Anda di halaman 1dari 7

Proses Politik dalam

Perencanaan dan Penganggaran


Dominirsep Dodo
Pengantar...
• Kebijakan Kesehatan dibuat untuk meningkatkan status kesehatan.
• Kebijakan kesehatan hadir dalam sistem kesehatan yang sangat “kompleks”
→ termasuk partai politik. Efektivitasnya ditentukan oleh “proses politik”.
• Agenda kesehatan → Agenda politik, bila diubah menjadi isu politik
(dipolitisir).
• Dukungan politik berkorelasi dengan dukungan terhadap sektor kesehatan.
Politik “bicara” tentang mempertahankan kekuasaan melalui suara
“pemilih” (votes) → the major party and the ruling party.
• Proses Politik → pembuatan kebijakan : identifikasi masalah, agenda
kebijakan, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi dan
evaluasi.
Variabel Politik → (Planning and Budgeting)
• Variabel: kekuasaaan, kepentingan dan nilai-nilai.
• Contoh Konkrit:
1. Bupati tidak mengeluarkan dana untuk sektor kesehatan
karena tidak meningkatkan PAD.
2. Bupati tidak mengeluarkan dana Taktis kalau ada KLB
3. Dinas Kesehatan menjalankan kegiatan karena ada sponsor.
4. Dan lain-lain....
“Komunitas dan Pemain Kebijakan”
• “Kedinamisan” kebijakan, program dan implementasi berkaitan erat
dengan siapa “orang-orang” orang dibaliknya → the man behind the gun.
• Kategori Komunitas: mendukung, menolak dan atau abstain. Komposisi
(besar/kecilnya)komunitas akan menentukan “kuat atau lemahnya”
kebijakan.
• Komposisi bisa berubah sewaktu-waktu → mutasi, ketidak-tertarikan, tidak
hadir, ada koaliasi, ada info baru, ada kekuatan baru, kesadaran akan
manfaat, dan lain-lain.
• Aktor/komunitas: bisa menekan, bisa tidak mengubris, atau bisa memilih
yang berlawanan dengan sektor kesehatan.
• Evidence-based versus political based (popularitas, konstituensi dan
agenda partai).
Realitas Anggaran
Kesehatan

Berapa persen ?
Realitas
Daerah Kaya Daerah Miskin
5% ? Anggaran

10% ? • Besar • Ideal • Tidak Sesuai


• Kecil • Lumayan • Krisis
15 ?
Mengapa “proyek kesehatan” kurang mendapat “perhatian” ?

• Tidak ada penjelasan rinci oleh aktor di sektor kesehatan.


• Proyek fisik lebih menjanjikan, mudah dilihat → kemungkinan “kick
back money”.
• Proyek non fisik (jasa) → abstrak dan efeknya lebih banyak jangka
panjang.
• Rencana yang diusul “amburadul”.
• Pemegang kekuasaaan tidak percaya dengan aktor utama atau
penanggungjawab sektor kesehatan.
Lobbying dalam “penganggaran”
• Perubahan lingkungan di Era Otonomi sangat dinamis.
• Dinas Kesehatan sering gagal merespon perubahan→ belum mampu
membuat renstra dan belum memahami pembangunan kesehatan.
• Langkah membuat perubahan: (1) peningkatan kualitas
kepemimpinan dan komunikasi di internal dinas kesehatan dan (2)
analisis “stakeholder”, (3) Komunikasi politik: studi banding,
pelatihan, dan lain-lain, (4) koaliasi dengan sektor lain/SKPD lain.

Anda mungkin juga menyukai