Absorbpsi
Setelah obat diminum, obat ini akan mengalami disolusi di lambung. Setelah itu zat aktif akan
melewati dinding lambung / usus dan masuk ke pembuluh darah, proses inilah yang dinamakan
absorpsi.
Faktor yang mempengaruhi absorpsi diantaranya pH obat. Obat yang bersifat asam lemah akan
diabsorpsi di lambung karena di pH lambung adalah asam sehingga obat tersebut akan banyak
dalam bentuk molekul yang mudah untuk di absorpsi oleh dinding lambung. Untuk obat basa
lemah diabsorpsinya di usus.
2. Distribusi
Posted by denikrisna
Kalo sebelumnya kita bahas kinetika dalam model satu kompartemen terbuka pemberian
intravaskuler, kali ini kita ngomongin hal yg judulnya cuma berbeda di bagian ekstravaskuler.
Nah walau cuma beda antara kata ekstra- dan intra, tapi memberikan perbedaan yang besar
dalam kinetika obat. Dalam hal ini terutama yg kita bahas yang per oral. Emang beda seberapa
jauh sih?
Absorpsi
Dalam pemberian intra vena yang dibahas sebelumnya, proses ini ndak ada atau dianggap obat
terabsorpsi sangat cepat ke pembuluh darah. Pada pemberian per oral obat g langsung masuk ke
pembuluh darah, tp dia harus masuk ke lambung dulu dan diabsropsi entah di lambung/usus
tergantung pHnya (lebih lengkapnya liat disini)
tuh seperti gambar di atas setelah obat dari saluran Gastrointestinal (GI) diabsorpsi, baru dia bisa
masuk ke tubuh (kotak putih) di sinilah baru obat bisa berefek. Trus setelah selese ia diusir
dengan eliminasi.
Nah Dosis yang kita berikan itu g semuanya masuk ke pembuluh darah. Inget kalo
diintravaskuler DB0 = dosis yg kita berikan.
Pada ekstravaskuler jumlah obat yang diterima oleh obat g sama ama dosis yg kita berikan.
Pertama saat dia diabsorpsi ada sejumlah obat yang ilang. Ilang maksudnya ada obat yang g
keabsorpsi semua, terus selain itu setelah nembus lambung mereka masuk ke vena hepatic dan
dimetabolisme oleh hati di metabolisme lintas pertama (first pass effect).
Inilah yang dimaksud DGI atau jumlah obat yang ada di saluran gastrointestinal yang
menyangkut juga tentang laju absorbsi obat.
Sehingga jumlah obat yang diterima tubuh/dalam saluran darah sistemik (DB) itu tergantung
pada DGI dan DE seperti rumus di atas 🙂
Pada fase absorpsi : laju absorpsi obat lebih besar dari laju eliminasi (dDGI/dt > dDE/dt)
Pada waktu konsentrasi puncak (Cmax) : laju eliminasi obat = laju absoprsi (dDGI/dt =
dDE/dt)
Setelah obat mencapai puncak (fase pasca absorpsi) , obat2 tsb g langsung ilang semua.
tp ada beberapa obat yang masih berada di saluran cerna. Namun laju eliminasinya lebih
cepat dari laju absorpsinya (dDGI/dt < dDE/dt)
Pada fase eliminasi dimana obat jumlahnya jauh berkurang, yang terjadi hanyalah
eliminasi. Fase absorpsi tidak terjadi dan dianggap nol. Fase eliminasi ini biasanya
mengikuti orde ke satu (dDB/dt = -KDB)
Seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa pada saat diabsorpsi obat tidak sepenuhnya sampai
di saluran sistemik. Parameter yang dipakai untuk menunjukkan fraksi obat yang sampai di
saluran sistemik yaitu F (bioavailabilitas). Selain itu ada pula Ka atau tetapan laju absorpsi obat
di saluran gastro intestinal.
dDGI / dt = – Ka x DGI x F
Sedangkan untuk eliminasi faktor yang berpengaruh adalah tetapan laju eliminasi K
dDE/dt = -K x DB
Sehingga jika kita memasukkan persamaan2 tersebut pada dDB/dt = dDGI/dt – dDE/dt menjadi:
Persamaan itu jika diutek2 bisa jadi persamaan untuk menghitung konsentrasi obat (Cp) dalam
plasma pada waktu t
Selain itu kita juga dapat mencari kadar puncak (Cmax) dengan rumus:
Metode2 Penetapan Ka
1. Metode Residual
Pada metode residual nilai Ka dianggap sangat besar dibanding K (Ka >>> K)
Persamaan Cp menjadi:
2. Tentukan minimal 3 titik di bagian eliminasi yg lurus lalu buat regresi linier, kemudian
diekstrapolasi.
Dapet y = bx +a
a = intersep, anti ln a = B
4. Cari kadar ekstrapolasi (C’) dengan cara memasukkan variabel waktu dari 4 titik di fase
absorpsi yg kita pilih (3) ke persamaan regresi linier (2)
5. Cari kadar Residu (Cr) dengan cara: Kadar residu = kadar ekstrapolasi (C’) – Cp
7. Regresi ln Cr vs t.
8. Ketemu y = bx + a
a = intersep, anti ln a = A
Setelah dapet variabel A,B,K, dan Ka bisa nyari semuanya sih hhe
Clearance total = K x Vd
Total dosis obat (Do) dihitung semuanya baik yg di dinding usus (DGI), urin (DU) maupun yg
ditubuh (DB).
Do = DGI + DB + DU
parameternya:
Ab t = jumlah obat yang diabsorpsi pada waktu t
Ab = Cp x Vd + k x Vd (AUC)o-inf
Langkah2 penentuan Ka
untuk AUC yang terakhir gunakan rumus (Cp pada waktu terakhir / K)
dapet y = bx + a
b = Ka
2 Komentar
Posted by denikrisna
Pada model satu kompartemen tubuh dianggap sebagai satu kesatuan. Jadi obat masuk dan secara
cepat terdistribusi ke semua bagian lalu obat juga dapat keluar dari tubuh karena merupakan
kompartemen terbuka.
Selain itu model kompartemen satu terbuka tidak menghitung kadar obat yang sebenarnya dalam
jaringan, tapi menganggap bahwa berbagai perubahan kadar obat dalam plasma mencerminkan
perubahan yang sebanding dengan kadar obat dalam jaringan.
Jadi saat kita analisis kadar obat dalam darah, maka nilai yg kita dapat dianggap sebanding
dengan kadar obat dalam jaringan.
Tapi konsentrasi obat dalam berbagai jaringan tidak sama pada berbagai waktu.
Pada pemberian intravena, semua obat langsung masuk ke pembuluh darah dan didistribusikan.
Dalam hal ini volume dimana obat terlarut disebut Volume distribusi (Vd)
rumus:
untuk orde 1
Vd = DB0 / Cp0
atau
Vd = Dosis / Cp0
dimana,
DB0 merupakan kadar obat dalam tubuh mula2 atau sama dengan dosis yg diberikan
Cp0 merupakan kadar obat dalam plasma mula2. didapat dari anti ln K pada
persamaan regresi linier t vs Cp
(n.b. kalo soal uts dapet yg model kompartemen 1 terbuka i.v nyari Vdnya pake ini aja.
baru kalo ditanya yg ekstravakular ini g bisa dipake)
AUC = area under curve, pada model kompartemen satu terbuka i.v dapat digunakan
rumus: Cp0/K
Tetapan Laju eliminasi (K) = Tetapan Laju metabolisme (Km) + Tetapan Laju Eksresi
(Ke)
Masih inget kan pada reaksi orde 1 persamaannnya pake log atau ln (mending pake ln sih
soalnya pake kalkulator jg hhe)
lnDBt = lnDB0 – kt
dimana,
lnCpt=lnCp0 – kt
Sampel urin sering dipakai dalam studi farkin untuk mempelajari disposisi obat dan untuk
menentukan:
Tetapan laju eliminasi (K), Waktu paruh (t1/2), Clearance total (Clt)
namun sayangnya kalo lewat urin kita g bisa ngitung Vd, Vd cm bisa diitung pake data darah 🙂
Clearance (Cl)
Clearance merupakan suatu parameter yang menyatakan kemampuan tubuh untuk mengeliminasi
obat tanpa mempersalahkan gimana mekanismenya.
atau
Du/dt = ke.DB
dimana,
t* = tmid atau waktu di antara pengambilan. misalnya di antara 0 – 5 berarti tmidnya 2,5
slope = -K/2,303
metode ini kayak (emang sama sih) ama perhitungan untuk nyari K
metode ini agak lebih ribet daripada metode satunya. Kelemahannya pun lebih banyak. Namun
kadang2 lebih disukai karena fluktuasi data laju eliminasi lebih kecil.
rumusnya:
1. Pengambilan data
metode kecepatan eksresi tidak memerlukan pengambilan data sampai Du inf (tak
terhingga)
ARE harus sampai D inf dan g boleh ilang satu sampel pun
3. Orde
Contoh Perhitungan
jeng jeng jeng jeng backsound detective conan (niru bio twit seseorang :P)
kalo g ada perhitungan bukan farkin namanya. yuk mari kita belajar perhitungan biar g cenat-
cenut besok,ahay!
berat badan = 50 kg
nah untuk pake metode ini kan nantinya yg dibuat persamannya itu Du/t vs t mid
caranya?
Du/t = Du(mg) dibagi ama waktu (jam) jadinya Du/t dalam satuan (mg/jam)
t mid = waktu tengah2 antara kedua waktu. contoh data ke 1 kan 0,25 dan data kedua 0,5
tmidnya jd 0,375. Lah yg untuk data pertama 0,25 gimana? tetep tmidnya dia setengah dari 0,25
saja yaitu 0,125
hasilnya
y = bx + a
dari data di atas didapat bahwa harga k dan ke hampir sama, ini berarti hampir semua obat tidak
dimetabolisme dan didapat utuh di urin
Metode ARE
Posted by denikrisna
Farmakologi, farmakodinamik,
farmakokinetik, bedane opo cak?
misalnya berapa waktu paruh parasetamol di dalam tubuh? berapa konstanta absorbsi dan
eliminasinya?
Ada juga obat yang namanya digoksin (obat jantung), sehari minumnya 1x sehari
Loh kok keduanya beda waktu pemakaiannya? ada yg 3x sehari ada yg 1x sehari?
Absorpsi
per oral
intra vena
Setelah obat diminum, obat ini akan mengalami disolusi di lambung. Setelah itu zat aktif akan
melewati dinding lambung / usus dan masuk ke pembuluh darah, proses inilah yang dinamakan
absorpsi.
Faktor yang mempengaruhi absorpsi diantaranya pH obat. Obat yang bersifat asam lemah akan
diabsorpsi di lambung karena di pH lambung adalah asam sehingga obat tersebut akan banyak
dalam bentuk molekul yang mudah untuk di absorpsi oleh dinding lambung. Untuk obat basa
lemah diabsorpsinya di usus.
Distribusi
Setelah obat ngelewati dinding usus/lambung, ia akan masuk ke aliran darah. Di aliran darah ia
akan dibawa jalan-jalan ke organ2.
Untuk obat yang dikonsumsi secara per oral obat itu dibawanya lewat vena hepatic ke hati
Metabolisme
Seperti yang dijelaskan di atas, untuk obat-obat ekstravaskular yang digunakan per oral ia akan
dibawa oleh vena hepatic ke hati. Jadi sebelum dibawa ke saluran sistemik obat2 per oral akan
masuk ke hati dulu untuk dimetabolisme oleh enzim Cytochrome P450 atau disebut mengalami
metabolisme lintas pertama, disebut jg first pass effect atau presystemic metabolism. Setelah itu
baru obat2 masuk ke saluran sistemik menuju jaringan2 targetnya.
Selain itu metabolisme juga mengubah senyawa menjadi lebih polar. Supaya mudah larut dalam
urin untuk dikeluarkan
Eksreksi