Anda di halaman 1dari 6

REVIEW JURNAL

STUDI KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK DAN


STRUKTUR MIKRO MATERIAL PISTON ALUMUNIUM-
SILIKON ALLOY

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Proses Industri Kimia

Dosen Pengampu: Denni Kartika Sari, S.T., M.Eng

Disusun Oleh:

Paerus Jundika 3335190019

Ratnasari 3335190020

Neriza Maulida Zukhruf 3335190021

Nihayatul Ilmiyah 3335190024

Semester III Kelas B

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKUTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2020
Judul Studi Karakteristik Sifat Mekanik Dan Struktur Mikro
Material Piston Alumunium-Silikon Alloy

Jurnal Jurnal Teknik Mesin Untirta

Volume & Vol. IV, No. 2 Hal 56-62


Halaman

Tahun 2018

Penulis Iman Saefuloh, Agus Pramono, Willy Jamaludin, Imron


Rosyadi, Haryadi

Reviewer Kelompok MK. Teknologi Bahan

Tanggal 9 September 2020

Tujuan Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengatasi


Penelitian masalah keterbatasan bahan baku piston

Subjek Sifat mekanik material piston aluminium


Penelitian

Metode Aluminium merupakan logam non ferro yang memiliki sifat


Penelitian ringan dan tahan karat. Aluminium dipakai sebagai paduan
berbagai logam murni, sebab tidak kehilangan sifat ringan dan
sifat–sifat mekanisnya dan mampu cornya diperbaiki dengan
menambah unsur–unsur lain. Unsur-unsur paduan itu adalah
tembaga, silikon, magnesium, mangan, nikel, dan sebagainya
yang dapat merubah sifat paduan aluminium (Surdia, 1991).
Banyaknya kebutuhan paduan aluminium yang terus
meningkat dan adanya nya keterbatasan biji aluminium yang
ada yang menyebabkan terganggu nya proses industri-industri
pengguna logam aluminium, salah satunya industri pembuatan
piston.

Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut


adalah dengan mendaur ulang limbah piston bekas.
Metode yang dilakukan yaitu dengan proses preparasi paduan
atau persiapan bahan paduang dengan 60% skrap dan 40%
ADC12.

Pertama, diawali dengan proses convensional melting dengan


temperatur 720 oC dalam waktu holding 1 jam. Proses
convensional melting merupakan peleburan yang dilakukan
secara konvensional atau keseluruhan bertujuan untuk
memperbaiki sifat dari logam dengan cara memanaskan coran
sampai temperatur yang pas, kemudian dibiarkan beberapa
waktu pada temperatur tersebut, kemudian didinginkan ke
temperatur yang lebih rendah dengan kecepatan yang sesuai.

Pada saat proses penuangan menggunakan metode gravity


casting. Metode ini hanya memanfaatkan gaya gravitasi tanpa
mengaplikasikan gaya tekan mekanis. Gravity casting
merupakan metode proses pengecoran atau pengerjaan untuk
meleburkan logam dengan suhu tertentu,yang kemudian
dituangkan pada cetakan yang sudah disiapkan

Selanjutnya proses solution treatment menggunakan


temperatur 505 oC dengan waktu holding 6 jam. Proses ini
bertujuan untuk untuk mendapatkan larutan padat yang
mendekati homogen Lalu melakukan proses quench
menggunakan air. Quenching merupakan tahap yang paling
kritis dalam proses pemanasan dimana air merupakan media
pendingin yang cocok untuk logam-logam yang memiliki
tingkat kekerasan atau hardenabiliti yangrelatif rendah

Kemudian dilanjutkan dengan proses aging pada temperatur


155 oC dengan waktu holding 2 jam, 4 jam, dan 5 jam yang
dilakukan dalam furnace. Proses terakhir adalah pendinginan
yang dilakukan di luar furnace.

Hasil Pada hasil uji kekerasan mendapatkan bahwa nilai kekerasan


Penelitian dari material hasil pengecoran mengalami peningkatan setelah
melalui proses Aging dan cenderung menurun setelah waktu
aging 4 jam. Dimana, kekerasan piston asli sebesar 114,368
HB. Nilai kekerasan rata-rata tertinggi terjadi pada waktu
aging 2 jam 4 jam sebesar 117,014 HB dan 191,32 HB.
Sedangkan untuk nilai kekerasan rata-rata terendah pada waktu
aging 5 jam, yaitu 110,706 HB dengan nilai kekerasan awal
sebesar 92,822 HB.

Pada hasil uji tarik juga mendapatkan nilai Kuat Tarik (σu) dari
material hasil pengecoran mengalami peningkatan setelah
melalui proses Aging dab cenderung menurun setelah waktu
aging 4 jam. Kuat Tarik piston asli sebesar 190 N/mm2. Nilai
Kuat tarik rata-rata tertinggi terjadi pada waktu aging 2 jam
dan 4 jam sebesar 187,7 N/mm2 dan 191,6 N/mm2. Sedangkan
untuk nilai kekerasan rata-rata terendah pada waktu aging 5
jam, yaitu 166,1 N/mm2 dengan nilai kuat tarik awal sebesar
137,9 N/mm2.

Dari kedua hasil uji diatas dapat disimpulkan bahwa semakin


tinggi nilai kekerasan maka semakin tinggi pula nilai kuat
tariknya. Dimana material hasil pengecoran
mengalamipeningkatan setelah melalui proses Aging, dan
cenderung menurun setelah waktu aging 4 jam yang
disebabkan telah mencapai titik puncak dan setelah titik
puncak dilewati kekerasan dan kuat tarik pun cenderung akan
turun.

Ketiga, pada hasil uji keausan mendapatkan nilai faktor


keausan dari material hasil pengecoran dan aging
menghasilkan nilai faktor keausan yang rendah. Akan tetapi,
cenderung meningkat setelah waktu aging 4 jam. Faktor
keausan piston asli sebesar 2.7005 x 10-5 cm3/N.m. Nilai
faktor keausan rata-rata terendah terjadi pada waktu aging 2
jam 2.7024 x 10-5 cm3/N.m dan 4 jam sebesar 2.6973 x 10-5
cm3/N.m. Sedangkan untuk nilai faktor keausan rata-rata
tertinggi pada waktu aging 5 jam, yaitu 2.7058 x 10-5
cm3/N.m dengan nilai faktor keausan awal sebesar 2.8302 x
10-5 cm3/N.m.

Semakin rendah faktor keausan maka tingkat kekerasan


semakin tinggi. Dimana, material hasil pengecoran mengalami
penurunan setelah melalui proses Aging, dan cenderung
meningkat setelah waktu aging 4 jam. Hal ini disebabkan pada
waktu permulaan aging, Zona GP yang terbentuk terus
bertambah dari segi ukuran, maupun jumlah seiring dengan
bertambahnya waktu aging. Akibatnya didapatkan faktor
keausan paduan Al Mg2Si yang menurun dengan peningkatan
waktu penahanan. Penurunan faktor keausan seiring dengan
peningkatan waktu aging juga akan menemui titik puncak dan
setelah titik puncak dilewati faktor keausan cenderung akan
meningkat.

Kesimpulan Proses Artificial Aging dapat menghasilkan sifat mekanik lebih


dari piston asli. Pada waktu aging 4 jam sifat mekanis
menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Tetapi setelah
waktu aging 4 jam hasil yang di dapatkan menunjukkan
kecenderungan menurun. Sehingga kekerasan dan keausan
yang optimal didapatkan pada waktu aging 4 jam. Oleh karena
itu, semakin tinggi nilai kekerasan maka semakin tinggi pula
nilai kuat tariknya dan semakin rendah faktor keausan maka
tingkat kekerasan semakin tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Saefullah Iman, Pramono Agus, Jamaludin Willy, Rosyadi Imron dan


Haryadi (2018). Studi Karakterisasi Sifat Mekanik Dan struktur Mikro Material
Piston Alumunium-Silikon Alloy. Jurnal Teknik Mesin Untirta. Vol. IV, No. 2

Surdia, Tata. 2000.Teknik pengecoran Logam. Jakarta: pradya paramita.

Anda mungkin juga menyukai