Anda di halaman 1dari 17

Bab 4

Teori Perilaku Konsumen

ada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa ilmu ekonomi modern menganalisis masalah
ekonomi, lepas dari pertimbangan moralitas dan agama. Gejala-gejala yang diamati
dijelaskan dengan logika. Misalnya mengapa di negara-negara maju dan atau kaya, setiap
keluarga umumnya memiliki anak sedikit? Sedangkan di negara-negara yang belum maju
jumlah anak per keluarga umumnya banyak? Mengapa orang-orang yang berpendidikan
tinggi menghabiskan banyak uang untuk membeli informasi (buku,surat kabar, dan internet)
dibanding orang-orang yang berpendidikan rendah? Mengapa perusahaan-perusahaab yang
mempunyai daya monopoli lebih suka menjual produk dalam jumlah lebih sedikit dengan
harga yang lebih tinggi?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, ekonom mengembangkan


pemahanaman-pemahaman dan peralatan analisis ekonomi mikro. Dengan peralatan itu ilmu
ekonomi mengamati perilaku konsumen dan produsen. Perilaku konsumen penting dibahas
agar dapat memahami sisi permintaan barang dan jasa. Perilaku produsen penting dibahas
untuk memahami sisi penawaran barang dan jasa.

1. Pengertian-pengertian dan Asumsi-asumsi Utama


Bab ini akan menguraikan perilaku konsumen dalam menentukan alokasi sumber
daya ekonominya. Tujuan yang ingin dicapai oleh konsumen adalah kepuasan maksimum.
Untuk dapat membahasnya kita harus mengetahui beberapa pengertian dan asumsi dasar
(utama).

a) Barang (commodities)
Barang adalah benda dan jasa yang dikonsumsi untuk memperoleh manfaat atau
kegunaan. Bila seseorang mengonsumsi lebih dari satu barang dan jasa, seluruhnya
digabungkan dalam bundel barang (commodities bundle). Barang yang dikonsumsi
mempunyai sifat makin banyak dikonsumsi makin besar manfaat yang diperoleh (good).
Contohnya pakaian, makin banyak dimiliki makin memberi manfaat. Sesuatu yang bila
konsumsinya ditambah justru mengurangi kenikmatan hidup (bad), tidak dimasukkan dalam
analisis. Misalnya, penyakit, makin banyak makin menyusahkan.

b) Utillitas (utility)
Utillitas (utility) adalah manfaat yang diperoleh karena mengonsumsi barang. Utilitas
merupakan ukuran manfaat suatu barang dibanding dengan alternatif penggunanya. Utilitas
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh konsumen. Utilitas total (total
utility/TU) adalah manfaat total (marginal utility/MU) adalah tambahan manfaat yang
diperoleh karena menambah konsumsi sebanyak satu unit barang.
c) Hukum Pertambahan Manfaat yang Makin Menurun (The Law of Diminishing Marginal
Utility)
Pada awalnya penambahan konsumsi suatu barang akan memberi tambahan utilitas
yang besar, tetapi makin lama pertambahan itu bukan saja makin mennurun, bahkan menjadi
negatif. Good sudah berubah menjadi bad. Gejala itu disebut sebagai Hukum Pertambahan
Manfaat yang Makin Menurun (The Law of Diminshing Marginal Utility, untuk selanjutnya
disingkat LDMU). Dalam analisis perilaku konsumen, gejala LDMU dilihat dari makin
menurunnya nilai utilitas marjinal. Karena dasar analisisnya adalah perubahan utilitas
marjina;, analisis ini dikenal sebagai analisis marjinal (marginal analysis).

d) Konsistensi Preferensi (Transitivity)


Konsep preferensi berkaitan dengan kemampuan konsumen menyusun prioritas
pilihan agar dapat mengambil keputusan. Minimal ada dua sikap yang berkaitan dengan
preferensi konsumen, yaitu lebih suka (prefer) dan atau sama-sama disukai (indifference).
Misalnya ada dua barang X dan Y, maka konsumen mengatakan X lebih disukai daripada Y
(X > Y) atau X sama-sama disukai seperti Y(X = Y). Tanpa sikap ini perilaku konsumen sulit
dianalisis.
Syarat lain agar perilakunya dapat dianalisis, konsumen harus memiliki konsistensi
preferensi. Bila barang X lebih disukai dari Y (X > Y) dan barang Y lebih disukai dari Z (Y >
Z), maka barang X lebih disukai dari Z (X > Z). Konsep ini disebutt transitivitas
(transitivity).

e) Pengetahuan Sempurna (Perfect Knowledge)


Konsumen diasumsikan memiliki informasi atau pengetahuan yang sempurna
berkaitan dengan keputusan konsumsinya. Mereka tahu persisi kualitas barang, kapasitas
produksi, teknologi yang digunakan dan harga barang dipasar. Mereka mampu memprediksi
jumlah penerimaan untuk suatu periode konsumsi.

2. Teori Kardinal (Cardinal Theory)

Teori Kardinal menyatakan bahwa kegunaan dapat dihitung secara nominal,


sebagaimana kita menghitung berat dengan gram atau kilogram, panjang dengan cintimenter
atau meter. Sedangkan satuan ukuran kegunaan (utility) adalah util. Keputusan untuk
mengonsumsi suatu barang berdasarkan perbandingan antara manfaat yang diperoleh dengan
biaya yang harus dikeluarkan. Nilai kegunaan yang diperoleh dari konsumsi disebut utilitas
total (TU). Tambahan kegunaan dari penambahan satu unit barang yang dikonsumsi disebut
utilitas marjinal (MU). Total uang yang harus diikalikan harga per unit. Untuk setiap unit
tambahan konsumsi, tambahan biaya yang harus dikeluarkan sama dengan harga barang per
unit.
Tabel 4.1
Utilitas Total dan Utilitas Marjinal dari Mengonsumsi Baju

Harga baju per Jumlah bajuu Uang yang Kegunaan Tambahan


helai yang harus Total/TU (util) Kegunaan/MU
(Rp) dikonsumsi dikeluarkan (util)
(Rp)

25.000 1 25.000 50.000 50.000

25.000 2 50.000 125.000 75.000

25.000 3 75.000 185.000 80.000

25.000 4 100.000 225.000 40.000

25.000 5 125.000 250.000 25.000

25.000 6 150.000 250.000 0

25.000 7 175.000 225.000 -25.000

25.000 8 200.000 100.000 -125.000

Bagi Achmad, baju opertama nilai kegunaannya jauh lebih besar dibandinng yang
harus dikeluarkan. Hanya dengan Rp 25.000,00 diperoleh kegunaan 50.000 util. Karenanya
dia mau menambah konsumsi bajunya. Baju yang kedua memberi tambahan kegunaan (MU)
lebih besar daripada yang pertama, yaitu 75.000 util berarti kegunaan total (TU) menjadi
125.000 util. Dia pun menambah konsumsi baju menjadi tiga, yang memberi TU 185.000 util
dan MU 60.000 util. Walaupun telah terjadi penurunan MU (hukum pertambahan manfaat
yang makin menurun telah terjadi), tetap lebih mengutungkan. Seandainya Achmad terus
menambah konsumsi bajunya, maka setelah baju kelima penambahan konsumsi tidak
menambah TY, bahkan dapat menurunkan TU karena MU sudah < 0 (negatif). Peregerakan
angka-angka dalam tabel dapat diterjemahkan dalam bentuk grafik. Terlihat kurva TU pada
awalnya menarik tajam, seiring naiknya nilai MU. Di titik A MU mencapai maksimum, untuk
selanjutnya menurun yang menyebabkan slope kurva TU makin mendatar.
Diagram 4.1
Kurva-kurva Utilitas Total dan Utilitas Marjinal

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa Achmad akan berhenti mengonsumsi pada
baju yang kelima. Jika setelah itu dia menambah jumlah baju yang dikonsumsi, tindakan itu
bukan saja tidak menambah TU, bahkan menguranginya. Achmad berhenti mengonsumsi
pada saat harga baju (25.000,000) sama dengan nilai utilitas marjinal (25.000 util).

MU = P ....................................................................................................... (4.1)
Prinsip ini berlaku untuk semua barang, sehingga konsumen akan mencapai kepuasan
maksimum pada saat :
MU = Px ....................................................................................................... (4.2)
Di mana: Mux = tambahan kegunaan X
Px = harga X

3. Teori Ordinal (Ordinal Theory)

a. Kurva Indiferensi (Indifference Curve)


Menurut Teori Ordinal, kegunaan tidak dapat dihitung; Hanya dapat dibandingkan,
sebagaimana kita menilai kecantikan atau kepandaian seseorang. Untuk menjelaskan
pendapatnya, Teori Ordinal menggunakan kurva indiferensi (indifference curve). Kurva
indiferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi konsumsi dua macam barang
yang memberikan tingkat kepuasan yang sama bagi seorang konsumen. Suatu kurva
indiferensi atau sekumpulan kurva indiferensi (yang disebut pula indiferensi atau indifference
map), dihadapi oleh hanya seseorang konsumen. Misalkan sutarno
mengombinasikankonsumsi makan bakso dengan makan sate.
Walaupun telah dinyatakan bahwa menurut teori ordinal kegunaan atau kepuasan
tidak dapat dihitung, namun untuk keperluan studi (agar menjadi lebih jelas), tidaklah salah
bila kita mengasumsikan bahwa informasi dari kurva indiferensi dapat diterjemahkan dalam
persamaan kuantitatif. Misalanya, nilai kegunaan (keputusan) Sutarno dari mengonsumsi
makan bakso dan makan sate perbulan dapat di tulis sebagai.
U=X.Y ........................................................................................... (4.3)
Di mana: U = tingkat kepuasan
X = makan bakso (mangkok per bulan)
Y = makan sate (porsi per tahun)
Untuk mencapai tingkat kepuasan tertentu, beberapa kombinasi yang mungkin
dicantumkan dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2
Makan Bakso dan Makan Sate
Yang Memberi Tingkat Kepuasan Sama Bagi Sutarno

Makan Bakso Makan Sate


(mangkok per bulan) (porsi per bulan)

25 kali 4 porsi

20 kali 8 porsi

10 kali 10 porsi

5 kali 20 porsi

4 kali 25 porsi

Jika kombinasi itu disajikan dalam kurva akan diperoleh kurva indiferensi (IC) seperti
ditunjukkan oleh Diagram 4.2.

Diagram 4.2
Kurva Indiferensi (indifference curve)
Asumsi-asumsi Kurva Indiferensi
1) Semakin jauh kurva indiferensi dari titik origin, semakin tinggi tingkat kepuasannya.
Asumsi ini penting agar asumsi bahwa konsumen dapat membandingkan pilihannya
terpenuhi. Kumpulan kurva indiferensi (dinamakan peta indiferensi atau indifference map)
hanya mengatakan bahwa makin ke kanan atas, tingkat kepuasannya makin tinggi; Tetapi
tidak dapat mengatakan beberapa kali lipat. Misalnya, walaupun IC³ jaraknya terhadap titik.
(0, 0) adalah tiga kali IC¹, tidak berarti tingkat kepuasan yang diberikan IC³ adalah tiga kali
lipat IC¹. Yang dapat dikatakan adalah IC³ memberi tingkat kepuasan lebih besar dari IC¹.

Diagram 4.1

Himpunan Kurva Indiferensi (Peta Indiferensi)


2) Kurva Indiferensi menurun dari kiri atas ke kanan bawah (downward sloping), dan
cembung ke titik origin (convex to origin).
Asumsi ini menggambarkan adanya kelangkaan. Bila suatu barangg makin langka,
harga makin mahal. Hal ini dijelaskan dalam konsep Marginal Rate of Substitution
(MRSyx), yaitu beberapa banyak barang Y harus dikorbbankan untuk menambah 1 unit
barang X demi menjaga tingkat kepuasan yang sama. Berdasarkan hukum LDMU, jumlah
Y yang ingin dikorbankan makin kecil pada saat jumlahnya makin sedikit (langka).
Kurva indiferensi yang cembung le arah titik origin menjelaskan kadar
penggantian marjinal. Tingkat penggantian marjinal menggambarkan besarnya pengorbanan
atas konsumsi suatu barang untuk menambah konsumsi barang lainnya dengan tetap
mempertahankan tingkat kepuasan yang diperoleh.

Diagram 4.4
Marginal Rate of Substitution (MRS)
Dalam Diagram 4.4 pada awalnya jumlah Y yang ingin dikorbankan untuk
memperoleh tambahan satu unit X adalah OY¹-OY². Sehingga besarnya MRSyx
adalah – (OY¹-OY² / OX¹-OX²). Pada saat ingin menambah 1 unit X lagi (OY²-OY³),
sehingga nilai MRSyx berubah. Jumlah Y yang ingin dikorbankan menurun, karena
jumlah Y yang dimiliki makin sedikit (langka).

3) Kurva indiferensi tidak saling berpotongan.


Asumsi ini penting agar asumsi transivitas terpenuhi.

Diagram 4.5
Posisi Kurva-kurva Indiferensi Dikaitkan
Dengan Konsistensi Preferensi (Transitivitas)

Pada Diagram 4.5 a IC¹ dan IC² berpotongan di titik B bearati IC¹ = IC². Di
titik C, IC² > IC¹, padahal di titik A, IC¹ > IC². Keadaan itu tidak sesuai dengan
asumsi transitivitas yang mengatakan: bila A > B dan B > C, maka A > C. Asumsi
transititivitas hanya terpenuhi bila IC¹ dan IC² tidak saling berpotongan (Diagram 4.5
b).

b. Kurva Garis Anggaran (Budget Line Curve)


Garis anggaran (budget line) adalah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumsi
dua macam barang yang membutuhkan biaya (anggaran) yang sama besar. Misalnya garis
anggaran dinotasikan sebagai BL, sedangkan harga sebagai P (Px untuk X dan Py untuk Y)
dan jumlah barang yang dikonsumsi adalah Q (Qx untuk X dan Qy untuk Y), maka
BL = Px.Qx + Py.Qy ........................................................................ (4.4)
Kemiringan (slope) kurva BL adalah negatif, yang merupakan rasio Px dan Py. Pada
Diagram 4.6 kita melihat bahwa OY sama dengan besarnya pendapatan (M) dibagi harga
Y, sedangkan OX sama dengan besarmya pendapatan (M) dibagi harga X. Sehingga
slope dibagi harga X. Sehingga slope kurva garis anggaran adalah:
- (OY/OX) = - (1/Py.M)/ (1/Px.M) = -Px/Py ................................. (4.5)

Diagram 4.6

Kurva Garis Anggaran (Budget Line Curve)

Dari kurva di atas :

Px.X¹ + Py.Y¹ = Px.X² + Py.Y² = Px.X³ + Py.Y³

c. Perubahan Harga Barang dan Pendapatan


Perubahan harga dan pendapatan akan memengaruhi daya beli, diukur dari besarnya luas
bidang segitiga yang dibatasi kurva garis anggaran. Bila luas bidang segitiga makin luas,
daya beli meningkat. Begitu juga sebaliknya. Diagram 4.7 a menunjukkan jika harga X turun,
dengan jumlah pendapatan nominal yang sama, jumlah X yang dapat dibeli makin banyak
(pendapatan nyata meningkat), sehingga kurva garis anggaran yang sekarang adalahh BL².
Jika harga X naik, garis anggaran yang baru adalah BL³ di mana pendapatan nyata menurun.
Diagram 4.7. b menunjukkan bila pendapatan meningkat berarti daya beli meningkat,
sehingga kurva garis anggaran bergeser sejajar ke kanan. Begitu sebaliknya.

Diagram 4.7
Perubahan Garis Anggaran

(a) (b)

Pengaruh perubahan Pengaruh perubahan

Terhadap garis anggaran Terhadap garis anggaran

d. Keseimbangan Konsumen
Kondisi keseimbangan adalah kondisi di mana konsumen telah mengalokasikan seluruh
pendapatannya untuk konsumsi. Uang yang ada (jumlahnya tertentu) dipakai untuk mencapai
tingkat kepuasan tertinggi (maksimalisasi kegunaan), atau tingkat kepuasan tertentu dapat
dicapai dengan anggaran paling minim (minimalisasi biaya). Secara grafis kondisi
keseimbang tercapai pada saat kurva garis anggaran (menggambarkan tingkat kemampuan)
bersinggungan dengan kurva indiferensi (menggambarkan tingkat kepuasan).
Diagram 4.8.a menggambarkan maksimalisasi kepuasan (satisfaction maximalization).
Kemampuan yang dimiliki adalah BL¹. Karena itu tingkat kepuasan yang tertinggi yang dapat
diperoleh adalah di titik E, tempat persinggungan antara BL¹ dengan IC². Pada saat itu
kombinasi konsumsi adalah 0X¹ unit barang X dan 0Y¹ unit barang Y. Kurva IC¹ bukan
kurva yang memberikan tingkat kepuasan maksimum, karena dapat dijangkau dengan
anggaran yangg lebih rendah daripada BL¹, yaitu BL². Kurva IC³ walaupun lebih tinggi
daripada IC² tidak terjangkau dengan kemampuan yang ada.
Diagram 4.8.b menggambarkan minimalisasi biaya (cost minimalization). Tingkat
kepuasan yang ingin dicapai adalah IC¹, yang dapat dicapai dengan anggaran minimum
sebesar BL², dengan kombinasi konsumsi 0X¹ unit barang X dan 0Y¹ unit barang Y. BL¹
walaupun lebih rendah daripada BL² bukan biaya minimum karena tidak dapat menjangkau
target IC¹. Sementara dengan BL³ konsumen dapat mencapai tingkat kepuasan yang lebih
tinggi daripada IC¹. Keseimbangan konsumen berada di titik E.

Diagram 4.8
Maksimalisasi Kepuasan dan Minimalisasi Biaya

e. Reaksi Terhadap Perubahan Harga Baranng


Keseimbangan yang dapat dicapai dapat berubah karena pendapatan nyata berubah. Jika
pendapatan nyata meningkat, konsumen dapat menaikkan tingkat kepuasannya. Sebaliknya
bila pendapatan nyata menurun, dengan terpaksa konsumen menurunkan tingkat
kepuasannya, disesuaikan dengan kemampuan anggaran yang menurun. Salah satu faktor
yang dapat mengubah pendapatan nyata adalah perubahan harga barang.

1) Kurva Harga-Konsumsi (Price-Consumption Curve)


Perubahan harga salah satu barang menyebabkan rasio harga berubah. Akibatnya
barang yang harganya turun atau naik menjadi relatif lebih murah atau mahal dibanding
barang lainnya. Perubahan ini menyebabkan pendapatan nyata berubah walaupun pendapatan
nominal (money income) tidak berubah. Akibatnya jumlah barang yang dikonsumsi berubah
karena tingkat keseimbangan konsumen juga berubah. Perubahan-perubahan di atas dapat
digambarkan dalam kurva yang disebut Kurva Harga-Konsumsi (Price Consumption Curve).
Price-Consumption Curve (PCC) dapat didefinisikan sebagai tempat kedudukan
(lokus) titik-titik keseimbangan konsumen pada berbagai rasio harga sebagai akibat
perubahan harga suatu barang, di mana pendapatan nominalnya tetap.

Diagram 4.9
Kurva Harga-Konsumsi
(Price-Consumption Curve)
Pada diagram 4.9 ditunjukkan bahwa keseimbangan awal terjadi di titik A. Bila harga
barang X turun, maka kemampuan untuk membeli barang X meningkat dari jumlah anggaran
yang tetap, ditunjukkan oleh garis anggaran bergeser ke BL² dan BL³. Keseimbangan pun
berubah dari titik A ke titik B dan titik C. Demikian halnya dengan kombinasi konsumsi. Jika
titik-titik keseimbangan tersebut dihubungkan maka terbentuk sebuah garis, yaitu kurva PCC.

2) Penurunan Kurva Permintaan (Demand Curve)


Dari Diagram 4.9 disimpulkan bahwa pada saat harga barang X makin murah (P³ < P²
< P¹) ceteris paribus, permintaan terhadap X makin bertambah (OX³ > OX² > OX¹). Hal ini
sesuai dengan hukum permintaan. Karena itu dari kurva PCC dapat diturunkan kurva
permintaan individu (individual demand curve).
Kurva peermintaan ini diturunkan dalam batasan tiga asumsi:
a) Konsumen berada pada kondisi keseimbangan
b) Pendapatan nominal tidak berubah
c) Harga nominal barang lain tidak berubah

Diagram 4.10

Menurunkan kurva permintaan


3) Permintaan Individu dan Permintaan Pasar
Permintaan pasar adalah jumlah permintaan individu-individu yang ada di pasar.
Misalkan jumlah konsumen dalam pasar barang X hanya dua, yaitu A dan B yang
dicerminkan oleh kurva permintaan Da dan Db (perhatikan Diagram 4.11). permintaan pasar
(Dt) diperoleh dengan cara menjumlahkan secara horizontal Da dan Db.

Diagram 4.11
Permintaan Pasar

Pada harga P° permintaan A adalah A° dan permintaan B adalah B°, sehingga


permintaan total adalah A°+ B° sama dengan T°. Ketika harga menjadi P¹, permintaan A
adalah A¹, permintaan B adalah B¹, permintaan total T¹. Pada harga P² permintaan A sama
dengan nol, permintaan B adalah B², permintaan total T². Pada harga P³ permintaan A dan B
adalah sama dengan nol, sehingga permintaan total sama dengan nol.
f. Rekasi Terhadap Perubahan Pendapatan Nominal
Suatu faktor lain yang dapat mengubah keseimbangan konsumen adalah perubahan
pendapatan nominal. Karena rasio harga tidak berubah maka kurva garis anggaran bergeser
sejajar dengan kurva garis anggaran sebelumnya.
1) Kurva Pendapatan-Konsumsi (Income-Consumption Curve)
Jika titik-titik keseimbangan tersebut di atas kita hubungkan maka terbentuk kurva
Pendapatan-Konsumsi (income-Consumption Curve), seperti pada Diagram 4.12. Income-
Consumption Curvei (ICC) dapat didefinisikan sebagai tempat kedudukan titik-titik
keseimbangan konsumen pada berbagai tingkat pendapatan nominal, di mana harga nominal
barang tidak berubah. Kemiringan ICC adalah positif, karena umumnya permintaan terhadap
suatu barang meningkat bila pendapatan meningkat (barang normal). Sudut kemiringan ICC
dapat memberikan indikasi apakah suatu barang merupakan barang kebutuhan pokok atau
barang mewah.

Diagram 4.12

Kurva Pendapatan-Konsumsi

(Income-Consumption Curve)

2) Kurva Engel (Engel Curve)


Namun klarifikasi lebihh jelas untuk mengetahui apakah suatu barang merupakan
barang kebutuhan pokok atau barang mewah dilakukan dengan menggunakan Kurva Engek
(Engel Curve). Kurva ini diberi nama sesuai dengan nama penemunya, Christian Lorenz
Ernst Engel (statistian Jerman abad 19), yang mencoba melihat hubungan antara tingkat
pendapatan dengan tingkat konsumsi. Bila kurva permintaan individu diturunkan dari Price-
Consumption Curve (PCC), kurva Engel diturunkan dari Income-Consumption Curve (ICC)
Diagram 4.13

Kurva Engel

Diagram 4.13. a adalah kurva Engel untuk barang yangg merupakan kebutuhan
pokok, seperti bahan makanan pokok. Perubahan pendapatan nominal tidak berpengaruh
banyak terhadap perubahan permintaan. Bahkan jika pendapatan terus menigkat, permintaan
terhadap barang tersebut perubahannya makin kecil dibanding perubahan pendapatan. Jika
dikaitkan dengan konsep elastisitas, maka elastisitas pendapatan dari barang kebutuhan
pokok makin kecil bila tingkat pendapatan nomminal makin tinggi.
Diagram 4.13. b adalah kurva Engel untuk barang yang termasuk barang mewah.
Kenaikan permintaan terhadap barang tersebut lebih besar dibandingkan dengan kenaikan
tingkat pendapatan. Atau dapat dikatakan bahwa permintaan terhadap barang mewah
mempunyai derajad elastisitas yang besar.
Untuk barang inferior/Giffen, kurva Engel memiliki korelasi yang negatif, yakni
menurun dari kiri atas ke kanan bawah.

g. Efek Substitusi (Substitution Effect) dan Efek Pendapatan (Income Effect)


Ketika kita mengatakan bahwa jika harga barang turun maka permintaan terhadapnya
bertambah atau sebaliknya, yang terlihat sebenarnya adalah total interaksi antara kekuatan
pengaruh perubahan pendapatan dan perubahan harga, terhadap keseimbangan konsumen.
Dengan perkataan laiin, jika harga suatu barang turun, maka ada dua komponen yang
dipengaruhi.
1) Harga rekatif barang menjadi murah, sehingga bila konsumen bergerak pada tingkat
kepuasan yang sama (kurva indiferensi awal) dan pendapatan nyata dianggap tetap,
makan konsumen akan menambah jumlah konsumsi barang yang harganya menjadi
relafit lebih murah dan mengurangi jumlah konsumsi barang yang harganya menjadi
relatif lebih mahal. Inilah yang disebut sebagai efek substitusi (substitution effect)
2) Pendapatan nyata berubah menyebabkan jumlah permintaaan berubah. Jika perubahan
ini dilihat dari sisi harga barang lain dan pendapatan nominal dianggap tetap, kita
akan melihat efek pendaptan (income effect).

Diagram 4.14

Efek Substitusi dan Efek Pendapatan

Kasus Harga Turun

Efek Total:

Turunnya harga barang X telah menyebabkan keseimbangan konsumen bergeser dari


titik A ke C. Karena kemampuan meningkat dari BL¹ ke BL³, jumlah X yang diminta
bertambah dari 0X¹ ke 0X³. Pertambahan jumlah yang diminta sebesar X¹X³ unit, merupakan
efek total (penjumlahan efek substitusi dan efek pendapatan).

Efek Substitusi:

Turunnya harga X membuat harga X relatif lebih murah daripada harga Y (slope BL³
lebih daripada BL¹). Jika konsumen diminta melakukan penyesuaian keseimbangan pada
tingkat kepuasan yang sama (IC¹) dengan pendapatan nyata tidak berubah, maka titik
keseimbangan tercapai di titik B, yaitu persinggungan antara IC¹ dengan BL² (garis terputus-
putus dan sejajar dengan BL³). BL² merupakan garis anggaran yang sama nilainya dengan
BL¹, namun kemiringannya berbeda sesuai dengan rasio harga pada BL². Jumlah X yang
diminta menjadi 0X² (karena harga X sekarang relatif lebih murah). Pertambahan permintaan
terhadap X sebesar X¹X² merupakan efek substitusi.

Efek Pendapatan:
Pertambahan jumlah X yang diminta sebesarv X²X³ merupakan efek pendapatan.
Sebab jika pendapatan nominal naik (BL² terputus-putus digeser sejajar ke atas, BL³
menyinggung IC²) jumlah X yang dimminta bertambah sebanyak X²X³ unit.

Efek Total = Efek Substitusi + Efek Pendapatan

X¹X³ = X¹X² + X²X³

Bagaimana jika harga naik? Prinsip analisisnya sama. Kita perhatikan Diagram 4.15
berikut ini.

Diagram 4.15

Efek Substitusi dan Efek Pendapatan

Kasus Harga Naik

Efek total dari kenaikan harga X adalah penurunan permintaan sebesar 0X¹-0X³. Jika
konsumen harus melakukan penyesuaian keseimbangan dengan asumsi tingkat pendapatan
dan tingkat kepuasan adalah sama seperti kondisi awal (IC¹), maka keseimbangan konsumen
tercapai dititik B yang merupakan persinggungan BL² (garis terputus-putus) dengan IC¹.
Perubahan rasio harga (harga relatif) telah mengurangi jumlah X yang diminta sebanyak
X¹X². Ini merupakan efek substitusi. Sedangkan penurunan pendapatan nominal (yang
disebabkan kenaikan harga X) telah menurunkan jumlah X yang diminta sebesar X²X³. Ini
merupakan efek pendapatan.

Anda mungkin juga menyukai