BAB V
KELENGKAPAN GAMBAR
5.1. UMUM
Suatu gambar teknik sipil untuk perencanaan proyek jalan, misalnya, harus dilengkapi
gambar-gambar yang mendukung terlaksananya proyek tersebut tanpa menimbulkan
konflik atau interpretasi yang berbeda bagi setiap unsur yang terlibat dalam pelaksanaan
proyek tersebut.
Biasanya gambar perencanaan yang lengkap terdiri atas :
1. Halaman sampul.
2. Daftar gambar.
3. Daftar singkatan dan simbol.
4. Gambar situasi.
5. Denah perencanaan jalan (plan).
6. Potongan memanjang (profile).
7. Potongan melintang jalan (cross section).
8. Denah perencanaan drainase.
9. Potongan memanjang saluran.
10. Gambar detail.
11. Gambar perencanaan traffic engineering.
12. Gambar standard.
Daftar gambar ini hampir sama dengan daftar isi pada buku. Pada lembar ini dimuat
daftar judul gambar secara ber-urutan. Setiap lembar gambar diberi kode dengan
menggunakan huruf kapital sebagai singkatan nama judulnya. Untuk gambar yang
sejenis diletakkan pada lembar yang saling berdekatan. Untuk membedakan antara
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V-1
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab V Kelengkapan Gambar
lembar satu dengan lainnya, pada tiap lembar diberi kode nomor urut yang diletakkan
setelah huruf kapital tersebut diatas. Nomor urut tersebut menunjukkan jumlah
lembarnya.
Agar tidak terjadi salah pengertian terhadap simbol, kode huruf maupun istilah
(khususnya istilah asing) maka perlu disediakan lembar gambar khusus yang
mencantumkan arti dari simbol, kode maupun istilah yang digunakan dalam gambar
perencanaan / kerja.
Pada gambar situasi ini mengkaitkan letak proyek yang akan dibangun terhadap daerah
sekitarnya yang telah dikenal oleh masyarakat secara umum. Biasanya gambar situasi ini
merupakan gambar peta untuk suatu wilayah tertentu. Untuk mempermudah dalam
menentukan lokasi yang akan dibangun, biasanya diberikan keterangan-keterangan
seperlunya.
Panjang suatu proyek jalan biasanya sampai ratusan meter atau beberapa kilometer.
Oleh karena itu gambar denah jalan dibagi-bagi menjadi beberapa bagian. Biasanya
pada sumbu jalan dipasang titik-titik pembantu dengan interval jarak tertentu, misalnya
setiap 50 m, titik-titik tersebut disebut station atau disingkat STA. Angka dibelakang huruf
STA menunjukkan jarak diukur dari station yang pertama yaitu STA. 0. Dari denah, dapat
diketahui antara lain : letak jalan, bentuk dan arah jalan, panjang dan lebar jalan serta
fasilitas-fasilitas jalan.
Pada gambar potongan memanjang disamping gambar titik-titik station juga disajikan
ketinggian (peil/level) dari permukaan tanah yang ada, rencana permukaan jalan, dan
rencana dasar saluran.
Potongan melintang digambar untuk jarak tertentu dari penampang jalan, biasanya
diambil potongan pada setiap station. Disamping itu dapat pula dibuat potongan
melintang diluar titik station apabila pada tempat tersebut ingin ditampilkan hal-hal yang
khusus, misalnya terdapat tiang penerangan jalan dsb. Dari potongan melintang ini dapat
diketahui antara lain : bentuk lapisan perkerasan jalan, ukuran lebar maupun tinggi,
kemiringan jalan, fasilitas jalan, misalnya saluran air, trotoir (side walk), dinding penahan
tanah, pagar jalan, penerangan jalan dll.
Dari gambar denah drainase dapat diketahui antara lain : letak saluran air terhadap
badan jalan, arah pengaliran air, model konstruksi saluran terbuka maupun saluran
tertutup.
Pada potongan memanjang ini disamping letak titik-titik station juga dicantumkan
ketinggian permukaan tanah dan dasar saluran yang direncanakan. Sehingga melalui
gambar potongan ini dapat dihitung jumlah galian maupun urugan tanah untuk
pembuatan saluran air.
Traffic engineering dibuat dengan denah tersendiri agar tidak rancu dengan gambar-
gambar yang lainnya. Gambar perencanaan traffic engineering memuat antara lain :
perencanaan rambu lalu-lintas, marka jalan, penerangan jalan, pengaturan traffic light,
dll.
Pelatihan Site Inspector of Bridge (SIB) V-3
Modul SIB 04 : Membaca Gambar Bab V Kelengkapan Gambar
Gambar rencana akhir minimal harus terdiri sebagai berikut ini jika tidak ditentukan lain :
a) Sampul luar (cover) dan sampul dalam.
b) Daftar isi.
c) Peta lokasi proyek.
d) Peta lokasi sumber bahan material (quarry)
e) Daftar simbol dan singkatan.
f) Daftar bangunan pelengkap
g) Daftar rangkuman volume pekerjaan.
h) Alinyemen Horizontal (plan) digambar di atas peta situasi skala 1 : 500 untuk
jembatan dengan interval garis tinggi 1 meter dan dilengkapi dengan data yang
dibutuhkan.
i) Alinyemen Vertikal (profile) digambar dengan skala horizontal 1 : 500 untuk jembatan
dan skala vertikal 1 : 100 yang mencakup data yang dibutuhkan.
j) Potongan Melintang (Cross Section) digambar untuk setiap titik STA (maximum
interval 50 meter), dibuat dengan skala horizontal 1 : 100 dan skala vertikal 1 : 50.
Dalam gambar potongan melintang harus mencakup :
Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana muka jalan dan jembatan
Profil tanah asli dan profil / dimensi RUMIJA (ROW) rencana
Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan
Data kemiringan lereng galian / timbunan (bila ada)
k) Potongan Melintang Tipikal (Typical Cross Section) harus digambar dengan skala
yang pantas dan memuat semua informasi yang diperlukan antara lain :
Gambar konstruksi existing yang ada.
Penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada ketinggian yang berbeda-
beda.
Penampang pada daerah perkotaan dan daerah luar kota.
Rincian konstruksi perkerasan.
Penampang bangunan pelengkap.
Bentuk dan konstruksi bahu jalan, median.
Bentuk dan posisi saluran melintang (bila ada).
l) Gambar standar yang mencakup antara lain gambar bangunan pelengkap, drainase,
rambu jalan, marka jalan, dan sebagainya.
m) Gambar detail bangunan bawah dan bangunan atas jembatan.
n) Keterangan mengenai mutu bahan dan kelas pembebanan.
BAB VI
SISTEMATIKA DAN CONTOH GAMBAR
SAMPUL SAMPUL
A UMUM
1. A/1/1 Daftar gambar
2. A/2/1 Peta lokasi proyek
3. A/2/2 Key Plan
4. A/2/3 Peta Quarry
5. A/3 Abbreviations, Legend & Keterangan umum
6. A/4 Daftar Kuantitas Pekerjaan
B TYPICAL CROSS SECTION
7. B/1 Typical Cross Section Type I
8. B/2 Typical Cross Section Type II
C ALIGNMENT LAYOUT
9. B/1 Alignment Layout STA 0+000 – 0+750
10. B/2 Alignment Layout STA 0+750 – 1+500
D PLAN & PROFILE
11. D/1 Plan & Profile STA 0+000 - 0+750
12. D/2 Plan & Profile STA 0+750 - 1+500
E CROSS SECTION
13. E/1 Cross Section STA 0+000 - 0+500
14. E/2 Cross Section STA 0+500 - 1+000
F INTERSECTION
15. F/1/1 Plan of Intersection STA 5+000
16. F/1/2 Cross Section of Intersection STA 5+000
17. F/1/3 Intersection Details STA 5+000
G STRUKTUR
18. G/1/1 Tampak samping jembatan
19. G/1/2 Denah / tampak atas jembatan
20. G/1/3 Longitudinal & Cross Section
21. G/1/4 Girder Detail & Reinforcement
22. G/1/5 Bar Reinforcement of Girder
23. G/1/6 Deck Slab Detail & Reinforcement
24. G/1/7 Bar Reinforcement of Deck Slab
25. G/1/8 Railing Detail & Reinforcement
26. G/1/9 Bar Reinforcement of Railing
27. G/1/10 Detail of Abutment & Reinforcement
28. G/1/11 Bar Reinforcement of Abutment
29. G/1/12 Detail pondasi
30. G/1/13 Detail Expansion Joint
H DRAINASE
31. H/1/1 Plan & Longitudinal Section STA 0+000 - 0+750
32. H/2/1 Ditch – Type I
33. H/3/1 Inlet & Outlet Structure Drain – Type I
34. H/4/1 Catch Basins – Type I
35. H/5/1 Reinforced Concrete Pipe Culvert
36. H/5/2 Headwall for Pipe Culvert – Type I
37. H/6/1 Box Culvert – Type I
38. H/6/3 Box Culvert Bar Reinforcement – Type I
39. H/6/5 Box Culvert Detail – Type I
40. H/6/7 Single Cell Slab Culvert – Type I
41. H/6/8 Multi Cell Slab Culvert – Type II
42. H/6/9 Slab Culvert Reinforcement
43. H/6/10 Sub Surface Drain
I RETAINING WALL & SLOPE PROTECTION
44. I/1/1 Retaining Wall & Slope Protection– Type I
45. I/1/2 Retaining Wall & Slope Protection– Type II
46. I/2/1 Bar Reinforcement
47. I/3 River Bank Slope Protection
48. I/4 Rip-rap Slope Protection
J MISCELLANEOUS & STANDARD DRAWING
49. J/1 Curb
50. J/2/1 Median
51. J/3 Concrete Barrier
52. J/4/1 Side-walk
53. J/5/1 Island
54. J/6/1 U-Turn – Type I
55. J/7 Truck Parking Area
56. J/8/1 Traffic Signs
57. J/9/1 Road Marking
58. J/10 Guardrail
59. J/11 KM Post
60. J/12/1 Lighting – Type I
61. J/13 Bus Bay
62. J/14/1 Lanscape Plan
63. J/14/2 Detail planting plan
64. J/14/3 Description of planting plan
Pada lampiran diberikan contoh gambar dari beberapa proyek yang telah ada, dan
contoh dari proyek-proyek dari instansi : Kimpraswil, Dinas Pekerjaan Umum DKI
Jakarta, dan dari PT. Jasa Marga (Persero). Nampak bahwa masing-masing instansi
mempunyai format yang tidak sama, tetapi pada dasarnya mempunyai pengertian
gambar yang harus di-interpretasikan sama oleh pelaku proyek.
RANGKUMAN
Perencanaan jalan baru ini juga berlaku untuk perencanaan rekonstruksi jalan (full depth
pavement) pada peningkatan jalan. Metode perencanaan didasarkan pada buku Petunjuk
Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen
No. SNI 1732-1989-F.
Pada dasarnya jenis bangunan atas jembatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Balok dan pelat (beam & slab).
Pelat (slab).
Culvert.
Box girder.
Rangka baja.
Perencanaan struktur jembatan meliputi:
1. Metode analisis
Untuk memenuhi persyaratan untuk kestabilan, kekuatan dan batas layan, pengaruh
aksi pada struktur dan komponennya harus ditentukan berdasarkan pendekatan
sebagai berikut :
Struktur diasumsikan elastis linier
Metode analisis berdasarkan pendekatan fleksibilitas atau kekakuan
Pengaruh efek P delta dapat memperhitungkan dalam analisis struktur
2. Tahapan analisis
Perencanaan balok jembatan harus mempertimbangkan penampang komposit dan
penampang non komposit sesuai dengan langkah-langkah pelaksanaan konstruksi di
lapangan.
3. Penempatan beban lalu lintas
Jika jembatan merupakan suatu sistem struktur statis tertentu (bentang tunggal),
maka beban lalu lintas diletakkan sepanjang bentang. Dalam hal ini, beban terpusat
diletakkan di tengah bentang.
Jika jembatan merupakan suatu sistem struktur statis tak tentu (bentang banyak)
maka beban lalu lintas harus diletakkan pada bentang-bentang yang menghasilkan
gaya-gaya dalam terbesar di tengah bentang dan di perletakan seperti diuraikan di
bawah ini.
Dalam melaksanakan perencanaan harus dengan menggunakan perangkat lunak yang
kompatibel seperti perangkat MOSS atau AD-CAD (perencanaan teknis harus dilakukan
secara compturized program). Perangkat lunak untuk analisis struktur dan analisis
perencanaan teknis lain terkait harus mendapat persetujuan Pengguna Jasa.
Gambar rencana akhir minimal harus terdiri sebagai berikut ini jika tidak ditentukan lain :
a) Sampul luar (cover) dan sampul dalam.
b) Daftar isi.
c) Peta lokasi proyek.
d) Peta lokasi sumber bahan material (quarry)
e) Daftar simbol dan singkatan.
f) Daftar bangunan pelengkap
g) Daftar rangkuman volume pekerjaan.
h) Alinyemen Horizontal (plan) digambar di atas peta situasi skala 1 : 500 untuk
jembatan dengan interval garis tinggi 1 meter dan dilengkapi dengan data yang
dibutuhkan.
i) Alinyemen Vertikal (profile) digambar dengan skala horizontal 1 : 500 untuk jembatan
dan skala vertikal 1 : 100 yang mencakup data yang dibutuhkan.
j) Potongan Melintang (Cross Section) digambar untuk setiap titik STA (maximum
interval 50 meter), dibuat dengan skala horizontal 1 : 100 dan skala vertikal 1 : 50.
Dalam gambar potongan melintang harus mencakup :
Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana muka jalan dan jembatan
Profil tanah asli dan profil / dimensi RUMIJA (ROW) rencana
Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan
Data kemiringan lereng galian / timbunan (bila ada)
k) Potongan Melintang Tipikal (Typical Cross Section) harus digambar dengan skala
yang pantas dan memuat semua informasi yang diperlukan antara lain :
Gambar konstruksi existing yang ada.
Penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada ketinggian yang berbeda-
beda.
Penampang pada daerah perkotaan dan daerah luar kota.
Rincian konstruksi perkerasan.
Penampang bangunan pelengkap.
Bentuk dan konstruksi bahu jalan, median.
Bentuk dan posisi saluran melintang (bila ada).
l) Gambar standar yang mencakup antara lain gambar bangunan pelengkap, drainase,
rambu jalan, marka jalan, dan sebagainya.
m) Gambar detail bangunan bawah dan bangunan atas jembatan.
n) Keterangan mengenai mutu bahan dan kelas pembebanan.
DAFTAR PUSTAKA
6. Direktorat Jenderal Bina Marga, (1976), Manual Pemeriksaan Bahan Jalan No.
01/MN/BM/1976, Departemen Pekerjaan Umum dan tenaga Listrik.
7. Direktorat Jenderal Bina Marga, Pengambilan Data Lapangan untuk IBRD Rolling
Beterment Programme, Bipran Central Design Office, May 1986.
9. Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Bina Program Jalan, Second Nine
Provinces Road, Rehabilitation Project, Buku 3, “Spesifikasi Umum”.
10. Direktorat Jenderal Bina Marga, Central Quality Control & Monitoring unit, Manual
Supervisi Lapangan untuk Pengendalian Mutu pada Kontrak Pemeliharaan dan
Peningkatan jalan, Agustus 1988.
11. Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Pedoman
Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Wilayah Perkotaan, No. 010/BNKT/1990.
12. Direktorat Jenderal Bina marga, Bina Program Jalan, Dokumen Rujukan RD
3.1.2., Pedoman untuk Pengumpulan Rutin Data untuk Disain, Oktober 1989.
13. Direktorat Jenderal Bina Marga, Bina Program Jalan, Design Parameters and
Models for the Roadworks Design System.
14. Direktorat Jenderal Bina Marga, Bina Program Jalan, Sistim Perhitungan Lalu
Lintas Rutin, Petunjuk Pelaksanaan thn 1984/1985 ; Jakarta, Maret 1984.
16. Horison, Jack.A, Correlation of CBR and Dynamic Cone Penetrometer Strength
measurement of soils, Thesis for MSc degree in Highway Engineering and
Development, August 1984.
17. Djoko Untung Soedarsono, Konstruksi Jalan Raya, Badan Penerbit Pekerjaan
Umum, cetakan pertama, 1979.
18. Konferensi Tahunan Teknik Jalan ke 4, Jakarta 19-21 Nopember ’90, Volume 4,
Teknik Lalu Lintas dan Transportasi.
19. M.W.Witczak, Pavement Design Seminars for Bina Marga, Indonesian Highway
Departement, Bandung, Indonesia, February 9-10, 1979.