Anda di halaman 1dari 8

PENGELOLAAN DESA WISATA

DALAM PERSPEKTIF COMMUNITY BASED TOURISM


(Studi Kasus pada Desa Wisata Gubugklakah,
Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang)

Dimas Kurnia Purmada


Wilopo
Luchman Hakim
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
Malang
dimaspurmada@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to describe tourism management of Desa Wisata Gubug Klakah in the perpective og
community based tourism. Field study was conducted at Gubuk Klahakh villages through interviews methods.
Data analysis consist of data collection, data verifyinh, data display, and conclusion. Furthermore, the results
of this study are tourism management of Desa WIsata Gubugklakah does with some activities such as resource
management, marketing, human resource management, and conflict management. Community based tourism
was implemented through community involvement in preservation of natural resource and cultural
resource,level of community participation, and income distribution. Therefore the level of community
participation is on the higest level i.e. citizen control.

Keywords : Tourism Management of Desa Wisata, Community Based Tourism, and Society Participation

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengelolaan Desa Wisata Gubug Klakah dalam perspektif
community based tourism. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, metode
pengumpulan data berupa wawancara yang dilaksanakan kepada informan yang berkepentingan dalam
pengelolaan Desa Wisata Gubug Klakah. Analisis data yang diperoleh dilaksanakan melalui pengumpulan
data, verifikasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengelolaan Desa Wisata dilaksanakan melalui pengelolaan sumberdaya pariwisata, pemasaran, manajemen
sumberdaya manusia, dan manajemen konflik. Penerapan community based tourism dilaksanakan melalui
pelestarian alam, pelestarian budaya, jaminan tingkat partisipasi masyarakat dan pemerataan pendapatan.
Tingkat partisipasi masyarakat berada dalam tingkatan dalam puncak tertinggi yaitu citizen control.

Kata Kunci: Desa Wisata, Community Based Tourism, Partisipasi Masyarakat

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 32 No. 2 Maret 2016| 15


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
pembangunan fasilitas pariwisata. Pengembangan
PENDAHULUAN pariwisata masal ini tidak sesuai dengan keinginan
Munculnya fenomena pengelolaan pariwisata masyarakat Desa Wisata Gubugklakah.
berbasis masyarakat merupakan kritik atas Masyarakat kemudian melakukan kritik atas
pengelolaan wisata yang dilaksanakan tanpa pengelolaan pariwisata yang dilaksanakan oleh
melibatkan masyarakat dan dipandang kurang Perum Perhutani KPH Malang. Kritik ini kemudian
mampu memberdayakan masyarakat. Pariwisata ditengahi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
berbasis masyarakat (community based Kabupaten Malang dengan menginisiasi
tourism/CBT) merupakan konsep pengelolaan pembentukan Desa Wisata Gubugklakah melalui
kepariwisataan dengan mengedepankan partisipasi pembentukan Ladesta (Lembaga Desa Wisata)
aktif masyarakat dengan tujuan untuk memberikan Gubugklakah. Lembaga ini didirikan di Desa
kesejahteraan bagi mereka dengan tetap menjaga Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo,
kualitas lingkungan, serta melindungi kehidupan Kabupaten Malang pada tanggal 10 Agustus 2010
sosial dan budayanya. Konsep pariwisata berbasis (Profil Desa Wisata Gubugklakah, 2014). Ladesta
berbasis masyarakat berkesesuaian dengan Gubugklakah memiliki tanggungjawab untuk
pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) menjadi pengelola Desa Wisata Gubgklakah.
yang memerlukan partisipasi masyarakat. Ladesta Gubugklakah merupakan salah satu bentuk
Pariwisata berbasis masyarakat pengelolaan pariwisata yang mengedepankan
mengedepankan pendekatan bottom-up, sedangkan masyarakat atau biasa disebut dengan community
pariwisata berkelanjutan mengedepankan based tourism.
pendekatan top-down. Pendekatan bottom-up Pengelolaan Desa Wisata Gubugklakah
mengandung arti bahwa inisiatif untuk menghadapi beberapa tantangan, terutama
pengembangan pariwisata berasal dari masyarakat, tantangan untuk mengembangkan sumberdaya
sedangkan pada pendekatan top-down, inisiatif manusia yang sadar wisata. Pengelolaan Desa
berasal dari pemerintah (Baskoro, 2008:43). Wisata mengharuskan adanya sumberdaya yang
Penerapan pariwisata berbasis masyarakat trampil. Berdasarkan data monografi Desa
dianggap mampu memberikan berbagai manfaat Gubugklakah Tahun 2013 diketahui bahwa 96,8%
bagi masyarakat yaitu peningkatan kesejahteraan, penduduk desa Gubugklakah bekerja pada sektor
perlindungan terhadap lingkungan, serta pertanian yaitu sebanyak 2.360 orang, yaitu
perlindungan terhadap kehidupan sosial dan meliputi petani (55,4%) dan buruh tani (41,3%).
budaya mereka. Apabila dilihat dari aspek pendidikan, maka rata-
Pengelolaan pariwisata yang melibatkan rata pendidikan masyarakat hanya sampai Sekolah
masyarakat, tidak terjadi pada pariwisata Dasar (SD). Di Desa Gubugklakah penduduk yang
konvensional yang memprioritaskan jumlah menempuh pendidikan SD hingga SMA sebesar
pengunjung dengan mengabaikan atau kurang 77,3%, dimana pendidikan dasar sebesar 54,2%,
memperhatikan partisipasi masyarakat lokal. SMP sebesar 19% dan SMA sebesar 4%.
Fenomena tersebut terjadi pula pada pengelolaan Tantangan tersebut mengharuskan adanya
Coban Pelangi, Desa Gubugklakah, Kecamatan pelatihan untuk meningkatkan sumberdaya
Poncokusumo, Kabupaten Malang. Pengelolaan manusia yang sadar wisata.
Coban Pelangi dilaksanakan oleh Perum Perhutani Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik
KPH Malang yang menjadikan lokasi wisata ini untuk melaksanakan kajian tentang pengelolaan
sebagai mass tourism tanpa melibatkan partisipasi Desa Wisata Gubugklakah yang mencoba
masyarakat. melibatkan partisipasi masyarakat dalam setiap
Pengembangan area wisata ini sebagai kegiatan pariwisata. Pada dasarnya pengelolaan
pariwisata masal memiliki beberapa potensi wisata merupakan kegiatan untuk mencapai tujuan
dampak negatif. Pertama, pembangunan fasilitas pariwisata yang berkelanjutan baik secara
pariwisata yang merusak lingkungan. Kedua, ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan, maka
terjadi perbedaan kepentingan antara masyarakat pengelola wajib melakukan manajemen
Desa Gubugklakah dan Perum Perhutani dimana sumberdaya efektif (Priatna dan Diarta, 2009:89).
masyarakat setempat menginginkan adanya Penelitian ini memiliki tiga tujuan penting.
aktivitas untuk menjaga keberlanjutan lingkungan Pertama adalah menggambarkan proses
dengan membatasi kunjungan wisatawan. Ketiga, pengelolaan Desa WIsata Gubugklakah. Kedua,
pencemaran limbah pariwisata akibat mengetahui penerapan community based tourism di

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 32 No. 2 Maret 2016| 16


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Desa Wisata Gubugklakah dan yang ketiga adalah a. Mengakui dan mendukung serta
mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam mengembangkan kepemilikan komunitas
pengelolaan Desa Wisata. dalam industri pariwisata
b. Mengikutsertakan anggota komunitas dalam
KAJIAN PUSTAKA memulai setiap aspek
Pengelolaan Pariwisata c. Mengembangkan kebanggaan komunitas
Pengelolaan pariwisata dalam penelitian ini d. Mengembangkan kualitas hidup komunitas
mengadopsi dari konsep yang dikembangkan e. Menjamin keberlanjutan lingkungan
Pitana dan Diarta (2009) yang dimulai dar f. Mempertahankan keunikan karakter dan
pengelolaan sumberdaya pariwisata. Pengelolaan budaya di area lokal
sumberdaya pariwisata merupakan Untuk g. Membantu berkembangnya pembelajaran
mencapai tujuan pariwisata yang berkelanjutan tentang pertukaran budaya pada komunitas
secara sosial, ekonomi, dan lingkungan maka h. Menghargai perbedaan budaya dan martabat
pengelola wajib melakukan manajemen manusia
sumberdaya yang efektif. Manajemen sumberdaya i. Mendistribusikan keuntungan secara adil pada
digunakan untuk menjamin perlindungan terhadap komunitas
ekosistem dan degradasi kualitas lingkungan. j. Berperan dalam menentukan prosentase
Selanjutnya adalah pemasaran pariwisata. pendapatan.
Inskeep (1991) mengemukakan bahwa pendekatan Sepuluh prisip tersebut dapat disimpulkan
perencanaan pemasaran merefleksikan hubungan kedalam beberapa prinsip pengelolaan Community
antara produk pariwisata dan pasar wisata. Based Tourism. Pertama, prinsip keikutsertaan
Selanjutnya dikemukakan bahwa strategi anggota komunitas kedalam setiap kegiatan
pemasaran pariwisata meliputi tiga elemen yaitu 1) pariwisata. Kedua, prinsip menjaga lingkungan
diversifikasi pasar; 2) peningkatan mutu; dan 3) hidup. Ketiga adalah prinsip kelestarian budaya.
perpanjangan musim (kedatangan wisatawan). Keempat adalah prinsip pemerataan pendapatan.
Dari kedua uraian pakar pariwisata tersebut dapat
dikembangkan bahwa pemasaran destinasi Tingkat Partisipasi Masyarakat
merupakan upaya pemberdayaan semua unsur daya Partisipasi masyarakat menggambarkan
tarik yang tersedia dan merancang event yang dapat bagaimana terjadinya pembagian ulang kekuasaan
menarik wisatawan secara reguler dan berulang, yang adil (redistribution of power) antara penyedia
selama bertahun-tahun. kegiatan dan kelompok penerima kegiatan.
Manajemen sumberdaya manusia pariwisata Partisipasi masyarakat tersebut bertingkat, sesuai
merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dengan gradasi, derajat wewenang dan tanggung
untuk membuka kesempatan baru bagi orang-orang jawab yang dapat dilihat dalam proses
yang ingin bergabung dngan dunia pariwisata. pengambilan keputusan. Gradasi peserta dapat
Manajemen sumberdaya pariwisata dalam digambarkan dalam gambar 2 sebagai sebuah
penelitina ini lebih pada bagimana pengurus tangga dengan delapan tingkatan yang
organisasi mengembangkan anggotanya agar menunjukkan peningkatan partisipasi tersebut
menjadi tenaga terampil pariwisata. (Arnstein, 1969:217).
Manajemen krisis dalam pariwisata merupakan 1) Manipulasi (Manipulation)
komponen yang sagatesensial, tidak hanya 2) Terapi (Therapy)
digunakan untuk mengidentifikasi kriris tetapi juga 3) Informasi (Information)
untuk membatasi dampaknya terhadap organisasi, 4) Konsultasi (Consultation)
daerah tujuan wisata, maupun industri yang 5) Penenteraman (Placation)
berhubungan dengannyaPitana dan Diarta 6) Kemitraan (Partnership)
(2009:97-98). 7) Pelimpahan kekuasaan (Delegated Power)
Community Based Tourism
Community Based Tourism merupakan
paradigma baru dalam pengelolaan pariwisata.
Suansri (2003:12) mengemukakan beberapa
prinsip yang harus dipegang teguh dalam
pelaksanaan Community Based Tourism. Prinsip
tersebut antara lain:

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 32 No. 2 Maret 2016| 17


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
METODE PENELITIAN masyarakat juga mengerti bahwa aktivitas
Jenis penelitian yang dipilih untuk mencapai pariwisata di desanya mampu meningkatkan
tujuan tersebut adalah penelitian deskriptif. ekonomi masyarakat. Untuk itulah dilaksanakan
Pendekatan penelitian yang dipilih dalam beberapa upaya yang dilaksanakan masyarakat
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Desa Wisata Gubugklakah untuk menjaga dan
Untuk menbatasi lingkup studi penulis melindungi alam.
memfokuskan pengelolaan Desa Wisata Berdasarkan hasil penelitian upaya tersebut
Gubugklakah pada pengelolaan sumberdaya antara lain konservasi, pemanfaata untuk berbagai
pariwisata, pengelolaan pemasaran pariwisata, kepentingan, zonasi dan kemitraan. Liu (1994:45)
pengelolaan sumberdaya manusia dan manajemen mengungkapkan terdapat beberapa karakteristik
konflik. Selain itu, peneliti juga menggambarkan pengelolaan sumberdaya alam di suatu destinasi
studi implementasi CBT dengan melihat dari wisata. Karakteristik tersebut antaralain: (1)
keikutsertaan anggota komunitas dalam kegiatan menggunakan sumberdaya terbarukan, (2)
pariwisata, pelestarian alam dan budaya, dan pemanfaatan untuk berbagai kepentingan, (3)
pemerataan pendapatan di Desa Wisata daerah zona, dan (4) konservasi sumberdaya.
Gubugklakah. Peneliti juga mengukur tingkat Pengelolaan sumberdaya alam di Desa Wisata
partisipasi masyarakat dengan menggunakan Gubugklakah belum sesuai dengan konsep yang
tangga partisipasi masyarakat yang dikemukakan dipaparkan oleh Liu (1994:45). Hal tersebut dapat
oleh Arnstein (1969). dilihat dalam poin pertama yaitu menggunakan
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Wisata sumberdaya terbaharukan, kegiatan ini belum
Gubugklakah. Untuk memperoleh data-data dilaksanakan di Desa Wisata Gubugklakah karena
penelitian peneliti memwawancarai para tidak semua masyarakat mengerti bahwa alam yang
pemangku kepentingan dalam pengembangan Desa mereka nikmati saat ini harus dijaga dan dilindungi
Wisata Gubugklakah. Informan tersebut antara untuk diwariskan ke generasi berikutnya.
lain: perwakilan pengurus Ladesta Gubugklakah, Destinasi Sumberdaya budaya dan event
Disbudpar Kabupate Malang, Pemerintah Desa memiliki karakteristik yang sama dalam
Gubugklakah, dan wisatawan yang berkunjung ke pengelolaanya. Destinasi Sumberdaya budaya
Desa Wisata Gubugklakah. Peneliti juga yang ada di Desa Wisata Gubugkklakah terdiri
melaksanakan observasi untuk mengamati proses dari: Karawitan, Campur Sari, Al Banjari,
penyelenggaraan pariwisata dan mengkonfirmasi Terbangan, Pencak Silat, Tayuban, Jaran kencak,
data data penelitian yang bersumber dari Kuda Lumping, Bantengan, dan Wayang Topeng.
wawancara. Dokumentasi digunakan peneliti untuk Sedangkan event di Desa Wisata Gubugklakah
memperoleh dokumen-dokumen penting seperti terdiri dari upacara karo dan sadranan. Pengelolaan
peraturan perundang-undangan, profil desa dan sumberdaya ini dilaksanakan melalui kerjasama
lain sebagainya. dengan Local Working Gorup (LWG). Local
Teknik analisis data yang digunakan dalam Working Gorup (LWG) atau kelompok pekerja
penelitian ini adalah model interaktif yang lokal adalah kelompok yang terbentuk atau sengaja
dikemukakan oleh Milles dan Huberman (1992) dibentuk yang ada atau sudah ada di Desa Wisata
dalam Sugiono (2009). Tahapan tersebut antara Gubugklakah. Kelompok tersebut terbentuk
lain (1) reduksi data; (2) penyajian data; (3) berdasarkan minat-minat tertentu.
penarikan kesimpulan atau verifikasi. Untuk Pengelolaan pemasaran Pariwisata
menguji keabsahan data peneliti menggunakan Inskeep (1991) mengemukakan bahwa
model triangulasi data yang terdiri dari triangulasi pendekatan perencanaan pemasaran merefleksikan
informan dan trangulasi sumber. hubungan antara produk pariwisata dan pasar
wisata. Selanjutnya dikemukakan bahwa strategi
HASIL DAN PEMBAHASAN pemasaran pariwisata meliputi tiga elemen yaitu 1)
Pengelolaan Desa Wisata Gubugklakah diversifikasi pasar; 2) peningkatan mutu; dan 3)
Pengelolaan Sumberdaya Pariwisata perpanjangan musim (kedatangan wisatawan).
Masyarakat Desa Wisata Gubugklakah Selain itu peneliti menemukan fakta bahwa di Desa
menyadari bahwa alam merupakan kekayaan Wisata Gubugklakah Ladesta juga melaksanakan
utama dari Desa Gubugklakah. Alam harus dijaga Kemitraan kepada pemerintah dan travel agen
dan di rawat karena sebagian besar dari masyarakat untuk memasarkan Desa Wisata Gubugkalkah.
Desa Gubugklakah hidup dari alam. Selain itu Berdasarkan pendapat tersebut terdapat beberapa

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 32 No. 2 Maret 2016| 18


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
upaya yang dilaksanakan oleh Ladesta tradisional adalah upaya pengurangan risiko yang
Gubugklakah untuk memasarkan Desa Wisata baru dilaksanakan ketika krisis terjadi (Pitana dan
Gubugklakah. Diarta, 2009:100). Kasus yang terjadi misalnya
Pengeloaan Sumberdaya Manusia kasus sampah. Pada kasus ini Ladesta masih belum
Terdapat beberapa pengembangan sumberdaya mengetahuibagaimana mengelola sampah dengan
manusia yang telah diikuti ataupun dilakukan oleh tepat dan efisien. Kasus ini baru ditangani ketika
Ladesta Gubugklakah. Pengembangan tersebut sampah telah tertumpuk dan mulai menimbulkan
antara lain: Pelatihan pertama adalah pelatihan masalah.
bahasa Inggris yang dilaksanakan oleh internal
ladesta Gubugklakah. Pelatihan kedua adalah Penerapan Community Based Tourism di Desa
pelatihan yang bertemakan “Penguatan Kelompok Wisata Gubugklakah
Sadar Wisata di Jawa Timur”. Pelatihan ini Keikutsertaan anggota komunitas ke dalam setiap
diselenggarakan oleh Kementrian Pariwisata dan kegiatan pariwisata
Ekonomi Kreatif yang berkerjasama dengan Dinas Partisipasi masyarakat Desa Wisata
Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur. Pelatihan Gubugklakah dalam pengelolaan pariwisata dapat
selanjutnya adalah pelatihan pembukuan dan dilihat dari partisipasi pada saat perencanaan,
pelatihan software. Software yang diperkenalkan pelaksanaan dan evaluasi. Perencanaan
pada kesempatan kali ini adalah software pengelolaan pariwisata merupakan aktivitas yang
photoshop. Sedangkan pelatihan pembukuan yang dilaksanakan masyarakat Desa Wisata Guguklakah
dimaksud adalah pelatiahn akutansi dasar. Selain untuk melaksanakan pembuatan daftar pekerjaan
beberapa pelatihan diatas terdapat pula pelatihan apasaja yang akan dilaksanakan oleh masing-
homestay yang disampaikan langsung oleh Dinas masing anggota pada saat ada kegiatan pariwisata.
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang. Selain itu perencanaan pengelolaan pariwisata juga
Dalam setiap pelatihan tidak semua anggota bisa dapat dimaknai sebagai aktivitas sharing ide atau
mengikuti pelatihan. Hal tersebut disesbabkan konsep untuk kemudian mendapat masukan dan
karena keterbatansan tempat, biaya, waktu dan mendapatkan dukungan untuk dilaksanakan dalam
kuota undangan. Untuk mengatasi permasalahan kegiatan pariwisata.
perbedaan kemampuan anggota dilaksanakanlah Perencanaan pengelolaan pariwisata di Desa
upgrading internal Ladesta Gubugklakah. Wisata Gubugklakah dibagi menjadi dua. Pertama
Upgrading internal tersebut dilaksanakan oleh adalah perencanaan rutin dan kedua adalah
anggota Ladesta yang telah mengikuti pelatihan. perencanan momentum. Perencanaan rutin
Kegiatan ini dimaksudkan untuk berbagi ilmu atau dilaksanakan setiap bulan, sedangkan perencanaan
setidaknya pengalaman ketika mengikuti pelatihan. momentum dilaksanakan setiap ada event wisata.
Manajemen Krisis Partisipasi dalam perencanaan pengelolaan desa
Dalam beberapa kasus Ladesta Gubugkalakah wisata dapat dinilai dari dua hal. Pertama adalah
telah melaksanakan pendekatan manajemen risiko kuantitas anggota yang hadir dan yang kedua
dalam menyelesaikan krisis. Pendekatan adalah partisipasi untuk memberikan saran
manajemen risiko merupakan teknik merespon masukan pada saat proses perencanaan.
krisis dan mengelola dampak krisis secara efektif Dalam kedua dasar penilaian tersebut
dan efisien, serta terkonsentrasi pada penilaian dan masyarakat Desa Wisata Gubugklakah
pengekokaan krisis sebelum krisis tersebut terjadi menunjukkan partisipasi yang baik. Dalam setiap
(Pitana dan Diarta, 2008:100). Teknik ini telah kegiatan perencanaan pengelolaan pariwisata
dilaksanakan Ladesta Gubugklakah untuk hampir setiap masyarakat hadir, meskipun tidak
beberapa kasus misalnya kasus untuk mengatasi dapat hadir masyarakat memberikan alasan yang
kecemburuan sosial akibat adanya desa wisata. jelas. Tingginya tingkat kehadiran tersebut
Pada awal pembentukan desa wisata, Ladesta telah disebabkan karena masyarakat menyadari bahwa
melaksanakan identifikasi permasalahan- kehadirannya baik aktif maupun pasif akan
permasalahan tersebut kemudian mencari ajwaban memberikan dampak terhadap pengelolaan
atas permasalahan tersebut. Kemudian munculah pariwisata. Kehadiran yang aktif dapat dibuktikam
kebijakan untuk menerapkan sistem rolling. dengan adanya masukan baikl berupa kritikan
Untuk beberapa kasus lainnya Ladesta ataupun saran terhadap suatu kegiatan. Kehadiran
Gubugklakah masih menggunakan pendekatan pasifpun juga tetap dihargai dalam pengelolaan
manajemen tradisional. Pendekatan manajemen apriwisata karena setidaknya Desa Wisata

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 32 No. 2 Maret 2016| 19


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Gubugklakah ini mendapat dukungan dan memiliki , Tayuban, Jaran kencak, Kuda Lumping,
sumberdaya manusia yang besar. Bantengan, dan Wayang Topeng. Beberapa
Pelestarian Lingkungan Hidup kesenian tersebut dijaga dan dilestarikan dengan
Kegiatan masyarakat Desa Wisata Gubugklakah melaksanakan latihan rutin dan mendatangkan
dalam menjaga alam dilaksanakan melalui pelatihan dari luar. Selain itu dilaksanakan pula
kegiatan kerja bakti dan pembuatan aturan perekrutan anggota baru terutama untuk anggota
berwisata. Dampak adanya kegiatan kerja bakti muda agar kesenian tersebut dapat dinikmati
terhadap kelestarian lingkungan hidup adalah sekarang dan di masa depan. Upaya tersebut juga
terjaganya kelestarian dan kerapian lingkungan di diiringi dengan membentukan Divisi Budaya
Desa Wisata Gubugklakah. Hal tersebut dalam struktur organisasi Ladesta Gubugklakah.
disebabkan karena dalam kegiatan kerja bakti Pemebntukan divisi tersebut merupakan bukti
dilaksanakan kegiatan penanaman dan pengaturan bahwa Ladesta Gubugklakah berkomitmen tinggi
lingkungan misalnya merapikan tanaman, untuk melestarikans etiap kebudayaan yang ada di
menebang pohon yang membahayakan, menanam Desa Wisata Gubugklakah.
pohon di lahan kosong dan lain sebagainya. Pemerataan Pendapatan Masyarakat
Sementara itu dampak adanya pembuatan Usaha untuk memeratakan pendapatan
peraturan terhadap kelestarian lingkungan adalah masyarakat di Desa Wisata Gubugklakah adalah
adanya keteraturan perilaku wisatawan dan dengan membuka kesempatan sebesar-besarnya
kemauan wisatawan untuk menjaga lingkungan. bagi masyarakat yang ikut bergabung ke dalam
Selain itu, perum Perhutani KPH Malang telah Ladesta Gubugklakah. Dengan bergabung menjadi
menerapkan zonasi area wisata yang terdiri dari anggota Ladesta masyarakat bisa ikut serta untuk
area konservasi dan area pemanfaatan. Area aktif terlibat di dalam setiap pengelolaan kegiatan
pemanfaatan merupakan area yang bisa wisata. Sebagai timbal baliknya masyarakat dapat
dimanfaatkan untuk pembangunan fasilitas menerima pembagian hasil akibat kerja kerasnya
pariwisata dengan aturan tertentu, sedangkan area dalam membantu pengelolaan Desa Wisata
konservasi merupakan area yang digunakan untuk Gubugklakah.
menjaga kelestarian obyek wisata. Penerapan Partisipasi terbanyak dalam aktivitas wisata di
zonasi pada area wisata merupakan upaya untuk Desa Wsiata Gubugklakah adalah pengelolaan
meminimalisasi dampak negatif akibat perilaku homestay. Jumlah wisatawan yang berkunjung
wisatawan (Pitana dan Diarta, 2009:90). tentunya tidak sebanding dengan jumlah homestay
Pelestarian Budaya yang tersedia. Untuk itu Ladesta Gubugklakah
Desa Wisata Gubugklakah memiliki berbagai menerapkan sistem rolling agar setiap homestay
macam potensi budaya. Potensi budaya yang mendapatkan giliran untuk dihuni oleh wisatawan.
paling utama adalah budaya keramahan dan Selain upaya tersebut hal selanjutnya untuk
kekeluargaan. Kedua budaya tersebut merupakan mengurangi kecemburan akibibat pemerataan
budaya yang memang ada sebelum adanya Desa pendapat adalah dengan menerapkan transparansi
WIsata Gubugklakah. Budaya tersebut jika penerimaan pendapatan dari wisatawan dan
dilestariakn dan diterapkan dengan baik maka akan transparansi alokasi dana. Sebagian penerimaan
berdampak pada kenyamanan wisatawan sehingga juga digunakan untuk bantuan sosial bagi
wisatawan betah dan memiliki loyalitas terhadap pembangunan masjid ataupun shodaqoh kepada
Desa Wisata Gubugklakah. masyarakat yang membutuhkan.
Menyadari bahwa keramahan dan kekeluargaan Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan
adalah potensi yang harus dilestarikan maka CBT di Desa Wisata Gubugklakah telah memenuhi
Ladesta Gubugklakah menghimbau agar beberapa indikator yang dipaparkan oleh Suansri
masyarakat setempat untuk menerapkannya dalam (2003:12). Dalam indikator mengakui dan
kehidupan sehari-hari. Tantangan kedepan dalam mendukung serta mengembangkan kepemilikan
pelestarian kedua budaya ini adalah generasi muda komunitas dalam industri pariwisata, Ladesta
yang mulai meninggalkan budaya ini. Solusi yang Gubugklakah telah berhasil menanamkan bahwa
sudah diterapkan adalah berupa himbauan tersebut. masyarakat tekah merasa memiliki Desa Wisata
Selain kedua budaya tersebut Desa Wisata Gubugkalkah sehingga mereka akan berpartisipasi
Gubugklakah juga memiliki beberapa potensi dalam setiap kegiatan pariwisata sesuai dengan
lainnya. Potensi tersebut antara lain: Karawitan, porsi masing-masing. hal tersebut telah berhasil
Campur Sari , Al Banjari, Terbangan , Pencak Silat pula memenuhi indikator kedua yaitu

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 32 No. 2 Maret 2016| 20


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
mengikutsertakan anggota komunitas dalam e. Sedanglan dalam evaluasi masyarakat Desa
memulai setiap aspek. Keikutsetaan anggota Gubugklakah ikut aktif berpartisipasi dalam
kelompok merupakan sebuah hak yang telah di atur memberikan masukan baik berupa kritik ataupun
dalam AD ART Ladesta Gubugkalkah. saran untuk kebaikan pengelolaan Desa Wisata
Gubugklakah ke depan.
Tingkat Partisipasi Masyarakat di Desa Wisata f. Adanya pembagian yang jelas antara hak dan
Gubugklakah kewajiban anggota Ladesta Gubugklakah. Hak
Partisipasi masyarakat dapat menggambarkan dan kewajiban tersebut tertuang dalam AD/ART
bagaimana terjadinya pembagian ulang kekuasaan Ladesta Gubugklakah. Kewajiban anggota
yang adil (redistribution of power) antara penyedia Ladesta Gubugklakah adalah merupakan
kegiatan dan kelompok penerima kegiatan. serangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan
Berdasarkan pendapat tersebut partisipasi oleh anggota. Kewajiban tersebut terdapat dalam
amsyarakat dalam pengelolaan Desa Wisata Pasal 2 AD/ART Ladesta Gubugklakah.
Gubugklakah dapat didefinisikan sebagai aktifitas Sementara itu hak anggota Ladesta Gubugklakah
pembagian ulang kekuasaan yang adil antara adalah kegiatan yang diterima oleh anggota
Ladesta Gubugklakah dan masyarakat Desa setelah melaksanakan kewajibannya. Hal
Gubugklakah. Partisipasi masyarakat tersebut tersebut tertuang dalam Pasal 3 Ladesta
bertingkat, sesuai dengan gradasi, derajat Gubugklakah.
wewenang dan tanggung jawab yang dapat dilihat Dengan melihat ciri-ciri tersebut peneliti
dalam proses pengambilan keputusan (Arnstein menggolongkan partisipaasi masyarakat Desa
1969:217). Analisis tingkat pasrtisipasi Gubugklakah dalam pengelolaan Desa Wisata
masyarakat dapat digunakan untuk Gubugklakah adalah partisipasi dalam tangga
menggambarkan sejauh mana masyarakat Desa kontrol masyarakat. Kontrol masyarakat (Citizen
Wisata Gubugklakah ikut serta dalam pengelolaan Control), dalam tingkat ini control masyarakat
desa wisata hal tersebut dapat digambarkan dengan terjadi dalam segala aspek (Arnstein, 1969:217).
melihat wewenang dan tanggung jawab. Tingkat Ciri dari adanya partisipasi dalam tangga kontrol
partisipasi dalam pengelolaan Desa Wisata masyarakat adalah adanya pembagian hak dan
Gubugklakah dapat dilihat dengan melihat ciri kewajiban, adanya partisipasi dalam perencanaan,
partisipasi masyarakat. Ciri-ciri tersebut antara pelaksanaan dan evaluas di dalam pengelolaan.
lain:
a. Adanya kesempatan seluas-luasnya yang KESIMPULAN DAN SARAN
diberikan Ladesta Gubugklakah kepada Kesimpulan
masyarakat Desa Gubugklaka untuk aktif dalam 1. Pengelolaan Desa Wista Gubugklakah
pengelolaan Desa Wisata Gubugklakah hal dilaksanakan melalui pengelolaan sumberdaya
trersebut tertuang dalam AD/ART Gubugklakah. pariwisata, pengelolaan pemasaran pariwisata,
b.Komitmen tersebut mengindikasikan bahwa pengelolaan sumberdaya manusia, dan
Ladesta Gubugklakah telah sadar akan manajemen krisis.
pentingnya masyarakat dalam pengelolaan desa 2. Penerapan community based tourism dalam
wisata. Komitmen tersebut secara tidak langsung pengelolaan Desa Wisata Gubugklakah dapat
menempatkan masyarakat sebagai pemegang dilihat melalui beberapa hal seperti memastikan
control utama dalam pengelolaan Desa Wisata, keikutsertaan anggota dalam setiap kegiatan
sedangkan Ladesta adalah fasilitator untuk pariisata, pelestarian alam dan budaya dan
mencapai tingkat aprtisipasi amsyarakat yang menjamin adanya pemerataan pendapatan
tinggi. masyarakat.
c. Dalam perencanaan pengelolaan wisata 3. Tingkat partisipasi masyarakat berada pada
masyarakat dilibatkan secara aktif dengan tingkatan citizen control.
mengundangnya kedalam rapat pengelolaan
wisata baik yang dilaksanakan rutin ataupun
dilaksanakan secara incidental.
d.Begitu pula dalam pelaksanaanya masyarakat
diberikan kesempatan yang sama untuk memilih
akan berpartisipasi dalam kegiatan guiding,
kesenian ataupun pengelolaan homestay.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 32 No. 2 Maret 2016| 21


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Saran DAFTAR PUSTAKA
1. Peningkatan partisipasi amsyarakat terutama Arnstein, Sherry R. "A Ladder of Citizen
dalam perncanaan dan evaluasi kegiatan Participation," JAIP, Vol. 35, No. 4, July 1969,
pariwisata, pada dasarnya masyarakat sangat pp. 216-224.
aktif pada pelaksanaan namun kurang aktif pada Baskoro dan cecep Rukendi. 2008. Membangun
saat perencanaan dan evaluasi. Kota Pariwisata Berbasis Komunitas: Suatu
2. Dalam pelaksanaan CBT setiap poin dalam Kajian Teoritis. Jurnal Kepariwisataan
indikator CBT telah berhasil terimplementasi Indonesia, Vol III (1):37-50.
dengan baik, selanjutnya langkah yang harus
ditempuh untuk mengoptimalkan CBT adalah Inskeep, E.1991. Toursim Planning. New
memastikan bahwa terjadi regenerasi dalam York:Van Nostrand Reinhold
pelestarian budaya dan memastikan bahwa Liu Juanita C. 1994. Pacific Islands Ecotourism: A
budaya yang ada saat ini dapat terwariskan Public Policy and Planning Guide. Hawai’i :
dengan baik kepada karang taruna. The Pacific Business Center Program
3. Kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Malang diharapkan mampu Pitana,I Gede dan I Ketut Surya Diarta. 2009.
membantu akses permodalan dan akses Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta:Andhi
pengembangan kapasitas masyarakat wisata di Profil Desa Wisata Gubugklakah 2014
Desa Wisata Gubugklakah.
Suansri, Potjana. 2003. Community Based Tourism
Handbook. Thailand: Rest Project.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
Cet. IX. Bandung: Alfabeta.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 32 No. 2 Maret 2016| 22


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

Anda mungkin juga menyukai