ada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa ilmu ekonomi modern menganalisis masalah
ekonomi, lepas dari pertimbangan moralitas dan agama. Gejala-gejala yang diamati
dijelaskan dengan logika. Misalnya mengapa di negara-negara maju dan atau kaya, setiap
keluarga umumnya memiliki anak sedikit? Sedangkan di negara-negara yang belum maju
jumlah anak per keluarga umumnya banyak? Mengapa orang-orang yang berpendidikan
tinggi menghabiskan banyak uang untuk membeli informasi (buku,surat kabar, dan internet)
dibanding orang-orang yang berpendidikan rendah? Mengapa perusahaan-perusahaab yang
mempunyai daya monopoli lebih suka menjual produk dalam jumlah lebih sedikit dengan
harga yang lebih tinggi?
a) Barang (commodities)
Barang adalah benda dan jasa yang dikonsumsi untuk memperoleh manfaat atau
kegunaan. Bila seseorang mengonsumsi lebih dari satu barang dan jasa, seluruhnya
digabungkan dalam bundel barang (commodities bundle). Barang yang dikonsumsi
mempunyai sifat makin banyak dikonsumsi makin besar manfaat yang diperoleh (good).
Contohnya pakaian, makin banyak dimiliki makin memberi manfaat. Sesuatu yang bila
konsumsinya ditambah justru mengurangi kenikmatan hidup (bad), tidak dimasukkan dalam
analisis. Misalnya, penyakit, makin banyak makin menyusahkan.
b) Utillitas (utility)
Utillitas (utility) adalah manfaat yang diperoleh karena mengonsumsi barang. Utilitas
merupakan ukuran manfaat suatu barang dibanding dengan alternatif penggunanya. Utilitas
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh konsumen. Utilitas total (total
utility/TU) adalah manfaat total (marginal utility/MU) adalah tambahan manfaat yang
diperoleh karena menambah konsumsi sebanyak satu unit barang.
c) Hukum Pertambahan Manfaat yang Makin Menurun (The Law of Diminishing Marginal
Utility)
Pada awalnya penambahan konsumsi suatu barang akan memberi tambahan utilitas
yang besar, tetapi makin lama pertambahan itu bukan saja makin mennurun, bahkan menjadi
negatif. Good sudah berubah menjadi bad. Gejala itu disebut sebagai Hukum Pertambahan
Manfaat yang Makin Menurun (The Law of Diminshing Marginal Utility, untuk selanjutnya
disingkat LDMU). Dalam analisis perilaku konsumen, gejala LDMU dilihat dari makin
menurunnya nilai utilitas marjinal. Karena dasar analisisnya adalah perubahan utilitas
marjina;, analisis ini dikenal sebagai analisis marjinal (marginal analysis).
Bagi Achmad, baju opertama nilai kegunaannya jauh lebih besar dibandinng yang
harus dikeluarkan. Hanya dengan Rp 25.000,00 diperoleh kegunaan 50.000 util. Karenanya
dia mau menambah konsumsi bajunya. Baju yang kedua memberi tambahan kegunaan (MU)
lebih besar daripada yang pertama, yaitu 75.000 util berarti kegunaan total (TU) menjadi
125.000 util. Dia pun menambah konsumsi baju menjadi tiga, yang memberi TU 185.000 util
dan MU 60.000 util. Walaupun telah terjadi penurunan MU (hukum pertambahan manfaat
yang makin menurun telah terjadi), tetap lebih mengutungkan. Seandainya Achmad terus
menambah konsumsi bajunya, maka setelah baju kelima penambahan konsumsi tidak
menambah TY, bahkan dapat menurunkan TU karena MU sudah < 0 (negatif). Peregerakan
angka-angka dalam tabel dapat diterjemahkan dalam bentuk grafik. Terlihat kurva TU pada
awalnya menarik tajam, seiring naiknya nilai MU. Di titik A MU mencapai maksimum, untuk
selanjutnya menurun yang menyebabkan slope kurva TU makin mendatar.
Diagram 4.1
Kurva-kurva Utilitas Total dan Utilitas Marjinal
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa Achmad akan berhenti mengonsumsi pada
baju yang kelima. Jika setelah itu dia menambah jumlah baju yang dikonsumsi, tindakan itu
bukan saja tidak menambah TU, bahkan menguranginya. Achmad berhenti mengonsumsi
pada saat harga baju (25.000,000) sama dengan nilai utilitas marjinal (25.000 util).
MU = P ....................................................................................................... (4.1)
Prinsip ini berlaku untuk semua barang, sehingga konsumen akan mencapai kepuasan
maksimum pada saat :
MU = Px ....................................................................................................... (4.2)
Di mana: Mux = tambahan kegunaan X
Px = harga X
Tabel 4.2
Makan Bakso dan Makan Sate
Yang Memberi Tingkat Kepuasan Sama Bagi Sutarno
25 kali 4 porsi
20 kali 8 porsi
10 kali 10 porsi
5 kali 20 porsi
4 kali 25 porsi
Jika kombinasi itu disajikan dalam kurva akan diperoleh kurva indiferensi (IC) seperti
ditunjukkan oleh Diagram 4.2.
Diagram 4.2
Kurva Indiferensi (indifference curve)
Asumsi-asumsi Kurva Indiferensi
1) Semakin jauh kurva indiferensi dari titik origin, semakin tinggi tingkat kepuasannya.
Asumsi ini penting agar asumsi bahwa konsumen dapat membandingkan pilihannya
terpenuhi. Kumpulan kurva indiferensi (dinamakan peta indiferensi atau indifference map)
hanya mengatakan bahwa makin ke kanan atas, tingkat kepuasannya makin tinggi; Tetapi
tidak dapat mengatakan beberapa kali lipat. Misalnya, walaupun IC³ jaraknya terhadap titik.
(0, 0) adalah tiga kali IC¹, tidak berarti tingkat kepuasan yang diberikan IC³ adalah tiga kali
lipat IC¹. Yang dapat dikatakan adalah IC³ memberi tingkat kepuasan lebih besar dari IC¹.
Diagram 4.1
Diagram 4.4
Marginal Rate of Substitution (MRS)
Dalam Diagram 4.4 pada awalnya jumlah Y yang ingin dikorbankan untuk
memperoleh tambahan satu unit X adalah OY¹-OY². Sehingga besarnya MRSyx
adalah – (OY¹-OY² / OX¹-OX²). Pada saat ingin menambah 1 unit X lagi (OY²-OY³),
sehingga nilai MRSyx berubah. Jumlah Y yang ingin dikorbankan menurun, karena
jumlah Y yang dimiliki makin sedikit (langka).
Diagram 4.5
Posisi Kurva-kurva Indiferensi Dikaitkan
Dengan Konsistensi Preferensi (Transitivitas)
Pada Diagram 4.5 a IC¹ dan IC² berpotongan di titik B bearati IC¹ = IC². Di
titik C, IC² > IC¹, padahal di titik A, IC¹ > IC². Keadaan itu tidak sesuai dengan
asumsi transitivitas yang mengatakan: bila A > B dan B > C, maka A > C. Asumsi
transititivitas hanya terpenuhi bila IC¹ dan IC² tidak saling berpotongan (Diagram 4.5
b).
Diagram 4.6
Diagram 4.7
Perubahan Garis Anggaran
(a) (b)
d. Keseimbangan Konsumen
Kondisi keseimbangan adalah kondisi di mana konsumen telah mengalokasikan seluruh
pendapatannya untuk konsumsi. Uang yang ada (jumlahnya tertentu) dipakai untuk mencapai
tingkat kepuasan tertinggi (maksimalisasi kegunaan), atau tingkat kepuasan tertentu dapat
dicapai dengan anggaran paling minim (minimalisasi biaya). Secara grafis kondisi
keseimbang tercapai pada saat kurva garis anggaran (menggambarkan tingkat kemampuan)
bersinggungan dengan kurva indiferensi (menggambarkan tingkat kepuasan).
Diagram 4.8.a menggambarkan maksimalisasi kepuasan (satisfaction maximalization).
Kemampuan yang dimiliki adalah BL¹. Karena itu tingkat kepuasan yang tertinggi yang dapat
diperoleh adalah di titik E, tempat persinggungan antara BL¹ dengan IC². Pada saat itu
kombinasi konsumsi adalah 0X¹ unit barang X dan 0Y¹ unit barang Y. Kurva IC¹ bukan
kurva yang memberikan tingkat kepuasan maksimum, karena dapat dijangkau dengan
anggaran yangg lebih rendah daripada BL¹, yaitu BL². Kurva IC³ walaupun lebih tinggi
daripada IC² tidak terjangkau dengan kemampuan yang ada.
Diagram 4.8.b menggambarkan minimalisasi biaya (cost minimalization). Tingkat
kepuasan yang ingin dicapai adalah IC¹, yang dapat dicapai dengan anggaran minimum
sebesar BL², dengan kombinasi konsumsi 0X¹ unit barang X dan 0Y¹ unit barang Y. BL¹
walaupun lebih rendah daripada BL² bukan biaya minimum karena tidak dapat menjangkau
target IC¹. Sementara dengan BL³ konsumen dapat mencapai tingkat kepuasan yang lebih
tinggi daripada IC¹. Keseimbangan konsumen berada di titik E.
Diagram 4.8
Maksimalisasi Kepuasan dan Minimalisasi Biaya
Diagram 4.9
Kurva Harga-Konsumsi
(Price-Consumption Curve)
Pada diagram 4.9 ditunjukkan bahwa keseimbangan awal terjadi di titik A. Bila harga
barang X turun, maka kemampuan untuk membeli barang X meningkat dari jumlah anggaran
yang tetap, ditunjukkan oleh garis anggaran bergeser ke BL² dan BL³. Keseimbangan pun
berubah dari titik A ke titik B dan titik C. Demikian halnya dengan kombinasi konsumsi. Jika
titik-titik keseimbangan tersebut dihubungkan maka terbentuk sebuah garis, yaitu kurva PCC.
Diagram 4.10
Diagram 4.11
Permintaan Pasar
Diagram 4.12
Kurva Pendapatan-Konsumsi
(Income-Consumption Curve)
Kurva Engel
Diagram 4.13. a adalah kurva Engel untuk barang yangg merupakan kebutuhan
pokok, seperti bahan makanan pokok. Perubahan pendapatan nominal tidak berpengaruh
banyak terhadap perubahan permintaan. Bahkan jika pendapatan terus menigkat, permintaan
terhadap barang tersebut perubahannya makin kecil dibanding perubahan pendapatan. Jika
dikaitkan dengan konsep elastisitas, maka elastisitas pendapatan dari barang kebutuhan
pokok makin kecil bila tingkat pendapatan nomminal makin tinggi.
Diagram 4.13. b adalah kurva Engel untuk barang yang termasuk barang mewah.
Kenaikan permintaan terhadap barang tersebut lebih besar dibandingkan dengan kenaikan
tingkat pendapatan. Atau dapat dikatakan bahwa permintaan terhadap barang mewah
mempunyai derajad elastisitas yang besar.
Untuk barang inferior/Giffen, kurva Engel memiliki korelasi yang negatif, yakni
menurun dari kiri atas ke kanan bawah.
Diagram 4.14
Efek Total:
Efek Substitusi:
Turunnya harga X membuat harga X relatif lebih murah daripada harga Y (slope BL³
lebih daripada BL¹). Jika konsumen diminta melakukan penyesuaian keseimbangan pada
tingkat kepuasan yang sama (IC¹) dengan pendapatan nyata tidak berubah, maka titik
keseimbangan tercapai di titik B, yaitu persinggungan antara IC¹ dengan BL² (garis terputus-
putus dan sejajar dengan BL³). BL² merupakan garis anggaran yang sama nilainya dengan
BL¹, namun kemiringannya berbeda sesuai dengan rasio harga pada BL². Jumlah X yang
diminta menjadi 0X² (karena harga X sekarang relatif lebih murah). Pertambahan permintaan
terhadap X sebesar X¹X² merupakan efek substitusi.
Efek Pendapatan:
Pertambahan jumlah X yang diminta sebesarv X²X³ merupakan efek pendapatan.
Sebab jika pendapatan nominal naik (BL² terputus-putus digeser sejajar ke atas, BL³
menyinggung IC²) jumlah X yang dimminta bertambah sebanyak X²X³ unit.
Bagaimana jika harga naik? Prinsip analisisnya sama. Kita perhatikan Diagram 4.15
berikut ini.
Diagram 4.15
Efek total dari kenaikan harga X adalah penurunan permintaan sebesar 0X¹-0X³. Jika
konsumen harus melakukan penyesuaian keseimbangan dengan asumsi tingkat pendapatan
dan tingkat kepuasan adalah sama seperti kondisi awal (IC¹), maka keseimbangan konsumen
tercapai dititik B yang merupakan persinggungan BL² (garis terputus-putus) dengan IC¹.
Perubahan rasio harga (harga relatif) telah mengurangi jumlah X yang diminta sebanyak
X¹X². Ini merupakan efek substitusi. Sedangkan penurunan pendapatan nominal (yang
disebabkan kenaikan harga X) telah menurunkan jumlah X yang diminta sebesar X²X³. Ini
merupakan efek pendapatan.