Anda di halaman 1dari 40

PENGANTAR EKONOMI

TEORI PRODUKSI

Hj. Ade Hendriani SE MM


MATERI
1. The law of diminishing marginal utility
2. Konsep TP, AP, MP
3. Isoquant curve
4. Isocost curve
5. Peseimbangan produsen
6. Jenis-jenis biaya produksi
7. Kurva biaya jangka pendek
8. Revenue
9. BEP dan kurvanya
The Law Of Demenising Marginal Utility
TEORI PRODUKSI

 Teori produksi adalah studi tentang produksi atau proses


ekonomi untuk mengubah faktor produksi (input) menjadi
hasil produksi (output). Produksi menggunakan sumber
daya untuk menciptakan barang atau jasa yang sesuai
untuk digunakan.

 Dalam teori produksi, produksi adalah suatu kegiatan


untuk menambah nilai guna pada suatu barang. Produksi
di ukur sebagai “tingkat hasil produksi (output)
perperiode waktu” karena merupakan konsep aliran
The Law Of Demenising Marginal Utility
Fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukan hubungan
ketergantungan antara tingkat input yang digunakan dalam proses
produksi dengan tingkat output yang di hasilkan. faktor-faktor produksi
dikenal pula dengan istilah input dan jumlah produksi selalu juga
disebut sebagai output.

Fungsi produksi secara matematis sebagai berikut :

Q = F (K,L,R,T)

Penjelasan :
Q = Jumlah output (hasil)
K = Kapital (Modal)
L = Labour (Tenaga Kerja)
R = Raw Material (Kekayaan)
T = Teknologi
The Law Of Demenising Marginal Utility
TEORI PRODUKSI

Ada 3 aspek proses produksi antara lain :


a) Kuantitas barang atau jasa di hasilkan.
b) Bentuk barang atau jasa di ciptakan, dan
c) Distribusi temporal dan spasial dari barang atau jasa
yang di hasilkan.

Proses produksi dapat di definisikan sebagai kegiatan yang


meningkatkan kesamaan antara pola permintaan barang
atau jasa dan kuantitas, bentuk ukuran, panjang dan
distribusi barang atau jasa tersedia bagi pasar.
The Law Of Demenising Marginal Utility
TEORI PRODUKSI

Dalam teori ini input atau sumber daya yang di gunakan


dalam proses produksi disebut faktor-faktor produksi
sebagai berikut :

a) Manusia (Tenaga Kerja)


b) Modal
c) Sumber Daya Alam (Tanah)
d) Skill (Teknologi)
The Law Of Demenising Marginal Utility
TEORI PRODUKSI
Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan diantara
tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan
untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam
analisis tersebut bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap
jumlahnya, yaitu modal dan tanah jumlahnya di anggap tidak mengalami
perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya
adalah tenaga kerja

Hukum hasil lebih yang semakin berkurang


Hukum hasil lebih yang semakin berkurang menyatakan bahwa :
“Apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya (tenaga kerja) terus
menerus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total akan
semakin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat
tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya
mencapai nilai negatif. Sifat pertambahan produksi seperti ini
menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya ia
mencapai tingkat yang maksimum dan kemudian menurun”.
The Law Of Demenising Marginal Utility
TEORI PRODUKSI

Hukum hasil lebih yang semakin berkurang menyatakan


bahwa tenaga kerja yang digunakan dapat dibedakan
dalam 3 tahap ;

 Tahap pertama : produksi total mengalami pertambahan


yang semakincepat.
 Tahap kedua : produksi total pertambahannya.
 Tahap ketiga : produksi total semakin lama semakin
berkurang.
The Law Of Demenising Marginal Utility
TABEL 1.1
Hubungan jumlah tenaga kerja dan jumlah produksi
Tanah TenagaKerja TP MP AP Tahap
(Hektar) (orang) (unit)

1 1 150 150 150 Pertama


1 2 400 250 200
1 3 810 410 270

1 4 1080 270 270 Kedua


1 5 1290 210 258
1 6 1440 150 240
1 7 1505 65 215
1 8 1520 15 180

1 9 1440 -80 160 Ketiga


1 10 1300 -140 130
The Law Of Demenising Marginal Utility
Dalam tabel 1.1 dikemukakan suatu gambaran mengenai produksi suatu barang
pertanian di atas sebidang tanah yang tetap jumlahnya, tetapi jumlah tenaga
kerjanya berubah-ubah. Dalam gambaran itu ditunjukkan bahwa produksi total
yang ditunjukkan dalam kolom (3) mengalami pertambahan yang semakin
cepat apabila tenaga kerja ditambah dari 1 menjadi 2, dan 2 menjadi 3. Maka
dalam keadaan ini kegiatan memproduksi mencapai tahap pertama yang setiap
tambahan tenaga kerja menghasilkan tambahan produksi yang lebih besar dari
yang dicapai pekerja sebelumnya. Dalam analisis ekonomi keadaan itu
dinamakan produksi marjinal pekerja yang semakin bertambah. Data dalam
kolom (4) yaitu data produksi marjinal. Pada tahap pertama,apabila tenaga
kerja di tambah dari 3 menjadi 4, kemudian 4 menjadi 5, kemudian 5 menjadi
6, dan seterusnya, produksi total tetap bertambah, tetapi jumlah
pertambahannya semakin lama semakin sedikit. Tahap kedua, yaitu keadaan
dimana produksi marjinal semakin berkurang. Pada Tahap ketiga,
pertambahan tenaga kerja tidak akan menambah produksi total, yaitu produksi
total berkurang. Pada waktu tenaga kerja bertambah dari 7 menjadi 8, produksi
total masih mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 15 unit. Akan tetapi apabila
satu lagi tenaga kerja ditambah dari 8 menjadi 9 pekerja, produksi total
menurun. Produksi total berkurang lebih lanjut apabila tenaga kerja menjadi 10.
The Law Of Demenising Marginal Utility
Produksi Total, Produksi Rata-Rata Dan Produksi Marjinal

Produksi marjinal yaitu tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan


satu tenaga kerja yang digunakan. Apabila ΔL adalah pertambahan tenaga kerja
ΔTP adalah pertambahan produksi total, maka produksi marjinal (MP) dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

MP = ΔTP
ΔL

Produksi rata-rata yaitu produksi yang secara rata-rata. Apabila produksi total
adalah TP, jumlah tenaga kerja adalah L, maka produksi rata-rata (AP) dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

AP = TP
L
The Law Of Demenising Marginal Utility
Produksi Total, Produksi Rata-Rata Dan Produksi
Marjinal

Produksi Total yaitu jumlah produksi yang dihasilkan oleh


sejumlah tenaga kerja tertentu.

Keadaan dalam tahap ketiga ini menunjukkan bahwa


tenaga kerja yang digunakan adalah jauh melebihi daripada
yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan produksi
tersebut secara efisien.
The Law of Deminishing Marginal Utility

Sifat dari suatu fungsi produksi di asumsikan


tunduk pada hukum :

“The Law of Diminishing return”

yang menyatakan bahwa bila satu macam faktor


produksi ditambah pengunaannya, sedangkan
faktor produksi lainnya adalah tetap, maka
tambahan produksi yang dapat dihasilkan dari
setiap tambahan satu unit faktor produksi, pada
awalnya akan meningkat, akan tetapi bila faktor
produksi variable tersebut ditambah terus menerus,
maka tambahan produksi akan mengalami
penurunan.
Konsep TP, AP dan MP
Beberapa konsep produksi

1. Produksi Total (Total Product)


adalah banyaknya produksi yang dihasilkan dari penggunaan
total faktor produksi.

TP=f(K,L)

secara matematis TP (produksi total) akan maksimum


apabila turunan pertama dari fungsi nilainya sama dengan
nol.

Turunan pertama TP adalah (MP=TP’) maka TP maksimum


pada saat MP sama dengan nol.
Konsep TP, AP dan MP
2. Produksi Marjinal (Marginal Product)
adalah tambahan produksi karena penambahan penggunaan
satu unit faktor produksi

MP = TP’ = ΔTPΔL

Perusahaan/produsen dapat terus menambah tenaga kerja


selama MP>0 jika MP sudah < 0, penambahan tenaga kerja
justru mengurangi produksi total.

Penurunan nilai MP merupakan indikasi telah terjadinya hukum


pertambahan hasil yang semakin menurun atau the Law of
Deminishing Return.
Konsep TP, AP dan MP
3. Produksi Rata-rata (Average Product) adalah rata-
rata output yang dihasilkan per unit faktor produksi.

AP=TPL

AP akan maksimum bila turunan pertama fungsi AP


adalah 0 (nol) (AP’=0) Dengan penjelasan
matematis, AP maksimum tecapai pada saat AP=MP
dan MP akan memotong AP pada saat nilai AP
maksimum.
Konsep TP, AP dan MP
JANGKA WAKTU PRODUKSI

Jangka Waktu Produksi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :


1. Jangka Pendek (short run). yaitu jangka waktu ketika input
variabel dapat disesuaikan, namun input tetap tidak dapat
disesuaikan
2. Jangka Panjang (long run) merupakan satu waktu dimana
seluruh input variabel maupun tetap yang digunakan perusahaan
dapat diubah.

Adapun tujuan dari pembedaan jangka waktu atau periodisasi dalam


produksi adalah untuk meminimumkannya Biaya Produksi.
Isoquant Curve dan Isocost Curve

Pada fungsi produksi diketahui, bahwa tingkat produksi dapat berubah


dengan merubah faktor tenaga kerja dan atau jumlah modal.

Produksi dengan Menggunakan 2 Variabel terdapat kombinasi antara


dua faktor produksi untuk menghasilkan output (yang sama).

Dalam berproduksi, seorang produsen tentu saja diperhadapkan pada


bagaimana menggunakan faktor produksinya secara efisien untuk hasil
yang maksimum. Oleh karena itu, produsen akan berusaha mencari
kombinasi terbaik antara dua faktor input tersebut.
Hasil produksi sama dalam teori ini akan ditunjukan oleh suatu kurva
yang diberi nama isoquant curve (biasanya disebut isoquant sisi.
Sedangkan biaya yang digunakan dalam rangka menghasilkan produk
tersebut disebut isoqost (biaya sama).
Isoquant Curve
 Isoquant (Kurva Produksi Sama)
Isoquant adalah kurva yang menggambarkan kombinasi
dua macam input (faktor produksi) untuk menghasilkan
output/produksi yang sama jumlahnya.
Isoquant Curve

Ciri-ciri isoquant :
 Mempunyai kemiringan negatif;
 Semakin ke kanan kedudukan isoquant menunjukkan
semakin tinggi jumlah output;
 Isoquant tidak pernah berpotongan dengan isoquant
yang lainnya; dan
 Isoquant cembung ke titik origin.
Isocost Curve
 Isoqost (Garis Ongkos Sama)
Isoqost adalah suatu kurva yang menggambarkan biaya yang
dikeluarkan oleh produsen dalam rangka berproduksi dengan
menggunakan beberapa faktor input tertentu.
Isoqost membatasi dan membedakan kemampuan produksi
dan produsen. Semakin besar isoqost nya, maka makin besar
pula hasil yang dapat diperoleh. Sebaliknya, semakin kecil
isoqost semakin kecil hasilnya.
Isocost Curve
Kurva anggaran produksi (isocost) adalah kurva yang
menggambarkan berbagai kombinasi penggunaan dua macam
factor produksi yang memerlukan Biaya yang sama. Jika harga
factor produksi tenaga kerja adalah upah (w) dan harga factor
produksi barang modal adalah sewa (r), maka kurva isocost (I)
adalah :
I = rK + wL

Sudut kemiringan kurva isocost adalah rasio harga kedua factor


produksi. Jika terjadi perubahan harga factor produksi, kurfa I
berotasi. Jika yang berubah adalah kemampuan anggaran, kurfa
isocost bergeser sejajar.
Isocost Curve

 Kurva isoqost dapat berslope negatif dan positif. Negatif


apabila ada penambahan satu unit input akan
menyebabkan penurunan pemakaian input lain.
Sebaliknya bila input lain dikurangi maka akan
menyebabkan input yang satunya akan bertambah.
Kemudian kurva isoqost dapat berslope positif, yaitu
hanya sebagai pemuasan kebutuhan yang dipetakan oleh
kurva indifference sifatnya tidak efisien, karena bila
produsen menambah input yang satu, maka input yang
lainnya juga bertambah, dan begitu juga sebaliknya
Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan sebagian keseluruhan faktor
produksi yang dikorbankan dalam proses produksi untuk
menghasilkan produk.

Dalam kegiatan perusahaan, biaya produksi dihitung


berdasarkan jumlah produk yang siap dijual. Biaya produksi
sering disebut ongkos produksi.

Berdasarkan definisi tersebut, pengertian biaya produksi


adalah keseluruhan biaya yang dikorbankan untuk
menghasilkan produk hingga produk itu sampai di
pasar, atau sampai ke tangan konsumen.
Biaya Produksi

Biaya produksi, menurut Sadono Sukirno didefinisikan


sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh
perusahaan untuk memperoleh factor-faktor produksi
dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk
menciptakan barang-barang yang akan diproduksikan
perusahaan tersebut.
Biaya Produksi

Menurut Sherman Rosyidi, biaya produksi adalah biaya


yang harus dikeluarkan oleh pengusaha untuk dapat
diambil kesimpulan bahwa biaya apa saja yang
diperlukan untuk membuat produk, baik barang maupun
jasa.
Biaya Produksi
Biaya Produksi dapat dibagi menjadi dua Biaya Eksplisit dan Biaya
Impisit.

Biaya Eksplisit adalah biaya-biaya yang secara eksplisit terlihat,


terutama melihat laporan keuangan, pengeluaran-pengeluaran nyata
dari kas perusahaan untuk membeli atau menyewa jasa-jasa faktor
produksi yang dibutuhkan dalamberproduksi.

Contoh : Biaya tenaga kerja, sewa gedung dll.

Biaya Implicit adalah biaya yang tidak terlihat. Biaya implicit ini tidak
dikeluarkan langsung dari kas perusahaa. Biaya Implicit diperhitungkan
dari faktor-faktor produksi yang dimiliki sendiri oleh perusahaan, bisa
disebut juga dengan biaya kesempatan (opportunity cost)

Contoh : Penggunaan gedung milik perusahaan sendiri.


Biaya Produksi
1. Konsep Biaya

a. Biaya Tenaga Kerja


adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk menggunakan tenaga
orang persatuan waktu.
b. Biaya barang modal
Ekonom melihat biaya barang modal bukanlah berapa besar uang yang
harus dikeluarkan untuk menggunakannya melainkan berapa besar
pendapatan yang diperoleh bila mesin disewakan kepada pengusaha
lain.
c. Biaya kewirausahaan
Adalah orang yang mengkombinasikan bebagai faktor produksi untuk
transformasi menjadi output berupa barang dan jasa. Dalam upaya
tersebut dia harus menanggung resiko kegagalan. Atas keberanian
menanggung resiko pengusaha mendapat balas jasa berupa laba.
Makin besar (tinggi) resikonya, laba harus makin besar begitu juga
sebaliknya.
Biaya Produksi
2. Jenis – jenis Biaya Produksi
a. Berdasarkan Periode Produksi

Periode produksi diperusahaan dibagi menjadi :


1) Biaya Jangka Pendek
a) Biaya tetap (Fixed Cost, FC)

Biaya tetap adalah biaya yang timbul akibat penggunaan sumber


daya tetap dalam proses produksi. Sifat utama biaya tetap adalah
jumlahnya tidak berubah walaupun jumlah produksi mengalami
perubahan (naik atau turun). Keseluruhan biaya tetap disebut biaya
total (total fixed cost, TFC)
Biaya Produksi
b) Biaya Variable (Variable Cost, VC)
Biaya variable atau sering disebut biaya variable total (total variable
cost,TVC) adalah jumlah biaya produksi yang berubah menurut tinggi
rendahnyajumlah output yang akan dihasilkan. Semakin besar output
atau barang yang akan dihasilkan, maka akan semakin besar pula
biaya variable yang akan dikeluarkan.

c) Biaya Total (Total Cost, TC)


Biaya Total adalah keseluruhan biaya yang terjadi pada produksi
jangka pendek. Biaya diperoleh dari

TC = TFC – TVC

Keterangan :
TFC = Total Biaya tetap
TVC = Total Biaya Variable
Jenis-Jenis Biaya Produksi
1. Biaya tetap/fixed cost (FC),
yaitu biaya yang dalam periode waktu tertentu jumlahnya tetap,
tidak bergantung pada jumlah produk yang dihasilkan.
Contohnya, penyusutan peralatan, sewa gedung atau
penyusutan gedung, pajak perusahaan, dan biaya administrasi.

2. Biaya variabel/variable cost (VC),


yaitu biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
jumlah produk yang dihasilkan. Dalam hal ini, semakin banyak
jumlah produk yang dihasilkan, semakin besar pula jumlah
biaya variabelnya.
Contohnya, biaya bahan baku dan upah tenaga kerja yang
dibayar berdasarkan jumlah produk yang dihasilkannya.
Jenis-Jenis Biaya Produksi

3. Biaya total/total cost (TC)


adalah jumlah seluruh biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan
oleh perusahaan untuk menghasilkan sejumlah produk dalam suatu
periode tertentu.

4. Biaya rata-rata/average cost (AC)


adalah biaya produksi per unit produk yang dihasilkan. Besarnya AC
dapat dihitung dengan cara membagi TC dengan Q.

5. Biaya marjinal/marginal cost (MC)


merupakan biaya tambahan yang diperlukan untuk tambahan satu unit
produk yang dihasilkan. Munculnya MC karena adanya perluasan
produksi yang dilakukan perusahaan dalam rangka menambah jumlah
produk yang dihasil kannya. MC dapat dihitung dengan cara membagi
tambahan TC (ΔTC) dengan tambahan Q (ΔQ).
Jenis-Jenis Biaya Produksi

3. Biaya total/total cost (TC)


adalah jumlah seluruh biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan
oleh perusahaan untuk menghasilkan sejumlah produk dalam suatu
periode tertentu.

4. Biaya rata-rata/average cost (AC)


adalah biaya produksi per unit produk yang dihasilkan. Besarnya AC
dapat dihitung dengan cara membagi TC dengan Q.

5. Biaya marjinal/marginal cost (MC)


merupakan biaya tambahan yang diperlukan untuk tambahan satu unit
produk yang dihasilkan. Munculnya MC karena adanya perluasan
produksi yang dilakukan perusahaan dalam rangka menambah jumlah
produk yang dihasil kannya. MC dapat dihitung dengan cara membagi
tambahan TC (ΔTC) dengan tambahan Q (ΔQ).
Jangka Waktu Biaya Produksi
Analisis mengenai biaya produksi perusahaan perlu dibedakan kepada dua
jangka waktu:

1. Jangka pendek
Jangka pendek adalah jangka waktu dimana perusahaan dapat menambah
salah satu factor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Dengan
perkataan lain, dalam analisis dimisalkan bahwa sebagian dari factor-faktor
produksi yang digunakan dianggap tetap jumlahnya.

Kurva biaya jangka pendek


Jangka Waktu Biaya Produksi

2. Jangka panjang
Jangka panjang adalah jangka waktu dimana
semua factor produksi dapat mengalami
perubahan, yaitu jumlahnya dapat ditambah
apabila pertambahan itu diperlukan.
Jangka Waktu Biaya Produksi
Dalam jangka panjang perusahaan dapat menambah semua faktor
produksi atau input yang akan digunakannya. Oleh karena itu, biaya
produksi tidak perlu lagi dibedakan antara biaya tetap dan biaya
berubah.

Di dalam jangka panjang tidak ada biaya tetap, semua jenis biaya
yang dikeluarkan merupakan biaya berubah. Ini berarti bahwa
perusahaan-perusahaan bukan saja dapat menambah tenaga kerja
tetapi juga dapat menambah jumlah mesin dan peralatan produksi
lainnya, luas tanah yang digunakan (terutama dalam kegiatan
pertanian) dan luasnya bangunan/pabrik yang digunakan. Sebagai
akibatnya, dalam jangka panjang terdapat banyak kurva jangka
pendek yang dapat dilukiskan
Penerimaan (Revenue)
Penerimaan (Revenue)

1. Total Penerimaan (Total Revenue. TR)


Merupakan penerimaan total produsen yang diperoleh dari hasil
penjualan outputnya. Total penerimaan diperoleh dengan
memperhitungkan output dikalikan harga jualnya.

2. Penerimaan Rata-Rata (Average Revenue, AR)


Adalah penerimaan produsen per unit dari output yang dijualnya.

3. Penerimaan Marginal (Marginal Revenue, MR)


Merupakan kenaikan dari total penerimaan yang disebabkan oleh
tambahan penjualan satu unit output.
Break Event Point (BEP)
Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi
perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan
= total biaya).

BEP amatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak
mengalami kerugian.

manfaat BEP adalah


1. Alat perencanaan untuk hasilkan laba
2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan,
serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut
tingkat penjualan yang bersangkutan.
3. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan
4. Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah
dibaca dan dimengerti
Break Event Point (BEP)

Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk


menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus
dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi
biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit.

Rumus Analisis Break Even :


BEP = Total Fixed Cost / (Harga perunit - Variabel Cost Perunit)

Keterangan :
- Fixed cost : biaya tetap yang nilainya cenderung stabil tanpa
dipengaruhi unit yang diproduksi.
- Variable cost : biaya variabel yang besar nilainya tergantung
pada banyak sedikit jumlah barang yang diproduksi.
Break Event Point (BEP)

Contoh :
Misalnya ada perusahaan konveksi T-shirt murah yang
harga satu buah T-shirt adalah Rp. 50.000 dengan biaya
variabel sebesar Rp. 25.000 per T-shirt dan biaya tetap
sebesar Rp. 50.000.000

BEP = 50.000.000 / (50.000 - 25.000)


BEP = 2000

Jadi diperlukan memproduksi 2000 T-shirt untuk


mendapatkan kondisi seimbang antara biaya dengan
keuntungan alias profit nol.

Anda mungkin juga menyukai