TEORI PRODUKSI
EORI perilaku produsen (perusahaan) memiliki banyak analogi dengan teori perilaku
konsumen. Misalnya, bila konsumen mengalokasikan dananya untuk konsumsi, produsen
mengalokasikan dananya untuk penggunaan faktor produksi atau yang akan diproses menjadi
output. Karena itu bila keseimbangan konsumen terjadi pada saat seluruh uangnya habis
untuk konsumsi, keseimbangan produsen tercapai pada saat seluruh anggaran habis terpakai
untuk membeli faktor produksi. Dalam mengonsumsi barang berlaku The Law of
Diminishing Marginal Utility (LDMU), sedangkam dalam penggunaan faktor produksi
berlaku The Law of Diminshing Return (LDR). Produsen juga memiliki pengetahuan yang
lengkap (perfect knowledge) atas faktor produksi yang dibelinya. Akhirnya, bila konsumen
berupaya mencapai kepuasan maksimum, maka produsen berupaya mencapai tingkat
produksi maksimum. Pemahamam kita mengenai perilaku konsumen akan memudahkan
pemahaman mengenai perilaku produsen.
Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang jumlah penggunaanya tidak
tergantung pada jumlah produksi. Ada atau tidak adanya kegiatan produksi, faktor produksi
itu harus tetap tersedia. Mesin-mesin pabrik adalah salah satu contoh. Sampai tingkat interval
produksi tertentu jumlah mesin tidak perlu ditambah. Tetapi jika tingkat produksi menurun
bahkan sampai nol unit (tidaj berproduksi) jumlah mesin tidak bisa dikurangi.
Pengertian faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel terkait erat dengan
waktu yang dibutuhkan untuk menambah atau mengurangi faktor produksi tersebut. Mesin
dikatakan sebagai faktor produksi tetap karena dalam jangka pendek (kurang dari setahun)
susah untuk ditambah atau dikurangi. Sebaliknya buruh dikatakan faktor produksi variabel
karena jumlah kebutuhannya dapat disediakan dalam waktu kurang dari setahun.
Dalam jangka panjang (long run) dan sangat panjang (very long run) semua faktor
produksi sifatnya variabel. Perusahaan dapat menambah atau mengurangi kapasitas produksi
dengan menambah atau mengurangi mesin produksi. Dalam konteks manajemen, jangka
panjang dan jangka sangat panjang berkaitan dengan ukuran waktu kronologis. Misalnya ada
kualifikasi yang menyatakan bahwa jangka panjang berkisar antara 5-25 tahun. Jangka sangat
panjang bila waktunya lebih dari 25tahun.
Teori produksi tidak mendefinisikan jangka pendek dan jangka panjang secara
kronologis. Periode jangka pendek adalah periode produksi di mana perusahaan tidak mampu
dengan segera melakukan penyesuaian jumlah penggunaan salah satu attau beberapa faktor
produksi. Periode jangka panjang adalah periode produksi di mana semua faktor produksi
menjadi faktor produksi variabel.
Adakah perusahaan yang jangka pendeknya kurang dari satu tahun? Ada, misalnya
restoran kelas menengah ke bawah faktor produksi tetapnya adalah rumah dan peralatan
masak/makan. Mereka mampu meneysuaikan kapasitas produksi dalam tempo kurang dari
satu tahun. Bahkan pedagang bakso keliling yang faktor produksi tetapnya hanya berupa
gerobak dorong, mangkok dan kompor, periode jangka pendeknya hanya sebulan.
K = barang modal
L = tenaga kerja/buruh
Dalam model produksi satu faktor produksi variabel, barang modal dianggap faktor
produksi tetap. Keputusan produksi ditentukan berdasarkan alokasi efisiensi tenaga kerja.
Produksi Total:
L = tenaga kerja/buruh
Secara matematis TP akan maksimum apabila turunan pertama dari fungsi nilainya
sama dengan nol. Turunan pertama TP adalah MP (Persamaan 5.3), maka TP maksimum
pada saat MP sama dengan nol.
Produksi Marjinal:
∂TP
MP = TP’ = ............................................................................... (5.3)
∂L
Perusahaan dapat terus menambah tenaga kerja selama MP > 0. Jika MP sudah < 0,
penambahan tenaga kerja justru mengurangi produksi total. Penurunan nilai MP merupakan
indikasi telah terjadinya hukum Pertambahan Hasil Yang Semakin Menurun atau the Law of
Diminishing Return (LDR).
Produksi Rata-rata:
TP
AP = ........................................................................................... (5.4)
L
AP akan maksimum bila turunan pertama fungsi AP adalah 0 (AP’ = 0). Dengan
penjelasan matematis, AP maksimum tercapai pada saat AP = MP, dan MP akan memotong
AP pada saat nila AP maksimum. Contoh kasus usaha tekstil tradisional yang menggunakan
ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) berikut ini akan memperjelas lagi.
Tabel 5.1
Dari tabel 5.1 kita melihat bahwa produksi total (TP) pada awalnya meningkat dan
mencapai maksimum (126 unit) pada saat jumlah buruh yang dipekerjakan tujuh orang.
Tetapi setelah itu penambahan buruh justru menurunkan produksi total, karena produksi
marjinal (MP) sudah negatif. Bila melihat kolom MP sangat mempengaruhi TP.
Tabel 5.1 dapat dipresentasikan dalam bentuk Diagram 5.1 TP ternyata bergerak
membentuk kurva yang mirip huruf S (S curve). Hukum pertambahan hasil yang semakin
menurun menyebakan kurva MP berbentuk parabola, sampai mneyentuh sumbuh horizontal
(MP = 0). Jika kurva MP telah lebih rendah dari sumbuh horizontal (MP < 0), penambahan
tenaga kerja justru mennurunkan produksi total (slope kurva TP menjadi negatif). Kurva AP
bergerak sepola dengan kurva MP. Sebelum titik potong AP dan MP, nilai AP selalu di
bawah MP, setelah itu AP di atas MP. Tetapi penurunannya tidak setajam MP, sehingga pada
saat MP < 0, AP masih mungkin bernilai positif bahkan tidak pernah negatif.
Diagram 5.1
Diagram 5.2
Pada tahap II, karena berlakunya LDR, baik produksi marjinal maupun produksi rata-
rata mengalami penurunan. Namun demikian nilai keduanya masih postif. Penambahan
tenaga kerja akan tetap menambah produksi total sampai mencapai nilai maksimum (slope
kurva TP datar sejajar dengan sumbu horizontal).
Pada tahap III, perushaan tidak mungkin melanjutkan produksi, karena penambahan
tenaga kerja justru menurunkan produksi total. Perusahaan akan mengalami kerugian (slope
kurva TP negatif).
c. Perkembangan Teknologi
Kemajuan teknologi dapat membuat tingkat produktivitas meningkat. Secara grafis
dapat digambarkan dengan semakin luasnya bidang yang dibatasi kurva TP. Pada Diagram
5.3, akibat kemajuan teknologi, luas kurva dibatasi kurva TP³ > TP² > TP¹. Artinya jumlah
output yang dihasilkan per unit faktor produksi semakin besar. Dari Diagram 5.3 tampak
Q ³ Q² Q¹
bahwa > > .
L ¹ L ¹ L¹