Anda di halaman 1dari 18

1.

Absorbpsi

Setelah obat diminum, obat ini akan mengalami disolusi di lambung. Setelah itu zat aktif akan
melewati dinding lambung / usus dan masuk ke pembuluh darah, proses inilah yang dinamakan
absorpsi.

Faktor yang mempengaruhi absorpsi diantaranya pH obat. Obat yang bersifat asam lemah akan
diabsorpsi di lambung karena di pH lambung adalah asam sehingga obat tersebut akan banyak
dalam bentuk molekul yang mudah untuk di absorpsi oleh dinding lambung. Untuk obat basa
lemah diabsorpsinya di usus.

2. Distribusi

Category Archives: Bakul


Bahan Kuliah

Farmakokinetika Obat-Model 1 Kompartemen


Terbuka Ekstravaskuler
Apr 3

Posted by denikrisna

Kalo sebelumnya kita bahas kinetika dalam model satu kompartemen terbuka pemberian
intravaskuler, kali ini kita ngomongin hal yg judulnya cuma berbeda di bagian ekstravaskuler.

Nah walau cuma beda antara kata ekstra- dan intra, tapi memberikan perbedaan yang besar
dalam kinetika obat. Dalam hal ini terutama yg kita bahas yang per oral. Emang beda seberapa
jauh sih?

Absorpsi
Dalam pemberian intra vena yang dibahas sebelumnya, proses ini ndak ada atau dianggap obat
terabsorpsi sangat cepat ke pembuluh darah. Pada pemberian per oral obat g langsung masuk ke
pembuluh darah, tp dia harus masuk ke lambung dulu dan diabsropsi entah di lambung/usus
tergantung pHnya (lebih lengkapnya liat disini)
tuh seperti gambar di atas setelah obat dari saluran Gastrointestinal (GI) diabsorpsi, baru dia bisa
masuk ke tubuh (kotak putih) di sinilah baru obat bisa berefek. Trus setelah selese ia diusir
dengan eliminasi.

Lah terus maksud tulisan di bawahnya?

Nah Dosis yang kita berikan itu g semuanya masuk ke pembuluh darah. Inget kalo
diintravaskuler DB0 = dosis yg kita berikan.

Pada ekstravaskuler jumlah obat yang diterima oleh obat g sama ama dosis yg kita berikan.
Pertama saat dia diabsorpsi ada sejumlah obat yang ilang. Ilang maksudnya ada obat yang g
keabsorpsi semua, terus selain itu setelah nembus lambung mereka masuk ke vena hepatic dan
dimetabolisme oleh hati di metabolisme lintas pertama (first pass effect).

Inilah yang dimaksud DGI atau jumlah obat yang ada di saluran gastrointestinal yang
menyangkut juga tentang laju absorbsi obat.

Selain itu ada juga DE atau jumlah obat yang dieliminasi

Sehingga jumlah obat yang diterima tubuh/dalam saluran darah sistemik (DB) itu tergantung
pada DGI dan DE seperti rumus di atas 🙂

Kurva kadar plasma-waktu


Kurva pada ekstravaskuler dan intravaskuler sudah terlihat kan bedanya? kalo di ekstravaskuler
ada fase absorpsinya.

Pada masing2 fase, perbedaan laju absorpsi dan eliminasi berbeda:

 Pada fase absorpsi : laju absorpsi obat lebih besar dari laju eliminasi (dDGI/dt > dDE/dt)
 Pada waktu konsentrasi puncak (Cmax) : laju eliminasi obat = laju absoprsi (dDGI/dt =
dDE/dt)
 Setelah obat mencapai puncak (fase pasca absorpsi) , obat2 tsb g langsung ilang semua.
tp ada beberapa obat yang masih berada di saluran cerna. Namun laju eliminasinya lebih
cepat dari laju absorpsinya (dDGI/dt < dDE/dt)
 Pada fase eliminasi dimana obat jumlahnya jauh berkurang, yang terjadi hanyalah
eliminasi. Fase absorpsi tidak terjadi dan dianggap nol. Fase eliminasi ini biasanya
mengikuti orde ke satu (dDB/dt = -KDB)

Model Absorpsi orde ke satu


kebanyakan obat mengikuti orde ke satu.Model ini menganggap laju absorpsi dan laju eliminasi
juga termasuk orde ke satu.

Seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa pada saat diabsorpsi obat tidak sepenuhnya sampai
di saluran sistemik. Parameter yang dipakai untuk menunjukkan fraksi obat yang sampai di
saluran sistemik yaitu F (bioavailabilitas). Selain itu ada pula Ka atau tetapan laju absorpsi obat
di saluran gastro intestinal.

dDGI / dt = – Ka x DGI x F

(Tanda minus hanya menunjukkan kadar obat di saluran GI berkurang)


atau jika diubah menjadi bentuk eksponensial

Do merupakan dosis awal yg diberikan

Sedangkan untuk eliminasi faktor yang berpengaruh adalah tetapan laju eliminasi K

dDE/dt = -K x DB

Sehingga jika kita memasukkan persamaan2 tersebut pada dDB/dt = dDGI/dt – dDE/dt menjadi:

dDB/dt = (Ka x DGI x F) – (K x DB)

atau bisa juga ditulis

Persamaan itu jika diutek2 bisa jadi persamaan untuk menghitung konsentrasi obat (Cp) dalam
plasma pada waktu t

Selain itu kita juga dapat mencari kadar puncak (Cmax) dengan rumus:

(adapted from Shargel, 2004)

harga A kita dapet dari antiln intersep ekstrapolasi kurva absorpsi.

harga B kita dapet dari antiln intersep ekstrapolasi kurva eliminasi

Metode2 Penetapan Ka
1. Metode Residual
Pada metode residual nilai Ka dianggap sangat besar dibanding K (Ka >>> K)

Sehingga laju absorpsi cepat dan absorspsinya dianggap sempurna

Persamaan Cp menjadi:

atau diperoleh juga

dimana A adalah suatu tetapan

sehingga persamaan Cp menjadi

Trus untuk mencari Ka langkah2nya:

1. Gambar konsentrasi obat vs waktu pada kertas semilog

2. Tentukan minimal 3 titik di bagian eliminasi yg lurus lalu buat regresi linier, kemudian
diekstrapolasi.

Dapet y = bx +a

b = slope = K (tetapan laju eliminasi)

a = intersep, anti ln a = B

3.) Tentukan 4 titik pertama di fase absorpsi

4. Cari kadar ekstrapolasi (C’) dengan cara memasukkan variabel waktu dari 4 titik di fase
absorpsi yg kita pilih     (3) ke persamaan regresi linier (2)

5. Cari kadar Residu (Cr) dengan cara: Kadar residu = kadar ekstrapolasi (C’) – Cp

6. Ubah Cr jadi bentuk ln

7. Regresi ln Cr vs t.
8. Ketemu y = bx + a

b = slope = Ka (Tetapan laju absorpsi)

a = intersep, anti ln a = A

9. Bisa nyari harga Cp max deh

(adapted from Shargel, 2004)

dan juga bisa nyari t max ( waktu dimana Cp max tercapai) ^^

tmax = ln (Ka/K) / Ka-K

Setelah dapet variabel A,B,K, dan Ka bisa nyari semuanya sih hhe

AUC 0-inf = (B/K) – (A/Ka)

Vd = (F x Ka x Do) / (Ka x AUC 0-inf)

Clearance total = K x Vd

t 1/2 absorpsi = 0,693 / Ka

t 1/2 eliminasi – 0,693 / K

2. Metode Wagner – Nelson


pada metode ini nantinya kita cari prosen obat yang tidak diabsorpsi (1-Ab/Abinf) vs T

Total dosis obat (Do) dihitung semuanya baik yg di dinding usus (DGI), urin (DU) maupun yg
ditubuh (DB).

Do = DGI + DB + DU

jika obat semua sudah diabsropsi (DGI = 0) persamaannya jadi : Do = DB + DU

Du sendiri dapat didapatkan dari: Du = k x Vd x (AUC)o-inf

parameternya:
Ab t = jumlah obat yang diabsorpsi pada waktu t

Ab = Cp x Vd + k x Vd (AUC)o-inf

fraksi obat yang masih harus diabsorpsi

sisa obat di GI tiap waktu

Langkah2 penentuan Ka

1. Gambar log konsentrasi obat vs waktu pada kertas semilog

2. Cari K dengan regresi linier t vs Cp

3. Cari (AUC)t-o dengan metode trapesium

untuk AUC yang terakhir gunakan rumus (Cp pada waktu terakhir / K)

4. Jumlahkan semua AUC hingga didapat (AUC)0-inf

5. Hitung K x (AUC)t-o untuk mendapatkan K (AUC)t-o

6. Untuk mencari Ab/Ab inf dapat digunakan rumus langsung

Cp kadar sesuai soal (data)

K didapat dari langkah nomor 2

(AUC)t-o didapat dengan metode trapesium

(AUC)inf merupakan jumlah semua AUC

7. Cari harga 1-Ab/Abinf


8. Regresi t vs 1-Ab/Abinf

dapet y = bx + a

b = Ka

Sekian dulu ya rangkuman ttg model 1 kompartemen terbuka ekstravaskuler

maaf g pake contoh soal karena sudah capek hhe ^^v

Ditulis dalam Farmakokinetika

2 Komentar

Farmakokinetika Obat-Model 1 Kompartemen


Terbuka Intravaskuler
Apr 3

Posted by denikrisna

Pada model satu kompartemen tubuh dianggap sebagai satu kesatuan. Jadi obat masuk dan secara
cepat terdistribusi ke semua bagian lalu obat juga dapat keluar dari tubuh karena merupakan
kompartemen terbuka.

Selain itu model kompartemen satu terbuka tidak menghitung kadar obat yang sebenarnya dalam
jaringan, tapi menganggap bahwa berbagai perubahan kadar obat dalam plasma mencerminkan
perubahan yang sebanding dengan kadar obat dalam jaringan.
Jadi saat kita analisis kadar obat dalam darah, maka nilai yg kita dapat dianggap sebanding
dengan kadar obat dalam jaringan.

Tapi konsentrasi obat dalam berbagai jaringan tidak sama pada berbagai waktu.

Model satu kompartemen terbuka intravena

Pada pemberian intravena, semua obat langsung masuk ke pembuluh darah dan didistribusikan.

Dalam hal ini volume dimana obat terlarut disebut Volume distribusi (Vd)

rumus:

 untuk orde 1

Vd = DB0 / Cp0

atau

Vd = Dosis / Cp0

dimana,

DB0 merupakan kadar obat dalam tubuh mula2 atau sama dengan dosis yg diberikan

Cp0 merupakan kadar obat dalam plasma mula2. didapat dari anti ln K pada
persamaan regresi linier t vs Cp

(n.b. kalo soal uts dapet yg model kompartemen 1 terbuka i.v nyari Vdnya pake ini aja.
baru kalo ditanya yg ekstravakular ini g bisa dipake)

 untuk yg mana aja (tidak tergantung orde)

Vd = Dosis yang diberikan secara i.v / (K x AUC)


K = tetapan laju eliminasi, didapat dari regresi linier t vs Cp

AUC = area under curve, pada model kompartemen satu terbuka i.v  dapat              digunakan
rumus: Cp0/K

Selain itu Vd dapat juga dinyatakan sebagai %

(Vd/berat badan) x 100% = %BB

Ada juga Tetapan Laju Eliminasi (K) yang terdiri dari:

Tetapan Laju eliminasi (K) = Tetapan Laju metabolisme (Km) + Tetapan Laju Eksresi
(Ke)

Pada model ini reaksi mengikuti REAKSI ORDE 1

Masih inget kan pada reaksi orde 1 persamaannnya pake log atau ln (mending pake ln sih
soalnya pake kalkulator jg hhe)

lnDBt = lnDB0 – kt

dimana,

DBt = jumlah obat dalam tubuh pada waktu t

DB0= jumlah obat dalam tubuh mula2 = dosis

atau jika yang diketahui adalah kadar obat dalam plasma=

lnCpt=lnCp0 – kt

Cpt = kadar obat dalam plasma pada waktu t

Cp0= kadar obat dalam plasma mula2

ntar kalo mau ngrubah jadi DB pake rumus ini: DB = Vd x Cp

Perhitungan dari data eksresi urin


Selain pake data darah, kita jg bisa pake data eksresi urin.

Sampel urin sering dipakai dalam studi farkin untuk mempelajari disposisi obat dan untuk
menentukan:

Tetapan laju eliminasi (K), Waktu paruh (t1/2), Clearance total (Clt)
namun sayangnya kalo lewat urin kita g bisa ngitung Vd, Vd cm bisa diitung pake data darah 🙂

Syarat metode urin valid:

1. minimal 10% obat dieksresikan dalam bentuk utuh di urin


2. digunakan / dilakukan water loading supaya kondisi tidak dehidrasi
3. penetapan kadar obatnya harus spesifik (selektif)
4. diperlukan pengosongan kandung kemih secara sempurna. Biasanya digunakan kateter
sehingga air secara difusi pasif akan mengalir keluar sendiri
5. Bila urin tidak segera dianalisis: jika sampel 20-50ml distabilkan dengan toluen sebanyak
0.5 – 1 ml dibekukan (toluen mencegah oksidasi urin)
6. Semua sampel urin harus dapat dikumpulkan. Dalam sampel urin yang penting jumlah
obatnya bukan kadar obatnya
7. lamanya pengambilan cuplikan urin 7-10x t1/2 (kalo sampel darah cuma 3-5x t1/2)

Clearance (Cl)
Clearance merupakan suatu parameter yang menyatakan kemampuan tubuh untuk mengeliminasi
obat tanpa mempersalahkan gimana mekanismenya.

dinyatakan dalam satuan volume / waktu (ml/jam atau ml/menit dll)

Clearance total (Clt) = Clearance renal (Clr) + Clearance hepatic (Clh)

Clearance total (Clt) = k x Vd

atau

Clearance total (Clt) = Dosis iv / AUC

Perhitungan K dari data urin


selain lewat darah, K juga dapat diitung dari data eksresi urin.

Laju eksresi urin jg dianggap sebagai orde 1

Du/dt = ke.DB

masukin aja data yg didapat ke persamaan berikut:

lnDu/dt = lnKe.DB0 – k x t mid

dimana,

Du = jumlah obat utuh yang dieksresikan lewat urin


Ke = tetapan laju eksresi ginjal

DB0 = jumlah obat dalam tubuh mula2 = dosis yang diberikan

t* = tmid atau waktu di antara pengambilan. misalnya di antara 0 – 5 berarti tmidnya 2,5

oia persamaan tersebut didapat dengan memplotkan data t vs logDu/dt

slope = -K/2,303

Metode untuk ngitung parameter2 pada pengambilan urin


1. Metode kecepatan eksresi obat

metode ini kayak (emang sama sih) ama perhitungan untuk nyari K

lnDu/dt = lnKe.DB0 – k x t mid

persamaan di atas dibuat dari regresi linier antara Du/t vs t mid

2. Metode sigma minus atau ARE (Amount of Drug Remaining to be Excreted)

metode ini agak lebih ribet daripada metode satunya. Kelemahannya pun lebih banyak. Namun
kadang2 lebih disukai karena fluktuasi data laju eliminasi lebih kecil.

rumusnya:

ln(Du inf – Du kum) = lnDuinf – kt

Du inf = jumlah total obat yang dieksresikan dalam urin

Du kum = jumlah kumulatif obat yang sudah dieksresikan

Du inf – Du kum = ARE = jumlah obat yang belum dieksresi

Comparison of those methods

1. Pengambilan data

 metode kecepatan eksresi tidak memerlukan pengambilan data sampai Du inf (tak
terhingga)
 ARE harus sampai D inf dan g boleh ilang satu sampel pun

2. Pengosongan kandung kemih


 metode kecepatan eksresi pengosongan kandung kencingnya harus sempurna biar valid
 ARE g masalah. yg diitung juga yg belum dikeluarin

3. Orde

 metode kecepatan eksresi bisa untuk orde satu dan nol


 ARE cm bisa untuk orde 1

4. Penentuan tetapan laju eksresi (Ke)

 metode kecepatan eksresi bisa


 ARE g bisa

Contoh Perhitungan
jeng jeng jeng jeng backsound detective conan (niru bio twit seseorang :P)

kalo g ada perhitungan bukan farkin namanya. yuk mari kita belajar perhitungan biar g cenat-
cenut besok,ahay!

Soal (diambil dari Shargel edisi 5 tp di kuliah jg ada hhe)

dari data tersebut diketahui:

berat badan = 50 kg

dosis obat = 20mg/kg

jadi dosis pemberiannya = 50 kg x 20 mg/kg = 1000 mg

kita coba ukur pake dua metode di atas yuk ^^


Metode kecepatan eksresi obat

nah untuk pake metode ini kan nantinya yg dibuat persamannya itu Du/t vs t mid

makanya kita perlu cari dua angka2 itu. 🙂

caranya?

Du/t =  Du(mg) dibagi ama waktu (jam) jadinya Du/t dalam satuan (mg/jam)

t mid = waktu tengah2 antara kedua waktu. contoh data ke 1 kan 0,25 dan data kedua 0,5
tmidnya jd 0,375. Lah yg untuk data pertama 0,25 gimana? tetep tmidnya dia setengah dari 0,25
saja yaitu 0,125

hasilnya

trus buat regresi linier t mid vs lnDu/t

kenapa? karena orde 1

jadinya persamaan kurva bakunya

y = bx + a

y = -0.6797x + 6.5479 atau y = 6.5479 – 0.6797x

mirip ama persamaan ini kan?

lnDu/dt = lnKe.DB0 – kt*

sehingga parameter lainnya


k = b = 0,6797/jam

t1/2 = 0,693/k = 0.693/0.6797 = 1,01 jam

ke = ln2/(t1/2) = ln 2 / 1,01 = 0.6798/jam

dari data di atas didapat bahwa harga k dan ke hampir sama, ini berarti hampir semua obat tidak
dimetabolisme dan didapat utuh di urin

Metode ARE

kan nanti dipake ARE vs tmid

ARE sendiri = D inf – D kum

D inf adalah harga D kumulatif terbesar / jumlah semua D

D kum adalah penjumlahan D

jadi nanti tabelnya seperti berikut:

trus buat regresi linier t mid vs lnARE

sisanya sama ama yg kaya di metode kecepatan eksresi

sekian dulu tentang model 1 kompartemen intravaskular.

yg ekstravaskular entah nututi atau g hhe

kalau ada kesalahan mohon koreksinya ^^b

Ditulis dalam Farmakokinetika


6 Komentar

Kenalan dengan Farmakokinetika!


Apr 2

Posted by denikrisna

Senin sudah uts! cenat cenut karena matkul pertama Farmakokinetika!

Farmakologi, farmakodinamik,
farmakokinetik, bedane opo cak?

Farmakologi sendiri sebenernya bisa dibagi 2: Farmakokinetika & Farmakodinamik

 Farmakodinamik: Mempelajari efek obat terhadap tubuh

misalnya parasetamol nanti cara kerjanya gimana? mekanisme analgetiknya gimana?

 Farmakokinetik : Mempelajari kinetika obat (absorbsi, distribusi, metabolisme, eksresi)


atau ada referensi yg menyebut pengaruh tubuh terhadap obat

misalnya berapa waktu paruh parasetamol di dalam tubuh? berapa konstanta absorbsi dan

eliminasinya?

Emang Penting ya?


Penting banget.

Tau kan antibiotik amoxicillin? sehari biasanya diminum 3x sehari

Ada juga obat yang namanya digoksin (obat jantung), sehari minumnya 1x sehari

Loh kok keduanya beda waktu pemakaiannya? ada yg 3x sehari ada yg 1x sehari?

Jawabannya: Karena perjalanan di dalam tubuh tidak sama (kinetika berbeda)

Rute tur jalan-jalan obat di dalam tubuh kita


(kinetika)
Saat kita minum obat, si obat ikut tur di dalam tubuh kita.

Rute turnya: Absorbsi – Distribusi – Metabolisme – Eksresi (disingkat ADME untuk


mempermudah)

Absorpsi

per oral

intra vena
Setelah obat diminum, obat ini akan mengalami disolusi di lambung. Setelah itu zat aktif akan
melewati dinding lambung / usus dan masuk ke pembuluh darah, proses inilah yang dinamakan
absorpsi.

Faktor yang mempengaruhi absorpsi diantaranya pH obat. Obat yang bersifat asam lemah akan
diabsorpsi di lambung karena di pH lambung adalah asam sehingga obat tersebut akan banyak
dalam bentuk molekul yang mudah untuk di absorpsi oleh dinding lambung. Untuk obat basa
lemah diabsorpsinya di usus.

Distribusi

Setelah obat ngelewati dinding usus/lambung, ia akan masuk ke aliran darah. Di aliran darah ia
akan dibawa jalan-jalan ke organ2.

Untuk obat yang dikonsumsi secara per oral obat itu dibawanya lewat vena hepatic ke hati

Metabolisme

Seperti yang dijelaskan di atas, untuk obat-obat ekstravaskular yang digunakan per oral ia akan
dibawa oleh vena hepatic ke hati. Jadi sebelum dibawa ke saluran sistemik obat2 per oral akan
masuk ke hati dulu untuk dimetabolisme oleh enzim Cytochrome P450 atau disebut mengalami
metabolisme lintas pertama, disebut jg first pass effect atau presystemic metabolism. Setelah itu
baru obat2 masuk ke saluran sistemik menuju jaringan2 targetnya.

Metabolisme obat bisa:

1. Merubah obat yang semula aktif menjadi bentuk tidak aktif

2. Merubah obat tidak aktif (prodrug) menjadi bentuk aktifnya

3. Tidak merubah sifat obat (aktif tetep aktif)

Selain itu metabolisme juga mengubah senyawa menjadi lebih polar. Supaya mudah larut dalam
urin untuk dikeluarkan

Eksreksi

Pengeluaran zat yg sudah dimetabolisme. Bisa berupa urin maupun feces

Anda mungkin juga menyukai