Anda di halaman 1dari 53

STANDAR KUALIFIKASI KOMPETENSI HIDROGRAFI DAN

OSEANOGRAFI DALAM MENDUKUNG


SURVEI HIDRO-OSEANOGRAFI

Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut


(PUSHIDROSAL)
2019
Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL


Standar Kualifikasi Kompetensi Hidrografi dan Oseanografi dalam
Mendukung Survei Hidro-Oseanografi

Editor: Haris Djoko Nugroho, ___Jakarta, Pushidrosal, 2019


iv + 46 hal, 18 cm

ISBN: 978-602-51221-7-0

1. Judul 1. Haris Djoko Nugroho

Pusat Informasi Geospasial Kelautan Indonesia

Pengarang:
Harjo Susmoro

Editor:
Haris Djoko Nugroho

Perancang Isi:
Rudy Salam

Desain Kover:
Untung Sugiarta

Cetakan Kedua: Oktober 2019

Penerbit:
Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL
Jl. Pantai Kuta V No. 1 Ancol Timur Jakarta
Telp. 62-21-64714810 Fax: 62-21-64714819
www.pushidrosal.id
infohid@pushidrosal.id

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.


Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh
isi buku ini tanpa izin tertulis dari pemegang hak cipta,
kecuali mencantumkan identitas pemegang hak cipta.
KATA PENGANTAR

Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi


TNI Angkatan Laut

Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut


yang memiliki tugas melaksanakan pembinaan hidro-
oseanografi (hidros) dalam rangka mendukung kepentingan
TNI dan kepentingan sipil, dan menyiapkan data dan informasi
wilayah pertahanan di laut dalam rangka mendukung tugas
pokok TNI Angkatan Laut, harus selalu melaksanakan
kegiatan survei dan pemetaan Hidro – Oseanografi yang
terprogram dan berlanjut. Perkembangan metode maupun
teknologi survei Hidro-Oseanografi menjadi tuntutan tugas
yang harus dikuasai oleh SDM pengawak di Pushidrosal
sebagai surveyor hidrografi, baik yang bertugas di staf
maupun di lapangan. Peningkatan kompetensi SDM di
Pushidrosal tentunya akan berpengaruh terhadap kualitas
survei dan pemetaan serta kualitas produk yang dihasilkan
oleh Pushidrosal.

Dalam rangka pengembangan kompetensi dan


profesionalisme SDM di Pushidrosal, diperlukan adanya
Standar Kompetensi Kerja bidang hidrografi, yang sesuai
dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia dan
sejalan dengan Standar Kompetensi Hidrografi yang
dipubikasikan oleh IHO. Standar Kompetensi Kerja sub
bidang hidrografi merupakan bagian dari Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia Bidang Informasi Geospasial
(SKKNI-IG). Standar Kompetensi Kerja (SKK) merupakan
pondasi dari Sistem Manajemen dan Pengembangan
SDM Berbasis Kompetensi.

Buku Standar Kualifikasi Kompetensi Hidrografi dan


Oseanografi Dalam Mendukung Survei Hidro-Oseanografi.
diterbitkan dalam rangka mendukung pelaksanaan uji
kompetensi hidrografi di Pushidrosal serta dapat dijadikan
salah satu acuan dalam pelaksanaan uji kompetensi sesuai
standar yang yang dapat dipertanggung jawabkan.

Dalam penyusunan buku ini, tentunya masih


memerlukan penyempurnaan, oleh karena itu saran dan
masukan dari para pengguna menjadi bahan penyempurnaan
buku ini. Akhir kata, diucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan kontribusi dan bantuan,
sehingga buku Standar Kualifikasi Kompetensi Hidrografi dan
Oseanografi Dalam Mendukung Survei Hidro-Oseanografi ini,
dapat diterbitkan.

Jakarta, Oktober 2019


Kepala Pushidrosal,

Dr. Ir. Harjo Susmoro, S.Sos., S.H., M.H.


Laksamana Muda TNI
NO PEJABAT PARAF TANGGAL
1 Waka
2 Koorsahli Pd. Draf 13-02-2018
3 Diropssurta Pd. Draf 22-02-2018
4 Dirpers Pd. Draf 19-02-2018
5 Dirpotmar Pd. Draf 14-02-2018
6 Kasetum Pd. Draf 27-02-2018
DAFTAR ISI
ISI HAL
JUDUL
KATA PENGANTAR…………………………………………….. i
DAFTAR ISI………….............................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1. Umum................................................................... 1
2. Maksud dan Tujuan.............................................. 3
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.............................. 3

BAB II PELAKSANAAN SURVEI HIDRO-OSEANOGRAFI 4


4. Perencanaan........................................................ 4
5. Persiapan............................................................. 6
6. Pelaksanaan........................................................ 11
7. Pengendalian....................................................... 14
8. Pengolahan data.................................................. 14
9. Pengakhiran......................................................... 15

BAB III STANDAR KOMPETENSI NASIONAL INDONESIA


(SKNI) SUB BIDANG HIDROGRAFI 17
10. Pemetaan Kompetensi Informasi Gespasial Sub 18
Bidang Hidrografi.................................................
11. Daftar Unit Kompetensi IG Sub Bidang 28
Hidrografi.........................................................

BAB IV STANDAR KOMPETENSI HIDROGRAFI SESUAI 36


IHO
12. Kategori Program dan Skema.............................. 36
13. Standar Minimum................................................. 37
14. Unit Opsional........................................................ 37
15. Pengetahuan........................................................ 38
16. Latihan Praktis dan Pelatihan Lapangan............. 39
17. Pengalaman......................................................... 40
18. Pengakuan........................................................... 40
BAB V KUALIFIKASI STANDAR KOMPETENSI
HIDROGRAFI DAN OSEANOGRAFI YANG
DIPERLUKAN UNTUK MENDUKUNG SURVEI
HIDRO-OSEANOGRAFI 41
19. Sertifikasi Kompetensi Anggota Pushidrosal....... 41
20. Pembentukan Dewan Pembina Profesi Surveyor
Hidrografi.............................................................. 42

BAB VI PENUTUP 46
1

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

Keberadaan Pushidrosal sebagai Lembaga Hidrografi


Nasional telah berkontribusi di bidang hidrografi sejak di masa
Hindia Belanda hingga saat ini. Penetapan Pushidrosal
sebagai Kotama Pembinaan TNI Angkatan Laut oleh
pemerintah menjadi lebih memantapkan peran, tugas dan
fungsinya sebagaimana ditetapkan melalui Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2016 tentang Perubahan
Atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
2010 tentang Susunan Organisasi TNI1, dan diresmikan Kasal
melalui Perkasal Nomor 16 Tahun 2016 tentang Penambahan
Nama/Struktur Organisasi Dinas Hidro-Oseanografi TNI
Angkatan Laut menjadi Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI
Angkatan Laut2 yang memiliki tugas melaksanakan pembinaan
hidro-oseanografi (Hidros) dalam rangka mendukung
kepentingan TNI dan kepentingan sipil, dan menyiapkan data
dan informasi wilayah pertahanan di laut dalam rangka
mendukung tugas pokok TNI Angkatan Laut. Tugas tersebut
menjadikan Pushidrosal sebagai pengemban fungsi hidrografi
militer dan sekaligus pengemban fungsi hidrografi sipil di
Indonesia yang bertanggung jawab untuk menyediakan data
dan informasi hidros di wilayah perairan dan yurisdiksi
Indonesia yang akurat, mutakhir serta terjamin
ketersediaannya mendukung pemanfaatan ruang laut nasional
dalam rangka mewujudkan Indonesia menjadi poros maritim
dunia.

Pushidrosal dengan kapasitas sebagai lembaga yang


melaksanakan embanan fungsi ganda tersebut, memiliki

1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2016 tentang


Perubahan Atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
2010 tentang Susunan Organisasi TNI
2 Perkasal Nomor 16 Tahun 2016 tentang Penambahan Nama/Struktur

Organisasi Dinas Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut menjadi Pusat


Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut
2

tanggung jawab dalam pelayanan publik, sehingga dituntut


mampu memberikan jaminan keselamatan pelayaran di laut
bagi para penggunanya (mariners). Sedangkan pada aspek
militer-pertahanan, dituntut harus mampu menyediakan dan
menyiapkan data dan informasi hidros secara akurat dan
mutakhir (terkini) di wilayah perairan yurisdiksi NKRI sebagai
upaya menyiapkan battlespace awarness TNI Angkatan Laut
yang terukur dan terpercaya.

Sebagai tanggung jawabnya untuk memberikan jaminan


keselamatan pelayaran di laut, menjadikan produk yang
dihasilkan Pushidrosal bersifat sangat kritikal. Produk yang
dihasilkan, selain harus mampu memberi jaminan bagi para
stakeholders juga dituntut terjaga tingkat akurasi data dan
informasinya dan mampu memberikan jaminan
ketersediaannya bagi para pengguna. Dengan demikian, pada
lingkup tugas dan fungsi ini, harus mampu menjadi lembaga
yang terpercaya terhadap kualitas dan kuantitas produk-
produknya.

Untuk mendapatkan data dan informasi yang akurat,


Pushidrosal telah dan akan terus melaksanakan survei dan
pemetaan laut ke lapangan. Pelaksanaan kegiatan survei
dan pemetaan laut, merupakan rangkaian kegiatan
pengumpulan data hidro-oseanografi di lapangan, adalah
tahap kegiatan pokok yang sangat menentukan kualitas
produk pemetaan. Dengan demikian, maka profesionalitas
prajurit Pushidrosal yang bertumpu pada surveyor-surveyor
hidrografi merupakan suatu kebutuhan mutlak yang harus
dipenuhi. Dalam upaya menjaga profesionalitas prajurit
Pushidrosal perlu dilaksanakan uji kompetensi dengan
menggunakan standar kompetensi yang baku. Dalam rangka
penyediaan standar kompetensi yang baku maka disusunlah
buku dengan judul “Klasifikasi Standar Kompetensi Hidrografi
dan Oseanografi Dalam Mendukung Survei Hidro-
Oseanografi.
3

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Penyusunan naskah ini dimaksudkan


untuk memberikan gambaran tentang Standar
Kompetensi Hidrografi dan Oseanografi yang diperlukan
untuk mendukung Survei Hidro-Oseanografi.

b. Tujuan. Naskah ini disusun untuk memberikan


panduan tentang standar Kompetensi Hidrografi dan
Oseanografi yang diperlukan untuk mendukung Survei
Hidro-Oseanografi.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Ruang lingkup. Penyusunan naskah ini disusun


hanya membahas standar kompetensi yang berkaitan
dengan survei Hidro-Oseanografi.

b. Tata urut. Penulisan Naskah ini disusun dengan


tata urut sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan.
Bab II : Pelaksanaan Survei Hidro-Oseanografi.
Bab III : Standar Kompetensi Kerja Nasional.
Indonesia (SKKNI) Sub Bidang Hidrografi.
Bab IV : Standar Kompetensi Hidrografi menurut IHO.
Bab V : Standar Kompetensi Hidrografi dan Oseano-
grafi yang diperlukan untuk mendukung Survei Hidro-
oseanografi.
Bab VI : Penutup.
4

BAB II

PELAKSANAAN SURVEI HIDRO-OSEANOGRAFI

Pendataan dan pemetaan seluruh wilayah Indonesia


merupakan hal yang sangat penting tidak hanya dalam
pertahanan dan keamanan di bidang militer, namun juga
mencakup keseluruhan aspek baik dalam bidang politik,
ekonomi, sosial, dan budaya. Pengambilan data yang
diselenggarakan melalui kegiatan survei ini dilaksanakan
dalam kurun waktu tertentu untuk memperbaharui setiap
perubahan dan perkembangan yang terjadi di lapangan. Oleh
sebab itu, pelaksanaan survei harus memiliki acuan dengan
standar yang terbaru sesuai perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta perkembangan kondisi personil saat itu.

Survei hidro-oseanografi merupakan serangkaian


kegiatan pengadaan data hidro-oseanografi hingga pada
tahap akhir berupa peta dan buku-buku publikasi laut lainnya.
Rangkaian kegiatan survei tersusun dari tahap perencanaan,
persiapan, pelaksanaan, pengendalian, pengolahan data serta
diakhiri dengan tahap pengakhiran3.

4. Perencanaan. Perencanaan survei berupa


penyusunan program rencana garis besar, pengumpulan
informasi awal daerah survei, pengumpulan data sekunder
serta pengumpulan buku-buku referensi yang berkaitan
dengan metode pengadaan data, pengolahan data dan
analisis data. Beberapa kegiatan tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:

a. Pembuatan Rencana Garis Besar (RGB).


Rencana garis besar adalah rancangan awal dari
kegiatan survei yang berisi rencana umum kegiatan
survei, rencana jadwal pelaksanaan dan gambaran
kebutuhan anggaran.

3
sttal.ac.id/wp-content/uploads/2017/06/IV.-Survei-Hidro-Oseanografi-
Umum.doc
5

b. Survei pendahuluan. Survei pendahuluan


mencakup kegiatan pengumpulan informasi awal daerah
survei secara langsung di daerah survei. Informasi
minimal yang dikumpulkan meliputi:

1) Cara pencapaian lokasi.

2) Penilaian rencana lokasi pengukuran/


pengamatan.

a) Posisi titik kontrol geodetik;

b) Posisi stasiun referensi penentuan


posisi di laut;

c) Stasiun pantai magnetik;

d) Stasiun pasang surut;

e) Stasiun arus;

f) Stasiun gelombang; dan

g) Stasiun pengamatan meteorologi


maritim.

3) Jaring koordinasi

4) Kesiapan sarana dan prasarana pendukung


pelaksanaan survei.

a) Posko;

b) Wahana apung;

c) Trasportasi; dan

d) Tenaga lokal (jika diperlukan).


6

5) Faktor-faktor yang menguntungkan dan


merugikan.

c. Pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data


yang berhubungan dengan lokasi survei. Data sekunder
yang dikumpulkan minimal meliputi:

1) Peta topografi;

2) Peta rupa bumi;

3) Peta laut Indonesia;

4) Peta geologi laut;

5) Peta magnetik;

6) Peta meteorologi laut;

7) Peta lingkungan laut dan pantai;

8) Peta tata guna lahan;

9) Peta jenis tanah; dan

10) Citra foto udara/satelit.

d. Studi pustaka. Pustaka-pustaka yang terkait


dengan lokasi dan tujuan survei administrasi yang akan
dilakukan.

5. Persiapan. Persiapan survei merupakan kegiatan


persiapan pembekalan kebutuhan-kebutuhan teknis dan non
teknis survei adminstrasi berupa persiapan administratif,
persiapan personil dan peralatan survei serta pembuatan
rencana operasi.

a. Persiapan administratif. Persiapan administratif


dilakukan guna mendukung secara administratif
7

kelancaran pelaksanaan survei dengan kegiatan


sebagai berikut:

1) Surat-menyurat;

2) Koordinasi secara vertikal dengan komando


atas; dan

3) Koordinasi secara horisontal dengan instansi


militer dan sipil yang terkait di area survei.

b. Personel dan Peralatan Survei. Persiapan


personil dan peralatan survei dilakukan dalam rangka
meyakinkan kelengkapan teknis survei, meliputi:

1) Personil. Kebutuhan personil disesuaikan


dengan luas area dan kondisi medan yang akan
dijadikan area survei. Kelengkapan tim survei
meliputi:

a) Kepala tim survei;

b) Surveyor geodetik;

c) Surveyor hidrografi;

d) Surveyor oseanografi;

e) Surveyor meteorologi maritim;

f) Surveyor investigasi bawah air;

g) Surveyor geografi maritim;

h) Kepala bidang pemeliharaan,


perawatan, dan pengamanan peralatan;

i) Juru mudi; dan


8

j) Beberapa teknisi peralatan survei yang


digunakan

2) Peralatan survei. Peralatan survei yang


dibutuhkan bergantung dari tujuan survei
dilakukan dan metode pelaksanaannya.
Pushidrosal memiliki beberapa peralatan survei
meliputi:

a) Sistem penentuan posisi berbasis


satelit (ekstra-terestris);

b) Sistem penentuan posisi terestris;

c) Sistem penentuan posisi akustik;

d) Singlebeam/multibeam echosounder;

e) Alat pengamat pasang surut;

f) Alat pengukur arus;

g) Side Scan Sonar;

h) Sub-bottom Profile

i) Marine magnetometer;

j) Alat pengambil contoh sedimen dasar;

k) Alat pengukur gelombang

l) Alat pengukur beda tinggi teliti (sipat


datar);

m) Alat pengukur meteorologi; dan

n) Dan lain-lain.
9

c. Pembuatan Rencana Operasi (RO). RO memuat


rancangan tata urut pelaksanaan survei di lapangan
meliputi:

1) Batas area survei. Batas area survei


disesuaikan dengan area operasi. Batas area
survei dapat berupa batas laut dan darat.

2) Penentuan standarisasi survei. Pembagian


orde survei hidro-oseanografi disusun
berdasarkan standar minimal survei S44-IHO
tahun 1998.

3) Desain lajur survei. Desain lajur survei


ditentukan dengan mempertimbangkan profil
umum dasar laut di area survei. Desain lajur survei
terdiri dari:

a) Lajur survei pemeruman;

b) Lajur survei Side Scan Sonar;

c) Lajur survei Sub-bottom Profile;

d) Lajur survei pengukuran arus metode


berjalan (transek); dan

e) Lajur survei magnetik.

4) Metode pengukuran dan pengamatan.


Metode pengukuran dan pengamatan dibuat
sebagai pedoman dalam pengumpulan data
lapangan bagi tim survei. Metode tersebut
meliputi:

a) Pengukuran dan penetapan titik


kerangka pemetaan;

b) Pengamatan pasang surut;


10

c) Pengukuran batimetri;

d) Investigasi bawah air dengan Side


Scan Sonar;

e) Investigasi bawah air dengan Sub-


bottom Profile

f) Investigasi bawah air dengan


Magnetometer;

g) Investigasi bawah air dengan Remote


Operation Vehicle (ROV)/Antonomous Under
Water Vehicle (AUV);

h) Pengambilan contoh sedimen dasar


laut;

i) Pengukuran arus;

j) Pengambilan contoh air;

k) Pengukuran gelombang;

l) Pengamatan meteorologi; dan

m) Pengukuran detil topografi.

5) Desain pemetaan. Desain pemetaan meliputi


perancangan produk akhir berupa desain
informasi-informasi yang terkandung dalam peta,
sistem koordinat, dan simbolisasi.

6) Jadwal pelaksanaan. Jadwal pelaksanaan


disusun berdasarkan luas area survei dan faktor-
faktor yang mempengaruhi pelaksanaan survei.

7) Komando pengendalian. Pembentukan


struktur organisasi tugas meliputi penjabaran
11

tugas dan tanggung jawab pada bagian masing-


masing, bagan organisasi, dan jaring komunikasi.

8) Administrasi dan logistik. Penyusunan jalur-


jalur keadministrasian berupa petunjuk
administrasi dan penyusunan kebutuhan logistik
pada pelaksanaan operasi.

6. Pelaksanaan

a Pemberangkatan Tim Aju. Tim aju bertugas dalam


menyiapkan akomodasi awal di area survei dan
pendukung survei yang lain, meliputi:

1) Kesiapan pos komando survei;

2) Kesiapan wahana apung;

3) Kesiapan tenaga lokal (jika diperlukan); dan

4) Koordinasi awal menjelang pelaksanaan

b. Survei Geodetik. Tim survei geodetik bertugas


sebagai berikut:

1) Mendirikan hidropilar dan pilar bantu;

2) Melakukan pengamatan geodetik;

3) Menentukan titik referensi pantai untuk


koreksi posisi;

4) Membuat kerangka pemetaan; dan

5) Mengukur detail topografi.

c. Survei Hidrografi dilaksanakan dengan materi


sebagai berikut:
12

1) Instalasi perahu perum;

2) Melakukan kalibrasi peralatan posisi dan


pemeruman;

3) Melakukan pemeruman sesuai dengan lajur


perum yang direncanakan, baik dengan metode
akustik maupun mekanis;

4) Melakukan pengambilan posisi sarana bantu


navigasi;

5) Melakukan pengambilan posisi bahaya


navigasi

6) Melakukan pengukuran garis pantai; dan

7) Melakukan pengambilan contoh sedimen


dasar laut.

d. Survei Oseanografi dilaksanakan dengan materi


sebagai berikut:

1) Membangun stasiun pasang surut;

2) Membangun stasiun arus;

3) Membangun stasiun gelombang;

4) Melakukan pengukuran pasang surut;

5) Melakukan pengukuran arus;

6) Melakukan pengukuran gelombang;

7) Melakukan pengukuran beda tinggi teliti


dengan metode sipat datar;

8) Melakukan pengambilan contoh air; dan


13

9) Melakukan pengukuran kualitas air.

e. Survei Investigasi Bawah Air dilaksanakan dengan


materi sebagai berikut:

1) Melakukan investigasi obstruksi bawah air


dengan menggunakan side scan sonar;

2) Melakukan investigasi struktur lapisan atas


dasar laut dan keberadaan benda yang berada di
bawah dasar laut dengan menggunakan Sub-
bottom Profile;

3) Melakukan investigasi keberadaan benda


yang mengandung unsur magnetik di bawah air
dengan menggunakan magnetometer; dan

4) Melakukan investigasi keberadaan benda di


atas dasar laut secara lebih nyata dengan
menggunakan ROV/AUV

f. Survei Geografi Maritim dilaksanakan dengan


melakukan pengumpulan data sebagai berikut:

a) Demografi;

b) Toponim;

c) Morfologi laut dan pantai;

d) Sosial budaya;

e) Politik;

f) Ideologi;

g) Sumber daya alam dan buatan; dan

h) Pertahanan dan keamanan.


14

g. Survei Meteorologi Maritim dilaksanakan sebagai


berikut:

1) Mendirikan stasiun meteorologi;

2) Melakukan pengamatan meteorologi meliputi


arah dan kecepatan angin, kelembaban, suhu,
curah hujan, durasi sinar matahari, tekanan udara,
kecerahan, dan klasifikasi awan; dan

3) Pengumpulan data sekunder dari stasiun


pengamatan meteorologi setempat.

7. Pengendalian. Pengendalian dilaksanakan untuk


mengecek kesesuaian antara desain survei dengan
pelaksanaan di lapangan, mengakomodasi segala
permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan survei dan
memberikan saran berupa metode penyelesaian masalah.
Pelaksanaan pengendalian dilakukan dengan mengirimkan
beberapa personil yang memiliki kapabilitas secara empirik
dan secara akademis di bidang survei hidro-oseanografi dan
dilakukan pada periode pelaksanaan survei.

8. Pengolahan Data. Pengolahan data dilakukan dengan


dua cara yaitu pengolahan data secara langsung di lapangan
dan pengolahan data yang dilakukan di ruang pengolahan
data Pushidrosal. Pengolahan data secara langsung di
lapangan dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa data yang
diperoleh di lapangan dapat digunakan secara benar.
Pengolahan data yang dilakukan di ruang pengolahan data
Pushidrosal dilakukan untuk menyempurnakan hasil
pengolahan data di lapangan. Bagian-bagian data yang diolah
meliputi:

a. Data geodetik;

b. Data hidrografi;

c. Data oseanorafi;
15

d. Data investigasi bawah air dengan Side Scan


Sonar;

e. Data investigasi bawah air dengan Sub-bottom


Profile;

f. Data investigasi bawah air dengan Magnetometer;

g. Data investigasi bawah air dengan ROV/AUV;

h. Data geografi maritim; dan

i. Data meteorologi maritim.

Data-data yang telah diolah selanjutnya disusun dan


dikelompokkan sesuai tingkat hubungan antar data untuk
dilakukan analisis data.

9. Pengakhiran. Produk akhir dari kegiatan survei hidro-


oseanografi berupa laporan yang bersifat deskriptif dan
bersifat grafis, meliputi:

a. Laporan Deskripsi Pelaksanaan Survei.

Laporan Deskripsi Pelaksanaan Survei berisi


tentang kronologis kegiatan survei, metode pengambilan
data, situasi di lapangan, faktor-faktor yang
menguntungkan dan merugikan, dan rincian
penggunaan anggaran.

b. Laporan Deskripsi Hasil Survei.

Laporan Deskripsi Hasil Survei berisi tentang


hasil-hasil pengolahan data, hasil analisis data, hasil
visualisasi data, analisa daerah operasi dan kesimpulan
umum daerah operasi.
16

c. Lembar Lukis Teliti.

Lembar Lukis Teliti memuat tentang posisi


kedalaman, jenis dasar laut, garis pantai, garis kontur,
bahaya-bahaya navigasi dan informasi-informasi tematik
yang disesuaikan dengan tujuan survei yang
dilaksanakan.

d. Peta.

Peta yang dihasilkan berupa peta laut untuk


kepentingan navigasi maupun peta tematik sesuai
dengan tujuan survei yang dilaksanakan. Sekala dan
informasi yang terkandung di dalam peta disesuaikan
dengan tingkat kebutuhan operasi matra laut.
17

BAB III
STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA
(SKKNI) SUB BIDANG HIDROGRAFI

Dalam rangka pengembangan kompetensi dan


profesionalisme sumber daya manusia (SDM) penyelenggara
informasi geospasial, diperlukan adanya Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia di Bidang Informasi Geospasial
(SKKNI-IG). Standar Kompetensi Kerja (SKK) merupakan
pondasi dari Sistem Manajemen dan Pengembangan SDM
Berbasis Kompetensi4. Pada dasarnya, standar kompetensi
kerja adalah rumusan/deskripsi mengenai tiga hal pokok yang
berkaitan dengan kemampuan kerja sebagai berikut:

a. Apa yang seharusnya dikerjakan oleh


seseorang di tempat kerja sesuai dengan tugas
pekerjaan serta kondisi dan lingkungan kerjanya;

b. Sejauh mana kinerja yang diharapkan dapat


ditampilkan sesuai dengan tugas pekerjaan serta
kondisi dan lingkungan kerja sebagaimana butir
a;

c. Bagaimana caranya mengetahui/mengukur


bahwa dalam melaksanakan pekerjaan sebagaimana
dimaksud pada butir a, seseorang telah atau belum
mampu menampilkan kinerja yang diharapkan sebagai
mana dimaksud pada butir b.

SKKNI-IG diidentifikasi dan dirumuskan melalui analisis


fungsi-fungsi produktif dalam penyelenggaraan informasi
geospasial, mulai dari perencanaan penyelenggaraan IG,
pengumpulan data geospasial, pemrosesan data geospasial,

4
Keputusan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 95 Tahun 2017 Tentang
Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Aktivitas
Profesional, Ilmiah dan Teknis Golongan Pokok Aktivitas Arsitektur dan
Keinsinyuran Analisis dan Uji Teknis Bidang Informasi Geospasial.
18

pengelolaan data dan informasi geospasial, penyajian


informasi geospasial, pengawasan informasi geospasial
sampai kepada inovasi informasi geospasial. SKKNI-IG
dikembangkan dari Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia Sektor Jasa Perusahaan Konsultasi Sub Sektor
Jasa Konsultasi Survei dan Pemetaan Bidang Geomatika
yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP.
131/MEN/III/2007. Pengembangan SKKNI Bidang Geomatika
menjadi SKKNI-IG yang berlaku secara nasional di sektor
pemerintah maupun swasta, dilakukan melalui perluasan,
pengayaan dan reformulasi SKKNI Bidang Geomatika,
dengan mengakomodasikan penyelenggaraan informasi
geospasial di sektor swasta dan yang dilakukan secara
internasional di sejumlah negara.

Kegiatan pengembangan/transformasi SKKNI Bidang


Geomatika menjadi SKKNI-IG dilakukan melalui proses dan
kelembagaan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Nomor 5 Tahun 2012
Tentang Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional
serta Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. Nomor 3 Tahun
2016 Tentang Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia. Dalam SKKNI IG berisi semua
bidang kegiatan geospasial yang meliputi survei untuk
pemetaan darat, survei pemetaan melalui foto udara dan
remote sensing dan survei batimetri. Dalam SKKNI Sub
Bidang Hidrografi, telah disusun pemetaan dan daftar unit
kompetensi, yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
pelaksanaan uji komptensi survei Hidro-Oseanografi.

10. Pemetaan Kompetensi Informasi Geografi sub


Bidang Hidrografi

Untuk mempermudah pelaksanaan uji kopetensi bidang


hidrografi, dalam SKKNI Informasi Geografi sudah
menginventarisir kegiatan survei hidro-oseanografi yang
19

disesuaikan dengan tujuan utama pelaksanaan, fungsi kunci,


fungsi utama dan fungsi dasar pelaksanaan survei hidro-
oseanografi. Uraian tiap tahap kegiatan survei hidro-
oseanografi telah dijelaskan sesuai dengan kriteria-kriteria
yang ditentukan, untuk sebagai pegangan dalam asesor uji
hidrografi dalam menyusun bahan ujian kompetensi bidang
hidro-oseanografi yang akan diujikan.

Pemetaan kompetensi informasi geografi sub bidang


hidrografi seperti terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pemetaan Kompetensi Informasi Geografi Sub1


Bidang Hidrografi

Tujuan Fungsi Fungsi Utama Fungsi Dasar


Utama Kunci
Terlaksana- Perencana- Perencanaan Merencanakan
nya an penyelenggara- pekerjaan
penyeleng- penyelengga an IG Hidrografi pemetaan laut
garaan IG raan IG
secara Merencanakan
efektif dan survei hidrografi
efisin untuk pelabuhan
dan rekayasa
pesisir

Merencanakan
survei seismic
lepas pantai

Merencanakan
survei hidrografi
untuk pekerjaan
konstruksi

Merencanakan
pekerjaan
penginderaan
jauh
20

Tujuan Fungsi Fungsi Utama Fungsi Dasar


Utama Kunci
Merencanakan survei
hidrografi untuk
pekerjaan konstruksi
lepas pantai

Merencanakan
pekerjaan
penginderaan jauh
kelautan

Pengumpulan Merencanakan survei


Data hidrografi untuk
Geospasial perairan pedalaman
(DG) (inlandwaters)
Hidrografi
Mengukur kedalaman
secara konvensional

Membuat benchmark/
hydro pilar

Memantau keselamat-
an bernavigasi

Melakukan orientasi
lokasi benchmark/
hydro pilar

Mengemudikan kapal
pemeruman (small
boathandling)

Mengumpulkan data
sekunder untuk
keperluan survei

Mengamati pasut laut


21

Tujuan Fungsi Fungsi Fungsi Dasar


Utama Kunci Utama
Mengukur arus laut

Mengukur sifat fisik


dan mengambil
sampel air laut

Mengambil contoh
sedimen permukaan
dasar perairan
menggunakan grab
sampler

Mengambil contoh dan


mengukur angkutan
sedimen dasar
perairan

Mengamati
meteorology maritim

Mengukur tinggi muka


air di perairan
pedalaman (inland
waters)

Mengukur kedalaman
dengan Single Beam
Echosounder (SBES)

Mengukur gelombang
laut

Mengukur garis pantai


Mengukur posisi dan
mengamati
karakteristik sarana
bantu navigasi
22

pelayaran

Tujuan Fungsi Fungsi Fungsi Dasar


Utama Kunci Utama
Menentukan posisi di
permukaan laut

Mengoperasikan
peralatan dan
perangkat lunak Multi
Beam Echosounder
(MBES)

Mengoperasikan
peralatan dan
perangkat lunak
positioning dan
navigasi

Mengoperasikan
peralatan dan
perangkat lunak
magnetometer

Mengoperasikan
peralatan dan
perangkat lunak Side
Scan Sonar (SSS)

Mengoperasikan
peralatan dan
perangkat lunak Sub-
Bottom Profiler (SBP)
menggunakan pinge

Mengoperasikan
peralatan dan
perangkat lunak Sub-
Bottom Profiler (SBP)
menggunakan boomer
atau sparker
23

Tujuan Fungsi Fungsi Fungsi Dasar


Utama Kunci Utama
Mengoperasikan
peralatan dan
perangkat lunak Sub-
Bottom Profiler
(SBP) mengguna-
kan Minigun

Mengoperasikan
peralatan dan
perangkat lunak
untuk akuisisi data
2D high resolution
seismic

Mengoperasikan
peralatan dan
perangkat lunak
untuk penentuan
posisi dibawah laut

Mengoperasikan
peralatan dan
perangkat lunak
untuk peralatan
Autonomous
Underwater Vehicle
(AUV)

Menavigasikan dan
memposisikan
Remotely Operated
Vehicle (ROV)

Pemrosesan Menganalisis data


DG single beamecho
sounder (SBES)
24

Tujuan Fungsi Fungsi Fungsi Dasar


Utama Kunci Utama
Menganalisis data
kedalaman
dengan
multibeam echo
sounder (MBES)

Menganalisis data
pasut

Menganalisis
data arus laut

Menganalisis data
sifat fisik air laut

Menganalisis data
fitur dasar laut
menggunakan
side scansonar
(SSS)

Menganalisis data
fitur bawah dasar
laut

Menganalisis data
gelombang

Menganalisis data
penginderaan
Jauh untuk
batimetri
25

Tujuan Fungsi Fungsi Fungsi Dasar


Utama Kunci Utama
Menganalisis data
citra satelit
resolusi tinggi
untuk garis pantai

Menganalisis data
meteorology
maritim

Menganalisis data
sedimen dasar
perairan

PengeloLaan PengeloLaan Mengelola data


DG dan IG DG Dan IG hidrografi untuk
Hidrografi pemetaan laut

Mengelola data
hidrografi untuk
manajemen
pelabuhan dan
rekayasa pesisir

Mengelola data
hidrografi untuk
survei konstruksi
lepas pantai

Mengelola data
hidrografi untuk
perairan
pedalaman
(inlandwaters)
26

Tujuan Fungsi Fungsi Fungsi Dasar


Utama Kunci Utama
Pengelolaan Membangun basis
DG dan IG data untuk membuat
Kartografi produk kartografi

Penyajian Penyajian IG Melakukan visualisasi


IG Kartografi informasi geospasial
dalam Bentuk simbol
pada peta

Menyajikan peta

Pengawasan Pengawasan Mengawasi pekerjaan


IG IG Hidrografi pemetaan laut

Mengawasi pekerjaan
manajemen pelabuhan
dan rekayasa pesisir

Mengawasi pekerjaan
survei seismik lepas
pantai

Mengawasi pekerjaan
survei konstruksi lepas
pantai

Mengawasi pekerjaan
penginderaan jauh
kelautan

Mengawasi pekerjaan
survei hidrografi untuk
perairan pedalaman
(inland waters)
27

Tujuan Fungsi Fungsi Fungsi Dasar


Utama Kunci Utama
Inovasi Inovasi Mengembangkan metode
IG IG survei pemetaan laut yang
Hidrografi
efektif dan efisien

Menciptakan inovasi dalam


proyek manajemen Pelabuhan
dan rekayasa pesisir

Menciptakan inovasi dalam


proyek survei untuk konstruksi
lepas pantai

Menciptakan inovasi alam


survey hidrografi untuk
perairan pedalaman (inland
waters)

Menciptakan inovasi dalam


proyek survei penginderaan
jauh kelautan

Menciptakan inovasi dalam


proyek survei seismic lepas
pantai

Inovasi IG Menyelesaikan permasalahan


Katografi kartografis dalam pembuatan
peta

Mengembangkan konsep,
metode, dan teknik visualisasi
kartografi
28

11. Daftar Unit Kompetensi IG Sub Bidang Hidrografi.


Unit kompetensi berhubungan dengan pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
melaksanakan survei hidro-oseanografi yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pembuatan laporan dan
penggambaran hasil survei. Unit kompetensi disusun
menggunakan kode unit untuk memudahkan pencarian uraian
kerja yang akan dilakukan pada SKKNI. Daftar unit
kompetensi IG sub bidang hidrografi dapat dilihat pada table
2.

Tabel 2.Daftar Unit Kompetensi IG Sub Bidang Hidrografi

NO KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI


1 M.71IGN00.001.1 Menyusun Rancangan Kebijakan
Kegiatan

2 M.71IGN00.002.1 Menentukan Kriteria Kualitas Data

3 M.71IGN00.003.2 Merencanakan Pekerjaan


Pemetaan Laut

4 M.71IGN00.004.2 Merencanakan Survei Hidrografi


Pelabuhan dan Rekayasa Pesisir

5 M.71IGN00.005.2 Merencanakan Survei Seismik


Lepas Pantai

6 M.71IGN00.006.2 Merencanakan Survei Hidrografi


untuk Pekerjaan Konstruksi Lepas
Pantai

7 M.71IGN00.007.2 Merencanakan Pekerjaan


Penginderaan Jauh Kelautan

8 M.71IGN00.008.2 Merencanakan Survei Hidrografi


untuk Perairan Pedalaman (Inland
Waters)
29

9 M.71IGN00.033.2 Mengukur Sudut Horizontal,


Vertikal, dan Jarak

10 M.71IGN00.034.2 Mengukur Beda Tinggi dan Jarak

11 M.71IGN00.038.2 Mengukur Kedalaman Secara


Konvensional

12 M.71IGN00.039.1 Membuat Benchmark/Hydro Pilar

13 M.71IGN00.040.1 Memantau Keselamatan


Bernavigasi

14 M.71IGN00.042.1 Mengemudikan Kapal Pemeruman


(Small Boat Handling)

15 M.71IGN00.043.2 Mengumpulkan Data Sekunder


untuk Keperluan Survei

16 M.71IGN00.033.2 Mengukur Sudut Horizontal,


Vertikal, dan Jarak

17 M.71IGN00.044.2 Mengamati Pasut Laut

18 M.71IGN00.045.2 Mengukur Arus Laut

19 M.71IGN00.046.2 Mengukur Sifat Fisik dan


Mengambil Sampel Air Laut

20 M.71IGN00.047.1 Mengambil Contoh Sedimen


Permukaan Dasar Perairan
Menggunakan Grab sampler

21 M.71IGN00.048.2 Mengambil Contoh dan Mengukur


Angkutan Sedimen Dasar Perairan

22 M.71IGN00.049.1 Mengamati Meteorologi Maritim


30

23 M.71IGN00.050.1 Mengukur Tinggi Muka Air di


Perairan Pedalaman (Inland
Waters)

24 M.71IGN00.051.2 Mengukur Kedalaman dengan


Single Beam Echosounder (SBES)

25 M.71IGN00.052.1 Mengukur Gelombang Laut

26 M.71IGN00.053.1 Mengukur Garis Pantai

27 M.71IGN00.054.1 Mengukur Posisi dan Mengamati


Karakteristik Sarana Bantu
Navigasi Pelayaran

28 M.71IGN00.055.1 Menentukan Posisi di Permukaan


Laut

29 M.71IGN00.056.1 Mengoperasikan Peralatan dan


Perangkat Lunak Multi Beam
Echosounder (MBES)

30 M.71IGN00.057.1 Mengoperasikan Peralatan dan


Perangkat Lunak Positioning dan
Navigasi

31 M.71IGN00.058.1 Mengoperasikan Peralatan


dan Perangkat Lunak Magneto-
meter

32 M.71IGN00.059.1 Mengoperasikan Peralatan


dan Perangkat Lunak Side Scan
Sonar (SSS)

33 M.71IGN00.060.1 Mengoperasikan Peralatan dan


Perangkat LunakSub-Bottom
Profiler (SBP) Menggunakan
Boomer atau Sparker
31

34 M.71IGN00.061.1 Mengoperasikan Peralatan dan


Perangkat Lunak Sub-Bottom
Profiler (SBP) Menggunakan
Pinger

35 M.71IGN00.062.1 Mengoperasikan Peralatan


dan Perangkat Lunak Sub-Bottom
Profiler (SBP) Menggunakan
Minigun

36 M.71IGN00.063.1 Mengoperasikan Peralatan dan


Perangkat Lunak untuk Akuisisi
Data 2D High Resolution Seismic

37 M.71IGN00.064.1 Mengoperasikan Peralatan


dan Perangkat Lunak untuk
Penentuan Posisidi Bawah Laut

38 M.71IGN00.065.1 Mengoperasikan Peralatan dan


Perangkat Lunak untuk Peralatan
Autonomous Underwater Vehicle
(AUV)

39 M.71IGN00.066.2 Menavigasikan dan memposisikan


Remotely Operated Vehicle (ROV)

40 M.71IGN00.107.1 Membuat Laporan Hasil


Pengukuran

41 M.71IGN00.108.1 Melakukan Kontrol Kualitas


42 M.71IGN00.109.2 Mengolah Data Lanjutan
Perangkat Lunak yang Sesuai
43 M.71IGN00.110.1 Menganalisis Data Single Beam
Echo Sounder (SBES)
32

No Kode Unit Judul Unit Kompetensi

44 M.71IGN00.111.2 Menganalisis Data Kedalaman


dengan Multi Beam Echo Sounder
(MBES)
45 M.71IGN00.112.2 Menganalisis Data Pasut

46 M.71IGN00.113.2 Menganalisis Data Arus Laut

47 M.71IGN00.114.2 Menganalisis Data Sifat Fisik Air Laut

48 M.71IGN00.115.2 Menganalisis Data Fitur Dasar Laut


Menggunakan Side Scan Sonar (SSS)

49 M.71IGN00.116.2 Menganalisis Data Fitur Bawah Dasar


Laut
50 M.71IGN00.117.1 Menganalisis Data Gelombang

51 M.71IGN00.118.1 Menganalisis Data Penginderaan Jauh


untuk Batimetri

52 M.71IGN00.119.1 Menganalisis Data Citra Satelit


Resolusi Tinggi untuk Garis Pantai

53 M.71IGN00.120.1 Menganalisis Data Meteorologi Maritim

54 M.71IGN00.121.1 Menganalisis Data Sedimen Dasar


Perairan
55 M.71IGN00.188.1 Menyimpan Data dan Informasi Hasil
Pengukuran dan Pengolahan
56 M.71IGN00.189.2 Mengelola Data Hidrografi untuk P
Laut
57 M.71IGN00.190.2 Mengelola Data Hidrografi untuk
Manajemen Pelabuhan dan Rekayasa
Pesisir
33

No Kode Unit Judul Unit Kompetensi

58 M.71IGN00.191.2 Mengelola Data Hidrografi untu


Konstruksi Lepas Pantai

59 M.71IGN00.192.2 Mengelola Data Hidrografi untuk


Perairan
Pedalaman (Inland Waters)
60 M.71IGN00.222.1 Melakukan Pengamanan Sistem Web
Geographic Information System

61 M.71IGN00.223.1 Melakukan Visualisasi Informasi


Geospasial dalam Bentuk Simbol
pada Peta

62 M.71IGN00.224.1 Menyajikan Peta

63 M.71IGN00.225.1 Menggambar Hasil Pengamatan


Survei
64 M.71IGN00.226.1 Menyusun Laporan Produk
Informasi Geospasial Kewilayahan

65 M.71IGN00.227.1 Melakukan Jaminan Kualitas


Kegiatan
66 M.71IGN00.228.2 Mengawasi Pekerjaan Pemetaan
Laut
67 M.71IGN00.229.2 Mengawasi Pekerjaan Manajemen
Pelabuhan dan Rekayasa Pesisir

68 M.71IGN00.230.2 Mengawasi Pekerjaan Survei


Seismik Lepas Pantai

69 M.71IGN00.231.2 Mengawasi Pekerjaan Survei


Konstruksi Lepas Pantai

70 M.71IGN00.232.2 Mengawasi Pekerjaan


Penginderaan Jauh
Kelautan
34

No Kode Unit Judul Unit Kompetensi

71 M.71IGN00.233.2 Mengawasi Pekerjaan Survei


Hidrografi untuk Perairan Pedalaman
(Inland Waters)
72 M.71IGN00.237.1 Menjamin Mutu Peta

73 M.71IGN00.238.1 Melakukan Pengawasan Pekerjaan


Kartografi
74 M.71IGN00.241.1 Mengembangkan Kaidah Sistem
Referensi Geodetik Melalui
Pendekatan Inovasi dan Teruji
75 M.71IGN00.242.1 Mengembangkan Sistem
Referensi Vertikal
Melalui Pendekatan Inovasi
76 M.71IGN00.243.1 Mengembangkan Metode Penentuan
Posisi Teliti Melalui Pendekatan
Inovasi
77 M.71IGN00.244.1 Mengembangkan Kaidah Sistem
Referensi
78 M.71IGN00.245.1 GeodetikMelaluiPendekatanInovasi,O
Mengembangkan Kaidah
riginal danTeruji
Sistem Referensi Vertikal Melalui
Pendekatan Inovasi, Original dan
teruji
79 M.71IGN00.246.1 Mengembangkan Kaidah Penentuan
Posisi Teliti Melalui Pendekatan
Inovasi,Original dan Teruji

80 M.71IGN00.247.1 Mengembangkan Metode Survei


Pemetaan Laut yang Efektif dan
Efisien
81 M.71IGN00.248.1 Menciptakan Inovasi dalam Proyek
Manajemen Pelabuhan dan Rekayasa
Pesisir
35

No Kode Unit Judul Unit Kompetensi

82 M.71IGN00.249.1 Menciptakan Inovasi dalam Proyek


Survei
83 M.71IGN00.250.1 Menciptakan Inovasi dalam Survei
Hidrografi untuk Perairan Pedalaman
(Inland Water)
84 M.71IGN00.251.1 Menciptakan Inovasi dalam Proyek
Survei Penginderaan Jauh Kelautan

85 M.71IGN00.252.1 Menciptakan Inovasi dalam Proyek


Survei Seismik Lepas Pantai untuk
Konstruksi Lepas Pantai
36

BAB IV
STANDAR KOMPETENSI HIDROGRAFI SESUAI IHO

Pada Tahun 2009 IHO merestrukturisasi terbitannya dan


Standar M-5 diganti namanya menjadi S-5. Edisi kesebelas
mencakup bagian baru dan diperluas yang berkaitan dengan
pengakuan Skema yang mempertahankan kompetensi
individu di luar pendidikan dan pelatihan formal mereka5. S-5
memperkenalkan persyaratan untuk biaya yang harus dibayar
dengan mengirimkan organisasi.

12. Kategori Program dan Skema. Kategori program dan


skema untuk personel hidrografik ditentukan sehubungan
dengan latar belakang teoritis dan pengetahuan kerja mereka
yang berhasil lulus dari program semacam itu. Hanya kategori
A, kategori B dan Skema dari program yang dianggap sesuai
untuk pengakuan internasional.

a. Program Kategori A - Program yang menyediakan


pengetahuan komprehensif dan berbasis luas dalam
semua aspek teori dan praktik hidrografi dan disiplin
sekutu untuk individu yang akan menerapkan penalaran
analitis, pengambilan keputusan dan pengembangan
solusi untuk masalah non-rutin.

b. Program Kategori B - Program yang memberikan


pemahaman praktis tentang survei hidrografi bagi
individu yang memiliki keterampilan untuk melaksanakan
berbagai tugas survei hidrografi.

c. Unclassified Programs - Program pelatihan untuk


personel pendukung yang dipekerjakan dalam operasi
hidrografi. Program semacam itu didefinisikan sesuai
dengan persyaratan setempat dan tidak dimaksudkan
untuk pengakuan internasional.

5Publication S-5 11th Edition IHO, 2011 IHO, Standard of Competence


Hydrographic Surveyor, Monaco.
37

d. Skema - Sistem pengkajian, penilaian dan


pengakuan individu untuk memastikan bahwa dia
memiliki kompetensi yang relevan dan terkini untuk
melakukan peran seorang surveyor pada tingkat yang
sesuai.

13. Standar Minimum.

a. Subjek Dasar - Ini adalah subjek yang mendasari


semua aspek survei hidrografi. Mereka berisi
pengetahuan yang diperlukan untuk pengurangan,
penilaian akurasi dan perhitungan dari data yang
diamati, dan untuk memahami prinsip dan penggunaan
instrumen dan kapal hidrografi.

Bila pengetahuan tentang beberapa atau semua


subjek ini setidaknya Standar minimum adalah prasyarat
untuk masuk ke sebuah program, pengecualian dari
persyaratan agar program tersebut dapat mencakup
subjek yang relevan dapat dicari. Lihat bagian 3.2.j
sehubungan dengan pembebasan tersebut.

b. Subyek penting - Subyek ini dianggap penting


untuk semua surveyor hidrografi dan, bersama dengan
subjek dasar, membentuk inti silabus akademis dalam
Standar ini.

14. Unit Opsional. Mereka memberikan panduan tentang


hal-hal pelengkap yang mungkin ditawarkan oleh berbagai
program. Mereka membiarkan organisasi lebih fleksibel dalam
menawarkan program pelatihan yang berbeda. Disarankan,
namun tidak wajib, program tersebut menawarkan satu atau
lebih unit opsional.

a. Opsi 1 - Nautical Charting Hydrography - koleksi,


asimilasi dan presentasi data untuk mendukung navigasi
laut.
38

b. Opsi 2 - Hidrografi untuk Mendukung Pengelolaan


Pelabuhan dan Teknik Pesisir

- Survei hidrografi dalam mendukung pengelolaan


pelabuhan dan rekayasa pesisir.

c. Opsi 3 - Survei Seismik Offshore - survei hidrografi


untuk mendukung eksplorasi sumber daya dan
pengembangan.

d. Opsi 4 - Konstruksi Hidrografi Lepas Pantai -


survei hidrografi untuk mendukung operasi pengeboran,
konstruksi, pemipaan pipa dan kabel.

e. Opsi 5 - Remote Sensing - aplikasi untuk survei


hidrografi dan aktivitas terkait.

f. Opsi 6 - Hidrografi Militer - survei hidrografi untuk


mendukung operasi anti-kapal selam, peranjauan dan
amfibi.

g. Opsi 7 - Hidrografi Daratan Waters - operasi survei


hidrografi dalam kaitannya dengan sungai dan danau.

15. Pengetahuan. Dua aspek pengetahuan adalah konten


dan tingkat. Tiga tingkat pengetahuan didefinisikan. Untuk
setiap tingkat, daftar kata kerja aktif disediakan, yang
mencirikan kompetensi yang sesuai untuk tingkat itu.

a Dasar - Pengetahuan dasar tentang subjek,


biasanya tidak mengizinkan kandidat untuk
menerapkannya dalam pekerjaan hidrografi yang
sebenarnya, kecuali dalam kasus yang paling sederhana
atau di bawah pengawasan ketat. Kata kerja aktif
(menunjukkan, mengingat, mengenali dan memahami
materi): mendefinisikan, mengidentifikasi,
menggambarkan, menjelaskan, membedakan,
memprediksi.
39

b. Praktis - Pengetahuan tentang subjek sejauh


menyangkut teori dan prinsip, cukup memungkinkan
penerapannya dalam praktik dalam semua tugas
hidrografi yang umum. Kata kerja aktif (menunjukkan
aplikasi dan analisis): menerapkan, menggunakan,
menghitung, memecahkan, mengklasifikasikan,
menganalisa.

c. Detil - Pengetahuan menyeluruh tentang subjek


dalam semua aspeknya untuk memungkinkan
penerapannya dalam semua aktivitas hidrografi
termasuk area yang paling sulit. Kata kerja aktif
(menunjukkan sintesis dan evaluasi): mengevaluasi,
memilih, merancang, menentukan, merencanakan,
membuat.

Tingkat pengetahuan minimum untuk setiap subjek


untuk program Kategori A dan Kategori B dirinci dalam
Silabus, Bagian 6 di bawah ini. Untuk beberapa subjek,
persyaratan konten untuk program Kategori A dan
Kategori B juga berbeda.

16. Latihan Praktis dan Pelatihan Lapangan. Karena


hidrografi adalah disiplin yang diterapkan, setiap siswa yang
mengikuti program Kategori A dan B diharapkan mendapat
pengalaman langsung dari instruktur. Pengalaman ini harus
menjadi bagian penting dari penilaian siswa, dan harus
dipertimbangkan dalam dua bagian, yaitu:

a. Latihan Praktis - Program Kategori A dan B harus


berisi latihan survei hidrografi praktis yang berkaitan
dengan operasi lapangan. Ini harus mencakup,
misalnya, eksperimen, latihan, laboratorium dan kerja
lapangan yang dirancang untuk melengkapi komponen
teori.
40

b. Proyek Pelatihan Lapangan - Setiap program


kualifikasi juga harus mencakup periode agregat minimal
4 minggu pelatihan lapangan yang diawasi dan
dievaluasi, termasuk operasi peluncuran. Proyek-proyek
ini harus mencerminkan tingkat pengetahuan yang
diuraikan dalam silabus, dan sebuah laporan lengkap
harus disusun dan dievaluasi. Bagi siswa program
Kategori A, proyek multi-disiplin yang kompleks
dipertimbangkan.

17 Pengalaman. Dewan berpendapat bahwa surveyor


hidrografi harus memiliki pendidikan dan pengalaman untuk
melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif. Ini
menekankan bahwa periode agregat minimal dua tahun,
pengalaman lapangan yang bervariasi dalam survei hidrografi
diperlukan untuk mencapai tingkat kompetensi minimum dan
partisipasi aktif dalam penentuan posisi, pengukuran pasang
surut, pengukuran batimetrik dan sonar, survei lahan, dan
pengelolaan data secara tepat.

18. Pengakuan.

a. Pengakuan program. Dewan memberikan


pengakuan atas program yang memenuhi standar yang
diterima secara internasional. Dewan akan memberikan
pengakuan atas sebuah program (atau kombinasi
program yang sesuai) yang memenuhi Standar
minimum.

b. Pengakuan individu. Dewan tidak memberikan


pengakuan kepada individu.
41

BAB V
STANDAR KUALIFIKASI KOMPETENSI HIDROGRAFI DAN
OSEANOGRAFI YANG DIPERLUKAN UNTUK
MENDUKUNG SURVEI HIDRO-OSEANOGRAFI.

Pushidrosal sebagai lembaga hidrografi di Indonesia,


memiliki peran tidak hanya membina kegiatan surta hidros di
Indonesia, namun berperan pula membina “profesi surveyor
hidrografi” di Indonesia sebagai SDM Pushidrosal maupun
SDM yang berada di luar Pushidrosal. Secara internal (TNI
AL), Pushidrosal menjadi lembaga pembina profesi personel
perwira TNI AL untuk profesi Hidrografi dengan Kapushidrosal
selaku Kepala Profesi Hidrografi6. Peran ini belum
dilaksanakan dengan optimal, karena pola pembinaannya
adalah pembinaan personel perwira TNI/TNI AL yang
diarahkan untuk pada pembinaan karier personel perwira TNI
AL sesuai bidang profesi yang dimiliki. Sedangkan Suveyor
Hidrografi yang dihasilkan dari Sekolah Hidrografi suatu
negara merupakan profesi yang terukur kompetensinya sesuai
dengan standar kompetensi yang ditetapkan oleh IHO dalam
Standards of Competence for Hydrographic Surveyors S-5,
11th edition, 2010, sehingga kemampuan Surveyor Hidrografi
hasil didik sekolah tersebut yang berprofesi sebagai Surveyor
Hidrografi di Pushidrosal maupun di luar Pushidrosal harus
selalu terukur tingkat kompetensinya, karena hasil kerja para
surveyor hidrografi ini akan memberi dampak positif maupun
negatif pada para pengguna laut.

19. Sertifikasi Kompetensi Anggota Pushidrosal. Kondisi


saat ini, Pushidrosal belum melaksanakan pengukuran
kompetensi para Surveyor Hidrografi yang dimiliki untuk
mengetahui tingkat kemampuan/kelayakan sesuai kategori
yang dimilikinya7 (Surveyor Hidrografi Kategori “A” dan “B”).

6
Buku Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Profesi Personel Perwira TNI AL-
PUM TNI AL PERS-001.017 yang disahkan dengan Peraturan Kasal Nomor
Perkasal/40/X/2007 tanggal 17 Oktober 2007
7 Dishidros TNI AL, 2014, Naskah Akademik Tentang Aktualisasi

Pushidrosal Pada Eselon Kotama Pembinaan Hidro-Oseanografi TNI


Angkatan Laut, Jakarta
42

Tingkat kelayakan ini, seharusnya diukur dalam dua tahap


melalui uji kompetensi, yaitu pada tahap awal seorang calon
surveyor hidrografi yang telah menempuh pendidikan dari
Sekolah Hidrografi untuk dikukuhkan menjadi Surveyor
Hidrografi Kategori “B” (Basic Hydrographic Surveyor) dan
tahap lanjutan setiap Surveyor Hidrografi harus selalu diukur
tingkat kompetensinya secara periodik (setiap dua tahun), hal
ini perlu dilakukan untuk menjaga/merawat tingkat
kemampuan sesuai standar yang ditetapkan oleh IHO.

SDM di Pushidrosal yang berlatar belakang keilmuan


kartografi dan sistem informasi masih sangat kurang.
Tenaga-tenaga ahli dibidang pembuatan peta (cartographer) di
Pushidrosal, hingga saat ini, belum memiliki wadah pendidikan
formal yang memadai sesuai dengan ketentuan IHO dalam
Standards of Competence for Nautical Cartographers S-8, 3rd
editon,2010. Sebagian besar SDM yang berkecimpung di
dalam bidang kartografi dan sistem informasi diambil dari
bidang-bidang lain dengan berbekal pelatihan informal.
Meskipun untuk sementara waktu kebutuhan tersebut masih
dapat diatasi dengan bentuk pelatihan informal, namun
demikian keahlian formal kartografi dan sistem informasi
menjadi kebutuhan mutlak bagi Pushidrosal dihadapkan pada
semakin pesatnya kemajuan dan perkembangan teknologi
pemetaan dan sistem informasi. Kondisi saat ini, hasil didik
dari STTAL Jurusan Teknik Hidros dan Pusdikhidros, belum
dapat mengakomodasi pendidikan formal kartografi karena
masih terkendala pada sumber daya yang dimiliki, khususnya
pada keterbatasan tenaga pengajar kartografi dan
alins/alongins kartografi.

20. Pembentukan Dewan Pembina Profesi Surveyor


Hidrografi. Sebagai aktualisasi peran dan fungsi Pushidrosal
sebagai lembaga hidrografi nasional, secara internal perlu
dibentuk ”Dewan Pembina Profesi Surveyor Hidrografi”
yang bertanggung jawab melaksanakan fungsi pembinaan dan
pengawasan personel Hidros yang akan dikukuhkan sebagai
43

Surveyor Hidrografi maupun yang telah memiliki kriteria


sebagai ”Surveyor Hidrografi” (Kategori A, B, dan C).
Kedudukan Dewan Pembina Profesi Surveyor Hidrografi
bersifat “adhoc” dengan Kapushidrosal selaku Chief
Hydrographer sebagai Ketua Dewan, Wakapushidrosal
sebagai Pelaksana Harian dan Koorsahli sebagai Koordinator
Bidang Penilaian Profesi Surveyor Hidrografi yang
beranggotakan para pejabat Pushidrosal/Pusdikhidros/
Surveyor Hidrografi Senior selaku anggota penilai profesi dan
Kadisminpers/Palisahli surtahidros selaku Penanggung Jawab
Bidang Data Personel Surveyor Hidrografi, Dansatsurvei
selaku Penanggung Jawab Bidang Kode Etik Profesi Surveyor
Hidrografi, Diropssurta selaku Penanggung Jawab Bidang
Metode dan Teknis Surta Hidros, Danpusdikhidros selaku
Penanggung Jawab Bidang Pendidikan Surveyor Hidrografi,

Untuk memenuhi prosedur penilaian yang telah


ditetapkan tersebut, maka Pusdikhidros harus menyiapkan
dan menerbitkan “Buku Log Penilaian Kecakapan dan
Pengalaman Lapangan (log bookfor field proficiency and
experience)” serta mendistribusikannya kepada setiap Hasil
didiknya, termasuk pula hasil didik STTAL Jurusan Teknik
Hidros yang telah memenuhi persyaratan tersebut diatas.
Buku Log tersebut setelah dilengkapi dengan pengalaman
penugasan Surta Hidros di jajaran Pushidrosal (maupun di
tempat penugasannya masing-masing bagi Hasil Didik Non
TNI AL) dan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan,
maka harus diserahkan kembali kepada Danpusdikhidros
selaku penanggung jawab penyiapan SDM Surveyor
Hidrografi. Selanjutnya akan diajukan Danpusdikhidros kepada
Dewan Pembina Profesi Surveyor Hidrografi untuk dinilai
melalui tahapan Uji Kompetensi/Kelayakan Awal. Apabila
dinyatakan lulus, maka akan disahkan sebagai “Surveyor
Hidrografi” dan akan diterbitkan “Sertifikat Surveyor Hidrografi”
oleh Chief Hydrographer (Kapushidrosal).
44

KETUA DEWAN
PEMBINA PROFESI
SURVEYOR HIDROGRAFI

KAPUSHIDROSAL
(CHIEF HYDROGRAPHER)

PELAKSANA HARIAN

WAKAPUSHIDROSAL
(DEPUTY CHIEF HYDROGRAPHER)

PENANGGUNG JAWAB PENANGGUNG JAWAB PENANGGUNG JAWAB


BIDANG KODE ETIK PROFESI BIDANG METODE & TEKNIS BIDANG PENDIDIKAN
SURVEYOR HIDROGRAFI SURVEI HIDROGRAFI SURVEYOR HIDROGRAFI

DANSATSURVEI DIROPSSURTA DANPUSDIKHIDROS


(COMMADANT OF SURVEY FLEET) (DIRECTOR OF SURVEY AND MAPPING OPERATIONS) (CO OF NAVAL HYDRO-OCEANOGRAPHIC EDUCATION CENTER)

PENANGGUNG JAWAB
BIDANG PENILAIAN PROFESI SURVEYOR HIDROGRAFI

KOORSAHLI
(EXPERT STAFF COORDINATOR OF THE CHIEF HYDROGRAPHER)

ANGGOTA BIDANG PENILAIAN PENANGGUNG JAWAB


PROFESI SURVEIYOR HIDROGRAFI BIDANG BASISDATA PERSONEL
SURVEIYOR HIDROGRAFI
PEJABAT PUSHIDROSAL/
DANPUSDIKHIDROS/SURVEYOR KADISMINPERS/PALISAHLISURTAHIDROS
HIDROGRAFI SENIOR

Gambar 1. Struktur Organisasi Dewan Pembina Profesi


Surveyor Hidrografi

Bagi personel yang ditugaskan pada bagian di


Pushidrosal yang tidak terkait langsung dengan pengumpulan
data di lapangan, namun sudah mengikuti dan lulus
pendidikan surveyor hidrografi, maka Dewan Pembina Profesi
Surveyor Hidrografi dapat memberi saran kepada
Kapushidrosal selaku Chief Hydrographer agar personel
terkait diberikan kesempatan mengikuti kegiatan di lapangan
sehingga dapat mengisi Buku Log, sehingga personel terkait
akan memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan
predikat sebagai surveyor hidrografi dan mendapatkan
sertifikat. Hal ini berlaku pula bagi personel yang telah
menempuh pendidikan Kartografi Kategori B IHO.

Pushidrosal melaksanakan ”Uji Kompetensi/Kelayakan


Lanjutan ”secara berkala bagi personel Hidros yang telah
45

memilki Sertifikat Surveyor Kategori A, B, maupun C. Uji


Kompetensi Lanjutan tersebut dimaksudkan sebagai bagian
dari fungsi pembinaan dan pengawasan terhadap
profesionalisme Perwira dan Bintara Hidros yang telah
memiliki Sertifikat Surveyor Hidrografi dan Brevet Hidros
sesuai kualifikasinya.

Terkait dengan penyelenggaraan fungsi Pembinaan


Personel Hidros secara umum dan khusus (profesional),
Pushidrosal harus memiliki pedoman teknis maupun
pelaksanaannya agar pola pembinaan profesi Surveyor
Hidrografi di Pushidrosal maupun di Indonesia menjadi jelas
dan terarah. Terkait hal tersebut, dapat disarankan agar
Pushidrosal segera menyusun:

a. Petunjuk Teknis (Juknis) Pembinaan Personel


Hidros sebagai Surveyor Hidrografi;

b. Petunjuk Teknis (Juknis) Tugas dan Kewajiban


Dewan Pembina Profesi Surveyor Hidrografi;

c. Petunjuk Teknis (Juknis) Pengukuhan Surveyor


Hidrografi;

d. Petunjuk Teknis (Juknis) Penggunaan Brevet


Hidros di Lingkungan TNI Angkatan Laut;

e. Petunjuk Teknis (Juknis) Penilaian Kecakapan


Profesi Surveyor Hidrografi di Lingkungan TNI Angkatan
Laut; dan

f. Petunjuk Teknis (Juknis) Uji Kompetensi di


lingkungan Pushidrosal.
46

BAB VI
PENUTUP

Buku Standar Kualifikasi Kompetensi Hidrografi dan


Oseanografi Dalam Mendukung Survei Hidro-Oseanografi,
merupakan gambaran tentang Standar Kompetensi Hidrografi
dan Oseanografi Dalam Mendukung Survei Hidro-
Oseanografi, serta prosedur pembinaan profesi hidrografi bagi
anggota Pushidrosal. Buku ini masih memerlukan buku
petunjuk turunan, sebagai penjabaran lebih detil setiap
langkah uji kompetensi hidrografi.

Dengan diterbitkannya buku ini semoga dapat


memberikan manfaat bagi pembacanya dan dapat menambah
pengetahuan dalam memahami klasifikasi Standar
Kompetensi Hidrografi dan Oseanografi Dalam Mendukung
Survei Hidro-Oseanografi.

Jakarta, Oktober 2019


Kepala Pushidrosal,

Dr. Ir. Harjo Susmoro, S.Sos., S.H., M.H.


Laksamana Muda TNI
Hidrografi Bukan Hanya Sekedar Peta Laut
Hidrografi adalah Kunci Gerbang Perekonomian dan Ujung
Tombak Pertahanan Laut Suatu Negara

(Laksda TNI Dr. Ir. Harjo Susmoro, S.Sos., S.H., M.H.)

Anda mungkin juga menyukai