Makalah Suppo Ibuprofen
Makalah Suppo Ibuprofen
SUPPOSITORIA IBUPROFEN
Dosen Pengampu :
Muhammad Walid.S.Si.,Apt.
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2017
1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia serta taufik dan hidayahnya saya dapat menyelesaikan
makalah tentang Suppositoria Ibuprofen. Meskipun banyak kekurangan di
dalamnya. Dan juga banyak berterima kasih kepada Dosen mata farmasetika II
yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai penggunaan supositoria, dan juga
bagaimana membuat supositoria. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saya berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah saya buat.
Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang
membacanya. Dan sekiranya dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan mohon kritik dan saran yang membangun demi
perrbaikan makalah ini.
penyusun
3
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
bahan obat dan basis yang digunakan. Beratnya menurut USP sebesar 2 g
untuk yang menggunakan basis oleum cacao (Ansel, 2005).
b. Suppositoria untuk vagina (vaginal)
Suppositoria untuk vagina disebut juga pessarium biasanya berbentuk
bola lonjong atau seperti kerucut, sesuai kompendik resmi beratnya 5 g,
apabila basisnya oleum cacao.
c. Suppositoria untuk saluran urin (uretra)
Suppositoria untuk untuk saluran urin juuga disebut bougie,
bentuknya rampiung seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan kesaluran urin
pria atau wanita. Suppositoria saluran urin pria bergaris tengah 3-6 mm
dengan panjang ± 140 mm, walaupun ukuran ini masih bervariasi satu dengan
yang lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao beratnya ± 4 g. Suppositoria
untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya ½ dari ukuran untuk pria,
panjang ± 70 mm dan beratnya 2 g, inipun bila oleum cacao sebagai basisnya.
d. Suppositoia untuk hidung dan telinga
Suppositoia untuk hidung dan telinga yang disebut juga kerucut
telinga, keduanya berbentuk sama dengan suppositoria saluran urin hanya
ukuran panjangnya lebih kecil, biasanya 32 mm. Suppositoria telinga
umumnya diolah dengan suatu basis gelatin yang mengandung gliserin.
Seperti dinyatakan sebelumnya, suppositoria untuk obat hidung dan telinga
sekarang jarang digunakan.
maupun sistemik. Basis supositoria yang ideal juga harus mempunyai beberapa
sifat seperti berikut:
1. Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi.
2. Dapat bercampur dengan bermacam-macam obat.
3. Stabil dalam penyimpanan, tidak menunjukkan perubahan warna dan bau
serta pemisahan obat.
4. Kadar air mencukupi.
5. Untuk basis lemak, maka bilangan asam, bilangan iodium dan bilangan
penyabunan harus diketahui jelas.
sekresi bikarbonat dari sel epitelial. Hal ini menyebabkan ibuprofen dapat
menurunkan sekresi mukus yang berfungsi sebagai pelindung dalam
lambung dan usus kecil, dan juga dapat menyebabkan vasokonstriksi pada
mukosa lambung.
Selain itu efek samping pada gastrointestinal meliputi stress
lambung, kehilangan darah tiba-tiba, diare, mual, muntah, heartburn,
dispepsia, anoreksia, konstipasi, distress atau karma atau nyeri abdominal,
kembung, kesukaran mencerna, dan rasa penuh pada perut juga dapat
disebabkan oleh penggunaan ibuprofen.
Efek samping pada sistem kardiovaskular antara lain edema
perifer, retensi air, dan perburukan CHF. Pada sistem saraf pusat antara
lain dizzines, mengantuk, vertigo, sakit kepala ringan, dan aseptik
meningitis. Pada mata, telinga dan nasofaring antara lain gangguan
penglihatan, fotopobia, dan tinnitus.
Pada genitourinaria antara lain menometrorrhagia, hematuria,
cistisis, acute renal insufisiensi; interstitial nephritis; hiperkalemia;
hiponatremia; nekrosis papillar renal. Pada kulit antara lain rash, pruritus,
dan eritema. Efek samping yang lain seperti kram otot.
Hampir sama dengan jenis OAINS lain, ibuprofen juga dapat
meningkatkan risiko palpitasi, ventrikular aritmia dan infark miokard
(serangan jantung), khususnya di antara mereka yang menggunakan dosis
tinggi dalam jangka waktu lama. Studi pada tahun 2010 menunjukkan
bahwa kebiasaan menggunakan OAINS dikaitkan dengan peningkatan
gangguan pendengaran.
Penggunaan pada paten duktus arteriosus saat neonatal dengan
masa gestasi kurang dari 30 minggu dapat mengakibatkan peningkatan
hiperbilirubinemia pada neonatal, karena dapat menggeser kedudukan
bilirubin dari albumin, sehingga dapat mengakibatkan kerniikterus dan
ensefalopati. Namun hal ini, dapat dikurangi dengan cara pemberian
bersama dengan indometasin.
Efek samping yang umum ditemukan antara lain sembelit,
epistaksis, sakit kepala, pusing, ruam, retensi garam dan cairan mual,
12
2.6.8 Toksisitas
Gejala -gejala overdosis ibuprofen mirip dengan gejala yang disebabkan
oleh overdosis OAINS lain. Korelasi antara tingkat keparahan gejala dengan kadar
ibuprofen dalam plasma pernah ditemukan. Efek racun tidak mungkin muncul
pada dosis di bawah 100 mg/kg tetapi saat di atas 400mg/kg; (sekitar 150 tablet
dari 200 unit mg). Dosis letal sukar ditentukan karena bervariasi tergantung pada
usia, berat badan, dan penyakit pada pasien. Terapi untuk overdosis dalam kasus
awal adalah dekontaminasi lambung menggunakan arang aktif, jarang menyerap
obat sebelum bisa masuk ke sirkulasi sistemik. Lavage lambung sekarang jarang
digunakan, namun dapat dipertimbangkan jika jumlah yang dikonsumsi secara
potensial mengancam kehidupan dan dapat dilakukan dalam waktu 60 menit
setelah menelan. Emesis tidak dianjurkan.
Mayoritas konsumsi ibuprofen hanya menghasilkan efek ringan dan pengelolaan
overdosis sangatlah mudah. Standar langkah-langkah untuk mempertahankan
output urine normal harus dilakukan dan fungsi ginjal harus dipantau. Ibuprofen
memiliki sifat asam dan juga diekskresikan dalam urin, diuresis paksa alkaline
secara teori menguntungkan. Namun, karena ibuprofen sangat terikat protein
dalam darah, sehingga ekskresi dari ginjal minimal. Diuresis paksa alkalin
mempunyai manfaat yang terbatas. Terapi simtomatis untuk hipotensi, perdarahan
GI, asidosis, dan toksisitas ginjal dapat diindikasikan. Kadang-kadang,
pemantauan ketat di unit perawatan intensif selama beberapa hari diperlukan. Jika
seorang pasien bertahan pada keracunan akut, mereka biasanya tidak akan
mengalami gejala ulangan.
15
BAB III
SIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Lampiran
17