Anda di halaman 1dari 24

TEORI PRODUKSI

Dr.Ir. H. YUSUF AZIS, MSc.


JURUSAN SOSEK PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG
MANGKURAT
Bila konsumen mengalokasikan dananya untuk konsumsi,
maka produsen mengalokasikan dananya untuk
penggunaan faktor produksi yg akan diproses menjadi
output. Bila keseimbangan konsumen terjadi pada saat
seluruh dananya habis untuk konsumsi, maka
keseimbangan produsen tercapai pada saat seluruh
anggaran habis terpakai untuk membeli faktor produksi.
Pada konsumsi barang berlaku The Law of Diminshing
Marginal Utility (LDMU), sedang dalam penggunaan faktor
produksi berlaku The Law of Diminishing Return (LDR).
Produsen juga memiliki pengetahuan yang lengkap (perfect
knowledge) atas faktor produksi yang dibelinya. Akhirnya,
bila konsumen berupaya mencapai kepuasan maksimum,
maka produsen berupaya mencapai tingkat produksi
maksimum. Pemahaman perilaku konsumen akan
memudahkan pemahaman mengenai perilaku produsen.
2
1. Dimensi Jangka Pendek & Jangka Panjang
• Berdasarkan hubungannya dengan tingkat produksi,
faktor produksi dibedakan menjadi faktor produksi tetap
(fixed input) dan faktor produksi variabel (variable input).
• Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yg jumlah
penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi.
Ada atau tidak adanya kegiatan produksi, faktor produksi
itu harus tetap tersedia. Mesin-mesin pabrik adalah salah
satu contoh. Sampai tingkat interval produksi tertentu
jumlah mesin tidak perlu ditambah. Tetapi jika tingkat
produksi menurun bahkan sampai nol unit (tidak
berproduksi), jumlah mesin tidak bisa dikurangi.
• Faktor produksi variabel adalah faktor produksi yg jumlah
penggunaannya tergantung pada jumlah produksi. Makin
besar produksi makin banyak variable input yg dipakai.
3
• Buruh harian lepas di pabrik obat adalah contohnya. Jika
perusahaan ingin meningkatkan produksi, maka jumlah
buruh hariannya ditambah. Sebaliknya jika ingin
mengurangi produksi, buruh harian dapat dikurangi.
• Pengertian faktor produksi tetap dan faktor produksi
variabel terkait erat dengan waktu yang dibutuhkan
untuk menambah atau mengurangi faktor produksi
tersebut. Mesin dikatakan sebagai faktor produksi tetap
karena dalam jangka pendek (kurang dari setahun)
susah untuk ditambah atau dikurangi. Sebaliknya buruh
dikatakan faktor produksi variabel karena jumlah
kebutuhannya dapat disediakan dalam waktu kurang
dari satu tahun.

4
• Periode jangka pendek adalah periode produksi dimana
perusahaan tidak mampu dengan segera melakukan
penyesuaian jumlah penggunaan salah satu atau
beberapa faktor produksi. Periode jangka panjang
adalah periode produksi di mana semua faktor produksi
menjadi faktor produksi variabel.
• Tenggang waktu jangka pendek setiap perusahaan
berbeda-beda tergantung jenis usahanya. Perusahaan
yang memproduksi barang-barang modal, periode
jangka pendeknya barangkali 5 tahun. Perusahaan yang
bergerak di industri pengolahan, periode jangka
pendeknya lebih singkat. Perusahaanya yang mengolah
makanan kalengan, periode jangka pendeknya
barangkali hanya dua atau tiga tahun.

5
• Adakah perusahaan yang jangka pendeknya kurang dari
satu tahun? Ada, misalnya restoran kelas menengah ke
bawah yang faktor produksinya tetap adalah rumah dan
peralatan masak/makan. Mereka mampu menyesuaikan
kapasitas produksi dalam tempo kurang dari satu tahun.
Bahkan pedangang bakso keliling yang faktor
produksinya tetap hanya berupa gerobak dorong,
mangkok dan kompor, periode jangka pendeknya hanya
sebulan.

6
Model Produksi dengan Satu Variable Input
• Pengertian produksi dengan satu faktor produksi
variabel adalah pengertian analisis jangka pendek, di
mana ada faktor produksi yang tidak dapat diubah.
Ketika mencoba memahami proses alokasi faktor
produksi oleh perusahaan, ekonom membagi faktor
produksi menjadi barang modal (capital) dan tenaga
kerja (labour). Hubungan matematis penggunaan faktor
produksi yang menghasilkan output maksimum disebut
fungsi produksi, seperti dibawah ini.
Q = f (K,L) ...............................................................
(5,1)
Dimana : Q = tingkat output
K = barang modal
L = tenaga kerja
7
a. Produksi Total, Produksi Marjinal & Produksi Rata2
• Produksi total (total product) adalah banyaknya produksi
yang dihasilkan dari penggunaan total faktor produksi.
Produksi marjinal (maginal product) adalah tambahan
produksi karena penambahan penggunaan satu unit
faktor produksi. Produksi rata-rata (average product)
adalah rata-rata output yang dihasilkan per unit faktor
produksi.
• Produksi Total :TP = f (K,L) .......................
(5,2)
Dimana : TP = produksi total
K = barang modal (yang dianggap
konstan)
L = tenaga kerja/buruh
8
• Secara matematis TP akan maksimum apabila turunan
pertama dan fungsi nilainya sama dengan nol. Turunan
pertama TP adalah MP (Persamaan 5,3), maka TP
maksimum pada saat MP sama dengan nol.
• Produksi Marjinal
TP’ = MP = ∂TP / ∂L …………………. (5,3)
Dimana : MP = produksi marjinal
• Perusahaan dapat terus menambah tenaga kerja selama
MP > 0. Jika MP sudah < 0, penambahan tenaga kerja
justru mengurangi produksi total. Penurunan nilai MP
merupakan indikasi telah terjadinya hukum Pertambahan
Hasil yang Semakin Menurun atau the Law of
Diminishing Return (LDR).

9
Produksi Rata-Rata
• AP= TP/L ...................................................... (5,4)
• Dimana : AP = produksi rata-rata
• AP akan maksimum bila turunan pertama fungsi AP
adalah 0 (AP’ = 0). Dengan penjelasan matematis, AP
maksimum tercapai pada saat AP = MP, dan MP akan
memotong AP pada saat nilai AP maksimum. Contoh
kasus usaha jamu tradisional yang menggunakan ATBJ
(Alat Tradisional Bikin Jamu) berikut ini akan
memperjelas lagi.

10
Tabel 5.1. Produksi Total, Produksi Marjinal dan
Produksi Rata-Rata Usaha Jamu Tradisional
(Satu Faktor Produksi Variabel)
Mesin Buruh Produksi Total Produksi Produksi Rata-Rata
(unit) (orang) (TP) Marjinal (MP) (AP)
(bks) (bks) (bks)
1 1 5 5 5
1 2 20 15 10
1 3 45 25 15
1 4 80 35 20
1 5 105 25 21
1 6 120 15 20
1 7 126 6 18
1 8 120 -6 15
1 9 108 -12 12
1 10 90 -18 9

11
• Dari Tabel 5.1 terlihat bahwa produksi total (TP) pada
awalnya meningkat dan mencapai maksimum (126 bks)
pada saat jumlah buruh/TK (L) dipekerjakan tujuh orang.
Tetapi setelah itu penambahan TK justru menurunkan
produksi total, karena produksi marjinal (MP) sudah
negatif. Bila melihat kolom MP, ternyata besarnya MP
sangat mempengaruhi TP. Selama nilai MP > 0, TP akan
tetap bertambah. Sayangnya pertambahan MP juga
mengalami penurunan (LDR). Besarnya nilai MP juga
berpengaruh terhadap nilai produksi rata-rata (AP).
Penambahan satu orang tenaga kerja akan
memperbesar nilai AP selama nilai MP > nilai AP
sebelumnya. Begitu juga sebaliknya. Hal ini terjadi pada
saat penggunaan tenaga kerja antara 2-5 orang.

12
• Misalnya, pada saat menambah buruh dari dua menjadi
tiga orang, AP meningkat dari 10 unit menjadi 15 unit,
karena MP sama dengan 25 unit. Bandingkan dengan
pada saat tenaga kerja ditambah dari lima menjadi
enam.
• Tabel 5.1 dapat dipresentasikan dalam bentuk diagram
5.1. TP ternyata bergerak membentuk kurva yang mirip
huruf S, sehingga disebut kurva S (S-curve). Hukum
tambahan hasil yang semakin menurun menyebabkan
kurva MP berbentuk parabola, sampai menyentuh
sumbu horizontal (MP = 0). Jika kurva MP telah lebih
rendah dari sumbu horizontal (MP < 0), penambahan
tenaga kerja justru menurunkan produksi total (slope
kurva TP menjadi negatif).

13
• Kurva AP bergerak sepola dengan kurva MP. Sebelum
titik potong AP dan MP, nilai AP selalu dibawah MP,
setelah itu AP diatas MP. Nilai AP juga mengalami
penurunan akibat pengaruh penurunan nilai MP. Tetapi
penurunannya tidak setajam MP, sehingga pada saat MP
< 0, AP masih mungkin bernilai positif bahkan tidak
pernah negatif.

14
Diagram 5.1. Kurva TP, MP dan AP
Kasus Usaha Jamu Tradisional

15
Tiga Tahap Produksi
• Untuk kasus umum dan bila dianggap penambahan
faktor produksi bersifat kontinyu, kurva-kurva pada
Diagram 5.1 dapat diperhalus menjadi seperti pada
Diagram 5.2 yg menunjukkan ada tiga tahap penting
dari gerakan perubahan nilai TP. Yang pertama, pada
saat MP maksimum. Kedua, pada saat AP maksimum.
Ketiga pada saat MP = 0 atau TP maksimum.
Selanjutnya diagram tersebut dapat dibagi menjadi tiga
tahap produksi:
• Tahap I, sampai pada saat kondisi AP maksimum
• Tahap II, antara AP maksimum sampai saat MP sama
dengan nol
• Tahap III, saat MP sudah bernilai < nol (negatif).
• Pentahapan ini berguna untuk memahami pada tahap
mana perusahaan berproduksi.
16
Diagram 5.2
Kurva TP, MP dan AP

17
• Pada tahap I, penambahan tenaga kerja akan
meningkatkan produksi total maupun produksi rata-rata.
Karena itu hasil yang diperoleh dari tenaga kerja masih
jauh lebih besar dari tambahan upah yang harus
dibayarkan. Perusahaan rugi jika berhenti produksi pada
tahap ini (slope kurva TP meningkat tajam).
• Pada tahap II, karena berlakunya LDR, baik produksi
marjinal maupun produksi rata-rata mengalami
penurunan. Namun demikian nilai keduanya masih
positif. Penambahan tenaga kerja akan tetap menambah
produksi total sampai mencapai nilai maksimum (slope
kurva TP datar sejajar dengan sumbu horizontal).
• Pada tahap III, perusahaan tidak mungkin melanjutkan
produksi, karena penambahan tenaga kerja justru
menurunkan produksi total. Perusahaan akan
mengalami kerugian (slope kurva TP negatif).
18
• Dengan demikian, perusahaan sebaiknya berproduksi di
tahap II. Yang menjadi pertanyaan adalah di titik mana
perusahaan berhenti menambah tenaga kerja ? secara
matematis perusahaan akan berhenti menambah tenaga
kerja pada saat tambahan biaya (marginal cost) yang
harus dibayar adalah sama dengan tambahan
pendapatan (marginal revenue) yang diterima. Jika
tambahan biaya masih lebih kecil dari tambahan
pendapatan, perusahaan akan menambah tenaga kerja.
Begitu sebaliknya. Tambahan biaya dalam hal ini adalah
upah (wage) tenaga kerja. Tambahan pendapatan
adalah produksi marjinal dikalikan harga jual barang.
Jika upah, dinotasikan sebagai W, sedangkan harga jual
barang dinotasikan P, maka alokasi tenaga kerja (faktor
produksi) dianggap efisien bila :
• W = MP (P) ....................................................
(5.5) 19
Perkembangan Teknologi
• Kemajuan teknologi dapat membuat tingkat produktivitas
meningkat. Secara grafis dapat digambarkan dengan
semakin luasnya bidang yang dibatasi kurva TP. Pada
Diagram 5.3, akibat kemajuan teknologi, luas kurva TP3
> TP2 > TP1. Artinya jumlah output yang dihasilkan per
unit faktor produksi semakin besar. Dari diagram 5.3
tampak bahwa Q3/L1 > Q2/L1 > Q1/L1

20
Diagram 5.3 Pengaruh Kemajuan Teknologi Terhadap
Output

Output

TP3

TP2
TP1
input

21
• Yang perlu direnungkan adalah apakah bila nilai AP
meningkat berarti efisiensi meningkat? Bila nilai AP
meningkat karena mesinnya semakin modern, belum
berarti efisiensi meningkat. Studi emipris yang dilakukan
duapuluh tahun terakhir ini menunjukkan bahwa ada
yang lebih penting dari sekedar memodernisasi mesin.
Yaitu modernisasi sumber daya manusia (SDM),
terutama dengan mengubah cara berpikit dan sikap
hidup. Dengan modernisasi SDM, kemajuan teknologi
akan meresap kedalam diri manusia (embodied
technology) dan mendorong peningkatan efisiensi.
• Seorang ekonom senior (Paul Krugman) menggunakan
konsep ini untuk memperjelas kenapa negara-negara
yang dikenal sebagai “Macan Asia” (Asia Timur)
mengalami krisis ekonomi di akhir dasawarsa ini.

22
• Salah satu jawabannya adalah pertumbuhan ekonomi
Asia Timur, seperti halnya Rusia, lebih disebabkan oleh
pertambahan penggunaan faktor produksi (barang
modal dan tenaga kerja). Tidak ada peningkatan
efisiensi yang signifikan. Oleh karena itu ukuran efisiensi
dengan menggunakan angka AP harus ditinjau ulang.
Paul Krugman kemudian mengusulkan TFP (total factor
productivity) sebagai ukuran efisiensi. Pada prinsipnya
metode ini ingin memisahkan pengaruh barang modal,
teknologi dan SDM terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dari pemisahan itu akan terlihat apakah ada kemajuan
efisiensi yang signifikan. Angka pertumbuhan TFP yang
besar mengindikasikan perkembangan efisiensi yang
semakin signifikan.

23
TERIMA KASIH

24

Anda mungkin juga menyukai