
yang dihasilkan. Sedangkan pajak yang akan diterima oleh pemerintah adalah
sebesar pajak yang ditanggung konsumen ditambah pajak yang ditanggung oleh
produsen atau besarnya pajak per unit dikalikan dengan kuantitas keseimbangan
setelah pajak.
Adanya pajak yang dikenakan kepada produsen, menyebabkan fungsi
penawarannya berubah. Dan penjelasan di atas, apabila fungsi penawaran sebelum
pajak (Qs) adalah P f(Q), sedangkan pajak yang dikenakan per unit sebesar t,
maka fungsi penawaran setelah pajak (Qs’) = f(Q) + t. Adapun fungsi permintaan
sebelum pajak (Qd) dan fungsi penawaran sesudah pajak (Qd’) tetap sama/tidak
berubah, sehingga Qd
Qd’: P = f(Q). Untuk lebih jelasnya berikut mi diberikan contoh
perhitungannya. Contoh 8:
Diketahui fungsi permintaan suatu barang (Qd) adalah P = Q2 — 11
Q + 30,
sedangkan fungsi penawarannya (Qs) adalah P = Q2 + 1. Apabila terhadap
barang tersebut dikenakan pajak per unit sebesar Rp 3, ditanyakan:
a. Keseimbangan pasar sebelum dan setelah pajak.
b. Pajak yang ditanggung oleh konsumen (tk)
c. Pajak yang ditanggung oleh produsen (tn)
d. Pajak yang diterima oleh pemerintah (tg)
e. Gambar grafik keseimbangan pasar sebelum dan setelah pajak.
45
Jawab:
a. Keseimbangan pasar sebelum dan setelah pajak
1) Keseimbangan pasar sehelum pajak → Qd = Qs
Jadi keseimbangan pasar setelah dikenakan pajak Rp 3 per unit adalah titik E’
(2,36 ; 9,57.)
b. Pajak yang ditanggung konsumen (tk)
Pajak yang ditanggung konsumen per unit barang sama dengan harga
keseimbangan setelah pajak dikurangi harga keseimbangan sebelum pajak
atau Rp 9,57 — Rp 7,97 = Rp 1,6
Jumlah pajak yang ditanggung konsumen secara total sebesan besarnya pajak
yang ditanggung konsumen per unit dikalikan keseimbangan jumlah barang
setelah pajak, yaitu = 2,36 x Rp 1,6 = Rp 3,776.
c. Pajak yang ditánggung produsen (tn)
Pajak yang ditanggung produsen per unit barang sama dengan besarnya pajak
per unit yang dikenakan oleh pemerintah di~rangi dengan pajak per unit yang
ditanggung konsumen sehingga pajak per unit yang ditanggung produsen atau
(ta) = Rp 3 — Rp 1,6= Rp 1,4.
Jum~h pajak yang ditanggung produsen secara total sebesar besarnya pajak
yang ditang~ung produsen per unit dikalikan keseimbangan jumlah barang
setelah pajak, yaitu = 2,36 x Rp 1,4 = Rp 3,304.
d. Pajak yang diterima pemerintah (tg)
Pajak yang diterima pemerintah sebesar pajak per unit yang dikenakan oleh
46
keseimbangan sebelum subsidi (P0) dengan harga keseimbangan setelah subsidi (P1).
Sedangkan bagian subsidi yang dinikmati oleh produsen (sr) adalah sebesar selisih antara
besamya subsidi per unit yang diberikan pemerintah dengan subsidi yang
dinikmati oleh konsumen.
Jumlah subsidi secara keseluruhan yang dinikmati oleh konsumen maupun
produsen adalah sebesar bagian subsidi per unit yang dinikmatinya seperti
tersebut di atas dikalikan dengan jumlah barang yang terjual setelah adanya
subsidi (keseimbangan jumlah setelah subsidi). Adapun besarnya subsidi yang
diberikan oleh pemerintah (sg) adalah sebesar subsidi per unit dikalikan dengan
jumlah barang yang terjual (Sg S X Qi).
Dan penjelasan di atas, apabila fungsi penawaran sebelum subsidi (Qs)
diformulasikan sebagai P = f)Q), sedangkan subsidi yang diberikan oleh
pemenintah sebesar (s) per unit, maka fungsi penawaran stelab subsidi (Qs’)
menjadi P = f(Q) — s. Fungsi permintaannya akan sama baik sebelum maupun
setelah subsidi, sehingga fImgsi permintaan sebelum subsidi (Qd) = Qd’ yang
diformulasikan sebagai P = f(Q).
Untuk lebih jelasnya, berikut mi diberikan contoh perhitungannya.
Contoh 9:
Seperti contoh di muka, diketahui fungsi permintaan suatu barang (Qd)
adalah
P = Q2 — 11Q + 30, sedangkan fungsi penawarannya (Qs) adalah P =
Q2 +
1. Apabila pemerintah memberi subsidi terhadap barang tersebut sebesar Rp
4 per unit, maka hitunglah:
a. Keseimbangan pasar sebelum dan setelah subsidi.
b. Subsidi yang dinikmati oleh konsumen (sk)
c. Subsidi yang dinikmati oleh produsen(sp)
d. Subsith yang dinikmati oleh pemeerintah (sg)
48
subsidi Jawab:
a. Keseimbangan pasar sebelum dan setelah subsidi.
1) Keseimbangan pasar sebelum subsidi → Qd = Qs
Jumlah subsidi yang diterima produsen secara total besarnya sebesar subsidi
yang diterima produsen per unit dikalikan keseimbangan jumlah barang
setelah subsidi, yaitu 3 x Rp 2,03 = Rp 6,09.
d. Subsidi yang diberikan oleh pemenntah (Sg)
Subsidi yang diberikan oleh pemerintah sebesar subsidi per unit yang
diberikan oleh pemerintah dikalikan keseimbangan jumlah setelah subsidi,
sehingga (Sg) = 3 x Rp 4 = Rp 12 atau sebesar juinlah subsidi yang diterima
oleh konsumen ditambah subsidi yang dinikmati oleh produsen yaitu sebesar
= Rp 5,91 ± Rp 6,09 = Rp 12.
e. Gambar grafik keseimbangan pasar sebelum dan setelah subsidi adalah
sebagai berikut:
Keterangan:
E = Keseimbangan pasar sebelum subsidi pada titik(2,64;7,97)
E’ = Keseimbangan pasar setelah subsidi pada titik (3 ; 6)
Seperti halnya pada fungsi linier, fungsi biaya, volume dan laba juga dapat
dianalisis dan digambarkan dengan fiingsi non linier. Secara prinsip, pada
dasamya analisis biaya, volume dan laba baik menggunakan fungsi linier maupun
non linier tidak berbeda. Perbedaan terjadi pada perilaku biaya dan pendapatan itu
sendiri sehingga mengakibatkan penggambaran grafiknya berbeda.
Sudah kita ketahui bahwa biaya produksi terdiri dan biaya tçtap (fixed cost
= FC) dan biaya variabel (variable cost = VC). Biaya~total (Total Cost
= TC)
50
titik funcak fungsi Iabanya. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut
mi diberikan contoh perhitungannya.
Contoh 10:
Fungsi pçrmintaan suatu barang ditunjukkan dalam persamaan permintaan P = -
4Q + 520, sedanglçan fungsi biayanya adalah TC = Q2 + 20Q + 3.500.
Dan informasi tersebut ditanyakan:.
a. Titik pulang pokok (Break Event Point, BEP)
b. Pendapatan (Total Revenue, TR) maksimal
c. Keuntungan (laba) maksimal
d.Gambar grafiknya
Jawab:
a. Titik pulang pokok
(Break Event Point),
BEP) tercapai pada
saat TR
53
b. Gambar grafiknya
Keterangan:
54
Contoh 11:
Permintaan produksi barang suatu perusahaan diformulasikan dalam fungsi
permintaan P = -0,25Q + 25, sedan~kan fungsi biaya totalnya diformulasikan pada
persamaan TC = 0,75 Q2 — 75Q + 1.875. Dan data tersebut, ditanyakan:
a. BEP dalam unit (jumlah) produksi.
b. Jumlah produksi yang menghasilkan pendapatan maksimal
c. Jumlah produksi yang menghasilkaniaba maksimal.
d. Laba yang diperoleh apabila perusahaan menjual 60 unit.
e.Gambar grafiknya.
Jawab:
a. Titik pulang pokok
(Break Even Point).
BEP) tercapai pada
saat TR =TC
55
Jadi BEP tercapai pada saat perusahaan menjual barangnya sebanyak 25 unit dan
75 unit (terdapat dua keadaan BEP).
Besamya pendapatan pada saat BEP adalah:
Untuk Q1 =25 unit
TR = -0,25Q2 + 25Q =~0,25(25)2 + 25 (25)
TR = -156,25 + 625
TR = 468,75 = Rp 469,- (dibulatkan)
P = -0,25Q + 25
Q2 = 75 unit
Keterangan:
Dalam contoh 11 di atas terlihat bahwa laba maksimal tercapai ~pada saat
penerimaan juga maksimal yaitu jarak A dan B. Jumlah pr&Iuksi atau jumlah
barang yang terjual pada saat terjadi penerimaan maksimal tersebut sebanyak 50
unit dengan total penerimaan sebesar Rp 625. Hal mi juga Merupakan jarak
terlebar antara TR dan TC. Namun demikian, tidak setiap keadaan bahwa
pen~rimaan maksimal menghasilkan laba maksimal. Seperti halnya pada contoh
sebelumnya (10). Pada contoh tersebut terlihat bahwa pada pèndapatan maksimal
(titik A) tidak menghasilkan laba maksimal. Tetapi laba maksimal tercapai pada
saat jumlah barang yang diproduksi atpu dijual sebanyak 50 unit, yaitu jarak
antara titik B dan C.
Keadaan BEP pada contoh 11 di atas sangat jarang terjadi dan bahkan tidak
mungkin terjadi dalam dunia nyata. Hal mi karena keadaan penerimaan
57
maksimal tercapai pada saat biaya totalnya sama dengan no!. Biaya produksi sama
dengan nol akan terjadi jika perusahaan sudah bubar. Perlu diingat bahwa total
biaya terdiri dan biaya tetap dan biaya vaariabel. Sehingga walaupun perusahaan
tidak berproduksi, perusahaan tetap akan mengeluarkan biaya, yaitu sebesar biaya
tetapnya. Padahal dalam contoh tersebut, laba maksimal tercapaj pada produksi
sebesar 50 unit, dengan biaya total sebesar nol.
Sekali lagi, bahwa untuk menentukan laba maksimal secara grafiks
ditunjukkan oleh jarak antara grafik TR dan TC. Semakin lebar (selisih) antara TR
dan TC yang positif semakin besar pula laba yang diperoleh. Namun, perlu
dijeláskan kembali bahwa laba maksimal tidak selalu tercapai ketika grafik
pendapatannya maksimal, dan juga tidak selalu terjadi pada saat biaya produksi
minimal.
58
Kegiatan Belajar 4
a11 a12 ... a1 j a 2n
a 22 ... a a
a 21 2j 2n
.
.
.
Amxn (aij ), i 1, 2,...m
aa
...
ai 2 a ij a in
= j = 1, 2, …n
.
.
.
a a ... a a
m1 m mj mn
2
59
3 5 4 b11
A 2 3 1
B
1 4 2 b12
b21 b22
3. m = n = 4
4 8 6 5
7 9 5 4
C
1 2 3 4
8 6 4 1
1 0 1 0 0
I 2 , I 0 1 0
3
0 1
0 0 1
0 1 0 0
3. n C
= 4
10 0 0 0
0 1 0
0 0 0 1
60
Diagonal Matrik, ialah suatu matrik di mana semua elemen di luar diagonal
pokok mempunyai nilai 0 dan paling tidak satu elemen pada diagonal pokok ≠ 0,
biasanya diberi simbol D.
Contoh :
1 0 0
1. D 0 2 0
0 0 5
1 0 0
2. D 0 1 0 jadi
identity matrik = diagonal matrix.
0 0 1
1 0 0
3. D 0 0 0
0 0 4
Scalar matrix. Scalar ialah suatu bilangan konstan. Kalau k, suatu bilangan
konstan, maka hasil kali kI dinamakan Scalar Matrix.
Contoh :
1 0 0 k 0 0
1. k.I 3 k 0 1 0 0 k 0
0 0 1 0 0 k
2. k = 4
1 0 0
4.I 3 4 01 0 0 4 0
400001 0 0 4
Matrix Simetris. Apabila matrix A = (aij) ; i j = 1, 2, …,n dan dimana aij = aji , maka A
2 4 6
1. A 4 5 2 a12
23
, a21, a 13 a31 , a23 a
6 2 3
61
2 3 2 11 3
2. A 3 1 5 3. B
3 2
2 5 4
0 0 0 0 0
0 0
1. 0 0 0 2. 0 0 0 0
3. 0
0
0 0 0
0 0 0
j, di mana:
Aij = elemen matrix A dan baris i dan kolom j Bij =
elemen matrix B dan baris i dan kolom j
Apabila A dan B tidak sama, ditulis A ≠ B ini berarti aij ≠ bij untuk beberapa nilai i dan j.
Contoh :
1 2 1 0
1. ,
B
A 1
0 1 0
A ≠ B sebab a21 ≠ b21 dan a22 ≠ b22
2 4 2 4
3. , B
A 3
3 5 5
A = B
62
1 0 0 1 0
2.
, B
A 0
0 1 0 1
A ≠ B; jumlah kolom tidak sama
Kalau matrix A = (aij) dengan m baris dan n kolom, dan matrix B= (bij), juga dengan
ketiga, yaitu matrix C = (cij) dengan m baris dan n kolom dimana elemen- elemennya
elemen-elemen matrix B yaitu bahwa : cij = aij + bij untuk semua i dan j, dimana cij merupakan
Apabila AmXn = (aij) yaitu matrix dengan m baris dan n kolom, BnXp= (bij) matrik
pertama, harus sama dengan jumlah baris matrix B, di dalam ilustrasi di atas,
masing-masing sebesar n. Selain itu baris dari matrix C = AB ternyata merupakan
baris dari matrix A (sebesar m) sedangkan kolomnya merupakan kolom matrix B
(sebesar p).
Jadi di dalam menentukan apakah dua buah matrix bisa dikalikan atau tidak
dan sekaligus untuk menentukan jumlah baris dan kolom dari hasil kalinya, kita
harus yakin benar bahwa jumlah kolom dari matrix sebelah kiri (matrix A) harus
sama dengan jumlah garis dari matrix sebelah kanan (matrix B).
Didalam hal ini yaitu apabila jumlah kolom A = jumlah baris B, maka A dan
B dikatakan Comfortable untuk perkalian, ini berarti bahwa dicari hasil kali AB.
Contoh :
b11 b12
a11 a12
1. , B
A
a21 a22 b21 b22
a11 a12 b11 b12 a11b11 a12 b12 a11b12 a12 b22
=
AB
a21 a22 b21 b22 a21b11 a22 b22 a21b12 a22 b22
1 3 2 1
2. , B
A 3
2
4 5
11 16
C
BUKTI:16
22
64
1. Matrik sebelah kiri tanda persamaan A (A+C) mempunyai baris dan kolom
sebesar m dan p. Sedangkan sebelah kanan tanda persamaan yaitu AB + BC
juga mempunyai baris dan kolom sebesar m dan p. Jadi salah satu syarat
bahwa matrik sebelah dan sebelah kanan tanda persamaan harus sama, sudah
dipenuhi.
2. Semua elemen dari matrix kiri tanda persamaan sama dengan semua elemen
dari matrix sebelah kanan tanda persamaan, sebab elemen dari baris
n
n
t 1
it tj tj
t
it tj
1
Untuk semua nilai i dan j, jadi terbukti bahwa A (B+C) = AB + AC.
DALIL:
Kalau Amxn suatu matrix dengan baris dan kolom m dan n Kalau
Bnxp suatu matrix dengan baris dan kolom n dan p Kalau Cpxq
BUKTI :
1. Jumlah baris dan kolom dari matrix sebelah kiri
tanda persamaan, yaitu A
(BC) sama dengan jumlah baris dan kolom matrix sebelah kanan tanda
persamaan yaitu (AB) C, masing-masing sebesar m dan q.
2. Elemen-elemen matrix A dari baris ke-i adalah sebagai berikut :
p n
a isb st c tj pada hal yang terakhir ini merupakan elemen matrix
t 1 s1
(AB) C dari baris ke-i dan kolom ke-j. Selanjutnya
apabila tanda kurang dihilangkan,
p n
p n
a isb st ctj = a is bst ctj
t 1 s1 t 1 s1
(elemen matrix ABC dari baris ke-I dan kolom ke-j, ini berarti bahwa
A(BC) = (AB)C = ABC.
Jadi untuk mencari hasil kali 3 matrix ABC, bisa dikalikan BC terlebih dahulu,
kemudian A dikalikan dengan BC atau mencari hasil kali AB terlebih dahulu
kemudian kalikan dengan C.
Contoh :
3 4 4 2
1. A = (1 2), B = , C
0 5 1 7
3 4 4 2 3 4 4 2 7 6
B + C =
0 5 1 7 0 1 5 7 1 12
A (B + C) = (1 2) 7 6
(7 2 . 6 24) (9 . 30)
1 12
3 4
AB (1 2) (3 0 4 10) (3 14)
0 5
4 2
AC (1 2) (4 2 2 14) (6 16)
17
AB + AC = (3 14) + (6 16) = (9 30)
Ternyata A (B + C) = AB + AC
3 4 3 0 2
2. A = (1 2), B = , C
2 1 5 1 0
3 4
AB (1 2) (3 4 4 2) (7 6)
2 1
66
4
3 4 3 0 2 9 10 0 4 6 0 29 6
BC =
2 1 5 1 0 6 5 0 1 4 0 11 4
1
A (BC) 29 4 16
(51 6 14)
11 1 4
(AB)C = (7 1) 3 0 2
5 1 0 (51 6 14)
Ternyata bahwa A(BC) = (AB)C
elemen matrik dari matrix A harus dikalikan dengan k, jadi apabila A = (aij) maka kA =
Contoh :
1. k = 2, A = 4 2
8 3
kA = 2A = 2 4 2
=
8 4
8 3 16 6
3 A11
2 4
A
12
2. A = 6 1 2 =
3
1 A21
4
a15
a 21 a 22 a 23 aA2224 a 25
a11 A12 )
3. A = a12 a13 a14
( A11
a31 a32 a33 a34 a35
a 41 a 42
a 43
a 43
a 44
b11 b12 b13
b
21 b22 b23 B 11
B =
b31 b32 b33 B
21
b
41 b42 b43
Jadi matrix partisi, ialah matrix di mana elemen-elemennya berupa matrix
dengan ukuran yang lebih kecil.
68
Matriks adalah suatu susunan bilangan yang diatur dalam baris dan kolom
berbentuk persegi panjang. Susunan itu diletakkan antara kurung biasa (atau
kurung siku). Bilangan-bilangan itu disebut unsur atau elemen. Perhatikan bahwa
matriks bukan suatu bilangan melainkan suatu susunan bilangan yang dapat
mempunyai arti dalam hubungan tertentu.
Ilustrasi
1 2
1. A = , terdiri dari 2 baris dan 2 kolom
3 4
2
2. B = 3 , terdiri dari 3 baris dan 1 kolom
4
7
10 5
3. C = 0 - 2 0 , terdiri dari 3 baris dan 3 kolom
2 7 3
Ukuran suatu matriks biasanya dinyatakan dengan Ordo. Ordo suatu matriks
ditentukan oleh banyaknya baris diikuti banyaknya kolom. Ordo matriks pada
Ilustrasi 1 adalah 2 x 2. Ordo matriks pada ilustrasi 2 adalah 3 x 1 ordo matriks pada
ilustrasi 3 adalah 3 x 3.
8
6 3
2) = (8 4)
A + B = 7 11 8
7
A22B21 = 2 (4
70
17) + (8 4) = (16
A21B11 + A21A22 = (8 21) = C21
6
A21 B21 = (2 1) (17)
5
= (10)
A22B22 = (2) (5)
=
A22B22 + A22B22 = (17) + (10) (27) = C22
C11 C12 4926 35
AB = C = A + B = = 35 59 65
16
C21 C22 21 17
4.9 Perkalian Matriks
Dua matriks dapat dilakukan perkalian apabila jumlah kolom dari matriks pertama
sama dengan jumlah baris dari matriks kedua. Jika matriks pertama memiliki
jumlah baris dan kolom (m x n), dan matriks kedua memiliki jumlah baris dan
kolom (n x k), maka hasil kali kedua matriks tersebut adalah sebuah matriks yang
memiliki jumlah baris dan kolom (m x k), yaitu diperoleh dari jumlah perkalian
unsur-unsur baris pada matriks pertama dengan unsur-unsur kolom pada matriks
kedua.
Ilustrasi:
2. Determinan
Misalkan A matriks persegi (jumlah baris dan kolom sama). Determinan
matrik A adalah bilangan yang bersesuaian dengan matriks A yang
dilambangkan dengan |A|.
(A) Determinan Matriks Ordo 1 :
Jika A = [3], maka |A| = 3 dan jika A = [-9], maka |A| = -9
Ilustrasi :
2 a22
1 3 3 1 2 1 2 3
1. A 2 3 1 , maka
2 3
3 2 1 2 1 3 1 3
| A | = 1
| A | 1[3- 2] - 2[2 - 3] 3[4 - 9]2
-12
7
2. A 0 2 0 , maka |
10 5
A | = 40
2 7 3
72
kolom ke j di coret.
Kofaktor unsur a didefinisikan sebagai (1)i j M , ditulis A
ij ij ij
1 4 7
Ilustrasi Matriks A 6 9 3
0 8
7
Unsur matriks minor dari matriks A diperoleh :
9 3
M11 = Minor dari a11 (1) = 8 7 = 63 - 24 = 39
6 3
= 42 - 0 = 42
M12 = Minor dari a12 (4) = 0 7
6 9
= 48 - 0 = 48
M13 = Minor dari a13 (7) = 0 8
4 7
= 28 - 56 = -28
M21 = Minor dari a21 (6) = 8 7
1 7 7-0= 7
M22 = Minor dari a22 (9) = 07 =
1 4 8-0= 8
M23 = Minor dari a23 (3) = 0 8 =
47
M31 = Minor dari a31 (0) = =9123 - 63 = - 51
1 7 3 - 42 = -39
M32 = Minor dari a32 (8) = 6 3 =
1 4 9 - 24 = -15
M33 = Minor dari a33 (7) = 6 9 =
Perhatikan ilustrasi berikut A aa11 a12 aa13
a
23
;
21 22
a31 a32 a33
Maka diperoleh kofaktor dari matriks A, dinotasikan dengan lambang C
42 48
39 7 8 ; dan
C = 28
51 39 15
28 51
Adjoint (A) = Adj (A) = C T = 42
39
7 39 ;
48
8
15
Ilustrasi:
4
Tunjukkan jika A 4 3 7 ,
2 1
(1)
2
maka |A| = a 11 a22 a23 - a 12 a 21 a23 + a 13 a21 a 22 = 10.
a 1a a a a a
32 33 31 33 31
3 32
Perlihatkan bahwa A11 =2, A12 = 2, A13 = -2, A21 = -11, A22 = 4,
2 1 3
1 2 , bahwa = -1, = -72,
(2) Tunjukkan jika A 3 A11 A12
1 2 3
Matriks Kofaktor?
Determian A =
| A | = a11A11 +
a12A12 + a13A13
atau
| A | = a21A21 +
a22A22 + a23A23
atau
Definisi :
Jika C adalah matriks n x n dan Aij adalah kofaktor aij , maka matriks
75
1 2 1
Contoh: misalnya A 2 1 2
1 3 1
1 2 2 2 2 1
A11 (1)11 3 1 5 , A12
13
(1)12 2 1 2 , A (1)13 1 3 5
2
2 1 1 1 1
A21 (1) 21
3 1 1 , A
22
23
(1) 22
1 1 0 , A (1) 23
1 3
1
2
2 1 1 1 1 3
A31 (1)31 1 2 3 , A32
33
(1)32 2 2 0 , A (1)33 2 1
2
- 5 5
maka matriks kofaktor A adalah 1
3 0 -1
1
5 3 0 - 3
dan adjoint A = Adj (A) 2 0 0
5 -1 -
3
3. Invers Matriks
Invers matriks A yang berukuran n x n dinyatakan oleh A-1 dan merupakan
matriks n x n pula sehingga A A-1 = A-1A = 1
Dengan I merupakan matriks satuan n x n.
Jika A mempunyai invers, maka A disebut matriks tak singular.
Jika A tak mempunyai invers, maka A disebut matriks singular.
Jika A mempunyai invers, maka A invers unik (tunggal).
1. Jika A matriks non singular (|A|) ≠ 0 yang berukuran 2 x
2
76
Ilustrasi :
i+j
3. 1)
Buatlah.Mij. matriks adjoint A atau adj (A) dengan mentranspose matriks
kofaktornya.
4. Tentukan matriks invers (A-1).
Dengan rumus :
1
A1 det(A) adj( A
)
Ilustrasi:
2 3 5
2 3 5
A 4 1 6 2(0 24) 3(0 6) 5(16 1)
A 4 1 6 det
(A) 45
1 4 0
1 4 0
24 6 15
matriks kofaktornya adalah C 20 - 5 5
13 8 -10
20
24 13
matriks adjoint dari A = Adj.(A) C 6
T
-
5 8 -10
15
-5
77
24
45
10
20
Ilustrasi:
1 2 3 13
matriks kofaktor dan inversnya
Jika A 4 1 5 , tunjukkan bahwa 1
maka invers
6dari0 A diberikan oleh: 6 5 8
2
2 22 6 4 1 7
berturut-turut adalah 15
2 16 12 dan 22 16 7
7 7 7 28
4 6 7
5 12
x1, x2, x3, … xn sebagai persamaan yang dapat dinyatakan dalam bentuk a1x1, a2x2, a3x3,
… anxn, = b dimana a1, a2, a3, … an dan b adalah konstanta- konstanta riil.
a1x1 + a2x2 + a3x3 + … + anxn = b adalah urutan dari n bilangan s1, s2, s3, … sn sehingga
Ilustrasi:
4x1 – x2 + 3x3 = -1
3x1 + x2 + 9x3 = -4
dimana x1, x2, x3, … xn adalah bilangan-bilangan tak diketahui sedangkan aij dan bij
konstanta-konstanta.
. . . .
a21x1 + a22x2 + … + a2nxn = b2
. . . .
SPL diatas dapat kita tulis dalam bentuk matriks sebagai berikut
Solusi
Jika kedua ruas persamaan (*) kita kalikan dengan invers matriks A, maka
diperoleh
A-1 A x = A-1 b
Tetapi A-1 A = 1 sehingga x = A-1 b
Ilustrasi 1:
x1 + 2x2 + x3 = 4 3x1
– 4x2 – 2x3 = 2
-14 - 7
Jadi A1
adj A 1
- 25 0 5
A
35 29 7 -10
0
80
-14 - 7 0 4 2
Sehingga x = A b = - 25 0
-1 1 5 2 3
35
29 7 -10 1
- 4
x 1 2
Atau x 2 3 jadi x1 = 2; x2 = 3 ; x3 = -4
x3 4
Ilustrasi
2:
x 1 9 23 11 11 2
1
x = x 2 1 8 3 16 - 4 Jadi x1 = 2; x2 = -4; x3 = 1
19
3 14 10 21
x3 Latihan 1
Selesaikan SPL berikut dengan cara seperti contoh di atas:
(a) 2x1 – x2 + 3x3 = 2
x1 + 3x2 – x3 = 11
-3x1 + 2x2 + x3 = 0
x1 + x2 – 2x3 = 10
Jawab : (b) x1 = 2; x2 = 4
x3 = -2
81
A1
x1 A x3 A3
A ; x2 2A; A
b1
dalam kolom ke-j dengan entri-entri dalam matriks b b 2
.b3
Ilustrasi :
ditulis 4
2 4 dalam
1 x 1bentuk
11 2 1 ; A 16
32 113421 ;
1 = 3b;2 x 16 A 1
Ax 1
2 3 2 21
2 3 5 21 3 5
5 x3
2 11 1
A2 1 16 2 ;
2 21 5
4 11
A3 1 3 16 , maka
2 3 21
A1 38 A2
19
A3 1
x1 2, A 76
A x 19
2 19 4 , x 3
A 19
82
Soal:
1. Gunakan aturan Crammer untuk menyelesaikan SPL:
x1 + 2x3 = 6
Jawab :
A1
40 A 72 A3 153
x1 , x 22 , x3
A 44 A 44 A 44
2. Kombinasi barang x dan y yang Bagaimana yang harus diproduksi suatu
perusahaan untuk meminimumkan biaya apabila fungsi biaya bersama
(Joint Cost Function) perusahaan tersebut C = 6x2 + 10y2 – xy + 30 dan
perusahaan juga mempunyai kuota produksi x + y = 34?
Jawab :
Dengan metoda Lagrange:
Bentuklah suatu fungsi baru dengan menyamakan kendalanya sama
dengan 0, mengalikannya dengan , dan menambahkannya pada fungsi
asal atau fungsi objektif. Jadi
C = 6x2 + 10y2 – xy + 30 + (x + y – 34)
C
x 12x y 0
C
y 20y x 0
C
x y 34 0
Untuk mencari x, y dan bisa digunakan cara Crammer atau Gauss.
Cara Crammer:
12 - 1 1 x 0
1 20 1 y 0
1 31 0
34
0 -1 1
12 - 1 1
A 1 1 ; A 1 0 20 1
20 1 31 0
1 31 0
83
12 0 1 - 1 0
12 0
A2 1
3
1 ; A 1
1 31 , maka
0
1 1 20
1
0
A1 A2 ... , x A3 ....
x1 .... , x
A
2 A 3
A
Latihan
1. Use Cramer’s rule to solve for z without solving for x, y, and w.
4x + y + z + w = 6
3x + 7y – z + w = 1
7x + 3y – 5z + 8w = -3
x+ y +z
+2W = 3 Solusi: z = 2
1. In Exercises (i) - (ii) evaluate det (A) by a cofactor expansion along a row
or column of your choice.
4
4 4
1 - 1
(i) A = 0 Solusi: -120;
3 1
1
6
0
-1 1
0 3
2
0 -3 - 1
1 1
(ii) A = 0 3 Solusi: -18
06 14 3
0
3
1 8 0
4.6 Definisi Inverse Suatu Matrix
Definisi : misalkan A merupakan suatu matrix kuadrat dengan n baris dan n
kolom dan In suatu identity matrix. Apabila ada square matrix A-1 sedemikian rupa
akan tetapi belum dibahas cara yang cukup sukar untuk mencari inverse dan
matrix, terlebih dahulu akan dipergunakan cara yang paling sederhana. Cara ini
didasarkan atas suatu fakta bahwa inverse suatu matrix A memenuhi syarat
sebagai berikut : AA-1=I. kemudian dengan jalan substitusi bisa
elemen-elemen
dicari inverse matrix A. ingat bahwa hanya matrix kuadrat yang
mempunyai inverse.
2 3
, cari A1
1. A =
3 5
a b
Misalkan A1 =
c d
b 1 0
AA-1 = I , =
23 35 a d
2a + 3c = 1(1) 0
c
2b + 3d = 0 (2) 1
3a + 5c = 0 (3)
3b + 5d = 1 (4)
Ambil persamaan (1) dan (3), hilangkan c.
2a + 3c = 1 (1) kalikan dengan 3, diperoleh : 6a + 9c = 0
3a + 5c = 0 (3) kalikan dengan 2, diperoleh : 6a + 10c = 2
-c
= -3
c
= 3
Ambil persamaan (1) dan (3), hilangkan c.
2b + 3d = 0 (2) kalikan dengan 3, diperoleh : 6b + 9d = 0
3b + 5d = 1 (4) kalikan dengan 2, diperoleh : 6b + 10d = 2
-d = -2
d = 2
2a – 9=1
2a = 10
a=5
a b
Akhirnya : A-1 =
c d 3
25 3
2 3 5 3 1 0
Cek : AA = I ,
-1
= =
I
2
f
Akan diperoleh 9 persamaan sebagai berikut :
4b + 3b + 3b = 1 (1) (1) : 4a + 3b + 2c = 1
2a + b + c a = 0 (2) (2) kalikan 2 : 4a + 2b + 2c = 0 -
+ 2b + 2c = 0 (3) b
4d + 3e + 2f = 0 (4)
= 1
2d + e + f d + = 1 (5) (3) : a + 2b + 2c = 0 a
2e + 2 f 4g = 0 (6) + 2 + 2c = 0 a +
+ 3h + 2 i = 0 (7) 2c = -2
86
2g + h + i = 0 (8) a = -2 - 2c
g + 2h + 2 i = 1 (9) (1) 4a + 3b + 2c = 1
4 [-2 – 2c] + 3 + 2c = 1
-8 - bc + 3 + 2c = 1
-6c = 1
c = -1
Jadi a -2 -2(-1) = -2 + 2 = 0
a=0
(4) 4d + 3e + 2f = 0
(5) x 2 4d + 2e + 2f = 2 –
e =-
2
(6) d + 2e + 2f = 0
d + 2(-2) + 2f = 0
d + 2f = 4
d = 4 - 2f
(4) 4d + 3e + 2f = 0
4 [4 – 2f ] + 3 (-2) + 2f = 0
16 – 8f – 6f + 2f = 0
– 6f = -10
f = 10/6 = 5/3
d = 4 – 2.5/3 = 3 – 10/3
12 10
= 3 = 2/3
(7) 4g + 3h + 2i = 0
(8) x 2 4g + 2h + 2i = 0 –
h
(9)
=0
g + 2h + 2i = 1
g + 2.0 + 2i = 1
g = 1 – 2i
(7) 4g + 3h + 2i = 0
4g + 2i = 0
87
4 [1 – 2i ] + 2i = 0
4 – 8i + 2i = 0
4 – 6i = 0 6i = 4
i = 2/3
g = 1 – 2i = 1 – 2(2/3) = 1 – 4/3 = -1/3
g = -1/3
jadi a = 0, b = 1, c = -1, d = 2/3, e = -2, f = 5/3, g = -1/3, h = 0, i = 2/3 dan
d
a g 0 2 / 3 1/ 3
akhirnya e
0
A b
-1
h = 1 2
c f i 1 5 / 3 2 /
3
cek :
3 2/3 0
4 2 2 1 / 3 0
-1 1
AA 2 1 1 1 2 1 0 = 0 0 = I3
1 2 2 1 5 / 3 2 / 0 0 1
3
mempunyai kofaktor, yaitu elemen aij mempunyai kofaktor Kij. Apabila semua kofaktor itu
Definisi : Yang disebut adjoint matrix A ialah suatu matrix yang elemen-
elemennya terdiri dari transpose semua kofaktor dari elemen-elemen
matrix A, yaitu apabila : K = (Kij), dimana Kij ialah kofaktor dari elemen aij, maka adjoint
2 3 1+1
M11 =
2 1 dan
K11 = (-1) det (M11) = + 1.(2-6) = -4
1 3
M12 =
4 1
1 2
M13 =
4 2
1 2
M21 =
2 1
2 2
M22 =
4 1
2 1
M23 =
4 2
1 2 3+1
M31 = K
= (-1) det(M31) = 1 (3-4) = -1
2 3 31
2 1 3+3
M33 =
1 2 K 33 = (-1) det(M33) = 1 (4-1) = 3
sebagai berikut :
1 T
A 1 . Adj ( A) K , KT K transpose matrix kofaktor K.
der det
( A) ( A)
jadi :
K11 K 21 ...K n1
K K
12 n2
1 ...K.22
A-1 = det
.
( A) .
K1n K 2n ...K nn
90
K
11 K 21 ... K n1
det(A) det(A) det(A)
K12 K 22 ... K n2
det(A) det(A) det(A)
.
A-1 =
.
.
K1n
K 2n ... K nn
det(A) det(A)
det(A)
Contoh :
1. Cari inverse matrik A yang berikut :
4 1
A , det(A) = 4.2 – 3.1 = 8 – 3 = 5
3
2
1 K 11 K 21
A-1 =
det ( A)
K12 K 22
4 3 2
A 2 1 1 , cari A-1
1 2 2
91
1 1 2 1 2 1
M11 M12 M13
2 2 1 2
1 2
1 2
2 1
dengan baris kolom masing-masing sebanyak n dan In suatu identity matrix. Kemudian In
terhadap garis-garis baik dari matrix A maupun matrix In , jelasnya terhadap garis-
rupa sehingga matrix A berubah menjadi In maka akan diperoleh inverse dari A,
yaitu A-1 yang berada ditempat dari mana In berasal, dengan perkataan lain setelah
(dalil ini dipergunakan sebagai dasar untuk mencari inverse dengan metode
Counter).
Contoh : 3
A 1 2 5 2
1. Cari inverse matrix
1 dengan mempergunakan metode counter. Matrix A adalah
sebagai berikut :
6 7
Dibentuk23 augmented
M sebagai berikut :
3 2
1 0
M = A I3 = 2 0 2R1
1
1 6R1
a) Terhadap matrix M0
5 1 0
Baris yang kedua ditambah dengan 2 kali yang pertama, baris yang ketiga
1
dikurangi dengan
6 6 kali
7 yang
23 pertama,
0 maka diperoleh matrix M1 sebagai berikut:
0 3 2
1 0 3R2
M1 = 0 0
1 1 11R2
b) Terhadap matrix
M1 3 2
1
0 11 35 6
0
93
Baris yang pertama dikurangi dengan 3 kali yang kedua, baris yang ketiga
ditambah dengan 11 kali yang kedua, maka diperoleh matrix M2 sebagai berikut:
1 0 7 5 3 0 7 / 2R3
M2 = 0 0 3 / 3
1 3 2 1 2R
1 X 1/ 2
0 0 2 16 11
c) Terhadap matrix M
Baris yang pertama dikurangi dengan 7/2 kali yang ketiga, baris yang
kedua ditambah dengan 2/3 kali yang ketiga baris ketiga dikalikan
0 0 1 8 11 / 2 1/ 2
Oleh karena
A sudah berubah menjadi I3, maka matrix yang kedua berada di
-1
sebelah kanan A yaituI383
menjadi
/2 A .
Jadi A-1 = 26 35 / 2
61 7 / 2
3 / 2
8
11 / 2 1/
2. Matrix A adalah terdiri dari 2 baris dan 2 kolom, carilah inverse matrix A
2
dengan mempergunakan metode Counter, kalau A adalah sebagai berikut :
4 3
A =
1 1
3/3 1/ 4
1 0 3R2
M1 = 1/ 4 1/
0 1 X 4
4
b) Terhadap matrix M1
Baris pertama dikurangi 3 kali yang kedua, baris kedua dikalikan dengan
4 3 1 3 1
Cek : AA-1 = =
1 1 1 1 0 1
2 4 3
3 2
0
6 25
3. A=
4
14
2 5 2
3
1 52 14 3 / 2 1 1/ 2 0 0 0
0
M1 = 0 0 1/ 2 1 1 3 / 20
0
1 1 5 1 00 1
0
1 0
1 2 33 / 2 1 8 1/ 2 10 0 20 0 0 2R
0 2
0 1/ 2 1 1 0 0
0
M2 = 1 1 5 13 / 2 1 0 0X2
0
0 3 8 10 2 0 0
1 3R 2
1 0 3/2 1 5/2 0 2
0 0 7 / 2R2
1 1 5 1 0 1
0 R 3
M3 = 0 1/ 2 2 3 2 0
0 0
0 0 8 5 5 0 3
1 5R 3
95
1 0 0 18 13 7 2
0 0 18 / 2R4
1 0 7 4 2 1
0 7 / 5R 4
M4 =
0 0 1 2 3 2 0 0 2 / 5R4
0 1 X 1/ 5
0 0 5 10 10 3
1 0 0 0 23 29 2 0
0
1 0 0 10 12 1
0
M5 = 0 1 0 1 0 0
0
2
0 0 0 1 2 2 3 1 4
A1
I
23 29 64 /
18 / 5
5
7 / 5
Jadi A-1 = 10 12 2/5
26 / 5
1 2 6/ 1/ 5
5
2 2 3/5
2x1 + x2 + 4x3 = 16
3x1 + 2x2 + x3 = 10 → AX = H
x1 + 3x2 + 3x3 = 16
matrix, seperti waktu mencari inverse dan rank dengan counter method (lihat Bab
V). begitu A berubah menjadi I (kalau tidak salah hitung), maka H
96
2 1 4 16 x1/ 2
AH = M = 32 1 10 3 / 2 R 1
1/ 2 R1
1 3 3 16 R2
1 8
M1 = 0 14
1/2 2 x2
1/2 5 8 5 R 2
0 5 / 2 1
M2 = 0 0 147 22 7 3/
24R3
1
1 10 10 / 24 R
M3 = 0 2
0 0 24 78 x1/ 24
1 I 0 1 1
1 0 x 1 1
Jadi AX = H* → x 2 = 2
0 0 1 3
x3
Contoh : H*
3
2x1 + 3x2 + x3 = 9
x1 + 2x2 + 3x3 = 6
1 x1/ 2
3x1 + x22+ 2x
3 3 = 8 9
M = 1 2 3 1/ 2
R 6 1
3/2
3 1 2 8
R1
3/2 3R2
9 / 2
1
M1 = 0 1/ 2 3 / 2 x 2
11 /
7 R2
1/ 2 5 / 2
0 7 7 / 18
1 0
M2 = 0 1 5 3 5 / 18 3
0 7 / 5 1/ R
20 0 18 5 1 / 18
1
97
1 0 0 35 / 18
1 0 29 /
M3 = 0
18
0 0 1 5 / 18
I
x 1 H*
35 / 18
Jadi AX = H* → x 2 = 29 / 18
5 / 18
ATURAN CRAMER x3
Jadi kalau A non-singular maka akan diperoleh pemecahan yang unik, yaitu X =
A-1 H pemecahan ini adalah unik oleh karena inverse dari A juga unik. Begitu
diketahui A=1 dan H, maka X bisa segera dicari.
3x2 + 2x3 = 6
2x1 + x2 + x3 = 4
x1 + 2x2 + 2x3 = 5
Contoh :
98
+ 3x2 + x3 = 9
x1 + 2x2 + 3x3 = 6
5
2 3 1 7
3x1 + x2 + 2x3 = 8
A = 11 2 3 → A-1 = 1/8 7
1
1 53 1 2
5
7
5
1 7 9 35 / 18
X = A-1 = 1/8 7 56 = 29/ 18
5 7 1 8 5 / 18
1
Jadi x1 = 35/18, x 2 = 29/18, x3 = 5/18
Contoh :
1).
3x1 + 2x2 = 7
4x1 + x2 = 1
det(A1 )
3 2 x 1 = 7 → x1= , x2 det(A2 )
4 1 x 2 1 det(A) det(A)
3 2
det(A) = = 3 – 8 = -5
41
72
=7–2=5
det(A1) = 11
3 7
= 3 – 28 = -25
det(A2) = 41
2)
4x1 + 2x2 = 7
3x1 + 2x2 = 5
4 2 x1 7
→ =
3 2 x 2 5
4 2
det(A) = =8–6=2
3 2
99
7 2
= 14 – 10= 4
det(A1) = 5 2
3 7
= 20 – 21 = -1
det(A2) = 4 4
det(A1 ) det(A )
x1 = det(A) , 4 / 2 2, x 2 det(A)
2
1/ 2 1/ 2
3)
5x1 + 2x2 = 8
2x1 + 3x2 = 5
5 2 x1 8
=
2 3 x 2 5
8 2
5 3 24 10 14
x1 = 5 2 15 4
10
2 3
58
2 5 25 16 9
x2 = 5 2 15 4 11
2 3
4)
Cari x1, x2, x3 dari persamaan berikut :
x1 + 3x2 - x3 = 0
1 3 x2 +x13 3 =x-61 0
3
2 x 2 = 16
4
1 x3 6
0 1
det (A) = a31K
31 + a32K32 + a33K33 (pergunakan baris 3)
3 1 1 1 13
=0 -1 +1
4 2 3 3 4
2
= 0 – 1 (-2+3) + 1(4-9)
100
= 0 – 1 – 5 = -6
3
0 3 1 1 0 1 1 0
A1 = 10
4 2 , A2 = 3 10 2 , A3 = 3 4 10
0 1
6 1
2 0 6 6
1
det (A1) = a11K11 + a12K12 + a13K13 (pergunakan baris pertama)
3 2 10 2 10 4
=0 -3 -1
1 1 6 1 6 1
= 0 – 3 (10-12) - 1(10 +24) = 6 – 34 = -28
10 2 3 2 3 10
-0 -1
det (A2) = 1 6 1 0 1 06
= 1 (10-12) – 0 - 1(18 - 0) = -2 + 18 = 16
4 10 3 10
-3
det (A3) = 0
3 4
= 1 (-24 -10) - 3(-18 - 0) + 0+ 0
1 6 0 6 01
= -34 + 54 = 20
jadi x1 = det(A1 ) = 28 = 14
det(A) 6
3
det(A2 ) 16 8
x1 = = =-
det(A) 6 3
det(A3 ) 20 10
x1 = = =-
det(A) 6
7 5 3
3. – B =
1 5
101
Kegiatan Belajar 5
DIFFERENSIAL
Differensial merupakan konsep matematika yang mempelajari tingkat
perubahan rata-rata atau tingkat perubahan seketika dari suatu fungsi. Konsep ini
memegang peranan penting dalam analisa ekonomi dan bisnis, karena variabel-
variabel ekonomi dan bisnis setiap saat dapat berubah akibat berubahnya variabel
lain yang mempengaruhinya. Penerapan lain dari konsep kalkulus diferensial
dalam ekonomi dan bisnis adalah untuk membandingkan perubahan dari suatu
keseimbangan lama ke suatu keseimbangan yang baru. Analisis perubahan
keseimbangan ini dalam ekonomi disebut analisis statis komparatif.
5.1. Differensial
Ilustrasi:
y = f(x) = 5x2 + 3, carilah hasil bagi perbedaannya!
y
Jawab: x= 10x + 5x
Notasi Turunan:
Jika y = f(x), maka turunan pertama dari y terhadap x ditulis y’ atau f’(x) atau
dy df d
atau atau f .
dx dx dx
2. Kaidah-Kaidah Diferensial.
1. Aturan Turunan
dy
1. y f (x) x n , maka dx
nX n1
dy
1. Jika y f(x) K , K bilangan tetap maka f ' (x) 0
dx
dy
2. Jika y f(x) Kg(x) , maka dx kg ' (x)
3. Jika f(x) g(x) h(x) maka f ' (x) g ' (x) h ' (x)
4. Jika f(x) g(x) . h(x) maka f ' (x) g(x).h ' (x) h(x).g ' (x)
2. Aturan Rantai (The Chain Rule)
dy dy du
Jika y fungsi dari u dan u juga merupakan fungsi dari x, maka X
dx
du
dx
3. Aturan Perkalian
1:
dy dv du
y uv maka u v
dx dx dx
2:
For a cosmetic
thousands company
of dollars. Find P dP
= 0.002S2 + 50 S = 4A2 – 30
dA .
Where P = profit, S = sales, and A = advertising expenditures measured in
103
3:
ds
(i) s = 3x + 6 dan x = (2t2 + 5) (3t – 2), tentukan dt.
dg
(ii) g = 2h -1/3 dan h = 8t3 + 5, tentukan dt
5.2.4. Aturan Pembagian
u dy du dv
y maka v u
v dx 2
v
dx dx
dx dx dx
II. Jika y k f ( x) , maka
dy
d
k f ( x) k f ( x) (ln k )
df
dengan k bilangan
dx dx dx
positif sembarang kecuali 1
dy
Jika y = f(x) diturunkan terhadap x, maka didapat dx f (x)
dy d2
Jika f (x) y diturunkan lagi terhadap x, maka didapat f (x)
yang
dx d
3 dx
disebut turunan
2 kedua dari f terhadap x dan f (x)
y dx 3
tiga …Dst
disebut turunan ke
104
Contoh 41:
Perhatikan fungsi y = f(x) = 3x2
105
grafik tersebut kemungkinan akan memiliki titik belok, misalnya pada grafik
fungsi pangkat tiga (fungsi kubik). Pada grafik fungsi kubik tersebut akan terlihat
adanya titik maksimum, titik minimum dan titik belok. Untuk lebih jelasnya dapat
dipelajari pada contoh 42 berikut.
nilai maksimum relatif dan minimum relatif dan suatu fungsi. Suatu fungsi
y f(x) dikatakan memiliki nilai maksimum relatif (maksimum lokal) pada x
= a apabila f(a) Iebih besar daripada setiap nilai f(x) untuk x dalam suatu
interval di sekitar a. Suatu fungsi y = f(x) dikatakan merniliki nilai
minimum relatif (minimum lokal) pada x a apabila f(a) lebih kecil
danipada setiap nilai f(x) untuk x dalam suatu interval di sekitar a tersebut.
Jadi nilai maksimum relatif atau minimum relatif suatu fungsi berlaku
untuk suatu nilai pada interval tertentu. Sedangkan nilai maksimum atau
minimum yang mutlak berlaku untuk suatu interval yang lebih besar atau
interval yang lebih panjang, tidak hanya interval pada suatu titik tertentu.
6. Penerapan Diferensial
1. Elastisitas
Di muka sudah dijelaskan bahwa diferensial mempelajari perubahan suatu
variabel tergantung (y) yang diakibatkan perubahan variabel bebas (x).
Rasio atau perbandingan perubahan relatif variabel tergantung y dengan
perubahan relatif variabel bebas x sering disebut elastisigas. Dengan demikian,
elastisitas mi mengukur peka tidaknya variabel tergantung y sebagai akibat
adanya perubahan variabel x. Konsep elastisitas mi sering digunakan untuk
mengukur kepekaan perubahan harga dan atau pendapatan terhadap permintaan
atau penawaran suatu barang. Kepekaan pengaruh perubahan harga terhadap
jumlah barang yang diminta disebut elastisitas permintaan, sedangkan
kepekaan pengaruh perubahan harga terhadap jumlah barang yang ditawarkan
sering dinamakan elastisitas penawaran.
Ada dua jenis elasitisitas yang kita kenal yaitu elastisitas titik (point
elasticity) dan elastisitas busur (arc elasticity). Elastisitas titik yaitu
mengukur elastisitas suatu fungsi pada suatu titik tertentu. Sedangkan
elastisitas busur mengukur elastisitas suatu fungsi antara dua titik.
Elastisitas biasa diberi
symbol (baca: eta).
Elastisitas titik biasanya diformulasikan sebagai berikut:
108
Formula di atas menunjukkan bahwa elastisitas fungsi y f(x) merupakan limit dan
perbandingan antara perubahan relatif variabel tergantung y (atau y) atau
terhadap perubahan relatif variabel bebas x (atau x).
Adapun elastisitas busur antara titik (x1. yl) dan titik (x2, y2) diformulasikan sebagai
berikut:
Secara gfafis, keadaan kelima kategori elastisjtas tersebut dapat dilihat pada
bambar 13 berikut:
Contoh 44:
b. Elastisitas Penawaran
Sesuai dengan hukum penawaran yaitu apabila harga suatu barang
meningkat maka jumlah barang yang ditawarkan akan meningkat, dan
sebaliknya jika harga barang turun maka jumlah barang yang
ditawarkan
juga menurun. Dengan demikian fungsi penawaran berlereng positif, atau
turunan pertama dan fungsi penawaran bernilai positif,
sehingga
elastisitasnya juga positif ( >0).
Contoh 46:
Fungsi penawaran suatu barang ditunjukkan oleh persamaan Qs= 20
+ 2P2 , tentukanlah elastisitas penawarannya pada harga Rp 5.
2. Biaya tetap merupakan biaya yang besarnya tetap, tidak tergantung volume
atau besarnya barang yang dihasilkan. Grafik biaya tetap biasanya sejajar
dengan sumbu horizontal.
3. Biaya variabel merupakan biaya yang besarnya berubah-ubah sesuai dengan
barang yang dihasilkan. Grafik biaya variabel dimulai dan titik origin.
4. Biaya total akan bertambah apabila jumlah barang yang dihasilkan
bertambah. Apabila terdapat biaya tetap, maka grafik biaya total akan dimulai
dan titik grafik biaya tetap tersebut dan sejajar dengan biaya variabel.
5. l3iaya rata-rata (average cost, AC) merupakan hasil bagi antara total biaya
(TC atau C) dengan jumlah unit yang dihasilkan (Q). Dengan demikian biaya
tetap rata-rata (average fixed cost, AFC) merupakan biaya tetap dibagi dengan
jumlah unit atau FC/Q. Sedangkan biaya variabel rata-rata (average variable
cost, A VC) merupakan biaya variabel dibagi dengan jumlah unit barang yang
terjual atau VC/Q.
6. Biaya marjinal (marginal cost, MC) merupakan biaya tambahan yang
dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan tambahan satu unit barang. Biaya
marjinal mi secara matematis merupakan turunan pertama dan biaya total.
Sehingga MC C’ dC/dQ.
7. Biaya marjinal akan sama dengan biaya rata-rata ketika biaya rata-rata
tersebut mencapai minimum. Biaya rata-rata minimum tercapai pada saat
turunan pertamanya sama dengan nol (AC’ = 0). Jadi MC = AC’.
Untuk lebih jelasnya kita ikuti contoh berikut mi.
Contoh 48:
Suatu perusahaan menghadapi fungsi biaya total C = 2Q3 — 8Q2 + 12Q, carilah
bentuk biaya marjinal, biaya rata-rata dan biaya ratarata minimum.
Dalam contoh mi terljhat tidak ada biaya tetap. sehingga ketika perusahaan
tidak meznproduksi barang maka biaya totalnya sama dengan no!. Sangat jarang
114
Contoh 49:
Fungsi biaya yang dihadapi oleh suatu perusahaan diformulasikan sebagai:
C = Q3 —6 Q2 + 20Q. Carilah biaya marjinal dan biaya rata-rata.
antara R — C.
Keuritungan maksimum dapat diperoleh dengan konsep turunan.
Keuntungan maksirnum tersebut diperoleh dengan cara menetapkan
turunan pertama dan fungsi labanya sama dengan no! (it = 0 ). Keuntungan
maksimum juga dapat terjadi pada saat pendapatan marjinal (mar] ma!
revenue, MR) sama dengan biaya marjinal (marfinal cost, MC). Jadi:
Contoh 50:
Suatu perusahaan menghadapi fungsi permintaan P = -Q + 28 dan fungsi biaya
rata-rata AC = 2Q2 — 31Q + 124 — 100/Q. Berapa unit perusahaan tersebut harus
memproduksi barangnya agar memperoleh laba maksimal dan berapa Jmlh
maksimal yang diperolebnya?
tJntuk melihat apakah terjadi laba maksimum atau mgi maksimum. kita lihat
turunan kedua dan fungsi laba yaitu ”. Jika ” > 0 maka terjadi rugi maksimum.
dan apabila “ < 0 maka teriadi laba maksimum.
Contoh 51:
Apabila fungsi biaya rata-rata (AC) suatu perusahaan diformulasikan
dalam persamaan AC = 2Q2 _ 20Q + 74 + 6/Q, sedangkan fungsi
permintaannya adalah P + 5Q = 50. Berapa harga yang harus dikenakan
pada barang tersebut agar perusahaan rnemperoleh laba maksimal dan
berapa laba maksimal yang diperolehnya?
Jawab:
Untuk melihat apakah terjadi laba maksimum atau mgi maksimum, kita lihat
turUnan kedua dan fungsi laba yaitu ”. Jika ”> 0 maka terjadi rugi maksimum,
dan apabila ” < 0 maka teijadi laba maksimum.
Langkah selanjutnya sama dengan cara pada contoh 51 di atas dan hasil
laba maksimalnya akan sama yaitu 22 satuan.
Contoh 52:
Suatu perusahaan menghadapi fungsi permintaan barang yang dijualnya yaitu :
P = -0,5 Q + 14 dan fungsi penawarannya P = 0,25Q + 5. Berapa pajak
maksimum yang diterima pemerintah bila pajaknyà Rp t per unit.
119
120
Contoh 53:
Suatu perusahaan menghadapi fungsi permintaan barang yang dijualnya yaitu : P =
-2Q2+ 55 dan fungsi penawarannya: P = Q2 + 7.
Berapa pajak maksimum yang diterima pemerintah bila pajaknya Rp t per unit,
kemudian gambanlah grafiknya.
Contoh 54:
Jika diketahui fungsi konsumsi adalah C = 50 + 0,75Y bagaiman fungsi
tabungan, MPC dan MPS-nya?
123
Kegiatan Belajar 6
saat output berjumlah 29 unit. Laba maksimum dicapai pada saat output sebesar
100 unit dan setelah itu laba menurun.Gambar 6.1
Laba Sebagai Fungal Dari Output
slopenya harus sama dengan nol. Namun demikian, karena nilai marginal akan
menjadi nol baik untuk nilai maksimum maupun minimum dari suatu fungsi,
maka analisis selanjutnya perlu untuk menentukan apakah nilai maksimum atau
minimum tersebut telah ditemukan.
Keadaan tersebut dilukiskan dalam Gambar 2.8 di mana tampak bahwa
slope dari kurva laba total adalah nol, baik pada titik A maupun titik B. Namun
demikian, titik A menunjukkan tingkat output yang meminimumkan laba,
sedangkan titik B menunjukkan tingkat output yang memaksimumkan laba.
Konsep turunan kedua (second-order derivative) digunakan untuk
membedakan nilai maksimum dengan minimum dari suatu fungsi. Turunan kedua
ini merupakan turunan dari turunan pertama. Jika laba total ditunjukkan oleh
persamaan = a - bQ + cQ2 - dQ3, seperti ditunjukkan Gambar 6.1, maka
turunan pertamanya yang merupakan fungsi laba marginal adalah:
dπ
= M = -b + 2cQ - 3dQ2 (2.7)
dQ
Turunan kedua dari fungsi laba total adalah turunan dari fungsi laba marginal
(turunan persamaan 2.7) yaitu:
d2π dmπ
2c 6cQ
dQ2 dQ
Gambar 6.2
Penentuan Nilai Maksimum dan Minimum Suatu Fungsi
126
Jika turunan pertama menunjukkan slope fungsi laba total, maka turunan kedua
tersebut menunjukkan slope dari turunan pertama tersebut yakni slope dari kurva
laba marginal. Kita bisa menggunakan turunan kedua tersebut untuk membedakan
titik maksimum dan minimum. Jika turunan kedua dari sebuah fungsi negatif
maka titik yang ditentukan adalah maksimum, demikian sebaliknya.
Alasan dari hubungan yang terbalik tersebut bisa dilihat dalam Gambar
6.2. Perhatikan bahwa laba mencapai minimum pada titik A karena laba marginal,
yang tadinya negatif dan karena itu menyebabkan laba total turun, tiba-tiba
menjadi positif. Oleh karena itu slopenya positif. Keadaan yang berlawanan terjadi
pada titik maksimum; nilai laba marginal tersebut adalah positif tetapi menurun
hingga suatu titik di mana fungsi laba total mencapai maksimum, dan negatif
setelah titik tersebut. Oleh karena itu, fungsi marginal tersebut berslope negatif
pada titik maksimum fungsi total.
Sebuah contoh dengan bilangan akan memperjelas konsep ini. Misalkan
fungsi laba total dalam Gambar 6.2 ditunjukkan oleh fungsi berikut:
Laba total (M) = -3.000 - 2.400Q + 350Q2 - 8,333Q3 (2.8)
Laba marginal ditunjukkan oleh turunan pertama dari laba total tersebut:
dπ
Laba marginal (M) = = -2.400 + 700Q – 25Q2 (2.9)
dQ
Laba total akan maksimum atau minimum pada titik-titik di mana turunan
pertama tersebut (laba marginal) sama dengan nol, maka:
dπ
= -2.400 + 700Q – 25Q2 = 0 (2.10)
dQ
Dengan menggunakan rumus abc, kita akan menemukan nilai-nilai output yang
memenuhi persamaan 2.10 yaitu 4 dan 24. Oleh karena itu nilai-nilai tersebut
merupakan titik-titik laba maksimum atau minimum.
Pengujian terhadap turunan kedua dari fungsi laba total pada masing--
masing tingkat output tersebut akan menunjukkan apakah nilai-nila tersebut
minimum ataukah maksimum. Turunan kedua dari fungsi laba total tersebut
didapatkan dengan mencari turunan dari fungsi laba marginal (persamaan 2.9):
127
d2π dMπ
= 700 - 500
dQ2 dQ
d2π
700 - 50.4 = 500
dQ2
d2π
700-50.24 = -500
dQ2
Karena turunan kedua tersebut adalah negatif pada tingkat output sebesar
24, yang menunjukkan bahwa laba marginal tersebut sedang menurun, maka
fungsi laba total mencapai titik maksimum pada tingkat output sebesar 24 unit
tersebut. Tingkat output ini sesuai dengan titik A pada Gambar 6.2.
Salah satu kaidah dalam ekonomi mikro yaitu MR harus sama dengan MG
agar laba maksimum bisa dicapai, sebenarnya timbul berdasarkan pada asas
optimisasi kalkulus tersebut. Asas tersebut timbul dari adanya kenyataan bahwa
jarak antara dua fungsi akan maksimum pada titik di mana slope kedua fungsi
tersebut adalah sama. Gambar 6.3 menggambarkan titik tersebut. Di sini fungsi
penerimaan dan fungsi biaya hipotetis ditunjukkan. Laba total sama dengan TR
dikurangi TC, dan oleh karena itu sama dengan jarak vertikal antara kedua kurva
128
tersebut pada setiap tingkat output. Jarak tersebut akan maksimum pada tingkat
output QB di mana slope dari kurva TR dan TC tersebut adalah sama. Karena slope kurva
dan oleh karena itu titik A tersebut menunjukkan tingkat output yang
menghasilkan laba sama dengan nol.
Gambar 6.3
TR, TC, dan Laba Maksimum
Pada tingkat-tingkat output setelah QA, TR meningkat lebih cepat dari TC, dengan kata lain,
MR > MC. Jika slope TR sama dengan slope TC, maka kedua kurva
tersebut akan sejajar. Keadaan tersebut teqadi pada tingkat output QB. Setelah melampaui QB
slope kurva TC lebih besar slope kurva TR (MC > MR), maka jarak antara kedua kurva
Laba Total = n = TR - TC
Tingkat output yang bisa memaksimumkan laba tersebut bisa diperoleh dengan
mensubstitusikan fungsi TR dan TG ke dalam fungsi laba, kemudian menganalisis
turunan pertama dan kedua dari persamaan tersebut:
= TR-TC
= 41,5Q - 1,102 - (150 + 10Q - 0,5Q2 + 0,02Q3)
= 41,5Q-1,1Q2-150-10Q + 0,5Q2-0,02Q3
= -150+31,5Q-0,6Q2-0,02Q3
Laba marginal atau turunan pertama dari fungsi laba tersebut adalah:
dπ
M = =31,5 - 1,2Q - 0,06Q2
dQ
Dengan menentukan laba marginal sama dengan nol dan menggunakan rumus abc
kita bisa menemukan kedua akarnya yaitu Q1 = - 35 dan Q2 = + 15. Karena output yang
negatif tidak mungkin terjadi, maka 01 bukan merupakan tingkat output yang bisa
digunakan.
Suatu pengujian terhadap turunan kedua dan fungsi laba tersebut pada tingkat O =
15 akan menunjukkan apakah ini merupakan titik laba maksimum atau titik laba
minimum. Turunan kedua tersebut adalah:
d2π dMπ
= -1,2 - 0,12Q
dQ2 dQ
dπ dTR dTC
Mπ
dQ dQ dQ
130
TR
dan TC:
dTR
MR = dQ= 41,5 - 2,2Q
dTC
MC = dQ = 10 - Q + 0,06Q2
Akhirnya diperoleh Q1 = -35 dan Q2 = 15. Hal ini menunjukkan bukti bahwa MR
Gambar bagian bawah menunjukkan fungsi laba, dan tingkat output yang
memaksimumkan laba adalah 15 unit, di mana d/dQ= 0 dan d2/dQ2 < 0.
131
Gambar 6.4
Syarat-syarat Tingkat Outputyang Memaksimumkan Laba
Y
X = 0-4 + 3Z - 0
= -4 + 3Z
Y = 10 - 4X + (3X)Z - Z2
Y
Z = 0-0 + 3X - 2Z
= 3X - 2Z
Y
X = 2 + 8XZ-3Z -0
2
Y
= 0 + 4X2 - 6XZ - 6Z2
X
Y
0
X
dan
Z Y
0
untuk menjelaskan prosedur ini, perhatikan fungsi:
Y = 4X + Z – X2 + XZ - Z2 (2.12)
yang mempunyai turunan parsial:
Y
= 4 - 2X + Z
X
dan
Y
Z = 1 + X - 2Z
Untuk memaksimumkan persamaan 2.12, turunan-turunan parsial tersebut harus
disamakan dengan nol:
Y
X = 4-2X + Z = O
dan
134
Y
Z = 1 +X-2Z = O
Di sini kita mempunyai dua persamaan dengan dua bilangan anu.
Penyelesaian secara simultan akan menghasilkan nilai X=3 dan Z=2 yang
memaksimumkan fungsi tersebut. Dengan memasukkan nilai-nilai X dan Z
tersebut ke dalam persamaan 2.12, kita akan memperoleh nilai Y = 7, dan oleh
karena itu nilai maksimum dari
Y adalah 7.
Proses yang terjadi disini bisa diperjelas dengan melihat Gambar 2.1 1,
suatu gambar tiga dimensi dari persamaan 2.12. Disini tampak bahwa
untuk nilai X dan Z yang positif, persamaan 2.12 membentuk suatu bidang dengan
titik puncak A. Pada puncak tersebut, permukaan dari gambar tersebut mendatar.
Kemungkinan bentuk lain, bidang datar yang bersinggungan dengan permukaan
pada titik A akan sejajar dengan bidang datar XZ, ini menunjukkan bahwa slope
dari gambar tersebut sama dengan nol. Keadaan ini merupakan persyaratan untuk
menentukan nilai maksimum dari sebuah fungsi dengan variabel majemuk.
Gambar 2.11
Mencari Nilai Maksimum Suatu Fungsi dengan Dua
Variabel: Y = 4X + Z – X2 + XZ - Z2
135
Tarnpak ada kaitan yang erat sekali antara formulasi maksimisasi dan
minimisasi pada masalah optimisasi terkendala dengan penggunaan sumberdaya
yang langka secara optimal.
Masalah optimisasi terkendala ini bisa dipecahkan dengan berbagai cara.
Dalam beberapa kasus, jika persamaan kendala tidak terlampau rumit, kita bisa
memecahkan persamaan kendala tersebut untuk salah satu dari variabel-variabel
pengambilan keputusan terlebih dahulu, kemudian mensubstitusikan variabel
136
TC = 3X2 + 6Y2 - XY
Minimumkan TC = 3X2 +
20
Dengan menyelesaikan kendala X dan mensubstitusikan nilai tersebut ke
dalam fungsi tujuan maka:
X = 20 - Y
dan
dTC
= - 140 + 20Y = 0
dY
20Y =
140
Y =
7
Suatu pengujian terhadap tanda dari turunan kedua yang ditaksir pada titik
tersebut akan membuktikan bahwa titik minimum ditemukan:
dTC
= -140+20Y
dY
d2TC
= +20
dY2
Karena turunan kedua tersebut adalah positif, maka Y=7 pastilah merupakan titik
minimum.
Dengan memasukkan 7 ke dalam Y di dalam persamaan kendala
memungkinkan kita untuk menentukan kuantitas optimum yang
diproduksikan oleh pabrik X.
X+7 = 20
X = 13
Oleh karena itu, produksi output 13 unit pada pabrik X dan 7 unit pada
pabrik Y adalah kombinasi biaya terendah dalam menghasilkan 20 unit produk
dari perusahaan tersebut. Biaya total (TC) tersebut adalah:
TC = 3(13)2 + 6(7)2 - (13 x 7)
= 507 + 294 - 91
= 710
138
0 = 20 - X - Y
LTC
X = 6X-Y-
LTC
X = 12Y-X- l
LTC
λ = 20-X-Y
Dengan menentukan ketiga turunan parsial tersebut sarna dengan nol, kita
mendapatkan tiga persamaan dengan tiga bilangan :
6x - y - = 0 (2.15)
-X+ 12Y- = 0 (2.16)
dan
20-X-Y = 0 (2.17)
140 - 7X - 7Y = 0 7 x (2.17)
7X - 13Y = 0 (2.18)
140 - 20Y = 0
140 = 20Y
7=Y
6 . 13-7- = 0
= + 71
Disini kita bisa menginterpretasikan X sebagai MC pada tingkat output
sebesar 20 unit. Ini menunjukkan kepada kita bahwa jika perusahaan tersebut
diharuskan memproduksi hanya 19 unit output, maka TC akan turun sekitar 71.
141
Sama juga halnya jika output diharuskan sebesar 21 unit, maka biaya akan naik
sejumlah itu (71).
Secara lebih umum, setiap angka pengganda Lagrange (~.) menunjukkan
pengaruh marginal terhadap penyelesaian fungsi tujuan mula-mula oleh penurunan
atau kenaikan persyaratan kendala sebesar l unit. Seringkali, seperti dalam contoh
di atas, hubungan marginal yang dijelaskan oleh angka pengganda Lagrange itu
menunjukkan data ekonomis yang bisa membantu seorang manajer untuk
mengevaluasi manfaat-manfaat potensial dari pengurangan sebuah kendala.
Latihan:
1. Fungsi produksi yang dihadapi oleh seorang produsen ditunjukkan oleh Y=
150X2-2X3, dimana Y adalah jumlah produk yang dihasilkan dan X
adalah jumlah input yang digunakan.
a) Bentuklah fungsi produk rata-ratanya.
b) Berapa produk total dan produk rata-rata jika digunakan 70 unit input?
c) Berapa produk marginal jika input ditambah 1 unit?
2. Biaya total yang dikeluarkan oleh sebuah pabrik ditunjukkan oleh persamaan
TC = Q3 - 90Q2 + 250Q + 56.500. Pada tingkat produksi berapa unit biaya
marginalnya minimum? Berapa. besarnya biaya marginal minimum tersebut,
berapa pula besarnya biaya total pada tingkat produksi tersebut?
3. Seorang produsen menghadapi fungsi permintaan P = 100 - 4Q dan biaya
totalnya
TC = 50 + 20Q. Hitunglah tingkat produksi yang menghasilkan laba
maksimum, besarnya laba maksimum dan harga jual barangnya per unit.
4. Buktikanlah bahwa untuk fungsi biaya total TC = 0,503 - 20Q2 + 25Q, biaya
rata-rata minimum sama dengan biaya marginal.
5. Andaikan fungsi produksi suatu macam barang dirumuskan dengan Q = K5/8
L3/8. Jika harga input K dan input L masing-masing adalah Rp 5,00 dan Rp
3,00 per unit, sedangkan produsen hanya ingin memproduksi 10 unit output,
carilah berapa unit masing-masing input sebaiknya digunakan agar ia berada
dalam keseimbangan (biaya produksinya minimum).
142
Kegiatan Belajar 7
INTEGRAL
Kalkulus (hitung) diferensial dan integral mempunyai hubungan yang erat.
Kalkulus diferensial mencari fungsi turunan dari suatu fungsi tertentu. Fungsi
tertentu yang dimaksud disebut fungsi asal atau fungsi primitif. Sedangkan
kalkulus integral, sebaliknya yaitu mencari kembali fungsi asal dari suatu fungsi
turunan. Maka dari itu kalkulus integral disebut juga anti derivatif.
f (x)dx F (x) C
∫ : tanda integral;f(x) : integran; C : konstanta integral; dx adalah
faktor yang memberitahukan kita bahwa variabel integrasi adalah x.
f (x)dx.
Himpunan semua anti turunan dari f(x) disebut integral tak tentu dari f
hanya jika F ' (x) f (x) untuk setiap x pada daerah asal f.
Aturan Itegral :
143
1. Jika n ≠ -1, 1
x n dx n xn1 c
1
Ilustrasi :
3
a. x dx 5
b. 1 dx
Jawab :
3
3 3 1 8
1 x 5 c 5 x 5
a. x5 dx maka n =53 sehingga x 5 dx
5 1 c
3
8
1
x 01 c x c
b. 1 dx Karena x0 =1, maka 1 dx x dx0
0
1
x
1
2. Integral
1 1
x dx ln x c , karena turunan dari ln x adalah x
3. Integral e x
e
x
dx e x c , karena turunan dari e x adalah e x
kf (x)dx k f (x)dx
5. Penjumlahan :
Jawab :
(3e 2x x
x )dx
12 2
3e dx 2xdx 2 x
x 1 2
dx
3e x dx 2 1 1 x2 dx 3x 2 ln x 1 x3 c
x 2 6
144
3x 5 2x 6
2. dx
3
x
dx 3x 2x 6
5
x 3 dx x 3 dx x 3 dx
3x 5 2x 6
x3
3 x 3 dx 2 x 2dx 6 x 3dx x 3 2x 1
3x 2 c
1. (5x 3) dx ?
9
1 5 50
2. dx ?
(3 2x) 3
Misalkan 3 – 2x = u maka -2dx = du atau dx = -1/2 du sehingga
1 1
1 du c
dx 3
(3 2x) 3
2 u 4(3
2x) 2
d dv du
(uv ) u v
dx dx dx
atau
dv d du
u (uv ) v
dx dx dx
dan integralnya terhadap x,
udv uv vdu
………………. (*)
145
kedalam dua faktor u dan dv, sehingga rumus udv uv vdu dapat
digunakan. Sebagai pegangan buat kita: yang penting bahwa dv harus
dapat diintegralkan. (dv sebagai faktor integran yang paling rumit yang
dapat langsung diintegralkan dan u sebagai fungsi yang turunannya
merupakan fungsi yang lebih sederhana.
Ilustrasi 1:
ln xdx
misalkan u = lnx, dv = dx (dipilih pemisalan seperti ini karena untuk
mencari v kita harus dapat mengintegralkan dv), sehingga:
1
u ln x du x dx sehingga dengan menggunakan rumus
v dv dx x
udv uv vdu
1
ln xdx x ln x xx dx x ln x x c x(ln x 1)
c
Ilustrasi 2:
x ln xdx
misalkan u = lnx, dv = xdx (dipilih pemisalan seperti ini karena untuk
mencari v kita harus dapat mengintegralkan dv)
1
v dv xdx 2x 2
1
u ln x du x dx sehingga dengan menggunakan rumus
udv uv vdu
146
1 1 1 1 1 1 1
ln xdx x 2 ln x x 2 dx x 2 ln x xdx x 2 ln x x 2 c
2 2 x 2 2 2
4
Ilustrasi 3 :
6x dx
x7
v dv e x 7 dx e x 7
udv uv vdu ,
f (x) dx F(x) . Integral tentu dari f(x) dengan batas bawah a dan batas atas
b
b ditulis f(x) dx
a
1 1
1 4
3. x 3 dx ln( x 3) \ 0 ln 3
0
1
1 3 2 56
4. (6x 4) dx
9
(6x 4) 2 \
0 9
0
3
1 0
5. 1 3x 2 (e e 7 ) 7
1 (e 3x
3x ) dx e x \ 1 3
2
3
3
147
1
6. ln(1 x) dx 2ln 2 1
0
equilibrium) adalah PE, maka untuk konsumen tertentu sebenarnya masih bersedia
membayar dengan harga yang lebih tinggi dari PE, sehingga ada satu keuntungan bagi
konsumen (cosumer’s surplus). Secara grafik besarnya surplus konsumen
diperlihatkan oleh luasnya area pada kurva permintaan dengan harga di atas
^
tingkat harga keseimbangannya, yaitu luas segitiga PEE P
P ^
Gambar 7.1
^ (0 ,P )
P
E(QE ,PE )
PE
P = f(Q)
(Q^ , 0 )
O QE Q
Q^
Besarnya surplus konsumen (SK) secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut :
QE
untuk fungsi permintaan P = f(Q)
SK f (Q)Q QE PE
atau 0
^
P
SK f (Q)Q QE PE
0
f (P)P
P E
148
Ilustrasi:
(1) P = 10 – 13 Q
Hitunglah besarnya surplus konsumen, jika harga keseimbangan yang terjadi
sebesar 6 dan gambarkan!
Jawab :
P = 10 – 13 Q
Jika PE = 6 maka QE = 12
120 24
2 2 12
1 1
= (10.12 12 ) (10.0 .0 ) 72
6 0 6
72
= 24
Atau :
^P
10
SK f (P)
6 (30 30P) P =
30P 3 P2
2
10
6
P
PE
= (30.10 10
3
32
) 2 (30.6 .62 ) 2 (300 150) (180 126)
= 24
Gambar 7.2
P
10
E (12,6)
6
Q= 30-3P
0 12 30 Q
149
(price equilibrium) adalah PE, maka untuk produsen tertentu sebenarnya masih
bersedia menawarkan dengan harga yang lebih rendah dari PE, sehingga ada suatu
P Gambar 7.3 P = f( Q )
P E E ( Q E , P E )
^
( 0 , )
P^ P
0
Q E Q
sehingga
QE
PE
SP QE PE 0f (Q)Q f^ (P)P
P
Ilustrasi:
(1) P = 20 + 14 Q
Hitunglah besarnya surplus produsen, jika harga keseimbangan yang terjadi
sebesar 30 dan gambarkan!
Jawab :
P = 20 + 14 Q
150
Jika PE = 30 maka QE = 40
= 1.200
(20.40 1840 )2 (20.0 1
0 2) = 1.200 800
= 1.200 – 1.000
8
200
= 200
Atau :
PE PE
30
f (P)P (80 4P) 2
SP (80P
^
P
^
P
P 2P
20
= (80.30 2.302 ) (80.20
2.20 )
2
= (2.400 1.800) (1.600 1.800)
= 600 800 = 600 800
= 200
Gambar 7.4
P Q=-80+4P
30
(40,30
20 )
- 80 0 40 Q
Latihan:
1. Tentukanlah:
1
2x dx c) x(x 2 4)3
a) b) 2
x 2 3x
e dx 5
x (x 0
1) dx
2. Biaya marginal ditentukan dengan MC = -3Q2 + 24Q + 10. Biaya
tetap untuk memproduksi 1 unit adalah 25. Carilah fungsi:
a) Biaya total
b) Biaya rata-rata
151
c) Biaya variabel
d) Jika diproduksi 10 unit, tentukanlah biaya total, biaya rata-
rata dan biaya marginalnya.
1
3. Kecenderung menabung marginal adalah MPC 1 0,4Q ,
6Q 2
ketika pendapatan 0, maka konsumsinya adalah 9, Carilah fungsi
konsumsinya.
4. Fungsi permintaan dan penawaran suatu barang masing-masing
adalah: P = 14 – Q2 dan P = 2 + Q2, tentukanlah:
a) Surplus konsumen
b) Surplus produsen
c) Gambarkan.
5. Tentukanlah:
3
12 dx c) x (x 3
2
a) xe
3x
dx b)
x(x 1)(x 4)
5)2 dx
1
6. Biaya marginal ditentukan dengan MC Q 2 10Q .
3 Biaya
tetapnya adalah 45.000. Carilah fungsi:
a) Biaya total
b) Biaya rata-rata
0,5
7. Kecenderungan konsumsi P 0,6 , ketika
marginal, 2Q
DAFTAR PUSTAKA
Black, J. & J.F. Bradley, “essential Mathematics for Economists”, 2nd edition, John
Wiley & Sons, New York, 1980.
Dumairy, Matematika terapan Induk Bisnis dan Ekonomi, Edisi Ketiga BPFE,
Jogyakarta Press.
Lial, Margaret L. & Charles D. Miller, “Finite Mathematics”, 2nd edition, Scott,
Foresman and Company, Glenview, Illinois, 1982
Mizrahi, Abe & Michael Sullivan, “Finite Mathematics with Application for
Business and Social Sciences”, 5th edition, John Wiley & Sons, New York,
1988.
Weber, Jean e., “Mathematical Analysis: Business and Economic Applications”, 4th
edition, McGraw-Hill, New York, 1984.