BPP PPH OP
BPP PPH OP
(BPP)
Minggu ke : 1
Capaian Pembelajaran : Mahasiswa mampu menjelaskan Orang Pribadi sebagai
Subjek Pajak
Waktu : 120 menit
Tempat : Politeknik Negeri Lampung
3. Teori :
Wajib Pajak Orang Pribadi sebagai Subjek Pajak
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan sebagai pembayar pajak, pemotong pajak serta
pemungut pajak yang memiliki hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku di Indonesia.
Berdasarkan UU PPh No 36 tahun 2008, Wajib pajak orang pribadi yang menjadi subjek pajak
dalam negeri memiliki kriteria sebagai berikut:
Orang Pribadi yang bertempat tinggal atau menetap di Indonesia
Orang Pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, atau
Orang Pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di Indonesia.
Wajib Pajak Orang Pribadi sebagai subjek pajak luar negeri menurut Undang-Undang Pajak
Penghasilan (UU PPh) Nomor 36 Tahun 2008 memiliki kriteria sebagai berikut:
Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang tidak
tinggal di Indonesia lebih 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha tetap (BUT) di Indonesia.
***.
4. Bahan dan Alat :
No Keterangan
1. BPP
2. Komputer
3. Kalkulator
4. LCD Proyektor
Minggu ke : 2
Capaian Pembelajaran : Mahasiswa mampu menjelaskan kewajiban PPh bagi
Wajib Pajak Orang Pribadi
Waktu : 120 menit
Tempat : Politeknik Negeri Lampung
3. Teori :
Kewajiban PPh bagi WPOP
mengajukan permohonan secara tertulis ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP), dengan mendatangi
langsung maupun secara daring.
Berdasarkan PPh Pasal 17 UU PPH, tarif Pajak berdasarkan Penghasilan Kena Pajak (PKP)
dengan lapisan penghasilan sebagai berikut:
Lapisan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Tarif Pajak
Sampai dengan Rp50.000.000 5%
Rp50.000.001 s.d. Rp250.000.000 15%
Rp250.000.001 s.d. Rp500.000.000 25%
Di atas Rp500.000.000 30%
3. Kalkulator
4. LCD Proyektor
Minggu ke : 3
Capaian Pembelajaran : Mahasiswa mampu menjelaskan objek PPh bagi Wajib
Pajak Orang Pribadi
Waktu : 120 menit
Tempat : Politeknik Negeri Lampung
3. Teori :
Penghasilan menurut UU No. 36 tahun 2008 pasal 4, Penghasilan adalah setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun,
termasuk:
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-
undang ini;
2. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
3. laba usaha;
4. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :
a. keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
b. keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota
yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;
Penghasilan yang bukan objek PPh Orang Pribadi (UU no. 36/2008, pasal 4 ayat 3):
1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat
2. Warisan
3. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil,
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
5. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu
6. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
kepada Wajib Pajak tertentu
7. Pembayaran dari perusahaan asuransi
8. Prive atau bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari Perseroan komanditer
(CV); Persekutuan; Perkumpulan; Firma; Kongsi; Termasuk pemegang unit penyertaan
kontrak investasi kolektif..
***.
4. Bahan dan Alat :
No Keterangan
1. BPP
2. Komputer
3. Kalkulator
4. LCD Proyektor
Halaman : 10 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
Halaman : 11 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
Minggu ke : 4
Capaian Pembelajaran : Mahasiswa memahami jenis objek PPh bagi WPOP
Waktu : 120 menit
Tempat : Politeknik Negeri Lampung
3. Teori :
Objek PPh Final dan non Final
Penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi ada yang dikenakan pajak
final dan non final. Penghasilan yang merupakan objek pajaknon final bagi WPOP diatur
dalam UU PPh pasal 4 ayat 1.
Ketentuan tentang penghasilan yang dikenakan PPh final diatur dalam pasal 4 ayat 2, yaitu:
1) penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat
utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi orang pribadi;
2) penghasilan berupa hadiah undian;
Halaman : 12 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
3) penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
4) penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
5) penghasilan tertentu lainnya yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah
***.
Halaman : 13 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
c) Bunga pinjaman
d) Sewa kendaraan
e) Sewa mesin
f) Sewa rumah
g) Jasa pengawasan konstruksi
h) Hadiah undian
i) Jasa catering
j) Penjualan tanah
***
8. Pustaka :
1) Abdul Halim, Icuk Rangga Bawono dan Amin Dara. 2016. Perpajakan: Konsep,
Aplikasi, Contoh, dan Studi Kasus. Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta.
2) Damayanti dan Dian Nirmala Dewi. 2018. Cara Mudah Memahami Pajak
Penghasilan (PPh): Teori dan Kasus. UP Politeknik Negeri Lampung. Bandar
Lampung
3) http://www.pajak.go.id.
Halaman : 14 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
Minggu ke : 5
Capaian Pembelajaran : Mahasiswa memahami jenis objek PPh bagi WPOP
Waktu : 120 menit
Tempat : Politeknik Negeri Lampung
3. Teori :
Penggabungan Penghasilan (Worldwide Income)
Dalam sistem worldwide, suatu negara akan mengenakan pajak atas seluruh penghasilan yang
diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri (WPDN) di negara tersebut, tanpa
memperhatikan apakah penghasilan tersebut bersumber dari dalam negeri maupun dari luar
negeri. Dengan kata lain, apabila suatu badan merupakan WPDN dari negara yang menganut
sistem pajak worldwide, badan tersebut akan dikenai pajak terlepas dari sumber penerimaan
yang dihasilkan oleh badan tersebut. Selain mengenakan pajak atas seluruh penghasilan yang
diterima oleh WPDN, negara yang menganut sistem pajak worldwide juga mengenakan pajak
atas penghasilan yang diterima oleh wajib pajak luar negeri (WPLN) yang bersumber dari
negaranya.
Halaman : 15 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
Halaman : 16 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
6. Prosedur Kerja :
Mahasiswa menyimak penjelasan dosen, kemudian menyelesaikan kasus yang
tersedia di BPP.
7. Tugas dan Pertanyaan :
Berkaitan dengan kegiatan usaha yang dilakukan oleh WPOP, jelaskan kewajiban
perpajakan yang ditanggung oleh WP berdasarkan situasi berikut ini:
a) Bagus mempunyai tempat tinggal sekaligus tempat usaha sebagai Pedagang
Pengecer di wilayah KPP Pratama Tanjung Karang.
b) Rianto mempunyai tempat tinggal di wilayah KPP Pratama Denpasar Selatan dan
tempat usaha sebagai Pedagang Pengecer di wilayah KPP Pratama Denpasar Utara.
c) Syarifa mempunyai tempat tinggal di KPP Pratama Bandung Barat, memiliki 2
(dua) tempat usaha sebagai Pedagang Pengecer di KPP Pratama Bandung Selatan
serta 1 (satu) tempat usaha di wilayah KPP Pratama Bandung Utara.
***
8. Pustaka :
1) Abdul Halim, Icuk Rangga Bawono dan Amin Dara. 2016. Perpajakan: Konsep,
Aplikasi, Contoh, dan Studi Kasus. Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta.
2) Damayanti dan Dian Nirmala Dewi. 2018. Cara Mudah Memahami Pajak
Penghasilan (PPh): Teori dan Kasus. UP Politeknik Negeri Lampung. Bandar
Lampung
3) http://www.pajak.go.id.
Halaman : 17 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
Minggu ke : 6
Capaian Pembelajaran : Mahasiswa memahami jenis objek PPh bagi WPOP
Waktu : 120 menit
Tempat : Politeknik Negeri Lampung
3. Teori :
Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri
Subjek Pajak Dalam Negeri adalah: orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang
pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di
Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
Halaman : 18 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang
dimiliki. Berdasarkan undang-undang perpajakan, dividen termasuk ke objek pajak dan terkena
pemotongan atau pemungutan pajak penghasilan (PPh). Jadi, setiap Wajib Pajak yang
menerima dividen, baik itu berupa laba saham, laba dari polis asuransi, maupun laba hasil usaha
koperasi, perlu membayar pajak tersebut. Namun, tidak semua dividen merupakan objek pajak.
Berdasarkan kondisi tertentu, sebagian laba yang diterima tidak termasuk dalam objek pajak
sehingga tidak perlu pemotongan pajak penghasilan. Karena itu, dividen terbagi menjadi dua:
dividen objek pajak dan dividen bukan objek pajak.
***.
Halaman : 19 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
Kasus 2
Ratna adalah Warga Negara Indonesia. Dia bekerja di Turki lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan. Dari penghasilannya di Turki, Ratna juga sudah dikenakan dan
dipotong pajak di sana. Sedangkan di Indonesia Ratna juga memperoleh penghasilan
dari ruko yang dia sewakan.
Kasus 3
Budi adalah Warga Negara Indonesia. Dia bekerja di Jerman selama tidak lebih dari
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan. Selain penghasilan di Jerman, Budi juga masih
mendapatkan penghasilan di Indonesia.
***
Halaman : 20 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
8. Pustaka :
1) Abdul Halim, Icuk Rangga Bawono dan Amin Dara. 2016. Perpajakan: Konsep,
Aplikasi, Contoh, dan Studi Kasus. Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta.
2) Damayanti dan Dian Nirmala Dewi. 2018. Cara Mudah Memahami Pajak
Penghasilan (PPh): Teori dan Kasus. UP Politeknik Negeri Lampung. Bandar
Lampung
3) http://www.pajak.go.id.
Halaman : 21 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
Halaman : 22 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
Minggu ke : 7
Capaian Pembelajaran : Mahasiswa memahami pengurang penghasilan WPOP
Waktu : 120 menit
Tempat : Politeknik Negeri Lampung
3. Teori :
Pengurang Penghasilan bagi WPOP
Halaman : 23 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
Sumbangan Keagamaan
Menurut Pasal 9 ayat (1) huruf g UU PPh, zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya
wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto apabila memenuhi persyaratan. Hal
ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2010 dan PMK No.
254/PMK.03/2010.
Dalam Peraturan Dirjen Pajak No. 05/PJ/2019 ditetapkan lembaga-lembaga keagamaan
penerima sumbangan atau zakat yang dapat pengeluarannya dapat dibiayakan secara fiskal.
Kompensasi Kerugian
Jika pengeluaran-pengeluaran yang diperkenankan (deductible expenses) dikurangkan dari
penghasilan bruto dan didapat kerugian, maka kerugian tersebut dikompensasikan dengan
penghasilan neto atau laba fiskal selama lima tahun berturut-turut dimulai sejak tahun
berikutnya sesudah tahun didapatnya kerugian tersebut.
Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang
dimiliki. Berdasarkan undang-undang perpajakan, dividen termasuk ke objek pajak dan terkena
pemotongan atau pemungutan pajak penghasilan (PPh). Jadi, setiap Wajib Pajak yang
menerima dividen, baik itu berupa laba saham, laba dari polis asuransi, maupun laba hasil usaha
Halaman : 24 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
koperasi, perlu membayar pajak tersebut. Namun, tidak semua dividen merupakan objek pajak.
Berdasarkan kondisi tertentu, sebagian laba yang diterima tidak termasuk dalam objek pajak
sehingga tidak perlu pemotongan pajak penghasilan. Karena itu, dividen terbagi menjadi dua:
dividen objek pajak dan dividen bukan objek pajak.
***.
***
8. Pustaka :
1) Abdul Halim, Icuk Rangga Bawono dan Amin Dara. 2016. Perpajakan: Konsep,
Aplikasi, Contoh, dan Studi Kasus. Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta.
Halaman : 25 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
2) Damayanti dan Dian Nirmala Dewi. 2018. Cara Mudah Memahami Pajak
Penghasilan (PPh): Teori dan Kasus. UP Politeknik Negeri Lampung. Bandar
Lampung
3) http://www.pajak.go.id.
4) http://tirto.id
Halaman : 26 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
Pertemuan ke : 9
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah : Menguasai tata cara dan perhitungan PPh
Wajib Pajak Orang Pribadi sesuai dengan
UU yang berlaku di Indonesia.
Waktu Pertemuan : 120 menit
Tempat : Politeknik Negeri Lampung
Capaian Pembelajaran : Mampu menjelaskan cara menghitung Pajak
Pertemuan/Khusus
Indikator Kinerja 1. Ketepatan dalam menjawab kasus
Penghitungan Penghasilan Neto dalam negeri
dari usaha/ pekerjaan bebas yang
menyelenggarakan pencatatan
2. Ketepatan dalam menjawab kasus
Penghitungan Penghasilan Neto dalam negeri
dari usaha/ pekerjaan bebas yang
menyelenggarakan pembukuan
3. Uraian Materi:
Penghitungan Penghasilan Neto dalam negeri dari usaha/ pekerjaan bebas yang
menyelenggarakan pencatatan dan pembukuan
Penghitungan Penghasilan Neto dalam negeri dari usaha/ pekerjaan bebas yang
menyelenggarakan pencatatan dapat menggunakan Norma Penghitungan Neto. Norma
Penghitungan Neto adalah norma yang dapat digunakan oleh Wajib Pajak dalam
penghitungan penghasilan neto dalam satu tahun pajak sebagai dasar penghitungan PPh
Pasal 25/29 terutang. Wajib Pajak yang diperbolehkan menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto dalam menghitung penghasilan neto dalam satu tahun untuk penghitungan
PPh Pasal 25/29 adalah hanya Wajib Pajak Orang Pribadi yang telah memenuhi syarat
sebagai berikut :
Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai peredaran bruto/omzet bruto tidak lebih
dari Rp.4.800.000.000,- dalam satu tahun pajak.
Wajib Pajak Orang Pribadi yang bermaksud menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto dalam menghitung penghasilan neto wajib memberitahuan kepada
Direktur Jenderal Pajak (Kantor Pelayanan Pajak) dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan
pertama dari tahun pajak bersangkutan.
Halaman : 27 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
Jenis Pekerjaan Bebas yang dalam menghitung Pajak Penghasilan dapat menggunakan
Norma Penghitungan Penghasilan Neto (apabila peredaran usaha tidak melebihi
Rp.4.800.000.000,- dalam satu tahun pajak) adalah sebagai berikut :
tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan,
arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;
pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron,
bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama,
dan penari;
olahragawan;
penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
pengarang, peneliti, dan penerjemah:
agen iklan:
pengawas atau pengelola proyek;
perantara;
petugas penjaja barang dagangan;
agen asuransi; dan
distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel marketing) atau penjualan
langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya.
4. Media dan alat bantu yang digunakan: BPP, komputer, proyektor LCD, spidol,
whiteboard
5. Materi Ujian:
a. Seorang dokter mendapatkan penghasilan jasa dari tiga klinik di kota berbeda
dengan rincian sbb:
Jakarta : Rp 750.000.000,-
Bandar Lampung : Rp 500.000.000,-
Kota Kelahiranmu : Rp 250.000.000,-
Hitung Berapa Penghasilan Neto nya?
b. Nama WP : Tn Abdul
Status : K/2
Pekerjaan : Pengusaha Meubel
Data Laporan L/R tahun 2017
Halaman : 28 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
6. Kriteria penilaian:
a. Bobot 60 – 100 (dijelaskan /dirinci dan disesuaikan dengan tingkat kesulitan dan
lama waktu pengerjaan).
b. Check List keaktifan mahasiswa bertanya dan menjawab pertanyaan
7. Pedoman Bukti:
a. Kertas jawaban mahasiswa
b. Kertas tertulis daftar keaktifan mahasiswa.
8. Referensi :
a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
b. Abdul Halim, Icuk Rangga Bawono dan Amin Dara. 2016. Perpajakan: Konsep,
Aplikasi, Contoh, dan Studi Kasus. Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta.
c. Damayanti dan Dian Nirmala Dewi. 2018. Cara Mudah Memahami Pajak
Penghasilan (PPh): Teori dan Kasus. UP Politeknik Negeri Lampung. Bandar
Lampung.
d. Prianto Budi S. 2017. Buku Pintar Pajak. Edisi 2. PT Pratama Indomitra Konsultan.
Jakarta.
e. Siti Resmi. 2017. Perpajakan: Teori dan Kasus. Edisi 10. Buku 1. Salemba Empat.
Jakarta.
f. Waluyo. 2017. Perpajakan Indonesia. Edisi 12. Buku 1. Salemba Empat. Jakarta.
g. http://www.pajak.go.id
Halaman : 29 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
Pertemuan ke : 10
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah : Menguasai tata cara dan perhitungan PPh
Wajib Pajak Orang Pribadi sesuai dengan
UU yang berlaku di Indonesia.
Waktu Pertemuan : 120 menit
Tempat : Politeknik Negeri Lampung
Capaian Pembelajaran : Mampu menjelaskan cara menghitung Pajak
Pertemuan/Khusus
Indikator Kinerja 1. Ketepatan dalam menghitung
penghasilan neto dalam negeri
Sehubungan dengan Pekerjaan
2. Ketepatan dalam menghitung Penghasilan
Neto dalam negeri lainnya
3. Ketepatan dalam menghitung Neto Luar
Negeri
3. Uraian Materi:
Halaman : 30 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
Pajak yang dikenakan atas penghasilan berasal dari Indonesia yang diterima atau diperoleh
WP luar negeri selain BUT. Subjek PPh 26 dapat merupakan WP luar negeri orang pribadi
atau WP organisasi internasional. Kewajiban atas PPh 26 dapat dipenuhi melalui
pemotongan oleh pihak pemberi penghasilan. PPh 26 terutang di saat yang lebih dahulu
terjadi antara akhir bulan diterimanya penghasilan atau akhir bulan diperolehnya
penghasilan. Atas PPh 26 yang dipotong, wajib disetorkan paling lambat tanggal 10 masa
pajak berikutnya setelah saat terutang. Pemotong wajib melakukan pelaporan SPT Masa
paling lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir.
Tarif Dasar
20% dari jumlah bruto, dan bersifat final, atas: T
Dividen
Bunga, premium, diskonto, dan imbalan lain terkait pengembalian utang.
Royalti, sewa, dan penghasilan lain terkait penggunaan harta.
Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, atau kegiatan.
Hadiah dan penghargaan.
Pensiun dan pembayaran berkala lain.
Premi swap dan transaksi lindung nilai lain.
Keuntungan atas pembebasan utang.
4. Media dan alat bantu yang digunakan: BPP, komputer, proyektor LCD, spidol,
whiteboard
5. Materi Ujian:
Harun pada tahun 2017 memperoleh gaji sebulan sebesar Rp 10.000.000,00 dan
membayar iuran pensiun yang ditanggung sendiri sebesar Rp 500.000,00. Arbi
telah menikah dan memiliki dua orang anak. Bagaimanakah penghitungan PPh 21
nya?
Halaman : 31 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
Halaman : 32 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
Pertemuan ke : 11
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah : Menguasai tata cara dan perhitungan PPh
Wajib Pajak Orang Pribadi sesuai dengan
UU yang berlaku di Indonesia.
Waktu Pertemuan : 120 menit
Tempat : Politeknik Negeri Lampung
Capaian Pembelajaran : Mampu menjelaskan cara menghitung Pajak
Pertemuan/Khusus
Indikator Kinerja 1. Ketepatan dalam menjelaskan dan
menghitung tentang
Penggabungan/Pemisahan Penghasilan Istri
dan Suami
3. Uraian Materi:
Halaman : 33 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
Dikehendaki oleh isteri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban
perpajakannya sendiri (Istri mempunyai NPWP sendiri dan berbeda dengan NPWP
suami)
***
4. Media dan alat bantu yang digunakan: BPP, komputer, proyektor LCD, spidol,
whiteboard
5. Materi Ujian:
Soal:
Tn. Danu mempunyai penghasilan sebesar Rp 200.000.000/tahun. Memiliki istri yang
mengelola butik dengan penghasilan sebesar Rp 350.000.000/tahun. Mereka
melakukan perjanjian untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri.
Hitunglah berapa pengenaan pajak atas suami istri tersebut jika mereka mempunyai 2
orang anak?
6. Kriteria penilaian:
a. Bobot 60 – 100 (dijelaskan /dirinci dan disesuaikan dengan tingkat kesulitan dan
lama waktu pengerjaan).
b. Check List keaktifan mahasiswa bertanya dan menjawab pertanyaan
7. Pedoman Bukti:
a. Kertas jawaban mahasiswa
b. Kertas tertulis daftar keaktifan mahasiswa.
8. Referensi :
a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
b. Abdul Halim, Icuk Rangga Bawono dan Amin Dara. 2016. Perpajakan: Konsep,
Aplikasi, Contoh, dan Studi Kasus. Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta.
c. Damayanti dan Dian Nirmala Dewi. 2018. Cara Mudah Memahami Pajak
Penghasilan (PPh): Teori dan Kasus. UP Politeknik Negeri Lampung. Bandar
Lampung.
d. Prianto Budi S. 2017. Buku Pintar Pajak. Edisi 2. PT Pratama Indomitra Konsultan.
Jakarta.
e. Siti Resmi. 2017. Perpajakan: Teori dan Kasus. Edisi 10. Buku 1. Salemba Empat.
Jakarta.
f. Waluyo. 2017. Perpajakan Indonesia. Edisi 12. Buku 1. Salemba Empat. Jakarta.
g. http://www.pajak.go.id
Halaman : 34 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
(BPP)
Pertemuan ke : 12
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah : Menguasai tata cara dan perhitungan PPh
Wajib Pajak Orang Pribadi sesuai dengan
UU yang berlaku di Indonesia.
Waktu Pertemuan : 120 menit
Tempat : Politeknik Negeri Lampung
Capaian Pembelajaran : Mampu menjelaskan cara menghitung Pajak
Pertemuan/Khusus
Indikator Kinerja 1. Ketepatan dalam menjelaskan tentang
penghasilan kena pajak
2. Ketepatan dalam menjelaskan tentang
Tarif PPh Orang Pribadi
3. Uraian Materi:
Penghasilan kena pajak adalah penghasilan wajib pajak yang menjadi dasar menghitung
pajak penghasilan dalam suatu tahun pajak dihitung dengan cara mengurangkan dari
penghasilan. Setiap orang yang telah mempunyai penghasilan wajib membayar pajak.
Penghitungan pajak berlaku sama untuk semua kalangan.
Perhitungan PKP
PKP adalah Penghasilan Wajib Pajak yang didapat setelah Anda menghitung penghasilan
neto dalam setahun dan dikurangi PTKP. Hasil yang didapat tersebut akan menjadi dasar
menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 dalam satu tahun.
***
4. Media dan alat bantu yang digunakan: BPP, komputer, proyektor LCD, spidol,
whiteboard
Halaman : 35 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
5. Materi Ujian:
6. Kriteria penilaian:
a. Bobot 60 – 100 (dijelaskan /dirinci dan disesuaikan dengan tingkat kesulitan dan
lama waktu pengerjaan).
b. Check List keaktifan mahasiswa bertanya dan menjawab pertanyaan
7. Pedoman Bukti:
a. Kertas jawaban mahasiswa
b. Kertas tertulis daftar keaktifan mahasiswa.
8. Referensi :
a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
b. Abdul Halim, Icuk Rangga Bawono dan Amin Dara. 2016. Perpajakan: Konsep,
Aplikasi, Contoh, dan Studi Kasus. Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta.
c. Damayanti dan Dian Nirmala Dewi. 2018. Cara Mudah Memahami Pajak
Penghasilan (PPh): Teori dan Kasus. UP Politeknik Negeri Lampung. Bandar
Lampung.
d. Prianto Budi S. 2017. Buku Pintar Pajak. Edisi 2. PT Pratama Indomitra Konsultan.
Jakarta.
e. Siti Resmi. 2017. Perpajakan: Teori dan Kasus. Edisi 10. Buku 1. Salemba Empat.
Jakarta.
f. Waluyo. 2017. Perpajakan Indonesia. Edisi 12. Buku 1. Salemba Empat. Jakarta.
g. http://www.pajak.go.id
Halaman : 36 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
Pertemuan ke : 13
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah : Menguasai tata cara dan perhitungan PPh
Wajib Pajak Orang Pribadi sesuai dengan
UU yang berlaku di Indonesia.
Waktu Pertemuan : 120 menit
Tempat : Politeknik Negeri Lampung
Capaian Pembelajaran : Mampu menjelaskan tatacara penghitungan
Pertemuan/Khusus pelunasan dalam tahun Berjalan
Indikator Kinerja 1. Ketepatan dalam menjelaskan tentang
pelunasan pajak tahun berjalan
3. Uraian Materi:
Pelunasan pajak penghasilan dalam tahun berjalan dilakukan oleh wajib pajak melalui
pemotongan atau pemnugutan pajak oleh pihak lain dan melalui pembayaran pajak yang
dilakaukan sendiri oleh wajib pajak.
Pelunasan pajak dalam tahun berjalan tersebut merupakan angsuran pajak yang boleh
dikreditkan terhadap pajak penghasilan yang terutang untuk tahun pajak yang
bersangkutan, kecuali untuk penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final (Pasal 20
Undang-undang Pajak Penghasilan.
Pajak penghasilan yang dilunasi oleh Wajib Pajak dalam tahun pajak berjalan merupakan
pelunasan/pembayaran atas perkiraan pajak penghasilan yang akan terutang dalam suatu
tahun pajak. Pelunasan pajak dalam tahun pajak berjalan dilakukan oleh Wajib Pajak melalui
pemotongan dan pemungutan pajak oleh pihak lain maupun pembayaran pajak oleh wajib
pajak sendiri, sebagai berikut:
Pemungutan pajak oleh pihak lain dilakukan dalam hal diperoleh penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 2 (PPh Psal 4 ayat 2 Final);
Pemungutan pajak oleh pihak lain dilakukan dalam hal diperoleh penghasilan dari
usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 (disebut Pph Pasal 22);
Pemungutan pajak oleh pihak lain dilakukan dalam hal diperoleh penghasilan dari
modal, jasa, dan kegiatan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Psal 23 (disebut PPh
Psala 23);
Halaman : 37 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
Pembayaran pajak di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 (disebut PPh Pasal 24).
***
4. Media dan alat bantu yang digunakan: BPP, komputer, proyektor LCD, spidol,
whiteboard
5. Materi Ujian:
6. Kriteria penilaian:
a. Bobot 60 – 100 (dijelaskan /dirinci dan disesuaikan dengan tingkat kesulitan dan lama
waktu pengerjaan).
b. Check List keaktifan mahasiswa bertanya dan menjawab pertanyaan
7. Pedoman Bukti:
a. Kertas jawaban mahasiswa
b. Kertas tertulis daftar keaktifan mahasiswa.
8. Referensi :
a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
b. Abdul Halim, Icuk Rangga Bawono dan Amin Dara. 2016. Perpajakan: Konsep,
Aplikasi, Contoh, dan Studi Kasus. Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta.
c. Damayanti dan Dian Nirmala Dewi. 2018. Cara Mudah Memahami Pajak
Penghasilan (PPh): Teori dan Kasus. UP Politeknik Negeri Lampung. Bandar
Lampung.
Halaman : 38 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
d. Prianto Budi S. 2017. Buku Pintar Pajak. Edisi 2. PT Pratama Indomitra Konsultan.
Jakarta.
e. Siti Resmi. 2017. Perpajakan: Teori dan Kasus. Edisi 10. Buku 1. Salemba Empat.
Jakarta.
f. Waluyo. 2017. Perpajakan Indonesia. Edisi 12. Buku 1. Salemba Empat. Jakarta.
g. http://www.pajak.go.id
Halaman : 39 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
Pertemuan ke : 14
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah : Menguasai tata cara dan perhitungan PPh
Wajib Pajak Orang Pribadi sesuai dengan
UU yang berlaku di Indonesia.
Waktu Pertemuan : 120 menit
Tempat : Politeknik Negeri Lampung
Capaian Pembelajaran : Mampu menjelaskan tatacara penghitungan
Pertemuan/Khusus pelunasan dalam tahun Berjalan
Indikator Kinerja : Ketepatan dalam menjelaskan dan
menghitung pelunasan pajak tahun berjalan
3. Uraian Materi:
Saat melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan, Wajib Pajak akan menerima
pemberitahuan mengenai status SPT Tahunan tersebut. Ada 3 kemungkinan yang akan
muncul, yakni status lebih bayar, kurang bayar, dan status nihil. Secara sederhana, status
lebih bayar berarti ada kelebihan pembayaran pajak yang dapat diminta ataupun
direstitusikan oleh Wajib Pajak bersangkutan melalui Kantor Pelayanan Pajak (KKP)
tempatnya terdaftar. Sedangkan status kurang bayar artinya ada kekurangan pajak yang
seharusnya terutang, serta harus dibayarkan oleh Wajib Pajak bersangkutan.
Definisi lebih bayar di atas sesuai dengan UU PPh Pasal 28a, bahwa PPh lebih bayar
terjadi apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih kecil dari jumlah
kredit pajak, maka setelah dilakukan pemeriksaan oleh Direktur Jenderal Pajak atau pejabat
yang ditunjuk, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan setelah diperhitungkan dengan
utang pajak berikut sanksi-sanksinya. Selain itu, Wajib Pajak juga dapat memilih untuk
mengkompensasikannya dengan utang pajak tahun berikutnya.
Halaman : 40 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
Definisi status kurang bayar di atas juga sesuai dengan UU PPh Pasal 29, bahwa apabila
pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih besar daripada kredit pajak,
maka kekurangan pembayaran pajak yang terutang harus dilunasi sebelum SPT Tahunan
Pajak Penghasilan disampaikan. Ketentuan ini mewajibkan Wajib Pajak untuk melunasi
kekurangan pembayaran pajak yang terutang sebelum SPT Tahunan disampaikan dan
paling lambat pada batas akhir penyampaian SPT Tahunan.
Wajib Pajak yang telah memenuhi kriteria tertentu dapat diberikan pengembalian
pendahuluan terhadap kelebihan pembayaran pajak sesuai dengan PMK
No.39/PMK.03/2018. Adapun kriteria Wajib Pajak tertentu yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
tepat waktu dalam menyampaikan SPT.
tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan
pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau lembaga pengawasan keuangan
Pemerintah dengan pendapat wajar tanpa pengecualian selama 3 (tiga) tahun
berturut-turut.
tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.
Jika Wajib Pajak mendapatkan status kurang bayar, maka harus melunasi kekurangan
pembayaran pajak yang terutang sebelum SPT Tahunan disampaikan dan paling lambat
pada batas akhir penyampaian SPT Tahunan. Apabila tahun buku sama dengan tahun
kalender, kekurangan pajak tersebut wajib dilunasi paling lambat tanggal 30 April bagi
Wajib Pajak Badan setelah tahun pajak berakhir, sedangkan apabila tahun buku tidak sama
dengan tahun kalender, misalnya dimulai tanggal 1 Juli sampai dengan 30 Juni, kekurangan
pajak wajib dilunasi paling lambat tanggal 31 Oktober.
Halaman : 41 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
***
4. Media dan alat bantu yang digunakan: BPP, komputer, proyektor LCD, spidol,
whiteboard
5. Materi Ujian:
Tuan Abdul memiliki PPh terhutang sebesar Rp 150.000.000. Adapaun PPh yang telah
dipotong oleh pemotong pajak selama setahun adalah sebagai berikut:
1. PPh 21 sehubungan dengan pekerjaan sebesar Rp 5.000.000
2. PPh 22 atas penyerahan ke instansi pemerintah sebesar Rp 12.000.000
3. PPh 23 atas hadiah undian sebesar Rp 8.000.0000
4. PPh 23 atas sewa bangunan sebesar Rp 4.000.000
5. PPh 23 atas sewa kendaraan sebesar Rp 2.500.000
6. PPh 24 kredit luar negeri sebesar Rp 10.000.000
7. Angsuran PPh 25 sebesar Rp 25.000.000
Hitung Kredit Pajak dan PPh yang harus dibayar sendiri?
6. Kriteria penilaian:
a. Bobot 60 – 100 (dijelaskan /dirinci dan disesuaikan dengan tingkat kesulitan dan lama
waktu pengerjaan).
b. Check List keaktifan mahasiswa bertanya dan menjawab pertanyaan
7. Pedoman Bukti:
a. Kertas jawaban mahasiswa
b. Kertas tertulis daftar keaktifan mahasiswa.
8. Referensi :
a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
b. Abdul Halim, Icuk Rangga Bawono dan Amin Dara. 2016. Perpajakan: Konsep,
Aplikasi, Contoh, dan Studi Kasus. Edisi 2. Salemba Empat. Jakarta.
c. Damayanti dan Dian Nirmala Dewi. 2018. Cara Mudah Memahami Pajak
Penghasilan (PPh): Teori dan Kasus. UP Politeknik Negeri Lampung. Bandar
Lampung.
d. Prianto Budi S. 2017. Buku Pintar Pajak. Edisi 2. PT Pratama Indomitra Konsultan.
Jakarta.
e. Siti Resmi. 2017. Perpajakan: Teori dan Kasus. Edisi 10. Buku 1. Salemba Empat.
Jakarta.
f. Waluyo. 2017. Perpajakan Indonesia. Edisi 12. Buku 1. Salemba Empat. Jakarta.
g. http://www.pajak.go.id
Halaman : 42 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
Pertemuan ke : 15
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah : Menguasai tata cara dan perhitungan PPh
Wajib Pajak Orang Pribadi sesuai dengan
UU yang berlaku di Indonesia.
Waktu Pertemuan : 120 menit
Tempat : Politeknik Negeri Lampung
3. Uraian Materi:
Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) adalah pajak yang dibayar secara angsuran.
Tujuannya adalah untuk meringankan beban wajib pajak, mengingat pajak yang terutang
harus dilunasi dalam waktu satu tahun. Pembayaran ini harus dilakukan sendiri dan tidak
bisa diwakilkan.
Halaman : 43 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44
Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan
sesuai pasal 24; lalu dibagi 12 atau total bulan dalam pajak masa setahun.
Terdapat dua (2) jenis pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25)
untuk Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP), yaitu:
Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP – OPPT), yaitu yang
melakukan usaha penjualan barang, baik grosir maupun eceran, serta jasa – dengan
satu atau lebih tempat usaha. PPh 25 bagi OPPT = 0.75% x omzet bulanan tiap
masing-masing tempat usaha.
Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu (WP – OPSPT), yaitu
pekerja bebas atau karyawan, yang tidak memiliki usaha sendiri. PPh 25 bagi
OPSPT = Penghasilan Kena Pajak (PKP) x Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh
(12 bulan).
***
4. Media dan alat bantu yang digunakan: BPP, komputer, proyektor LCD, spidol,
whiteboard
5. Materi Ujian:
Jumlah Pajak Penghasilan Tuan Purnama yang terutang sesuai dengan SPT
Tahunan PPh 2014 sebesar Rp50.000.000. Jumlah kredit pajak Tuan Purnama pada
tahun 2014 adalah Rp21.500.000, dengan rincian sebagai berikut:
PPh Pasal 21 Rp10.000.000
PPh Pasal 22 Rp5.000.000
PPh Pasal 23 Rp3.000.000
PPh Pasal 24 Rp3.000.000
Berapa besarnya angsuran PPh Pasal 25 Tuan Purnama untuk tahun 2015:
Doni Sugianto berstatus menikah dan memiliki 2 orang anak. Doni baru saja
terdaftar sebagai wajib pajak orang pribadi sejak 1 Agustus 2016. Dalam
penyelenggaraan usahanya Doni menggunakan metode pembukuan dengan
penghasilan bruto pada bulan Agustus 2016 sebesar Rp250.000.000 dan biaya
Halaman : 44 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
44