Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Fungsi Produksi yang mencakup Produk Marjinal dan produk rata-rata, Hukum
Kenaikan Hasil yang Berkurang (law of diminishing return), efisiensi penggunaan
input, Hubungan antar input dengan kombinasi biaya minimum, Hubungan Antar
output dengan kombinasi keuntungan maksimum dan kombinasi hasil produksi

Disusun oleh :
Febbi Alfrida Sari
1701015004

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MULAWARMAN
2019
Fungsi Produksi

Fungsi produksi adalah hubungan antara input dengan output yang dihasilkan dalam satu
periode atau suatu gambaran bagaimana produsen berperilaku dalam memproduksi barang
atau jasa. Dengan kata lain, fungsi produksi adalah hubungan antara nilai produksi (output)
dengan nilai faktor produksi (input) dalam proses produksi. Hubungan tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:

INPUT PROSES OUTPUT


(Faktor Produksi) PRODUKSI (Produksi)

Fungsi produksi untuk memproduksi barang Q dapat diformulasikan menjadi Q = f (K,L)


yang menunjukkan berapa jumlah maksimal barang Q yang dapat diproduksi dengan
menggunakan berbagai alternatif kombinasi input modal (K) dan tenaga kerja (L).

3 Q3
A G

2
Q2
B
1
C Q1

0 1 2 3 L

Pada gambar di atas, input modal digambarkan pada sumbu vertikal dengan simbol K.
Sedangkan input tenaga kerja digambarkan dengan simbol L. Titik-titik kombinasi input K
dan L yang menghasilkan tingkat output yang sama dapat saling dihubungkan sehingga
membentuk suatu kurva. Kurva ini disebut kurva isoquant.
Pada gambar di atas, telah dipetakan tiga buah kurva isoquant, yakni kurva isoquant 1 (Q1),
kurva isoquant 2 (Q2), dan kurva isoquant 3 (Q3). Semakin kurva isoquant menjauhi titik 0,
maka jumlah input semakin besar, dan jumlah output semakin besar pula.

Dalam teori ekonomi, fungsi produksi diasumsikan tunduk pada hukum yang disebut The
Law of Diminishing Returns (Hukum Kenaikan Hasil Berkurang). Hukum ini menyatakan,
apabila penggunaan satu macam input ditambah, sedangkan input lain tetap, tambahan output
yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan mula-mula naik,
kemudian menurun jika input terus ditambahkan.

1. Produk Marjinal (Marjinal Product)

Produk Marjinal adalah tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga
kerja yang digunakan. ∆TP adalah pertambahan produksi total, maka produksi marjinal (MP)
dapat dihitung dengan MP = ΔTP/ΔL. Setiap penambahan satu unit input dapat berdampak
kepada peningkatan produksi, sehingga apabila setiap tambahan satu unit mempunyai
dampak yang lebih kecil maka berlakulah hukum “hasil yang semakin menurun” (The Low
of Diminishing Returns).

Misalnya, tenaga kerja bertambah dari 2 orang menjadi 5 orang, hasil produksi bertambah
dari 20 menjadi 105, yaitu pertambahan sebanyak 85. Maka produksi marjinal 85/1 = 85.
Jika, tenaga kerja bertambah dari 5 menjadi 7, hasil produksi dari 105 menjadi 126,
pertambahan sebanyak 21, maka produksi marjinal menjadi 21/1 = 21. Sehingga
mengakibatkan produksi marjinal semakin berkurang.

2. Produk Rata-rata (Average Product)

Produk rata-rata adalah produksi yang secara rata-rata dihasilkan oleh setiap pekerja.
Produksi total (TP), jumlah tenaga kerja (L), maka produk rata-rata (AP), dan dapat dihitung
dengan AP = TP/L.

Misalnya, ketika tenaga kerja yang digunakan sebanyak 5 orang, produksi total adalah 105.
Dengan demikian produksi rata-rata adalah 105/5 = 21. Jika, tenaga kerja yang digunakan 8
orang, produksi total adalah 120. Produksi rata-rata adalah 120/8 = 15. Sehingga
pertambahan tenaga kerja tidak akan menambah produksi total, dan produksi rata-rata
semakin lama semakin kecil jumlahnya.
Dari fungsi produksi di atas dapat dibuat tabel sebagai berikut:

Hubungan jumlah tenaga kerja dan jumlah produksi

Buruh Produksi Produk Produk


(Orang) Mesin Total Marginal Rata-rata Tahap
(TP) (MP) (AP)
1 1 5 5 5
2 1 20 15 10
3 1 45 25 15 Pertama
4 1 80 35 20
5 1 105 25 21
6 1 120 15 20
Kedua
7 1 126 6 18
8 1 120 -6 15
9 1 108 -12 12 Ketiga
10 1 90 -18 9

Dari hubungan jumlah tenaga kerja dan jumlah produksi dapat dibuat kurva yang
menghubungkan ketiga fungsi produksi, yaitu produk total, produk marginal, dan produk
rata-rata.

Hubungan Grafis antara TP dengan AP dan MP

140

120

100
Produksi Total
80 (MP)

60 Produksi
Marginal (MP)
40
Produksi Rata-
20
Rata (AP
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
-20

-40
3. HUKUM KENAIKAN HASIL YANG MAKIN BERKURANG (The Law of
Diminishing return)

Dalam suatu proses produksi apabila secara berturut-turut ditambahkan satu satuan
faktor produksi variabel pada faktor produksi tetap, pada tahap awal, produksi total akan
bertambah dengan pertambahan yang makin bsar, tetapi sampai pada tingkat tertentu
pertambahannya akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif, dan ini
mengakibatkan pertambahan produksi total semakin kecil sampai mencapai produksi
maksimal dan kemudian produksi total menurun.

Dengan menggunakan data hipotetis. Hubungan tersebut dapat dijelaskan melalui Tabel 4.4.
dan Ilustrasi 4.4. sebagai berikut:

Dalam suatu proses produksi apabila secara berturut-turut ditambahkan satu satuan
faktor produksi variabel pada faktor produksi tetap, pada tahap awal, produksi total
akan bertambah dengan pertambahan yang makin bsar, tetapi sampai pada tingkat
tertentu pertambahannya akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai
negatif, dan ini mengakibatkan pertambahan produksi total semakin kecil sampai
mencapai produksi maksimal dan kemudian produksi total menurun.

Dengan menggunakan data hipotetis. Hubungan tersebut dapat dijelaskan melalui


Tabel 4.4. dan Ilustrasi 4.4. sebagai berikut:

Tabel 4.4. Hukum Kenaikan Hasil yang Makin Berkurang

Faktor Produksi Produk Produk Marjinal Produk Rata-rata


(X) (Y) (Y/X) (Y/X)
1 20 20,0
2 50 30 25,0
3 90 40 30,0
4 140 50 35,0
5 180 40 36,0
6 210 30 35,0
7 232 22 33,1
8 240 8 30,0
9 238 - 2 26,4
10 234 - 4 23,4

Sifat dari The Law of Diminishing Return:


- Penambahan terus menerus faktor produksi menyebabkan produk total meningkat
sampai tingkat tertentu (x=8 dan Y=240)
- Mula-mula terjadi kenaikan hasil bertambah, produk marjinal semakin besar
(naik).
- Pada saat fungsi produksi total mencapai titik balik (inflection point), produk
marjinal mencapai titik maksimum (x=4 dan MP=50)
- Sesudah titik balik terjadi kenaikan hasil yang semakin berkurang (produk
marjinal menurun).
- Pada tingkat produksi total maksimum, produk marjinal sama dengan nol (0).
- Sesudah produk total maksimum, produk marjinal mempunyai nilai negatif

Untuk lebih jelasnya bagaimana hubungan antara jumlah faktor produksi dengan
produk total, produk rata-rata dan produk marjinal dapat dilihat pada ilustrasi 4.4. di
bawah ini.

300

250

200
Produksi (Y)

150

100

50

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Faktor Produksi (X)

Ilustrasi 4.4. The Law of Diminishing Return

4. Efisiensi Penggunaan Input

- Tingkat Optimum Penggunaan Sumberdaya secara Ekonomi

Tingkat penggunaan input yang paling efisien tergantung pada hubungan antara
harga input dan harga output. Gambar 2.2. menyajikan contoh hipotetik sesuai
dengan informasi terdahulu di mana harga padi diasumsikan Rp. 1000/kg pada
tingkat petani dan input Rp 10000/kg. Bentuk fungsi produksi tetap sama
sebagaimana gambar. Karena satuan yang digunakan dalam nilai moneter maka
TPP digantikan dengan konsep TVP (Total Value of Product), APP menjadi AVP
(Average Value of Product) dan MPP menjadi MVP (Marginal Value of Product).
Informasi tambahan yang diperoleh dari gamba. adalah garis TFC (Total Factor
Cost) dan MFC (Marginal Factor Cost). TFC menunjukkan akumulasi biaya
akibat peningkatan penggunaan pupuk misalnya setiap penambahan 25 kg pupuk
akan menyebabkan peningkatan biaya sebesar Rp. 250.000,- .
Tingkat optimum penggunaan input secara ekonomis terjadi pada saat MVP sama
dengan harga input (titik E). Pada daerah di sebelah kiri titik E, MVP>MFC,
artinya tambahan nilai produksi yang diperoleh lebih besar dari penambahan biaya
produksi. Dalam hal ini penambahan satu satuan input masih memberikan
keuntungan. Pada daerah sebelah kanan titik E, tambahan penerimaan akibat
penambahan satu satuan input lebih kecil daripada penambahan biaya yang harus
dikeluarkan (MVP<MFC). MVP=MFC akan tercapai pada saat kurva TFC sejajar
dengan garis singgung (tangen) fungsi produksi. Dengan kata lain MVP adalah
slope dari fungsi produksi dan MFC adalah slope kurva TFC. Pada titik ini profit
yang merupakan selisih antara MVP dan MFC (AB) mencapai maksimum.
Dengan bantuan matematika sederhana tingkat optimum penggunaan input
tunggal dapat dijelaskan sebagai berikut:

Px = harga per unit input X

Py= harga per unit output Y

- Penggunaan input tunggal optimum

Oleh karena MVP x = MPP x . Py maka terdapat tiga cara untuk mencari titik
optimal:

a. Pada titik optimal tambahan penerimaan sama dengan tambahan biaya:


MVPx=Px Jika MVPx>Px berarti petani menggunakan terlalu sedikit input. Jika
MVP x<Px maka penggunaan input terlalu banyak

b. Dengan menyusun persamaan tersebut kondisi optimum juga dapat dinyatakan


sebagai MVPx/Px=1. Dengan kata lain rasio antara nilai produk marjinal terhadap
harga input harus sama dengan satu.

c. Karena MVPx = MPPx. Py kondisi optimum dapat dinyatakan sebagai MPPx =


Px/Py di mana MPP sama dengan rasio harga input-output.

Alokasi penggunaan sarana produksi dikatakan efisien apabila nilai marginal


produk (NPMxi) sama dengan harga inputnya (Pxi), artinya alokasi sarana
produksi telah mencapai titik optimal atau telah efisien. Ini juga berarti bahwa
perbandingan antara nilai produk marginal dengan harga input pada titik
kombinasi tersebut sama dengan satu (Widodo, 1989). Secara matematis efisiensi
alokatif dituliskan sebagai berikut :
NPMxi = Pxi atau NPMxi/Pxi = 1 = ki

Apabila ki = 1 berarti penggunaan input efisien, ki > 1 penggunaan input belum


efisien dan masih perlu ditambah, sedangkan bila ki < 1 penggunaan input sudah
tidak efisien dan perlu dikurangi. Konsep ini bisa diterapkan untuk mencari
tingkat penggunaan input usahatani yang optimal yang dapat menghasilkan hasil
panen yang maksimal.

5. Hubungan antar input dengan kombinasi biaya minimum dan Hubungan


Antar output dengan kombinasi keuntungan maksimum

Kapasitas produksi suatu perusahaan sangat ditentukan oleh


perkembangan harga produk di pasar. Perusahaan yang rasional akan
menentukan kapasitas produksi dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan maksimum. Kurva biaya produksi diturunkan dari kurva
produksi oleh karena itu penentuan kapasitas produksi dapat didekati
melalui pendekatan kurva biaya dimana keuntungan maksimum akan
dicapai pada saat MC = MR dan = Hy (Ilustrasi 4.11)

Untuk memperoleh keuntungan maksimum maka kapasitas produksi harus


diatur sebagai berikut (berdasarkan ilustrasi 4.11):

 Bila harga produk (Y) = H1  kapasitas produksi harus sebesar Y1 (saat


MC=MR=Hx) , pada posisi demikian dengan ATC sebesar Y1K atau OB1
Berarti penerimaan = OY1. Y1L atau OY1.OH1
Biaya = OY1.OK atau OY1.OB1
Keuntungan = (OY1.OH1) – (OY1.OB1) atau B1H1 . B1K.

 Bila harga Y = H2 (saat ATC = MC)


Maka kapasitas produksi harus Y2 agar keuntungan maksimum yaitu
saat (MC = MR=Hx).
Berarti penerimaan = OY2. Y2M atau OY2.OH2
Biaya = OY2. Y2M atau OY2.OH2
Keuntungan = 0 (Normal profit) artinya tidak ada keuntungan
dan tidak ada kerugian.
Oleh karena itu mulai titik M (ATC = MC) ke kanan, atau kapasitas
produksi > Y2 dimulainya kurva penawaran.
Ilustrasi 4.11. Hubungan antara Biaya Produksi, Kapasitas Produksi dan Keuntungan

 Bila harga Y = H3 (AVC = MC)


Agar keuntungan maksimum kapasitas produksi harus Y3
Penerimaan = OY3. Y3Q atau OY3. OH3
Biaya = OY3.Y3P atau OY3.OH5  biaya lebih besar dari
penerimaan
Besar kerugian = H3QPH5
Dalam keadaan tersebut perusahaan masih bisa berproduksi meskipun
tidak mampu bayar AFC, karena seluruh penerimaan hanya cukup
untuk menutup seluruh biaya variabel saja.

 Bila harga Y = H4 (saat AFC = MC)


Agar keuntungan maksimum maka kapasitas produksi harus Y4
Penerimaan = OY4.Y4R atau OY4.OH4
Biaya = OY4.Y4S atau OY4.OH6
Dalam keadaan tersebut, bagaimana kondisi usaha ?

6. Hubungan Antar Hasil Produksi

Dalam praktek usaha produksi sering menghasilkan tidak hanya satu macam
produk, tetapi beberapa produk dihasilkan dalam satu kali proses produksi.
Usahaternak sapi perah menghasilkan susu dan daging, usahaternak ayam petelur
menghasilkan telur dan daging atau usahaternak domba menghasilkan wool dan
daging.

Kombinasi berbagai produk yang dihasilkan dari sejumlah faktor produksi yang
digunakan dalam proses produksi membentuk empat macam pola hubungan antar
hasil produksi:
1. Joint Products (Produk-produk dihasilkan secara bersama), yaitu dua macam
produk dihasilkan secara bersamaan dalam sekali proses produksi.

2. Complementary Products (Produk-produk Komplemen), yaitu dua produk


dihasilkan dengan pola kenaikan produk yang satu diikuti oleh kenaikan
produk yang lainnya, pada penggunaan faktor produksi tertentu.

3. Supplementary Products (Produk-produk Suplemen), yaitu bila kenaikan


produk yang satu tidak mempengaruhi produk yang lain dalam satu proses
produksi.

4. Competitive Products (Produk-produk Bersaing), yaitu bila kenaikan produk


yang satu mengakibatkan turunnya produk yang lain.
KESIMPULAN

Dalam pengertian sederhana, produksi berarti menghasilkan barang/ jasa. Menurut Ilmu
Ekonomi, produksi adalah kegiatan menghasilkan barang maupun jasa atau kegiatan
menambah nilai kegunaan/manfaat suatu barang.

Produktivitas adalah kegiatan produksi sebagai perbandingan input dengan output. Menurut
Herjanto, produktivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya
sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang optimal

Fungsi produksi adalah hubungan antara input dengan output yang dihasilkan dalam satu
periode atau suatu gambaran bagaimana produsen berperilaku dalam memproduksi barang
atau jasa. Dengan kata lain, fungsi produksi adalah hubungan antara nilai produksi (output)
dengan nilai faktor produksi (input) dalam proses produksi.

Dalam teori ekonomi ada 3 fungsi ekonomi, yaitu produk total, produk marginal dan produk
rata-rata. Produk Total adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh sejumlah tenaga kerja
pada waktu tertentu. Produk Marjinal adalah tambahan produksi yang diakibatkan oleh
pertambahan satu tenaga kerja yang digunakan. Sedangkan, produk rata-rata adalah produksi
yang secara rata-rata dihasilkan oleh setiap pekerja.
DAFTAR PUSTAKA

Karim, Adiwarman Azwar. 2007. Ekonomi Makro Islami. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Subagiyo, Rokhmat. 2016. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: Alim’s Publishing Jakarta.

Wibowo, Sukarno. 2013. Ekonomi Mikro Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai